Case-BPH

59
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN No. RM : 00-95-45-21 Nama : Tn. Antonius N.S Umur : 65 tahun Jenis kelamin : Pria Agama : Katolik Alamat : jalan cirendeu no.20 RT/RW 002/010 Pendidikan : sarjana Pekerjaan : pensiunan Status Perkawinan : Kawin Tanggal masuk : 31 januari 2011 II. ANAMNESA Autoanamnesa : 31 januari 2011, Jam 15.00 WIB Keluhan Utama : Sulit BAK sejak ± 2 bulan SMRS Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengaku sejak 2 tahun terakhir ini merasa sulit untuk BAK, BAK di rasakan pasien tidak lancar, setiap BAK pancaran yang keluar kecil/menetes dan sering tersendat-

description

mklh

Transcript of Case-BPH

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

No. RM : 00-95-45-21

Nama : Tn. Antonius N.S

Umur : 65 tahun

Jenis kelamin : Pria

Agama : Katolik

Alamat : jalan cirendeu no.20 RT/RW 002/010

Pendidikan : sarjana

Pekerjaan : pensiunan

Status Perkawinan : Kawin

Tanggal masuk : 31 januari 2011

II. ANAMNESA

Autoanamnesa : 31 januari 2011, Jam 15.00 WIB

Keluhan Utama : Sulit BAK sejak ± 2 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengaku sejak 2 tahun terakhir ini merasa sulit untuk BAK, BAK di

rasakan pasien tidak lancar, setiap BAK pancaran yang keluar kecil/menetes dan

sering tersendat-sendat ketika kencing sehingga pasien harus mengedan untuk

mengeluarkan air kencingnya supaya lancar, selain itu pasien juga sering kebelet

untuk kencing, saat kencing pasien mengaku sering sakit, BAK pasien berwarna

kuning, tidak pernah BAK bedarah.

Pasien juga mengaku sering terbangun dari tidur karena ingin kencing,

kencing pada malam hari bisa sampai 5 kali padahal dahulu maksimal kencing

pada malam hari bisa 1-2 kali. Pasien mengaku pernah berobat ke dokter umum

dan di beri obat namun pasien lupa nama obatnya. Lalu keluhan BAK mulai

berkurang.

5 bulan SMRS, ketika bangun tidur pasien mengaku tidak bisa BAK sama

sekali disertai nyeri perut bawah yang hebat sehingga pasien di bawa ke

poliklinik setempat dan di pasang kateter untuk membantu mengeluarkan air

kencingnya. Setelah itu pasien di beri obat sama dokter dan di bilang kalau

prostat pasien membesar. Pasien mengaku di suruh dokter setempat di operasi

namun pasien menolak dan memilih untuk di terapi dengan obat-obatan. Pasien

sering kontrol ke dokter dan sudah 6 kali ganti kateter. Setelah kontrol terakhir

pasien meminta untuk tidak memakai kateter namun tetep minum obat-obatan

2 bulan SMRS pasien mengaku kencingnya tetap tidak lancar, setiap

BAK pancaran melemah, ketika kencing harus mengedan, nyeri saat kencing,

menetes di akhir kencing dan sering terbangun pada malam hari karena kencing.

BAK berdarah, Nyeri pinggang yang menjalar ke buah zakar, tungkai dan perut

depan disangkal. Riwayat kencing mengeluarkan batu atau pasir disangkal.

Akhirnya pasien memutuskan untuk datang ke RSUP Fatmawati dan

menyetujui untuk di lakukan tindakan operasi.

Riwayat penyakit dahulu :

Sebelumnya pasien belum pernah seperti ini, Pasien mempunyai riwayat

darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu dan rutin minum obat, Riwayat kencing

manis, Asma, alergi, kencing batu dan darah disangkal

Riwayat kecelakaan, operasi, dan perawatan di RS disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :

Menurut keterangan Pasien, tidak ada anggota keluarga yang mengalami

keluhan yang sama. Riwayat darah tinggi,kencing manis, TBC, asma dalam

keluarga disangkal. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga disangkal.

Riwayat kebiasaan:

Pasien mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus per hari. Pasien

mengaku jarang berolahraga. Kebiasaan makan sedikit, tidak teratur, jarang

makan sayur dan minum air putih.

Anamnesis berdasarkan sistem skoring IPSS:

Pertanyaan Jawaban Skor

1. Dalam satu bulan

terakhir, apakah

anda merasa masih

ada sisa urine

setelah b.a.k?

Separuh kejadian 3

2. Dalam satu bulan

terakhir, berapa

kali anda harus

b.a.k lagi padahal

belum ada

setengah jam yang

lalu ada b.a.k?

> separuh kejadian 4

3. Dalam satu bulan

terakhir, berapa

kali harus berhenti

pada saat kencing

dan segera

memulai kencing

lagi?

Separuh kejadian 3

4. Dalam satu bulan separuh kejadian 3

terakhir, berapa

kali anda tidak

dapat menahan

keinginan untuk

kencing ?

5. Dalam satu bulan

terakhir, berapa

kali merasa

pancaran kencing

yang lemah ??

Hampir selalu 5

6. Dalam satu bulan

terakhir, berapa

kali harus

mengejan waktu

memulai

kencing ?

> Separuh kejadian 4

7. Dalam satu bulan

terakhir, Beberapa

kali terbangun dari

tidur malam untuk

kencing?

4 kali 4

8. Dengan keluhan

seperti

ini,bagaimana

perasaan anda

tentang kehidupan

anda?

Campuran puas dan

tidak puas

4

Kesimpulan : total skor I-PSS = 26 dengan kualitas hidup yang sedikit

terganggu dengan adanya keluhan diatas. Berdasarkan Total skor pasien

masuk pada keluhan tractus urinarius bawah (LUTS) Derajat berat.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum

Pasien tampak sakit sedang, dyspneu (-), sianosis (-)

Kesadaran

Compos mentis; GCS : E = 4, V = 5, M = 6 15

Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 150/100 mmHg Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,5 °C RR : 17x/menit

Kepala

Bentuk normal, rambut berwarna hitam beruban, terdistribusi tidak merata,

tidak mudah dicabut.

Mata

Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra superior

dan inferior tidak oedema, CA -/-, SI -/-, kornea jernih, pupil bulat, isokor,

Ф 4mm.

Hidung

Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi,deformitas,secret -/-.

Telinga

Bentuk normal, secret -/-, serumen -/-

Mulut

Bentuk normal, bibir agak kering,sianosis (-), lidah tidak kotor, faring tidak

hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

Leher

Bentuk normal, trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar.

Thorax

Paru :

(Ins) Bentuk normal, nafas tampak simetris dalam statis dan dinamis,

retraksi intercostal (-)

(Pal) Vocal fremitus kanan kiri sama kuat

(Per) Sonor pada kedua lapang paru

(Aus) Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung :

(Ins) Ictus cordis tidak tampak terlihat

(Pal) Ictus cordis teraba di ICS VI aksilaris anterior sinistra

(Per) batas atas : ICS II parasternal sinistra

batas kanan : garis midsternal

batas kiri : ICS VI aksilaris anterior sinistra

(terdapat pembesaran

ventrikel kiri)

(Aus) Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

(Ins) Datar, tidak tampak dilatasi vena, benjolan (-),eflorensensi

bermakna (-)

(Pal) Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

(Per) Tymphani

(Aus) Bising usus (+) Normal

Genitalia Eksterna

Penis tidak tampak tanda-tanda radang, OUE:

radang(-),secret(-),hiperemis (-)

Ekstremitas Superior dan Inferior

Bentuk normal, deformitas (-), oedema (-), akral hangat

Kulit

Sawo matang, turgor baik, eflorensensi bermakna (-)

B. STATUS UROLOGI

- Regio Costo vertebrae Angle :

Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Massa - -

Ballotement - -

- Regio Supra Symphisis

Nyeri tekan (-)

Nyeri ketok (-)

Massa (-)

Teraba penuh (+)

- Regio Genitalia Eksterna

Penis : Bentuk normal, tanda radang (-),

OUE : radang(-),secret(-),hiperemis (-)

Rectal Toucher :

- Tonus Sfingter Ani baik

- Ampula Recti tidak kolaps

- Mukosa Rectum licin, massa tidak ada

- Teraba prostat menonjol, batas atas tidak teraba, konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-), nyeri tekan (-)

- Sarung tangan : darah (-), lendir (-), feses (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

Tanggal : 25 januari 2011

Hematologi :

Hasil Nilai normal

Hemoglobin 13,8 13,2 – 17,3 gr/dl

Hematokrit 40 33 – 45 %

Leukosit 8600 5.000 – 10.000 uL

Trombosit 279.000 150.000 – 400.000

uL

Eritrosit 4,90 4,40-5,90 juta/ul

LED 9,0 0,0-10,0 mm

VER/HER/KHER/RDW

Hasil Nilai normal

VER 81,9 80 – 100 fl

HER 28,2 26 – 34 pg

KHER 34,4 32 – 36 g/dL

RDW 14,0 11,5 – 14,3

Hitung Jenis

Hasil Nilai normal

Basofil 0 0-1%

Eosinofil 2 1-3 %

Netrofil 65 50- 70 %

Limfosit 25 20 – 40 %

Monosit 7 2- 8 %

Masa perdarahan 1,5 menit 1-3 menit

Masa pembekuan 5,0 menit 2-6 menit

Kimia Klinik

Fungsi Hati

Hasil Nilai normal

SGOT 21 0-34 u/l

SGPT 34 0 – 40 u/l

Protein Total 7,6 6-8

Albumin 4,30 3,4 - 4,8

Globulin 3 2,5 – 3

Bilirubin Total 0,4 0 – 1

Bilirubin Direk 0,10 < 0,2

Bilirubin Indirek 0,3 < 0,6

Fosfatase alkali 86 30 – 140

Fungsi Ginjal

Hasil Nilai normal

Ureum darah 28 20 – 40 mg/dl

Creatinin darah 0,8 0,6 – 1,5 ng/dl

Asam urat 4,9 < 7 mg/dl

Diabetes

Glukosa darah puasa 81 80 – 100 mg/dl

LEMAK

Trigleserida 27 <150 mg/dl

Kolesterol Total 212 < 200 mg/dl

Kolesterol HDL 43 28-63 mg/dl

Kolesterol LDL 154 <130 mg/dl

Urinalisa

Hasil Nilai normal

Urobilinogen 0,2 < 1 U.E/dl

Protein urine Negative Negative

Berat jenis 1025 1,003 – 1,030 mg/dl

Bilirubin Negative Negative

Keton Negative Negative

Nitrit Negative Negative

pH 6,0 4,8 – 7,4

Leukosit Negative Negative

Darah/HB Negative Negative

Glukosa Negative Negative

Warna Yellow Yellow

Kejernihan Clear Clear

Sedimen Urine

Hasil Nilai normal

Epitel Positive

Leukosit 0-1 0 – 5/LPB

Eritrosit 0-1 0 – 2/LPB

Silinder - Negative/LPK

Kristal - Negative

Bakteri Negative Negative

Lain-lain - Negative

Hasil laboratorium

Tanggal 01 februari 2011

Hematologi :

Hasil Nilai normal

Hemoglobin 13,4 13,2 – 17,3 gr/dl

Hematokrit 35 33 – 45 %

Leukosit 10.400 5.000 – 10.000 uL

Trombosit 237.000 150.000 – 400.000

uL

Eritrosit 4,32 4,40-5,90 juta/ul

VER/HER/KHER/RDW

Hasil Nilai normal

VER 81 80 – 100 fl

HER 27 26 – 34 pg

KHER 33,3 32 – 36 g/dL

RDW 14,4 11,5 – 14,3

Kimia Klinik

Na 133 135-147

Kalium 3,9 3,1-5,1

Klorida 100 95-108

USG ginjal-buli-buli-prostat

Ginjal kanan ginjal kiri

Vesika urinaria Prostat dan vesika urinaria

Post miksi

Deskripsi USG

Kedua Ginjal: ukuran dan bentuk kedua ginjal normal,dinding reguler,parenkim

dan sinus ginjal normal,tidak ada pelebaran sistem pelviokalices,tidak tampak

lesi hyperechoid dengan PAS (+)

Buli-buli: ukuran dan bentuk normal, dinding rata/reguler, tidak tampak lesi

hyperechoik dengan PAS (+), residu urine pasca miksi +/- 7x 5,6 x 7,3 cm

(volume +/- 148 cc)

Prostat: besar, lobulated, echostruktur homogen, ukuran +/- 5 x 4,9 x 6,1 cm

(volume 77 cm3)

Kesan: - Kedua ginjal dalam batas normal

- HP (volume 77 cm3)

- Residu urine pasca miksi (volume +/- 148 cc)

V. RESUME

Tn. A seorang laki-laki umur 65 tahun datang dengan keluhan sulit BAK

sejak 2 bulan SMRS. Pasien mengaku sejak 2 tahun terakhir ini merasa sulit

untuk BAK, BAK di rasakan pasien tidak lancar, setiap BAK pancaran yang

keluar kecil/menetes dan sering tersendat-sendat ketika kencing sehingga

pasien harus mengedan untuk mengeluarkan air kencingnya supaya lancar,

selain itu pasien juga sering kebelet untuk kencing, saat kencing pasien

mengaku sering sakit, BAK pasien berwarna kuning, tidak pernah BAK bedarah.

Pasien juga mengaku sering terbangun dari tidur karena ingin kencing,

kencing pada malam hari bisa sampai 5 kali padahal dahulu maksimal kencing

pada malam hati bisa 1-2 kali. Pasien mengaku pernah berobat ke dokter umum

dan di beri obat namun pasien lupa nama obatnya. Lalu keluhan BAK mulai

berkurang.

5 bulan SMRS, ketika bangun tidur pasien mengaku tidak bisa BAK sama

sekali disertai nyeri perut bawah yang hebat sehingga pasien di bawa ke

poliklinik setempat dan di pasang kateter untuk membantu mengeluarkan air

kencingnya. Setelah itu pasien di beri obat sama dokter dan di bilang kalau

prostat pasien membesar. Pasien mengaku di suruh dokter setempat di operasi

namun pasien menolak dan memilih untuk di terapi dengan obat-obatan. Pasien

sering kontrol ke dokter dan sudah 6 kali ganti kateter. Setelah kontrol terakhir

pasien meminta untuk tidak memakai kateter namun tetep minum obat-obatan

2 bulan SMRS pasien mengaku kencingnya tetap tidak lancar, setiap

BAK pancaran melemah, ketika kencing harus mengedan, nyeri saat kencing,

menetes di akhir kencing dan sering terbangun pada malam hari karena kencing.

BAK berdarah, Nyeri pinggang yang menjalar ke buah zakar, tungkai dan perut

depan disangkal. Riwayat kencing mengeluarkan batu atau pasir disangkal.

Akhirnya pasien memutuskan untuk datang ke RSUP Fatmawati dan

menyetujui untuk di lakukan tindakan operasi.

Hasil pemeriksaan Rectal Toucher teraba prostat menonjol, batas atas

tidak teraba, konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-), nyeri tekan (-). Pada

pemeriksaan laboratorium, ditemukan kolesterol total dan kolesterol LDL

meningkat,namun tidak ditemukan keterlibatan ginjal pada pasien. Pada

pemeriksaan USG memberikan kesan hipertrofi prostat

VI. DIAGNOSA KERJA

Diagnosa Pre Op :

Benign Prostat Hyperplasia

VII. DIAGNOSA BANDING

1. Prostatitis akut

Gejala dan tanda prostatitis akut terdiri atas demam dengan suhu

tinggi, kadang dengan gigilan, nyeri perineal atau pinggang rendah, sakit

sedang atau berat, mialgia, dan artralgia. Karena pembengkakan prostat

biasanya ada disuria, kadang sampai retensio urin. Kadang didapatkan

pengeluaran nanah pada colok dubur.

2. Karsinoma prostat

Pada stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan

gejala atau tanda klinis. Biasanya ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan colok dubur, dengan kelainan konsistensi, yaitu bagian

prostat yang keras, nodul, ketidakrataan, atau asimetri

VIII. PENATALAKSANAAN

Benign Prostat Hyperplasia

- Operatif

Trans Urethral Resection of Prostat / TURP ai BPH

- Pemasangan kateter foley three way Post TURP

Laporan Operasi TURP Selasa,01 februari 2011 – Dr. Asroruddin Sp.U

- Pasien posisi lithotomi dengan anestesi spinal

- Asepsis dan antisepsis genitalia dan sekitarnya

- Dilakukan uretrocystoscopy

Tampak uretra normal,sfingter normal,Prostat menonjol, buli-buli:

tumor(-),batu (-), trabekulasi (+) berat, sakulasi (+), batu (-), divertikel (-)

- Dilakukan reseksi prostat

- Chip prostat dikeluarkan dengan elliks evakuator PA

- Pasang FC 24 F, three-way dengan drip NaCL 0,9 %

- Operasi selesai

Instruksi post op

1. Awasi TNSP

2. Infus RL 8 kolf/ 24 jam

3. IVFD NaCl 0,9% 30,40,60 tetes/menit

4. Boleh minum, setelah flatus : makan biasa.

5. Bedrest 24 jam

6. Periksa DPL dan elektrolit

7. Obat :

- Inj Terpacef 1x 1gr

- Inj. Ketese 3x1 amp

- Inj. Ranitidine 2x1 amp

- Pronalges supp 2x1 supp

IX. PROGNOSA

Ad vitam : Bonam

Ad functionam : Bonam

Ad sanationam : Bonam

BAB IIPEMBESARAN PROSTAT JINAK

Prostat adalah organ fibromuskular dan glandular yang terletak di sebelah

inferior buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. beratnya

kurang lebih 20 gram dengan ukuran 4 x 3 x 2.5 cm. Menurut klasifikasi Lowsley,

prostat terdiri dari 5 lobus: anterior, posterior, median,lateral kanan, dan lateral

kiri. Menurut McNeal (1972), prostat memiliki zona perifer, zona sentral, zona

transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periuretra. Segmen uretra

yang melintasi kelenjar prostat adalah uretra prostat

Jika kelenjar ini mengalami hiperplasis jinak atau berubah menjadi kanker

ganas dapat menutup uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi

saluran kemih. (1)

BPH merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan pada usia

sebelum 40 tahun. semua pria yang sehat diatas 40 tahun cenderung untuk

menderita hipertrofi prostat, 10% dari mereka disertai dengan gangguan-

gangguan miksi kelak dikemudian hari. merupakan kelainan kedua tersering di

klinik urologi setelah batu saluran kemih. Etiologi dari BPH masih belum

diketahui pasti karena melibatkan banyak faktor dan dikontrol oleh system

endokrin.

Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik.

Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri

tanpa mendapatkan terapi apapun.

Tujuan terapi pada hiperplasia prostat adalah: (1) memperbaiki keluhan

miksi, (2) meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi infravesika, (4)

mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume

residu urin, dan (6) mencegah progresifitas penyakit. Hal ini dapat dicapai

dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang

kurang invasif. (2)

ANATOMI,HISTOLOGI DAN FISIOLOGI PROSTAT

ANATOMI

Prostat adalah organ fibromuskular dan glandular yang terletak di sebelah

inferior buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. beratnya

kurang lebih 20 gram dengan ukuran 4 x 3 x 2.5 cm.

Menurut McNeal (1972), prostat memiliki zona perifer, zona sentral, zona

transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periuretra. Segmen uretra

yang melintasi kelenjar prostat adalah uretra prostat. Menurut klasifikasi Lowsley,

prostat terdiri dari 5 lobus: anterior, posterior, median,lateral kanan, dan kiri

lateral. Lobus anterior terletak di depan uretra pars prostatika, tidak ada jaringan

kelenjar. Lobus medius terletak diantara uretra pars prostatika dan duktus

ejakulatorius, ada banyak jaringan kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang

uretra dan di bawah duktus ejakulatorius, ada jaringan kelenjar. Lobus dekstra

dan sinistra terletak disamping kanan dan kiri uretra pars prostatika, ada banyak

jaringan kelenjar.

Pendarahan prostat oleh cabang dari arteri vesikalis inferior, Arteri

pudenda interna, dan Arteri rectalis media. Sedangkan untuk pendarahan vena

diatur oleh pleksus venosus prostaticus.

Prostat memperoleh persarafan otonomik simpatis dan parasimpatis dari

pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus menerima masukan serabut

parasimpatis dari kora spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-

L2) . Aliran Limfe dari kelenjar prostat bermuara pada nodus iliaca internus,

sacral,vesikalis, dan iliaca eksternus. (1)

HISTOLOGI

Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar yang

mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang terpisah. Saluran ini

bermuara ke uretra pada kedua sisi kolikulus seminalis. Kelenjar ini terbenam

dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh jaringan

ikat kolagen dan serat elastis. Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh

kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma. Alveoli dan tubuli

kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan

tubuli bercabang berkali-kali dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina

basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya berlapis atau

bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada

status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma mengandung sekret yang

berbutir-butir halus, lisosom dan butir lipid. Nukleus biasanya satu, bulat dan

biasanya terletak basal. Nukleoli biasanya terlihat ditengah, bulat dan kecil.

FISIOLOGIS

Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret

dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi

sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat ditemukan

enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan

lipid. Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar

prostat juga menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan

prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar

prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian

Stilbestrol. (3)

PEMBESARAN PROSTAT JINAK

DEFINISI

Hiperplasia prostat jinak (BPH), juga dikenal sebagai hipertrofi prostat jinak,

adalah diagnosis histologis ditandai oleh proliferasi dari elemen seluler

prostat. akumulasi seluler dan pembesaran kelenjar dapat hasil dari proliferasi

epitel dan stroma, gangguan kematian sel terprogram (apoptosis), atau

keduanya. BPH melibatkan unsur-unsur stroma dan epitel dari prostat timbul di

zona transisi periurethral dan kelenjar. hiperplasia yang diduga hasil pembesaran

prostat yang dapat membatasi aliran urin dari kandung kemih. BPH dianggap

sebagai bagian normal dari proses penuaan pada pria dan hormon tergantung

pada produksi testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). (4)

ETIOLOGI (5)

Etiologi dari BPH masih belum diketahui pasti karena melibatkan banyak faktor

dan dikontrol oleh sistem endokrin. Prostat terdiri dari stroma dan epitel, dimana

salah satu atau gabungan keduanya dapat berkembang menjadi hyperplasia

menimbulkan nodul dan gejala yang terkait dengan BPH. Beberapa studi klinis

menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan

kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa

hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:

1. Teori dehidrotestosteron

Dehidrotestosteron adalah metabolit androgen yang sangat penting dalam

pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalam

sel prostat oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH.

DHT yang telah berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk

kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein

growht factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat

Pada berbagai penilitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak

jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada

BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih

banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih

sensitiv terhadap DHT sehingga repliksi sel lebih banyak terjadi

dibandingkan dengan prostat normal.

2. Interaksi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui

suatu mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma

mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis

suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu

sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel

secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel

epitel maupun sel stroma.

3. Ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron

Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan

kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen dan

testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen dalam

prostat berperan dalam terjadinya proliferasi kelenjar prostat dengan cara

meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon

androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan

jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua

keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru

akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah

ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi

lebih besar.

4. Berkurangnya kematian sel prostat

Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme

fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada

apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel

yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya

kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.

Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel

dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada

prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang

mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat

secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan

pertambahan masa prostat.

Sampai sekarang belum dapat diterangkan secara pasti faktor-faktor yang

mengahambat proses apoptosis. Diduga hormon androgen berperan dala

menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi,

terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat. Estrogen

diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostat, sedangkan faktor

pertumbuhan TGFβ berperan dalam proses apoptosis.

5. Teori sel stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk

sel-sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel

yang mempunyai kemampuanberproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan

sel ini sangat tergantungpada keberadaan hormon androgen, sehingga

jika hormon ini keadaannya menurun seperti yang terjadi pada kastrasi

menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada

BPH dipostulasikan sebagai ketidak tepatan aktivitas sel stem sehingga

terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

PATOLOGI.(1)

Proses berkembangnya BPH di zona transisional. Suatu proses

hiperplastik akibat kenaikan jumlah sel. Evaluasi mikroskopis mengungkapkan

pola pertumbuhan nodular yang terdiri dari berbagai jumlah stroma dan

epitel. Stroma terdiri dari berbagai jumlah kolagen dan otot polos. Diferensial

komponen histologis BPH menjelaskan potensi respon untuk terapi. Jadi terapi

alpha-blocker dapat memberikan respon baik pada pasien dengan BPH yang

memiliki signifikan komponen otot polos, sedangkan BPH yang dominan terdiri

dari epitel akan merespon lebih baik terhadap inhibitor 5-alpha-reductase. Pasien

dengan komponen kolagen dalam stroma yang signifikan mungkin tidak

merespon salah satu bentuk terapi medis. Sayangnya, respon terhadap terapi

tertentu tidak dapat diprediksi sebelumnya. Seperti nodul BPH di zona

transisional memperbesar, mereka memadatkan zona luar prostat, menghasilkan

pembentukan kapsul bedah, batas ini memisahkan zona transisi dari zona perifer

dan berfungsi sebagai landasan untuk enuklleasi prostat selama prostatectomi

terbuka sederhana dilakukan untuk BPH.

PATOFISIOLOGI.(2,6,7)

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan

menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.

Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan

tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli-

buli berupa hipertrofi otot detrusor. Penebalan otot detrusor ini disebut fase

kompensasi. Penonjolan serat otot detrusor dengan sistoskopi akan terlihat seperti

balok yang disebut trabekulasi. Terjadi penonjolan mukosa yang kecil yang disebut

sakula dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien

dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract

symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.

Sering BAK (frekuensi) disebabkan karena hipersensitivitas

otot detrusor atau karena pengosongan yang tidak lengkap

pada tiap miksi sehingga interval antar miksi menjadi lebih

pendek. Frekuensi miksi meningkat terutama pada malam hari

(nokturia) disebabkan karena tonus sfingter uretra berkurang

selama tidur.

Sering kebelet ingin BAK (Urgensi) disebabkan

hiperiritabilitas dan hipersensitivitas buli-buli karena obstruksi

infravesika.

Harus menunggu lama / susah untuk memulai kencing

(hesitancy) Obstruksi intavesika menyebabkan otot detrusor

gagal berkontaksi dengan cukup kuat untuk menegeluarkan

urin.

Pada saat urin keluar terasa panas atau sakit (dysuria)

inflamasi buli.

Pancarannya miksi lemah disebabkan otot detrusor gagal

berkontraksi dengan cukup kuat .

BAK sering berhenti dan lancar lagi terutama bila mengedan

(Pancaran miksi terputus-putus atau intermitency)

disebabkan otot detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama

untuk melawan tahanan (resistensi) di uretra sehingga

kontraksinya terputus-putus

Menetes ketika selesai miksi tidak tuntas nya urin yang

harus dikeluarkan.

Apabila buli-buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga

pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih dan timbul

rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Karena produksi urin terus terjadi, maka

tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi

daripada tekanan sfingter akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi urin

kronik tidak hanya menyebabkan tekanan intravesika meningkat tetapi juga

meningkatkan tekanan pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara

ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi

refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan

hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi.

Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam

kandung kemih. Batu ini menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.

Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis, dan bila terjadi refluks vesiko-

ureter terjadi pielonefritis.

Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya

disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi

juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul

prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut

simpatis yang berasal dari nervus pudendus.

Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel.

Kalau pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1,

pada BPH, rasionya meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH

terjadi peningkatan tonus otot polos prostat dibandingkan denagn prostat normal.

Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik

sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai

penyebab obstruksi prostat.

GAMBARAN KLINIS (2,7,8)

Hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih baik bagian

atas ataupun bawah dan keluhan diluar saluran kemih

1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)

Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas

gejala obstruksi dan iritatif. Gejala obstruksi seperti hesitansi (susah

memulai miksi), pancaran miksi lemah, intermitensi (miksi tiba-tiba

berhenti dan lancar kembali / terputus-putus), miksi tidak puas, terminal

dribbling ( menetes setelah miksi). Gejala iritatif seperti

frekuensi( anyang-anyang ), nokturi (sering miksi malam hari), urgensi

(merasa ingin miksi yang tidak bisa di tahan), disuria (nyeri saat miksi).

Timbulnya gejala LUTS merupakan kompensasi otot-otot buli untuk

mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot buli mengalami

kepayahan/fatique sehingga jatuh kedalam fase dekompensasi yang

diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.

Timbulnya dekompensasi buli biasanya didahului oleh beberapa

faktor pencetus, antara lain: (1) volume buli tiba-tiba terisi penuh yaitu

pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-

obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi), dan

minum air dalam jumlah yang berlebihan. (2) massa prostat tiba-tiba

membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami

prostatitis akut., dan (3) setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat

menurunkan kontraksi otot detrusor atau mempersempit leher buli, antara

lain: golongan kolinergik atau adrenergik alfa.

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih bagian

bawah, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang

secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem

skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah Skor International Gejala

Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score).

Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang

berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS), diberi nilai dari 0 sampai 5.

Dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup, diberi nilai

dari 1 sampai 7

Dari skor I-PSS itu dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat,

yaitu (1) ringan: skor 0-7, (2) sedang: skor 8-19, dan (3) berat: skor 20-

35.

PERTANYAAN JAWABAN DAN SKOR

Keluhan pada bulan

terakhir

Tidak

pernah

sama

sekali

<1 kali

dalam 5

kejadian

(<20%)

< ½

kejadian

<50%

½

kejadian

50%

> ½

kejadian

>50%

Hampir

selalu

1.apakah anda merasa

masih ada sisa urine

setelah b.a.k

0 1 2 3 4 5

2.berapa kali anda

harus b.a.k lagi padahal

belum ada setengah

jam yang lalu ada b.a.k

0 1 2 3 4 5

3.berapa kali harus

berhenti pada saat

kencing dan segera

mulai kencing lagi dan

hal ini di lakukan

berkali-kali ?

0 1 2 3 4 5

4.berapa kali anda tidak

dapat menahan

keinginan untuk

kencing ?

0 1 2 3 4 5

5.berapa kali merasa

pancaran kencing yang

lemah ?

0 1 2 3 4 5

6.berapa kali harus

mengejan dalam

memulai kencing ?

0 1 2 3 4 5

7.Beberapa kali anda

terbangun dari tidur

malam untuk kencing?

Tdk

pernah

0

1 x

1

2x

2

3x

3

4x

4

5x

5

8.Dengan keluhan

seperti ini,bagaimana

perasaan anda tentang

kehidupan anda?

Sangat

senang

1

senang

2

puas

3

Campuran

puas-tidak

puas

4

Sangat

tidak

puas

5

Tidak

bahagia

6

Buruk

sekali

7

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di

pinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam (merupakan

tanda dari infeksi atau urosepsis).

3. Gejala di luar saluran kemih

Kadang pasien datang ke dokter mengeluhkan adanya hernia inguinalis

atau haemorrhoid. Timbulnya kedua penyakit ini mungkin karena sering

mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra

abdominal.

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan

teraba massa di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang didapatkan

urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh penderita, yang merupakan

pertanda dari inkontinensia paradoksa.

Pada pemeriksaan colok dubur diperhatikan

tonus sfingter ani/refleks

bulbo-cavernosus untuk menyingkirkan kelainan buli neurogenik,

mukosa dan ampula rektum

keadaan prostat, antar lain: apakah batas atas teraba, adanya

nodul, krepitasi (adanya batu prostat bila teraba krepitasi), konsistensi prostat,

simetri antar lobus,dan batas prostat. Kalau batas atas masih dapat teraba

secara empirirs besar prostat kurang dari 60 gram.

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, tidak

teraba nodul, lobus kiri dan kanan simetris. Sedangkan pada Ca prostat

menunjukkan konsistensi prostat keras/teraba nodul,dan mungkin di antara

lobus kanan dan kiri asimetris

Colok dubur

Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urin

pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri. Angka normal pancaran kemih

rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal sampai sekitar 20 ml/detik.

Pada obstruksi ringan pancaran menurun antara 6-8 ml/detik, sedangkan

pancaran maksimal menjadi 15 ml/detik atau kurang.

Derajat BPH berdasarkan Gambaran Klinik

DerajatColok Dubur Sisa volume urin

I Penonjolan prostat, batas atas mudah

diraba (< 1cm pada rectum)

< 50 ml

II Penonjolan prostate jelas, batas atas

dapat dicapai (1-2 cm pada rectum)

50 - 100 m

III Batas atas prostat tidak dapat diraba 100 m

(2-3 cm pada rectum)

IV Prostat teraba > 3cm pada rectum Retensi urin total

PEMERIKSAAN PENUNJANG (2,9)

1. Pemeriksaan Laboratorium

Sedimen urin : kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada

saluran kemih

Kultur urin : mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan

menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang

diujikan

Pemeriksaan darah

o elektrolit

o ureum

o kreatinin

o gula darah

Untuk mengetahui faal ginjal.

Prostate Specific Antigen (PSA) > 4 dicurigai adanya keganasan pada

prostat. Dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai

deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Bila

nilai PSA 4-10 ng/ml, hitung PSAD(Prostat specific Antigen Density) yaitu

nilai PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila nilai PSAD ≥ 0,15

maka dilakukan biopsi. Demikian pula jika nilai PSA > 10 ng/ml dlakukan

biopsi

2. Pemeriksaan Pencitraan

Foto polos abdomen : mencari adanya batu opak di saluran kemih.

Adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala menunjukkan bayangan

buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari retensi urin.

IntraVena Pielografi (IVP)

Untuk mengetahui:

a. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau

hidronefrosis

b. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh

dentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter

c. penyulit yang terjadi pada buli-buli, yaitu adanya trabekulasi, divertikel

atau sakulasi buli-buli

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Dapat dilakukan secara transabdominal dan transrektal (TRUS = Trans

Rectal Ultrasonografi).

1. Ultrasonografi transrektal digunakan untuk :

a. mengetahui besar / volume kelenjar prostat

b. adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna

c. sebagai petunjuk melakukan biopsi aspirasi prostat

d. menentukan jumlah residual urin

e. mencari kelainan lain yang ada di buli-buli

2. Ultrasonografi transabdominal, dapat digunakan untuk mendeteksi

adanya hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang

lama.

3. Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan, derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara

mengukur :

Residual urine, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Ditentukan dengan

cara kateterisasi setelah miksi atau dengan USG setelah miksi

Pancaran urine (uroflowmetri), dengan jalan menghitung jumlah urine

dibagi dengan lamanya miksi per detik (ml/detik), atau dengan alat

uroflowmetri

DIAGNOSIS BANDING (1)

Obstruktif lain kondisi saluran kemih bawah, seperti striktur uretra,

kontraktur kandung kemih , batu buli atau karsinoma prostat, harus di

pikirkan ketika mengevaluasi laki-laki dengan dugaan BPH. Riwayat pada

uretra sebelumnya, berupa instrumentasi, uretritis, atau trauma harus

dijelaskan untuk menyingkirkan striktur uretra atau kontraktur kandung kemih,

Hematuria dan nyeri yang umumnya terkait dengan batu saluran

kemih. Karsinoma prostat dapat dideteksi pada rectal toucher atau kadar

PSA tinggi (>4) . Infeksi saluran kemih juga dapat memberikan gejala mirip

gejala BPH, dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan kultur urin, tapi infeksi

saluran kencing juga dapat menjadi komplikasi BPH. Gejala yg ada juga

terkait dengan karsinoma kandung kemih terutama karsinoma in situ,

biasanya menunjukkan gejala hematuria. Demikian pula pasien dengan

neurogenik gangguan kandung kemih mungkin memiliki banyak tanda-tanda

dan gejala BPH, tetapi riwayat penyakit neurologis, stroke, diabetes

mellitus. Selain itu, pemeriksaan mungkin menunjukkan perineum dan

ekstremitas mengalami kekurangan sensasi atau perubahan pada tonus

sfingter rectum atau bulbocavernosus refleks. Simulasi perubahan fungsi

usus (konstipasi) mungkin juga waspada satu kemungkinan asal dari

neurologis.

PENATALAKSANAAN (1,2,5)

Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Tujuan

pada pasien hiperplasia prostat adalah untuk memperbaiki keluhan miksi,

meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi intravesika, mengembalikan

fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin setelah miksi

dan mencegah progresilitas penyakit.

1 . Watchfull waiting

Ditujukan pada penderita BPH dengan keluhan ringan yang tidak

mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi apapun hanya

diberikan anjuran mengenai hal yang dapat memperburuk keluhan, seperti

jangan minum kopi atau alkohol, batasi penggunaan obat yang mengandung

fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin, dan jangan menahan

kencing terlalu lama.

2. Medikamentosa

Terdapat 3 golongan obat :

Penghambat receptor adrenergik a

Beberapa golongan obat yang dipakaii adalah prazosin (dua kali sehari),

terazosin, afluzosin dan doksazosin yang diberikan sekali sehari. Obat-

obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran

urine.

Penghambat 5 a-reduktase

Bekerja dengan cara menghambat pembentukan dehidrotestosteron dari

testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5 a reduktase di dalam selsel

prostat.

Pemberian finasteride 5 mg mampu memperbaiki keluhan miksi dan

pancaran miksi.

Fitofarmaka

Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai anti estrogen, anti

androgen,memperkecil volume prostat dan lain-lain. Fitoterapi yang banyak

dipasarkan ialah Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix

urtica dan lainnya.

Terapi Bedah

Penyelesaian masalah pasien hiperplasia prostat jangka panjang yang paling

baik saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan

membutuhkan waktu yang lama untuk melihat hasilnya. Indikasi pembedahan

adalah bila :

Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa

Mengalami retensi urin

Mengalami infeksi saluran kemih yang berulang

Batu buli,divertikel

Hematuria

Gagal ginjal

Timbul penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah seperti

Hernia dan Hemorroid

Terdapat beberapa macam pembedahan yaitu :

1. Operasi terbuka

Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di belakang tulang

kemaluan/retropubik dan diatas tulang kemaluan/suprapubik) atau di daerah

perineum (dasar panggul yang meliputi daerah skrotum sampai anus).

Pendekatan melalui perineum saat ini jarangn digunakan lagi karena angka

kejadian impotensi setelah pembedahan mencapai 50%. Pembedahan ini

memerlukan waktu dan biasanya penderita harus dirawat selama 5-10 hari.

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensi (16-32%, tergantung kepada

pendekatan pembedahan) dan inkontinensia uri (kurang dari 1%).

2. Reseksi Prostat Transuretral (TURP)

Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan

cairan irigasi (pembilas) agar daerah yang di reseksi tetap terang dan tidak

tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah cairan yang non ionic,

yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan

yang sering di pakai dan harganya cukup murah yaitu H2O steril (aquades).

Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik

sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah

vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan

terjadinya hiponatremia relative atau gejala intoksikasi air yang dikenal

dengan sindroma TURP. Untuk mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP

operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam.

Komplikasi lain yang mugkin terjadi adalah perdarahan, perforasi,

inkontinensi, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograde, dan striktura uretra.

Reseksi Prostat Transuretral (TURP)

3. Insisi Prostat Transuretra (TUIP)

Merupakan insisi dari leher buli atau BNI (Bladder Neck Incision). Sebelum

melakukan tindakan ini harus disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma

prostat dengan melakukan colok dubur, melakukan pemeriksaan

ultrasonografi transrektal, dan pengukuran kadar PSA.

4. Elektrovaporasi Prostat

Cara elektrovaporasi prostat adalah sama dengan TURP, hanya saja teknik

ini memakai roller ball yag spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup

kuat sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar prostat. Teknik ini cukup

aman tapi hanya bisa digunakan untuk pembesaran prostat <50 gr

5. Laser Prostatektomi

Penggunaan energy laser ini sebenarnya cukup aman, tetapi 2% sering

membutuhkan terapi ulang. Efek lebih lanjut dari pengguanaan laser belum

diketahui dengan pasti.

Tindakan Invasif Minimal

a. Termoterapi

b. TUNA ( Transurethral needle ablation of the prostate)

c. Stent

d. HIFU ( high Intensity focused ultrasound )

Meskipun sudah banyak modalitas yang telah di temukan untuk mengobati

pembesaran prostat, sampai saat ini terapi yang memberikan hasil paling

memuaskan adalah TUR Prostat.

PROGNOSIS (8)

Lebih dari 90°% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari

gejala yang dialaminya. Sekitar 10 – 20% akan mengalami kekambuhan

penyumbatan dalam 5 tahun.

BAB III

ANALISA KASUS

1. Dari anamnesis

Laki-laki 65 tahun BPH merupakan penyakit pada pria tua. Keadaan

ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria

yang berusia 80 tahun. Pada usia tua, kadar testosteron menurun,

sedangkan kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara

estrogen dan testosteron relatif meningkat. Estrogen dalam prostat

berperan dalam terjadinya proliferasi kelenjar prostat dengan cara

meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon

androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan

jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).

Keluhan Utama : Sulit BAK sejak 2 bulan SMRS gejala ini merupakan

menifestasi klinik yang terjadi akibat otot-otot buli yang mengalami

kepayahan/fatigue (dekompensasi) karena harus berkontraksi terus-

menerus untuk mengeluarkan urin dari buli-buli.

Riwayat Penyakit Sekarang :

o BAK sering tidak lancar atau terputus-putus sehingga harus

mengedan ketika BAK (Pancaran miksi terputus-putus atau

intermitency) : disebabkan otot detrusor gagal berkontraksi dengan

cukup lama untuk melawan tahanan (resistensi) di uretra sehingga

kontraksinya terputus-putus

o Pada saat urin keluar terasa panas atau sakit (dysuria) inflamasi

buli.

o Sering BAK (frekuensi) : disebabkan karena hipersensitivitas otot

detrusor atau karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap

miksi sehingga interval antar miksi menjadi lebih pendek. Frekuensi

miksi meningkat terutama pada malam hari (nokturia)

disebabkan karena tonus sfingter uretra berkurang selama tidur.

o Harus menunggu lama untuk memulai kencing (hesitancy)

Obstruksi intravesika menyebabkan otot detrusor gagal berkontaksi

dengan cukup kuat untuk mengeluarkan urin.

o Pancarannya miksi lemah disebabkan otot detrusor gagal

berkontraksi dengan cukup kuat .

o Menetes ketika di akhir BAK Akibat dari masih adanya sisa urine

yang belum sepenuhnya dikeluarkan,karena adanya hambatan

untuk mengeluarkannya secara keseluruhan.

o Skor IPSS dari anamnesis = 25 ( LUTS Berat)

2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Pada pemeriksaan Rectal Toucher didapatkan :

- Tonus Sfingter Ani baik, Ampula Recti tidak kolaps,

- Mukosa Rectum licin, tidak ada massa,

- Teraba prostat menonjol,

batas atas teraba , konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-),

nyeri tekan (-) : menunjukkan pembesaran prostat jinak, sekaligus

menyingkirkan keganasan.

simetris lobus kanan dan kiri menunjukkan pembesaran prostat

jinak.

- Sarung tangan : darah (-), lendir (-), feses (-)

3. Dari pemeriksaan penunjang di dapatkan kolesterol total dan kolesterol

LDL yang meningkat menandakan Tidak ditemukan kelainan lain yang

mengindikasikan kerusakan lebih lanjut selain Hiperplasia Prostat jinak.

4. Dari pemeriksaan USG didapatkan kesan hipertrofi prostat.

DIAGNOSA KERJA BPH

DIAGNOSA BANDING

1. Prostatitis akut

Karena pembengkakan prostat biasanya ada disuria, kadang sampai

retensio urin. Kadang didapatkan pengeluaran nanah pada colok

dubur.Gejala dan tanda prostatitis akut terdiri atas demam dengan suhu

tinggi, kadang dengan gigilan, nyeri perineal atau pinggang rendah, sakit

sedang atau berat, mialgia, dan artralgia.

2. Karsinoma prostat

Pada stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan gejala atau

tanda klinis. Biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

colok dubur, dengan kelainan konsistensi, yaitu bagian prostat yang

keras, nodul, ketidakrataan atau asimetri. Masih dibutuhkan pemeriksaan

PSA.

PENATALAKSANAAN

OPERATIF TUR Prostat

Terapi pilihan pada pasien BPH yang

mengalami retensi urine,Hasil lebih

baik,dengan masa pemulihan yang lebih cepat.

Skor IPSS = 26

PASCA OPERATIF

Infus RL 8 kolf/ 24 jam

IVFD NaCl 0,9% 30,40,60 tetes/menit

Bedrest 24 jam

Periksa DPL dan elektrolit

Obat :

- Inj Terpacef 1x 1gr.

- Inj. Ketese 3x1 amp

- Inj. Ranitidine 2x1 amp

- Pronalges supp 2x1 supp

3. Kontrol berkala poliklinik urologi.

PROGNOSIS

AD BONAM, Diagnosis dan pemilihan terapi yang tepat menghilangkan keluhan

BAK pada pasien. Selain itu pasca operatif prostat memilki tingkat kekambuhan

yang rendah.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Tanagho, Emil A ; McAninch, Jhon W. Benign Prostatic Hyperplasia ;

at Smith’s General Urology. 17 th edition. Mc Graw Hill : Lange ;

California.2008, p 348.

2. Purnomo, B. Basuki. Hiperplasia Prostat; Di dalam Dasar-Dasar

Urologi. Edisi 2. Penerbit Sagung Seto : Jakarta. 2009, Hal 69-85

3. Scanlon, Valerie C. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology 5th

Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

4. Prostate Hyperplasia, Benign , available at

http://emedicine.medscape.com/article/437359-overview

5. Roehrborn CG and McConnell JD. Etiology, pathophysiology,

epidemiology, and natural history of benign prostatic hyperplasia. In :

LR, Novick AC, Partin AW , and Peters CA (editor). Campbell’s

urology. Phyladelphia: Saundes, 2002: 1297-1336.

6. Benign prostatic Hyperplasia, Available at

http://en.wikipedia.org/wiki/Benign_prostatic_hyperplasia

7. Rahardjo, Djoko. PROSTAT Kelainan-kelainan Jinak, Diagnosis dan

Penanganan. Cetakan Pertama, Penerbit : Subbagian urologi Bagian

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1999. 15-

60.

8. http://www.urolog.nl/urolog/php/patients.php?doc=bph&lng=en

9. .De Jong, Wim ; Sjamsuhidajat R. Prostat; di dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC: Jakarta , 2004, Hal 782.