ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON … VIEN SYLVIA AZIZA...analisis pengaruh dana pihak...
Transcript of ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON … VIEN SYLVIA AZIZA...analisis pengaruh dana pihak...
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON
PERFORMING FINANCING (NPF), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR),
MODAL SENDIRI DAN MARJIN KEUNTUNGAN TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ratu Vien Sylvia Aziza
NIM: 1113081000130
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAAN UIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Ratu Vien Sylvia Aziza
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Maret 1993
Alamat : Kp. Pondok Manggis Rt.03/01 No.37A
Desa Bojongbaru, Kecamatan Bojonggede,
Kabupaten Bogor – 16320
Ayah : Tubagus Safrudin
Ibu : Mursidah
No. Hp : 0822-9894-8292
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2001 – 2006 SDN Pabuaran 03
2006 – 2009 SMPN 1 Bojonggede - Bogor
2009 – 2012 SMAN 1 Tajurhalang - Bogor
Pendidikan Informal
2009 – 2012 Mahasin English Course
2009 – 2012 Mahasin Computer
Pengalaman Organisasi
2007 – 2008 Anggota Rohis SMPN 1 Bojonggede
2008 – 2009 Anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) SMPN 1
vii
Bojongede
2008 – 2009 Anggota PASKIBRA SMPN 1 Bjojonggede
2008 – 2009 Divisi Kreatif Majalah Dinding SMPN 1 Bojonggede
2009 – 2010 Anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) – OSIS SMAN 1
Tajurhalang
2009 – 2012 Anggota Team Basket Putri SMAN 1 Tajurhalang
2010 – 2011 Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) – OSIS SMAN 1
Tajurhalang
2012 – 2013 Anggota CSA (CCIT Student Assosiation) bidang kreatifitas
mahasiswa – CCIT FTUI
2014 – 2015 Anggota Kelompok Pencinta Alam (KPA) ARKADIA – UIN
Syarif Hidayatulah Jakarta
2015 – 2016 Ketua Divisi Kepetualangan bidang SDM – Kelompok Pencinta
Alam (KPA) ARKADIA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON
PERFORMING FINANCING (NPF), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR),
MODAL SENDIRI DAN MARJIN KEUNTUNGAN TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Modal
Sendiri dan Marjin Keuntungan secara simultan maupun parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-
2015. Terdapat sembilan sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria
penelitian yaitu Bank BCA Syariah, BJB Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri, Bukopin Syariah, Bank Muamalat, Panin Syariah, Victoria
Syariah. Alat analisis yang digunakan analisis regresi data panel. Model yang
terpilih adalah model Random Effect yang diuji dengan uji F dan uji t, dengan
signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa DPK, NPF, CAR,
Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan secara simultan berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah. Berdasarkan uji t diketahui
bahwa Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah, DPK, CAR dan NPF tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah.
Kata Kunci : DPK, CAR, NPF, Modal Sendiri, Marjin & Pembiayaan
Murabahah.
ix
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON
PERFORMING FINANCING (NPF), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR),
MODAL SENDIRI DAN MARJIN KEUNTUNGAN TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)
ABSTRACT
This study aims to determine the effect review Third Party Fund (DPK),
Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Equity and
Operating Profit Margin simultaneous or partial against at Murabahah Islamic
Banks in Indonesia Period 2011-2015. There are nine samples in this research
singer meet namely research criteria Bank BCA Syariah, BJB Syariah, BNI
Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bukopin Syariah, Bank Muamalat,
Panin Syariah, Islamic Victoria. The analysis tool used panel data regression
analysis. Model chosen was Random Effect Model. The tested with F test and t
test, with 5% significance. Based on the findings of the test F known that DPK,
NPF, CAR, Equity and Operating Profit Margin Financing Murabahah
simultaneously affect against at Islamic Banks. Based on t test known that Equity
and Profit Margin effect against Murabahah, DPK, CAR and influential against
NPF not on Murabahah Commercial Bank Syariah.
Keywords: DPK, CAR, NPF, Equity, Margin & Murabahah.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Anaisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Modal Sendiri dan Marjin
Keuntungan terhadap Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang
Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kekuasaan Allah
SWT yang telah memberikan ridha dan rahmat-Nya kepada penulis. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Kedua orangtua penulis, Bapak Tubagus Safrudin dan Ibu Mursidah yang
selalu memberikan dukungan moril maupun materil, memberikan kasih
sayang, cinta dan selalu mendoakan penulis dengan penuh rasa ikhlas serta
memberikan motivasi untuk penulis.
2. Kaka penulis, Tubagus Davie Sanjaya Ghazaly dan Tubagus Febby Sanjaya
Ghazaly. Adik penulis, Ratu Dieva Tiffany Aziza. Dimana selalu
memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Amilin, SE.Ak., M.Si
selaku Wakil Dekan I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Wakil
Dekan II FEB dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku Wakil
Dekan III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
xi
4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Program Studi Manajemen
5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing I atas
ketersediaan waktu, tenaga dan segala ilmu yang diberikan untuk
membimbing penulis.
6. Ibu Amalia, MSM selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, arahan dan
nasihat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Rahmatullah, M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu dikampus ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan segala
ilmu yang telah diberikan, semoga ilmu yang diterima oleh penulis dapat
diamalkan dengan sebaik-baiknya.
9. Seluruh staff akademik dan tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas
segala bantuannya.
10. Keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
11. Agus Sunandar yang selalu mendampingi, membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
12. Keluarga besar Agus Sunandar (Bapak Santoso dan Ibu Saomah) serta
keluarga alm. Helmy Dwi Aprianto (Ibu Susi Susanti dan Ayah Dedi
Maryadi) yang telah menyemangati dan banyak memberikan motivasi serta
doa.
13. Sahabat-sahabat “JUNIOR” yang telah menyemangati dan banyak
memberikan motivasi serta doa.
14. Teman-teman MIPS 2013 dan “Penjahat” Kelas A yang pernah sama-sama
berjuang menghadapi berbagai masalah yang terjadi, terima kasih atas
kebersamaannya.
15. Teman-teman CCIT FTUI yang telah berjuang bersama menyelesaikan
proyek TA, terimakasih atas pengalaman dan ilmunya.
16. KKN Shine 2015 yang selalu bersama-sama selama 1 bulan di Desa
Cinagara.
xii
17. Teman-teman Kosan Kuning yang telah menyemangati dan banyak
memberikan motivasi serta doa.
18. Keluarga besar UKM - KPA Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyemangati dan banyak memberikan motivasi serta pengalaman
berpetualang semasa penulis berada di kampus ini.
19. Saudara-saudari Ewako 2014 & Divisi Rock Climbing KPA Arkadia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyemangati dan memberikan
motivasi serta doa kepada penulis.
20. Saudara-saudari Mapala Se-Indonesia yang telah menyemangati dan banyak
menghibur selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
21. Teman-teman UKM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyemangati dan menghibur penulis selama di Student Center.
22. Teman-teman Nusantara Muda, sahabat-sahabat pendaki dan para petualang
yang telah menyemangati dan banyak memberikan motivasi serta doa.
23. Teman-teman Alumni Boat’90 dan Kelas IPA-3 2012 yang telah
menyemangati dan banyak memberikan motivasi serta doa.
24. Seluruh sahabat penulis dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu atas semangat dan doa yang diberikan serta berkontribusi dalam
penyelesaian skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran untuk penyempurnaan
penelitian ini. Semoga penelitian ini memberikan manfaat dan wawasan kepada
semua pihak yang membaca. Atas segala kontribusi, doa dan kebaikan kalian
semua saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Allah SWT memberikan
keberkahan bagi kalian.
Ciputat, Januari 2017
Penulis
Ratu Vien Sylvia Aziza
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAAN UIAN KOMPREHENSIF ............................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
D. Manfat Penelitian ...................................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Kerangka Teori.......................................................................................... 14
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 45
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 50
D. Hipotesis .................................................................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 54
B. Teknik Penentuan Sampel ......................................................................... 55
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 57
D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 71
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 71
xiv
B. Analisis Deskriptif .................................................................................... 85
C. Analisis dan Pembahasan .......................................................................... 88
D. Interpretasi Data ........................................................................................ 98
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 102
A. Kesimpulan ............................................................................................. 102
B. Saran ........................................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 110
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah ............ 4
Tabel 1. 2 Komposisi DPK Bank Umum Syariah .................................................. 6
Tabel 2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional ........................................ 19
Tabel 2. 2 Tambahan Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional ...................... 20
Tabel 3. 1 Populasi dan Sampel Penlitian ............................................................. 56
Tabel 3. 2 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 69
Tabel 4. 1 Analisis Deskriptif ............................................................................... 86
Tabel 4. 2 Hasil Uji Chow ..................................................................................... 88
Tabel 4. 3 Hasil Uji Hausman ............................................................................... 89
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 90
Tabel 4. 5 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. 91
Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................... 91
Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 92
Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Data Panel ............................................................... 92
Tabel 4. 9 Koefisien Determinasi.......................................................................... 97
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Komposisi Pembiayaan Perbankan Syariah ....................................... 5
Gambar 1. 2 Perkembangan CAR ........................................................................... 7
Gambar 1. 3 Perkembangan NPF ............................................................................ 8
Gambar 2. 1 Skema Pembiayaan Murabahah ....................................................... 27
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Data Penelitian 2011 - 2015 ........................................................ 110
Lampiran 1. 2 Analisa Deskriptif ........................................................................ 111
Lampiran 1. 3 Model Common Effect ................................................................ 112
Lampiran 1. 4 Model Fixed Effect ...................................................................... 113
Lampiran 1. 5 Model Random Effect ................................................................. 114
Lampiran 1. 6 Uji Chow...................................................................................... 115
Lampiran 1. 7 Uji Hausman ................................................................................ 115
Lampiran 1. 8 Uji Normalitas ............................................................................. 116
Lampiran 1. 9 Uji Heterokedastisitas .................................................................. 116
Lampiran 1. 10 Uji Multikolinearitas ................................................................. 116
Lampiran 1. 11 Uji Autokorelasi ........................................................................ 117
Lampiran 1. 12 Uji Regresi Data Panel .............................................................. 117
Lampiran 1. 13 Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prospek perbankan syariah pada Oktober 2013 mengalami peningkatan
pertumbuhan perkreditan sebesar 30-40% dibanding pertumbuhan perkreditan
konvensional yang hanya 20%. BUS dan UUS juga mengalami peningkatan
dimana terdapat 2.265 kantor yang tersebar di Indonesia yang sebelumnya
hanya memiliki 264 kantor saja. (Pardede : 2014). Namun perkembangan aset
perbankan syariah melambat, terlihat dari pertumbuhan total asset sampai
pada 2015 baru mencapai 6% dari total aset perbankan nasional yang ideal
pertumbuhannya adalah 30%. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi
masyarakat di Indonesia dimana pangsa pasar perbankan syariah cukup besar
mengingat penduduk yang beragama Islam adalah 80%. (Daryoko : 2015).
Masyarakat seharusnya memahami bagaimana cara kerja perbankan
syariah dan konvensional serta hal mana yang memiliki keuntungan untuk
masyarakat itu sendiri terutama yang beragama Islam dimana seharusnya
mengetahui baik-buruknya. Perbedaan produk perbankan syariah dan
konvensional adalah pada dasar operasinya, yaitu produk perbankan
konvensional menerapkan konsep bunga sedangkan produk perbankan syariah
menerapkan konsep bagi hasil. Berkaitan dengan bunga yang diberikan oleh
bank, jumhur ulama telah menetapkannya sebagai riba dan hukumnya adalah
2
haram. Pada tahun 2004 Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI mengeluarkan
fatwa Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Bunga. Dalam fatwa tersebut secara
tegas disebutkan praktek penggunaan bunga hukumnya adalah haram baik
dilakukan oleh bank, asuransi, pasar modal, pegadaian, koperasi, dan lembaga
keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu. (Khoerudin : 2010).
Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mengakui saat ini industri
perbankan syariah baru 30% menerapkan praktik prinsip murni syariah. Masih
ada dua hambatan yang dihadapi bank syariah untuk menerapkan 100%
prinsip syariah. Saat ini seluruh perbankan syariah baru menerapkan bagi hasil
untuk menghilangkan bunga bank yang biasa dilakukan perbankan
konvensional. Perbankan syariah juga harus menghilangkan fee money dan
juga aturan Giro Wajib Minimum (GWM). Kendala tersebut yang
menyebabkan asset bank syariah jauh tertinggal jika dibandingkan dengan
asset perbankan konvensional. (Didik Purwanto : 2010).
Tak hanya itu, prinsip murni syariah juga tidak 100% diterapkan pada
produk perbankan syariah. Realitanya terdapat praktek bank syariah yang
bertentangan dengan fatwa DSN – MUI tentang murabahah kontemporer
dimana akad murabahah adalah salah satu produk perbankan syariah yang
banyak diminati karena menjadi alternatif pembiayaan atau kredit dalam
perbankan konvensional yang tentu sarat dengan riba. Kebanyakan ulama dan
juga berbagai lembaga fikih nasional atau internasional, membolehkan akad
murabahah kontemporer. Sebagaimana Fatwa No:04/DSN-MUI/IV/2000
tentang Murabahah dan menjadi pedoman bagi perbankan syariah dalam
3
menjalankan akad murabahah menyatakan bahwa: “Bank membeli barang
yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan pembelian ini harus sah
dan bebas riba”. Pada prakteknya, perbankan syariah hanya melakukan
akad murabahah bila nasabah telah terlebih dahulu melakukan pembelian dan
pembayaran sebagian nilai barang (bayar uang muka). Tidak ada bank yang
berani menuliskan pada laporan keuangannya bahwa pernah memiliki aset dan
kemudian menjualnya kembali kepada nasabah. Perbankan baik yang berlabel
syariah atau tidak, hanyalah berperan sebagai badan intermediasi. Artinya,
bank hanya berperan dalam pembiayaan dan bukan membeli barang, untuk
kemudian dijual kembali. Karena secara regulasi dan faktanya, bank tidak
dibenarkan untuk melakukan praktek perniagaan praktis. Dengan ketentuan
ini, bank tidak mungkin bisa membeli yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri. Serta penentuan margin sepenuhnya dilakukan oleh bank
syariah. Penentuan secara sepihak ini tidak diperbolehkan karena dalam
akadnya harus ada keterbukaan dari pihak bank. Hasilnya, bank telah
melanggar ketentuan DSN - MUI. (Arifin : 2012).
Sedangkan untuk meminimalisir –bahkan menghilangkan– kesenjangan
antara konsep dan praktik dalam realitas, khususnya dalam
produk murabahah, maka perbankan syariah harus benar-benar istiqamah
dalam menerapkan atau merealisasikan produk-produk yang ditawarkan
kepada para nasabah sesuai dengan konsep-konsep yang ada. Dalam hal ini,
peran ulama dan cendekiawan muslim juga sangat diperlukan dalam
memberikan wawasan dan pemahaman tentang produk-produk tersebut
4
kepada masyarakat luas yang masih awam tentang operasionalisasi dan
mekanisme perbankan syariah. Tidak kalah penting, perbankan syariah harus
memiliki standar sistem perhitungan dalam penetapan jasa bank tanpa harus
bergantung pada standar dalam perhitungan bunga. Oleh karena itu, penentuan
besarnya mark-up dalam murabahah harus mengacu pada perhitungan
besarnya keuntungan yang diperoleh nasabah yang menjalankan
transaksi murabahah, bukan mengacu pada suku bunga dalam bank
konvensional. (Muhsinhar : 2015).
Sejak awal perkembangan perbankan syariah di Indonesia, dari sisi
pembiayaan, akad murabahah lebih mendominasi pembiayaan bank syariah,
tetapi banyak kritikan dilontarkan pada bank syariah dalam masalah penetapan
marjin keuntungan. Hal ini dikarenakan produk pembiayaan murabahah
merupakan produk yang mirip dengan produk pembiyaan kredit berbunga flat
pada bank non-syariah atau bank konvensional. Pembiayaan murabahah
adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. (Antonio : 2001).
Tabel 1. 1
Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah
Akad 2010 2011 2012 2013
Akad Mudharabah 8.631 10.229 12.023 13.652
Akad Musyarakah 14.624 18.960 27.667 39.874
Akad Murabahah 37.508 56.365 88.004 110.565
Akad Salam 0 0 0 0
5
Akad Istishna 347 326 376 582
Akad Ijarah 2.341 3.839 7.345 10.462
Akad Qardh 4.731 12.937 12.090 8.995
Total 68.181 102.655 147.505 184.122
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2013
Berdasarkan Tabel 1.1 menerangkan bahwa Bank Indonesia menyebutkan
pembiayaan yang paling dominan adalah pembiayaan murabahah yakni
mencapai Rp 88,004 triliun atau 59,66 % dari total pembiayaan sebesar Rp
147,505 triliun. (Statistik Perbankan Syariah, 2013).
Sumber : Statistik OJK, 2014. (data diolah)
Gambar 1. 1 Komposisi Pembiayaan Perbankan Syariah
Berdasarkan Gambar 1.1 menerangkan bahwa pada tahun 2014,
pembiayaan murabahah masih mengambil alih akad pembiayaan dibanding
akad lain yang ditawarkan oleh bank syariah. Hal ini menunjukan eksistensi
murabahah diperbankan syariah sangat positif untuk masyarakat dan bank
syariah itu sendiri.
murabahah 65% ijarah
6%
mudharabah
6%
musyarakah
23%
istishna 0.31%
6
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah, dalam
penelitian Latifatul (2012) adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Margin
Keuntungan, Modal Sendiri, Non Performing Financing (NPF), suku bunga
dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Penelitian ini akan membahas
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan murabahah diantaranya
yaitu Dana Pihak Ketiiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Marjin Keuntungan dan Modal Sendiri.
Dana Pihak Ketiga (DPK) atau simpanan dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, tabungan, deposito dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu. (Sagita : 2010).
Sumber-sumber penghimpunan dana (tidak termasuk modal) perbankan
syariah secara umum didominasi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada
kelompok BUS kontribusi DPK mencapai 87,2% sedangkan pada UUS dan
BPRS kontribusi DPK masing-masing 77,3% dan 73,7%. Kontribusi DPK
pada BUS menurun dari tahun 2012 yang mencapai 90,6%. Penurunan
tersebut dikompensasi oleh peningkatan dana antar bank. (Statistik Perbankan
Syariah : 2012).
Tabel 1. 2
Komposisi DPK Bank Umum Syariah
Dana Pihak Ketiga 2011 2012 2013 2014 2015
Giro iB - Akad Wadiah 12.006 17.708 18.523 18.649 16.980
Tabungan iB 32.602 45.072 57.200 63,581 89.574
Deposito iB – Akad Mudharabah 70.806 84.732 107.812 135,69 292.016
7
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2011-2015 (data diolah).
Berdasarkan Tabel 1.2 menerangkan bahwa komposisi Dana Pihak Ketiga
pada Bank Umum Syariah sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat
dilihat perkembangan pada Dana Pihak Ketiga mengalami kenaikan ditiap
tahunnya. Meski pada giro terdapat penurunan pada tahun 2015. Namun pada
tabungan dan deposito tetap mengalami kenaikan yang stabil.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri. Bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.
(Dendawijaya : 2000).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut
risiko yang dinyatakan dalam Capital Adequacy Ratio (CAR). (Peraturan
Bank Indonesia).
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2015 (data diolah).
Gambar 1. 2 Perkembangan CAR
16.63%
14.13 % 14.42 %
16.1 %
15.02 %
12
14
16
18
2011 2012 2013 2014 2015
RASIO KEUANGAN BUS & UUS
C…
8
Berdasarkan Gambar 1.2 menerangkan bahwa terlihat bahwa CAR pada
perbankan syariah setiap tahunnya naik secara stabil meskipun pada tahun
2015 terdapat penurunan namun tidak menurun secara drastis yaitu sebesar
1,08 %.
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang
bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia, kategori
yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan
macet. (Himaniar, 2010).
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2015 (data diolah).
Gambar 1. 3 Perkembangan NPF
Berdasarkan Gambar 1.3 menerangkan bahwa NPF naik ditiap tahunnya
meskipun mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 0,3% namun setelah
itu mengalami kenaikan pada tahun 2013 sebesar 1,71% dan tetap mengalami
kenaikan hingga tahun 2015 meski tidak secara drastis.
Sumber perolehan modal bank dapat diperoleh dari para pendiri dan
pemegang saham. Pemegang saham menanam modal pada bank dengan
2.52% 2.22% 2.62%
4.33% 4.84%
2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Keuangan BUS & UUS
N…
9
memperoleh hasil keuntungan dimasa yang akan datang. Modal bank adalah
aspek penting bagi suatu bank sebab beroperasi-tidaknya suatu bank salah
satunya dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya. (Muhammad, 2002 :
209). Marjin keuntungan merupakan keuntungan yang diperoleh dari hasil
alokasi pembiayaan dalam bentuk jual beli murabahah dengan kesepakatan
antara penjual dan pembeli. Dalam hal ini bank sebagai penjual sedangkan
nasabah bertindak sebagai pembeli. (Muhammad, 2004: 94)
Banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan murabahah. Penelitian oleh Utami dengan sampel
pada BUS dan UUS menyimpulkan bahwa berdasarkan uji validitas pengaruh
(uji t) pada signifikansi (a) sebesar 0,05; Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia. Adapun
Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia, sedangkan
inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan
murabahah pada bank syariah di Indonesia. Dana Pihak Ketiga (DPK),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi dan Non Performing Financing
(NPF) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
murabahah pada bank syariah di Indonesia. Hasil interpretasi koefisien regresi
menunjukan dalam jangka pendek, DPK dan FDR memberikan pengaruh
positif signifikannya dan NPF memberikan pengaruh negatif signifikannya.
Sedangkan dalam jangka panjang DPK dan FDR memberikan pengaruh
10
positif signifikannya dan NPF memberikan pengaruh negatif signifikannya
terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia periode
2012.05-2015.04. (Utami : 2016).
Penelitian oleh Radis dengan sampel pada Bank Muamalat Indonesia
disimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memberikan pengaruh positif
dan signifikan terhadap pembiayaan. Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan. Return On Asset (ROA) memberikan
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan. Secara bersama-sama
keempat variabel independen tersebut memberikan pengaruh signifikan
terhadap pembiayaan. (Radis : 2015).
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian sebelumnya dengan sampel
yang berbeda. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dijelaskan
diatas, penelitian ini layak untuk ditindak lanjuti. Penelitian ini dapat
memberikan kontribusi dibidang perbankan syariah. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul Analisis
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia (Periode 2011 – 2015).
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu:
11
1. Apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial
terhadap Pembiayaan Murabahah
2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial
terhadap Pembiayaan Murabahah
3. Sejauhmana pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara parsial
terhadap Pembiayaan Murabahah
4. Seperti apa pengaruh Modal Sendiri secara parsial terhadap Pembiayaan
Murabahah
5. Adakah terdapat pengaruh Marjin Keuntungan secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah
6. Apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Performing Financing (NPF), Modal Sendiri dan Marjin
Keuntungan secara simultan terhadap Pembiayaan Murabahah
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK)
secara parsial pada Pembiayaan Murabahah
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) secara parsial pada Pembiayaan Murabahah
3. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh Non Performing Financing
(NPF) secara parsial pada Pembiayaan Murabahah
4. Untuk mengeksplore apakah terdapat pengaruh Modal Sendiri secara
parsial pada Pembiayaan Murabahah
12
5. Untuk memahami apakah terdapat pengaruh Marjin Keuntungan secara
parsial pada Pembiayaan Murabahah
6. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Performing Financing (NPF), Modal
Sendiri dan Marjin Keuntungan secara simultan pada Pembiayaan
Murabahah
D. Manfat Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat penelitian terbagi atas dua, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Berikut adalah manfaat penelitian ini secara
praktis dan teoritis :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan
yang lebih mendalam mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan secara parsial maupun
simultasn terhadap Pembiayaan Murabahah.
b. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi untuk memperluas
pengetahuan mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Modal
Sendiri dan Marjin Keuntungan terhadap Pembiayaan Murabahah.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
13
Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan terhadap Pembiayaan
Murabahah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perbankan Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk mengambil
kebijakan sebagai sarana untuk evaluasi kinerja keuangan Bank Umum
Syariah agar perkembangannya semakin signifikan.
b. Bagi Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi untuk masyarakat dalam
menyediakan informasi tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi
untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah
serta mengisi kekosongan penelitian terdahulu untuk itu diharapkan
peneliti selanjutnya mengembangkan lebih lanjut dari aspek atau sisi
yang belum ada pada penelitian ini.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Perbankan Syariah
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya (Pasal 1 Angka 1 UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah). (Hasan, 2009:4).
Bank syariah atau bank bagi hasil merupakan bank yang beroperasi
dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Di dalam operasinya bank syariah
mengikuti aturan Al-Qur’an – hadits dan regulasi dari pemerintah. Sesuai
dengan perintah dan larangan syariah, maka praktik-praktik yang
mengandung unsur riba dihindari, sedangkan yang diikuti adalah praktik-
praktik bisnis yang dilakukan zaman rasulullah. Perbedaan pokok antara
bank syariah dan bank konvensional adalah adanya larangan riba (bunga)
bagi bank syariah. Riba dilarang sedangkan jual-beli dihalalkan. Ini berarti
membayar dan menerima bunga atas uang yang dipinjamkan adalah
dilarang. Dalam operasionalnya, baik dalam kegiatan penghimpunan dana
dari masyarakat maupun dalam penyaluran dana kepada masyarakat, bank
syariah (bank bagi hasil) tidak menghitung bunga tapi berdasarkan jual-
beli dan bagi hasil. (Martono, 2010:94).
15
a. Fungsi dan Peran Bank Syariah
1) Fungsi Umum
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka fungsi dan peran
bank syariah pada umumnya, yaitu:
a) Penghimpunan Dana (Mudharib)
Bank syariah dapat menghimpun dana masyarakat sesuai
dengan fungsinya sebagai pengelola dana (mudharib) dalam
bentuk simpanan.
b) Penyalur Dana (Shahibul Maal)
Dana yang dihimpun disalurkan dalam bentuk pembiayaan atau
bentuk lainnya dalam bentuk investasi pembelian sukuk
(obligasi syariah), serta penyertaan dalam bentuk bagi hasil.
c) Pelayanan Jasa Keuangan
Melakukan pelayanan lalu-lintas pembayaran dilakukan dalam
berbagai aktivitas, seperti pengiriman uang (transfer), inkaso,
penagihan berupa kartu kredit syariah, kartu debit, transaksi
tunai dan layanan perbankan lainnya.
2) Fungsi Khusus
Bank syariah juga memiliki fungsi khusus yaitu:
a) Agent of Trust : Lembaga kepercayaan masyarakat dalam
penempatan dan pengelolaan dana.
16
b) Agent of Development : Institusi yang memobilisasi dana untuk
pembangunan ekonomi rakyat dan negara yang berbasis prinsip
syariah.
c) Agent of Services : Memberikan pelayanan jasa perbankan
dalam bentuk aneka transaksi keuangan kepada masyarakat.
d) Agent of Social : Bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola zakat serta dana-dana sosial.
e) Agent of Business : Mengelola dana nasabah untuk berbagi
hasil dan sebagai pemodal ketika bagi hasil, berjual beli atau
transaksi lain berhubungan dengan pembiayaan. (Ikatan Bankir
Indonesia, 2014:49).
b. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai
berikut:
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),
dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
17
kesengajaan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin,
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang paada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam mengantaskan kemiskinan
ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat
kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program
pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara,
program pembinaan konsumen, program pengembangan modal
kerja dan program pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjalankan stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan
aktifitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan
ekonomi diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang
tidak sehat antara lembaga keuangan.
6) Untuk menyelamatkan ketregantungan umat Islam terhadap bank
non syariah. (Sudarsono, 2008:244)
c. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah
dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu:
18
1) Produk penyaluran dana (financing)
Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis
besar produk-produk pembiayaan syariah terbagi kedalam 4
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
a) Pembiayan dengan prinsip jual beli
b) Pembiayaan dengan prinsip sewa
c) Pembiayaan dengan prisnsip bagi hasil
d) Pembiayaan dengan pelengkap akad
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang, sedangkan yang menggunakan prisnisp sewa ditujukan
mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha
kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa
sekaligus. Untuk mempermudah pelaksanaan pembayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan
untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan.
2) Produk penghimpunan dana (funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan
mudharabah. Dalam pelaksanaannya penghimpunan dana,
biasanya diperlukan juga akad pelengkap untuk mempermudah
pelaksanaan penghimpunan dana.
19
3) Produk jasa (service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit)
dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit) bank syariah
dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan.
(Karim, 2007:112).
1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank syariah meruakan bank yang dalam sistem operasionalnya
tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip
dasar sesuai dengan syariah Islam. Dalam menentukan imbalannya,
baik imbalan yang diberikan maupun diterima, bank syariah tidak
menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan imbalan sesuai
dengan akad yang diperjanjikan.
Beberapa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional
antara lain :
Tabel 2. 1
Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
No. Bank Syariah No. Bank Konvensional
1. Investasi, hanya untuk proyek dan
produk yang halal serta meng-
untungkan.
1. Investasi, tidak mempertimbang-
kan halal atau haram asalkan
proyek yang dibiayai meng-
untungkan.
2. Return yang dibaya dan/atau
diterima berasal dari bagi hasil
2. Return baik yang dibayar kepada
nasabah penyimpanan dana dan
20
atau pendapatan lainnya ber-
dasarkan prinsip syariah.
return yang diterima dari
nasabah pengguna dana berupa
bunga.
3. Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah Islam.
3. Perjanjian menggunakan hukum
positif
4. Orientasi pembiayaan, tidak hanya
untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat.
4. Orientasi pembiayaan, untuk
memperoleh keuntungan atas
dana yang dipinjamkan.
5. Hubungan antar bank dan nasabah
adalah mitra.
5. Hubungan antar bank dan
nasabah adalah kreditur dan
debitur.
6. Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, Komisaris, dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS)
6. Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam dan komisaris.
7. Penyelesaian sengketa diselesai-
kansecara musyawarah antara
bank dan nasabah, melalui
pengadilan agama
7. Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan negeri setempat.
Sumber : Ismail, 2011 : 38
Tabel 2. 2
Tambahan Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
No. Bank Syariah No. Bank Konvensional
1. Aturan GCG menggunakan
prinsip-prinsip transparansi, ke-
jujuran, kehati-hatian, kedisiplin-
an. Dan berpedoman kepada
ketentuan-ketentuan syariah, yaitu
kepatuhan pada syariah.
1. Aturan GCG menggunakan
prinsip-prinsip transparansi,
kejujuran, kehati-hatian, ke-
disiplinan.
Mulazid, 2016 : 38.
2. Pembiayaan Syariah
Fungsi dan kegiatan bank syariah adalah menghimpun dana dan
menyalurkan dana dalam terminologi bank syariah disebut dengan istilah
21
pembiayaan, sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang No.21
Tahun 2008 Pasal 19 Ayat 1. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil”. Adanya bank syariah diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat
melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah.
Melalui pembiayaan ini bank syariah dapat menjadi mitra dengan nasabah,
sehingga hubungan bank syariah dengan nasabah tidak lagi sebagai
kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan (Muhammad,
2005).
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiyaan, seperti bank syariah, kepada
nasabah. (Muhammad,2002).
Membedakan tujuan pembiayaan menjadi dua kelompok, yaitu tujuan
pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
22
a. Peningkatan ekonomi umat.
Masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya
pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan
demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya;
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha.
Untuk pengembangan usaha membutuhkan dana. Dana tambahan ini
dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang
surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana, sehingga dapat
tergulirkan;
c. Meningkatkan produktivitas.
Pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu
meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan
dapat jalan tanpa adanya dana;
d. Membuka lapangan kerja baru.
Dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana
pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.
Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru;
e. Terjadi distribusi pendapatan.
Masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti
mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan
merupakan bagian dari pendapatan masyarakat.
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba.
23
Setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu
mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal
maka mereka perlu dukungan dana yang cukup;
b. Upaya meminimalkan risiko.
Usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal,
maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin
timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui
tindakan pembiayaan;
c. Pendayagunaan sumber ekonomi.
Sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing
antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber
daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada,
dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan
pembiayaan;
d. Penyaluran kelebihan dana.
Dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan
sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan
masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi
pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dana
penyaluran kelebihan dana dari pihak yang berlebihan (surplus)
kepada pihak yang kekurangan (minus) dana. (Muhammad, 2005).
24
3. Jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan pada Bank Islam dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut :
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
1) Pembiayaan mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanaman dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu.
Dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik
dana atau modal untuk mencampurkan dana atau modal mereka
pada suatu usaha tertentu. Dengan pembagian keuntungan di antara
pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang).
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah, dimana bank Islam membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin
atau keuntungan yang disepakati antara bank Islam dan nasabah.
2) Pembiayaan Salam
25
Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga
terlebih dulu.
3) Pembiayaan Istishna’
Pembiayaan Istishna’ adalah perjanjian jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa.
1) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/ Wa Iqtina
Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina adalah
perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan
perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa
kepada pihak penyewa.
d. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas
pembiayaan adalah berbentuk pinjaman, yang disebut dengan
Pinjaman Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan
antara bank islam dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam
jangka waktu tertentu. (Karim, 2006:231-254).
26
4. Pembiayaan Murabahah
Pertukaran atau jual beli adalah salah satu cara yang biasa digunakan
manusia untuk memenuhi kebutuhhan hidupnya yang sangat banyak dan
beragam. Seperti pangan, papan, sandang, pendidikan dan lain sebagainya.
Jual beli terjadi karena manusia tidak akan mampu memenuhi semua
kebutuhan sendiri. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad ini dapat dilakukan secara
tunai (ba’inaqdam) atau tangguh (ba’imu’ajjal). (Sri Wahyuni dan
Wasilah, 2010:168).
Secara singkat, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural
certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa
required rate profit-nya (keuntunga yang ingin diperoleh). Karena dalam
definisinya disebut adanya kebutuhan adanya keuntungan yang disepakati,
karakteristik murabahah adalah si penjual harus memeberitahu pembeli
tentang harga pembelian baranganya dan menyatakan jumlah keuntungan
yang ditambahkan pada pembiayaan tersebut. (Karim, 2007:113).
27
Sumber : Ismail, 2011 : 139
Gambar 2. 1 Skema Pembiayaan Murabahah
a. Landasan Syariah
1) Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 275
طبى هي الوس رلك ث ثب ال قهى إال كوب قم الزي تخجط الش ى الش ن الزي ؤكل ؤ
ي س ه عظة ثب فوي جآء ه م الش حش ع أحل هللا الج ثب ع هثل الش فبتى قبلا إوب الج ث
لئك أصحبة البس ن فب خبلذى هي عبد فؤ أهش إلى هللا {572}فل هب سلف
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpebdapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya
28
(terserah) kepada Aallah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;mereka kekal
didalamnya.” (Depag RI, 2005:48)
2) Al-Hadits
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:
صلى هللا عل سلن أى الج آل ي الجشكة : قبل الوقبسضة، : ثالث ف ع إلى أجل، الج
ع ت ال للج ش للج ع خلط الجش ثبلش (سا اثي هبج عي صت)
Artinya : Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah Saw
bersabda “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual-
beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.
(HR. Ibnu Majah). (website haditsonline)
b. Rukun Murabahah
Berikut merupakan rukun murabahah:
1) Penjual (ba’i)
2) Pembeli (musytari)
3) Barang atau objek (mab’i)
4) Harga (tsaman)
5) Ijab-qobul (shigat). (Zulfikri, 2007:40).
c. Syarat bai’ al-Murabahah
Adapun syarat-syarat dari ba’i al murabahah yaitu:
1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
29
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian.
Secara prinsip jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi
maka pembeli memiliki pilihan : Melanjutkan pembelian seperti
apa adanya. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak
setujuan atas barang yang dijual. Membatalkan kontrak. (Antonio,
2001:102).
d. Murabahah dalam Perbankan Syariah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi ba’i al-murabahah
memiliki beberapa manfaat dan juga risiko yang harus diantisipasi.
Ba’i al-murabahah memberikan banyak manfaat kepada bank syariah,
salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih
harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu,
sistem ba’i al-murabahah juga memiliki risiko yang harus diantisipasi
diantaranya sebagai berikut :
1) Kelalaian atau default, nasabah sengaja tidak membayar kewajiban
(angsuran).
30
2) Fluktuasi harga komparatif, risiko ini terjadi apabila harga suatu
barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah.
Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut.
3) Penolakan nasabah, bisa terjadi karena rusak dalam perjalanan
sehingga nasabah tidak menerimanya. Karena itu, sebaiknya
dilindungi dengan asurasi. Kemungkinan lain yang bisa terjadi
karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan
yang dipesan. Jika bank sudah menandatangani kontrak pembelian
dengan penjualnya (supplier), barang tersebut akan menjadi milik
bank.
4) Dijual; karena ba’i al-murabahah bersifat jual-beli dengan hutang,
maka kontrak ditandatangani barang itu sudah menjadi milik
nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset
miliknya tersebut, termasuk menjualnya. Jika terjadi demikian,
risiko untuk default akan besar. (Antonio, 2001:106).
5. Dana Pihak Ketiga
a. Pengertian Dana Pihak Ketiga
Bank adalah pelayanan masyarakat dan wadah perantara keuangan
masyarakat. Karena itu bank harus selalu berada ditengah masyarakat
agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dapat ditampung dan
disalurkan pada masyarakat yang kekurangan. Kepercayaan
masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa
bank akan menyelenggarakan sebaik-baiknya permasalahan
31
keuangannya, merupakan suatu keadaan yang diharapkan semua bank.
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (Pasal 1)
disebutkan bahwa, “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan akad wadiah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam
bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan oleh
itu”. Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan
sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank yang terdiri dari 3
jenis, yaitu dalam bentuk giro, tabungan dan deposito.
1) Giro (demand deposits)
Giro merupakan simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah
pemindahbukuan.
2) Deposito (time deposits)
Deposito merupakan investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.
3) Tabungan (saving)
Merupakan simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
32
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya dipersamakan dengan itu. (Karim : 2004).
Menurut Siamat (2005), Syafi’I Antonoio (2001), Muhammad
(2005), salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk
pembiayaan (loan) adalah simpanan. Secara umum bila semakin
besar simpanan maka bank semakin banyak dalam menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat.
b. Hubungan DPK Terhadap Pembiayaan Murabahah
Kemampuan bank dalam menjual kreditnya ke masyarakat akan
sangat tergantung dari sumber dana yang dikuasainya. Maka jika suatu
bank akan melaksanakan ekspansi kreditnya maka otomatis harus
dapat memperluas modalnya. Tambahan dana berupa modal bagi
sebuah bank bisa didapat melalui DPK. Jadi bisa dikatakan bahwa
DPK memiliki pengaruh positif dengan pembiayaan. Semakin tinggi
DPK yang dimiliki bank, maka semakin meningkat kredit yang
disalurkan. (Muljono, 2001:85).
Pembiayaan adalah salah satu aktiva produktif yang merupakan
lawan daripada DPK. Karenanya permintaan dan penawaran terhadap
pembiayaan tentunya juga harus mempertimbangkan faktor likuiditas
33
dalam penghimpunan DPK karena dengan semakin meningkat DPK
yang dikumpulkan bank syariah maka kemungkinan semakin
meningkat pula pembiayaan atau penyaluran dana yang diberikan bank
syariah kepada masyarakat. Sehingga hubungan DPK terhadap
pembiayaan murabahah adalah signifikan positif. Jadi jika jumlah
dana DPK meningkat maka pembiayaan murabahah yang diberikan
oleh bank syariah juga meningkat. (Saras Pinaringani, 2011:26).
6. Non Performing Financing
a. Pengertian Non Performing Financing
Merupakan indikator yang menunjukan kerugian akibat risiko
kredit adalah tercermin dari besarnya non performing loan (NPL),
dalam terminologi bank syariah disebut non performing financing
(NPF). Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan oleh Bank Indonesia yang termasuk dalam NPF adalah
pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam peraturan
Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas
Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah Pasal 9 Ayat 2, bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk
pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancer (L), dalam perhatian
khusus (DPK), kurang lancer (KL), diragukan (D), macet (M). Non
Performing Financing (NPF) akan berdampak pada menurunnya
34
tingkat bagi hasil yang dibagikan pada pemilik dana. Hubungan
anatara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling
terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya dapat
melakukan kegiatan dan mengembangkan usahanya apabila nasabah
percaya untuk menempatkan uangnya, kemudian setelah menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, bank kemudian
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat (Muntoha, 2011).
Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja
lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat
kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank dan sebaliknya. Semakin ketat kebijakan
kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin ditekan
tingkat permintaan pembiayaan oleh masyarakat turun. (Antonio :
2011).
( )
b. Hubungan NPF Terhadap Pembiayaan Murabahah
Non Performing Financing (NPF) bank syariah relatif kecil
daripada bank konvensional sehingga bukan merupakan pertimbangan
utama dalam menawarkan pembiayaan. Sehingga pengaruh NPF
35
terhadap pembiayaan murabahah tidak signifikan negatif. Terdapat
hubungan tidak signifikan negatif terhadap pembiayaan murabahah.
Sehingga meningkat atau menurunnya NPF tidak mempengaruhi
pembiayaan murabahah. Tidak signifikannya NPF karena orientasi
kebijakan akselerasi perbankan syariah yang lebih banyak kepada
upaya percepatan secara kuantitatif perbankan syariah dan pengaruh
krisis keuangan global yang mempengaruhi kinerja sector riil.
(Khatimmah, 2009:70).
Tidak signifikannya NPF karena market share perbankan syariah
yang masih rendah dibanding perbankan konvensional. (Ambarwati
Septiana, 2008:83)
7. Capital Adequacy Ratio
a. Pengertian Capital Adequacy Ratio
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang
menurut risikoyang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio
(CAR). Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam
aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang
dimiliki oleh bank mampu mengcover kerugian tersebut. Komponen
pada CAR terdiri dari :
1) Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (Owner).
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan
36
dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat.
Modal bank dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap.
a) Modal inti terdiri dari:
- Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh
pemilik.
- Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan
nilai nominal saham.
- Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali
dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat
dengan harga (apabila saham tersebut dijual).
- Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari
penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.
- Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS
- Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang
oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.
- Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak,
yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS.
- Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang
diperoleh dalam tahun berjalan
- Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak
37
perusahaan setelah dikompensasikan dengna penyertaan
bank pada anak perusahaan tersebut.
b) Modal pelengkap
Modal pelengkap terdri atas cadangan-cadangan yang dibentuk
bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya
dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap
dapat berupa:
- Cadangan revaluasi aktiva tetap
- Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
- Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri yaitu, tidak
dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan
dengan modal dan telah dibayar penuh, tidak dapat dilunasi
atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI, mempunyai
kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul
kerugian bank, pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila
bank dalam keadaan rugi
- Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat yaitu,
ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan
bank, mendapat persetujuan dari BI, tidak dijamin oleh
bank yang bersangkutan, minimal berjangka waktu 5 tahun,
pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI, hak tagih
dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir
(kedudukannya sama dengan modal). (Muhammad : 2005)
38
c) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva yang tercantum
dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Langkah-
langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:
- ATMR akitiva neraca dihitung dengan cara mengalikan
nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan
dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca
tersebut.
- ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal rekening administratif yang
bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos
rekening tersebut
- Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva
administratif
- Rasio kecukupan modal tersebut dihitung dengan hasil
perhitungan rasio di atas, kemudian dibandingkan dengan
kewajiban modal minimum yang ditentukan oleh Bank
International Settlement yaitu; 1sebesar 8%. (Dendawijaya,
2003).
( )
39
b. Hubungan CAR Terhadap Pembiayaan Murabahah
Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pad bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disampping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank seperti daana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendywijaya, 2000).
Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam
aktifitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang
dimiliki oleh bank mampu mengcover kerugian tersebut. CAR
digunakan untuk mengukur rasio kecukupan modal bank sering
terganggu karena penyaluran pembiayaan yang berlebihan. Tingginya
CAR mengindikasikan adanya sumber daya financial yang idle. Dalam
kondisi ini wajar jika bank-bank kemudian bertahan untuk tidak
menyalurkan kredit karena kenaikan kredit yang disalurkan akan
menambah asset berisiko hingga mengharuskan bank menambah
modal untuk memenuhi ketentuan CAR. (Dendawijaya, 2005).
8. Modal Sendiri
a. Pengertian Modal Sendiri
Secara tradisional modal didefinisikan sebagai sesuatu yang
memiliki kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan
nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih yaitu selisih
antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan nilai buku dari
kewajiban (liabilities). Modal bank memiliki tiga fungsi yaitu sebagai
40
penyangga untuk menyerap kerugian operasioanl dan kerugian lainnya,
sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit
dan menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk
menghasilkan keuntungan. (Arifin, 2005:135).
Modal terdiri atas dua bagian yaitu modal inti (primary capital)
dan modal pelengkap (secondary capital). Dalam penelitian ini hanya
akan membahas tentang modal sendirri yang terdiri dari beberapa
komponen, yaitu:
1) Modal Disetor
Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya. Bagi bank yang berbadan hukum koperasi, modal
disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para
anggotanya.
2) Agio Saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diteria oleh
bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai
nominalnya.
3) Cadangan Umum
Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan
laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham.
4) Cadangan Tujuan
41
Cadangan umum adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu yang telah mendapat persetujuan
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
5) Laba Ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak
dibagikan.
6) Laba Tahun Lalu
Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun0tahun lalu setelah
dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat
umum pemegang saham.
7) Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. (Dendawijaya:
2001: 46-47).
b. Hubungan Modal Sendiri Terhadap Pembiayaan Murabahah
Modal bank adalah aspek penting bagi suatu bank sebab beroperasi
tidaknya bank dipengaruhi salah satunya oleh kondisi kecukupan
modalnya. Besarnya modal sendiri mempengaruhi jumlah pembiayaan
yang diberikan. Modal sendiri mempunyai hubungan positif dengan
42
kemampuan bank dalam melakukan pembiayaan. Semakin besar
modal sendiri yang dimiliki oleh suatu bank maka semakin besar
kemampuan bank untuk melakukan pembiayan. Modal juga
merupakan pengangga yang tersedia untuk melindungi kreditur
terhadap risiko kerugian yang mungkin timbul. (Zainul, 2009)
Salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan
adalah modal sendiri, sehingga semakin besar sumber dana yang ada
maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan semakin besar pula.
(Pihatin dan Adnan, 2005: 38).
9. Marjin Keuntungan
a. Pengertian Marjin Keuntungan
Marjin keuntungan merupakan keuntungan yang diperoleh dari
hasil alokasi pembiayaan dalam bentuk jual-beli murabahah dengan
kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam hal ini bank sebagai
penjual sedangkan nasabah sebagai pembeli. Marjin keuntungan dalam
murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan
bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan
keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-
bank Islam. (Muhammad, 2004:94).
Margin keuntungan adalah presentase tertentu yang ditetapkan per
tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari
dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara bulanan
maka setahun ditetapkan 12 bulan. (Karim, 2004:153).
43
Jika menurut syari’at keuntungan margin pada perdagangan tidak
dibatasi oleh hitungan presentase, tetapi tergantung pada permintaan
dan penawaran abnyak atau sedikitnya. Tetapi dianjurkan bagi seorang
muslim untuk memberi kemudahan dan toleransi dalam jual-beli.
Seorang pedagang boleh menaikan harga menurut yang pantas selama
tidak sampai kepada bats pemerkosaan dan kedzaliman. (Syahrir dalam
Yunta, 2008).
Bank syariah menetapkan margin keuntungan terhadp produk-
produk pembiayaan yang berbasis Natural Centainty Contracts (NCC),
yaitu akad bisnis yang memberikan kepastian pembiayaan baik dari
segi jumlah maupun waktu seperti pembiayaan murabahah. Penetapan
besarnya margin keuntungan ditetapkan rapat ALCO (Assets and Loan
Commitment) bank syariah. (Karim, 2004:254)
b. Hubungan Marjin Keuntungan Terhadap Pembiayaan Murabahah
Marjin keuntungan merupakan pendapatan utama dari pembiayaan
murabahah. Bank dapat mempertinggi pembiayaan murabahah bulan
sekarang dengan melihat berapa jumlah marjin keuntungan bulan
sebelumnya. Apabila bulan sebelumnya bank bisa memperoleh
keuntungan yang lebh tinggi maka bank akan memepertinggi jumlah
pembiayaan murabahah pada bulan selanjutnya. (Yunta, 2008)
44
Sehingga marjin keuntungan mempunyai pengaruh positif terhadap
pembiayaan murabahah semakin tinggi marjin keuntungan yang
diperoleh oleh bank maka semakin banyak kemampuan bank untuk
menyalurkan pembiayaan murabahah, mengingat murabahah begitu
dominan dalam pelaksanaan investasi perbankan syariah. (Maula,
2008).
45
B. Penelitian Terdahulu
NO. NAMA
PENELITI
DAN TAHUN
TERBIT
JUDUL PERSAMAAN
VARIABEL
YANG
DIGUNAKAN
PERBEDAAN
VARIABEL
YANG
DIGUNAKAN
HASIL
1 Mustika
Rimadhani, 2011
Analisis Variabel-
variabel yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Murabahah Pada
Bank Syariah
Mandiri
Dana Pihak
Ketiga, Marjin,
NPF,
Pembiayaan
Murabahah
FDR,
Alat analisis
regresi linear
berganda
DPK berpengaruh positif,
Maejin tidak berpengaruh,
NPF berpengaruh signifikan,
FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Pembiayaan Murabahah
2 Wuri Arianti,
2011
Analisa pengaruh
DPK, CAR,
NPF,ROA terhadap
pembiayaan
Murabahah
DPK, CAR,
NPF,
Pembiayaan
Murabahah
ROA,
Alat analisis
regresi linear
berganda
DPK berpengaruh positif,
CAR tidak berpengaruh, NPF
tidak berpengaruh, ROA
tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah
3 Lifstin
Wardiantika R K,
2012
Pengaruh DPK,
CAR, NPF, SWBI
terhadap
Pembiayaan
Murabahah pada
BUS
DPK, CAR,
NPF,
Pembiayaan
Murabahah
SWBI,
Alat analisis
regresi linear
berganda
DPK berpengaruh positif,
CAR tidak berpengaruh, NPF
mempunyai pengaruh negatif,
SWBI tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan
Murabahah
4 Hafidh Wahyu Analisis Non Performing Inflastion Gros NPF berpengaruh positif,
46
Purnomo, 2013
Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
berbasis Margin
pada Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Fiancing,
Capital
Adequacy Ratio,
Dana Pihak
Ketiga,
Pembiayaan
Murabahah
Domstic
Product,
Margin Based
Payment,
Alat analisis
regresi linear
berganda
inflasi dan PDB tidak
berpengaruh signifikan, CAR
berpengaruh negatif, modal
sendiri tidak berpengaruh
positif pada pembiayaan
berbasis margin
5. Simon Archer,
2010
Faktor influental
pada Capital
Adequacy Ratio
pada Iran Bank
Capital
Adequacy Ratio
Loan Asset
Ratio (LAR),
Deposit Asset
Ratio (DAR),
Risk Asset
Ratio (RAR),
Equity Ratio
(EQR)
sumber daya yang diperoleh
hubungan negatif antara
ukuran Bank dan rasio
kecukupan modal bank dan
hubungan positif antara Ratio
Loan Asset, Return on Equity
(ROE) dan Return on Asset
(ROA) Equity Ratio (EQR)
6. Aristantia Radis
Agista, 2015
Analisis Pengaruh
DPK, CAR, NPF
dan ROA terhadap
Pembiayaan di
Bank Muamalat
Indonesia
Dana Pihak
Ketiga, Capital
Adequacy Ratio,
Non Performing
Financing,
Pembiayaan
Murabahah
Return On
Asset,
Pembiayaan,
Alat analisis
regresi linear
berganda
DPK, CAR, NPF, dan ROA
secara simultan
mempengaruhi pembiayaan.
Berdasarkan uji t, variabel
DK dan ROA berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan, sementara
variabel CAR dan NPF tidak
berpengaruh signifikan
terhadap variabel
pembiayaan.
47
7. Rifaat Ahmed,
2014
studi perbandingan
penilaian Capital
Adequacy Ratio
(CAR) Bank Islam
di Pakistan di
bawah basel II dan
formula IFSB
untuk Capital
Adequacy Ratio
Capital
Adequacy Ratio
Tier 1 & tier 2
Capital, Credit,
Market and
operational
Risk, IFSB,
Base II Islamic
Financial
Institution
comparisson mengungkapkan
bahwa CAR yang bekerja
keluar di bawah Formula
IFSB Stansard relatif lebih
tinggi dari CAR di bawah
basel-II masing-masing bank.
8. Tri Budi Utami,
2016
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Murabahah Pada
Bank Syariah Di
Indonesia
Pembiayaan
Murabahah,
Dana Pihak
Ketiga, Non
Performing
Financing,
Pembiayaan
Murabahah
Financing To
Depocit Ratio,
Inflasi, Model
Penyesuaian
Parsial,
Alat analisis
regresi linear
berganda
Hasil uji t: DPK & FDR
memiliki pengaruh positif
dan signifikan, NPF memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan, inflasi
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan. Hasil uji F :DPK,
FDR, inflasi, NPF,
berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan
murabahah
Sumber: kumpulan penelitian terdahulu.
48
Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya
adalah dari sisi variabel , metodologi dan objek penelitiannya. Pada peneliti
Hafidh Wahyu Purnomo pada tahun 2013 meneliti dengan judul penelitian
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan berbasis Margin pada
Bank Umum Syariah di Indonesia. Memiliki persamaan variabel dengan
penelitian ini yaitu variabel Non Performing Fiancing, Capital Adequacy Ratio,
Dana Pihak Ketiga. Namun memiliki perbedaan variabel yaitu Inflastion Gros
Domstic roduct, Margin Based Payment. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa
NPF berpengaruh positif,inflasi dan PDB tidak berpengaruh signifikan, CAR
berpengaruh negatif, modal sendiri tidak berpengaruh positif pada pembiayaan
berbasis margin.
Namun pada peneliti Aristantia Radis Agista pada tahun 2015 meneliti
dengan judul Analisis Pengaruh DPK, CAR,NPF dan ROA terhadap Pembiayaan
di Bank Muamalat Indonesia. Memiliki persamaan variabel dengan penelitian ini
yaitu variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio,NON Performing
Financing. Namun memiliki perbedaan variabel yaitu Return On Asset,
Pembiayaan. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa DPK, CAR, NPF, dan
ROA secara simultan mempengaruhi pembiayaan. Berdasarkan uji t, variabel DK
dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan, sementara variabel CAR
dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan.
Kemudian peneliti Tri Budi Utami pada tahun 2016 meneliti dengan judul
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah
49
Di Indonesia. Memiliki persamaan variabel yaitu Pembiayaan Murabahah, Dana
Pihak Ketiga danNon Performing Financing. Namun memiliki perbedaan variabel
yaitu Financing To Depocit Ratio, Inflasi, Model Penyesuaian Parsial. Penelitian
tersebut berkesimpulan bahwa hasil uji t: DPK & FDR memiliki pengaruh positif
dan signifikan, NPF memiliki pengaruh negatif dan signifikan, inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan.Hasiluji F :DPK, FDR, inflasi, NPF,
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini tidak memiliki
kesamaan mwskipun ada beberapa variabel yang sama tetapi penelitian yang
diteliti jelas berbeda.
50
C. Kerangka Berpikir
Variabel Dependen
Pembiayaan Murabahah (Y)
Model Regresi
Regresi Data Panel
Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah
Uji Chow
Uji Asumsi Klasik
Normalitas, Multikoliniearitas, Heterokedastisitas, Autokorelasi
Model Yang Terpilih
Common Effect/Fixed Effect/Random Effect
Koefisien Determinasi
(Adjusted R2)
Interpretasi
Variabel Independen
DPK (X1), CAR (X2), NPF (X3),
Modal Sendiri (X4), Marjin (X5)
Uji Hausman
Fixed Effect Common Effect Random Effect Fixed Effect
Kesimpulan dan Saran
Uji Parsial (Uji t) Uji Simultan (Uji F)
51
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih
perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat diuji.
Pembiayaan Murabahah dapat dilihat dari faktor-faktor yang yang
mempengaruhinya yaitu sebagai berikut :
1. Dana Pihak Ketiga diduga berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: = 0, artinya DPK tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: 0, artinya DPK berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah.
2. Capital Adequacy Ratio diduga berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: = 0, artinya CAR tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: 0, artinya CAR berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah.
3. Non Performing Financing diduga berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: = 0, artinya NPF tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
52
: 0, artinya NPF berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah.
4. Modal Sendiri diduga berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah.
: = 0, artinya Modal Sendiri tidak berpengaruh secara parsial
terhadap Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: 0, artinya Modal Sendiri berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
5. Marjin Keuntungan diduga berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: = 0, artinya Marjin Keuntungan tidak berpengaruh secara parsial
terhadap Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
: 0, artinya Marjin Keuntungan berpengaruh secara parsial
terhadap Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah.
6. Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Performing
Financing (NPF), Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan diduga
berpengaruh secara simultan terhadap Pembiayaan Murabahah di Bank
Umum Syariah.
: = 0, artinya Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Performing Financing (NPF), Modal Sendiri dan Marjin
53
Keuntungan tidak berpengaruh secara simultan terhadap Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah.
: 0, artinya Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Performing Financing (NPF), Modal Sendiri dan Marjin
Keuntungan berpengaruh secara simultan terhadap Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Modal Sendiri dan
Marjin Keuntungan terhadap Pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah
di Indonesia. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus pada Bank Umum Syariah
sebab dilihat dari aset pertumbuhan dan kontribusi terhadap perekonomian
nasional yang memiliki pengaruh yang kuat serta memiliki banyak nasabah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yakni
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2012).
Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari
objeknya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalambentuk yang sudah jadi,
sudah dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk
publikasi. (Muhammad, 2008).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Dalam
penelitian ini, data diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank yang terdaftar di
55
Bank Umum Syariah yaitu terdiri dari BCA Syariah, Bank Jawa Barat Syariah,
BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bukopin Syariah, Bank
Muamalat Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah pada website
bank masing-masing.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data panel yang
terdiri atas data seksi silang (beberapa variabel) dan data runtut waktu
(berdasarkan waktu). Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen dan 1
variabel dependen dengan runtut waktu selama 5 tahun dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.
B. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2012).
Populasi pada penelitian ini yaitu BCA Syariah, Bank Jawa Barat Syariah,
BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bukopin Syariah, MayBank
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin Syariah,
Bank Victoria Syariah, BTPN Syariah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
56
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. (Sugiyono, 2012).
Teknik yang digunakan dalam non probability sampling adalah purposive
sampling yang pengambilan sampelnya ditentukan oleh penyusun berdasarkan
pertimbangan atau kebijakannya. Dalam penelitian ini pertimbangan yang
diambil yaitu sampel penelitian ini merupakan laporan keuangan tahunan yang
memiliki kelengkapan yang dikehendaki peneliti. Adapun pertimbangan yang
dimaksud sebagai berikut:
a. Bank Umum Syariah yang sudah mempublikasi rasio keuangannya.
b. Bank Umum Syariah yang laporan keuangannya sudah teraudit BI.
c. Bank Umum Syariah yang sudah memiliki kantor kas serta outlet yang
sudah tersebar di Indonesia.
d. Bank Umum Syariah yang telah berdiri selama kurang lebih 5 tahun.
e. Bank Umum Syariah yang sudah memenuhi ketentuan dari variabel terkait.
Berdasarkan kriteria sampel maka diperoleh 9 (Sembilan) bank sebagai
sampel penelitian :
Tabel 3. 1
Populasi dan Sampel Penlitian
No. Keterangan Jumlah Sampel
Penelitian
1. Populasi Bank Umum Syariah Periode
2011-2015
12
2. Bank Umum Syariah yang sudah
mempublikasi laporan keuangannya
dan terpublikasi oleh Bank Indonesia
12
57
3. Bank Umum Syariah yang sudah
memiliki kantor kas serta outlet yang
sudah tersebar di Indonesia.
12
4. Jumlah sampel Bank Umum Syariah
yang telah berdiri selama kurang lebih
5 tahun
11
5. Bank Umum Syariah yang sudah
memenuhi ketentuan dari variabel
terkait.
9
Jumlah Sampel Penelitian 9 yaitu,
BCA Syariah,
BJB Syariah,
BNI Syariah,
BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri,
Bukopin Syariah,
Bank Muamalat Indonesia,
Bank Panin Syariah,
Bank Victoria Syariah.
Sumber : hasil olah data
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang
menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Dokumenter
Teknik dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data
tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
fenomena yang aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. Teknik
dokumentasi berproses dan berawal dari menghimpun dokumen, memilih-
memilih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, mencatat dan menerangkan,
menafsirkan dan menghubungkan dengan fenomena lain.
58
2. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah menelaah maupun mengutip langsung dari sumber
tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dapat digunakan
sebagai landasan teorinya. Atau dengan menggunakan fasilitas atau sarana
perpustakaan untuk melengkapi data yang sudah ada. (Muhammad, 2008).
D. Teknik Analisis Data
1. Estimasi Data Panel
Di dalam dataran aplikasi praktis terdapat banyak data (ekonometri) yang
merupakan kombinasi dari data bertipe cross-section dan time series, yakni
sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam
suatu jangka waktu tertentu. Data demikian disebut sebagai data panel dan
terdapat tiga model panel yang sering digunakan yaitu Common Effect Model,
Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. (Rosadi, 2012: 271)
Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan Eviews 9.0 untuk
menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
dan menggunakan pula Microsoft Excel 2007 untuk mempermudah
pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain.
a. Common Effect Model
Metode ini dilakukan dengan menggabungkan atau mengkombinasikan
data timeseries dan crosssection dengan metode OLS. Metode ini tidak
memperhatikan adanya perbedaan individu maupun waktu, dimana intersep
dan slope dianggap sama untuk setiap individu. Metode common effect
merupakan teknik yang paling sederhana mengasumsikan bahwa data
59
gabungan yang ada, menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Hasil
analisis regresi dianggap berlaku pada semua obyek pada semua waktu.
(Winarno, 2015 : 9.14).
b. Fixed Effect Model
Model yang dapat menunjukan perbedaan konstanta antar objek,
meskipun dengan koefisien regresor yang sama, model ini dikenal dengan
model regresi fixed effect (efek tetap). Efek tetap disini maksudnya adalah
bahwa satu objek, memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk berbagai
periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap besarnya
dari waktu ke waktu (time invariant). Untuk membedakan satu objek
dengan objek lainnya, digunakan variabel semu (dummy). Oleh karena itu,
model ini sering disebut dengan Least Squares Dummy Variabels (LSDV).
(Winarno, 2015 : 9.15)
c. Random Effect Model
Random Effect digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek
tetap yang menggunakan variabel semu, model mengalami ketidakpastian.
Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek random menggunakan
residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan antar objek.
(Winarno, 2015:9.17).
Pada Random Effect Model perbedaan karakteristik individu dan waktu
diakomodasikan pada error dari model. Mengingat ada dua komponen
yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error, yaitu individu dan
waktu, maka random error pada Random Effect Model juga perlu diurai
60
menjadi error untuk komponen waktu dan error gabungan. (Nachrowi dan
Usman dalam Iqbal, 2015).
2. Tahap Analisis Data
Dalam penelitian, harus dilakukan pemilihan antara tiga model yang ada
yaitu common effect model, fixed effect model, dan random effect model.
Pemilihan model dapat dilakukan dengan uji chow dan uji hausman.
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih salah satu model pada regresi data
panel, yaitu antara Fixed Effect Model dengan Common Effect Model.
Hipotesis nol pada uji ini adalah bahwa intersep sama,atau dengan katalain
model yang tepat untuk regresi data panel adalah Common Effect Model,
dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak sama atau model yang
tepat untuk regresi data panel atau Fixed Effect Model. Dalam
melaksanakan Uji Chow menggunakan Eviews dapat menggunakan
likelihood ratio. Untuk menentukan model yang lebih baik antara CE dan
FE dilihat dari nillai probabilitasnya untuk Cross-section F. Jika nilainya >
0,05 maka model yang terpilih adalah CE, tetapi jika nilainya < 0,05 maka
model yang terpilih adalah FE. (Iqbal, 2015).
b. Uji Hausman
Uji Hausman bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random
dalam panel data. Dalam perhitungan statistik uji hausman diperlukan
asumsi bahwa banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan
jumlah variabel independen (termasuk konstanta) dalam model. Lebih
61
lanjut dalam estimasi statistik uji hausman diperlukan estimasi variansi
cross-section yang positif, yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh model.
Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi maka hanya dapat digunakan
model Fixed Effect. (Rosadi, 2012:274)
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual
yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada
masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi
kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-
masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan
normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel
penelitian. Sebenarnya normalitas dapat dilihat dari gambar histogram,
namun seringkali polanya tidak mengikuti kurva normal, sehingga sulit
disimpulkan. Akan lebih mudah bila melihat koefisien Jarque-Bera dan
Probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung.
Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data
terdistribusi normal. Bila probabilitas lebih besar dari 5%, maka data
berdistribusi normal (hipotesis nolnya adalah data berdistribusi normal).
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi
62
normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan
dibandingkan dengan apabila datanya bersfat normal. Rumus yang
digunakan:
(
( )
)
Keterangan :
S = Skewness
K = Kurtosis
k = koefisien
H0 pada data berdistribusi normal, uji Jarque-Bera diditribusi dengan
X2
dengan derajat bebas sebesar 2. Probability menunjukkan kemungkinan
niai jarque-bera melebihi nilai terobservasi dibawah hipotesis nol.
(Winarno,2015:5.43).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang homokedastisitas. (Ghozali, 2011:139).
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
melakukan Uji White dengan menggunakan software Eviews. Uji White
menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen, dan variabel
independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada, ditambah
63
dengan kuadrat variabel independen. Nilai probabilitas lebih kecil dari
5% maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat
heterokedastis. (Winarno, 2015:5.17 & 8.6)
Ada tidaknya masalah heterokedastis melalui Uji White dengan melihat
nilai probabilitasnya. Probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,005
( 5%) sehingga signifikan. Artinya menolak hipotesis nol atau
menerima hipotesis alternatif. Jika menolak hipotesis nol tidak ada
heterokedastisitas, berarti model mengandung masalah heterokedastis.
(Widarjono, 2010:91)
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan
linear antar variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas
adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen
(Winarno, 2015: 5.1).
Jika koefisien korelasi cukup tinggi yaitu diatas 0,85 maka kita duga
ada multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi
kurang dari 0,85 maka diduga model tidak mengandung unsur
multikolinearitas. (Widarjono, 2010:77).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu
observasi dengan residual observasi lainya. Autokolerasi lebih mudah
timbul pada data yang bersifat runtun waktu (time series), karena
64
berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada
masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan
autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek (cross section)
(Winarno,2015:5.29).
Pada uji autokorelasi metode yang digunakan yaitu Bruesch-Godfrey
atau Uji Langrange-Multiplier. Nilai Prob. F dapat juga disebut sebagai
nilai probabilitas F hitung. Nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat
alpha 0,05 (5%) sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang
artinya tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. F hitung
lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi. (Iqbal,
2015).
4. Model Regresi
Dibawah ini merupakan persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian ini menurut Winarno (2015: 9.10). Adapun bentuk persamaanya
adalah :
Dengan keterangan sebagai berikut :
Y : Pembiayaan Murabahah, Variabel Terikat (Y)
β0 : Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi
X1 : Dana Pihak Ketiga, variabel bebas pertama (X1)
X2 : Capital Adequacy Ratio, variabel bebas kedua (X2)
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e
65
X3 : Non Performing Financing, variabel bebas ketiga (X3)
X4 : Modal Sendiri, variabel bebas ketiga (X4)
X5 : Marjin Keuntungan, variabel bebas ketiga (X5)
e : error
5. Uji Statistik
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai
probabilitas F lebih besar dari 0,05, maka model regresi tidak dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen, dengan kata lain variabel
independen secara bersma-sama tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen, dan sebaliknya (Ghozali, 2011: 178).
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel indipenden secara
individu mempengaruhi variabel dependen. Ada dua hipotesis yang
diajukan oleh setoap peneliti yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (Ha). hipotesis nol merupakan angka numerik dari nilai parameter
populasi. Hipotesis nol ini dianggap benar sampai kemudian bias
dibuktikan salah berdasarkan data sampel yang ada. Sementara itu hipotesis
66
alternatif merupakan lawan dari hipotesis nol. Hipotesis ini harus benar
ketika hipotesis nol terbukti salah. (Widarjono, 2010 : 25)
Membandingkan nilai t hitung dengan t kritis, jika nilai t hitung > nilai t
kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha. Jika nilai t hitung < niai t kritis
maka H0 gagal ditolak. Jika menolak hipotesis nol atau menerima hipotesis
aternatif berarti secara statistik variabel independen signifikan
mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya jika gagal menolak H0
berarti secara statistik variabel independen tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen. (Widarjono, 2016:43).
c. Koefisien Determinasi (R2
)
Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai Adj R2 adalah diantara 0 dan 1. Jika nilai Adj R
2 berkisar hampir satu,
berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati
angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011: 177).
Koefisien determinasi (R2) digdunakan untuk mengukur seberapa baik
garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien
determinasi ini mengukur prosentase total variasi variabel dependen (Y)
yang dijelaskan oeh variabel independen didaam garis regresi.
(Widarjonno, 2010: 19).
67
Semakin angkanya mendekati 1 maka semakin baik garis regresi karena
mampu menjelaskan data aktualnya. Semakin mendekati angka nol maka
mempunyai regresi yang kurang baik. (Widarjono, 2016: 26).
6. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orangtua kegiatan yang mempunyai varian tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Pada umumnya dibedakan
menjadi 2 jenis yakni variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen). (Sugiyono, 2006:112).
Berdasarkan pendahuluan yang telah dipaparkan, variabel dependen
dan dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Murabahah
(Y). Murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. (Karim, 2004:113). Pembiayaan Murabahah dilihat dari total
pembiayaan murabahah atau piutang murabahah pada setiap bank yang
menjadi sampel penelitian ini.
b. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang memepengaruhi variabel
dependen. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional
variabel yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu:
1) Dana Pihak Ketiga
68
Dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dengan
menggunakan prinsip syariah. (Arifin, 2006:98). Dana Pihak Ketiga
dilihat dari total tabungan, deposito dan giro pada setiap bank yang
menjadi sampel penelitian ini.
2) Non Performing Financing
Non Performing Financing adalah suatu keadaan dimana nasabah
sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajiban
kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. (Kuncoro dan
Suharjo, 2002:155). Non Performing Financing dilihat dari persentase
NPF pada setiap bank yang menjadi sampel penelitian ini.
3) Capital Adequacy Ratio
Capital Adequecy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang)
dan lain-lain. (Dendawijaya, 2009:121). Capital Adequecy Ratio dilihat
dari persentase CAR pada setiap bank yang menjadi sampel penelitian
ini.
69
4) Marjin Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dari hasil alokasi pembiayaan dalam
bentuk jual-beli murabahah dengan kesepakatan antara penjual dan
pembeli. (Muhammad, 2004:94). Marjin Keuntungan dilihat dari total
keuntungan murabahah atau pendapatan margin murabahah pada
setiap bank yang menjadi sampel penelitian ini.
5) Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan sumber perolehan modal bank yang dapat
diperoleh dari para pendiri dan pemegang saham. (Arifin, 2005:135).
Modal Sendiri dilihat dari total ekuitas pada setiap bank yang menjadi
sampel penelitian ini.
Tabel 3. 2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Skala
Pembiayaan
Murabahah (Y).
Murabahah adalah akad jual-
beli barang dengan menyata-
kan harga perolehan dan
keuntungan (marjin) yang
disepakati oleh penjual dan
pembeli.
Rasio
Dana Pihak
Ketiga (X1)
Dana yang dipercayakan
masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam
bentuk giro, depositi, tabungan
dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu
dengan menggunakan prinsip
syariah.
Rasio
Non Performing suatu keadaan dimana nasabah
sudah tidak sanggup lagi
Rasio
70
Financing (X2) membayar sebagian atau
seluruh kewajiban kepada bank
seperti yang telah
diperjanjikannya.
Capital
Adequacy Ratio
(X3)
Rasio yang berkaitan dengan
faktor permodalan bank untuk
mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang
mengandunng risiko.
Rasio
Marjin
Keuntungan
(X4)
Keuntungan yang diperoleh dari
hasil alokasi pembiayaan dalam
bentuk jual-beli murabahah
dengan kesepakatan antara
penjual dan pembeli.
Rasio
Modal Sendiri
(X5)
Modal sendiri merupakan
sumber perolehan modal bank
yang dapat diperoleh dari para
pendiri dan pemegang saham
Rasio
71
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah
akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12
Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H, M.Si,
PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama
Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA
Syariah.
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat
Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris
Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan
kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank
BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-
01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010.
Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke
BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki
oleh PT Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA
Finance. Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
72
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DG/2010 tanggal 2 Maret
2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA
Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah. (website BCA
Syariah).
2. Sejarah Singkat BJB Syariah
Pendirian Bank BJB Syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk
menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu. Setelah 10 (sepuluh)
tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah, manajemen PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa
untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program
Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan share perbankan syariah,
maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk
menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada tanggal 15
Januari 2010 didirikan Bank BJB Syariah berdasarkan Akta Pendirian
Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah mendapat
pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010. Pada saat
pendirian Bank BJB Syariah memiliki modal disetor sebesar
Rp.500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah), kepemilikan saham Bank
73
BJB Syariah dimiliki oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk. dan PT Global Banten Development, dengan komposisi PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar
Rp.495.000.000.000 (empat ratus sembilan puluh lima milyar rupiah) dan
PT Banten Global Development sebesar Rp.5.000.000.000 (lima milyar
rupiah). Pada tanggal 6 Mei 2010 Bank BJB Syariah memulai usahanya,
setelah diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor
12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu
dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal
bakal Bank BJB Syariah . Kemudian, pada tanggal 21 juni 2011,
berdasarkan akta No 10 tentang penambahan modal disetor yang dibuat
oleh Notaris Popy Kuntari Sutresna dan telah mendapat pengesahan dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH.01.10-
23713 Tahun 2011 tanggal 25 Juli 2011, PT Banten Global Development
menambahkan modal disetor sebesar Rp. 7.000.000.000 (tujuh milyar
rupiah), sehingga saham total seluruhnya menjadi Rp. 507.000.000.000
(lima ratus tujuh milyar rupiah), dengan komposisi PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar Rp.495.000.000.000 (empat
ratus Sembilan puluh lima milyar rupiah) dan PT Banten Global
Development sebesar Rp.12.000.000.000 (dua belas milyar rupiah). Pada
tanggal 31 Juli 2012, berdasarkan akta nomor 27 perihal Pelaksanaan
Putusan RUPS Lainnya Tahun 2012, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten, Tbk dan PT Banten Global Development menambahkan
model disetor sehingga total modal PT Bank Jabar Banten Syariah menjadi
74
sebesar Rp 609.000.000.000,- (enam ratus sembilan milyar rupiah),
dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,
Tbk sebesar Rp 595.000.000.000,- (lima ratus sembilan puluh lima milyar
rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp 14.000.000.000,-
(empat belas milyar rupiah). Akta Pendirian PT. Bank Jabar Banten
Syariah terakhir diubah dengan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Lainnya nomor 03 tanggal 19 Februari 2014 yang dibuat dihadapan
Notaris Maryanti Tirtowijoyo, S.H., M.kn, dan disahkan dengan
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH-
04317.AH.01.10-10438.
Hingga saat ini Bank BJB Syariah berkedudukan dan berkantor pusat
di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8 (delapan)
kantor cabang, 44 (empat puluh empat) kantor cabang pembantu, 54
(empat puluh enam) jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang
tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan
49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun 2013 diharapkan Bank BJB
semakin memperluas jangkauan pelayanannya yang tersebar di daerah
Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. (website BJB Syariah).
3. Sejarah Singkat BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
75
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya
UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor
Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di
Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih
kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam
pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan
kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang saat ini diketuai oleh KH. Ma’ruf Amin, semua produk BNI
Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan
syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan
dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal
19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum
Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari
faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan
perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan
produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah
cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang
76
Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment
Point. BNI Syariah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(website BNI Syariah).
4. Sejarah Singkat BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI
Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir
mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan
finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima
(service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan
nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di
tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar
cahaya yang mengikuti logo perusahaan.
Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap
sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu melayani
masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan
merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah
dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Aktivitas PT.
Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008
77
ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah
(proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur
Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje
Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah. Saat ini PT. Bank
BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT.
Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah
pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga.
Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI
Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan
berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya,
saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam
mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan
dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
(website BRI Syariah).
5. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
Hadir dengan cita-cita membangun negeri. Nilai-nilai perusahaan yang
menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada
segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
78
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha.
Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi
oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah
akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi merekapitalisasi
sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank
Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai
(YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena
dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan
melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang
investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero)
pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai
pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari
keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk
Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim
79
Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU
tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh
karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan
sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari
bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip
syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum
dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil
dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha
dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya.
Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi
salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
Perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia
menuju Indonesia yang lebih baik. (website Bank Syariah Mandiri).
6. Sejarah Singkat Bukopin Syariah
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai
bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya
80
konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk., diakuisisinya PT Bank Persyarikatan
Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk.,
proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga
2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama
PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan
Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 Merupakan
bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor
1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin
Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi
Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang
memperoleh kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI)
nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin
Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank. Pada tahun 2001
sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan
sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi
PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI)
nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke
dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.
Perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada
tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober
2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
81
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara
resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan
operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla,
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009.
Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan
kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor
Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1
(satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan
Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan
Prima dan ATM Bank Bukopin. (website Bank Bukopin Syariah).
7. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada
27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp
84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di
Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat
yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober
1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil
menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin
memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
82
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter
yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis.
Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari
60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai
titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor
awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu
pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara
tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat.
Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan
kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru
Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni. Saat ini Bank Mumalat memberikan
layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di
33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui
lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM,
serta 95.000 merchant debet.
83
BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah
membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk
meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan
dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga
layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu
Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip
pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya
diseluruh merchant berlogo visa.
Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen
untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap
syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga
pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media
massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui
lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun
Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank
in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai
Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance
(New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia
2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong). Bank Muamalat terdaftar
dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. (website Bank Muamalat).
8. Sejarah Singkat Panin Syariah
Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) didirikan di Malang tanggal 08
Januari 1972 dengan nama PT Bank Pasar Bersaudara Djaja. Kantor pusat
PNBS beralamat di Gedung Panin Life Center Lt.3 Jl. Letjend S. Parman
Kav.91 Jakarta Barat 11420 – Indonesia dan memiliki 12 kantor cabang.
84
PNBS beberapa kali melakukan perubahan nama, antara lain: PT Bank
Pasar Bersaudara Djaja, per 08 Januari 1972. PT Bank Bersaudara Jaya,
per 08 Januari 1990. PT Bank Harfa, per 27 Maret 1997. PT Bank Panin
Syariah, per 03 Agustus 2009. PNBS memperoleh izin operasi syariah dari
Bank Indonesia tanggal 6 Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi
sebagai bank syariah pada tanggal 02 Desember 2009. Induk usaha PNBS
adalah Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) (PNBN), sedangkan induk
usaha terakhir adalah PT Panin Investment. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Bank Panin Syariah Tbk, antara lain: Bank
Panin (induk usaha) (51,86%) dan Dubai Islamic Bank PJSC-2048594000
(39,50%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
PNBS adalah menjalankan kegiatan jasa umum perbankan dengan Prinsip
Syariah (Bank Umum Syariah). Pada tanggal 30 Desember 2013, PNBS
memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PNBS (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 4.750.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per
saham dengan harga penawaran Rp100,- per saham disertai dengan Waran
Seri I yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif sebanyak
950.000.000 dengan pelaksanaan sebesar Rp110,- per saham. Setiap
pemegang saham Waran berhak membeli satu saham perusahaan selama
masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 15 Juli 2014 sampai dengan 14
Januari 2017. Saham dan waran tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Januari 2014. (website Bank Panin
Syariah).
85
9. Sejarah Singkat Victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah (d/h. PT. Bank Swaguna) didirikan di kota
Cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967.
Akuisisi saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 % oleh PT. Bank
Victoria International Tbk telah disetujui oleh Bank Indonesia pada
tanggal 3 Agustus 2007. September 2007 Bank telah meningkatkan modal
disetor menjadi Rp 90 miliar dan pada Maret 2008 modal disetor Bank
meningkat menjadi Rp 110 miliar. 19 Agustus 2009 Kantor Pusat pindah
dari Jl. Fatmawati No.85-A Jakarta Selatan ke Permata Senayan Blok E
52-55 Jl. Tentara Pelajar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12210.
PT. Bank Victoria Syariah telah mendapatkan Izin Operasional sebagai
Bank Syariah bedasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No.
12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. 1 April 2010
beroperasi secara penuh dengan sistem syariah. Kantor Pusat Bank
beralamat di Komplek Perkantoran Permata Senayan Blok E 52-55 Jl.
Tentara Pelajar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12210. Telp 021-
57940940 (hunting) Fax : 021-57940941. Saat ini Bank memiliki satu (1)
Kantor Pusat, tujuh (8) kantor cabang, enam (6) kantor cabang Pembantu,
yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, Serang, Bandung,
Cirebon, Tegal, Solo dan Denpasar. (website Victoria Syariah).
B. Analisis Deskriptif
Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft
Excel 2007 dan software Eviews 9.0. Analisis deskriptif memberikan
86
gambaran atau deskripsi niai mean, nilai median, nilai minimum dan nilai
maximum dari variabel yang diamati oleh peneliti.
Tabel 4. 1
Analisis Deskriptif
P__
MURABAHAH DPK CAR NPF
MODAL_
SENDIRI MARJIN
Mean 3.31E+12 15512422 19.93244 2.628889 1062883. 3.71E+11
Maximum 3.48E+13 63306505 61.98000 9.800000 4279102. 3.84E+12
Minimum 232.0000 864.1000 11.03000 0.100000 3013.000 2996.000
Observation 45 45 45 45 45 45
Sumber: hasil olah data
1. Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah pada 9 bank yang diteliti yaitu
sebesar 3.31E+12 atau sekitar 3,3 triliun rupiah. Jumlah pembiayaan
tertinggi sebesar 3.48E+13 atau sekitar 3,4 triliun rupiah terdapat pada
Bank Syariah Mandiri tahun 2014, sedangkan jumlah pembiayaan
terendah sebesar 232.0000 atau 232 juta rupiah terdapat pada bank BCA
Syariah tahun 2011.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Berdasarkan tabel 4.1 menerangkan bahwa jumah dana pihak ketiga
yang dihimpun oleh Bank Umum syariah pada 9 bank yang diteliti. Jumlah
rata-rata simpanan dana pihak ketiga yang dihimpun sebesar 15512422
atau sekitar 15,5 triliun rupiah. Jumlah dana pihak ketiga tertinggi sebesar
63306505 atau 63,3 triliun terdapat pada bank BJB tahun 2015, sedangkan
87
jumlah dana pihak ketiga terendah sebesar 864.1000 atau 864,1 juta rupiah
terdapat pada bank BCA Syariah tahun 2011.
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata CAR pada
Bank Umum Syariah pada 9 bank yang diteliti yaitu sebesar 19.93244 atau
sekitar 19,93%. Jumlah CAR tertinggi sebesar 61.98000 atau sekitar
61,98 % pada bank Panin Syariah tahun 2011, sedangkan jumlah CAR
terendah sebesar 11.03000 atau 11,03% terdapat pada bank Muamalat
tahun 2012.
4. Non Performing Financing (NPF)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata NPF pada Bank
Umum Syariah pada 9 bank yang diteliti yaitu sebesar 2.628889 atau
sekitar 2,62%. Jumlah NPF tertinggi sebesar 9.800000 atau 9,8% terdapat
pada bank Victoria Syariah pada tahun 2015, sedangkan jumlah NPF
terendah sebesar 0.100000 atau 0,1% terdapat pada bank BCA Syariah
tahun 2012.
5. Modal Sendiri
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata modal sendiri pada
9 bank yang diteliti yaitu sebesar 1062883 atau sekitar 1,06 triliun rupiah.
Jumlah modal sendiri yang terhimpun tertinggi sebesar 4279102 atau 4,2
triliun rupiah terdapat pada bank Muamalat tahun 2013, sedangkan modal
sendiri terendah sebesar 3013.000 atau 3,0 miliar rupiahterdapat pada
Bank Syariah Mandiri tahun 2015.
88
6. Marjin Keuntungan
Marjin keuntungan yang didapat dari pembiayaan murabahah yang
dihimpun Bank Umum Syariah berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa
rata-rata marjin keuntungan pada 9 bank yang diteliti yaitu sebesar
3.71E+11 atau sekitar 37 triliun rupiah. Jumlah marjin keuntungan yang
didapat tertinggi sebesar 3.84E+12 atau 384 triliun rupiah terdapat pada
Bank Syariah Mandiri tahun 2014, sedangkan marjin keuntungan terendah
sebesar 2996.000 atau 2,9 miliar rupiah terdapat pada bank BNI Syariah
tahun 2012.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Estimasi Model Data Panel
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih salah satu model pada regresi
data panel, yaitu antara Fixed Effect Model dengan Common Effect
Model
Tabel 4. 2
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 6.305014 (8,31) 0.0001
Cross-section Chi-square 43.464631 8 0.0000
Sumber: hasil olah data
89
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat disimpulakn bahwa nilai
probabilitas cross section F adalah 0,00001 atau < 0,05 maka model
yang terpilih adalah Fixed Effect, yang berarti penelitian ini harus
dilakukan uji selanjutnya untuk menentukan Fixed Effect Model atau
Random Effect Model yang terpilih menggunakan uji Hausman.
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan Fixed Effect Model
atau Random Effect Model yang terpilih setelah dilakukan uji chow
sebelumnya.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 7.648124 5 0.1767
Sumber: hasil olah data
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat disimpulakn bahwa nilai
probabilitas cross section random adalah 0,1767 atau > 0,05, maka
model yang terpilih Random Effect Model bukan Fixed Effect Model,
yang berarti penelitian ini menggunakan model Random Effect.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak.
90
Tabel 4. 4
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 45
Mean -5.23e-16
Median 0.738008
Maximum 7.044206
Minimum -7.289573
Std. Dev. 3.325649
Skewness -0.178429
Kurtosis 2.653211
Jarque-Bera 0.464270
Probability 0.792839
Sumber: hasil olah data
Berdasarkan Gambar 4.7 menunjukan bahwa setelah dilakukan uji
Normalitas data dengan menggunakan fasilitas eviews 9 maka semua
variabel pada pengujian model ini menunjukan bahwa penelitian diatas
terdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas
dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera pada
penelitian ini sebesar 0,464270 dengan probability 0,792839. Di mana
probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Oleh karena itu menunjukan
bahwa penelitian tersebut berdistribusi normal, sehingga dapat
dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat terpenuhi.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
91
Tabel 4. 5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: hasil olah data
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.994348 Prob. F(20,24) 0.0539
Obs*R-squared 28.09514 Prob. Chi-Square (20) 0.1072
Scaled explained SS 21.88577 Prob. Chi-Square (20) 0.3467
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari
Chi- Square sebesar 0,1072 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0,05,
karena nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari α = 5% maka
dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak ada masalah
heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan hubungan linear antar variabel independen
dalam model regresi.
Tabel 4. 6
Hasil Uji Multikolinearitas
DPK CAR NPF
MODAL_
SENDIRI MARJIN
DPK 1.000000 -0.313136 0.337162 -0.173174 0.658703
CAR -0.313136 1.000000 -0.368734 -0.281607 -0.205936
NPF 0.337162 -0.368734 1.000000 -0.288920 0.346305
MODAL_
SENDIRI -0.173174 -0.281607 -0.288920 1.000000 -0.354653
MARJIN 0.658703 -0.205936 0.346305 -0.354653 1.000000
Sumber: hasil olah data
92
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa semua variabel
berada dibawah 0,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak
terdapat masalah multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat hubungan antara residual
satu observasi dengan residual observasi lainya.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: hasil olah data
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.786052 Prob. F(2,36) 0.0750
Obs*R-squared 5.897525 Prob. Chi-Square(2) 0.0524
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa nilai probabilitas F
sebesar 0,0750, dimana hal tersebut lebih besar dari nilai α sebesar
0,05 berarti probabilitas tersebut memberikan putusan bahwa model ini
terbebas dari autokorelasi.
3. Analisis Regresi Data Panel
Tabel 4. 8
Hasil Uji Regresi Data Panel
Dependent Variabel: P__MURABAHAH
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/23/16 Time: 20:02
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
93
Swamy and Arora estimator of component variances
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 0.340056 0.272587 1.247516 0.2196
CAR 1.475122 1.476285 0.999212 0.3239
NPF 0.785551 0.514201 1.527713 0.1347
MODAL_SENDIRI 1.367808 0.547942 2.496265 0.0169
MARJIN 1.299421 0.201408 6.451702 0.0000
C -31.40159 12.26917 -2.559390 0.0145
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 2.021574 0.4472
Idiosyncratic random 2.247507 0.5528
Weighted Statistics
R-squared 0.579288 Mean dependent var 6.219332
Adjusted R-squared 0.525351 S.D. dependent var 4.035518
S.E. of regression 2.780261 Sum squared resid 301.4643
F-statistic 10.74001 Durbin-Watson stat 1.787152
Prob(F-statistic) 0.000002
Unweighted Statistics
R-squared 0.767028 Mean dependent var 13.96966
Sum squared resid 486.6374 Durbin-Watson stat 1.107113
Sumber: hasil olah data
94
Persamaan regresi data panel yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β4 X4 + β5 X5 + e
Pembiayaan_Murabahah = -31,40159 + 1,367808 X4 + 1,29941 X5 + e
Keterangan :
Y = Pembiayaan Murabahah
X4 = Modal_Sendiri (Modal Sendiri periode 2011-2015)
X5 = Marjin (Marjin Keuntungan periode 2011-2015)
e = error
Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukan bahwa variabel Modal Sendiri dan
Marjin berpengaruh terhadap variabel Pembiayaan Murabahah, hal ini
berdasarkan pada nilai probabilitas variabel Modal Sendiri sebesar 0,0169 dan
variabel Marjin sebesar 0,0000, dimana nilai tersebut < 0,05.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil perhitungan dari uji F menunjukan
bahwa nilai F-statistic sebesar 10,74001 dengan tingkat signifikansi
0,000002. Karena tingkat signifikansi kurang dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non
Performing Financing, Modal Sendiri, Marjin secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank
Umum Syariah (BUS).
b. Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji t, dapat diketahui bahwa variabel
DPK, NPF dan CAR tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah, sedangkan Modal Sendiri dan Marjin berpengaruh
95
terhadap Pembiayaan Murabahah. Maka penulis menjelaskan hasil
perhitungan uji t pada masing-masing variabel pada hipotesis dibawah
ini :
1) Dana Pihak Ketiga
H0 : DPK tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
H1 : DPK berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa nilai probabilitas 0,2196 yang
berarti lebih besar dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel
DPK tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
2) Capital Adequacy Ratio
H0 : CAR tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
H1 : CAR berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa nilai probabilitas 0,3239 yang
berarti lebih besar dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel
CAR tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
3) Non Performing Financing
H0 : NPF tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
H1 : NPF berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa nilai probabilitas 0,1347 yang
berarti lebih besar dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel NPF
tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
4) Modal Sendiri
96
H0 : Modal Sendiri tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah
H1 : Modal Sendiri berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai probabilitas 0,0169 yang
berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel
Modal Sendiri berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
Nilai koefisien dari variable Modal Sendiri, memiliki tanda positif,
hal ini dapat disimpulkan bahwa, jika variable Modal Sendiri
mengalami kenaikan sebesar satu poin maka menyebabkan
peningkatan pada nilai Modal Sendiri sebesar 1,367808 dengan
asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan.
5) Marjin Keuntungan
H0 : Marjin Keuntungan tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah
H1 : Marjin Keuntungan berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah
Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai probabilitas 0,0000
yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa variabel
Marjin berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
Nilai koefisien dari variable Marjin Keuntungan, memiliki
tanda positif, hal ini dapat disimpulkan bahwa, jika variable Marjin
Keuntungan mengalami kenaikan sebesar satu poin maka
97
menyebabkan peningkatan pada nilai Marjin Keuntungan sebesar
1,299421 dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan.
c. Koefisien Determinasi(Adj R2)
Koefisien determinasi (Adj R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
Tabel 4. 9
Koefisien Determinasi
R-squared 0.579288 Mean dependent var 6.219332
Adjusted R-squared 0.525351 S.D. dependent var 4.035518
S.E. of regression 2.780261 Sum squared resid 301.4643
F-statistic 10.74001 Durbin-Watson stat 1.787152
Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber: hasil olah data
Dari table 4.12 dapat dilihat nilai Adjusted R-Square yang
terbentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0,525351 yang
menunjukan bahwa kemampuan variabel independen (Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Modal Sendiri, Marjin) dalam menjelaskan variabel
dependen (Pembiayaan Murabahah) adalah sebesar 52,5%, sisanya
sebesar 47,5 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini misalnya Return On Asset (ROA), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
98
D. Interpretasi Data
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panel pada uji
hipotesis dan signifikansi variabel Dana Pihak Ketiga, keputusan yang
diambil adalah terima H0 yaitu Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah periode
2011-2015.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Latifatul (2012) dan Khodijah (2008) yang menyebutkan bahwa Dana
Pihak Ketiga tidak berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan
Murabahah dimana dibuktikan dengan hasil uji regresi pada penelitian
tersebut.
Terdapat kemungkinan DPK yang disalurkan oleh bank syariah untuk
pembiayaan murabahah hanya sedikit atau kecil dan sebagian besar
disalurkan untuk pembiayaan selain pembiayaan murabahah. Seperti
halnya pembiayaan mudharabah, ijarah atau musyarakah. Sumber dana
yang digunakan untuk pembiayaan murabahah kemungkinan besar berasal
dari modal sendiri yang berasal dari pemegang saham karena pembiayaan
murabahah termasuk pembiayaan yang berisiko kecil.
2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panel pada uji
hipotesis dan signifikansi variabel CAR, keputusan yang diambil adalah
terima H0 yaitu CAR tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum Syariah periode 2011-2015.
99
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agista
(2015) dan Lifstin (2012) yang menyebutkan bahwa CAR tidak
berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan Murabahah dimana
dibuktikan dengan hasil uji regresi pada penelitian tersebut.
CAR tidak dapat digunakan untuk memprediksi pembiayaan
murabahah karena tidak ada pengaruh dengan variabel pembiayaan.
Meskipun hasilnya tidak berpengaruh, bukan berarti bank dapat
mengabaikan CAR di dalam menyalurkan pembiayaan murabahah karena
kecukupan modal bank juga sering terganggu karena penyaluran
pembiayaan yang berlebihan. Pada situasi ini wajar jika bank kemudian
bertahan untuk tidak menyalurkan kredit karena kenaikan kredit yang
disalurkan akan menambah aset berisiko sehingga mengharuskan bank
menambah modal untuk memenuhi ketentuan CAR.
3. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panel pada uji
hipotesis dan signifikansi variabel NPF, keputusan yang diambil adalah
terima H0 yaitu NPF tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum Syariah periode 2011-2015.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agista
(2015), Latifatul (2012), Yunta (2008) yang menyebutkan bahwa NPF
tidak berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan Murabahah dimana
dibuktikan dengan hasil uji regresi pada penelitian tersebut.
NPF tidak mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan disebabkan oleh
tingginya permintaan dan pembiayaan serta penanganan pembiayaan
100
bermasalah. NPF merupakan faktor pengendalian biaya dan posisi risiko
pembiayaan. Jika tingkat NPF ditekan semaksimal mungkin, besar
kemungkinan keuntungan BUS bertambah dengan sedikitnya risiko yang
diterima serta secara tidak langsung kepercayaan nasabah bertambah.
Tingkat NPF yang tinggi mengakibatkan bank mengalami kesulitan
menghimpun dana kembali, bank diharapkan menjaga kisaran NPF
minimum 5%, jika di atas 5% maka pihak bank berhati-hati dan
mengurangi pembiayaan yang disalurkan.
4. Pengaruh Modal Sendiri terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panel pada uji
hipotesis dan signifikansi variabel Modal Sendiri, keputusan yang diambil
adalah tolak H0 yaitu Modal Sendiri berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah periode 2011-2015. Nilai koefisien
pada variabel Modal Sendiri sebesar 1.367808. Nilai koefisien dari
variabel Modal Sendiri, memiliki tanda positif, hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa, jika variabel Modal Sendiri mengalami kenaikan
satu poin maka menyebabkan peningkatan pada nilai Pembiayaan
Murabahah sebesar 1.367808 dengan asumsi bahwa variabel lain
dianggap konstan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Latifatul (2012), Yunta (2008), Khodijah (2008) yang menyatakan bahwa
Modal Sendiri berpengaruh positif secara parsial terhadap Pembiayaan
Murabahah dimana dibuktikan dengan hasil uji regresi pada penelitian
tersebut.
101
Besarnya modal sendiri yang dimiliki Bank Umum Syariah
mempengaruhi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jadi semakin besar
modal sendiri yang dimiliki bank syariah, maka akan meningkatkan
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
5. Pengaruh Marjin Keuntungan terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panel pada uji
hipotesis dan signifikansi variabel Marjin Keuntungan, keputusan yang
diambil adalah tolak H0 yaitu Marjin Keuntungan berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah periode 2011-2015.
Nilai koefisien pada variabel Marjin Keuntungan sebesar 1.299421. Nilai
koefisien dari variabel Marjin Keuntungan, memiliki tanda positif, hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa, jika variabel Marjin Keuntungan
mengalami kenaikan satu poin maka menyebabkan peningkatan pada nilai
Pembiayaan Murabahah sebesar 1.299421 dengan asumsi bahwa variabel
lain dianggap konstan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Latifatul (2012), Khodijah (2008) yang menyatakan bahwa Marjin
berpengaruh positif secara parsial terhadap Pembiayaan Murabahah
dimana dibuktikan dengan hasil uji regresi pada penelitian tersebut.
Semakin tinggi marjin yang diperoleh bank syariah maka bank syariah
akan mempertinggi jumlah pembiayaan murabahah, mengingat transaksi
murabahah terbilang dominan dalam pelaksanaan investasi syariah.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran dari hasil penelitian yang telah dijelaskan oleh
penulis, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji simultan, maka Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Financing, Modal Sendiri dan Marjin secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum Syariah (BUS).
2. Berdasarkan uji parsial, Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan variabel yang berpengaruh
yaitu Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan.
3. Berdasarkan uji parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan variabel yang berpengaruh
yaitu Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan.
4. Berdasarkan uji parsial, Non Performing Financing (NPF) tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan variabel yang
berpengaruh yaitu Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan.
5. Berdasarkan uji parsial, Modal Sendiri berpengaruh terhadap Pembiayaan
murabahah. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF).
6. Berdasarkan uji parsial, Marjin Keuntungan berpengaruh secara terhadap
pembiayaan murabahah. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu
103
Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF).
B. Saran
1. Bagi Bank Umum Syariah
a. Bank Umum Syariah harus lebih meningkatkan penyaluran
pembiayaan murabahah secara luas dan merata, sebab pembiayaan
dengan sistem murabahah merupakan pembiayaan yang dominan
dalam pelaksanaan investasi syariah. Masyarakat mempercayakan
Bank Umum Syariah untuk memberikan pembiayaan serta dapat
meningkatkan pendapatan pembiayaan murabahah.
b. Bank Umum Syariah harus semaksimal mungkin menghimpun Dana
Pihak Ketiga dengan cara mengembangkan produk-produk inovatif
yang efektif dan efisien bagi nasabah.
c. Bank Umum Syariah sebaiknya memperhatikan rasio kecukupan
modal agar tidak mengganggu penyaluran pembiayaan murabahah.
d. Bank Umum Syariah diharapkan memiliki tingkat NPF yang rendah
mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan karena sebagai
indikator tingkat kesehatan bank syariah. Salah satunya dengan cara
menerapkan analisis pembiayaan secara ketat atau sesuai dengan
aturan yang berlaku.
e. Bank Umum Syariah harus mempertahankan Modal Sendiri sebab
menjadi ukuran terhadap kebutuhan modal minimum dan memiliki
pengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
f. Bank Syariah harus menetapkan tingkat marjin yang sesuai dan
mengacu pada tingkat marjin yang ditetapkan oleh perbankan syariah.
104
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas objek pengamatan
dengan mengikutsertakan Unit Usaha Syariah (UUS) serta Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) agar pembahasan tentang
pembiayaan murabahah menjadi lebih obyektif dikarenakan terdapat
kemungkinan perbedaan antara Bank Umum Syaria (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
b. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel dan
jumlah periode pada Bank Umum Syariah agar mendapatkan hasil
yang lebih akurat dan bervariasi untuk diteliti.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut variabel yang
tidak berpengaruh DPK, CAR, NPF dan rasio FDR pada penelitian ini
dengan menambah sampel penelitian atau periode penelitian.
105
DAFTAR PUSTAKA
Archer, Simon. “The Influental Factors On Capital Adequacy Ratio on Iranian
Bank”, Henley Business School, ICMA Centre, University of Reading,
Reading, UK, 2010.
Ahmed, Rifaat. “Comparative study of assessment of Capital Adequacy Ratio
(CAR) for Islamic Banks in Pakistan under basel II and IFSB formulae for
Capital Adequacy Ratio“, Islamic Financial Institutions, Manama, State of
Bahrain, 2014
Agista, Aristantia Radis. “Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF dan ROA Terhadap
Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia”, FEB Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2015
Akhyar, Priihatin dan Adnan. “Analisis hubungan simpanan, modal sendiri, NPL,
prosentase bagi hasil dan markup keuntungan terhadap pemibiayaan pada
perbankan syariah studi asus pada Bank Muamalat Indonesia (BMI)”,
Sinergi, edisi khusus on finance, 2005
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani
Press, Jakarta, 2001
______, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani,
Jakarta, 2011
Ambarwati, Septiana. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah dan Mudharabah pada BUS”, UI, Jakarta, 2008
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, cetakan ketiga, Pustaka
Alvabet, Jakarta,2005
_____, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2006
_____, Zainul. “Dasar-dasarManajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2009
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000
________, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001
________, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003
________, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005
________, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009
Departemen Agama RI. “Al Qur’an dan Tafsirnya:Edisi Yang Disempurnakan”,
Departemen Agama RI, Jakarta, 2005
106
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multiariate Dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.
______, Imam. “Aplikasi Analisis Multiariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011
Hafidh, Wahyu Purnomo. “Analisis Faktor-faktor yang Memepengaruhi
Pembiayaan Berbasis Margin Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”,
Universitas Sebelas Maretm Surakarta, 2013
Hasan , M. Ali. “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2009
Himaniar, 2010 Himaniar, Triasdini. “Pengaruh CAR, NPL, dan ROA Terhadap
Penyaluran Kredit Modal”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010
Ihah, Rosyihah Zen. “Pengaruh CAR, NPF, DTAR, dan DPK terhadap
Penyaluran Pembiayaan”, FSH UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012
Ikatan Bankir Indonesia. “Memahami Bisnis Bank Syariah”, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2014
Ismail. “Perbankan Syariah”, Prenada Media Grup, Jakarta, 2011
Karim, Adiwarman. “Bank Islam-Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004
_____, Adiwarman. “Bank Islam-Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006
_____, Adiwarman. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan edisi ketiga”,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Khatimah, Khusnul. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Dana Perbankan Syariah di Indonesia sebelum dan Sesudah Kebijakan
Akselerasi Perbankan Syariah Tahun 2007-2008”, Yogyakarta, 2009
Kuncoro, Mudrajad dan Suharjono. “Manajemen Perbankan,teorri dan aplikasi”,
BPFE, Yogyakarta, 2002
Latifatul, Mufidah. “Analisis Variabel-variabel yang mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah”, FSH UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2012
Lifstin, Wardiantika. “Pengaruh DPK, CAR, NPF dan SWBI Terhadap
Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah”, FE Universitas
Negeri Surabaya, Surabaya, 2012
Maula, Khodijah H. “Pengaruh DPK, Modal Sendiri dan Marjin Keuntungan dan
NPF terhadap Pembiayaan Murabahah”, UIN Sunankalijaga, Yogyakarta,
2008
107
Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Ekonisia, Yogyakarta, 2010
Muhammad, dkk. “Bank Syariah: Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman”, Ekonisia, Yogyakarta, 2004
Muhammad. “Manajemen Bank Syariah”, UPP Sekolah Tinggi Manajemen
YKPN, Yogyakarta, 2002
________. “Manajemen Bank Syariah”, UPP Sekolah Tinggi Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2005
Muhammad. “Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank
Syariah”, UII Press, Yogyakarta, 2008
Muljono, Teguh Pudjo. “Manajemen Perkreditan Rakyat Bagi Bank Komersil.”,
Badan Pendidikan Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, 2001
Muntoha, Ihsan. “Pengaruh GDP, Inflasi dan Kebijakan Jenis Pembiayaan
terhadap rasio NPF”, FE UNDIP, Semarang, 2011
Narchowi, D. N & H. Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta,
2006.
Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan
Eviews”, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2012.
Sagita, Maharani Devi. “Analisis Pengaruh CAR, NPF, dan DPK Terhadap
Penyaluran Pembiayaan (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia Periode
2001- 2009)”. Universitas Diponegoro Semarang, 2010
Saras, Pinaringani. “Analisis Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah dengan
Metode System Dynamics”, UIN Jakarta, Jakarta, 2011
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”,
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2008
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, Alfabeta,
Bandung, 2006
________. “Memahami Penelitian Kualitatif”, Alfabeta, Bandung, 2012
Utami, Tribudi. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah Pad Bank Syariah Di Indonesia”, FEB Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2016
Wahyuni, Sri & Wasilah. “Akuntansi Syariah di Indonesia”, Salemba 4, Jakarta,
2012
Widarjono, Agus. “Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006
108
________, Agus. “Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”,
FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007.
________, Agus. “Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”,
FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2010
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews
Edisi 4”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.
Zulfikri, Sunarto. “Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah”, Zikrul
Hakim, Jakarta, 2007
Internet
Arifin, 2012 dari http://www.slidesha.net/Arifin/bank-syariah-antara-teori-dan-
realita diakses pada 21 September 2016
Daryoko, 2015 dari http://pasca.unisba.ac.id/daryoko/akad-murabahah-dan-
implementasinya-pada-syariah-dihubungkan-dengan-kebolehan-praktek-
murabahah-menurut-para-ulama/ diakses pada 21 September 2016
DidikPurwanto, 2010 dari
http://www.kompasiana.com/didikpurwanto/permasalahan-isu-audit-terkini-
mengenai-perbankan-syariah_5535b2b46ea8340a24da4330
HR. Ibnu Majah dari https://alhadistonline.wordpress.com/category/hr-ibnu-
majah/ diakses pada 21 September 2016
Iqbal, Muhammad. “Operasionalisasi Regresi Data Panel Dengan Eviews 8 ”,
Perbanas, 2015 dari http://docplayer.info/81351-Operasionalisasi-regresi-
data-panel-dengan-eviews-8.html diakses pada 21 September 2016
Khoerudin,2010 dari
https://khoerudingani.wordpress.com/2013/03/07/perbankan-syariah-
harapan-dan-realita/ diakses pada 21 September 2016
Muhsinhar, 2015 dari http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/akad-murabahah-dan-
permasalahannya-dalam-praktik-perbankan-syariah-di-indonesia-2/
Mulazid, Ade Sofyan. 2016, “Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank Syariah
(Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta)”. Madania, Vol 20, No.1
http://dx.doi.org/10.7910/mdn.v20il.84.g83, diakses pada 21 September
2016
Pardede 2014 dari http://pardede.blogspot.co.id/tantangan-pemberian-
pembiayaan-syariah.html diakses pada 21 September 2016
http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat Diakses pada 08
November 2016
109
http://www.bcasyariah.co.id/sejarah-singkat-bcasyariah Diakses pada 08
November 2016
http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/Perbankan2001/PBI%203212001
Diakses pada 23 April 2016
http://www.bi.go.id/id/laporan-perekonomian-indonesia Diakses pada 23 April
2016
http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/ Diakses pada 23 April 2016
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/ Diakses pada 23 April 2016
http://www.bjbsyariah.co.id/tentang-bjb-syariah/sekilas-bjbsyariah Diakses pada
08 November 2016
http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah Diakses pada 08 November 2016
http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah Diakses pada 08 November 2016
http://www.emeraldinsight.com/action/showpublication/ Diakses pada 28 Agustus
2016
http://www.panin.co.id/sejarah-panin-syariah Diakses pada 08 November 2016
https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/ Diakses pada 08 November 2016
http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan Diakses pada
08 November 2016
http://www.victoriasyariah.co.id/sejara-singkat-victoria-syariah Diakses pada 08
November 2016
110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Data Penelitian 2011 - 2015
BANK TAHUN P.
MURABAHAH DPK NPF CAR MARJIN
MODAL
SENDIRI
BCA 2011 233 864.1 0.20 45.90 4811 303276
BCA 2012 4895 1261.7 0.10 31.50 41809 304377
BCA 2013 232 1703 0.10 22.40 54142 313517
BCA 2014 1271983 233486 0.10 29.80 89607 626033
BCA 2015 1930583 3275.1 0.70 34.30 155220 1052552
BJB 2011 334 39042777 1.21 18.36 108667 527579
BJB 2012 4005 50607925 2.07 18.11 149790 599442
BJB 2013 3541 49996607 2.83 16.51 258380 627758
BJB 2014 4840872 53487890 4.15 16.08 358914 2037646
BJB 2015 6490956 63306505 2.91 15.95 517690 2042848
BNI 2011 24511 6752263 3.62 20.75 404167 1076677
BNI 2012 4806759 8947729 2.02 19.29 2996 1187218
BNI 2013 8072437 11422190 1.86 16.54 4223 1304680
BNI 2014 42747 16246405 1.86 18.76 7848 1950000
BNI 2015 111494 19322756 2.53 18.16 7471 2215658
BRI 2011 151138 9906412 2.77 14.74 612949 979000
BRI 2012 32733 11948889 3.00 11.35 887848 1068564
BRI 2013 15993 13794869 4.06 14.49 1133476 1698128
BRI 2014 14096375 16711516 4.60 12.69 1335164 1714490
BRI 2015 14071025 19648782 4.86 13.94 1458382 2339812
BSM 2011 19773813386544 42618000 2.42 14.57 2172847508517 5614
BSM 2012 27549264479714 47409000 2.82 13.82 3081755780184 4617
BSM 2013 33207375747131 56461000 4.32 14.10 3779631668872 4862
BSM 2014 33714638093696 59821000 6.84 14.12 3838525690921 4181
BSM 2015 34807005204944 62113000 6.06 12.85 3831542063553 3013
BUKOPIN 2011 1274468 3272263 1.74 15.29 140905 255774
BUKOPIN 2012 25850 2850754 4.59 12.78 183716 273072
BUKOPIN 2013 28352 3272262 4.27 11.10 229291 292620
BUKOPIN 2014 3022927 3994957 4.07 14.80 262719 503633
BUKOPIN 2015 3032023 4756303 2.99 16.31 262893 633083
MUAMALAT 2011 26275 26658.09 0.20 11.78 107889 2005214
MUAMALAT 2012 30709 34894.83 0.10 11.03 1436709 2456469
MUAMALAT 2013 46273 41789.66 0.10 14.43 2007951 4279102
MUAMALAT 2014 27764410 51206.34 0.10 13.91 2095238 3928412
MUAMALAT 2015 24359869 45032.65 0.70 12.36 1976802 3550565
111
PANIN 2011 1123 420757 0.82 61.98 24111 452609
PANIN 2012 1510 1223290 0.20 32.20 69819 491663
PANIN 2013 5289 2870310 1.02 20.83 137333 525995
PANIN 2014 698492 5076082 0.53 25.69 105215 1076315
PANIN 2015 608549 5928345 2.63 20.30 56144 1155491
VICTORIA 2011 1274468 465036 2.43 45.20 140905 255774
VICTORIA 2012 25850 646324 3.19 28.08 183716 273072
VICTORIA 2013 28325 1015791 3.71 18.40 229291 292620
VICTORIA 2014 3022927 1132086 7.10 15.27 262719 503633
VICTORIA 2015 3032023 1128908 9.80 16.14 262893 633083
Lampiran 1. 2 Analisa Deskriptif
Date:
11/22/16
Time: 14:43
Sample: 2011 2015
P__MURABAHAH DPK CAR NPF
MODAL_
SENDIRI MARJIN
Mean 3.31E+12 15512422 19.93244 2.628889 1062883. 3.71E+11
Median 608549.0 4756303. 16.14000 2.530000 627758.0 229291.0
Maximum 3.48E+13 63306505 61.98000 9.800000 4279102. 3.84E+12
Minimum 232.0000 864.1000 11.03000 0.100000 3013.000 2996.000
Observation 45 45 45 45 45 45
112
Estimasi Model Data Panel
Lampiran 1. 3 Model Common Effect
Dependent Variabel: P__MURABAHAH
Method: Panel Least Squares
Date: 11/23/16 Time: 19:59
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 0.008974 0.250769 0.035785 0.9716
CAR 0.805762 1.703462 0.473015 0.6388
NPF 0.786129 0.565832 1.389333 0.1726
MODAL_SENDIRI 0.499421 0.583947 0.855251 0.3976
MARJIN 1.190299 0.204408 5.823153 0.0000
C -11.80200 14.03968 -0.840617 0.4057
R-squared 0.803058 Mean dependent var 13.96966
Adjusted R-squared 0.777809 S.D. dependent var 6.890080
S.E. of regression 3.247790 Akaike info criterion 5.317392
Sum squared resid 411.3774 Schwarz criterion 5.558281
Log likelihood -113.6413 Hannan-Quinn criter. 5.407193
F-statistic 31.80549 Durbin-Watson stat 1.427952
Prob(F-statistic) 0.000000
113
Lampiran 1. 4 Model Fixed Effect
Dependent Variabel:P__MURABAHAH
Method: Panel Least Squares
Date: 11/23/16 Time: 20:00
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 0.998739 0.527433 1.893583 0.0676
CAR 1.763322 1.714931 1.028218 0.3118
NPF 0.816398 0.707377 1.154120 0.2573
MODAL_SENDIRI 4.244985 1.100211 3.858338 0.0005
MARJIN -0.075761 0.419611 -0.180552 0.8579
C -60.34764 14.27531 -4.227415 0.0002
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variabels)
R-squared 0.925034 Mean dependent var 13.96966
Adjusted R-squared 0.893597 S.D. dependent var 6.890080
S.E. of regression 2.247507 Akaike info criterion 4.707067
Sum squared resid 156.5899 Schwarz criterion 5.269140
Log likelihood -91.90901 Hannan-Quinn criter. 4.916602
F-statistic 29.42481 Durbin-Watson stat 2.169982
Prob(F-statistic) 0.000000
114
Lampiran 1. 5 Model Random Effect
Dependent Variabel: P__MURABAHAH
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/23/16 Time: 20:02
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 0.340056 0.272587 1.247516 0.2196
CAR 1.475122 1.476285 0.999212 0.3239
NPF 0.785551 0.514201 1.527713 0.1347
MODAL_SENDIRI 1.367808 0.547942 2.496265 0.0169
MARJIN 1.299421 0.201408 6.451702 0.0000
C -31.40159 12.26917 -2.559390 0.0145
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 2.021574 0.4472
Idiosyncratic random 2.247507 0.5528
Weighted Statistics
R-squared 0.579288 Mean dependent var 6.219332
Adjusted R-squared 0.525351 S.D. dependent var 4.035518
S.E. of regression 2.780261 Sum squared resid 301.4643
F-statistic 10.74001 Durbin-Watson stat 1.787152
115
Prob(F-statistic) 0.000002
Unweighted Statistics
R-squared 0.767028 Mean dependent var 13.96966
Sum squared resid 486.6374 Durbin-Watson stat 1.107113
Tahap Analisis Data
Lampiran 1. 6 Uji Chow
Lampiran 1. 7 Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 7.648124 5 0.1767
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 6.305014 (8,31) 0.0001
Cross-section Chi-square 43.464631 8 0.0000
116
Uji Asumsi Klasik
Lampiran 1. 8 Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 45
Mean -5.23e-16
Median 0.738008
Maximum 7.044206
Minimum -7.289573
Std. Dev. 3.325649
Skewness -0.178429
Kurtosis 2.653211
Jarque-Bera 0.464270
Probability 0.792839
Lampiran 1. 9 Uji Heterokedastisitas
Lampiran 1. 10 Uji Multikolinearitas
DPK CAR NPF MODAL_SENDIRI MARJIN
DPK 1.000000 -0.313136 0.337162 -0.173174 0.658703
CAR -0.313136 1.000000 -0.368734 -0.281607 -0.205936
NPF 0.337162 -0.368734 1.000000 -0.288920 0.346305
MODAL_SENDIRI -0.173174 -0.281607 -0.288920 1.000000 -0.354653
MARJIN 0.658703 -0.205936 0.346305 -0.354653 1.000000
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.994348 Prob. F(20,24) 0.0539
Obs*R-squared 28.09514 Prob. Chi-Square(20) 0.1072
Scaled explained SS 21.88577 Prob. Chi-Square(20) 0.3467
117
Lampiran 1. 11 Uji Autokorelasi
Lampiran 1. 12 Uji Regresi Data Panel
Dependent Variabel: P__MURABAHAH
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/23/16 Time: 20:02
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 0.340056 0.272587 1.247516 0.2196
CAR 1.475122 1.476285 0.999212 0.3239
NPF 0.785551 0.514201 1.527713 0.1347
MODAL_SENDIRI 1.367808 0.547942 2.496265 0.0169
MARJIN 1.299421 0.201408 6.451702 0.0000
C -31.40159 12.26917 -2.559390 0.0145
Effects Specification
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.786052 Prob. F(2,36) 0.0750
Obs*R-squared 5.897525
Prob. Chi-
Square(2) 0.0524
118
S.D. Rho
Cross-section random 2.021574 0.4472
Idiosyncratic random 2.247507 0.5528
Weighted Statistics
R-squared 0.579288 Mean dependent var 6.219332
Adjusted R-squared 0.525351 S.D. dependent var 4.035518
S.E. of regression 2.780261 Sum squared resid 301.4643
F-statistic 10.74001 Durbin-Watson stat 1.787152
Prob(F-statistic) 0.000002
Unweighted Statistics
R-squared 0.767028 Mean dependent var 13.96966
Sum squared resid 486.6374 Durbin-Watson stat 1.107113
Lampiran 1. 13 Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.579288 Mean dependent var 6.219332
Adjusted R-squared 0.525351 S.D. dependent var 4.035518
S.E. of regression 2.780261 Sum squared resid 301.4643
F-statistic 10.74001 Durbin-Watson stat 1.787152
Prob(F-statistic) 0.000002