Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan
-
Upload
hendra-pajan -
Category
Documents
-
view
11 -
download
6
Transcript of Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan
PENDAHULUAN
Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya
dalam keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang sebelumnya
telah menderita hipertensi. Bagaimana kehamilan sendiri dapat menyebabkan atau
memperberat penyakit hipertensi vaskuler masih belum diketahui sekalipun
penelitian intensif telah dilakukan berpuluh tahun, dan kelainan ini masih menjadi
permasalahan ilmu kebidanan terpenting yang belum terpecahkan.1
Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan dan
merupakan salah satu dari tiga besar, selain perdarahan dan infeksi, yang terus
menjadi penyebab utama sebagian besar kematian ibu di Amerika Serikat.1 Di
Indonesia, eklampsia (salah satu jenis hipertensi dalam kehamilan), di samping
perdarahan dan infeksi, masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi.2
Kebanyakan kematian ibu maupun anak akibat hipertensi yang diinduksi atau
diperberat oleh kehamilan sering dapat dicegah. Pengawasan antenatal yang baik,
diikuti oleh perawatan yang sesuai akan memberikan hasil yang memuaskan, baik
bagi ibu maupun anak.1
DEFINISI1
Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dengan tekanan darah diastolik
minimal 90 mmHg atau tekanan sistolik minimal 140 mmHg, atau kenaikan tekanan
diastolik minimal 15 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik minimal sebesar 30
mmHg. Tekanan darah harus paling sedikit 2 kali dalam selang waktu 6 jam.
KLASIFIKASI1,3
Menurut American College of Obstetricans and Gynecologists (1986) yang
telah mengalami beberapa perubahan oleh F. Gary Cunninghan, M.D et al dalam
Williams Obsterics (1989), Hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Hipertensi karena kehamilan
Adalah hipertensi yang timbul akibat kehamilan dan sembuh setelah
bersalin
Hipertensi saja, tanpa proteinuria atau edema patologis
Preeklampsia – dengan proteinuria dan/atau edema patologis
Ringan
Berat
Eklampsia – proteinuria dan/atau edema patologis disertai kejang.
2. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan
Adalah hipertensi yang sebelumnya sudah ada dan diperberat oleh
kehamilan
Superimposed preeclampsia
Superimposed eklampsia
3. Hipertensi yang bersamaan dengan kehamilan
Adalah hipertensi kronis yang sudah ada sebelum kehamilan dan menetap
setelah bersalin.
PEMBAHASAN
Hipertensi berasal dari bahasa Latin yaitu hyper dan tension. Hyper yang
artinya tekanan yang berlebihan dan tension yang artinya tensi. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang
mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian seseorang dikatakan menderita
tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan diastoliknya lebih besar dari 120 mmHg (Ai Yeye Rukiyah,
2010). Hipertensi adalah tekanan darah yang abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda.
Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi karena atau pada
saat kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu. Penyebab hipertensi dalam
kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah
dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun
teori tersebut yang dianggap mutlak benar.
Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan, system rennin angiotensin,
sistem saraf otonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti
merokok, alcohol, obesits, dan lain-lain. (Lauralee, 2001)
2. Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui,
misalnya 1) Penyakit ginjal: glomerulonefritis akut, nefritis kronik, penyakit
poliarteritis, diabetes nefropati, 2) Penyakit endokrin: hipotiroid, hiperkalasemia,
akromegali, 3) koarktasio aorta, 4) hipertensi pada kehamilan, 5) kelainan
neurologi, 6) obat-obat dan zat-zat lain. (Lauralee, 2001)
HIPERTENSI SAJA
Beberapa kepustakaan menyebutkannya sebagai transient hypertension, yaitu
peningkatan tekanan darah selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama pasca
persalinan tanpa ada tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi sebelumnya.3,4
Kondisi ini biasanya merupakan petunjuk adanya hipertensi esensial yang akan
berkembang kemudian. Transient hypertension adalah diagnosis retrospektif dan jika
timbul kondisi seperti ini, maka pasien sebaiknya ditangani seperti pasien
preeklampsia.4
PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Definisi
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema atau kedua-duanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20, atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas
pada vili korialis.1 Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang dan
atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi.5
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Sampai sekarang, etiologi preeklampsia/eklampsia belum diketahui dengan
pasti.2,5 Berbagai penelitian yang telah dilakukan, mengisyaratkan adanya beberapa
faktor yang biasanya ada pada ibu-ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia,
antara lain:1,3
1. Usia
Insiden tinggi pada primigravida muda dan meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun, insidennya lebih dari 25%.
2. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida
3. Faktor keturunan
Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu atau nenek penderita maka
faktor resiko meningkat sampai + 25%.
4. Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait)
5. Diet / gizi
Angka kejadian meningkat pada ibu hamil yang obese.
6. Iklim / musim
Di daerah tropis, insiden lebih tinggi.
7. Tingkah laku / sosio ekonomi
Ibu dengan kebiasaan merokok memiliki resiko lebih tinggi, sedangkan ibu
yang dapat beristirahat dengan cukup, menurunkan resiko.
8. Hiperplasentosis
Angka kejadian hipertensi biasanya meningkat pada kehamilan kembar,
hidrops fetalis, diabetes melitus dan mola hidatidosa.
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan: 1,3
1. peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg, atau
2. peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg atau diastolik lebih
dari 15 mmHg, atau
3. peningkatan mean arterial pressure > 20 mmHg, atau MAP > 105 mmHg
4. proteinuria signifikan, >300 mg/24 jam atau > 1 gr/ml pada sekurang-
kurangnya 2 sampel urine yang diambil dengan selang waktu 6 jam
5. edema umum atau peningkatan berat badan yang berlebihan.
Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka
preeklampsia disebut berat. Meskipun tekanan darah belum mencapai 160/110
mmHg, preeklampsia termasuk kriteria berat jika terdapat gejala lain seperti:1,3,6
1. proteinuria = 5 gr/24 jam atau diatas 3+ pada urine kualitatif
2. oligouria, diuresis < 400 ml dalam 24 jam
3. sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan
4. nyeri epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas atau ada ikterus.
5. edema paru atau sianosis
6. trombositopenia
7. pertumbuhan janin yang terhambat
8. adanya sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet
count)
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia
disertai kejang atau koma. Bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu
atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri
epigastrium, dan kenaikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut
menderita impending eklampsia.5
Penjelasan Tambahan6
1. Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam atau sama
dengan ≥ 1 + dipstick
2. Edema, dulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeclampsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata
(anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor risiko timbulnya hipertensi dalam
kehamilan, bila didapatkan edema generalsata, atau kenaikan berat badan > 0,57
kg/minggu.
Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu < 0,34
kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menimbulkan risiko berat badan
bayi rendah.
Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya preeklampsia berat dan
eklampsia, kemudian melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.2
Pencegahan non medical ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat.
Cara yang paling sedrhana ialah tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih
diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadiya preeklampsia
meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya preeklmapsia dan
mencegah persalinan preterm. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah
terjadinya preeklampsia. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat
meskipun belum ada bukti yang kuat.. pemberian diuretik tidak terbukti mencegah
terjadinya preeclampsia bahkan memperberat hipovolemia.6
Pada pasien rawat jalan, dapat dianjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang
hari dan tidur lebih dari 8 jam pada malam hari,5 diet cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam. Bila sukar tidur dapat diberikan sedativa ringan
seperti phenobarbital 3x30 mg per oral selama 7 hari atau tablet diazepam 3x2 mg
per oral, selama 7 hari. Dapat juga diberikan roborantia dan pasien dianjurkan untuk
melakukan kunjungan ulang tiap 1 minggu.7
Bila pasien tidak ada perbaikan dalam 2 minggu rawat jalan, dalam hal ini
terjadi peningkatan berat badan berlebihan (> 1 kg/minggu, selama 2 kali berturut-
turut) atau tampak tanda-tanda preeklampsia berat, maka pasien harus dirawat inap.3,5
Pada preeklampsia ringan yang dirawat, bila kehamilan preterm (<37
minggu) dan tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan maka
persalinannya ditunggu sampai aterm, atau bila tekanan darahnya turun tapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada
umur kehamilan > 37 minggu. Pada kehamilan aterm (>37 minggu), penanganannya
adalah dengan menunggu persalinan spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Cara persalinan dapat dilakukan
secara spontan, atau bila perlu memperpendek kala II dengan bantuan bedah
obstetri.7
Penanganan preeklampsia berat adalah dengan merawat segera dan
menentukan jenis tindakan aktif atau konservatif. Tindakan aktif berarti kehamilan
segera diakhiri bersamaan dengan pemberian pengobatan medisinal, sedangkan
pengobatan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medisinal. Pengobatan medisinal antara lain:
segera masuk rumah sakit
tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
infus dekstrosa 5 % yang tiap liternya diselingi larutan ringer laktat
500 cc (60-125 cc/jam)
antasida
diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
pemberian obat anti kejang: MgSO4
Tindakan aktif dilakukan bila terdapat satu atau lebih keadaan berikut:
kehamilan > 37 minggu
adanya tanda-tanda gejala impending eklampsia
kegagalan terapi pada perawatan konservatif:
o dalam waktu atau setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medisinal
terjadi kenaikan tekanan darah
o setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal, tidak ada
perbaikan.
adanya tanda-tanda fetal distress
adanya tanda-tanda IUGR
Adanya HELLP syndrome
Cara mengakhiri kehamilan pada tindakan aktif adalah dengan induksi persalinan
dengan amniotomi atau oksitosin drips bila skor bishop lebih dari 5. Seksio sesaria
dilakukan bila syarat oksitosin drips tidak dipenuhi atau dalam 12 jam sejak
dimulainya oksitosis drips pada pasien yang belum inpartu, pasien belum juga masuk
dalam fase aktif; atau bila pasien telah inpartu kala I laten, setelah 6 jam pemberian
oksitosin drips belum masuk fase aktif, dan bila pasien dengan inpartu kala I aktif
setelah 6 jam amniotomi belum juga masuk kala II. Bila pasien telah berada dalam
kala II, terminasi kehamilan dilakukan dengan cara ekstraksi vakum atau forsep.7
Tujuan pengobatan eklampsia adalah menghentikan atau mencegah kejang,
mempertahankan fungsi organ vital, koreksi hipoksia/asidosis, kendalikan tekanan
darah sampai batas aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah atau mengatasi
penyulit khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin.3
Pengobatan medisinal pada eklampsia sama dengan pada preeklampsia berat,
hanya dosis MgSO4 dapat ditambah 2 gr intavena satu kali pemberian bila timbul
kejang-kejang lagi. Selama kejang, sebaiknya pasien dirawat di kamar isolasi dengan
penerangan cukup, masukkan sundip lidah kedalam mulut pasien, daerah orofaring
dihisap dan badan difiksasi pada tempat tidur secukupnya. Bila pasien koma, perlu
dimonitoring kesadaran pasien, perhatikan pencegahan dekubitus dan bila perlu
dapat diberikan nutrisi lewat NGT. Sikap dasar pada penanganan eklampsia adalah
semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin dan dengan cara seperti pada preeklampsia berat.3,7
Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hioertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
Komplikasi5
Komplikasi preeklampsia/eklampsia dapat berupa atonia uteri, sindroma
HELLP, ablasia retina, DIC (disseminated intravascular coagulation), gagal ginjal,
perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, syok hingga kematian. Komplikasi pada
janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensiuteroplasental, misalnya
pertumbuhan janin terhambat atau prematuritas.
Pencegahan5
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia. Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diat rendah garam, diet tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium, dll) atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi,
diuretik, aspirin, dll) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsia.
Prognosis
Dubia ad Bonam
KESIMPULAN
Hipertensi karena kehamilan, yaitu tekanan darah yang lebih dari 140/90
mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang
menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.
Klasifikasi hipertensi terhadap kehamilan menyebabkan hipertensi atau
hipertensi yang t
DAFTAR PUSTAKA
1. Pritchard JA, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetri, edisi 17. Surabaya: Airlangga University Press, 1991
2. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999
3. Hipertensi selama kehamilan. Dalam: Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC, 1994: 235-45.
4. Rachimhadi T. Pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam: Ilmu kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1997: 281-300
5. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi. Manado: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT, 1996
6. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan.. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008
7. Pengurus Besar POGI. Gestosis. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi, bagian I. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000; 1-8.