colelithiasis
-
Upload
dyan-lihawa -
Category
Documents
-
view
195 -
download
2
description
Transcript of colelithiasis
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di
Negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara
publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu
empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami
gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai
menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka risiko untuk mengalami
masalah dan penyulit akan terus meningkat.(1)
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu
tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi
batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. Di Negara
barat 10-15% pasien dengan batu kandung empedu juga disertai batu saluran
empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat berbentuk primer di
dalam saluran empedu intra- atau ekstra-hepatik tanpa melibatkan kandung empedu.
Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia
dibandingkan dengan pasien di Negara barat.(1)
A. DEFINISI
Batu empedu adalah zat berbentuk batu kerikil yang terbentuk di kandung
empedu. Batu empedu bisa menghalangi aliran normal dari cairan empedu jika
batu empedu tersebut pindah dari kandung empedu dan menetap di saluran
manapun yang membawa cairan empedu dari hati kesaluran usus halus.(2)
B. EPIDEMIOLOGI
Insidens batu empedu diakui bervariasi, paling banyak dipengaruhi oleh
asupan makanan khusunya lemak. Contohnya di Saudi Arabia, penyakit batu
empedu hampir tidak pernah didengar 50 tahun yang lalu, tetapi meningkatnya
1 | P a g e
tingkat kemakmuran dan diet ala barat, batu empedu sekarang sama
banyaknya dengan di Negara-negara barat. Faktor genetik juga berpengaruh.
Populasi suku Indian di Chile dan Peru sangat rentan terkena batu empedu
dengan tingkat resiko mendekati 100% pada populasi wanitanya. Beberapa
faktor resiko telah diidentifikasi, yang mana berhubungan dengan 2 tipe batu
yang utama, batu kolesterol dan batu pigment. (3)
C. ETIOLOGI
Normal cairan empedu terdiri dari 70% garam empedu (khususnya asam
cholic dan chenodeoxycholic), 22% phospholipids (lecithin), 4% cholesterol,
3% protein, dan 0,3% bilirubin.(4)
1. Batu Kolesterol
Batu kolesterol biasanya berisi >50% kolesterol monohidrat ditambah
campuran garam kalsium, pigment empedu, protein dan asam lemak.(5)
2. Batu Pigment Hitam
Batu pigment hitam terdiri dari salah satu, yaitu murni kalsium
bilirubinat atau polymer-like complexes dengan kalsium dan musin
glycoprotein.(5)
3. Batu Pigment Cokelat
Batu pigment cokelat tersusun dari garam kalsium dari bilirubin tidak
terkonjugasi dengan jumlah bervariasi dari kolesterol dan protein.(5)
D. FAKTOR RESIKO
2 | P a g e
(Tabel dikutip dari kepustakaan 5)
E. PATOGENESIS
Batu Kolesterol
Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu empedu
kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan
3 | P a g e
cara yang belum dimengerti sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi
bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu.(6)
(Gambar dikutip dari kepustakaan 5)
Batu pigment hitam
Karena pigmen bilirubin merupakan komponen penyusun terbesar maka
penyakit-penyakit tertentu yang dapat meningkatkan kadar bilirubin akan
memudahkan terbentuknya batu pigmen hitam. Misalnya, anemia hemolitik
4 | P a g e
dan sirosis hepatis. Pada penyakit anemia hemolitik, sel darah merah mudah
pecah sehingga kadar bilirubin darah meningkat dan akan menjadi sumber
potensial terbentuknya batu pigmen hitam. Batu pigmen hitam hampir selalu
terbentuk di kandung empedu.(4)
Batu pigment cokelat
Batu pigment cokelat jarang di temukan di Inggris (sekitar <5% dari jenis
batu) dan terbentuk diantara saluran empedu intrahepatic dan extrahepatic
sama halnya kandung empedu. Batunya terbentuk sebagai hasil dari stasis dan
infeksi system bilier, biasanya karena adanya Escherichia coli dan Klebsiella
spp, dimana memproduksi glucuronidase yang mengubah bilirubin
terkonjugasi mudah larut kembali menjadi keadaan tidak terkonjugasi tidak
mudah larut menuju pembentukan batu cokelat, berbau tanah dan lunak.
Ascaris lumbricoides dan opisthorchis senensis telah diterapkan pada
pembentukan batu ini, yang umumnya di Asia Tenggara.(4)
F. MANIFESTASI KLINIS
5 | P a g e
(Gambar dikutip dari kepustakaan 7)
1. Kolik Bilier atau kronik cholecystitis
Gejala paling umum dari batu empedu adalah nyeri bilier. Nyeri timbul
secara mendadak pada epigastrium atau kuadran kanan atas dan menjalar
ke punggung atau region suprascapula. Nyeri biasanya tidak hilang
timbul tetapi menetap selama 15 menit hingga 24 jam, reda secara tiba-
tiba ataupun dengan pemberian opioid analgesik. Mual atau muntah
biasanya bersamaan dengan nyeri, dimana bersumber dari dalam dan
terjadi karena distensi kandung empedu yang obstruksi atau batu
melewati dukstus sistikus.(4)
2. Akut Cholecystitis
6 | P a g e
Ketika obstruksi duktus sistikus menetap, respon inflamasi akut bisa
menimbulkan leukositosis dan demam ringan. Iritasi peritoneum
parietalis yang berdekatan menyebabkan ketengangan yang terlokalisir
pada kuadran kanan atas. Aktivitas enzim hati biasanya abnormal ringan.(4)
3. Ikterus
Ikterus terjadi pada pasien dengan batu empedu dimana batu berpindah
dari kandung empedu ke saluran empedu yang utama atau yang paling
jarang terjadi, fibrosis dan tubrukan batu empedu yang besar dalam
kandung Hartmann’s yang menekan duktus hepatikus (Mirrizi’s
syndrome).(4)
G. DIAGNOSIS
Seringkali, batu empedu ditemukan saat tes untuk pemeriksaan kesehatan yang
lain. Ketika batu empedu dicurigai sebagai penyebab gejala, dokter biasanya
melakukan pemeriksaan ultrasound, tes paling sensitive dan spesifik untuk
batu empedu. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah: (2)
1. Ultrasonography (USG)
USG sudah menggantikan cholecystography sebagai tes diagnosis untuk
batu empedu. Sekitar 95% batu kandung empedu akan dideteksi oleh
USG, yang terbilang murah, cepat dan tak berbahaya. Jika ada
kecurigaan klinis yang kuat tentang adanya batu empedu dan USG tidak
menunjukkan batu maka tes harus diulangi. Tes diagnosis yang lain
kurang sensitive dan jarang diusulkan.(3)
2. Oral cholecystography (OCG)
OCG adalah prosedur yang berguna untuk mendiagnosis batu empedu
tapi sebagian besar sudah digantikan oleh ultrasound. OCG bisa
digunakan untuk memeriksa fungsi pengosongan saluran sistikus dan
7 | P a g e
kandung empedu. Lebih lanjut, OCG juga bisa menggambarkan bentuk
dan ukuran batu empedu dan menentukan apakah sudah terklasifikasi.(5)
3. CT Scan
CT scan dalah x-ray non invasive yang menghasilkan gambar dengan
potongan menyilang dari tubuh. Pemeriksaan ini bias menunjukkan batu
empedu atau komplikasinya, seperti infeksi dan rupture dari kandung
empedu atau saluran empedu.(2)
4. Cholescintigraphy (HIDA scan)
Pasien diinjeksi dengan material radioaktif yang tidak berbahaya dalam
jumlah sedikit yang diserap oleh kandung empedu, dimana akan
merangsang kontraksi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis
kontraksi abnormal dari kandung empedu atau obstruksi dari saluran
empedu.(2)
5. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
ERCP digunakan untuk mengetahui lokasi dan memindahkan batu pada
saluran empedu. Sebuah endoskop dilengkapi dengan pipa elastis,
panjang dan sebuah kamera yang dimasukkan lewat tenggorokan menuju
lambung dan usus halus. Endoskop dihubungkan dengan computer dan
monitor video. Dokter akan memasukkan endoskop dan cairan khusus
yang membantu agar saluran empedu terlihat lebih jelas di monitor.
Endoskop membantu dokter untuk mengetahui lokasi kerusakan saluran
empedu dan batu empedu.(2)
6. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk melihat tanda-tanda infeksi, obstruksi,
pancreatitis atau icterus. Tes darah menunjukkan peningkatan enzim
empedu, biliribun terkonjugasi dan petanda inflamasi seperti C-reactive
protein.(2,7)
8 | P a g e
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan batu empedu tergantung pada posisinya, di kandung empedu atau
di saluran empedu.(3)
a. Batu Kandung Empedu
Penanganan batu empedu saat ini relatif secara langsung. Batu empedu
asimptomatik tidak membutuhkan intervensi karena tindakan apapun
akan beresiko menurunkan tingkat kesembuhan. Pada tahun 1980an,
ketidakpuasan pada hasil cholecystectomy terbuka menuju pada terapi
alternatif seperti lithoripsy gelombang syok extracorporeal dan terapi
asam empedu oral. Terapi ini terbatas pada penerapannya dan hampir
sepenuhnya tergantikan dengan cholecystectomy laparoscopic.
Prosedur ini menawarkan penyembuhan yang cepat dan dapat kembali
bekerja, sedikit bekas luka pada perut dan setidaknya gejala yang
ringan dalam jangka panjang. Pada penanganan para spesialis hampir
semua batu empedu yang sederhana dapat ditangani dengan metode
laparoscopy dengan resiko kerusakan minimal pada saluran empedu.
Pada beberapa pasien usia tua dengan gejala akut, cholecystostomy
dilakukan dibawah kontrol ultrasound untuk mengurangi infeksi dan
menghindarkan morbiditas dari operasi darurat. Selanjutnya, batu
dapat dikeluarkan secara perkutan meninggalkan kandung empedu atau
jika perlu cholecystectomy dilakukan.(3)
b. Batu di Saluran Empedu
Batu bisa saja berpindah dari kandung empedu ke saluran empedu.
Cholangiography dilakukan sebelum, sementara, dan langsung setelah
cholecystectomy untuk menunjukkan ada tidaknya batu saluran
empedu pada pasien dengan faktor resiko. Batu saluran empedu yang
sederhana harus dikeluarkan ketika telah terdeteksi, karena
komplikasinya beresiko tinggi seperti pankreatitis akut, ikterus
obstruktif atau cholangitis jika meninggalkan tempat.(3)
9 | P a g e
Penanganan batu empedu juga ada yang lewat jalur operasi dan non-operasi.
a. OPERATIF
Cholecystectomy adalah penanganan optimal untuk mengangkat batu
empedu dan kandung empedu, mencegah penyakit berulang kembali.
Satu-satunya konsekuensi yang umum dari pengangkatan kandung
empedu adalah peningkatan frekuensi feses, yang mana secara klinis
penting pada kurang dari 5% pasien dan merespon baik terhadap obat
antidiare standar ketika dibutuhkan. Cholecystectomy laparoskopi telah
diadaptasi dengan cepat sejak dikenalkan pada tahun 1987. Satu-
satunya kontraindikasi yang spesifik untuk cholecystectomy
laparoskopi adalah koagulopati dan kehamilan pada stadium lanjut.
Cholecystectomy laparoskopi mempunyai mortalitas paling rendah
dibandingkan dengan prosedur terbuka biasa. Ini utamanya disebabkan
insidens yang lebih rendah dari komplikasi jantung post operasi dan
pernapasan. Insisi yang kecil menyebabkan kurang rasa sakit, yang
menurunkan kebutuhan untuk analgesic opioid. Pasien biasanya tinggal
di rumah sakit hanya untuk satu malam dan prosedurnya bisa
diselesaikan satu hari untuk pasien-pasien tertentu. Hampir semua
pasien bisa kembali bekerja setelah 7-10 hari. Ini menurunkan
morbiditas secara keseluruhan dan pemulihan lebih cepat yang sudah
pasti meningkatkan 25% cholecystectomy di beberapa Negara.(4)
b. NON-OPERATIF
Penanganan non-operasi hanya dilakukan di saat tertentu seperti ketika
pasien dengan kondisi kesehatan yang serius menolak operasi dan
hanya untuk batu kolesterol. Batu umumnya muncul kembali pada
pasien yang ditangani tanpa operasi.(2)
a. Terapi disolusi oral (Oral Dissolution Therapy)
Obat dibuat dari asam empedu digunakan menghancurkan batu
empedu. Obat-obatan ursodiol (actigall) dan chenodiol (chenix)
bekerja baik untuk batu kolesterol kecil. Pengobatan selama
10 | P a g e
berbulan-bulan atau pun tahun mungkin diperlukan sebelum semua
batunya hancur. Kedua obat bisa menyebabkan diare ringan dan
chenodiol bisa meningkatkan untuk sementara kadar kolesterol
darah dan enzim hati transaminase.(2)
b. Terapi disolusi kontak (Contact Dissolution Therapy)
Prosedur percobaan ini meliputi injeksi obat langsung ke dalam
kandung empedu untuk menghancurkan batu kolesterol. Obat
methyl tert-butyl ether bisa memecahkan batu dalam 1 sampai 3
hari , tetapi itu dapat menyebabkan iritasi dan beberapa komplikasi
telah dilaporkan. Prosedur ini telah diujikan pada pasien
simptomatik dengan batu kecil.(2)
I. KOMPLIKASI
Batu kandung empedu bisa komplikasi dengan cholecystitis, mucocele atau
empyema. Ini sangat sulit dibedakan secara klinis, seorang pasien dengan akut
cholelistitis yang gagal sembuh dan saat operasi ditemukan empyema atau
mucocele. Tambahan untuk gejala kolik bilier, seperti pasien dengan nyeri
konstan dan lebih dari 12 jam; biasanya disertai ketegangan pada kandung
empedu, dimana dapat teraba dan mungkin demam dan leukositosis.(3)
Komplikasi batu saluran empedu termasuk ikterus obstruktif dan akut
pankreatitis. Pasien dengan curiga komplikasi batu kandung empedu atau pun
batu saluran empedu harus dirujuk untuk pemeriksaan khusus dan penanganan
segera di rumah sakit.(3)
J. PROGNOSIS
Sekitar 2% pasien dengan gejala batu empedu asimptomatik dapat menjadi
simptomatik tiap tahunnya. Gejala yang paling sering berkembang adalah
kolik bilier dibandingkan dengan komplikasinya. Setelah gejala bilier muncul,
itu akan terus berulang, sekitar 20-40% pasien akan mengalami nyeri berulang
11 | P a g e
sementara sekitar 1-2% pasien akan mengalami komplikasi seperti
cholecyctitis, choledocholithiasis, cholangitis, batu empedu pancreas.(8)
12 | P a g e
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 465923
Alamat : Kolaka, Sulawesi Tenggara
Ruangan : LIBB Km.Isolasi RSWS
Tanggal Masuk RS : 4 Mei 2011
II. ANAMNESIS
Anamnesis: Autoanamnesis
Keluhan Utama: Mata Kuning
Anamnesis Terpimpin:
Disadari sejak 1 bulan yang lalu. Disertai dengan rasa gatal dan
warna kekuningan di seluruh badan.
Nyeri perut kanan atas dirasakan sejak 4 hari yang lalu terutama
saat ditekan. Nyeri biasanya berlangsung >30 menit dan hilang
dengan istirahat. Nyeri tidak menjalar.
Mual (-), muntah (-), NUH (-)
Batuk (+) sejak 4 hari yang lalu, lendir (+) warna putih.
13 | P a g e
Sesak (-), nyeri dada (-).
Demam (-). Riw. demam (-).
Sakit kepala (-). Riw. kadang merasa tegang pada leher bagian
belakang (+).
Pusing (+). Terutama saat perubahan posisi.
Lemah (+). Riw. pingsan 3x dalam 1 minggu terakhir. Pasien tidak
sadar.
Riw. berat badan turun (+), tapi tidak terlalu banyak, dalam jangka
waktu yang lama.
BAB = (-)/ sejak 3 hari yang lalu.
BAK = lancar, warna kuning.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
- Riwayat Hipertensi (+). Sejak 1 tahun terakhir, berobat tidak
teratur.
- Riwayat diabetes mellitus (-).
- Riwayat penyakit jantung (-).
- Riwayat penyakit ginjal (-).
- Riwayat konsumsi obat-obatan (-).
- Riwayat alcohol (-).
- Riwayat penyakit kuning (-).
- Riwayat minum air ubi (+).
- Riwayat merokok (+) 1 bungkus/hari, sejak muda.
- Riwayat dalam keluarga dengan penyakit yang sama (-).
STATUS PRESENT
Sakit sedang
Gizi Cukup
Berat badan : 76 kg
14 | P a g e
Tinggi badan : 165 cm.
IMT : 28 kg/m2
Kesadaran Composmentis
STATUS VITAL
TD : 180/100 mmHg
N : 120x/menit
P : 24x/menit
S : 36,5 0C
PEMERIKSAAN FISIS
Kepala:
Ekspressi : Normal
Simetris Muka : Simetris
Deformitas : (-)
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Kelopak mata : Normal, tidak ditemukan kelainan.
Konjungtiva : anemis (+)
Sklera : ikterus (+), warna kuning tua.
Kornea : reflex cahaya (+)/(+).
Pupil : isokor, diameter 2,5 mm / 2,5 mm.
Telinga:
Tophi : (-)
15 | P a g e
Pendengaran : normal
Nyeri tekan di proc. Mastoideus : (-)
Hidung:
Perdarahan : (-)
Mulut:
Oral ulcer : (-)
Gigi geligi : caries (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Hipertrofi (-)
Tonsil : T1/T1, dalam batas normal.
Pharynx : Hiperemis (-)
Leher:
Kelenjar getah bening : tanpa pembesaran
Kelenjar gondok : tanpa pembesaran
DVS : R +2 cmH2O
Pembuluh darah : pulsasi (+), dilatasi (-)
Kaku kuduk : tidak ada
Tumor : tidak ditemukan
Dada:
Inspeksi : simetris kiri dan kanan.
Bentuk : normmochest
Buah dada : simetris
Sela Iga : tidak ada pelebaran sela iga
Paru:
Palpasi : Fremitus Raba: VF kiri = kanan
16 | P a g e
Nyeri tekan (-).
Perkusi : Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas Paru Hepar : sulit dinilai.
Batas Paru belakang kanan : vertebra thoracal IX
Batas Paru belakang kiri : vertebra thoracal XI
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler. Bunyi tambahan (-)
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS VI linea medio clavikularis sinistra
Perkusi : pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan terletak
pada linea sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai dengan ictus cordis
terletak pada sela iga 5-6 linea medioclavikularis kiri)
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular
Bunyi tambahan : (-).
Abdomen:
Inspeksi : cembung, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (+) di regio hipochondrium dextra. Hepar/lien
tidak teraba.
Perkusi : tympani, ascites (-), shifting dullness (-)
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Punggung:
Inspeksi : simetris kiri kanan
17 | P a g e
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Ekstremitas:
Ikterus (+)/(+)
Edema (-)/(-)
Pemeriksaan Lab:
WBC 60.1x103/ul
HGB 9,7 g/dl
MCV 81,3
MCH 25,9
PLT 587x103/ul
GDS 100 mg/dl
Ureum 29 mg/dl
Creatinin 0,7 mg/dl
SGOT 106 u/l
SGPT 156 u/l
HBsAg (+)
Anti HCV (-)
DIAGNOSIS SEMENTARA:
Ikterus pro.evaluasi ec.susp.cholecystitis
Anemia normositik hipokrom pro.evaluasi
Peningkatan enzim transaminase
Hepatitis B akut
Hipertensi Stg. II
DIAGNOSIS BANDING: Cholelithiasis
PENATALAKSANAAN
18 | P a g e
Diet lunak, diet rendah lemak
IVFD asering : Dextrose 5% = 1:1 24 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV (ST) (I)
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
RENCANA PEMERIKSAAN
Bil. I/II, profil lipid, ALP, as.urat,GGT, alb/glob, PT, APTT, urinalisa
Foto Thorax PA
USG Abdomen
FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
05/05/2011
T: 180/80
N: 104x/i
P:28x/i
S: 36,3 0C
Perawatan Hari 2
S: nyeri perut kanan atas (+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (+)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra
Ext: edema (-/-)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II
Diet lunak, diet rendah
lemak
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12
jam/ IV (ST) (I)
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
-Cek darah rutin control
-Cek ADT
06/05/2011 Perawatan Hari 3 Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
19 | P a g e
T: 190/90
N: 96x/i
P:24x/i
S: 36 0C
S: nyeri perut kanan atas (+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (+)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra
Ext: edema (-/-)
Hasil Lab tgl 05/05/11 (terlampir)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12
jam/ IV (ST) (I)
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
07/05/2011
T: 160/80
N: 88x/i
P:24x/i
S: 36 0C
Perawatan Hari 4
S: nyeri perut kanan atas (+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (+)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12
jam/ IV (ST) (I)
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
20 | P a g e
Ext: edema (-/-)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati
09/05/2011
T: 140/70
N: 88x/i
P:24x/i
S: 36 0C
Perawatan Hari 6
S: nyeri perut kanan atas (+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (+)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra
Ext: edema (-/-)
Hasil Lab tgl 07/05/11 (terlampir)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati
RT: spincter mencekik,mukosa
licin, ampula feses, warna hitam,
MT(-), NT(-),
Jawaban konsul GEH: Gastropati
NSAID
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12
jam/ IV (ST) (I)
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
Konsul GEH
Jawaban konsul GEH:
Cek ADT, bil.total,
bil.direk
Urdalfalk 3x1
Ozid 1 amp/12jam/iv
21 | P a g e
10/05/2011
T: 140/80
N: 84x/i
P:24x/i
S: 36,1 0C
Perawatan Hari 7
S: nyeri perut kanan atas (-)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (-)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra, H/L tidak
teraba
Ext: edema (-/-)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati,
gastropati NSAID
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12
jam/ IV (ST) (I)
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
Urdalfalk 3x1
Ozid 1 amp/12jam/iv
11/05/2011
T: 150/70
N: 76x/i
P:24x/i
S: 360C
Perawatan Hari 8
S: nyeri perut kanan atas (-)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (-)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
Urdalfalk 3x1
Ozid 1 amp/12jam/iv
Rencana transfusi PRC
22 | P a g e
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra, H/L tidak
teraba
Ext: edema (-/-)
Hasil Lab tgl 10/05/11 (terlampir)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati,
gastropati NSAID
2 bag tunda
12/05/2011
T: 140/80
N: 80x/i
P:24x/i
S: 36,50C
Perawatan Hari 9
S: nyeri perut kanan atas (-), pusing
(+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (-)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra, H/L tidak
teraba
Ext: edema (-/-)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati,
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
Urdalfalk 3x1
Ozid 1 amp/12jam/iv
Rencana transfuse
PRC 1 bag,
premedikasi
sebelumnya, DD 1:1,
Lasix 1amp/iv jika
TD>100
Konsul bedah digestif
23 | P a g e
gastropati NSAID
13/05/2011
T: 130/80
N: 76x/i
P:20x/i
S: 36,10C
Perawatan Hari 10
S: nyeri perut kanan atas (-), pusing
(+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (-)
DVS: R-1cmH2O
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra, H/L tidak
teraba
Ext: edema (-/-)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati,
gastropati NSAID, vertigo
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
Urdalfalk 3x1
Ozid 1 amp/12jam/iv
Mertigo tab 3x1
Rencana transfuse
PRC 1 bag,
premedikasi
sebelumnya, DD 1:1,
Lasix 1amp/iv jika
TD>100
14/05/2011
T: 130/80
N: 68x/i
P:20x/i
S: 36,40C
Perawatan Hari 11
S: nyeri perut kanan atas (-), pusing
(+)
O: SS/GK/CM
Anemis (+), ikterus (-)
DVS: R-1cmH2O
Diet lunak, diet rendah
lemak, diet rendah
garam
IVFD asering :
Dextrose 5% = 1:1
24 tpm
HP pro cap 3x1
Captopril 25 mg 2x1
Amlodipine 10mg 1x1
24 | P a g e
Thorax: BP Br.vesikuler (+), Rh (-),
Wh (-)
Cor: BJ I/II reguler
Abd: Peristaltik (+), NT (+)
hipokondrium dextra, H/L tidak
teraba
Ext: edema (-/-)
A: Ikterus ec.susp.colelithiasis,
Hepatitis virus B, HT Stg. II,
kerusakan fungsi enzim hati,
gastropati NSAID, vertigo
Urdalfalk 3x1
Ozid 1 amp/12jam/iv
Mertigo tab 3x1
HB post transfuse
16/05/2011 Pasien pindah ke bag. Bedah
Digestif
Rencana CT Scan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Jenis PemeriksaanTanggal pemeriksaan
04/05 07/05 10/05 12/05
DARAH
RUTIN
WBC 60.1x 103 11.5x 103 8.25 x 103
RBC 3.74 x 106 2.17 x 106 2.80 x 106
HBG 9.7 7.2 8.2
HCT 30.4 % 20.4% 25.9%
MCV 81.3 94 92.5
25 | P a g e
MCH 25.9 33.2 29.3
MCHC 31.9 35.4 31.7
PLT 587 x 103 512 x 103 576 x 103
Lym % 2.4 % 3.41% 30.3
Mono % 5.0 % 0.90% 7.2
Neut % 92.1 % 6.60% 57.5%
Eos% 0.4 % 17.8 4.5
Baso% 0.1% 0.54 0.5
KIMIA
DARAH
DAN ELT
SGOT 106
SGPT 156
Bil. Direk 1.66
Bil. Total 2.89
Ureum 29
Kreatinin 0.7
TKK
Asam Urat
Natrium
Kalium
Klorida
DM
GDS 100
GDP
Asam Urat 4.2
HbA1c
LIPID Kol. Tot
LDL
HDL
26 | P a g e
Trigliserida
PETANDA
HATI
PT
12.0
control
15.0
APTT
17.1
control
26.7
Fibrinogen
Prot. Total 5.7
Albumin 3.3
Globulin
Alfa Feto
Protein
Alkali
Fosfatase 264
HbsAg positif
anti Hbs
Anti HCV negatif
Lain-lain
Fe Serum 24
TIBC 289
LED I/II
CT
BT
Radiologi
Foto thorax AP (4 Mei 2011):
- Corakan bronchovaskular dalam batas normal.
- Tidak tampak proses spesifik pada kedua paru.
27 | P a g e
- Cor: membesar dengan CTI >0,5, aorta dilatasi dan elongasi
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan: - Cardiomegaly disertai dilatatio et elongatio aortae
USG ABDOMEN (6 Mei 2011)
- Hepar : Bentuk, ukuran dan echoparenkim normal. Tidak tampak
dilatasi vaskuler maupun bile duct intra-ekstrahepatik. Tidak tampak
mass/cyst.
- GB : Dinding menebal, mukosa irregular, tampak echo batu
ukuran ±7mm
- Pankreas : Bentuk, ukuran dan echo normal
- Lien : Bentuk, ukuran dan echo dalam batas normal. Tidak
tampak mass.
- Kedua ginjal : Bentuk, ukuran dan echo parenchym dalam batas normal.
Tampak dilatasi pelvocalyceal system. Tidak tampak echo batu maupun
mass.
- Vesica urinaria: Dinding tidak menebal, mukosa licin, tidak tampak batu
maupun mass.
28 | P a g e
Kesan : -Cholelith disertai cholelithiasis
29 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
RESUME
30 | P a g e
Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
sclera ikterus yang disadari sejak 1 bulan yang lalu. Gejala disertai rasa gatal dan
warna kekuningan di seluruh badan. Nyeri perut kanan (+) atas dirasakan sejak 4 hari
yang lalu terutama saat ditekan. Nyeri biasanya berlangsung >15 menit dan hilang
dengan istirahat. Batuk (+) dialami sejak 4 hari yang lalu, lender (+), warna putih.
Riwayat kadang merasa tegang pada leher bagian belakang (+). Vertigo (+), terutama
saat perubahan posisi. Lemah (+), riwayat pingsan 3x dalam 1 minggu terakhir, pasien
tidak sadarkan diri. Riwayat berat badan turun (+), tapi tidak terlalu banyak dalam
jangka waktu yang lama. BAB (-) sejak 3 hari yang lalu. BAK (+), lancar, warna
kuning. Riwayat HT (+) sejak 1 tahun terakhir tapi berobat tidak teratur. Riwayat DM
(+), riwayat minum air ubi (+), riwayat merokok (+) 1 bungkus/hari sejak muda.
Dari pemeriksaan fisis, pasien sakit sedang, gizi cukup, composmentis. Tanda
vital tensi: 110/80 mmHg, nadi: 120x/menit, pernapasan: 24x/menit, suhu: 36.5oC.
Konjungtiva anemis, sclera icterus warna kuning tua. DVS R+2cmH2O. Thorax
dalam batas normal. Jantung dalam batas normal. Pada abdomen didapatkan nyeri
tekan di region hipochondrium kanan, massa tumor tidak ada. Hepar dan lien tidak
teraba. Ekstremitas inferior tampak icterus di kedua kaki. Dari pemeriksaan hasil
laboratorium WBC 60.1x103, HGB 9.7 g/dl, MCV 81.3, MCH 25.9, PLT 587x103/ul,
GDS 100 mg/dl, ureum 29 mg/dl, kreatinin 0.7 mg/dl, SGOT 106 u/l, SGPT 156 u/l,
HBsAg (+), anti HCV (-), PT 12.0 control 15.0, APTT 17.1 control 26.7, bilirubin
direk 1.66, bilirubin total 2.89, protein total 5.7, albumin 3.3, asam urat 4.2, FE serum
24, T1BC 289, alkali fosfatase 264. Hasil foto thorax PA: Cardiomegaly disertai
dilatatio et elongatio aortae. Hasil USG abdomen: cholelith disertai cholelithiasis
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisis dan hasil laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya, pasien didiagnosis dengan colelithiasis.
DISKUSI
Pasien tersebut didiagnosis dengan colelithiasis karena berdasarkan hasil
anamnesa diketahui bahwa pasien mengalami nyeri perut kanan atas sejak 4 hari yang
lalu yang biasanya berlangsung >30 menit dan hilang dengan istirahat. Nyeri
bertambah apabila ditekan. Gejala ini disertai warna kuning pada mata dan seluruh
31 | P a g e
tubuh sejak 1 bulan yang lalu. Gejala lain yang medukung adalah pasien juga merasa
lemah dan sempat pingsan 3x sebelum dilakukan perawatan. Ada pun didapatkan
penurunan berat badan walaupun tidak signifikan dalam jangka waktu yang lama.
Pasien ini juga belum BAB sejak 3 hari yang lalu dan BAK normal dengan warna
kuning.
Dari pemeriksaan fisis ditemukan konjuctiva anemis, sclera warna kuning tua,
dan pada abdomen didapatkan nyeri tekan di hipochondrium kanan tanpa massa
tumor. Ekstremitas bawah tampak berwarna kuning kiri dan kanan. Setelah anamnesis
dan pemeriksaan fisis kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium, foto thorax PA
dan USG abdomen untuk menegakkan diagnosis sementara dan didapatkan hasil
sebagai berikut :
- Laboratorium : trombositosis, leukositosis, anemia micrositik hipokrom,
peningkatan bilirubin total, penurunan FE serum, peningkatan
fungsi enzim hati.
- Radiologi :
Hasil foto thorax PA : Cardiomegaly disertai dilatatio et elongatio
aortae.
Hasil USG abdomen: cholelith disertai cholelithiasis
Berdasarkan hasil laboratorium dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan
batu dalam kandung empedu tersebut terlepas dan menetap di common bile duct yang
mengakibatkan obstruksi sehingga terjadi peningkatan bilirubin II di hepar sehingga
terjadi nekrosis hepatosit yang menyebabkan peningkatan SGOT/SGPT. Bilirubin
yang meningkat di hati masuk di aliran darah dan menyebabkan sclera icterus dan
warna kuning pada kulit. Adapun kemungkinan batu yang masih menetap di kandung
empedu menyebabkan radang pada dinding kandung sehingga terjadi peningkatan
leukosit. Radang yang terus-menerus dapat menjadi kronik sehingga bisa
mengakibatkan anemia pada penyakit kronik yang berujung penurunan FE serum dan
trombositosis. Hasil yang paling mendukung untuk diagnosa colelithiasis adalah hasil
pemeriksaan USG yang menunjukkan adanya batu kandung empedu.
Pengobatan pada pasien dilakukan dengan terapi diet rendah lemak untuk
mencegah nyeri perut bertambah parah karena adanya kolesterol yang tinggi.
Pemberian infus asering : Dextrose 5% = 1:1 24 tpm sebagai penyeimbang
elektrolit. Pada pemberian antibiotik diberikan cephalosforin gen.III yaitu, ceftriaxone
32 | P a g e
1 gr/12 jam/ IV sebagai antibiotik spektrum luas untuk kuman gram negatif dan untuk
coccus gram positif. Ada pun captopril 25 mg 2x1 sebagai ACE-I dan amlodipine 10
mg 1x1 sebagai CCB dikombinasikan untuk obat hipertensi stg.II. HP pro 3x1 untuk
proteksi hepar karena didapatkan peningkatan fungsi enzim hati. Urdalfalk 3x1
berfungsi melindungi sel-sel epitel kandung empedu. Ozid 1amp/12jam/iv karena
dicurigai gastropati NSAID karena ada riwayat minum air ubi.
DAFTAR PUSTAKA
1.Lesma LA. Penyakit batu empedu. In: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. 4th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006; vol.1: p 479-482.
33 | P a g e
2.Anonymous. Gallstone. [online] 2007 July. Available from: URL:
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/gallstones/. Acessed May 20th
2011.
3.C. D Johnson. Upper abdominal pain: gall bladder. In: ABC of the upper
gastrointestinal tract. Logan R, Harris A, Misiewicz JJ, Baron JH, editors.
London: BMJ Books, 2002: p 37-39.
4.I. J Beckingham. Gallstone disease. In: ABC of liver, pancreas and gallbladder. I.J
Benckingham, editors. London: BMJ Books, 2001: p 5-8.
5.Greenberger NJ, Paumgartner G. Disease of the gallbladder and bile ducts. In:
Harrison’s principles of internal medicine. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS,
Hauser SL etc, editors. 16th- ed. USA: McGraw Hill, 2005: p 1880-1885.
6.Linseth GN. Kolelitiasis dan kolesistitis. In: Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6 th ed. Jakarta: EGC, 2003;
vol.1: p 502-503.
7.Keshav S. Gallstone and pancreatitis. In: The gastrointestinal system at glance.
Keshav S, editors. London: Blackwell, 2004: p 90-91.
8.Shaffer EA. Colelithiasis [online] 2007 December. Available from: URL:
http://www.merckmanuals.com/professional/sec03/ch030/ch030b.html. Acessed
May 22th 2011.
34 | P a g e
LAMPIRAN
35 | P a g e