Case Atresiaani

18
 BAB I TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang  badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Atresia dapat terjadi  pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya. Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu: 1. Sten osis r ektu m yan g leb ih ren dah a tau pa da anus 2. Mem bra n a nus yan g men eta p 3. An us impe rfo rat a da n uju ng re ktu m yan g bun tu ter let ak pa da be rmacam- maca m  jarak dari peritoneum 4. Lub ang a nus ya ng te rpis ah de ngan ujun g rekt um Pada golongan yang ketiga, hampir selalu disertai dengan fistula. Pada wanita sering dite muk an fist ula rektovagina dan jara ng rekt oper itoneal dan tida k per nah rektouri nar ius, seda ngka n pada lak i-la ki seri ng dite muk an fistula rektourinarius dan bera khir di kan dung kencing atau uretra dan jarang rektoperineal.  EMBRIOLOGI DAN PATOGENESIS Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari salu ran kencing disebelah ven tral . Ked ua sistem (rek tum dan salu ran

Transcript of Case Atresiaani

Page 1: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 1/18

 

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.

Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang

 badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Atresia dapat terjadi

 pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur.

Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu

memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:

1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus

2. Membran anus yang menetap

3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam- macam

 jarak dari peritoneum

4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum

Pada golongan yang ketiga, hampir selalu disertai dengan fistula. Pada wanita sering

ditemukan fistula rektovagina dan jarang rektoperitoneal dan tidak pernah rektourinarius,

sedangkan pada laki-laki sering ditemukan fistula rektourinarius dan berakhir di kandung

kencing atau uretra dan jarang rektoperineal.

 

EMBRIOLOGI DAN PATOGENESIS

Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan ke

dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di

sebelah dorsal dari saluran kencing disebelah ventral. Kedua sistem (rektum dan saluran

Page 2: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 2/18

 

kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7. Pada saat yang sama,

 bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna, sedangkan bagian

anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke-8.

Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatuspektrum anomali, kebanyakan mengenai saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria.

Hubungan yang menetap antara bagian genitourinaria dan bagian rektum kloaka menimbulkan

fistula.

KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut Wingspread

Laki-laki

a. Kelompok I, kelainan:

-fistel urin

-atresia rektum

-perineum datar 

-fistel tidak ada

-invertogram: udara > 1 cm dari kulit

Tindakan: kolostomi neonatus; operasi definitif pada usia 4-6 bulan

 b. Kelompok II, kelainan:

-fistel perineum

-membran anal

-stenosis anus

-fistel tidak ada

Page 3: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 3/18

 

-invertogram: udara < dari 1 cm dari kulit

Tindakan: operasi langsung pada neonates

Wanita

a. Kelompok I, kelainan:

• kloaka

• fistel vagina

• fistel anovestibuler atau rektovestibuler 

atresia rektum

• fistel tidak ada

• invertogram: udara > 1 cm dari kulit

Tindakan: kolostomi neonatus

 b. Kelompok II, kelainan:

• fistel perineum

• stenosis anus

• fistel tidak ada

• invertogram: udara < 1 cm dari kulit

Tindakan: operasi langsung pada neonatus

Klasifikasi yang lain:

1. Anomaly tinggi : anomaly supra levator, yaitu jika punctum rectum

 berakhir di atas m. levator ani/puborectal sling.

2. Anomaly pertengahan : anomaly intermediate

Page 4: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 4/18

 

3. Anomaly rendah : jarak antara punctum dengan anal dimple < 1 cm.

Anomaly pertengahan dan rendah disebut juga anomaly translevator, karena telah

melewati m. levator ani.

Otot-otot yang membatasi diafragma pelvis:

1. M. pubococcygeus

2. M iliococcygeus

3. M. puborectal sling

Didalam puborectal space, lewat alat-alat penting:

•  pada laki-laki: uretra, rectum

•  pada wanita: uretra, rectum, vagina

Otot-otot yang membentuk kontinensia alvi:

• m. sphincter ani internum--lanjutan m.circularis rectum

• m. sphincter ani externum

• m. levator ani

Kerusakan salah satu otot yang terpenting ini (m. sphincter ani externum dan m.

levator ani) akan menimbulkan inkontinensia alvi, sedangkan kerusakan m. sphincter ani

internum tidak begitu berpengaruh.

Secara umum, anomali anorectal dapat dibedakan menjadi :

1. tanpa fistula

2. dengan fistula

Macam-macam fistula:

1. fistula rektovesical : hubungan punctum dengan buli-buli

Page 5: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 5/18

 

2. fistula rektouretral : hubungan punctum dengan uretra

3. fistula rektoperineal : hubungan punctum dengan perineum

4. stenose ani : beberapa fistula ke dimple anal

5. fistula rektoscrotal ♂: hubungan punctum dengan scrotum

6. fistula rektovaginal ♀: hubungan punctum dengan vagina

7. fistula rektovestibularis ♀: hubungan punctum dengan vestibulum

Pada wanita, fistula rektovesical dan rektouretral sukar terjadi oleh karena

terhalang uterus. Yang paling sering terjadi ádalah fistula rektovestibularis. Bayi yang

mempunyai fistula lebih beruntung daripada yang tanpa fistula. Pada bayi tanpa fistula,

tidak ada hubungan dengan dunia luar sehingga ditemui gejala obstruksi usus. Oleh

karena merupakan obstruksi usus letak rendah, maka gejala yang ditimbulkan tidak 

 begitu berat.

Bayi atresia ani tanpa fistula belum ada gejala obstruksi usus pada hari pertama.

Pada hari 3-4, dimana bayi sudah aerofagi dan udara sudah sampai kedistal, akan timbul

 perut kembung. Udara yang ditiup oleh bayi akan sampai ke punctum terendah paling

cepat dalam 18 jam, rata-rata 24 jam. Insiden: 1 kejadian tiap 3000-5000 kelahiran

PENYEBAB

Defek embriologi yang menyebabkan malformasi masih belum dapat dianggap sebagai

  penyebab pasti, pembentukan membran kloaka dan selanjutnya gangguan dalam pembukaanurogenital dan anal yang terjadi pada minggu ke-8 kehamilan. Defek pada proses pembentukan

dan bentuk dari septum urorektal posterior banyak dilaporkan sebagai gambaran abnormal dari

imperforasi anus. Duktus mullerri muncul setelah periode kritis, bagaimana mereka bergabung

dalam perkembangan ini tidak jelas.

Page 6: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 6/18

 

Faktor predisposisi seseorang memiliki anak dengan imperforasi anus, tidak jelas.

Bagaimanapun, faktor genetik kadang-kadang ada. Banyak kasus imperforasi anus disertai

riwayat yang sama dalam keluarga, tetapi ada beberapa keluarga tanpa riwayat yang memiliki

anak dengan malformasi ini. Sampai saat ini, studi genetik tetap terus dilakukan.

 

GEJALA

Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau imperforasi anus berupa:

1. Perut kembung

2. Muntah

3. Tidak bisa buang air besar 

4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik (jungkir) dapat dilihat

sampai dimana terdapat penyumbatan (foto dilakukan pada umur lebih dari 24 jam,

oleh karena pada umur tersebut dalam keadaan normal, seluruh traktus digestivus

sudah berisi udara dan bayi dibalik selama 5 menit).

5. Pemasukan termometer melalui anus

6. Pemeriksaan urin untuk mengetahui apakah terdapat meconeum di dalamnya,

sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.

PEMERIKSAAAN

Pemeriksaan rutin dilakukan untuk mencari kelainan lain. Lebih dari 50% penderita

mempunyai kelainan kongenital lain. Yang sering ditemukan adalah kelainan saluran

genitourinal (30%), kelainan jantung (75%), kelainan saluran cerna misalnya atresia esophagus

atau atresia duodenum, dan kelainan tulang.

Page 7: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 7/18

 

PEMERIKSAAN KHUSUS PADA WANITA

  Neonatus wanita perlu pemeriksaan khusus, karena seringnya ditemukan fistel ke

vestibulum atau vagina (80-90 %)

Kelompok I

Pada fistel vagina, meconeum tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses menjadi

tidak lancar sehingga sebaiknya cepat dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara

fistel terdapat di vulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum

susu. Evakuasi mulai terhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi

dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka

tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalis dan saluran cerna. Evakuasi

feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.

Pada atresia rektum, anus tampak normal. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur,

 jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. tidak ada evakuasi meconeum sehingga perlu

segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram, yaitu foto rontgen

di ambil pada bayi di letak inverse (pembalikan posisi) sehingga udara di kolon akan naik 

sampai di ujung buntu rectum. Jika udara >1cm dari kulit perlu segera dilakukan

kolostomi.

Kelompok II

Lubang fistel perineum biasanya terdapat di antara vulva dan tempat letak anus

normal, tetapi tanda timah anus yang buntu ada di posteriornya. Kelainan ini umumnya

menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang

seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus

dilakukan terapi definitif.

Page 8: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 8/18

 

Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara <1cm dari kulit, dapat segera

dilakukan pembedahan definitif. Dalam hal ini evakuasi tidak ada, sehingga perlu segera

dilakukan kolostomi.

PEMERIKSAAN KHUSUS PADA LAKI-LAKI

Yang harus diperhatikan ialah adanya fistel atau kenormalan bentuk perineum dan ada

tidaknya butir meconeum di urine. Dari kedua hal tadi pada anak laki dapat dibuat kelompok 

dengan atau tanpa fistel perineum.

Kelompok I

Jika ada fistel urine, tampak meconeum keluar dari orifisium eksternum uretra,

mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis untuk 

menentukan letak fistel ialah dengan memasang kateter urine. Bila kateter terpasang dan

urin jernih, berarti fistel terletak di uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan

kateter urine mengandung meconeum berarti fistel ke vesika urinaria. Bila evakuasi feses

tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rektum tindakannya

sama dengan pada wanita; harus dibuat kolostomi.

Jika tidak ada fistel dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu

segera dilakukan kolostomi.

Kelompok II

Fistel perineum sama dengan pada wanita: lubangnya terdapat pada anterior dari

letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan meconeum dibawah

selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definitif secepat

mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan pada wanita, tindakan definitif harus

Page 9: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 9/18

 

dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara < 1 cm dari kulit pada invertogram, perlu juga

segera dilakukan pertolongan bedah.

DIAGNOSIS

Malformasi anorektal dapat segera diketahui begitu bayi lahir. Cara penegakan diagnosis

 pada kasus atresia ani atau anus imperforata adalah semua bayi yang lahir harus dilakukan

 pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tapi juga

untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak. Bila anus terlihat normal dan

terdapat penyumbatan yang lebih tinggi dari perineum maka gejala akan timbul dalam 24-48

 jam. Bila atresia ani, dicari apakah ada fistula atau tidak. Hal ini dapat diketahui dengan melihat

dimana meconeum keluar. -bila meconeum keluar bersama-sama kencing, maka ada dua

kemungkinan fistula:

Fistula rektouretral

•   bila meconeum mula-mula keluar bersama miksi. Urine selanjutnya

makin lama makin jernih.

dapat juga meconeum keluar tanpa melalui miksi.

Fistula recovesical

•   bila meconeum keluar bersama-sama air seni dan urine tetap keruh

kehitaman sampai akhir miksi.

  bila terdapat bintik meconeum di perineum, maka merupakan fistula

rektoperineal.

 bila terdapat bintik meconeum di midline rafe maka merupakan fistula

rektoscrotal.

  bila keluar meconeum melalui vestibulum, maka merupakan fistula

rektovestibularis.

Page 10: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 10/18

 

Untuk anomali anorektal tanpa fistula, jenisnya dapat diketahui dengan foto

wangensteen-rice, yaitu foto polos perut tanpa kontra, secara invertogram.

Prinsipnya: udara akan menempati bagian tertinggi dari suatu rongga.

Berdasarkan hal tersebut, maka wangensteen dan rice lalu menerapkan prinsip ini.

Caranya: bayi dibalik badannya sehingga kepala menempati bagian yang terendah dan

 bokong merupakan bagian yang tertinggi. Pada bokong anak dipasang marker dari Pb.

Dengan demikian udara akan bergerak ke atas. Sehingga dapat diketahui jenisnya.

Pada kasus anomali anorektal tanpa fistula dimana ada gejala obstruksi usus,

teknik demikian tidak dapat diterapkan, karena isi lambung dapat keluar, sehingga terjadi

aspirasi. Untuk itu dapat dilakukan modifikasi foto mangensteen-rice yaitu dengan posisi

menunggng (knee-chest position). Dengan cara ini bahaya aspirasi menjadi berkurang.

Untuk atresia ani dengan fistula, diagnosa dengan rontgent ini tidak perlu karena

diperkirakan jenis anomali anorectal dengan mengenal jenis fistulanya:

• fistula rektovesical---anomali anorectal tinggi

fistula rektoperineal---anomali anorectal translevator 

• fistula rektouretral---anomali anorectal translevator 

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menentukan golongan malformasi dipakai invertogram yang dapat dibuat setelah

udara yang ditelan oleh bayi telah mencapai rektum. Invertogram adalah teknik pengambilan

foto untuk menilai jarak puntung distal rektum terhadap tanda timah atau logam lain pada tempat

 bakal anus di kulit perineum. Sewaktu foto diambil, bayi diletakkan terbalik (kepala dibawah)

atau tidur telungkup, dengan sinar horisontal diarahkan ke trokanter mayor. Selanjutnya diukur 

 jarak dari ujung udara yang ada di ujung distal rektum ke tanda logam di perineum. Biasanya

dipakai klasifikasi Wingspread (1984) sebagai penggolongan anatomi.

Page 11: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 11/18

 

PENATALAKSANAAN

Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi

 posterosagital atau plastik anorektal posterosagital (PSARP, posterosagital anorectoplasty).

Pada tindak bedah plastik anorektal posterolateral yang mulai dari os koksigi, kolostomi

merupakan perlindungan sementara. Ada dua tempat kolostomi yang dianjurkan dipakai pada

neonatus dan bayi, yaitu transversokolostomi dan sigmoidostomi. Bentuk kolostomi yang aman

adalah stoma laras ganda.

Pada pembedahan harus diperhatikan preservasi seluruh otot dasar panggul dan

 persarafannya.

Prognosis bergantung dari fungsi klinis. Dengan khusus dinilai pengendalian defekasi,

 pencemaran pakaian dalam, sensibilitas rektum dan kekuatan otot sfingter pada colok dubur.

Fungsi kontinensia tidak hanya bergantung pada kekuatan sfingter atau sensibilitasnya,

tetapi juga bergantung pada usia serta kooperasi dan keadaan mental penderita.

Page 12: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 12/18

 

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI

•   Nama : By. JS

• Jenis kelamin : laki-laki

• Umur : 13 hari

Page 13: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 13/18

 

• Alamat : Sawah padang

• Kebangsaan : Indonesia

• Agama : Islam

• MRS : 251909

ANAMNESIS

• Keluhan Utama (alloanamnesis)

Tidak memiliki anus

• Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke RS tanggal 12 Juli 2011 dengan keluhan : tidak BAB sudah 4 hari,

anus tidak ada, muntah sering (dari pagi muntah 3x), perut besar, tegang,agak 

mengkilat. BB lahir 3 kg . BB sekarang 3 kg

PEMERIKSAAN FISIK .

Status Generalis

• Keadaan umum : sedang

• Berat badan : 3 kg

• Suhu : 36,8 ºC

•   Nadi : 160 x/menit

• Pernapasan : 60 x/menit

• Pupil : Isokor 

• Mata : Konjunctiva pucat (-), sklera ikterik 

• Kulit : ikterik, sianosis,turgor menurun

• KGB : Tidak ada pembesaran

Page 14: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 14/18

 

• Leher : Tidak ada kelainan

• Paru-paru : Tidak ada kelainan

• Jantung : Tidak ada kelainan

• Abdomen : membesar, keras, tymphani, bising usus (-)

• Genitalia Eksterna : Tidak ada kelainan

• Ekstremitas : akral hangat

• Anal : Lihat status lokalis

B.Status Lokalis

Regio Anal

I : Anus (-)

Fistula (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG .

A. Pemeriksaan Laboratorium (13 Juli 2011)

Darah rutin

• Hb : 12,3 g/dl

Ht : 63 vol%

• Leukosit : 6.200 /mm³

• Trombosit : 177.000 /mm³

• LED : 20 mm/jam

Page 15: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 15/18

 

• Waktu pembekuan : 4 menit 30 detik 

• Waktu perdarahan : 4 menit

B.Pemeriksaan Radiologis

Invertogram, punctum rectum > 2cm dari marker 

 

DIAGNOSIS KERJA

Atresia ani tanpa fistel letak tinggi

PENATALAKSANAAN

Kolostomi

o IVFD RL

o  puasa

o

cefotaxim

o vitamin K 

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Page 16: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 16/18

Page 17: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 17/18

 

BAB III

ANALISIS KASUS

Seorang bayi laki-laki, berusia 13 hari, bertempat tinggal di Sawah padang

 berkebangsaan Indonesia, agama Islam, datang ke RSUD Dr. Adnaan WD, Payakumbuh 12 Juli

2011 dengan keluhan tidak BAB sejak 4 hari sebelum masuk RS, anus tidak ada, sering muntah,

 perut besar dan tegang. Dari anamnesis, kita dapat berpikir akan adanya atresia ani.

Pada pemeriksaan fisik status generalis abdomen, inspeksi perut tampak kembung, pada

  palpasi abdomen besar dan tegang, perkusi abdomen tympani, dan pada auskultasi tidak 

terdengar bising usus. Pada regio anus, inspeksi tidak terdapat anus, fistula (-). Hasil

 pemeriksaan fisik semakin menguatkan diagnosis atresia ani tanpa fistula.

Pada pemeriksaan radiologi invertogram dengan knee chest position, didapat jarak antara

marker dengan punctum dimple ±2 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa kelainan ini merupakan

kelainan letak tinggi (supralevator), dimana jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit lebih

dari 1 cm.

Penatalaksanaan pada penderita yaitu puasa, diberikan terapi IVFD. Dilakukan

 pemasangan kateter untuk menilai keseimbangan cairan. Antibiotik diberikan untuk mengatasi

infeksi yang terjadi pada saluran cerna berupa enterokolitis. Direncanakan terapi operasi berupa

kolostomi. Prognosis pasien ini quo ad vitam dan quo ad functionam adalah bonam.

Page 18: Case Atresiaani

5/8/2018 Case Atresiaani - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/case-atresiaani 18/18

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Atresia ani. Diperoleh dari:

http://www.fkuii.org/tiki-index.php?=Atresia+ani6 . Diakses pada 8 November 2007.

Anonim. Imperforate anus.Diperoleh dari:

http://www.emedicine.com/ped/TOPIC1171.HTM . Diakses pada: 8 November 2007

De Jong, Wim & R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Malformasi anorektal.

Hal 379. Editor: Mansjoer A; Jakarta; Media Aesculapius.

Pena, Alberto.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Malformasi anorektum. Hal 1322-25. Editor:

 Nelson; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.