CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING...
Transcript of CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING...
-
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING
FINANCING (NPF), NET INTEREST MARGIN (NIM), BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DAN INFLASI
TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)
Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia
(Periode 2010-2014)
Nama: Lina Trisnawati
NIM: 1112081000137
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
-
i
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING
FINANCING (NPF), NET INTEREST MARGIN (NIM), BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DAN INFLASI
TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)
Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia
(Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
LINA TRISNAWATI
(NIM: 1112081000137)
Di Bawah Bimbingan :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/201
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 14 Januari 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswa :
1. Nama : Lina Trisnawati
2. NIM : 1112081000137
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Januari 2016
1. M. Hartana I Putra, M.Si NIP. 1980605 200801 1 023
2. Supriyono, SE.,MM NIP.
3. Ir. Ela Patriana, M.M NIP. 19690528 200801 2 010
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Net Interest Margin
(NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), dan Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)
Studi kasus pada Bank Umum Syariah Devisa Periode
2010-2014.
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 23 Maret 2016 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Lina Trisnawati
2. NIM : 1112081000137
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM),
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan
Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) Studi kasus pada
Bank Umum Syariah Devisa Periode 2010-2014.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2016
1. Ella Patriana, MM
NIP. 19690528 200801 2 010
5. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
2. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
4. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002
-
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH
Yang betanda tangan dibawah ini:
Nama : Lina Trisnawati
NIM : 1112081000137
Jurusan : Manajemen/MIPS
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggung jawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasi atau pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa
saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Lina Trisnawati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 November 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Rumah : Komplek Kodam Jaya No. K2/165
Rt08/Rw05. Kalideres. Jakarta - Barat
No. Telp/ HP : 082299476073
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1999 – 2005 : SDS Kartika X-5
2005 – 2008 : SMP Negeri 204 Jakarta
2008 – 2011 : SMA Negeri 84 Jakarta
2011 – 2013 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan
Syariah. CEP – CCIT Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi
Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2005 – 2008 : Anggota Rohis SMP Negeri 204 Jakarta
2008 – 2011 : Anggota Rohis SMA Negeri 84 Jakarta
-
vi
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence Effect of Capital Adequacy Ratio
(CAR), non-performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Operating
Expenses to Operating Income (BOPO), and Inflation on Return On Asset (ROA).
A Case Study of Islamic Banks in Indonesia Foreign Exchange (Period 2010-
2014)
This research method is quantitative research and case study research
type. Source of data used in the form of secondary data obtained from Bank
Indonesia (BI), Financial Services Authority (FSA) and the quarterly financial
statements of Islamic Banks foreign exchange consisting of four Islamic Banks
Foreign Exchange from 2010 to 2014. The data used in the report the finance is
the balance sheet and financial ratios of data. The sampling technique used in this
research is purposive sampling. This study uses multiple linear regression
analysis using SPSS version 21.0.
The results of this study indicate that the Capital Adequacy Ratio (CAR),
non-performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses
to Operating Income (BOPO), and inflation simultaneously affect the Return On
Asset (ROA). While partially Capital Adequacy Ratio (CAR) and non-performing
financing (NPF), a significant positive effect on Return On Assets (ROA) and ,
Operating Expenses to Operating Income (BOPO), negative and significant effect
on Return On Asset (ROA). While Net Interest Margin (NIM), and inflation does
not affect the Return On Asset (ROA).
Keywords: CAR, NPF, NIM, BOPO, INFLASI, and ROA
-
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing financing (NPF), Net Interest Margin
(NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi
terhadap Return On Asset (ROA). Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa
di Indonesia (Periode 2010-2014)
Metode penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif dan jenis penelitiannya
studi kasus. Sumber data yang digunakan berupa data sekunder dan diperoleh dari
Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan laporan keuangan
triwulan dari Bank Umum Syariah Devisa yang terdiri dari 4 Bank Umum Syariah
Devisa dari tahun 2010 hingga 2014. Data yang digunakan dari laporan keuangan
tersebut adalah neraca dan data rasio keuangan. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer
SPSS versi 21.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi secara simultan
berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan secara parsial Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing financing (NPF), berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dan, Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan Net Interest Margin (NIM) dan
Inflasi tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
Kata kunci : CAR, NPF, NIM, BOPO, INFLASI dan ROA
-
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah Hirabbil Alamin, segala puji dan syukur bagi Allah
SWT atas karunia, rahmat, dan kasih sayang-NYA kepada kita semua.
Dan tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw. Berserta keluarga dan sahabat – sahabatnya. Atas rahmat
dan keridhaan dari Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi Terhadap
Return On Asset (ROA). Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia (Periode 2010-2014)”dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Mananjemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis juga menyadari sejak awal penulisan skripsi ini sampai
dengan selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari
berbagai pihak baik secara moril, maupun materil. Dalam kesempatan ini
penulis dengan tulus hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, atas rahamat dan keridhaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelasikan skripsi ini.
-
ix
2. Spesial teruntuk kedua orang tuaku tercinta yaitu Ibu Mulyaningsih
dan Bapak Patoni yang tidak pernah lelah dan selalu sabar memberikan
do’a, semangat, motivasi, dan kasih sayangnya kepada putrimu selama
ini.
3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku pembimbing I yang
telah bersedia meluangkan waktu dan sabar dalam memberikan
bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M.Si selaku pembimbing II, dan
sekaligus pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan
waktu dan sabar dalam memberikan bimbingan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr.
Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan
Mulazid, MH selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi
Saharuddin, Lc., MA selaku Wadek III FEB.
6. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
dan Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis.
-
x
8. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, MM yang telah banyak membantu dan
memberikan jalan bagi kami MIPS.
9. Sahabat – sahabatku Ayuningtyas Fajarini, Safira Dwi Darma, Rini
Puspita Sari, terima kasih atas do’a, semangat, motivasi, canda tawa,
kebersamaan dalam suka dan duka selama ini. Semoga persahabatan
kita akan terus terjaga.
10. Sahabat – sahabatku sejak masa SMA Eka Suryaningsih, S.E, Dzulaela
Sharimafo, S.pd, Putri Wahyuningsih, Erlia. Terima kasih atas
dukungan dan motivasinya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Dan untuk Dimas terima kasih telah hadir di hidupku.
11. Teman – temanku Septiani Soleha, Nurma, Sarah.
12. Untuk teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan
Syariah angkatan 2012 sebagai angkatan pertama, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Dan teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011,
terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima
kasih banyak atas bantuannya selama ini, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun kuantitas dari materi yang disajikan. Semua ini
didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Maka dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan
-
xi
yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini, kiranya
pembaca dapat memaklumi kekurangan yang ditemukan dalam skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik dunia perbankan syariah, dunia akademisi, para pembaca serta
bagi penulis sendiri. Kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Jakarta, 10 Maret 2016
Penulis
(Lina Trisnawati)
-
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH .............................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 15
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 16
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 17
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 19
A. Pengertian Bank ......................................................................................... 19
B. Perbankan Syariah ...................................................................................... 20
C. Prinsip Perbankan Syariah ......................................................................... 22
D. Fungsi Perbankan Syariah .......................................................................... 23
E. Produk dan Jasa Perbankan Syariah ........................................................... 24
F. Penilaian Kesehatan Perbankan Syariah .................................................... 27
G. Laporan keuangan perbankan syariah ........................................................ 28
H. Return On Aset (ROA) ............................................................................... 29
I. Capital Adequecy Ratio (CAR) .................................................................. 31
J. Non Performing Financing (NPF) ............................................................. 33
K. Net Interest Margin (NIM) ........................................................................ 34
L. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ................. 35
M. Inflasi ......................................................................................................... 38
N. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 40
O. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 44
P. Pengaruh Antar Variabel ............................................................................ 47
Q. Hipotesis ..................................................................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 53
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 53
B. Pengumpulan Data ..................................................................................... 54
C. Populasi ...................................................................................................... 57
D. Sampel ........................................................................................................ 58
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 59
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 60
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 61
-
xiii
a. Uji Normalitas ................................................................................. 61
b. Uji Multikolinieritas ........................................................................ 61
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 62
d. Uji Autokorelasi .............................................................................. 63
2. Uji Statistik ............................................................................................. 69
a. Uji F ( Uji Simultan ) ...................................................................... 69
b. Uji T ( Uji Parsial ) ......................................................................... 70
c. Uji R2 ( Adjusted R Square ) ........................................................... 71
G. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 77
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 77
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 79
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 79
a. Uji Normalitas ................................................................................. 79
b. Uji Multikolinearitas ....................................................................... 82
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 84
d. Uji Autokolerasi .............................................................................. 88
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 96
a. Uji Simultan (Uji F) ........................................................................ 96
b. Uji Parsial (Uji T)............................................................................ 97
c. Uji Adjusted R Square .................................................................... 99
3. Analisis Linear Berganda ..................................................................... 100
C. Interpretasi ............................................................................................... 103
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 107
A. Kesimpulan .............................................................................................. 107
B. Saran ......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 110
LAMPIRAN ........................................................................................................ cxiv
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Konvensional dan
Perbankan Syariah ...................................................................................... 5
Tabel 1.2 Rata-rata dari ROA, CAR, NPF, NIM, BOPO, dan INFLASI
Pada Bank Umum Syariah . ........................................................................ 9
Tabel 2.1 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO ................................. 37
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu . ................................................................. 40
Tabel 3.1 Daftar Populasi Bank Umum Syariah .. ...................................... 57
Tabel 3.2 Daftar Bank yang menjadi Sampel Penelitian ........................... 58
Tabel 4.1 One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test .............................. 81
Tabel 4. 2 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF . ..................... 82
Tabel 4.3 Uji Park ...................................................................................... 86
Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson ..................................................................... 87
Tabel 4.5 Tabel Ut ...................................................................................... 89
Tabel 4.6 Tabel Nilai ke 1 ... .................................................................. 89 Tabel 4. 7 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson ke 1 ................................ 90
Tabel 4. 8 Hasil Output SPSS ..................................................................... 92
Tabel 4. 9 Hasil Output Lag_Ut .................................................................. 94
Tabel 4.10 Tabel Nilai ke 2 ... ................................................................ 94 Tabel 4.11 Tabel Nilai DW Setelah Pengobatan 2... .................................. 95
Tabel 4. 12 Uji F . ....................................................................................... 96
Tabel 4. 13 Uji t ......................................................................................... 97
Tabel 4. 14 Uji Adjusted R Square .............................................................. 99
Tabel 4. 15 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... 100
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 45
Gambar 4.1 Histogram ............................................................................... 79
Gambar 4.2 Grafik P-Plot .......................................................................... 80
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ................................................................... 84
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ........................................................ cxiii
Lampiran 2 : Uji Asumsi Klasik ................................................................. cxvi
Lampiran 3 : Tabel summary, Anova dan Coefficients .............................. cxix
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mendukung program pembangunan di Indonesia, peranan sektor
perbankan merupakan salah satu unsur dalam sistem keuangan yang
mempunyai pengaruh sangat kuat. Peran sektor perbankan dalam
memobilisasi dana masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami
peningkatan yang sangat besar. Sektor perbankan yang sebelumnya tidak lebih
hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan telah
berubah menjadi sektor yang sangat berpengaruh bagi perekonomian.
Perkembangan yang sangat pesat tersebut tampaknya tidak diikuti oleh
perkembangan prinsip kehati – hatian (prudence) yang seimbang, bahkan
istilah tersebut terdengar masih asing bagi sebagian para bankir apalagi
masyarakat awam pada waktu itu. Kenyataan tersebut menyebabkan pada
tahun 1998 terjadi masalah besar dalam dunia perbankan Indonesia. Secara
bersamaan, sebagian besar bank berada dalam kondisi bermasalah. Otoritas
moneter dengan sangat terpaksa harus melikuidasi banyak bank yang
dipandang tidak dapat diselamatkan lagi.
Di sisi lain Bank for International telah lama mencari tahu praktik –
praktik perbankan yang dianggap dapat menciptakan dunia perbankan yang
efisien dan efektif dalam perannya sebagai financial intermediary.
Pengawasan organisasi perbankan secara efektif adalah komponen mendasar
-
2
dalam suatu perekonomian yang sektor perbankannya memegang peranan
sentral dalam sistem pembayaran, mobilisasi, dan distribusi tabungan.
Pengawasan ditunjukan untuk memastikan bahwa perbankan beroperasi
dengan cara yang benar dan aman sehingga mereka memiliki modal dan
cadangan yang cukup untuk mendukung resiko bisnis. Pengawasan perbankan
yang kuat dan efektif jika digabungkan dengan kebijakan ekonomi makro
yang juga efektif dapat mewujudkan stabilitas keuangan nasional. Meskipun
biaya pengawasan perbankan tidak bisa dikatakan murah, akan tetapi akibat
pengawasan perbankan yang buruk akan menimbulkan biaya yang jauh lebih
mahal lagi. Kelemahan dalam sistem perbankan suatu negara berkembang
maupun negra maju dapat mengacam stabilitas keuangan negara tersebut.
Untuk menilai sejauh mana tingkat kekuatan ataupun kesehatan
perbankan, maka sebaiknya seorang manajer keuangan dapat menilai dan
menganalisis kinerja keuangan dari perusahaannya. Kinerja keuangan
perusahaan selama beroperasi dapat terlihat melalui laporan keuangan yang
berisi informasi mengenai data – data keuangan. Dengan menganalisis laporan
keuangan akan membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam memilih
dan mengevaluasi informasi. Analisa rasio keuangan adalah analisis laporan
keuangan yang banyak digunakan karena penggunaannya yang relatif mudah.
Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, maka dilakukan
penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian
yang menggunakan rasio - rasio keuangan yaitu penelitian - penelitian yang
berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan
-
3
kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Financial
distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk
dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress
perusahaan sejak dini diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk
mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan. Banyak sekali
literatur yang menggambarkan model prediksi kebangkrutan perusahaan,
tetapi hanya sedikit penelitian yang berusaha untuk memprediksi financial
distress suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan sangat sulit mendefinisikan
secara obyektif permulaan adanya financial distress. Rasio analisis tradisional
berfokus pada profitabilitas, solvency dan likuiditas. Perusahaan yang
mengalami kerugian, tidak dapat membayar kewajiban atau tidak likuid
mungkin memerlukan restrukturisasi. Untuk mengetahui adanya gejala
kebangkrutan diperlukan suatu model untuk memprediksi financial distress
untuk menghindari kerugian dalam nilai investasi.
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank
Indonesia (Riyadi, 2004:149). Profitabilitas merupakan indikator yang paling
penting untuk mengukur kinerja suatu bank. Return On Assets (ROA)
memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam
kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja
perbankan. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat
profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan
-
4
untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas merupakan
kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan
efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat
memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang
dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset
(Dendawijaya, 2009:118).
Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen
berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari
berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. (Nasser &
Aryati, 2000). Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return On
Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar
(Suad Husnan,1998). Rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi ROA adalah
CAR, NPF, BOPO, dan NIM (Bactiar Usman, 2003; Mabruroh, 2004; Gelos,
2006; Astohar, 2009; Bayu Edhi, 2009; Heriyanto, 2009).
-
5
Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Konvensional dan Perbankan
Syariah.
TAHUN PERTUMBUHAN ASET (%)
PERBANKAN
KONVENSIONAL
PERBANKAN
SYARIAH
2010 18.78 46.98
2011 21.41 48.61
2012 16.75 34.05
2013 16.21 24.23
2014 13.38 12.42
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 (diolah)
Tabel 1.1 di atas menunjukkan pertumbuhan total aset perbankan
konvensional dan perbankan syariah. Terihat bahwa pada kurun waktu periode
tahun 2010 – 2013 pertumbuhan perbankan syariah selalu lebih tinggi
dibanding perbankan konvensional dengan pertumbuhan lebih dari 20%. Hal
ini menandakan laju pertumbuhan total aset perbankan syariah lebih tinggi
dibandingkan perbankan konvensional. Namun hal tersebut berbanding
terbalik pada periode tahun 2014, dimana pertumbuhan total aset perbankan
syariah menurun drastis yaitu hanya sebesar 12.42% dan lebih rendah
dibanding perbankan konvensional yang tumbuh sebesar 13.38%. Pada kurun
waktu tersebut menandakan adanya penurunan kemampuan perbankan syariah
dibanding periode sebelumnya dan laju pertumbuhan total aset perbankan
syariah yang lebih rendah dibanding perbankan konvensional.
-
6
Adanya perlambatan pertumbuhan total aset bank syariah yang cukup
signifikan khususnya pada kurun waktu dua tahun terakhir serta pertumbuhan
total aset industri perbankan syariah yang lebih rendah dari perbankan
konvensional pada tahun 2014 (Tabel 1.1) sehingga membuat upaya untuk
mendorong peningkatan pangsa perbankan syariah dalam industri perbankan
nasional menjadi semakin berat kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor internal maupun faktor eksternal dari bank syariah. Faktor internal
bisa dilihat dari kinerja bank syariah yang tercerminkan pada rasio keuangan
bank, sedangkan faktor eksternal bisa dilihat dari indikator makro ekonomi
Indonesia seperti pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang perlu dijaga
kestabilannya oleh pemerintah, karena perubahan pada variable makro
ekonomi dapat berdampak pada seluruh sektor perekonomian, tidak terkecuali
perbankan syariah (Nasution 2009).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research
gap dari kelima variabel independen yang mempengaruhi ROA perusahaan,
kelima variabel tersebut adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) mencerminkan
modal sendiri perusahaan. Semakin besar CAR maka semakin besar ROA,
karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam
menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan.
Dalam penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
negatif signifikan antara CAR terhadap ROA. Hasil penelitian Mabruroh
(2004) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gelos (2006) dan
Astohar (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan
-
7
antara CAR dengan ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian
Mabruroh (2004), Gelos (2006) dan Astohar (2009), maka perlu dilakukan
penelitian lanjutan pengaruh kecukupan modal bank terhadap ROA.
Variabel kedua adalah Non Performing Financing (NPF). Semakin tinggi
NPF maka semakin kecil ROA karena pendapatan laba perusahaan kecil.
Dalam penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian Mabruroh (2004)
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto dan Bayu Edhi
(2009) yang menunjukkan adanya pengaruh yang negatif signifikan antara
NPF terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Mabruroh
(2004), Heriyanto dan Bayu Edhi (2009), maka perlu dilakukan penelitian
lanjutan pengaruh NPF terhadap ROA.
Variabel ketiga adalah Net Interest Margin (NIM). Net Income Margin
(NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pemberian kredit atau
pinjaman, sementara bank memiliki kewajiban beban bunga kepada deposan.
Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva
produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Meningkatnya pendapatan bunga dapat
memberikan kontribusi laba terhadap bank. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin besar perubahan Net Income Margin (NIM) suatu bank, maka
semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan
-
8
tersebut semakin meningkat. Dalam penelitian Anggrainy Putri Ayuningrum
(2010) menunjukkan bahwa pengaruh negatif terhadap Return On Asstes
(ROA). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat (H4) yang
menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap
Return On Asstes (ROA) ditolak. Dalam data menunjukkan bahwa semua nilai
Net Interest Margin (NIM) diatas standart minimal Bank Indonesia yaitu 2%.
Namun bahwa pada setiap kenaikan NIM tidak selalu meningkatkan ROA,
kemungkinan salah satu penyebabnya yaitu pendapatan bunga yang diperoleh
dari penyaluran kredit lebih rendah daripada beban bunga. Hasil penelitian
tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) bahwa Net
Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap Return On Asstes
(ROA).
Variabel keempat adalah Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) yang merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional. Semakin besar BOPO maka semakin kecil ROA
bank, karena laba yang diperoleh bank kecil. Dalam penelitian Bactiar Usman
(2003) menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara BOPO
terhadap ROA. Hasil penelitian Bactiar Usman (2003) bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto dan Bayu Edhi (2009) yang
menunjukkan adanya research gap dari penelitian Bahtiar Usman (2003),
Heriyanto dan Bayu Edhi (2009) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Variabel kelima adalah Inflasi. Merosotnya kurs rupiah terhadap dollar AS
akan memicu terjadinya inflasi. Meningkatnya inflasi adalah signal negatif
-
9
bagi para investor, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas
suatu perusahaan sehingga akan menurunkan pembagian deviden. Suku bunga
dan inflasi yang tinggi mempunyai hubungan yang negatif bagi perekonomian
negara. Dalam penelitian Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu (2013)
bahwa inflasi memiliki arah negatif namun tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi
mengalami kenaikan, namun laba yang dipeorleh bank syariah tidak
mengalami penurunan yang signifikan dan sebaliknya. Maka di perlukan
penelitian lanjutan.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
peranan rasio keuangan dalam memprediksi tingkat profitabilitas pada bank
umum syariah. adapun variabel yang akan digunakan antara lain : CAR, NPF,
NIM, BOPO, dan Inflasi. Data empiris dari Return ON Asset (ROA) dan
variabel – variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Rata-rata dari ROA, CAR, NPF, NIM, BOPO, dan INFLASI
Pada Bank Umum Syariah
Variabel (%) 2010 2011 2012 2013 2014
CAR 16,25 16,63 14,13 14,42 16,10
NPF 3,02 2,52 2,22 2,62 4,33
NIM 89,67 88,94 100,00 100,32 91,50
BOPO 80,54 78,41 74,97 78,21 93,50
Inflasi 6,96 5,06 4,30 8,22 8,36
ROA 1,67 1,79 2,14 2,00 0,80
Sumber : Laporan Triwulan Desember 2010- Desember 2014 yang sudah diolah
-
10
Variabel CAR rata – rata tahun 2010 sebesar 16,25%, kemudian
mengalami peningkatan sebesar 16,63% pada tahun 2011. Pada tahun 2012
mengalami penurunan sebesar 14,13%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan
menjadi 14,42%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel CAR mengalami
peningkatan sebesar 16,10% atau tumbuh sebesar 1,69%.
Variabel NPF rata – rata tahun 2010 sebesar 3,02%, kemudian mengalami
penurunan sebesar 2,52% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar 2,22%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi
2,62%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel NPF mengalami peningkatan
sebesar 4,33% atau tumbuh sebesar 1,71%.
Variabel NIM rata – rata tahun 2010 sebesar 89,67%, kemudian
mengalami penurunan sebesar 88,94%% pada tahun 2011. Pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,00%. Di tahun 2013 mengalami
peningkatan kembali menjadi 100,32%. Dan pada tahun 2014 rata – rata
variabel NIM mengalami penurunan sebesar 91,50% atau menurun sebesar
8,82%.
Variabel BOPO rata – rata tahun 2010 sebesar 80,54%, kemudian
mengalami penurunan sebesar 78,41%% pada tahun 2011. Pada tahun 2012
mengalami penurunan sebesar 74,97%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan
menjadi 78,21%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel BOPO mengalami
peningkatan sebesar 93,50% atau tumbuh sebesar 15,29%.
-
11
Variabel Inflasi rata – rata tahun 2010 sebesar 6,96%, kemudian
mengalami penurunan sebesar 5,06% pada tahun 2011. Pada tahun 2012
mengalami penurunan kembali sebesar 4,30%. Di tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 8,22%. Dan pada tahun 2014 rata – rata Inflasi
mengalami peningkatan menjadi 8,36%.
Variabel ROA rata – rata tahun 2010 sebesar 1,67%, kemudian mengalami
peningkatan sebesar 1,79%% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami
peningkatan menjadi sebesar 2,14%. Di tahun 2013 mengalami penurunan
menjadi 2,00%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel ROA mengalami
penurunan sebesar 0,80% atau menurun sebesar 1,2%.
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya perbankan mengenal sistem
ganda (dual banking system), yaitu bank yang melaksanakan kegiataan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan
mendasar antara bank konvensiaonal dengan bank syariah adalah adanya
larangan sistem bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang
dianut oleh bank konvensional. Sehingga dalam menjalankan kegiatan
operasinya bank syariah menganut sistem bagi hasil.
Perbankan syariah dikatakan sebagai suatu sistem yang menyandarkan
pada kesinambungan pertumbuhan ekonomi, di tahun 2007 dapat bertumbuh
dan mencapai kinerja yang relatif baik seiring dengan pertumbuhan dan
stabilnya perekonomian nasional. Dalam suasana perkembangan yang sangat
pesat tersebut, maka perbankan syariah mempunyai potensi dan peluang yang
lebih besar dalam peranannya. Beberapa tahun terakhir, industri perbankan
-
12
syariah menunjukkan trend yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dari
pesatnya pertumbuhan perbankan syariah yang melebihi perkembangan
perbankan konvensional. Dari data yang dipublikasikan oleh bank indonesia
pada februari 2014, di Indonesia telah berdiri 12 Bank Umum Syariah yang
terdiri dari 4 Bank Umum Syariah Devisa dan 8 Bank Umum Syariah Non
Devisa, 24 Unit Usaha Syariah dan 158 BPR Syariah. Jumlah tersebut berbeda
dengan jumlah perbankan syariah yang berdiri pada tahun 1999. Pada tahun
1999, di Indonesia hanya terdapat 2 Bank Umum Syariah, 1 Unit Usaha
Syariah, dan 78 BPR Syariah. dari data tersebut dapat dikatakan bahwa
industri perbankan syariah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
berkembang.
Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia berdampak
terhadap masalah – masalah pengangguran, kemiskinan migrasi, dan sektor –
sektor kependudukan lainnya terutama faktor tenaga kerja. Dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi secara langsung akan berakibat pada
perkembangan angkatan kerja dan kesempatan kerja. Hal ini terjadi karena
sektor industri yanga ada belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang
ada di Indonesia, yang memang terlalu banyak jika dibandingkan dengan
lapangan kerja yang tersedia, sehingga banyak sekali terjadi pengangguran.
Kondisi inilah yang memicu mereka untuk melakukan migrasi keluar negeri
dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia luar negeri (TKI) sebagai alternatif
solusi mengenai tingginya angka pengangguran yang dapat menambah
kesejahteraan TKI berserta keluarganya. Dari migrasi ini memunculkan
-
13
kiriman ke daerah asal remittances (remiten) yang akan dialokasikan dalam
kegiatan publik maupun domestik. Besarnya jumlah penghasilan dari TKI
yang dikiriman pada warganya di kampung halaman akan berdampak terhadap
perubahan kondisi keluarga TKI di daerah asal baik dari segi ekonomi
maupun dari segi sosial. Hal ini berkaitan dengan besarnya pengaruh yang
diberikan tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan remittances nya yang dapat
menjadi penggerak bagi perekonomian Indonesia ke arah lebih baik.
Setiap tahunnya jumlah remittances Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selalu
naik. Pada tahun 2011 diperkirakan ada Rp. 56 triliun yang masuk ke
rekening- rekening bank di Indonesia. Jumlah ini belum termasuk uang yang
mereka bawa atau dititipkan kepada jasa – jasa keuangan non perbankan,
termasuk dikirim melalui PT Pos. Uang – uang yang dikirimkan itu, menurut
IMF beranggapan telah menggerakan ekonomi rill masyarakat baik dalam
bentuk konsumsi, investasi kecil – kecilan maupun menengah, hingga
tabungan yang mereka simpan di perbankan nasional, hal ini dapat
menggerakan ekonomi dan memberikan dampak yang tersebar luas.
Dan pada tahun 2014 jumlah remittances yang dikirim TKI dari luar
negeri mencapai USD8,4 miliar atau sekitar Rp. 107,15 triliun (kurs Rp.
12.756/USD). Sedangkan total remittances hingga akhir November 2014
mencapai USD7,7 Miliar. Dengan asumsi remittances Desember sekitar
USD700 juta, maka terdapat USD8,4 miliar. Dari jumlah itu ada 8,4 juta
account yang mengirimkan uang sehingga jika dirata – rata, maka per orang
mengirim USD1.700 per tahun. Menurut Kepala Badan Penempatan dan
-
14
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid, terdapat
sejumlah kendala untuk menaikan remittances TKI tersebut. Hingga saat ini,
tidak ada perbankan umum, baik BUMN maupun swasta yang masuk sektor
pembiayaan TKI. Meski Bank BRI sudah melakukan kerja sama pembayaran
non tunai bagi TKI Indonesia, namun masih terbatas hanya di Korea Selatan.
Tidak hanya itu, TKI juga tidak diberikan jaminan kredit, padahal sudah ada
lembaga negara seperti Askrindo dan Jamkrindo. Hal ini membuat TKI sering
mendapat potongan bunga cukup tinggi ketika menggunakan jasa keuangan
negara setempat. Ke depan, kita akan melakukan resettlement untuk bank –
bank BUMN terutama untuk produk – produk pembiayaan yang aman,
profitable dan kompetitif sehingga tidak terkena beban. Maka dalam hal ini
peran Bank Umum Syariah devisa sangat diperlukan untuk menaikan jumlah
remittances.
Bank Umum Syariah Devisa adalah bank yang memperoleh surat
penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha
perbankannya dalam kegiatan valuta asing.bank yang tergolong kedalam bank
umum syariah devisa dapat memberikan layanan yang berkaitan dengan mata
uang asing misalnya transfer keluar negeri, transaksi eksport – import, jual
beli valuta asing, serta jasa – jasa valuta asing lainnya. Tugas dan usaha dari
bank devisa antara lain: melayani lalu lintas pembayaran dalam dan luar
negeri, melakukan jual beli valuta asing, mengirim dan menerima transfer dan
inkaso valas, menerima tabungan valas. Asal sumber devisa antara lain:
transaksi perdagangan ekspor hasil ekspor barang dan jasa, hasil dari
-
15
penanaman modal di luar negeri, penghasilan dari tenaga kerja Indonesia dari
luar negeri, pinjaman luar negeri, dan pariwisata. Terdapat 4 Bank Umum
Syariah Devisa antara lain: Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BNI Syariah,
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia.
Melihat pentingnya analisis kondisi keuangan, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “PENGARUH CAPITAL
ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF),
NET INTEREST MARGIN (NIM), BIAYA OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DAN INFLASI TERHADAP
RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH DEVISA
DI INDONESIA. PERIODE 2010 – 2014”.
B. Perumusan Masalah
Dalam membangun perekonomian, bank ikut berperan aktif di dalam
berbagai usaha yang dilakukan. Untuk itu berbagai cara maupun
kebijaksanaan telah ditempuh agar meningkatkan kinerja keuangan. Oleh
karena itu, diperlukan perhitungan dengan rasio – rasio keuangan untuk
mengetahui optimal kinerja keuangan. Dari sedikit penjelasan tersebut,
maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
Devisa periode 2010 – 2014.
-
16
2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
secara persial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
Devisa periode 2010 – 2014.
3. Bagaimana pengaruh Net Interest Margin (NIM),berpengaruh secara
parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
Devisa periode 2010 – 2014.
4. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas
(ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.
5. Bagaimana pengaruh Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap
Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 -
2014.
6. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi berpengaruh
secara simultan terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum
Syariah Devisa periode 2010 - 2014.
C. Batasan Masalah
1. Pada penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada masalah penelitian
kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 –
2014.
-
17
2. Pada penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada masalah penelitian
analisis rasio dalam memprediksi perubahan laba pada Bank Umum
Syariah Devisa periode 2010 – 2014.
3. Data dari penelitian ini berupa laporan keuangan tahun 2010 sampai
dengan 2014.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Untuk menjelaskan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.
2. Untuk menjelaskan pengaruh Non Performing Financing (NPF)
berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.
3. Untuk menjelaskan pengaruh Net Interest Margin (NIM), berpengaruh
secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
Devisa periode 2010 – 2014.
4. Untuk menjelaskan pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas
(ROA) pada Bank Umum Devisa Syariah periode 2010 – 2014.
5. Untuk menjelaskan pengaruh Inflasi berpengaruh secara parsial
terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah periode 2010
- 2014.
-
18
6. Untuk menjelaskan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to
Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi berpengaruh secara simultan
terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa
periode 2010 – 2104.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penilitian ini adalah:
1. Bagi Industri Perbankan Syariah
Bank yang berkepentingan dapat mengetahui kinerja keuangan
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam
meningkatkan profitabilitas usaha di masa yang akan datang.
2. Bagi Nasabah Bank Syariah
Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perbankan syariah,
suntuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di
perusahaan perbankan
3. Bagi Peneliti / Akademisi
Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh selama
kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan khususnya yang
berkaitan dengan manajemen keuangan.
-
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku
inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
popular menjadi Bank. Bank adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang pada umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa
perbankan lainnya.
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 7 tahun
1992 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya, Kasmir
(2007:11).
-
20
B. Perbankan Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, definisi dari bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, bank syariah
dibagi menjadi dua jenis yaitu bank umum syariah dan bank pembiayaan
rakyat syariah. Bank umum syariah adalah bank yang bergerak dalam
bidang jasa lalu lintas pembayaran, sedangkan bank pembiayaan rakyat
syariah tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Definisi
tersebut merupakan pengembangan dari Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 tentang perbankan yang mendefinisikan bahwa bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Secara umum, pengertian bank Syariah adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaiakan dengan prinsip syariat Islam (Usman,
2012). (Perwataatmadja dan Antonio, 1997), memberikan definisi Bank
Islam adalah bank beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam,
yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentua
syariah khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik - praktik yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil.
-
21
Muhammad (2005) mendefinisikan bank syariah merupakan bank yang
operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an
dan Hadits Nabi SAW dan dalam aktivitasnya tidak mengandalkan bunga.
Dengan kata lain bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainya dalam lalu lintas
pembayaran yang pengoperasianya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam.
Bank syariah merupakan bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalah riba dan beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga
(Machmud dan Rukmana, 2010). Yang dimaksud dengan Riba adalah
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, secara
umum riba adalah pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli
maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan Islam
(Antonio, 2001).
Perbankan syariah hadir sebagai alternatif pilihan jasa perbankan
bagi masyarakat yang selama ini mempersoalkan keberadaan bunga bank
sebagai riba. Dari beberapa definisi diatas tentang bank Syariah, dapat
dsimpulkan bahwa yang dimaksud bank bank Syariah adalah badan usaha
yang fungsinya sebagi penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur
dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya
berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip syariah sebagaimana diataur
dalam Alquran dan Al-Hadits.
-
22
Bank Devisa adalah bank umum, baik bersifat konvensional
maupun berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan pelayanan
lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri (Hasibuan, 2007). Bagi bank
devisa yang dapat bertransaksi dalam valuta asing yang memiliki
perputaran transaksi yang cepat, serta volume transaksi yang cukup besar,
dapat dipastikan bahwa bank tersebut memperoleh pendapatan operasional
dari transaksi valuta asing yang besar pula, karena selain memperoleh
pendapatan dari jasa transaksi berupa fee dan komisi, bank devisa juga
memperoleh pendapatan yang besar yang berasal dari selisih kurs antara
kurs jual dan kurs beli.
C. Prinsip Perbankan Syariah
Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 UU Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah. Adapun prinsip-prinsip Bank Syariah antara lain (Nadratuzzaman,
2006) :
1. Prinsip Al Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja
sama antara anggota masyarakat dalam kebaikan.
2. Prinsip Menghindari Al Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang
menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum.
-
23
D. Fungsi Perbankan Syariah
Menurut Wiroso (2005) bank syariah memiliki fungsi yang berbeda
dengan bank konvensional, fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fungsi manager investasi
Bank syariah di sini bertindak sebagai manager investasi pemilik dana
atau biasa disebut deposan, karena besar kecilnya bagi hasil yang
diterima pemilik dana tergantung dengan pendapatan dari bank syariah
dalam mengelola dana mudharabah sehingga semua tergantung pada
keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Jadi,
risiko yang terjadi pada penyaluran dana tergantung pada apa yang
dilakukan bank syariah. Berbeda dengan bank konvensional, saat
deposan memberikan dananya ke bank, deposan tidak ikut
menanggung risiko, apabila bank konvensional gagal menyalurkan
dana dan menghasilkan pendapatan kecil, deposan tetap mendapat
bunga yang sudah dijanjikan.
2. Fungsi investor
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor
(pemilik dana) sehingga dalam menanamkan dananya dilakukan
prinsip yang tidak melanggar ketentuan dalam syariah, biasanya
ditanamkan pada sektor-sektor produktif yang mempunyai risiko
minim.
-
24
3. Fungsi Sosial
Fungsi ini tidak ditemukan dalam bank konvensional, dalam konsep
perbankan syariah mewajibkan bank-bank islam memberikan
pelayanan sosial seperti zakat, Qard (pinjaman kebijakan) dan dana
sumbangan seperti dalam prinsip Islam. Selain itu, konsep perbankan
syariah juga harus memberikan peran penting dalam mengembangkan
sumber daya manusianya dan kesejahteraan sosial.
4. Fungsi jasa keuangan
Seperti bank konvensional, bank syariah juga memberikan jasa
keuangan seperti transfer, jasa kliring, pembayaran gaji, inkaso, jasa
yang diterima oleh bank syariah merupakan imbalan atas dasar sewa,
dan sebagainya. Dalam fungsi jasa keuangan ini harus sangat
diperhatikan prinsip syariahnya dan tidak boleh dilanggar.
E. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki beberapa
produk dan jasa yang ditawarkan kepada nasabah, produk dan jasa tersebut
terbagi menjadi tiga bagian yaitu produk penyaluran dana (financing),
produk penghimpun dana (funding), dan produk jasa (service) Karim
(2004). Dalam melakukan kegiatan usahanya tersebut bank syariah
diharuskan mengacu pada prinsip-prinsip dasar dalam kegiatan usaha bank
syariah antara lain Antonio (2001) :
-
25
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah)
a. Al-wadi’ah yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
itu adalah individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
siap dikembalikan kapanpun penitip menghendaki.
2. Bagi Hasil (Profit Sharing)
Terdapat empat akad utama bagi hasil yaitu :
a. Al-musyarakah merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk melaksanakan suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi berupa dana dengan kesepakatan
bahwa jika ada keuntungan atau kerugian akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
b. Al-mudharabah yaitu akad kerja sama antara dua pihak di mana
pihak pertama sebagai penyedia keseluruhan dana kemudian pihak
kedua hanya menjadi pengelolanya saja.
c. Al-muzara’ah adalah kerja sama kerjasama dalam bidang
pengolahan pertanian dimana pemilik memberikan lahanya untuk
digarap dan hasil panennya akan diberikan kepada kepada
penggarap sesuai dengan presentase.
d. Al-musaqah merupakan bentuk sederhana dari muzara’ah di mana
si penggarap hanya melakukan penyiraman dan pemeliharaan,
sedangkan imbalanya berupa nisbah tertentu dari hasil panen.
-
26
3. Jual Beli
Terdapat tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan yaitu :
a. Bai’ Al-murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.
b. Bai’ As-salam merupakan pembelian barang dengan melakukan
pembayaran di muka kemudian barang baru diserahkan di
kemudian hari.
c. Bai’ Al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dengan pembuat barang, di mana telah disepakati atas harga dan
sistem pembayaranya.
4. Sewa (Al-Ijarah) Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa dengan melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
5. Jasa
Terdapat lima akad utama jasa yaitu :
a. Al-wakalah merupakan penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat dapat diartikan pelimpahan kekuasaan oleh seseorang
kepada orang lain sebagai wakil.
b. Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang
yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
-
27
c. Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
d. Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali, dapat dikatakan meminjamkan tanpa
mengharap imbalan dari pinjaman tersebut.
Selain dari kelima prinsip di atas, menurut Dewan Syari’ah Nasional
(2001) dalam perbankan syariah juga terdapat istilah Revenue Sharing,
yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan
dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Dalam perbankan,
Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada total
seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
F. Penilaian Kesehatan Perbankan Syariah
Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai
24 Januari 2007. Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia
menjelaskan bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan
produk dan jasa perbankan syariah ke depan kian beragam dan kompleks,
sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga semakin meningkat.
Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko bank
syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank
-
28
tersebut. Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah
memasukkan risiko yang melekat pada aktivitas bank (inherent risk), yang
merupakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko.
Selain aspek permodalan, aspek earning juga bisa menjadi alat
ukur untuk menentukan kondisi bank. Aspek earning merupakan aspek
yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan
keuntungan. Kemampuan ini digunakan dalam suatu periode. Kegunaan
aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang
diukur secara rentabilitas yang terus meningkat diatas standar yang telah
ditetapkan. Penilaian ini juga meliputi hal-hal seperti ini, Rasio laba
terhadap Total Aset (ROA), dan Perbandingan biaya operasi dengan
pendapatan operasi (BOPO).
G. Laporan keuangan perbankan syariah
Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, sama seperti
sektor lainnya adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktifitas operasi
bank yang bermanfaat dalam mengambil keputusan.
Semua lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha
menyelenggarakan sistem akuntansi yang juga disebut dengan sistem
pembukuan untuk mencatat semua transaksi ekonomi yang dilakukan oleh
lembaga keuangan yang bersangkutan minimal setahun sekali yaitu pada
-
29
akhir tahun akuntansi. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar
penelitian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Oleh karena
itu, kegiatan usaha suatu bank menurut ketentuan pemerintah harus
dinyatakan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dan dilaporkan
kepada masyarakat dan otoritas moneter sebagai pengawas perbankan
nasional. Laporan keuangan yang dihasilkan bank tersebut diharapkan
dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggung
jawaban manajemen bank kepada seluruh stakeholder bank. Adapun
pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporankeuangan bank
(Kasmir : 2004) adalah pemegang saham, pemerintah, manajemen,
karyawan, masyarakat luas.
H. Return On Aset (ROA)
Menurut Sartono (2010, hal.122), Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri. Menurut Harmono (2009, hal.109)
Profitabilitas merupakan suatu kemempuan yang menggambarkan kinerja
fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas
operesi perusahaan dalam memperoleh laba.
Menurut Hasibuan (2008, hal. 100) mengemukakan bahwa
Profitabilitas bank adalah suatu kemampuan suatu bank untuk memperoleh
laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas pada dasarnya
-
30
adalah laba (Rupiah) yang dinyataka dalam (Persen) profit (Hasibuan,
2008 hal. 100).
Pengertian rasio ROA dikemukakan oleh Sartono (2010, hal. 123)
Return On Aset (ROA) maunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Menurut Sudana (2011, hal.22) ROA menunjukan kemampuan perusahaan
dengan mengunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba
setelah pajak.
ROA atau sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
sebagai rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis mengenai ROA kemudian bisa
diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba pada masa mendatang. ROA mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut (Mamduh Hanafi dan Abdul
Halim, 2003: 159).
ROA adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh (laba) secara keseluruhan.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2002: 570), selain merupakan ukuran
profitabilitas bank ROA sekaligus merupakan indikator efisiensi
-
31
manajerial bank yang mengindikasikan kemampuan manajemen dalam
mengelola aset-asetnya untuk memperoleh keuntungan.
Sesuai dengan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yakni
SE No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ketentuan untuk ROA
minimal yang ideal bagi bank adalah 1.5%. Artinya bahwa jika bank
memperoleh keuntungan di bawah nilai yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia maka bank tersebut dinyatakan masih belum optimal dalam
mengelola asetnya.
I. Capital Adequecy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain
Dendawijaya(2009). Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
CAR = x 100%
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.
-
32
Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di
Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlements (BIS).
Sejalan dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal
29 Februari 1991 (Pakfeb 91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank
umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR).
Menurut Kasmir (2010, hal. 232) pengertian rasio kecukupan
modal dapat di artikan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur
permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan,
terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu
yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio.
Berdasarkan SE BI No.15/41/DKMP tanggal 1 Oktober 2013,
CAR atau rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang selanjutnya
disingkat KPMM adalah rasio perbandingan antara modal dengan aset
tertimbang menurut risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.
Masalah kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis
perbankan. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal yang baik,
menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia, kecukupan modal minimum yang wajib dipenuhi oleh
setiap bank adalah sebesar 8% (PBI No.15/12/PBI/2013 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).
-
33
Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai fungsi untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko
yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
Perhitungan capital adequacy ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap
penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal
sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya
(Mudrajat Kuncoro, 2002: 562).
CAR merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
berapa jumlah modal yang memadai untuk menunjang kegiatan
operasionalnya dan cadangan untuk menyerap kerugian yang mungkin
terjadi (Mudrajat Kuncoro, 2002: 573).
J. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki
oleh suatu bank. (Teguh Pudjo Mulyono, 1995). Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dan tidak termasuk
kredit kepada bank lain. Sedangkan kredit bermasalah adalah kredit
dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Arthes 2009).
Menurut Bayu Edhi dan Heriyanto (2009) NPF berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas (ROA) perbankan. Semakin tinggi NPF maka
semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan. Besarnya kredit
-
34
bermasalah dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat
mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit
yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh negatif pada
profitabilitas bank (Limpaphayom dan Polwitoon, 2004). Agar kinerja
bank meningkat, maka setiap bank harus menjaga NPF-nya di bawah 5%.
Hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia (Ahmad Buyung, 2009).
Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
NPF = x 100%
K. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) mencerminkan resiko pasar yang
timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat
mempengaruhi keuntungan yang diperoleh bank. Berdasarkan peraturan
Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang
diukur dari selisih antar suku bunga pendanaan (funding) dengan suku
bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut
adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga
pinjaman (Pandu,2008:45).
NIM = × 100
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasikan pendapatan
bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga
-
35
dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemapuan bank dalam
memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditematkan dalam
bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin
efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit.
Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%
keatas.
L. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan rasio yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban
atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan
pada periode tertentu Riyadi(2004). BOPO telah menjadi salah satu rasio
yang perubahan nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor
perbankan mengingat salah satu criteria penentuan tingkat kesehatan bank
oleh Bank Indonesia adalah besaran rasio ini. Rasio biaya operasional
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
Rasio ini sering juga disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional.
Rasio BOPO menunjukkan adanya risiko operasional yang
ditanggung bank. Risiko operasional terjadi karena adanya ketidakpastian
mengenai usaha bank, antara lain kemungkinan kerugian dari operasi bila
terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya
-
36
operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan
produk-produk baru yang ditawarkan. Rasio BOPO menunjukkan seberapa
besar bank dapat menekan biaya operasionalnya di satu pihak, dan
seberapa besar kemampuan untuk meningkatkan pendapatan
operasionalnya di lain pihak. BOPO memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas bank karena menunjukkan seberapa besar bank dapat
melakukan efisiensi biaya yang dikeluarkan (Lukman Dendawijaya,
2003:112).
Semakin kecil rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan sehingga kemungkinan bank dalam
memperoleh keuntungan akan menjadi lebih besar. Sebaliknya semakin
besar rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisien suatu bank dalam
melakukan operasi usahanya, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan juga menjadi lebih kecil.
Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank
tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio
ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus
dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional.
Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil
jumlah laba yang akan diperoleh karena biaya atau beban operasional
bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio
BOPO yang ideal berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia.
-
37
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran
nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO
Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO
1 Sangat
Sehat
50-75%
2 Sehat 76-93%
3 Cukup
Sehat
94-96%
4 Kurang
Sehat
96-100%
5 Tidak
Sehat
>100%
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Pada Bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga
(beban bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang
menyimpan uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro,
tabungan dan deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya
pemasaran dan lain sebagainya. Sedangkan, pendapatan operasional bank
umumnya terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh dari pembayaran
angsuran kredit dari masyarakat, komisi, dan sebagainya. BOPO dapat
dirumuskan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebagai berikut :
BOPO = x 100%
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total
beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional
adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan
operasional lainnya.
-
38
M. Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga barang-
barang secara terus menerus Dilihat definisi ini, paling tidak ada tiga
komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi,
yaitu:
1. Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi
daripada periode sebelumnya. Perubahan harga dapat terjadi dalam
waktu dekat (sehari) atau dalam jangka panjang, seminggu, sebulan,
triwulan dan tahunan.
2. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dikatakan inflasi jika kenaikan
tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Misalnya
dampak dari harga dari harga BBM, jika harga BBM mengalami
kenaikan pasti akan diikuti dengan kenaikan komoditas lainnya.
3. Berlangsung Terus-menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan menimbulkan
inflasi jika terjadi hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dalam
rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat
apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Adapun
rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulan dan tahunan.
-
39
Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yang
masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu.
Pertama Teori Kuantitas, teori ini menyatakan bahwa proses inflasi itu
terjadi karena 2 hal, yaitu jumlah uang beredar dan psokologi masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga. Ada 2 hal penting dalam teori kuantitas
ini, adalah bahwa pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume
uang beredar, kedua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa yang akan datang.
Kedua adalah Teori Keynes, teori ini menerangkan bahwa inflasi
terjadi karena permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi
jumlah barang-barang yang tersedia. Hal ini yang disebut inflationary gap.
Inflationary gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif
dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi
jumlah maksimum dari barangbarang yang dihasilkan oleh masyarakat.
Harga naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.
Yang ketiga adalah Teori Strukturalis, teori lebih menekankan pada
faktor-faktor structural dari perekonomian yang menyebabkan terjadinya
inflasi, teori ini disebut teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud
dengan faktor-faktor struktural adalah faktor-faktor yang bisa berubah
secara gradual dan dalam jangka panjang. Teori ini memberi tekanan pada
ketegaran dari struktur perekonomian negar-negara sedang berkembang.
Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa
ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan ketegaran dari
-
40
ketidakelastisan dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua
proses diatas pada umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain
dalam terjadinya inflasi.
N. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
NO. NAMA
(TAHUN)
JUDUL VARIABEL
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
1 Mohamad
Hidayat, Nunung
Nurhayati dan
Sri Fadilah
(2015)
“Pengaruh Capital
Adequacy Ratio dan
Financing to Deposit
Ratio Terhadap
Profitabilitas Pada
Bank Syariah
Mandiri Periode
2008-2013.”
Dependen: ROA
Independen: CAR,
FDR
CAR berpengaruh
signifikan positif
terhadap ROA
pada Bank
Syariah Mandiri
FDR berpengaruh
signifikan negatif
terhadap ROA
Bank Syariah
Mandiri.
2 Falentina Dwi
Ariani.
(Jurnal Ilmiah
Universitas
Brawijaya)
(2015)
“Analisis Tingkat
Profitabilitas
Perbankan (Studi
Kasus Pada Pt Bank
Pembangunan Daerah
Jawa Timur Tbk.
(2015)”
Dependen: ROA
Independen: Dana
Murah, CAR,
Ukuran Bank, NIM,
BOPO, Inflasi.
Berdasarkan
Persamaan
Regresi Tersebut,
Dana Murah,
LDR, CAR,
Ukuran Bank,
Dan NIM
Memiliki
Hubungan Yang
Positif Atau
Berbanding Lurus
Terhadap ROA.
Sedangkan BOPO
Dan Inflasi
Memiliki
Hubungan Yang
Negatif Atau
Berbanding
Terbalik Terhadap
ROA.
-
41
3 Yoppy Palupi
Purbaningsih
(2014)
“The Effect Of
Liquidity Risk and
Non Performing
Financing Ratio to
Commercial Sharia
Bank Profitability in
Indonesia (2014)”
Dependen: ROA
Independen: FDR,
NPF
FDR tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas pada
Bank Syariah di
Indonesia
NPF tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Profitabilitas pada
Bank Syariah di
Indonesia
4 Edhi Satriyo
Wibowo,
Muhammad
Syaichu (2013)
“Analisis Pengaruh
Suku Bunga, Inflasi,
CAR, BOPO, NPF
Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah”
Dependen:
ROA
Independen: SUKU
BUNGA, INFLASI,
CAR, BOPO, NPF
BOPO
berpengaruh
signifikan
negative terhadap
ROA sedangkan
variable CAR,
NPF,Inflasi dan
Suku Bunga tidak
berpengaruh
signifikan.
5 Fitri Zulifiah
Joni Susilo
Wibowo (2012),
“ Pengaruh Inflasi, BI
Rate, Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Non
Performing Finance
(NPF), Biaya
Operasional Dan
Pendapatan
Operasional (BOPO)
Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
Periode 2008-2012”
Dependen:
ROA
Independen:
Inflasi, BI
Rate,CAR, NPF,
BOPO.
Hasil pengujian
menunjukkan
bahwa Inflasi dan
NPF tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA,
Sedangkan BI
Rate dan BOPO
berpengaruh
negatif signifikan,
CAR, dan NPF
berpengaruh
positif signifikan.
Terhadap ROA.
6 Dhian
Andanarini
Minar Savitri.
(Jurnal Ilmu
Manajemen dan
Akuntansi
Terapan) (2011)
“Pengaruh Non
Performing Loan
(Npl), Net Interest
Margin (Nim) Dan
Loan To Deposit
Ratio (Ldr) Terhadap
Perubahan Laba Pada
Bank Devisa Dan
Bank Non Devisa Di
Indonesia.”
Dependen:
Perubahan Laba.
Independen: Npl,
Nim, Ldr.
Hasil Pengujian
Menunjukkan
Bahwa Non
Performing Loan
Bank Devisa Dan
Non Devisa Di
Indonesia Tidak
Berpengaruh
Negatif Dan
Signifikan
Terhadap
Perubahan Laba.
Net interest
margin (NIM)
-
42
pada perbankan
Devisa dan Non
Devisa di
Indonesia tidak
terbukti
ber