Case-BPH
-
Upload
annamegirl -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of Case-BPH
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 00-95-45-21
Nama : Tn. Antonius N.S
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Pria
Agama : Katolik
Alamat : jalan cirendeu no.20 RT/RW 002/010
Pendidikan : sarjana
Pekerjaan : pensiunan
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal masuk : 31 januari 2011
II. ANAMNESA
Autoanamnesa : 31 januari 2011, Jam 15.00 WIB
Keluhan Utama : Sulit BAK sejak ± 2 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku sejak 2 tahun terakhir ini merasa sulit untuk BAK, BAK di
rasakan pasien tidak lancar, setiap BAK pancaran yang keluar kecil/menetes dan
sering tersendat-sendat ketika kencing sehingga pasien harus mengedan untuk
mengeluarkan air kencingnya supaya lancar, selain itu pasien juga sering kebelet
untuk kencing, saat kencing pasien mengaku sering sakit, BAK pasien berwarna
kuning, tidak pernah BAK bedarah.
Pasien juga mengaku sering terbangun dari tidur karena ingin kencing,
kencing pada malam hari bisa sampai 5 kali padahal dahulu maksimal kencing
pada malam hari bisa 1-2 kali. Pasien mengaku pernah berobat ke dokter umum
dan di beri obat namun pasien lupa nama obatnya. Lalu keluhan BAK mulai
berkurang.
5 bulan SMRS, ketika bangun tidur pasien mengaku tidak bisa BAK sama
sekali disertai nyeri perut bawah yang hebat sehingga pasien di bawa ke
poliklinik setempat dan di pasang kateter untuk membantu mengeluarkan air
kencingnya. Setelah itu pasien di beri obat sama dokter dan di bilang kalau
prostat pasien membesar. Pasien mengaku di suruh dokter setempat di operasi
namun pasien menolak dan memilih untuk di terapi dengan obat-obatan. Pasien
sering kontrol ke dokter dan sudah 6 kali ganti kateter. Setelah kontrol terakhir
pasien meminta untuk tidak memakai kateter namun tetep minum obat-obatan
2 bulan SMRS pasien mengaku kencingnya tetap tidak lancar, setiap
BAK pancaran melemah, ketika kencing harus mengedan, nyeri saat kencing,
menetes di akhir kencing dan sering terbangun pada malam hari karena kencing.
BAK berdarah, Nyeri pinggang yang menjalar ke buah zakar, tungkai dan perut
depan disangkal. Riwayat kencing mengeluarkan batu atau pasir disangkal.
Akhirnya pasien memutuskan untuk datang ke RSUP Fatmawati dan
menyetujui untuk di lakukan tindakan operasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah seperti ini, Pasien mempunyai riwayat
darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu dan rutin minum obat, Riwayat kencing
manis, Asma, alergi, kencing batu dan darah disangkal
Riwayat kecelakaan, operasi, dan perawatan di RS disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Menurut keterangan Pasien, tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan yang sama. Riwayat darah tinggi,kencing manis, TBC, asma dalam
keluarga disangkal. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga disangkal.
Riwayat kebiasaan:
Pasien mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus per hari. Pasien
mengaku jarang berolahraga. Kebiasaan makan sedikit, tidak teratur, jarang
makan sayur dan minum air putih.
Anamnesis berdasarkan sistem skoring IPSS:
Pertanyaan Jawaban Skor
1. Dalam satu bulan
terakhir, apakah
anda merasa masih
ada sisa urine
setelah b.a.k?
Separuh kejadian 3
2. Dalam satu bulan
terakhir, berapa
kali anda harus
b.a.k lagi padahal
belum ada
setengah jam yang
lalu ada b.a.k?
> separuh kejadian 4
3. Dalam satu bulan
terakhir, berapa
kali harus berhenti
pada saat kencing
dan segera
memulai kencing
lagi?
Separuh kejadian 3
4. Dalam satu bulan separuh kejadian 3
terakhir, berapa
kali anda tidak
dapat menahan
keinginan untuk
kencing ?
5. Dalam satu bulan
terakhir, berapa
kali merasa
pancaran kencing
yang lemah ??
Hampir selalu 5
6. Dalam satu bulan
terakhir, berapa
kali harus
mengejan waktu
memulai
kencing ?
> Separuh kejadian 4
7. Dalam satu bulan
terakhir, Beberapa
kali terbangun dari
tidur malam untuk
kencing?
4 kali 4
8. Dengan keluhan
seperti
ini,bagaimana
perasaan anda
tentang kehidupan
anda?
Campuran puas dan
tidak puas
4
Kesimpulan : total skor I-PSS = 26 dengan kualitas hidup yang sedikit
terganggu dengan adanya keluhan diatas. Berdasarkan Total skor pasien
masuk pada keluhan tractus urinarius bawah (LUTS) Derajat berat.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang, dyspneu (-), sianosis (-)
Kesadaran
Compos mentis; GCS : E = 4, V = 5, M = 6 15
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5 °C RR : 17x/menit
Kepala
Bentuk normal, rambut berwarna hitam beruban, terdistribusi tidak merata,
tidak mudah dicabut.
Mata
Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra superior
dan inferior tidak oedema, CA -/-, SI -/-, kornea jernih, pupil bulat, isokor,
Ф 4mm.
Hidung
Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi,deformitas,secret -/-.
Telinga
Bentuk normal, secret -/-, serumen -/-
Mulut
Bentuk normal, bibir agak kering,sianosis (-), lidah tidak kotor, faring tidak
hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
Leher
Bentuk normal, trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar.
Thorax
Paru :
(Ins) Bentuk normal, nafas tampak simetris dalam statis dan dinamis,
retraksi intercostal (-)
(Pal) Vocal fremitus kanan kiri sama kuat
(Per) Sonor pada kedua lapang paru
(Aus) Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung :
(Ins) Ictus cordis tidak tampak terlihat
(Pal) Ictus cordis teraba di ICS VI aksilaris anterior sinistra
(Per) batas atas : ICS II parasternal sinistra
batas kanan : garis midsternal
batas kiri : ICS VI aksilaris anterior sinistra
(terdapat pembesaran
ventrikel kiri)
(Aus) Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
(Ins) Datar, tidak tampak dilatasi vena, benjolan (-),eflorensensi
bermakna (-)
(Pal) Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
(Per) Tymphani
(Aus) Bising usus (+) Normal
Genitalia Eksterna
Penis tidak tampak tanda-tanda radang, OUE:
radang(-),secret(-),hiperemis (-)
Ekstremitas Superior dan Inferior
Bentuk normal, deformitas (-), oedema (-), akral hangat
Kulit
Sawo matang, turgor baik, eflorensensi bermakna (-)
B. STATUS UROLOGI
- Regio Costo vertebrae Angle :
Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Massa - -
Ballotement - -
- Regio Supra Symphisis
Nyeri tekan (-)
Nyeri ketok (-)
Massa (-)
Teraba penuh (+)
- Regio Genitalia Eksterna
Penis : Bentuk normal, tanda radang (-),
OUE : radang(-),secret(-),hiperemis (-)
Rectal Toucher :
- Tonus Sfingter Ani baik
- Ampula Recti tidak kolaps
- Mukosa Rectum licin, massa tidak ada
- Teraba prostat menonjol, batas atas tidak teraba, konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-), nyeri tekan (-)
- Sarung tangan : darah (-), lendir (-), feses (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Tanggal : 25 januari 2011
Hematologi :
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13,8 13,2 – 17,3 gr/dl
Hematokrit 40 33 – 45 %
Leukosit 8600 5.000 – 10.000 uL
Trombosit 279.000 150.000 – 400.000
uL
Eritrosit 4,90 4,40-5,90 juta/ul
LED 9,0 0,0-10,0 mm
VER/HER/KHER/RDW
Hasil Nilai normal
VER 81,9 80 – 100 fl
HER 28,2 26 – 34 pg
KHER 34,4 32 – 36 g/dL
RDW 14,0 11,5 – 14,3
Hitung Jenis
Hasil Nilai normal
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 2 1-3 %
Netrofil 65 50- 70 %
Limfosit 25 20 – 40 %
Monosit 7 2- 8 %
Masa perdarahan 1,5 menit 1-3 menit
Masa pembekuan 5,0 menit 2-6 menit
Kimia Klinik
Fungsi Hati
Hasil Nilai normal
SGOT 21 0-34 u/l
SGPT 34 0 – 40 u/l
Protein Total 7,6 6-8
Albumin 4,30 3,4 - 4,8
Globulin 3 2,5 – 3
Bilirubin Total 0,4 0 – 1
Bilirubin Direk 0,10 < 0,2
Bilirubin Indirek 0,3 < 0,6
Fosfatase alkali 86 30 – 140
Fungsi Ginjal
Hasil Nilai normal
Ureum darah 28 20 – 40 mg/dl
Creatinin darah 0,8 0,6 – 1,5 ng/dl
Asam urat 4,9 < 7 mg/dl
Diabetes
Glukosa darah puasa 81 80 – 100 mg/dl
LEMAK
Trigleserida 27 <150 mg/dl
Kolesterol Total 212 < 200 mg/dl
Kolesterol HDL 43 28-63 mg/dl
Kolesterol LDL 154 <130 mg/dl
Urinalisa
Hasil Nilai normal
Urobilinogen 0,2 < 1 U.E/dl
Protein urine Negative Negative
Berat jenis 1025 1,003 – 1,030 mg/dl
Bilirubin Negative Negative
Keton Negative Negative
Nitrit Negative Negative
pH 6,0 4,8 – 7,4
Leukosit Negative Negative
Darah/HB Negative Negative
Glukosa Negative Negative
Warna Yellow Yellow
Kejernihan Clear Clear
Sedimen Urine
Hasil Nilai normal
Epitel Positive
Leukosit 0-1 0 – 5/LPB
Eritrosit 0-1 0 – 2/LPB
Silinder - Negative/LPK
Kristal - Negative
Bakteri Negative Negative
Lain-lain - Negative
Hasil laboratorium
Tanggal 01 februari 2011
Hematologi :
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13,4 13,2 – 17,3 gr/dl
Hematokrit 35 33 – 45 %
Leukosit 10.400 5.000 – 10.000 uL
Trombosit 237.000 150.000 – 400.000
uL
Eritrosit 4,32 4,40-5,90 juta/ul
VER/HER/KHER/RDW
Hasil Nilai normal
VER 81 80 – 100 fl
HER 27 26 – 34 pg
KHER 33,3 32 – 36 g/dL
RDW 14,4 11,5 – 14,3
Kimia Klinik
Na 133 135-147
Kalium 3,9 3,1-5,1
Klorida 100 95-108
USG ginjal-buli-buli-prostat
Ginjal kanan ginjal kiri
Vesika urinaria Prostat dan vesika urinaria
Post miksi
Deskripsi USG
Kedua Ginjal: ukuran dan bentuk kedua ginjal normal,dinding reguler,parenkim
dan sinus ginjal normal,tidak ada pelebaran sistem pelviokalices,tidak tampak
lesi hyperechoid dengan PAS (+)
Buli-buli: ukuran dan bentuk normal, dinding rata/reguler, tidak tampak lesi
hyperechoik dengan PAS (+), residu urine pasca miksi +/- 7x 5,6 x 7,3 cm
(volume +/- 148 cc)
Prostat: besar, lobulated, echostruktur homogen, ukuran +/- 5 x 4,9 x 6,1 cm
(volume 77 cm3)
Kesan: - Kedua ginjal dalam batas normal
- HP (volume 77 cm3)
- Residu urine pasca miksi (volume +/- 148 cc)
V. RESUME
Tn. A seorang laki-laki umur 65 tahun datang dengan keluhan sulit BAK
sejak 2 bulan SMRS. Pasien mengaku sejak 2 tahun terakhir ini merasa sulit
untuk BAK, BAK di rasakan pasien tidak lancar, setiap BAK pancaran yang
keluar kecil/menetes dan sering tersendat-sendat ketika kencing sehingga
pasien harus mengedan untuk mengeluarkan air kencingnya supaya lancar,
selain itu pasien juga sering kebelet untuk kencing, saat kencing pasien
mengaku sering sakit, BAK pasien berwarna kuning, tidak pernah BAK bedarah.
Pasien juga mengaku sering terbangun dari tidur karena ingin kencing,
kencing pada malam hari bisa sampai 5 kali padahal dahulu maksimal kencing
pada malam hati bisa 1-2 kali. Pasien mengaku pernah berobat ke dokter umum
dan di beri obat namun pasien lupa nama obatnya. Lalu keluhan BAK mulai
berkurang.
5 bulan SMRS, ketika bangun tidur pasien mengaku tidak bisa BAK sama
sekali disertai nyeri perut bawah yang hebat sehingga pasien di bawa ke
poliklinik setempat dan di pasang kateter untuk membantu mengeluarkan air
kencingnya. Setelah itu pasien di beri obat sama dokter dan di bilang kalau
prostat pasien membesar. Pasien mengaku di suruh dokter setempat di operasi
namun pasien menolak dan memilih untuk di terapi dengan obat-obatan. Pasien
sering kontrol ke dokter dan sudah 6 kali ganti kateter. Setelah kontrol terakhir
pasien meminta untuk tidak memakai kateter namun tetep minum obat-obatan
2 bulan SMRS pasien mengaku kencingnya tetap tidak lancar, setiap
BAK pancaran melemah, ketika kencing harus mengedan, nyeri saat kencing,
menetes di akhir kencing dan sering terbangun pada malam hari karena kencing.
BAK berdarah, Nyeri pinggang yang menjalar ke buah zakar, tungkai dan perut
depan disangkal. Riwayat kencing mengeluarkan batu atau pasir disangkal.
Akhirnya pasien memutuskan untuk datang ke RSUP Fatmawati dan
menyetujui untuk di lakukan tindakan operasi.
Hasil pemeriksaan Rectal Toucher teraba prostat menonjol, batas atas
tidak teraba, konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-), nyeri tekan (-). Pada
pemeriksaan laboratorium, ditemukan kolesterol total dan kolesterol LDL
meningkat,namun tidak ditemukan keterlibatan ginjal pada pasien. Pada
pemeriksaan USG memberikan kesan hipertrofi prostat
VI. DIAGNOSA KERJA
Diagnosa Pre Op :
Benign Prostat Hyperplasia
VII. DIAGNOSA BANDING
1. Prostatitis akut
Gejala dan tanda prostatitis akut terdiri atas demam dengan suhu
tinggi, kadang dengan gigilan, nyeri perineal atau pinggang rendah, sakit
sedang atau berat, mialgia, dan artralgia. Karena pembengkakan prostat
biasanya ada disuria, kadang sampai retensio urin. Kadang didapatkan
pengeluaran nanah pada colok dubur.
2. Karsinoma prostat
Pada stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan
gejala atau tanda klinis. Biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan colok dubur, dengan kelainan konsistensi, yaitu bagian
prostat yang keras, nodul, ketidakrataan, atau asimetri
VIII. PENATALAKSANAAN
Benign Prostat Hyperplasia
- Operatif
Trans Urethral Resection of Prostat / TURP ai BPH
- Pemasangan kateter foley three way Post TURP
Laporan Operasi TURP Selasa,01 februari 2011 – Dr. Asroruddin Sp.U
- Pasien posisi lithotomi dengan anestesi spinal
- Asepsis dan antisepsis genitalia dan sekitarnya
- Dilakukan uretrocystoscopy
Tampak uretra normal,sfingter normal,Prostat menonjol, buli-buli:
tumor(-),batu (-), trabekulasi (+) berat, sakulasi (+), batu (-), divertikel (-)
- Dilakukan reseksi prostat
- Chip prostat dikeluarkan dengan elliks evakuator PA
- Pasang FC 24 F, three-way dengan drip NaCL 0,9 %
- Operasi selesai
Instruksi post op
1. Awasi TNSP
2. Infus RL 8 kolf/ 24 jam
3. IVFD NaCl 0,9% 30,40,60 tetes/menit
4. Boleh minum, setelah flatus : makan biasa.
5. Bedrest 24 jam
6. Periksa DPL dan elektrolit
7. Obat :
- Inj Terpacef 1x 1gr
- Inj. Ketese 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1 amp
- Pronalges supp 2x1 supp
IX. PROGNOSA
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
BAB IIPEMBESARAN PROSTAT JINAK
Prostat adalah organ fibromuskular dan glandular yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. beratnya
kurang lebih 20 gram dengan ukuran 4 x 3 x 2.5 cm. Menurut klasifikasi Lowsley,
prostat terdiri dari 5 lobus: anterior, posterior, median,lateral kanan, dan lateral
kiri. Menurut McNeal (1972), prostat memiliki zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periuretra. Segmen uretra
yang melintasi kelenjar prostat adalah uretra prostat
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasis jinak atau berubah menjadi kanker
ganas dapat menutup uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi
saluran kemih. (1)
BPH merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan pada usia
sebelum 40 tahun. semua pria yang sehat diatas 40 tahun cenderung untuk
menderita hipertrofi prostat, 10% dari mereka disertai dengan gangguan-
gangguan miksi kelak dikemudian hari. merupakan kelainan kedua tersering di
klinik urologi setelah batu saluran kemih. Etiologi dari BPH masih belum
diketahui pasti karena melibatkan banyak faktor dan dikontrol oleh system
endokrin.
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik.
Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri
tanpa mendapatkan terapi apapun.
Tujuan terapi pada hiperplasia prostat adalah: (1) memperbaiki keluhan
miksi, (2) meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi infravesika, (4)
mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume
residu urin, dan (6) mencegah progresifitas penyakit. Hal ini dapat dicapai
dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang
kurang invasif. (2)
ANATOMI,HISTOLOGI DAN FISIOLOGI PROSTAT
ANATOMI
Prostat adalah organ fibromuskular dan glandular yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. beratnya
kurang lebih 20 gram dengan ukuran 4 x 3 x 2.5 cm.
Menurut McNeal (1972), prostat memiliki zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periuretra. Segmen uretra
yang melintasi kelenjar prostat adalah uretra prostat. Menurut klasifikasi Lowsley,
prostat terdiri dari 5 lobus: anterior, posterior, median,lateral kanan, dan kiri
lateral. Lobus anterior terletak di depan uretra pars prostatika, tidak ada jaringan
kelenjar. Lobus medius terletak diantara uretra pars prostatika dan duktus
ejakulatorius, ada banyak jaringan kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang
uretra dan di bawah duktus ejakulatorius, ada jaringan kelenjar. Lobus dekstra
dan sinistra terletak disamping kanan dan kiri uretra pars prostatika, ada banyak
jaringan kelenjar.
Pendarahan prostat oleh cabang dari arteri vesikalis inferior, Arteri
pudenda interna, dan Arteri rectalis media. Sedangkan untuk pendarahan vena
diatur oleh pleksus venosus prostaticus.
Prostat memperoleh persarafan otonomik simpatis dan parasimpatis dari
pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus menerima masukan serabut
parasimpatis dari kora spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-
L2) . Aliran Limfe dari kelenjar prostat bermuara pada nodus iliaca internus,
sacral,vesikalis, dan iliaca eksternus. (1)
HISTOLOGI
Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar yang
mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang terpisah. Saluran ini
bermuara ke uretra pada kedua sisi kolikulus seminalis. Kelenjar ini terbenam
dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh jaringan
ikat kolagen dan serat elastis. Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh
kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma. Alveoli dan tubuli
kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan
tubuli bercabang berkali-kali dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina
basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya berlapis atau
bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada
status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma mengandung sekret yang
berbutir-butir halus, lisosom dan butir lipid. Nukleus biasanya satu, bulat dan
biasanya terletak basal. Nukleoli biasanya terlihat ditengah, bulat dan kecil.
FISIOLOGIS
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret
dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi
sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat ditemukan
enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan
lipid. Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar
prostat juga menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan
prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar
prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian
Stilbestrol. (3)
PEMBESARAN PROSTAT JINAK
DEFINISI
Hiperplasia prostat jinak (BPH), juga dikenal sebagai hipertrofi prostat jinak,
adalah diagnosis histologis ditandai oleh proliferasi dari elemen seluler
prostat. akumulasi seluler dan pembesaran kelenjar dapat hasil dari proliferasi
epitel dan stroma, gangguan kematian sel terprogram (apoptosis), atau
keduanya. BPH melibatkan unsur-unsur stroma dan epitel dari prostat timbul di
zona transisi periurethral dan kelenjar. hiperplasia yang diduga hasil pembesaran
prostat yang dapat membatasi aliran urin dari kandung kemih. BPH dianggap
sebagai bagian normal dari proses penuaan pada pria dan hormon tergantung
pada produksi testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). (4)
ETIOLOGI (5)
Etiologi dari BPH masih belum diketahui pasti karena melibatkan banyak faktor
dan dikontrol oleh sistem endokrin. Prostat terdiri dari stroma dan epitel, dimana
salah satu atau gabungan keduanya dapat berkembang menjadi hyperplasia
menimbulkan nodul dan gejala yang terkait dengan BPH. Beberapa studi klinis
menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan
kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:
1. Teori dehidrotestosteron
Dehidrotestosteron adalah metabolit androgen yang sangat penting dalam
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalam
sel prostat oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH.
DHT yang telah berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk
kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein
growht factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat
Pada berbagai penilitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak
jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada
BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih
banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih
sensitiv terhadap DHT sehingga repliksi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.
2. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui
suatu mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma
mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis
suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu
sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel
secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel
epitel maupun sel stroma.
3. Ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan
kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen dan
testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen dalam
prostat berperan dalam terjadinya proliferasi kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan
jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua
keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru
akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah
ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi
lebih besar.
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme
fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada
apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel
yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya
kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel
dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada
prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang
mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat
secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan
pertambahan masa prostat.
Sampai sekarang belum dapat diterangkan secara pasti faktor-faktor yang
mengahambat proses apoptosis. Diduga hormon androgen berperan dala
menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi,
terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat. Estrogen
diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostat, sedangkan faktor
pertumbuhan TGFβ berperan dalam proses apoptosis.
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk
sel-sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel
yang mempunyai kemampuanberproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan
sel ini sangat tergantungpada keberadaan hormon androgen, sehingga
jika hormon ini keadaannya menurun seperti yang terjadi pada kastrasi
menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada
BPH dipostulasikan sebagai ketidak tepatan aktivitas sel stem sehingga
terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
PATOLOGI.(1)
Proses berkembangnya BPH di zona transisional. Suatu proses
hiperplastik akibat kenaikan jumlah sel. Evaluasi mikroskopis mengungkapkan
pola pertumbuhan nodular yang terdiri dari berbagai jumlah stroma dan
epitel. Stroma terdiri dari berbagai jumlah kolagen dan otot polos. Diferensial
komponen histologis BPH menjelaskan potensi respon untuk terapi. Jadi terapi
alpha-blocker dapat memberikan respon baik pada pasien dengan BPH yang
memiliki signifikan komponen otot polos, sedangkan BPH yang dominan terdiri
dari epitel akan merespon lebih baik terhadap inhibitor 5-alpha-reductase. Pasien
dengan komponen kolagen dalam stroma yang signifikan mungkin tidak
merespon salah satu bentuk terapi medis. Sayangnya, respon terhadap terapi
tertentu tidak dapat diprediksi sebelumnya. Seperti nodul BPH di zona
transisional memperbesar, mereka memadatkan zona luar prostat, menghasilkan
pembentukan kapsul bedah, batas ini memisahkan zona transisi dari zona perifer
dan berfungsi sebagai landasan untuk enuklleasi prostat selama prostatectomi
terbuka sederhana dilakukan untuk BPH.
PATOFISIOLOGI.(2,6,7)
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.
Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli-
buli berupa hipertrofi otot detrusor. Penebalan otot detrusor ini disebut fase
kompensasi. Penonjolan serat otot detrusor dengan sistoskopi akan terlihat seperti
balok yang disebut trabekulasi. Terjadi penonjolan mukosa yang kecil yang disebut
sakula dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien
dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract
symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Sering BAK (frekuensi) disebabkan karena hipersensitivitas
otot detrusor atau karena pengosongan yang tidak lengkap
pada tiap miksi sehingga interval antar miksi menjadi lebih
pendek. Frekuensi miksi meningkat terutama pada malam hari
(nokturia) disebabkan karena tonus sfingter uretra berkurang
selama tidur.
Sering kebelet ingin BAK (Urgensi) disebabkan
hiperiritabilitas dan hipersensitivitas buli-buli karena obstruksi
infravesika.
Harus menunggu lama / susah untuk memulai kencing
(hesitancy) Obstruksi intavesika menyebabkan otot detrusor
gagal berkontaksi dengan cukup kuat untuk menegeluarkan
urin.
Pada saat urin keluar terasa panas atau sakit (dysuria)
inflamasi buli.
Pancarannya miksi lemah disebabkan otot detrusor gagal
berkontraksi dengan cukup kuat .
BAK sering berhenti dan lancar lagi terutama bila mengedan
(Pancaran miksi terputus-putus atau intermitency)
disebabkan otot detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama
untuk melawan tahanan (resistensi) di uretra sehingga
kontraksinya terputus-putus
Menetes ketika selesai miksi tidak tuntas nya urin yang
harus dikeluarkan.
Apabila buli-buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga
pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih dan timbul
rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Karena produksi urin terus terjadi, maka
tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi
daripada tekanan sfingter akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi urin
kronik tidak hanya menyebabkan tekanan intravesika meningkat tetapi juga
meningkatkan tekanan pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara
ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi
refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam
kandung kemih. Batu ini menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.
Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis, dan bila terjadi refluks vesiko-
ureter terjadi pielonefritis.
Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya
disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi
juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul
prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut
simpatis yang berasal dari nervus pudendus.
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel.
Kalau pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1,
pada BPH, rasionya meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH
terjadi peningkatan tonus otot polos prostat dibandingkan denagn prostat normal.
Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik
sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai
penyebab obstruksi prostat.
GAMBARAN KLINIS (2,7,8)
Hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih baik bagian
atas ataupun bawah dan keluhan diluar saluran kemih
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas
gejala obstruksi dan iritatif. Gejala obstruksi seperti hesitansi (susah
memulai miksi), pancaran miksi lemah, intermitensi (miksi tiba-tiba
berhenti dan lancar kembali / terputus-putus), miksi tidak puas, terminal
dribbling ( menetes setelah miksi). Gejala iritatif seperti
frekuensi( anyang-anyang ), nokturi (sering miksi malam hari), urgensi
(merasa ingin miksi yang tidak bisa di tahan), disuria (nyeri saat miksi).
Timbulnya gejala LUTS merupakan kompensasi otot-otot buli untuk
mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot buli mengalami
kepayahan/fatique sehingga jatuh kedalam fase dekompensasi yang
diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
Timbulnya dekompensasi buli biasanya didahului oleh beberapa
faktor pencetus, antara lain: (1) volume buli tiba-tiba terisi penuh yaitu
pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-
obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi), dan
minum air dalam jumlah yang berlebihan. (2) massa prostat tiba-tiba
membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami
prostatitis akut., dan (3) setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat
menurunkan kontraksi otot detrusor atau mempersempit leher buli, antara
lain: golongan kolinergik atau adrenergik alfa.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih bagian
bawah, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang
secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem
skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah Skor International Gejala
Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score).
Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS), diberi nilai dari 0 sampai 5.
Dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup, diberi nilai
dari 1 sampai 7
Dari skor I-PSS itu dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat,
yaitu (1) ringan: skor 0-7, (2) sedang: skor 8-19, dan (3) berat: skor 20-
35.
PERTANYAAN JAWABAN DAN SKOR
Keluhan pada bulan
terakhir
Tidak
pernah
sama
sekali
<1 kali
dalam 5
kejadian
(<20%)
< ½
kejadian
<50%
½
kejadian
50%
> ½
kejadian
>50%
Hampir
selalu
1.apakah anda merasa
masih ada sisa urine
setelah b.a.k
0 1 2 3 4 5
2.berapa kali anda
harus b.a.k lagi padahal
belum ada setengah
jam yang lalu ada b.a.k
0 1 2 3 4 5
3.berapa kali harus
berhenti pada saat
kencing dan segera
mulai kencing lagi dan
hal ini di lakukan
berkali-kali ?
0 1 2 3 4 5
4.berapa kali anda tidak
dapat menahan
keinginan untuk
kencing ?
0 1 2 3 4 5
5.berapa kali merasa
pancaran kencing yang
lemah ?
0 1 2 3 4 5
6.berapa kali harus
mengejan dalam
memulai kencing ?
0 1 2 3 4 5
7.Beberapa kali anda
terbangun dari tidur
malam untuk kencing?
Tdk
pernah
0
1 x
1
2x
2
3x
3
4x
4
5x
5
8.Dengan keluhan
seperti ini,bagaimana
perasaan anda tentang
kehidupan anda?
Sangat
senang
1
senang
2
puas
3
Campuran
puas-tidak
puas
4
Sangat
tidak
puas
5
Tidak
bahagia
6
Buruk
sekali
7
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam (merupakan
tanda dari infeksi atau urosepsis).
3. Gejala di luar saluran kemih
Kadang pasien datang ke dokter mengeluhkan adanya hernia inguinalis
atau haemorrhoid. Timbulnya kedua penyakit ini mungkin karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdominal.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan
teraba massa di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang didapatkan
urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh penderita, yang merupakan
pertanda dari inkontinensia paradoksa.
Pada pemeriksaan colok dubur diperhatikan
tonus sfingter ani/refleks
bulbo-cavernosus untuk menyingkirkan kelainan buli neurogenik,
mukosa dan ampula rektum
keadaan prostat, antar lain: apakah batas atas teraba, adanya
nodul, krepitasi (adanya batu prostat bila teraba krepitasi), konsistensi prostat,
simetri antar lobus,dan batas prostat. Kalau batas atas masih dapat teraba
secara empirirs besar prostat kurang dari 60 gram.
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, tidak
teraba nodul, lobus kiri dan kanan simetris. Sedangkan pada Ca prostat
menunjukkan konsistensi prostat keras/teraba nodul,dan mungkin di antara
lobus kanan dan kiri asimetris
Colok dubur
Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urin
pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri. Angka normal pancaran kemih
rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal sampai sekitar 20 ml/detik.
Pada obstruksi ringan pancaran menurun antara 6-8 ml/detik, sedangkan
pancaran maksimal menjadi 15 ml/detik atau kurang.
Derajat BPH berdasarkan Gambaran Klinik
DerajatColok Dubur Sisa volume urin
I Penonjolan prostat, batas atas mudah
diraba (< 1cm pada rectum)
< 50 ml
II Penonjolan prostate jelas, batas atas
dapat dicapai (1-2 cm pada rectum)
50 - 100 m
III Batas atas prostat tidak dapat diraba 100 m
(2-3 cm pada rectum)
IV Prostat teraba > 3cm pada rectum Retensi urin total
PEMERIKSAAN PENUNJANG (2,9)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin : kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada
saluran kemih
Kultur urin : mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan
Pemeriksaan darah
o elektrolit
o ureum
o kreatinin
o gula darah
Untuk mengetahui faal ginjal.
Prostate Specific Antigen (PSA) > 4 dicurigai adanya keganasan pada
prostat. Dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai
deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Bila
nilai PSA 4-10 ng/ml, hitung PSAD(Prostat specific Antigen Density) yaitu
nilai PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila nilai PSAD ≥ 0,15
maka dilakukan biopsi. Demikian pula jika nilai PSA > 10 ng/ml dlakukan
biopsi
2. Pemeriksaan Pencitraan
Foto polos abdomen : mencari adanya batu opak di saluran kemih.
Adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala menunjukkan bayangan
buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari retensi urin.
IntraVena Pielografi (IVP)
Untuk mengetahui:
a. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis
b. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh
dentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
c. penyulit yang terjadi pada buli-buli, yaitu adanya trabekulasi, divertikel
atau sakulasi buli-buli
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dapat dilakukan secara transabdominal dan transrektal (TRUS = Trans
Rectal Ultrasonografi).
1. Ultrasonografi transrektal digunakan untuk :
a. mengetahui besar / volume kelenjar prostat
b. adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
c. sebagai petunjuk melakukan biopsi aspirasi prostat
d. menentukan jumlah residual urin
e. mencari kelainan lain yang ada di buli-buli
2. Ultrasonografi transabdominal, dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang
lama.
3. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan, derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara
mengukur :
Residual urine, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Ditentukan dengan
cara kateterisasi setelah miksi atau dengan USG setelah miksi
Pancaran urine (uroflowmetri), dengan jalan menghitung jumlah urine
dibagi dengan lamanya miksi per detik (ml/detik), atau dengan alat
uroflowmetri
DIAGNOSIS BANDING (1)
Obstruktif lain kondisi saluran kemih bawah, seperti striktur uretra,
kontraktur kandung kemih , batu buli atau karsinoma prostat, harus di
pikirkan ketika mengevaluasi laki-laki dengan dugaan BPH. Riwayat pada
uretra sebelumnya, berupa instrumentasi, uretritis, atau trauma harus
dijelaskan untuk menyingkirkan striktur uretra atau kontraktur kandung kemih,
Hematuria dan nyeri yang umumnya terkait dengan batu saluran
kemih. Karsinoma prostat dapat dideteksi pada rectal toucher atau kadar
PSA tinggi (>4) . Infeksi saluran kemih juga dapat memberikan gejala mirip
gejala BPH, dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan kultur urin, tapi infeksi
saluran kencing juga dapat menjadi komplikasi BPH. Gejala yg ada juga
terkait dengan karsinoma kandung kemih terutama karsinoma in situ,
biasanya menunjukkan gejala hematuria. Demikian pula pasien dengan
neurogenik gangguan kandung kemih mungkin memiliki banyak tanda-tanda
dan gejala BPH, tetapi riwayat penyakit neurologis, stroke, diabetes
mellitus. Selain itu, pemeriksaan mungkin menunjukkan perineum dan
ekstremitas mengalami kekurangan sensasi atau perubahan pada tonus
sfingter rectum atau bulbocavernosus refleks. Simulasi perubahan fungsi
usus (konstipasi) mungkin juga waspada satu kemungkinan asal dari
neurologis.
PENATALAKSANAAN (1,2,5)
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Tujuan
pada pasien hiperplasia prostat adalah untuk memperbaiki keluhan miksi,
meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi intravesika, mengembalikan
fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin setelah miksi
dan mencegah progresilitas penyakit.
1 . Watchfull waiting
Ditujukan pada penderita BPH dengan keluhan ringan yang tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi apapun hanya
diberikan anjuran mengenai hal yang dapat memperburuk keluhan, seperti
jangan minum kopi atau alkohol, batasi penggunaan obat yang mengandung
fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin, dan jangan menahan
kencing terlalu lama.
2. Medikamentosa
Terdapat 3 golongan obat :
Penghambat receptor adrenergik a
Beberapa golongan obat yang dipakaii adalah prazosin (dua kali sehari),
terazosin, afluzosin dan doksazosin yang diberikan sekali sehari. Obat-
obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran
urine.
Penghambat 5 a-reduktase
Bekerja dengan cara menghambat pembentukan dehidrotestosteron dari
testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5 a reduktase di dalam selsel
prostat.
Pemberian finasteride 5 mg mampu memperbaiki keluhan miksi dan
pancaran miksi.
Fitofarmaka
Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai anti estrogen, anti
androgen,memperkecil volume prostat dan lain-lain. Fitoterapi yang banyak
dipasarkan ialah Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix
urtica dan lainnya.
Terapi Bedah
Penyelesaian masalah pasien hiperplasia prostat jangka panjang yang paling
baik saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan
membutuhkan waktu yang lama untuk melihat hasilnya. Indikasi pembedahan
adalah bila :
Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
Mengalami retensi urin
Mengalami infeksi saluran kemih yang berulang
Batu buli,divertikel
Hematuria
Gagal ginjal
Timbul penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah seperti
Hernia dan Hemorroid
Terdapat beberapa macam pembedahan yaitu :
1. Operasi terbuka
Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di belakang tulang
kemaluan/retropubik dan diatas tulang kemaluan/suprapubik) atau di daerah
perineum (dasar panggul yang meliputi daerah skrotum sampai anus).
Pendekatan melalui perineum saat ini jarangn digunakan lagi karena angka
kejadian impotensi setelah pembedahan mencapai 50%. Pembedahan ini
memerlukan waktu dan biasanya penderita harus dirawat selama 5-10 hari.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensi (16-32%, tergantung kepada
pendekatan pembedahan) dan inkontinensia uri (kurang dari 1%).
2. Reseksi Prostat Transuretral (TURP)
Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan
cairan irigasi (pembilas) agar daerah yang di reseksi tetap terang dan tidak
tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah cairan yang non ionic,
yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan
yang sering di pakai dan harganya cukup murah yaitu H2O steril (aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik
sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah
vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan
terjadinya hiponatremia relative atau gejala intoksikasi air yang dikenal
dengan sindroma TURP. Untuk mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP
operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam.
Komplikasi lain yang mugkin terjadi adalah perdarahan, perforasi,
inkontinensi, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograde, dan striktura uretra.
Reseksi Prostat Transuretral (TURP)
3. Insisi Prostat Transuretra (TUIP)
Merupakan insisi dari leher buli atau BNI (Bladder Neck Incision). Sebelum
melakukan tindakan ini harus disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma
prostat dengan melakukan colok dubur, melakukan pemeriksaan
ultrasonografi transrektal, dan pengukuran kadar PSA.
4. Elektrovaporasi Prostat
Cara elektrovaporasi prostat adalah sama dengan TURP, hanya saja teknik
ini memakai roller ball yag spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup
kuat sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar prostat. Teknik ini cukup
aman tapi hanya bisa digunakan untuk pembesaran prostat <50 gr
5. Laser Prostatektomi
Penggunaan energy laser ini sebenarnya cukup aman, tetapi 2% sering
membutuhkan terapi ulang. Efek lebih lanjut dari pengguanaan laser belum
diketahui dengan pasti.
Tindakan Invasif Minimal
a. Termoterapi
b. TUNA ( Transurethral needle ablation of the prostate)
c. Stent
d. HIFU ( high Intensity focused ultrasound )
Meskipun sudah banyak modalitas yang telah di temukan untuk mengobati
pembesaran prostat, sampai saat ini terapi yang memberikan hasil paling
memuaskan adalah TUR Prostat.
PROGNOSIS (8)
Lebih dari 90°% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari
gejala yang dialaminya. Sekitar 10 – 20% akan mengalami kekambuhan
penyumbatan dalam 5 tahun.
BAB III
ANALISA KASUS
1. Dari anamnesis
Laki-laki 65 tahun BPH merupakan penyakit pada pria tua. Keadaan
ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria
yang berusia 80 tahun. Pada usia tua, kadar testosteron menurun,
sedangkan kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara
estrogen dan testosteron relatif meningkat. Estrogen dalam prostat
berperan dalam terjadinya proliferasi kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan
jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
Keluhan Utama : Sulit BAK sejak 2 bulan SMRS gejala ini merupakan
menifestasi klinik yang terjadi akibat otot-otot buli yang mengalami
kepayahan/fatigue (dekompensasi) karena harus berkontraksi terus-
menerus untuk mengeluarkan urin dari buli-buli.
Riwayat Penyakit Sekarang :
o BAK sering tidak lancar atau terputus-putus sehingga harus
mengedan ketika BAK (Pancaran miksi terputus-putus atau
intermitency) : disebabkan otot detrusor gagal berkontraksi dengan
cukup lama untuk melawan tahanan (resistensi) di uretra sehingga
kontraksinya terputus-putus
o Pada saat urin keluar terasa panas atau sakit (dysuria) inflamasi
buli.
o Sering BAK (frekuensi) : disebabkan karena hipersensitivitas otot
detrusor atau karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap
miksi sehingga interval antar miksi menjadi lebih pendek. Frekuensi
miksi meningkat terutama pada malam hari (nokturia)
disebabkan karena tonus sfingter uretra berkurang selama tidur.
o Harus menunggu lama untuk memulai kencing (hesitancy)
Obstruksi intravesika menyebabkan otot detrusor gagal berkontaksi
dengan cukup kuat untuk mengeluarkan urin.
o Pancarannya miksi lemah disebabkan otot detrusor gagal
berkontraksi dengan cukup kuat .
o Menetes ketika di akhir BAK Akibat dari masih adanya sisa urine
yang belum sepenuhnya dikeluarkan,karena adanya hambatan
untuk mengeluarkannya secara keseluruhan.
o Skor IPSS dari anamnesis = 25 ( LUTS Berat)
2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Pada pemeriksaan Rectal Toucher didapatkan :
- Tonus Sfingter Ani baik, Ampula Recti tidak kolaps,
- Mukosa Rectum licin, tidak ada massa,
- Teraba prostat menonjol,
batas atas teraba , konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-),
nyeri tekan (-) : menunjukkan pembesaran prostat jinak, sekaligus
menyingkirkan keganasan.
simetris lobus kanan dan kiri menunjukkan pembesaran prostat
jinak.
- Sarung tangan : darah (-), lendir (-), feses (-)
3. Dari pemeriksaan penunjang di dapatkan kolesterol total dan kolesterol
LDL yang meningkat menandakan Tidak ditemukan kelainan lain yang
mengindikasikan kerusakan lebih lanjut selain Hiperplasia Prostat jinak.
4. Dari pemeriksaan USG didapatkan kesan hipertrofi prostat.
DIAGNOSA KERJA BPH
DIAGNOSA BANDING
1. Prostatitis akut
Karena pembengkakan prostat biasanya ada disuria, kadang sampai
retensio urin. Kadang didapatkan pengeluaran nanah pada colok
dubur.Gejala dan tanda prostatitis akut terdiri atas demam dengan suhu
tinggi, kadang dengan gigilan, nyeri perineal atau pinggang rendah, sakit
sedang atau berat, mialgia, dan artralgia.
2. Karsinoma prostat
Pada stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan gejala atau
tanda klinis. Biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
colok dubur, dengan kelainan konsistensi, yaitu bagian prostat yang
keras, nodul, ketidakrataan atau asimetri. Masih dibutuhkan pemeriksaan
PSA.
PENATALAKSANAAN
OPERATIF TUR Prostat
Terapi pilihan pada pasien BPH yang
mengalami retensi urine,Hasil lebih
baik,dengan masa pemulihan yang lebih cepat.
Skor IPSS = 26
PASCA OPERATIF
Infus RL 8 kolf/ 24 jam
IVFD NaCl 0,9% 30,40,60 tetes/menit
Bedrest 24 jam
Periksa DPL dan elektrolit
Obat :
- Inj Terpacef 1x 1gr.
- Inj. Ketese 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1 amp
- Pronalges supp 2x1 supp
3. Kontrol berkala poliklinik urologi.
PROGNOSIS
AD BONAM, Diagnosis dan pemilihan terapi yang tepat menghilangkan keluhan
BAK pada pasien. Selain itu pasca operatif prostat memilki tingkat kekambuhan
yang rendah.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanagho, Emil A ; McAninch, Jhon W. Benign Prostatic Hyperplasia ;
at Smith’s General Urology. 17 th edition. Mc Graw Hill : Lange ;
California.2008, p 348.
2. Purnomo, B. Basuki. Hiperplasia Prostat; Di dalam Dasar-Dasar
Urologi. Edisi 2. Penerbit Sagung Seto : Jakarta. 2009, Hal 69-85
3. Scanlon, Valerie C. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology 5th
Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.
4. Prostate Hyperplasia, Benign , available at
http://emedicine.medscape.com/article/437359-overview
5. Roehrborn CG and McConnell JD. Etiology, pathophysiology,
epidemiology, and natural history of benign prostatic hyperplasia. In :
LR, Novick AC, Partin AW , and Peters CA (editor). Campbell’s
urology. Phyladelphia: Saundes, 2002: 1297-1336.
6. Benign prostatic Hyperplasia, Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Benign_prostatic_hyperplasia
7. Rahardjo, Djoko. PROSTAT Kelainan-kelainan Jinak, Diagnosis dan
Penanganan. Cetakan Pertama, Penerbit : Subbagian urologi Bagian
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1999. 15-
60.
8. http://www.urolog.nl/urolog/php/patients.php?doc=bph&lng=en