Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

16
PENDAHULUAN Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya dalam keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang sebelumnya telah menderita hipertensi. Bagaimana kehamilan sendiri dapat menyebabkan atau memperberat penyakit hipertensi vaskuler masih belum diketahui sekalipun penelitian intensif telah dilakukan berpuluh tahun, dan kelainan ini masih menjadi permasalahan ilmu kebidanan terpenting yang belum terpecahkan. 1 Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan dan merupakan salah satu dari tiga besar, selain perdarahan dan infeksi, yang terus menjadi penyebab utama sebagian besar kematian ibu di Amerika Serikat. 1 Di Indonesia, eklampsia (salah satu jenis hipertensi dalam kehamilan), di samping perdarahan dan infeksi, masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. 2 Kebanyakan kematian ibu maupun anak akibat hipertensi yang diinduksi atau diperberat oleh kehamilan sering dapat dicegah. Pengawasan antenatal yang baik, diikuti oleh perawatan yang sesuai akan memberikan hasil yang memuaskan, baik bagi ibu maupun anak. 1 DEFINISI 1

Transcript of Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

Page 1: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

PENDAHULUAN

Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya

dalam keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang sebelumnya

telah menderita hipertensi. Bagaimana kehamilan sendiri dapat menyebabkan atau

memperberat penyakit hipertensi vaskuler masih belum diketahui sekalipun

penelitian intensif telah dilakukan berpuluh tahun, dan kelainan ini masih menjadi

permasalahan ilmu kebidanan terpenting yang belum terpecahkan.1

Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan dan

merupakan salah satu dari tiga besar, selain perdarahan dan infeksi, yang terus

menjadi penyebab utama sebagian besar kematian ibu di Amerika Serikat.1 Di

Indonesia, eklampsia (salah satu jenis hipertensi dalam kehamilan), di samping

perdarahan dan infeksi, masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab

kematian perinatal yang tinggi.2

Kebanyakan kematian ibu maupun anak akibat hipertensi yang diinduksi atau

diperberat oleh kehamilan sering dapat dicegah. Pengawasan antenatal yang baik,

diikuti oleh perawatan yang sesuai akan memberikan hasil yang memuaskan, baik

bagi ibu maupun anak.1

DEFINISI1

Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dengan tekanan darah diastolik

minimal 90 mmHg atau tekanan sistolik minimal 140 mmHg, atau kenaikan tekanan

diastolik minimal 15 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik minimal sebesar 30

mmHg. Tekanan darah harus paling sedikit 2 kali dalam selang waktu 6 jam.

KLASIFIKASI1,3

Menurut American College of Obstetricans and Gynecologists (1986) yang

telah mengalami beberapa perubahan oleh F. Gary Cunninghan, M.D et al dalam

Williams Obsterics (1989), Hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Page 2: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

1. Hipertensi karena kehamilan

Adalah hipertensi yang timbul akibat kehamilan dan sembuh setelah

bersalin

Hipertensi saja, tanpa proteinuria atau edema patologis

Preeklampsia – dengan proteinuria dan/atau edema patologis

Ringan

Berat

Eklampsia – proteinuria dan/atau edema patologis disertai kejang.

2. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan

Adalah hipertensi yang sebelumnya sudah ada dan diperberat oleh

kehamilan

Superimposed preeclampsia

Superimposed eklampsia

3. Hipertensi yang bersamaan dengan kehamilan

Adalah hipertensi kronis yang sudah ada sebelum kehamilan dan menetap

setelah bersalin.

Page 3: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

PEMBAHASAN

Hipertensi berasal dari bahasa Latin yaitu hyper dan tension. Hyper yang

artinya tekanan yang berlebihan dan tension yang artinya tensi. Hipertensi atau

tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang

mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian seseorang dikatakan menderita

tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg dan diastoliknya lebih besar dari 120 mmHg (Ai Yeye Rukiyah,

2010). Hipertensi adalah tekanan darah yang abnormal dan diukur paling tidak pada

tiga kesempatan yang berbeda.

Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi karena atau pada

saat kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu. Penyebab hipertensi dalam

kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah

dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun

teori tersebut yang dianggap mutlak benar.

Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan, system rennin angiotensin,

sistem saraf otonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti

merokok, alcohol, obesits, dan lain-lain. (Lauralee, 2001)

2. Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui,

misalnya 1) Penyakit ginjal: glomerulonefritis akut, nefritis kronik, penyakit

poliarteritis, diabetes nefropati, 2) Penyakit endokrin: hipotiroid, hiperkalasemia,

akromegali, 3) koarktasio aorta, 4) hipertensi pada kehamilan, 5) kelainan

neurologi, 6) obat-obat dan zat-zat lain. (Lauralee, 2001)

HIPERTENSI SAJA

Page 4: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

Beberapa kepustakaan menyebutkannya sebagai transient hypertension, yaitu

peningkatan tekanan darah selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama pasca

persalinan tanpa ada tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi sebelumnya.3,4

Kondisi ini biasanya merupakan petunjuk adanya hipertensi esensial yang akan

berkembang kemudian. Transient hypertension adalah diagnosis retrospektif dan jika

timbul kondisi seperti ini, maka pasien sebaiknya ditangani seperti pasien

preeklampsia.4

PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Definisi

Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,

edema atau kedua-duanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20, atau

kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas

pada vili korialis.1 Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang dan

atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi.5

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Sampai sekarang, etiologi preeklampsia/eklampsia belum diketahui dengan

pasti.2,5 Berbagai penelitian yang telah dilakukan, mengisyaratkan adanya beberapa

faktor yang biasanya ada pada ibu-ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia,

antara lain:1,3

1. Usia

Insiden tinggi pada primigravida muda dan meningkat pada primigravida tua.

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun, insidennya lebih dari 25%.

2. Paritas

Angka kejadian tinggi pada primigravida

3. Faktor keturunan

Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu atau nenek penderita maka

faktor resiko meningkat sampai + 25%.

4. Faktor gen

Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait)

Page 5: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

5. Diet / gizi

Angka kejadian meningkat pada ibu hamil yang obese.

6. Iklim / musim

Di daerah tropis, insiden lebih tinggi.

7. Tingkah laku / sosio ekonomi

Ibu dengan kebiasaan merokok memiliki resiko lebih tinggi, sedangkan ibu

yang dapat beristirahat dengan cukup, menurunkan resiko.

8. Hiperplasentosis

Angka kejadian hipertensi biasanya meningkat pada kehamilan kembar,

hidrops fetalis, diabetes melitus dan mola hidatidosa.

Diagnosis

Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan: 1,3

1. peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg, atau

2. peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg atau diastolik lebih

dari 15 mmHg, atau

3. peningkatan mean arterial pressure > 20 mmHg, atau MAP > 105 mmHg

4. proteinuria signifikan, >300 mg/24 jam atau > 1 gr/ml pada sekurang-

kurangnya 2 sampel urine yang diambil dengan selang waktu 6 jam

5. edema umum atau peningkatan berat badan yang berlebihan.

Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka

preeklampsia disebut berat. Meskipun tekanan darah belum mencapai 160/110

mmHg, preeklampsia termasuk kriteria berat jika terdapat gejala lain seperti:1,3,6

1. proteinuria = 5 gr/24 jam atau diatas 3+ pada urine kualitatif

2. oligouria, diuresis < 400 ml dalam 24 jam

3. sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan

4. nyeri epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas atau ada ikterus.

5. edema paru atau sianosis

6. trombositopenia

7. pertumbuhan janin yang terhambat

8. adanya sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet

count)

Page 6: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia

disertai kejang atau koma. Bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu

atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri

epigastrium, dan kenaikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut

menderita impending eklampsia.5

Penjelasan Tambahan6

1. Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam atau sama

dengan ≥ 1 + dipstick

2. Edema, dulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeclampsia, tetapi

sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata

(anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor risiko timbulnya hipertensi dalam

kehamilan, bila didapatkan edema generalsata, atau kenaikan berat badan > 0,57

kg/minggu.

Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu < 0,34

kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menimbulkan risiko berat badan

bayi rendah.

Penanganan

Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya preeklampsia berat dan

eklampsia, kemudian melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma

sekecil-kecilnya.2

Pencegahan non medical ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat.

Cara yang paling sedrhana ialah tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih

diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadiya preeklampsia

meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya preeklmapsia dan

mencegah persalinan preterm. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah

terjadinya preeklampsia. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat

meskipun belum ada bukti yang kuat.. pemberian diuretik tidak terbukti mencegah

terjadinya preeclampsia bahkan memperberat hipovolemia.6

Pada pasien rawat jalan, dapat dianjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang

hari dan tidur lebih dari 8 jam pada malam hari,5 diet cukup protein, rendah

Page 7: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

karbohidrat, lemak dan garam. Bila sukar tidur dapat diberikan sedativa ringan

seperti phenobarbital 3x30 mg per oral selama 7 hari atau tablet diazepam 3x2 mg

per oral, selama 7 hari. Dapat juga diberikan roborantia dan pasien dianjurkan untuk

melakukan kunjungan ulang tiap 1 minggu.7

Bila pasien tidak ada perbaikan dalam 2 minggu rawat jalan, dalam hal ini

terjadi peningkatan berat badan berlebihan (> 1 kg/minggu, selama 2 kali berturut-

turut) atau tampak tanda-tanda preeklampsia berat, maka pasien harus dirawat inap.3,5

Pada preeklampsia ringan yang dirawat, bila kehamilan preterm (<37

minggu) dan tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan maka

persalinannya ditunggu sampai aterm, atau bila tekanan darahnya turun tapi belum

mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada

umur kehamilan > 37 minggu. Pada kehamilan aterm (>37 minggu), penanganannya

adalah dengan menunggu persalinan spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan

induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Cara persalinan dapat dilakukan

secara spontan, atau bila perlu memperpendek kala II dengan bantuan bedah

obstetri.7

Penanganan preeklampsia berat adalah dengan merawat segera dan

menentukan jenis tindakan aktif atau konservatif. Tindakan aktif berarti kehamilan

segera diakhiri bersamaan dengan pemberian pengobatan medisinal, sedangkan

pengobatan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan

pemberian pengobatan medisinal. Pengobatan medisinal antara lain:

segera masuk rumah sakit

tirah baring miring ke satu sisi (kiri)

infus dekstrosa 5 % yang tiap liternya diselingi larutan ringer laktat

500 cc (60-125 cc/jam)

antasida

diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

pemberian obat anti kejang: MgSO4

Tindakan aktif dilakukan bila terdapat satu atau lebih keadaan berikut:

kehamilan > 37 minggu

adanya tanda-tanda gejala impending eklampsia

kegagalan terapi pada perawatan konservatif:

Page 8: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

o dalam waktu atau setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medisinal

terjadi kenaikan tekanan darah

o setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal, tidak ada

perbaikan.

adanya tanda-tanda fetal distress

adanya tanda-tanda IUGR

Adanya HELLP syndrome

Cara mengakhiri kehamilan pada tindakan aktif adalah dengan induksi persalinan

dengan amniotomi atau oksitosin drips bila skor bishop lebih dari 5. Seksio sesaria

dilakukan bila syarat oksitosin drips tidak dipenuhi atau dalam 12 jam sejak

dimulainya oksitosis drips pada pasien yang belum inpartu, pasien belum juga masuk

dalam fase aktif; atau bila pasien telah inpartu kala I laten, setelah 6 jam pemberian

oksitosin drips belum masuk fase aktif, dan bila pasien dengan inpartu kala I aktif

setelah 6 jam amniotomi belum juga masuk kala II. Bila pasien telah berada dalam

kala II, terminasi kehamilan dilakukan dengan cara ekstraksi vakum atau forsep.7

Tujuan pengobatan eklampsia adalah menghentikan atau mencegah kejang,

mempertahankan fungsi organ vital, koreksi hipoksia/asidosis, kendalikan tekanan

darah sampai batas aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah atau mengatasi

penyulit khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi

keadaan ibu seoptimal mungkin.3

Pengobatan medisinal pada eklampsia sama dengan pada preeklampsia berat,

hanya dosis MgSO4 dapat ditambah 2 gr intavena satu kali pemberian bila timbul

kejang-kejang lagi. Selama kejang, sebaiknya pasien dirawat di kamar isolasi dengan

penerangan cukup, masukkan sundip lidah kedalam mulut pasien, daerah orofaring

dihisap dan badan difiksasi pada tempat tidur secukupnya. Bila pasien koma, perlu

dimonitoring kesadaran pasien, perhatikan pencegahan dekubitus dan bila perlu

dapat diberikan nutrisi lewat NGT. Sikap dasar pada penanganan eklampsia adalah

semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur

kehamilan dan keadaan janin dan dengan cara seperti pada preeklampsia berat.3,7

Hipertensi Kronik

Page 9: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20

minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20

minggu dan hioertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.

Komplikasi5

Komplikasi preeklampsia/eklampsia dapat berupa atonia uteri, sindroma

HELLP, ablasia retina, DIC (disseminated intravascular coagulation), gagal ginjal,

perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, syok hingga kematian. Komplikasi pada

janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensiuteroplasental, misalnya

pertumbuhan janin terhambat atau prematuritas.

Pencegahan5

Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia. Beberapa

penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diat rendah garam, diet tinggi protein,

suplemen kalsium, magnesium, dll) atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi,

diuretik, aspirin, dll) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsia.

Prognosis

Dubia ad Bonam

Page 10: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

KESIMPULAN

Hipertensi karena kehamilan, yaitu tekanan darah yang lebih dari 140/90

mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang

menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.

Klasifikasi hipertensi terhadap kehamilan menyebabkan hipertensi atau

hipertensi yang t

Page 11: Cita He Hipertensi Dalam Kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

1. Pritchard JA, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetri, edisi 17. Surabaya: Airlangga University Press, 1991

2. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999

3. Hipertensi selama kehamilan. Dalam: Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC, 1994: 235-45.

4. Rachimhadi T. Pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam: Ilmu kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1997: 281-300

5. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi. Manado: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT, 1996

6. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan.. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008

7. Pengurus Besar POGI. Gestosis. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi, bagian I. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000; 1-8.