Cinta jangan baru

4
Cinta, Jangan Buru Buru “Hari bahagia, ku menyuntingmu, ku sematkan cincin ini di jari manismu.. dan ikrar suci, lengkaplah sudah kini kau menjadi milikku…” “Denta, tolong bukakan pintunya, sepertinya ada tamu di depan!” tiba-tiba Mamanya suara Mamanya membuyarkan nyanyian Denta yang sedang asyik bermain gitar di ruang tengah rumahnya. “Iya ma!” Denta segera melepas gitarnya dan bergegas untuk membukakan pintu ruang tamunya. “Selamat sore.” Sapa seorang gadis yang berdiri di hadapan Denta. “Selamat sore juga.” Jawabnya sambil membelalakan matanya. “loh, Denta..” kata gadis tersebut yang ternyata adalah Yolanda. “Hei kamu.. kamu kan anak baru di kelas 2 itu kan?” kata Denta ragu-ragu. “Iya, saya Yolanda.” “loh kok kamu bisa nyasar sampai ke rumahku?” Tanya Denta penasaran. “Eh, anu.. anu.. Mamaku yang suruh aku ke sini untuk membawakan ini buat Mama kamu.” Jawab Yolanda dengan sedikit gugup sambil menunjukkan sesuatu kepada Denta. Dengan bercanda Denta berkata, “Oh kirain kamu nyariin aku hahaha… Well, ayo, silahkan masuk, biar aku panggilkan Mamaku dulu.” Tiba-tiba Mamanya Denta muncul dari ruang tengah, dan berkata, “Hei Yola ngoni dua so baku kenal dang ini.” “Sore Tante, Iyo, torang satu sekolah, mar kita nintau lei ternyata dia Tante pe anak.” Jawab Yolanda sambil menyalami Bu Suzan Ibu Denta. “Oh begitu dang, kong kebetulan ngana datang ke sini noh, jadi so tahu kalu Tante Mamanya Denta to.” Kata Bu Suzan sambil melemparkan senyum manisnya. “Iyo Tante.” Jawab Yolanda singkat. Sementara Denta tampak seperti arca yang sedang nongkrong di samping Mamanya. Denta lahir dari pasangan suami istri dengan latar belakang suku yang berbeda. Papanya campuran Jawa-Bali, dan Mamanya asli Minahasa. “Denta, Mamanya Yolanda ini sahabat Mama sewaktu SMA dulu, dan kebetulan akhirnya bisa kumpul lagi di sini karena Papanya Yola dipindah tugaskan di sini sekitar lima bulan yang lalu.” Jelas Mamanya. Denta hanya mengangguk- angguk sambil sesekali tersenyum pada Yolanda sehingga membuat Yolanda jadi grogi dan pengen cepet-cepet kabur dari rumah itu. “Oya, ngomong-ngomong Mama ada batitip apa dank?” Lalu Yolanda menyodorkan tas putih di tangannya kepada Ibu Suzan Mamanya Denta. “Ini napa Tante, Mama ada bawa klapertart dari Manado.” “Wow enaknya, makaseh ne bilang pa Mama, nanti besok jo Tante pi pasiar ke

Transcript of Cinta jangan baru

Page 1: Cinta jangan baru

Cinta, Jangan Buru Buru“Hari bahagia, ku menyuntingmu, ku sematkan cincin ini di jari manismu.. dan ikrar suci, lengkaplah sudah kini kau menjadi milikku…”

“Denta, tolong bukakan pintunya, sepertinya ada tamu di depan!” tiba-tiba Mamanya suara Mamanya membuyarkan nyanyian Denta yang sedang asyik bermain gitar di ruang tengah rumahnya.“Iya ma!” Denta segera melepas gitarnya dan bergegas untuk membukakan pintu ruang tamunya.“Selamat sore.” Sapa seorang gadis yang berdiri di hadapan Denta.“Selamat sore juga.” Jawabnya sambil membelalakan matanya.“loh, Denta..” kata gadis tersebut yang ternyata adalah Yolanda.“Hei kamu.. kamu kan anak baru di kelas 2 itu kan?” kata Denta ragu-ragu.“Iya, saya Yolanda.”“loh kok kamu bisa nyasar sampai ke rumahku?” Tanya Denta penasaran.“Eh, anu.. anu.. Mamaku yang suruh aku ke sini untuk membawakan ini buat Mama kamu.” Jawab Yolanda dengan sedikit gugup sambil menunjukkan sesuatu kepada Denta.Dengan bercanda Denta berkata, “Oh kirain kamu nyariin aku hahaha… Well, ayo, silahkan masuk, biar aku panggilkan Mamaku dulu.”Tiba-tiba Mamanya Denta muncul dari ruang tengah, dan berkata, “Hei Yola ngoni dua so baku kenal dang ini.”“Sore Tante, Iyo, torang satu sekolah, mar kita nintau lei ternyata dia Tante pe anak.” Jawab Yolanda sambil menyalami Bu Suzan Ibu Denta.“Oh begitu dang, kong kebetulan ngana datang ke sini noh, jadi so tahu kalu Tante Mamanya Denta to.” Kata Bu Suzan sambil melemparkan senyum manisnya.“Iyo Tante.” Jawab Yolanda singkat. Sementara Denta tampak seperti arca yang sedang nongkrong di samping Mamanya.Denta lahir dari pasangan suami istri dengan latar belakang suku yang berbeda. Papanya campuran Jawa-Bali, dan Mamanya asli Minahasa.“Denta, Mamanya Yolanda ini sahabat Mama sewaktu SMA dulu, dan kebetulan akhirnya bisa kumpul lagi di sini karena Papanya Yola dipindah tugaskan di sini sekitar lima bulan yang lalu.” Jelas Mamanya. Denta hanya mengangguk-angguk sambil sesekali tersenyum pada Yolanda sehingga membuat Yolanda jadi grogi dan pengen cepet-cepet kabur dari rumah itu.“Oya, ngomong-ngomong Mama ada batitip apa dank?” Lalu Yolanda menyodorkan tas putih di tangannya kepada Ibu Suzan Mamanya Denta.“Ini napa Tante, Mama ada bawa klapertart dari Manado.”“Wow enaknya, makaseh ne bilang pa Mama, nanti besok jo Tante pi pasiar ke sana neh”“Iyo Tante sama-sama. Kalu begitu Yola bale ne Tante soalnya mo ada kerja tugas

Page 2: Cinta jangan baru

kelompok deng tape temang-temang, nanti jo ta pasiar ulang ne Tante.”“Oh iyo, belajar bae-bae ne and thanks for klapertartnya.” Jawab Ibu Suzan sambil mengusap pundak Yolanda. Yolanda pun mengangguk dan tersenyum dengan manis.“Daaa Tante.. Denta, saya pamit..” kemudian ia berbalik dan meninggalkan rumah itu.“Daa..” jawab IBu Suzan sambil melambaikan tangannya, sementara Denta terus memandangi kepergian Yolanda hingga mobil yang dikendarai menghilang dari pandangannya. Tanpa ia sadari Mamanya terus memandangi dia sambil tersenyum melihat tingkah anaknya.“Hei Denta, kamu kok jadi kayak patung gitu!” tegur Mamanya membuyarkan lamunannya. “Hayo kamu lagi mikirin apa hayo?” godanya.“Ah Mama ini bikin kaget aja, gak mikir apa-apa kok ma. Cuma gak nyangka aja kalau Yolanda itu anaknya teman Mama” jawabnya sambil berlalu untuk menghindari interogasi lebih lanjut dari Mamanya. Ibu Suzan pun tertawa kecil penuh makna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.Pada keesokan harinya di dalam kelas II B, kelas di mana Yolanda harus duduk selama enam sampai tujuh jam sehari untuk menggali ilmu guna membekali diri untuk mempersiapkan masa depannya kelak tampak sangat hikmat dan tenang, lalu terdengar suara seorang guru yang sedang berbicara dengan murid-muridnya dengan menggunakan bahasa bule.“Oke, please give me your argument why smoking is really disadvantageous for student?” Kata Ibu Siti guru mata pelajaran bahasa Inggris yang hampir satu jam memberi materi pelajaran dan berkhotbah di depan kelas.“Rudi answer please.” Sambungnya.“hmm.. because, It endangers for our health, mam.” Jawab Rudi.“Can you Explain your argument?” Pinta bu Siti kurang puas dengan jawaban Rudi.“Yes mam, except it was many people get lethal disease because of that, smoking can motivates us to embezzle money from our parents, and then smoking will bring us to wrong friend. Many students who smoke usualy like skipping the class.” Jawab Rudi mantap.“Good Rudi, thank you.” Puji bu Siti sambil memberikan applause. Lalu ia melirik pada Yolanda yang sedari tadi diperhatikannya melamun terus. Padahal biasanya dialah yang paling semangat dan sangat antusias saat jam mata pelajarannya.“Yolanda, now you turn.” Namun tampaknya Yolanda tidak merespon apa yang diperintahkan oleh gurunya. “Yolanda!!!” kembali Bu Siti memanggilnya dengan nada yang lebih tinggi.“Hey Yola giliran kamu tuh ditanya sama bu guru!” kata Dwi padanya setengah berbisik sambil menyenggolnya.“Haaah apaan sih!!!” sontak ia menjawab, karena ia terkejut dan baru tersadar dari

Page 3: Cinta jangan baru

lamunannya. Spontan aja terdengar tawa semua murid di kelas itu melihat tingkah Yolanda. Wajah putih Yolanda mendadak menjadi merah merona karena menahan malu. Namu tiba-tiba.. “Teeeet.. teeeeet..” bel sekolah berbunyi menandakan mata pelajaran Bu Siti telah berakhir.“Duh selamat deh” gumamnya dalam hati, akhirnya ia diselamatkan oleh bel sekolah. Sementara Dwi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil merapikan bukunya.“Ayo kita ke kantin!” ajak Dwi.“Iya Wi.” Ia pun mengangkat pantatnya dari bangku lalu mengekor di belakang Dwi.Dan sesampainya di kantin Putri dan Butet tampaknya sudah lebih dulu menunggu mereka.“Tumben lama keluarnya?” Tanya Putri pada mereka.“Iya Put, soalnya tadi accident di kelas.” Jawab Dwi sambil senyum-senyum.Lalu tampak Yolanda meremas-remas tangan Dwi gregetan sambil berbisik, “Please.. jangan cerita!”“Accident apaan?” Tanya Putri penasaran.“Hmm kasih tahu gak ya?” jawab Dwi sambil menatap Yolanda dengan tatapan penuh kemenangan.Tampak Yolanda mengerjap-ngerjapkan matanya dengan wajah memelas.“Ah gak penting itu kok itu Put, cuma ada yang kerasukan aja di kelas!” imbuhnya dengan senyum semakin melebar.“Ayo pesan apa.. pesan apa?” Yolanda menyela pembicaraan mereka agar tidak berlanjut. “Hari ini aku yang traktir! Ayoo pesan aja.” Lanjutnya.“Tumben kamu baik hati hari ini Yol, pasti mimpi buruk ya semalam?” Tanya Butet padanya. Belum sempat ia menjawab, tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundaknya dari belakang.“Hai Yola” sapanya.Yolanda menoleh ke belakang, terang aja dia menjadi kaget karena sosok yang berdiri di belakangnya adalah Denta.“Hey, i, iya Denta.” Jawabnya tergagap. Sementara Denta melangkah dan berdiri di sampingnya.“Nanti sore kamu ada di rumah? Mama memintaku untuk mengantarnya ke rumahmu.” Tanya Denta padanya.“Oh iya, nanti.. iya nanti sore aku ada di rumah.” Jawabnya semakin gugup disertai rasa malu karena teman-temannya pada bengong ngelihatin mereka berdua.“Eh teman-teman, ini Denta.. eh maksudku Mamanya Denta adalah temannya Mamaku. Kami juga baru tahu kemarin kalau mereka bersahabat.” Ia berusaha menjelaskan.Melihat gelagat Yolanda yang kikuk di hadapan teman-temannya, Denta pun berkata, “Ya udah, kalau gitu aku pergi dulu ya.. sampai ketemu entar sore Yola.” Kata Denta, lalu

Page 4: Cinta jangan baru

melambaikan tangannya sambil tersenyum dan akhirnya menghilang di balik pintu kantin.Syuuuur.. seketika laju darah di dalam tubuhnya mengalir semakin kencang, dari ubun-ubun sampai ke tempat yang paling ujung pada jari-jari kakinya. Dia masih tidak percaya Denta telah datang menghampirinya. Suasana mendadak menjadi hening, para sahabatnya saling pandang satu sama lain, lalu seolah-olah ada yang memberi komando mereka bertiga sama-sama memandang ke arah Yola dengan tatapan yang dalam.

“Kdubraaaks!!! Hahaha pantas aja ada yang kesurupan tadi, benar kan kataku yang tempo hari itu. Kamu akan kerasukan dengan rohnya Denta!”

Akhirnya suara Dwi memecahkan kebisuan mereka, dan suasana menjadi heboh kembali karena ketiga sahabatnya mulai sibuk menggodanya. Dan akhirnya Yolanda pun jadi salah tingkah dan tersipu malu karena digodain terus oleh sahabatnya tersebut. Pertemuannya dengan Denta di hari itu membuatnya merasakan ada yang aneh pada dirinya ada sesuatu yang bebeda di dalam dirinya, entah itu apa yang pasti sesuatu itu sangat ingin sekali meloncat ke luar ataupun meluap menembus batas ubun-ubunnya.

Bersambung