C08yhe
-
Upload
asriandy-ramadhan -
Category
Documents
-
view
98 -
download
9
Transcript of C08yhe
![Page 1: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/1.jpg)
SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
Oleh:
Yuri Hertanto C64101046
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
![Page 2: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/2.jpg)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2008 Yuri Hertanto C64101046
![Page 3: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/3.jpg)
RINGKASAN YURI HERTANTO. C64101046. Sebaran dan Asosiasi Perifiton pada Ekosistem Padang Lamun (Enhalus acoroides) di Perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Dibimbing oleh MUJIZAT KAWAROE.
Ekosistem padang lamun berasosiasi dengan berbagai kelompok organisme, diantaranya adalah perifiton, organisme bersel tunggal yang menempel pada daun lamun. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji sebaran dan asosiasi perifiton pada ekosistem padang lamun (Enhalus acoroides) pada bagian utara dan selatan di perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Penelitian ini pada bulan Desember 2005. Menggunakan metode transek garis dan transek kuadrat. Terdiri dari 3 stasiun di selatan dan 3 stasiun utara. Substasiun terdiri dari 2 bingkai kuadrat berukuran 1 x 1 m2. Contoh lamun yang diambil dikerik perifitonnya, dimasukkan ke plastik dan diberi label untuk diidentifikasi.
Jenis lamun yang paling banyak ditemui di bagian selatan dan utara adalah Enhalus acoroides. Bagian selatan dan utara memiliki kerapatan 31-46 ind/m2
dan 37-49 ind/m2. Persen penutupan bagian selatan dan utara yaitu 31,34-57,01 % dan 43,26-85,34 %. Substratnya adalah substrat pasir, dengan suhu berkisar antara 29 – 32 0C dan salinitas 30 ‰. pH stabil yaitu 7. Kedalaman bagian selatan dan utara berkisar antara 52-96 cm dan 65-75 cm. Nitrat bagian selatan dan utara berkisar antara 0,024-0,033 mg/l dan 0,012-0,021 mg/l. Ortoposfat bagian selatan dan utara berkisar antara 0,003-0,005 mg/l dan 0,003-0,008 mg/l. DO bagian selatan dan utara berkisar antara 7 - 9 mg/l dan 8,5-10 mg/l.
Perifiton yang ditemukan pada daun Enhalus acoroides bagian selatan sebanyak 28 genera, 5 kelas dan 21 family. Jenis perifiton yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia sp, Rhizosolenia sp dan Tintinnopsis sp. Bagian utara sebanyak 33 genera, 5 kelas dan 21 family. Jenis perifiton yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia sp, Rhizosolenia sp, Skeletonema sp dan Tintinnopsis sp. Kepadatan tertinggi pada daun Enhalus acoroides bagian selatan di stasiun 1, 2 dan 3 yaitu Rhizosolenia sp masing-masing sebesar 133.472 ind/cm2, 116.601 ind/cm2 dan 111.970 ind/cm2 sedangkan bagian utara pada stasiun 4 adalah Rhizosolenia sp sebesar 153.152 ind/cm2, stasiun 5 adalah Nitzschia sp sebesar 139.755 ind/cm2 dan stasiun 6 yaitu Rhizosolenia sp sebesar 143.394 ind/cm2.
Kerapatan dan persentase lamun pada bagian utara lebih besar dibandingkan pada bagian selatan sehingga jumlah kepadatan dan jumlah individu perifiton pada bagian utara lebih besar dibandingkan pada bagian selatan. Kepadatan perifiton pada daun Enhalus acoroides di enam stasiun dan disetiap posisi perifiton pada daun, menunjukkan hasil bahwa faktor stasiun berbeda nyata terhadap kepadatan perifiton, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan kepadatan perifiton yang nyata pada masing-masing stasiun, serta pada bagian selatan dan utara spesies yang dominan ditemukan adalah Rhizosolenia sp dan Nitzschia sp. Sementara faktor posisi perifiton pada daun (ujung, tengah dan pangkal) menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, yang menunjukkan bahwa di semua posisi daun terdapat jumlah perifiton yang relatif sama. Kondisi lingkungan perairan yang hampir sama menunjukan jumlah jenis perifiton yang hampir sama.
![Page 4: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/4.jpg)
SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Yuri Hertanto C64101046
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
![Page 5: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/5.jpg)
Judul : SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
Nama : Yuri Hertanto NRP : C64101046
Disetujui,
Pembimbing Utama
Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si NIP 132 090 871
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M Sc NIP 131 578 799
Tanggal Lulus: 29 Agustus 2008
![Page 6: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/6.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana
perikanan pada Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengambil judul skripsi “Sebaran
dan Asosiasi Perifiton Pada Ekosistem Padang Lamun (Enhalus acoroides) di
Perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya
kepada :
1. Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si selaku komisi pembimbing atas segala
petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan perhatian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ir. R. Widodo atas kesediannya selaku penguji tamu.
3. Ayah dan Ibu beserta keluarga yang telah memberikan dukungan,
kasih sayang serta doanya selama ini
4. Seluruh rekan ITK 38, 39, 40 dan 41.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
masukkan dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
Yuri Hertanto
![Page 7: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/7.jpg)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1. Latar belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan penelitian ..................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3 2.1. Perifiton .................................................................................... 3 2.1.1. Terminologi ..................................................................... 3 2.1.2. Struktur komunitas perifiton ........................................... 3 2.1.3. Eksistensi komunitas perifiton ......................................... 4 2.2. Peranan faktor-faktor lingkungan terhadap komunitas perifiton .................................................................................... 6 2.2.1. Suhu ............................................................................... 6 2.2.2. Salinitas .......................................................................... 7 2.2.3. Derajat keasaman (pH) .................................................. 7 2.2.4. Oksigen terlarut .............................................................. 7 2.2.5. Nitrat .............................................................................. 8 2.2.6. Fosfat .............................................................................. 9 2.2.7. Tipe substrat ................................................................... 9 2.2.8. Kekeruhan ...................................................................... 9 2.2.9. Kedalaman ..................................................................... 10 2.2.10. Kecepatan arus .............................................................. 11 2.3. Struktur komunitas lamun ........................................................ 11 2.3.1. Klasifikasi dan morfologi lamun ..................................... 11 2.3.2. Pola distribusi dan sebaran geografis lamun ................... 13 2.4. Fungsi dan peranan padang lamun ........................................... 15 2.4.1. Peranan lamun sebagai produsen primer ........................ 15 2.4.2. Peranan lamun sebagai habitat biota perairan ................. 15 2.4.3. Peranan lamun sebagai penstabil substrat ....................... 16 2.4.4. Peranan lamun sebagai pendaur nutrien .......................... 17 2.5. Organisme yang berasosiasi dengan padang lamun ................. 17
3. BAHAN DAN METODE ................................................................ 19 3.1. Waktu dan lokasi penelitian ..................................................... 19
![Page 8: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/8.jpg)
3.2. Alat dan bahan ......................................................................... 19 3.3. Teknik pengambilan contoh ..................................................... 20 3.3.1. Lamun ............................................................................. 20 3.3.2. Perifiton ........................................................................... 20 3.3.3. Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan ............ 21 3.4. Analisa perifiton ....................................................................... 21 3.4.1. Kepadatan jenis perifiton ................................................ 21 3.4.2. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi perifiton ........................................................................... 22 3.5. Perhitungan lamun .................................................................. 23 3.5.1. Kerapatan lamun ............................................................. 23 3.5.2. Persentasi penutupan lamun ............................................ 24 3.6. Pengelompokkan habitat .......................................................... 24 3.7. Analisis statistik ....................................................................... 26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 27
4.1. Deskripsi lokasi ............................................................................ 27 4.2. Komunitas perifiton ..................................................................... 28 4.2.1. Keragaman jenis dan kepadatan perifiton ........................... 28 4.2.2. Keragaman kepadatan antar stasiun dan antar bagian inang .............................................................................................. 35 4.3. Klasifikasi numerik ...................................................................... 47 4.3.1. Klasifikasi stasiun ............................................................... 47 4.3.1.1. Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter fisika kimia perairan ......................................................... 47 4.3.1.2. Pengelompokkan stasiun berdasarkan jumlah perifiton pada daun lamun Enhalus acoroides bagian selatan dan utara .................................................................................. 48 4.4. Analisis statistika ......................................................................... 49
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 51 5.1. Kesimpulan ................................................................................. 51 5.2. Saran ........................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 53
LAMPIRAN ............................................................................................. 56
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 65
![Page 9: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/9.jpg)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ................................ 19
2. Nilai dominansi pembobotan lamun ............................................... 20
3. Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur .............................. 21
4. Karakteristik parameter fisika kimia perairan di Pulau Tidung Besar, Jakarta Utara .................................................................................................... 29
5. Pengelompokan kelas dan family pada Enhalus acoroides pada bagian selatan
dan utara .............................................................................................. 31 6. Penyebaran jumlah perifiton pada daun Enhalus acoroides per sub stasiun
.............................................................................................................. 32 7. Penggolongan keanekaragaman, keseragaman dan dominansi perifiton pada
daun Enhalus acoroides di bagian selatan dan utara .......................... 35 8. Sidik ragam faktor stasiun, dan posisi pada daun terhadap kepadatan perifiton ............................................................................................... 50 9. Sidik ragam faktor bagian terhadap kepadatan perifiton .................... 50
![Page 10: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Perairan Pulau Tidung Besar, Jakarta Utara ....................................... 27
2. Jumlah kepadatan perifiton (ind/cm2) per kelas bagian selatan .......... 34 3. Jumlah kepadatan perifiton (ind/cm2) per kelas bagian utara ............. 34 4. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B)
dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 1 ....... 38 5. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B)
dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 2 ....... 39 6. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B)
dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 3 ....... 41 7. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B)
dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 4 ....... 42 8. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B)
dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 5 ....... 44 9. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B)
dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 6 ...... 46
![Page 11: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Pengelompokan kepadatan (ind/cm2) perifiton daun lamun Enhalus acoroides
berdasarkan kelas pada bagian selatan ................................................ 56 2. Pengelompokan kepadatan (ind/cm2) perifiton daun lamun Enhalus acoroides
berdasarkan kelas pada bagian utara .................................................... 58 3. Kerapatan (ind/m2) dan persentase penutupan (%) lamun Enhalus acoroides
pada masing-masing stasiun pengamatan ............................................ 60 4. Hasil analisis ragam faktor stasiun, dan posisi pada daun terhadap kepadatan perifiton ............................................................................................... 61
5. Hasil analisis ragam faktor bagian terhadap kepadatan perifiton ....... 62
6. Gambar padang lamun (Enhalus acoroides) ........................................ 63
7. Gambar perifiton ................................................................................. 64
![Page 12: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/12.jpg)
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perairan pulau Tidung Besar terletak di Kepulauan Seribu yang secara
administratif termasuk wilayah kotamadya Jakarta Utara. Kepulauan Seribu terdiri
dari beberapa pulau, diantaranya adalah Perairan pulau Tidung yang juga
memiliki 2 (dua) pulau yaitu pulau Tidung Besar dan pulau Tidung Kecil.
Pada pulau Tidung Besar terdapat tiga ekosistem yaitu: (1) ekosistem
mangrove; (2) ekosistem padang lamun dan; (3) ekosistem terumbu karang.
Ketiga ekosistem ini memiliki peranannya masing-masing dalam kaitannya
dengan eksistensi keberadaan ekosistem tersebut maupun kaitannya dengan
kehidupan disekitarnya.
Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki
keanekaragaman hayati dan memiliki produktivitas primer yang tinggi pada
daerah laut dangkal. Ekosistem ini juga memiliki asosiasi dengan berbagai
kelompok organisme, salah satu diantaranya adalah perifiton yaitu organisme
bersel tunggal yang menempel pada daun lamun.
Perifiton adalah bagian dari trofic level yang memiliki peranan baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Biomassa yang terbentuk merupakan sumber
makanan alami bagi biota air yang lebih tinggi yaitu zooplankton, juvenil udang,
moluska dan ikan (Klumpp et al.,1992 in Zulkifli, 2000). Sehingga sangat
menarik apabila dilakukan kajian mengenai organisme perifiton ini yang memiliki
peranan penting dalam ekosistem perairan laut dangkal.
1
![Page 13: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/13.jpg)
Berbagai upaya harus dilakukan demi menjaga kelestarian perifiton yaitu
dengan membudidayakan substratnya yang salah satunya adalah lamun, karena
perkembangan perifiton juga tergantung pada kemantapan substratnya.
1.2. Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji sebaran dan asosiasi
perifiton pada ekosistem padang lamun (Enhalus acoroides) pada bagian utara
dan selatan di perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
![Page 14: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/14.jpg)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perifiton
2.1.1. Terminologi
Istilah perifiton meskipun digunakan secara bervariasi, namun lebih ditujukan
kepada flora yang tumbuh di atas substrat di perairan. Menurut Hill dan Webster
(1982), perifiton adalah mikroalgae menempel yang umumnya merupakan sumber
energi utama di perairan, sangat melimpah dan memiliki peranan yang lebih besar
dalam menentukan produktivitas primer dibanding fitoplankton. Round in Wood
(1967) menggunakan istilah perifiton untuk algae yang tumbuh di permukaan
substrat buatan (bewuch) atau substrat alami (aufwuch). Dalam penelitian ini
digunakan istilah perifiton menurut Sheppard et al. (1992), yaitu perifiton
merupakan algae mikroskopis yang hidup menempel pada daun lamun.
Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya perifiton, Wetzel (1982)
mengklasifikasikan sebagai berikut:
1) Epifitik, menempel pada permukaan tumbuhan,
2) Epipelik, menempel pada permukaan sedimen,
3) Epilitik, menempel pada permukaan batuan,
4) Epizooik, menempel pada permukaan hewan,
5) Epipsammik, hidup dan bergerak diantara butir-butir pasir.
2.1.2. Struktur komunitas perifiton
Struktur komunitas meliputi keanekaragaman jenis, keseragaman, kelimpahan,
struktur dan bentuk pertumbuhan, dominansi dan struktur trofik (Krebs, 1972).
3
![Page 15: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/15.jpg)
Keanekaragaman menunjukkan keberadaan suatu spesies dalam suatu
komunitas di ekosistem. Semakin tinggi keanekaragaman spesies di suatu
komunitas menunjukkan adanya keseimbangan dalam ekosistem tersebut.
Keanekaragaman dipengaruhi oleh adanya predator dan kemampuan
mempertahankan diri dari perubahan kondisi lingkungan.
Keseragaman menunjukkan komposisi individu dari spesies yang terdapat
dalam suatu komunitas, dimana akan terjadi dominasi spesies dalam suatu
komunitas bila keseragaman mendekati minimum dan sebaliknya suatu komunitas
akan relatif mantap apabila keseragaman mendekati maksimum (Brower et al.,
1990).
Dominansi menunjukkan ada tidaknya suatu jenis individu yang mendominasi
dalam suatu komunitas, dimana jenis yang mendominasi cenderung
mengendalikan komunitas (Simpson, 1984 in Krebs, 1972).
Secara umum struktur komunitas perifiton terdiri dari algae mikroskopis yang
bersifat sessil, satu sel maupun algae filamen terutama jenis Diatomae, Algae
Conjugales, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Xanthophyceae dan Crysophyceae
(Kitting, 1984 in Borowitzka dan Lethbridge, 1989 in Zulkifli, 2000). Struktur
komunitas perifiton dari setiap perairan sangat beragam, namun perifiton yang
tumbuh pada berbagai jenis makrofita di suatu perairan dapat seragam (Prygiel
dan Coste, 1993).
2.1.3. Eksistensi komunitas perifiton
Perkembangan perifiton menuju kemantapan komunitasnya sangat ditentukan
oleh kemantapan keberadaan substrat. Substrat dari benda hidup sering bersifat
sementara karena adanya proses pertumbuhan dan kematian. Setiap saat pada
![Page 16: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/16.jpg)
substrat hidup akan terjadi perubahan lingkungan sebagai akibat dari respirasi dan
asimilasi, sehingga mempengaruhi komunitas perifiton. Biomassa perifiton yang
terbentuk merupakan sumber makanan alami biota air yang lebih tinggi yaitu
zooplankton, juvenil udang, moluska dan ikan (Klumpp et al.,1992 in Zulkifli,
2000).
Perkembangan perifiton dapat dipandang sebagai proses akumulasi, yaitu
proses peningkatan biomassa dengan bertambahnya waktu. Akumulasi merupakan
hasil kolonialisasi dengan proses biologi yang menyertainya dan berinteraksi
dengan faktor fisika-kimia perairan (Borowitzka dan Lethbridge, 1989 in Zulkifli,
2000).
Menurut Osborn (1983), proses kolonialisasi merupakan pembentukan koloni
perifiton pada substrat yang berlangsung segera seketika pengkoloni menempel
pada substrat. Tipe substrat sangat menentukan proses kolonialisasi dan komposisi
perifiton, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan dan alat penempelnya.
Kemampuan perifiton menempel pada substrat menentukan eksistensinya
terhadap pencucian oleh arus atau gelombang yang dapat memusnahkannya.
Untuk menempel pada substrat, perifiton mempunyai berbagai alat penempel,
yaitu:
1) Rhizoid, seperti pada Oedogonium dan Ulothrix,
2) Tangkai bergelatin panjang atau pendek, seperti pada Cymbella,
Gomphonema dan Achnanthes,
3) Bantalan gelatin berbentuk setengah bulatan (sphaerical) yang diperkuat
dengan kapur atau tidak, seperti pada Rivularia, Chaetophora dan
Ophyrydium.
![Page 17: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/17.jpg)
Komposisi perifiton pada daun lamun sangat dipengaruhi oleh morfologi,
umur dan letak atau tempat hidup lamunnya. Lamun dengan tipe daun yang besar
akan lebih disukai daripada lamun yang mempunyai daun lebih kecil, karena
lamun dengan morfologi yang lebih besar (kuat) akan mempunyai kondisi substrat
yang lebih stabil. Begitu pula dengan umur lamun, pada lamun yang lebih tua
komposisi dan kepadatan perifiton akan berbeda dengan lamun yang lebih muda
karena proses penempelan dan pembentukan koloni perifiton memerlukan waktu
yang cukup lama (Russel, 1990).
2.2. Peranan faktor-faktor lingkungan terhadap komunitas perifiton
Faktor-faktor lingkungan baik itu parameter fisika dan kimia memiliki
peranan yang akan mempengaruhi segala bentuk kehidupan organisme secara
langsung maupun tidak langsung. Karakteristik fisika-kimia perairan pada suatu
habitat akan mendukung suatu struktur komunitas biota yang hidup di dalamnya
dengan ciri khas pula. Begitu juga halnya dengan komunitas lamun dan perifiton.
1. Suhu
Suhu perairan sangat berpengaruh bagi lamun. Perubahan suhu air dapat
mempengaruhi proses-proses biokimia, fotosintesis dan pertumbuhan lamun,
menentukan ketersediaan unsur hara, penyerapan unsur hara, respirasi, panjang
daun dan faktor-faktor fisiologis serta ekologis lainnya. Lamun dapat mentolerir
suhu perairan antara 20-36 0C, tetapi suhu optimum untuk fotosintesis lamun
berkisar 28-30 0C (Phillips dan Menez, 1988; Nybakken, 1993).
![Page 18: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/18.jpg)
Wood (1967) menyatakan bahwa terdapat perifiton yang dapat mentolerir
kisaran suhu yang luas (eurythermal) dan tipe yang mentolerir suhu dengan
kisaran suhu yang terbatas (stenothermal).
2. Salinitas Penurunan salinitas menyebabkan laju fotosintesis dan pertumbuhan lamun
menurun dan berpengaruh terhadap perkecambahan dan pembentukan bunga
lamun (McRoy dan McMillan, 1977 in Zulkifli, 2000). Peningkatan salinitas
dapat menurunkan kelimpahan perifiton (Kendrick et al.,1987 in Borowitzka dan
Lethbridge, 1989 in Zulkifli, 2000).
Phillips (1988) mengatakan bahwa lamun mentolerir suatu kisaran salinitas
yang luas yaitu 6 – 60 ‰ (bahkan dapat mentolerir air tawar dalam periode
pendek). Untuk pertumbuhan lamun yang optimum dibutuhkan salinitas lebih
kurang 35‰ (Zieman in Berwick, 1983).
3. Derajat keasaman (pH)
Nilai pH di lingkungan perairan laut relatif stabil dan berada pada kisaran
yang sempit, biasanya berkisar antara 7,5 – 8,4 (Nybakken, 1993). Batas toleransi
organisme perairan terhadap pH bervariasi, tergantung kepada suhu, DO, dan
tingkat stadium dari biota bersangkutan. Nilai pH dapat juga mengidentifikasi
tingkat kesuburan perairan (Banarjea in Widianingsih, 1991).
4. Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut yang dihasilkan dari fotosintesis di daun dialirkan ke rimpang
dan akar melalui lakunanya. Sebagian oksigen terlarut ini dipakai untuk respirasi
akar dan rimpang dan sisanya dikeluarkan melalui dinding sel ke sedimen
![Page 19: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/19.jpg)
(Oremland dan Murray, 1977 in Kiswara, 1995). Oksigen yang masuk kedalam
sedimen tersebut dipakai oleh bakteri nitrifikasi dalam proses siklus nitrogen di
padang lamun (Iizumi dan Hattori, 1980 in Kiswara, 1995). Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh organisme air untuk proses metabolisme jaringan tubuhnya.
Kandungan oksigen terlarut di perairan juga dapat dijadikan sebagai indikator
pencemaran. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan
kematian pada biota yang terdapat di air. Rendahnya kandungan oksigen
disebabkan oleh pesatnya aktivitas bakteri dalam menguraikan bahan organik di
perairan.
5. Nitrat
Ketersediaan zat hara (nutrien) di perairan padang lamun dapat berperan
sebagai faktor pembatas pertumbuhannya (Hillman et al., 1989 in Zulkifli, 2000).
Padang lamun yang tumbuh pada sedimen kapur, unsur hara fosfat dapat
bertindak sebagai faktor pembatas pertumbuhannya, karena terikat kuatnya oleh
partikel-partikel sedimennya. Selain itu ketersediaan nitrat di perairan diduga
sebagai pembatas pertumbuhannya (Moriarty dan Boon, 1989 in Zulkifli, 2000).
Dengan demikian, efisiensi daur nutrisi dalam sistemnya akan menjadi sangat
penting untuk memelihara produktivitas primer lamun dan perifiton sebagai
organisme autotrofnya (Hillman et al,. 1989 in Zulkifli, 2000). Perkembangan
perifiton sebagai komponen biota autotrof, dipengaruhi oleh ketersediaan unsur-
unsur hara di perairan. Peningkatan kandungan nitrogen bersama-sama dengan
fosfor akan meningkatkan pertumbuhan algae dan tumbuhan air (Horner dan
Welch, 1981).
![Page 20: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/20.jpg)
6. Fosfat Alaerts dan Santika (1984) mengelompokkan fosfat sebagai fosfat anorganik
(dalam tubuh organisme melayang atau seston dan senyawa organik). Senyawa
fosfat dalam perairan dapat berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan
dari hewan dan pelapukan dari tumbuhan atau dari laut sendiri (Susana, 1996).
Menurut Saeni (1989), sumber-sumber fosfat di perairan juga berasal dari
limbah industri, hancuran dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik
dan mineral-mineral fosfat. Fosfat yang diserap oleh organisme nabati (mikro
ataupun makrofita) berbentuk orthofosfat yang terlarut dalam air atau asam lemak
(Alaerts dan Santika, 1984).
7. Tipe Substrat Penyebaran horizontal padang lamun sangat dipengaruhi oleh karakteristik
substrat dan kondisi gerakan air (Nybakken, 1993). Semakin tipis substrat
(sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun tidak stabil, sebaliknya
semakin tebal substrat perairan lamun akan tumbuh subur, yaitu berdaun panjang
dan rimbun (padat), serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi
(Zieman, 1975).
Perkembangan komunitas perifiton ditentukan oleh kemantapan substratnya
yaitu lamun. Substrat berupa benda hidup seperti lamun sering bersifat sementara,
karena adanya proses pertumbuhan dan kematian.
8. Kekeruhan Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang menyebabkan terjadinya
fenomena pembiasan cahaya dan menyebabkan terhalangnya penetrasi cahaya
![Page 21: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/21.jpg)
matahari ke dalam kolom air. Nilai kekeruhan berbanding terbalik dengan
kecerahan; semakin rendah nilai kekeruhan maka semakin tinggi nilai kecerahan
perairan yang berarti semakin besar tingkat penetrasi cahaya pada kolom air (Abal
dan Dennison, 1996).
Kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi, zat-zat
koloid, bahan-bahan organik, jasad renik yang melayang dalam kolom air. Lamun
dapat menurunkan kekeruhan air karena mampu meredam atau mengurangi
kecepatan arus yang melalui padang lamun, akibatnya partikel tersuspensi di
kolom air akan jatuh ke dasar perairan (Hamid, 1996). Hutomo dan Azkab (1987)
menambahkan bahwa dalam keadaan surut, rimpang dan akar lamun dapat
menangkap dan menggabungkan sedimen, sehingga meningkatkan stabilitas
permukaan di bawahnya. Menurut mereka, daun lamun sendiri dapat menangkap
sedimen halus melalui kontak karena daun-daun tersebut biasanya diliputi oleh
mikroorganisme.
9. Kedalaman Penyebaran lamun berbeda untuk setiap spesies sesuai dengan kedalaman air.
Batas kedalaman sebagian besar spesiesnya adalah 10-12 m, tetapi pada perairan
yang sangat jernih dapat dijumpai pada tempat yang lebih dalam (Hutomo,1987).
Kiswara (1994) menyatakan untuk spesies lamun yang bersifat pioneer (seperti
Cymodoceae spp., Halodule spp., Syringodium spp.) cenderung tumbuh di bagian
perairan dangkal, sebaliknya spesies yang bersifat klimaks (seperti Pasidonia
spp.), cenderung tumbuh pada perairan dalam karena hal ini berkaitan dengan
rhizoma dan kebutuhan respirasi.
![Page 22: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/22.jpg)
10. Kecepatan arus Arus merupakan gerakan air yang menyebabkan perpindahan horizontal dan
vertikal massa air. Wetzel (1975) menyebutkan bahwa beberapa jenis algae yang
menempel dapat mendominasi perairan berarus kuat. Berkurangnya kecepatan
arus akan meningkatkan keragaman jenis organisme yang melekat. Hicks (1986)
dan Armonies (1988) in Susetiono (1994) membuktikan bahwa laju penempelan
biota terhadap lamun dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya hidrodinamika di dalam
massa air seperti arus dan gelombang yang menyebabkan pengadukan sedimen.
Menurut Odum (1971) pengendapan partikel di dasar perairan tergantung pada
kecepatan arus. Apabila perairan memiliki arus yang kuat maka partikel yang
mengendap adalah partikel yang ukurannya lebih besar. Sebaliknya pada tempat
yang arusnya lemah, maka yang mengendap di dasar perairan adalah partikel yang
halus.
2.3. Struktur komunitas lamun
2.3.1. Klasifikasi dan morfologi lamun
Lamun termasuk dalam subkelas Monocotyledoneae dan merupakan
tumbuhan berbunga (kelas Angiospermae). Den Hartog (1977) mengatakan
bahwa lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup dan
tumbuh subur di laut dangkal dan sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup
terbenam di laut, serta merupakan komponen yang seringkali terdapat di
lingkungan perairan pesisir.
Lamun di daerah teresterial tempat asal muasalnya, memiliki pucuk yang
berdaun tegak dan mempunyai batang atau rhizoma yang menjalar efektif untuk
berkembang biak. Berbeda dengan tanaman lainnya yang terendam air laut,
![Page 23: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/23.jpg)
seperti rumput laut (seaweed) atau algae, bunga lamun membentuk buah dan
menghasilkan biji (Fortes, 1990 in Zulkifli, 2000).
Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan
pantai Indonesia (Azkab, 1999) adalah sebagai berikut:
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Spesies : Halophila decipens Halophila ovalis Halophila minor Halophila spinulosa
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Spesies : Thalassodendron ciliatum
Den Hartog (1977); Phillips dan Menez (1988) menyatakan bahwa tumbuhan
lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya berhasil hidup di
lingkungan laut, yaitu:
![Page 24: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/24.jpg)
1) Mampu hidup di media air asin,
2) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam,
3) Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik,
4) Mampu melaksanakan daur generatif dalam keadaan terbenam,
5) Mampu bersaing atau berkompetisi dengan organisme lain di bawah
kondisi lingkungan laut yang kurang stabil.
Sebagian besar lamun mempunyai morfologi luar yang secara kasar hampir
sama. Lamun mempunyai daun-daun panjang, tipis dan seperti pita yang memiliki
saluran-saluran air, serta bentuk pertumbuhannya monopodial. Lamun tumbuh
dari rhizoma yang merambat. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam
morfologi yang tampak seperti daun, batang, akar, bunga dan buah (Phillips dan
Menez, 1988; Nybakken, 1993).
2.3.2. Pola distribusi dan sebaran geografis lamun
Zonasi sebaran lamun dari pantai ke arah tubir pada umumnya
berkesinambungan, perbedaan yang terdapat biasanya pada komposisi jenisnya
(vegetasi tunggal atau campuran) maupun luas penutupannya (Hutomo et al.,
1989 in Zulkifli 2000). Lamun membutuhkan substrat dasar yang lunak mulai dari
lumpur lunak sampai berpasir untuk mudah ditembus oleh akar-akar dan
rimpangnya guna menyokong tumbuhan ditempatnya (Nybakken, 1993).
Secara umum ada 3 (tiga) tipe vegetasi padang lamun (Tomascik et al., 1997)
yaitu:
1) Padang lamun vegetasi tunggal (monospesific seagrass beds), dimana
hanya terdapat 1 (satu) spesies saja,
![Page 25: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/25.jpg)
2) Padang lamun yang beraosiasi dengan 2 (dua) atau 3 (tiga) spesies, dimana
lebih sering dijumpai dibandingkan vegetasi tunggal,
3) Padang lamun vegetasi campuran (mixed seagrass beds), umumnya terdiri
dari spesies-spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea
rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule
uninervis dan Halophila ovalis.
Padang lamun pada perairan Indonesia umumnya termasuk padang lamun
vegetasi campuran (Nienhuis et al.,1989 in Zulkifli, 2000). Di Indonesia sampai
saat ini tercatat ada 12 spesies lamun yang tergolong pada 7 (tujuh) genus.
Ketujuh genus terdiri dari 3 (tiga) genus famili Hydrocharitacea yaitu Enhalus,
Thalassia dan Halophila serta 4 (empat) genus famili Potamogetonaceae yaitu
Syringodium, Cymodocea, Halodule dan Thalassodendron (Nontji, 1987).
Ekosistem yang dijumpai di Indonesia pada umumnya terdapat pada daerah
pasang surut bawah (inner intertidal) dan subtidal atas (upper subtidal) (Hutomo
et al., 1989 in Zulkifli, 2000). Dilihat dari pola zonasi lamun secara horizontal,
ekosistem lamun terletak diantara 2 (dua) ekosistem yang penting, yaitu ekosistem
mangrove dan terumbu karang. Ekosistem lamun memberikan hubungan yang erat
dan berinteraksi serta sebagai mata rantai (link) dan sebagai penyangga (buffer)
antara mangrove di pantai dan terumbu karang ke arah laut (Tomascik et al.,
1997).
Interaksi ketiga kelompok ini telah dikemukakan oleh Ogden dan Zieman
(1977) in Bengen (2001), dimana terdapat 5 (lima) bentuk interaksi utama, yaitu:
interaksi fisik, nutrien dan zat organik, zat organik melayang, ruaya hewan dan
dampak manusia.
![Page 26: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/26.jpg)
2.4. Fungsi dan peranan padang lamun Sebagai ekosistem di wilayah pesisir, keberadaan padang lamun di suatu
perairan mempunyai manfaat ganda baik secara ekonomis maupun ekologis.
Secara ekonomis, lamun telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan
ternak, bahan baku kertas, bahan kerajinan, pupuk dan obat (Hutomo dan Azkab,
1987). Secara ekologis, lamun memainkan peranan kunci di perairan laut dangkal,
yaitu sebagai habitat biota, produsen primer, penstabil substrat, penangkap
sedimen dan pendaur zat hara (Den Hartog, 1977; Hutomo dan Azkab, 1987;
Phillips dan Menez, 1988).
2.4.1. Peranan lamun sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila dibandingkan
dengan ekosistem lainnya di laut dangkal seperti ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang (Azkab, 1999). Lamun memfiksasi sejumlah karbon
organik dan sebagian besar memasuki rantai makanan di laut, baik digunakan
langsung oleh herbivora maupun melalui proses dekomposisi sebagai serasah.
Proses dekomposisi menghasilkan materi yang langsung dapat dikonsumsi oleh
fauna bentik, sedangkan partikel-partikel serasah di dalam air merupakan
makanan invertebrata penyaring (filter feeder). Pada gilirannya nanti hewan
tersebut akan menjadi mangsa dari karnivora yang terdiri dari berbagi jenis ikan
dan invertebrata (Hutomo dan Azkab, 1987).
2.4.2. Peranan lamun sebagai habitat biota perairan Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai jenis
hewan dan tumbuh-tumbuhan (algae). Disamping itu, padang lamun dapat juga
![Page 27: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/27.jpg)
berfungsi sebagai daerah asuhan dan sebagai makanan dari berbagai jenis ikan
herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Azkab, 1999).
Komunitas flora dan fauna di daerah lamun mempunyai komposisi yang khas.
Daunnya mendukung sejumlah besar organisme perifiton dengan suatu substrat
yang cocok untuk penempelan (Phillip dan Menez, 1988; Hutomo dan Azkab,
1987).
2.4.3. Peranan lamun sebagai penstabil substrat
Padang lamun memainkan suatu peranan penting dalam stabilisasi substrat
dan melindungi dasar perairan dari erosi. Daun lamun yang lebat dapat
memperlambat gerakan air (dapat meredam arus) yang disebabkan oleh arus dan
ombak, serta menyebabkan perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu,
rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar perairan. Dengan demikian ekosistem ini
bertindak sebagai pencegah erosi dan penangkap sedimen (Den Hartog, 1977;
Nybakken, 1993; Azkab, 1999).
Rimpang dan akar lamun menangkap dan menggabungkan sedimen, sehingga
meningkatkan stabilitas permukaan di bawahnya dan pada saat yang sama
menjadikan air lebih jernih (Thorhaug dan Austin, 1976 in Hutomo dan Azkab,
1987). Sedangkan Gingsburg dan Lowenstan (1958) in Hutomo dan Azkab (1987)
menjelaskan bagaimana lamun dapat memodifikasikan sedimen, yaitu dengan
cara: (1) lamun menstabilkan endapan/hamparan pasir, (2) hamparan lamun yang
lebat menyebabkan perairan menjadi tenang. Ketika sedimen halus tersebut ke
bawah dan berada di antara akar, ia tidak dapat tersuspensi lagi oleh kekuatan arus
![Page 28: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/28.jpg)
dan ombak. Daun lamun dapat menangkap sedimen halus melalui kontak, karena
daun-daun lamun tersebut biasanya diliputi oleh mikroorganisme.
2.4.4. Peranan lamun sebagai pendaur nutrien Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagi zat hara dan
elemen-elemen yang langka di lingkungan laut, khususnya zat-zat hara yang
dibutuhkan oleh perifiton untuk pertumbuhannya (Tomascik et al., 1997; Azkab,
1999).
Lamun dapat menyerap karbon dari air melaui daun dan dari sedimen melalui
akar (Phillips dan Menez, 1988). Fosfat yang diserap oleh daun-daun lamun dapat
bergerak sepanjang helai daun. Fosfat diserap oleh akar lamun dari celah-celah
sedimen, kemudian dialirkan ke daun dan selanjutnya dipindahkan ke perairan
sekitarnya (McRoy dan McMillan, 1977 in Zulkifli, 2000). Zat hara tersebut
secara potensial dapat dipergunakan oleh perifiton apabila berada dalam medium
yang miskin fosfat (Borowitzka dan Lethbridge, 1989 in Zulkifli, 2000).
Beberapa jenis alga biru-hijau, yang bersifat epifit pada Thalassia, memfiksasi
nitrogen dan menyebabkan nitrat yang terlarut mendapatkan jalan masuk ke
hospesnya atau pengayaan (enrichment) terhadap air laut. Nitrogen yang diserap
oleh akar lamun di translokasikan melalui daun ke dalam perifiton (Goering dan
Parker, 1972 in Hutomo dan Azkab, 1987).
2.5. Organisme yang berasosiasi dengan padang lamun Kikuchi dan Peres (1977) in Zulkifli (2000) membagi komunitas hewan
padang lamun berdasarkan struktur mikrohabitatnya dan pola kehidupan
hewannya sendiri dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
![Page 29: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/29.jpg)
1) Biota yang hidup di daun lamun, terdiri dari:
(1) Flora epifitik, mikro dan meiofauna yang hidup di dalamnya, seperti
protozoa, foraminifera, nematoda, polychaeta, rotifera, tardigrada,
copepoda dan arthropoda.
(2) Fauna sesil, seperti hydrozoa, actinia, bryozoa, polychaeta dan ascidia.
(3) Epifauna bergerak, merayap dan berjalan di daun, seperti gastropoda,
polychaeta, turbellaria, nemertinia, crustacea dan beberapa echinodermata.
(4) Hewan-hewan yang bergerak tetapi dapat beristirahat di daun lamun,
seperti mysidacea, hydromedusa, cephalopoda dan syngnathidae.
2) Biota yang menempel pada rimpang (rhizome), seperti polychaeta dan
amphipoda.
3) Spesies bergerak yang hidup di perairan di bawah tajuk daun lamun, seperti
ikan, udang dan cumi-cumi. Hewan-hewan yang bergerak cepat ini dibagi lagi
dalam subkategori berdasarkan periode mereka tinggal di padang lamun, yaitu:
(1) Penghuni tetap; (2) Penghuni musiman; (3) Pengunjung temporal; (4)
Peruaya yang tidak menentu.
4) Hewan-hewan yang hidup pada dan di dalam sedimen, seperti epi maupun
infauna bentos.
![Page 30: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/30.jpg)
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan lokasi penelitian
Waktu penelitian dan pengambilan sampel dilakukan pada bulan Desember
2005. Lokasi penelitian di perairan Pulau Tidung Besar Kepulauan Seribu, Jakarta
Utara.
3.2. Alat dan bahan Alat dan bahan dalam penelitian merupakan sarana pendukung yang
digunakan dalam pengambilan sampel. Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian
Alat Unit Bahan Unit Transek Kuadrat 1 x 1 m m2 Lugol -
Tongkat Berskala cm Sampel Perifiton - Refraktometer ‰ Tumbuhan Lamun -
Spektrofotometer mg/l Substrat Air - Titrasi mg/l
Termometer Hg oC Floating Drodge m/det
Botol Sampel - Alat Pengerik - Alat-alat Tulis - Kertas Label -
Buku Identifikasi - Snorkel -
19
![Page 31: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/31.jpg)
3.3. Teknik pengambilan contoh
3.3.1. Lamun
Pengambilan contoh lamun di setiap transek kuadrat kecil dihitung persentasi
penutupan dan jumlah tegakan lamun dengan dua kali pengulangan.
Menggunakan metode transek garis dan transek kuadrat. Pengamatan dilakukan
dengan cara berjalan kaki dan snorkeling untuk melihat keadaan umum vegetasi
lamun. Pada setiap substasiun terdiri dari 2 (dua) bingkai kuadrat berukuran 1 x 1
m2. Jarak antar transek besar 10 meter. Contoh lamun yang diambil untuk dikerik
perifitonnya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label pada setiap
jenis lamun yang berbeda genusnya untuk diidentifikasi.
Tabel 2. Nilai dominansi pembobotan lamun
Kelas Besarnya Substrat yang tertutup lamun
% substrat yang tertutup
% nilai tengah (Mi)
5 1/2 - semua 50 - 100 75 4 1/4 - 1/2 25 - 50 37,5 3 1/8 - 1/4 12,5 - 25 18,75 2 1/16 - 1/8 6,25 - 12,5 9,38 1 < 1/16 < 6,25 3,13 0 Tidak ada 0 0
3.3.2. Perifiton
Pengambilan contoh perifiton dilakukan dengan memotong 2 (dua) lembar
daun lamun untuk tiap transek di setiap substasiun untuk semua stasiun. Contoh
perifiton diambil dengan cara mengerik permukaan daun dengan luasan 5 x 2 cm2
di ujung, di tengah, dan di pangkal daun lamun. Perifiton yang diperoleh
dimasukkan ke dalam botol sampel, diberi label kemudian diawetkan dengan
![Page 32: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/32.jpg)
lugol. Kemudian contoh perifiton diamati menggunakan mikroskop dengan 3
(tiga) kali ulangan dan diidentifikasi berpedoman pada buku identifikasi.
3.3.3. Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan
Pengukuran beberapa parameter fisika dan kimia perairan dilakukan 3 (tiga)
kali ulangan di setiap stasiun. Alat dan unit pengukuran parameter fisika dan
kimia dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini:
Tabel 3. Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur
Paremeter Unit Alat Keterangan A. Fisika 1. Suhu oC Termometer Hg In Situ 2. Kecepatan Arus m/det Bola Pingpong Bertali In Situ 3. Kedalaman cm Tongkat Berskala In Situ 4. Kecerahan % Secchi Disc In Situ 5. Substrat % Visual In Situ B. Kimia 1. pH - pH-meter In Situ 2. Salinitas ‰ Refraktometer In Situ 3. DO mg/l Titrasi Laboratorium 4. Fosfat mg/l Spektrofotometer Laboratorium 5. Nitrat mg/l Spektrofotometer Laboratorium
3.4. Analisa perifiton
3.4.1. Kepadatan jenis perifiton
Kepadatan jenis perifiton dihitung berdasarkan perhitungan plankton, dengan
modifikasi Lackey Drop Microtransecting Methods (APHA, 1989)
Keterangan: N = Jumlah perifiton per satuan luas (ind/cm2)
pnx
Ax
VoVrx
OpOiN
313
=
![Page 33: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/33.jpg)
Oi = Luas gelas penutup (324 mm2)
Op= Luas satuan lapang pandang (1,306 mm2)
Vr = Volume konsentrat dalam botol sampel (30 ml)
Vo= Volume satuan tetes air contoh (0,05 ml)
A = Luas bidang kerikan (5 x 2 cm2)
n = Jumlah perifiton yang tercacah
p = Jumlah lapang pandang (5)
3.4.2. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi perifiton
Perhitungan indeks keanekaragaman digunakan untuk menganalisa populasi
dan komunitas perifiton, berdasarkan indeks Shannon-Wiener (Legendre dan
Legendre, 1983). Rumus sebagai berikut:
Keterangan: H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon
N = Total individu seluruh genera
ni = Jumlah total individu genera ke-1
Nilai indeks keanekaragaman Shannon dikategorikan atas nilai-nilai sebagai
berikut (Brower et al., 1990) yaitu apabila nilai H’ ≤ 1 maka tingkat
keanekaragaman rendah, tekanan ekologi tinggi, apabila nilai 1 < H' ≤ 3 maka
tingkat keanekaragaman sedang, tekanan ekologi sedang, dan apabila nilai H' > 3
maka tingkat keanekaragaman tinggi, tekanan ekologi rendah.
Untuk melihat seberapa besar nilai keseragaman penyebaran genera dalam
komunitas perifiton, digunakan indeks keseragaman, yaitu rasio keanekaragaman
dan nilai maksimumnya.
∑=
−=n
i
PiLogPiH1
'NnPi i
=
![Page 34: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/34.jpg)
Keterangan: E = Indeks keseragaman Evenness dengan kisaran 0-1
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon
H’ maks = Indeks keanekaragaman maksimum = Log S
dimana S adalah jumlah genera
Jika nilai E mendekati 1, maka sebaran individu antar generatif relatif sama.
Sebaliknya jika nilai E mendekati 0, terdapat kelompok genera yang jumlahnya
lebih daripada genera lainnya.
Indeks dominansi digunakan untuk menggambarkan sejauh mana suatu genera
mendominasi populasi tersebut. Genera yang paling dominan ini dapat
menentukan atau mengendalikan kehadiran jenis lain.
Dengan memakai indeks dominansi Simpson (Bengen, 1998).
Keterangan: D = Indeks dominansi Simpson
ni = Jumlah individu genera ke-1
N = Total individu seluruh genera
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Semakin besar nilai indeks
semakin besar adanya kecenderungan salah satu spesies yang mendominasi
populasi.
3.5. Perhitungan lamun
3.5.1. Kerapatan lamun
maksHHE
''
=
2
1∑=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
n
i NnD i
![Page 35: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/35.jpg)
Kerapatan setiap jenis lamun adalah total individu dalam suatu luas area yang
diukur. Dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Ki = Kerapatan jenis ke-1 (ind/m2)
ni = Jumlah individu atau tegakan dalam kuadrat ke-1 (ind)
A = Luas area total pengambilan sampel (m2)
3.5.2. Persetasi penutupan lamun
Penutupan adalah luas area yang tertutupi oleh lamun:
P = x 100 %
Keterangan: P = % penutupan lamun
3.6. Pengelompokan habitat
Pengelompokan habitat dilakukan dengan cara menghitung tingkat kesamaan
(similaritas) menggunakan indeks Canberra, untuk melihat kesamaan antar stasiun
pengamatan berdasarkan parameter fisika dan kimia perairan (Krebs, 1989):
Keterangan: Lc = Nilai kesamaan indeks Canberra
Ai = Nilai data parameter ke-I Stasiun A
Bi = Nilai data parameter ke-I Stasiun B
A
n
K
n
i
i
i
∑== 1
∑ +
−−=
ii
ii
BABA
nLc 11
Luas total penutupan
Pengambilan contoh
![Page 36: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/36.jpg)
Nilai kesamaan indeks Canberra antara 0 – 1. nilai Lc = 0 menunjukkan
tingkat kesamaan antar stasiun paling rendah dan nilai Lc = 1 menunjukkan
tingkat kesamaan antar stasiun paling tinggi.
Indeks Bray Curtis, untuk melihat kesamaan antar stasiun berdasarkan
kepadatan perifiton di daun lamun (Krebs, 1989):
Keterangan: Lb = Nilai kesamaan indeks Bray Curtis
Ai = Nilai data parameter ke-I Stasiun A
Bi = Nilai data parameter ke-I Stasiun B
Dari kumpulan nilai kesamaan indeks Canberra dan indeks Bray Curtis di atas
dibuat matriks kesamaan yang digunakan untuk menganalisis kelompok (Cluster
Analysis). Pengolahan data menggunakan software Minitab versi 14.0.
Metode Clustering yang digunakan dalam mencari tingkat kesamaan antara
stasiun pengamatan adalah metode pengelompokan hierarki (Hierarchial
Clustering Methods), khususnya sub metode rantai tunggal (single linkage). 2
(dua) buah stasiun yang paling mirip dikelompokan menjadi satu (kelompok 1),
stasiun selanjutnya yang termirip dengan kelompok pertama digabung membentuk
kelompok dua dan seterusnya. Bila tingkat kesamaan berkurang maka seluruh
stasiun pengamatan akan bergabung menjadi satu kelompok (single cluster). Hasil
penggabungan antara stasiun secara berurutan akan ditampilkan dalam bentuk
dendogram (Johnson dan Wichern, 1992).
∑∑
+
−−=
ii
ii
BA
BALb 1
![Page 37: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/37.jpg)
3.7. Analisis statistik
Analisis data menggunakan uji analisis ragam Rancangan percobaan yang
diterapkan pada data adalah rancangan acak lengkap satu faktor (faktor
Bagian/Wilayah) dan rancangan percobaan yang diterapkan pada data adalah
rancangan acak lengkap faktorial. Faktor-faktor dalam penelitian tersebut yaitu
stasiun (S1, S2, S3,…, S6) dan posisi daun (Ujung, Tengah dan Pangkal).
Pengolahan data menggunakan software SPSS Versi 13.0. Uji ini
menunjukkan bahwa seberapa besar pengaruh perlakuan antar stasiun, perbedaan
genus antar bagian daun dan perbedaan pengaruh bagian utara dan selatan
terhadap kepadatan perifiton pada lamun Enhalus acoroides.
![Page 38: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/38.jpg)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi lokasi
Perairan Pulau Tidung Besar terletak di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara,
Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan disepanjang pantai bagian utara dan
selatan di Pulau Tidung Besar. Lokasi pengamatan (Gambar 1) berada pada
05048’10.3” - 05048’11.6” LS dan 106030’36.0” - 106030’37.7” BT Bagian
Selatan dan 05048’04.7” - 05048’06.5” LS dan 106030’34.6” - 106030’35.9”
Bagian Utara.
Gambar 1. Perairan Pulau Tidung Besar, Jakarta Utara
Jenis lamun yang paling banyak ditemui di bagian selatan dan utara pada
perairan Pulau Tidung Besar adalah Enhalus acoroides. Pada bagian selatan
memiliki kerapatan 31-46 ind/m2 dan pada bagian utara memiliki kerapatan 37-49
27
![Page 39: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/39.jpg)
ind/m2. Persen penutupannya pada bagian selatan yaitu 31,34-57,01 % dan pada
bagian utara yaitu 43,26-85,34 %. Substrat di perairan Pulau Tidung Besar adalah
substrat pasir, dengan suhu berkisar antara 29 – 32 0C dan salinitas 30 ‰.
Sedangkan kisaran pH menunjukan angka yang stabil yaitu 7.
Kedalaman bervariasi dari pantai hingga ke tubir berkisar antara 52-96 cm
pada bagian selatan dan 65-75 cm pada bagian utara yang tidak terlalu
mengganggu aktivitas metabolisme perifiton maupun lamun yang hidup dan
tumbuh di perairan ini. Nutrien-nutrien yang dihitung adalah nitrat di bagian
selatan berkisar antara 0,024-0,033 mg/l, sedangkan di bagian utara nitrat berkisar
antara 0,012-0,021 mg/l. Ortoposfat pada bagian selatan berkisar antara 0,003-
0,005 mg/l dan ortopospat pada bagian utara berkisar antara 0,003-0,008 mg/l.
Sedangkan DO berkisar antara 7 - 9 mg/l di bagian selatan dan 8,5-10 mg/l di
bagian utara. Karakteristik parameter fisika kimia perairan di Pulau Tidung
Besar, Jakarta Utara dapat dilihat pada Tabel 4.
4.2 Komunitas perifiton
4.2.1. Keragaman jenis dan kepadatan perifiton
Perifiton yang ditemukan pada daun Enhalus acoroides pada bagian selatan
sebanyak 28 genera yang terbagi ke dalam 5 kelas dan 21 family. Jenis perifiton
yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia sp, Rhizosolenia sp dan
Tintinnopsis sp sedangkan perifiton yang paling sedikit adalah Amphora sp,
Chaetocheros sp dan Diploneis sp. Keseluruhan jenis perifiton yang didapatkan
pada bagian selatan yaitu Amphora sp, Biddulphia sp, Chaetocheros sp,
Cocconeis sp, Coscinodiscus sp, Diploneis sp, Fragilaria sp, Isthmia sp,
Leptocylindrus sp, Melosira sp, Navicula sp, Nitzschia sp, Pleurosigma sp,
![Page 40: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/40.jpg)
Rhizosolenia sp, Skeletonema sp, Streptotheca sp, Thalassiosira sp, Thalassiothrix
sp, Triceratium sp, Pelagothrix sp, Trichodesmium sp, Ceratium sp, Dinophysis
sp, Peridinium sp, Pirocystis sp, Favella sp, Tintinnopsis sp, Globigerina sp.
Tabel 4. Karakteristik parameter fisika kimia perairan di Pulau Tidung Besar,
Jakarta Utara. Bagian Selatan Utara
Parameter St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 St. 6
Fisika
1. Kecepatan arus (m/dt) 0,07 0,08 0,06 0,02 0,03 0,05
2. Substrat Pasir Pasir Pasir Pasir Pasir Pasir
3. Kedalaman (cm) 96 67 52 71 75 65
4. Suhu (oC) 29 30 30 32 32 32
5. Kecerahan (%) 100 100 100 100 100 100
Kimia
6. Salinitas (‰) 30 30 30 30 30 30
7. pH 7 7 7 7 7 7
8. DO (mg/l) 9 7,5 7 9,5 10 8,5
9. Nitrat (mg/l) 0,033 0,025 0,024 0,012 0,021 0,015
10. Ortopospat (mg/l) 0,005 0,003 0,003 0,008 0,003 0,007
Perifiton yang ditemukan pada daun Enhalus acoroides pada bagian utara
sebanyak 33 genera yang terbagi ke dalam 5 kelas dan 21 family. Jenis perifiton
yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia sp, Rhizosolenia sp, Skeletonema
sp dan Tintinnopsis sp sedangkan perifiton yang paling sedikit adalah Gyrosigma
sp dan Phalacroma sp. Keseluruhan jenis perifiton yang didapatkan pada bagian
utara yaitu Biddulphia sp, Bacillaria sp, Chaetocheros sp, Coscinodiscus sp,
Diploneis sp, Fragilaria sp, Gyrosigma sp, Isthmia sp, Leptocylindrus sp,
Licmophora sp, Melosira sp, Navicula sp, Nitzschia sp, Pleurosigma sp,
![Page 41: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/41.jpg)
Rhizosolenia sp, Skeletonema sp, Streptotheca sp, Thalassionema sp,
Thalassiosira sp, Thalassiothrix sp, Triceratium sp, Pelagothrix sp,
Trichodesmium sp, Amphisolenia sp, Ceratium sp, Dinophysis sp, Peridinium sp,
Phalacroma sp, Pirocystis sp, Favella sp, Leprotintinnus sp, Tintinnopsis sp,
Globigerina sp.
Jenis perifiton yang paling banyak ditemukan pada setiap bagian daun
Enhalus acoroides pada bagian selatan dan utara adalah kelas Bacillariophyceae,
jika dilihat dari karakteristik biologi Bacillariophyceae merupakan komponen
yang paling penting sebagai sumber makanan bagi zooplankton. Pengelompokan
kelas dan family pada Enhalus acoroides pada bagian selatan dan utara dapat
dilihat pada Tabel 5.
Jenis-jenis perifiton yang berbeda sebanyak 2 genera, yang terdapat di bagian
selatan tetapi tidak terdapat di bagian utara pada daun Enhalus acoroides , yaitu
Amphora sp dan Cocconeis sp, sedangkan yang terdapat di bagian utara tetapi
tidak terdapat di bagian selatan pada daun Enhalus acoroides sebanyak 7 genera
yaitu Bacillaria sp, Gyrosigma sp, Licmophora sp, Thalassionema sp,
Amphisolenia sp, Phalacroma sp dan Leprotintinnus sp. Penyebaran jumlah
perifiton pada daun Enhalus acoroides per sub stasiun dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Pengelompokan kelas dan family pada Enhalus acoroides pada bagian selatan dan utara.
Selatan Utara
![Page 42: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/42.jpg)
Kelas Family Jumlah Genera Kelas Family
Jumlah Genera
Bacillariophyceae Cymbellaceae 1 Bacillariophyceae Nitzschiaceae 2 Biddulphiaceae 3 Biddulphiaceae 3 Coscinodiscaceae 2 Coscinodiscaceae 2 Chaetocerotaceae 1 Chaetocerotaceae 1 Cocconeidaceae 1 Naviculaceae 5 Naviculaceae 4 Fragilariaceae 4 Fragilariaceae 2 Leptocylindraceae 1 Leptocylindraceae 1 Melosiraceae 1 Melosiraceae 1 Soleniaceae 1 Nitzschiaceae 1 Thalassiosiraceae 1 Soleniaceae 1 Thalassiosiraceae 1 Cyanophyceae Phormidiaceae 1 Oscillatoriaceae 1 Cyanophyceae Phormidiaceae 1 Oscillatoriaceae 1 Dinophyceae Amphisoleniaceae 1 Ceratiaceae 1 Dinophyceae Ceratiaceae 1 Dinophysaceae 2 Dinophysaceae 1 Peridiniaceae 1 Peridiniaceae 1 Adinida 1 Adinida 1 Ciliata Xystonellidae 1 Ciliata Xystonellidae 1 Metcylididae 1 Tintinnididae 1 Tintinnididae 1 Sarcodina Globigerinidae 1 Sarcodina Globigerinidae 1
Tabel 6. Penyebaran jumlah perifiton pada daun Enhalus acoroides per sub stasiun.
Selatan Stasiun 1 Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
![Page 43: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/43.jpg)
Takson U T P U T P U T P Kelas 5 5 5 4 4 4 5 5 5 Family 12 13 13 4 9 8 9 9 11 Genera 12 15 15 4 9 8 10 10 12 Stasiun 2 Sub Stasiun 4 Sub Stasiun 5 Sub Stasiun 6 Takson U T P U T P U T P Kelas 5 5 5 3 3 3 3 3 3 Family 9 11 8 2 6 3 7 6 4 Genera 10 12 9 2 6 3 7 6 5 Stasiun 3 Sub Stasiun 7 Sub Stasiun 8 Sub Stasiun 9 Takson U T P U T P U T P Kelas 2 2 2 4 4 4 3 3 3 Family 4 5 3 6 12 9 2 5 5 Genera 4 5 3 6 14 10 2 5 7
Utara Stasiun 4 Sub Stasiun 10 Sub Stasiun 11 Sub Stasiun 12 Takson U T P U T P U T P Kelas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Family 8 11 11 6 15 10 7 13 11 Genera 11 12 11 7 20 10 8 15 13 Stasiun 5 Sub Stasiun 13 Sub Stasiun 14 Sub Stasiun 15 Takson U T P U T P U T P Kelas 3 3 3 5 5 5 4 4 4 Family 2 5 8 11 16 9 7 4 3 Genera 2 5 8 12 21 10 7 4 3 Stasiun 6 Sub Stasiun 16 Sub Stasiun 17 Sub Stasiun 18 Takson U T P U T P U T P Kelas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Family 10 12 10 4 12 15 4 17 14 Genera 11 13 12 4 15 18 4 21 16
Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun
Kepadatan tertinggi pada daun Enhalus acoroides bagian selatan di stasiun 1,
2 dan 3 yaitu Rhizosolenia sp masing-masing sebesar 133.471 ind/cm2, 116.601
ind/cm2 dan 111.970 ind/cm2 sedangkan pada daun Enhalus acoroides bagian
![Page 44: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/44.jpg)
utara kepadatan tertinggi pada stasiun 4 adalah Rhizosolenia sp sebesar 153.152
ind/cm2, pada stasiun 5 adalah Nitzschia sp sebesar 139.755 ind/cm2 dan pada
stasiun 6 kepadatan tertinggi dimiliki oleh Rhizosolenia sp yaitu sebesar 143.394
ind/cm2. Kepadatan tertinggi pada daun Enhalus acoroides bagian selatan dan
utara dapat dilihat pada Tabel 10. Jenis perifiton yang paling banyak ditemukan
adalah dari kelas Bacillariophyceae yang merupakan epifit utama yang ditemukan
pada lamun.
![Page 45: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/45.jpg)
Gambar 2. Jumlah kepadatan perifiton (ind/cm2) per kelas bagian selatan
Gambar 3. Jumlah kepadatan perifiton (ind/cm2) per kelas bagian utara Nilai-nilai indeks keanekaragaman jenis di setiap stasiun dan bagian daun
lamun (Enhalus acoroides) di sebelah selatan menunjukkan klasifikasi rendah
yang menggambarkan peyebaran individu tiap jenisnya rendah dan tekanan
ekologinya tinggi sedangkan pada bagian utara menunjukkan klasifikasi sedang,
hal ini menunjukkan penyebaran individu tiap jenis sedang dan tekanan ekologi
sedang. Namun demikian komunitas perifiton ini menunjukkan jenis perifiton
![Page 46: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/46.jpg)
yang menempel pada daun lamun cukup beragam tetapi terdapat beberapa spesies
yang paling banyak, karena kepadatan jenisnya berbeda. Kisaran indeks
keseragaman pada bagian selatan di stasiun 1 berkisar antara 0,64-0,78, stasiun 2
berkisar antara 0,56-0,70 dan stasiun 3 berkisar antara 0,67-.0,75, sedangkan
kisaran indeks keseragaman pada bagian utara di stasiun 4 berkisar antara 0,74-
0,84, stasiun 5 berkisar antara 0,77-0,82 dan stasiun 6 berkisar antara 0,76-0,86.
Nilai indeks dominansi pada bagian selatan menunjukkan kondisi lingkungan
yang rendah, bahwa tidak ada spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies
lainnya, kondisi ini disertai sebaran individu antara genera relatif sama. Demikian
pula halnya pada bagian utara yang menunjukkan nilai indeks dominansi yang
rendah. Kisaran nilai keanekaragaman, keseragaman dan dominansi perifiton
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penggolongan keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (D) perifiton pada daun Enhalus acoroides di bagian selatan dan utara.
Stasiun H' E D U T P U T P U T P
Selatan 1 0,91 0,84 0,82 0,78 0,64 0,65 0,15 0,12 0,12 2 0,70 0,83 0,58 0,68 0,70 0,56 0,25 0,19 0,14 3 0,64 0,86 0,69 0,70 0,75 0,67 0,31 0,16 0,19
Utara 4 1,01 1,01 1,01 0,84 0,74 0,77 0,12 0,12 0,12 5 0,89 1,01 0,91 0,82 0,77 0,81 0,15 0,12 0,14 6 0,99 1,02 1,01 0,86 0,76 0,76 0,12 0,14 0,12
Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun
4.2.2. Keragaman kepadatan antar stasiun dan antar bagian inang
Kepadatan perifiton antar stasiun yang tertinggi pada daun Enhalus acoroides
di stasiun bagian selatan adalah stasiun 1 dengan nilai kepadatan 545.293 ind/cm2,
![Page 47: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/47.jpg)
stasiun 2 dan 3 masing-masing nilai kepadatannya adalah 358.236 ind/cm2 dan
297.207 ind/cm2. Jumlah kerapatan dan persen penutupan lamun pada stasiun 1
tergolong tinggi dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3.
Pada daun Enhalus acoroides bagian utara kepadatan perifiton antar stasiun
yang tertinggi yaitu stasiun 4 dengan nilai kepadatan 731.192 ind/cm2, stasiun 5
dan 6 dengan masing-masing nilai kepadatannya 589.783 ind/cm2 dan 648.000
ind/cm2. Hal ini disebabkan pada stasiun 4 kerapatan dan persen penutupan lamun
juga tergolong tinggi (Lampiran 3.) daripada stasiun lainnya, sehingga mampu
untuk meredam pergerakan air dan menjadikan sirkulasi air lebih tenang yang
membuat perifiton pada daun lamun terhindar dari pencucian oleh arus yang
keras, dengan kecepatan arus tergolong lambat yaitu 0,02 m/detik menyebabkan
keragaman jenis perifiton di stasiun 4 yang menempel di daun lamun cukup
tinggi.
Nilai kepadatan tertinggi antar bagian inang Enhalus acoroides terdapat di
bagian ujung daun dengan nilai kepadatan perifiton sebesar 1.105.967 ind/cm2,
sedangkan pada bagian tengah dan pangkal daun masing-masing sebesar
1.060.154 ind/cm2 dan 1.003.590 ind/cm2. Komposisi perifiton pada lamun sangat
dipengaruhi oleh umur, letak atau tempat hidup lamun, pada lamun yang lebih tua
yaitu bagian ujung daun lamun komposisi dan kepadatan perifiton akan berbeda
dengan lamun yang lebih muda yaitu bagian pangkal daun lamun, karena proses
penempelan dan pembentukan koloni perifiton memerlukan waktu yang cukup
lama.
Pada daun Enhalus acoroides lokasi kepadatan tertinggi di stasiun 1 secara
keseluruhan terdapat pada bagian ujung daun dengan nilai 201.942 ind/cm2,
![Page 48: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/48.jpg)
sedangkan pada bagian tengah daun dan pangkal daun memiliki nilai kepadatan
masing-masing sebesar 171.180 ind/cm2 dan 172.172 ind/cm2. Di bagian ini
kepadatan tertingginya pada sub stasiun 1 (Gambar 2A) yaitu Coscinodiscus sp
sebesar 19.847 ind/cm2. Coscinodiscus sp memiliki sifat kosmopolit yang dapat
hidup pada kisaran daerah yang luas. Pada bagian tengah (Gambar 2B) kepadatan
tertinggi yaitu dimiliki oleh Rhizosolenia sp dengan nilai 44.656 ind/cm2,
sedangkan pada bagian pangkal daun (Gambar 2C) kepadatan tertingginya yaitu
genera Nitzschia sp dengan nilai 39.860 ind/cm2.
Pada stasiun 2 ditemukan 20 genera perifiton di daun Enhalus acoroides.
Kepadatan tertinggi pada bagian ujung daun Enhalus acoroides (Gambar 3A) di
stasiun ini yaitu genera Rhizosolenia sp dengan nilai sebesar 44.656 ind/cm2,
sedangkan Favella sp dengan nilai 331 ind/cm2 merupakan kepadatan terendah
dimana pada bagian ujung daun ini ditemukan 11 genera perifiton.
Bagian tengah dan pangkal daun Enhalus acoroides (Gambar 3B) dan
(Gambar 3C) kepadatan tertingginya sama seperti pada bagian ujung daun yaitu
dimiliki oleh Rhizosolenia sp dengan nilai masing-masing sebesar 34.567 ind/cm2
dan 37.379 ind/cm2. Hal ini diduga karena stasiun 2 memiliki kerapatan lamun
yang tergolong rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya sehingga
keanekaragaman perifiton yang menempel sedikit. Didukung pula oleh kecepatan
arus dari arah terumbu karang yang besar dimana hanya perifiton yang memiliki
kemampuan perekat yang kuatlah yang mampu menempel di daun lamun.
![Page 49: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/49.jpg)
Stasiun 1 A
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Amph
ora s
p
Bidd
ulphia s
p
Cocc
oneis
sp
Diplo
neis
sp
Gyros
igma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melo
sira sp
Nitzs
chia
sp
Rhizo
solen
ia sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratiu
m sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis s
p
Leprotint
innus
sp
Globige
rina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
B
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 C
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun Sumber: hasil pengolahan pada Lampiran 1
Gambar 4. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B) dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 1.
![Page 50: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/50.jpg)
Stasiun 2
A
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora s
p
Bidd
ulphia s
p
Cocc
oneis
sp
Diplo
neis
sp
Gyros
igma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melo
sira sp
Nitzs
chia
sp
Rhizo
solen
ia sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratiu
m sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis s
p
Leprotint
innus
sp
Globige
rina sp
Genera
Kepa
data
n Pe
rifit
on (i
nd/c
m2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
B
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kepa
data
n Per
ifito
n (in
d/cm
2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 C
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun Sumber: hasil pengolahan pada Lampiran 1
Gambar 5. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B) dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 2.
![Page 51: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/51.jpg)
Pada stasiun 3 genera yang ditemukan pada daun Enhalus acoroides yaitu
sebanyak 18 genera perifiton dengan komposisi masing-masing bagian daun yaitu,
pada bagian ujung daun sebanyak 9 genera, bagian tengah daun sebanyak 14
genera dan pada bagian ujung daun sebanyak 11 genera. Dimana keseluruhannya
memiliki nilai kepadatan perifiton sebesar 296.049 ind/cm2.
Pada bagian ujung daun Enhalus acoroides (Gambar 4A) kepadatan tertinggi
secara keseluruhan ditemukan pada genera Rhizosolenia sp dengan nilai sebesar
48.791 ind/cm2 namun dari aspek individu kepadatan tertinggi dimiliki oleh
Nitzschia sp dengan nilai sebesar 333.428 ind/cm2 yang terdapat pada sub stasiun
7. Pada bagian tengah daun Enhalus acoroides (Gambar 4B) ditemukan nilai
kepadatan tertinggi sebesar 33.409 ind/cm2 yang dimiliki oleh Rhizosolenia sp
dan pada bagian ujung daun (Gambar 4C) kepadatan tertinggi dimiliki oleh
Nitzschia sp dengan nilai sebesar 31.590 ind/cm2.
Komposisi individu dimasing-masing bagian daun lamun Enhalus acoroides
pada stasiun 4 yaitu, 1.500 individu dengan jumlah genera sebanyak 16 pada
bagian ujung daun, 1.458 individu dengan jumlah genera sebanyak 23 pada
bagian tengah daun, sedangkan pada bagian pangkal daun ditemukan sebanyak
1.463 individu dengan jumlah genera sebanyak 21. Secara keseluruhan pada
stasiun 4 ditemukan jumlah genera perifiton sebanyak 32.
Kepadatan tertinggi pada bagian ujung daun Enhalus acoroides terdapat di
sub stasiun 11 (Gambar 5A) yaitu Rhizosolenia sp dengan nilai kepadatan di
bagian ini sebesar 56.564 ind/cm2. Pada bagian tengah daun (Gambar 5B) dan
bagian pangkal daun (Gambar 5C) dimiliki oleh Rhizosolenia sp dengan nilai
kepadatan masing-masing sebesar 47.468 ind/cm2 dan 49.121 ind/cm2.
![Page 52: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/52.jpg)
Stasiun 3 A
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora s
p
Bidd
ulphia s
p
Cocc
oneis
sp
Diplo
neis
sp
Gyros
igma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melo
sira sp
Nitzs
chia
sp
Rhizo
solen
ia sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratiu
m sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis s
p
Leprotint
innus
sp
Globige
rina sp
Genera
Kepa
data
n Per
ifito
n (in
d/cm
2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
B
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis sp
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 C
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium
sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun Sumber: hasil pengolahan pada Lampiran 1
Gambar 6. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B) dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 3.
![Page 53: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/53.jpg)
Stasiun 4
A
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Amph
ora s
p
Bidd
ulphia s
p
Cocc
oneis
sp
Diplo
neis
sp
Gyros
igma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melo
sira sp
Nitzs
chia
sp
Rhizo
solen
ia sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratiu
m sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis s
p
Leprotint
innus
sp
Globige
rina sp
Genera
Kepa
data
n Per
ifito
n (in
d/cm
2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 B
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia
sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melosir
a sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium sp
Ceratiu
m sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globige
rina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 C
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis s
p
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun Sumber: hasil pengolahan pada Lampiran 2
Gambar 7. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B) dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 4.
![Page 54: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/54.jpg)
Pada stasiun 5 ditemukan jumlah genera perifiton sebanyak 26. Dengan
komposisisi individu terkecil terdapat pada bagian tengah daun Enhalus acoroides
yaitu sebanyak 13 individu, sedangkan pada bagian ujung dan pangkal daun
didapatkan sebanyak masing-masing 21 individu.
Kepadatan tertinggi pada bagian ujung daun Enhalus acoroides yaitu pada
genera Nitzschia sp dengan nilai sebesar 48.625 ind/cm2 dimana secara individu
kepadatan tertinggi terdapat di sub stasiun 14 (Gambar 6A). Pada bagian tengah
daun kepadatan tertinggi yaitu Nitzschia sp dengan nilai sebesar 48.460 ind/cm2
(Gambar 6B), sedangkan pada bagian pangkal daun kepadatan tertinggi yaitu
Rhizosolenia sp dengan nilai kepadatan sebesar 43.002 ind/cm2 dan secara
individu kepadatan tertinggi ditemukan pada sub stasiun 15 yaitu Tintinnopsis sp
dengan nilai sebesar 315.566 ind/cm2 (Gambar 6C).
![Page 55: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/55.jpg)
Stasiun 5 A
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amphor
a sp
Biddulp
hia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis sp
Gyrosig
ma sp
Lepto
cylin
drus s
p
Melosir
a sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Strepto
theca
sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratium
sp
Trich
odes
mium sp
Cerati
um sp
Peridin
ium sp
Pirocy
stis s
p
Lepro
tintin
nus s
p
Globige
rina s
p
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
B
0
1000020000
30000
40000
5000060000
70000
Amphor
a sp
Biddulp
hia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis sp
Gyrosig
ma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melosir
a sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Strepto
theca
sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratium
sp
Trich
odes
mium sp
Ceratiu
m sp
Peridi
nium sp
Pirocy
stis s
p
Lepr
otinti
nnus
sp
Globige
rina s
p
Genera
Kepa
data
n Pe
rifito
n (in
d/cm
2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
C
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amphor
a sp
Biddulp
hia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis sp
Gyrosig
ma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melosir
a sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Strepto
theca
sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratium
sp
Trich
odes
mium sp
Ceratiu
m sp
Peridi
nium sp
Pirocy
stis s
p
Lepr
otinti
nnus
sp
Globige
rina s
p
Genera
Kepa
data
n Pe
rifito
n (in
d/cm
2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3
Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun Sumber: hasil pengolahan pada Lampiran 2
Gambar 8. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B) dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 5.
![Page 56: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/56.jpg)
Jumlah genera perifiton yang ditemukan pada stasiun 6 adalah sebanyak 29.
dengan komposisi individu terbanyak pada bagian ujung daun Enhalus acoroides
sebanyak 711 individu, sedangkan pada bagian tengah dan pangkal daun
komposisi individu masing-masing sebanyak 1.340 individu dan 1.263 individu.
Nilai kepadatan tertinggi yang terdapat pada bagian ujung daun yaitu
Rhizosolenia sp 44.987 ind/cm2 (Gambar 7A), sedangkan pada bagian tengah dan
pangkal daun kepadatan tertinggi masing-masing terdapat pada 50.775 ind/cm2
(Gambar 7B) dan 47.633 ind/cm2 (Gambar 7C).
Pada stasiun 6 terdapat genera yang berada diseluruh bagian daun Enhalus
acoroides selain Rhizosolenia sp dan Nitzschia sp yaitu Pirocystis sp yang pada
stasiun 6 nilai kepadatannya mencapai 48.460 ind/cm2. Pirocystis sp merupakan
produsen primer yang penting di laut dan mampu melakukan fotosintesis.
![Page 57: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/57.jpg)
Stasiun 6 A
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Amph
ora s
p
Bidd
ulphia s
p
Cocc
oneis
sp
Diplo
neis
sp
Gyros
igma sp
Lepto
cylin
drus
sp
Melo
sira sp
Nitzs
chia
sp
Rhizo
solen
ia sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratiu
m sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis s
p
Leprotint
innus
sp
Globige
rina sp
Genera
Kepa
data
n Per
ifito
n (in
d/cm
2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 B
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis sp
Gyros
igma sp
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Streptothe
ca sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globig
erina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 C
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Amph
ora sp
Bidd
ulphia sp
Cocco
neis
sp
Diplon
eis sp
Gyros
igma s
p
Leptoc
ylind
rus s
p
Melo
sira sp
Nitzsc
hia sp
Rhizos
olenia
sp
Strepto
thec
a sp
Thala
ssios
ira sp
Trice
ratiu
m sp
Trich
odes
mium
sp
Ceratium sp
Perid
inium
sp
Pirocy
stis
sp
Leprotint
innus
sp
Globigerina sp
Genera
Kep
adat
an P
erifi
ton
(ind/
cm2)
Sub Stasiun 1 Sub Stasiun 2 Sub Stasiun 3 Keterangan: U= Ujung daun; T= Tengah daun; P= Pangkal daun Sumber: hasil pengolahan pada Lampiran 2
Gambar 9. Sebaran kepadatan genera perifiton bagian ujung daun (A), tengah daun (B) dan pangkal daun (C) pada daun Enhalus acoroides di Stasiun 6.
![Page 58: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/58.jpg)
4.3. Klasifikasi numerik
4.3.1. Klasifikasi stasiun
Untuk melihat secara jelas keterkaitan antar keberadaan perifiton pada lamun
dan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan lamun,
maka perlu dilakukan analisis pengelompokkan habitat dengan indeks Canberra
dan indeks Bray-Curtis. Analisis berdasarkan nilai parameter fisika dan kimia
permukaan perairan yang diukur di setiap stasiun serta jumlah perifiton yang
menempel pada daun lamun.
4.3.1.1. Pengelompokkan stasiun berdasarkan parameter fisika kimia perairan Pengelompokkan dilakukan untuk melihat kesamaan atau similaritas antar
stasiun dengan menggunakan data parameter fisika kimia seperti salinitas, pH,
DO, nitrat, fosfat, suhu, arus, kecerahan dan kedalaman.
Pengambilan parameter fisika kimia di bagian selatan pada stasiun 1
dilakukan pada pagi hari, dimana pada saat itu suhu masih rendah dibandingkan
stasiun yang lain. Kedalaman pada stasiun ini hampir mencapai 1m, intensitas
cahaya masih rendah namun penetrasi cahaya matahari masih terlihat sampai
kedasar perairan. Aktivitas hilir mudik transportasi kapal laut dari dan kearah
Pulau Tidung Besar terlihat padat sehingga mengakibatkan parameter kimia yang
didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya pada bagian selatan
ini.
Pengambilan parameter fisika kimia pada stasiun 2 dan 3 dilakukan pada siang
hingga sore hari dimana suhu yang didapatkan lebih hangat dibandingkan stasiun
1. Kecepatan arus yang didapatkan juga tergolong tinggi dikarenakan pada waktu
![Page 59: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/59.jpg)
itu terjadi musim barat dimana angin bertiup kencang, pada bagian selatan Pulau
Tidung Besar berhadapan langsung dengan Laut Jawa sehingga tidak ada pulau
yang mampu meredam arah pergerakan air laut. Pada saat itu juga terjadi hujan
gerimis sehingga parameter kimia yang didapatkan lebih kecil dibandingkan
dengan stasiun 1.
Pengambilan parameter fisika kimia di bagian utara pada stasiun 6 dilakukan
pada siang hari, kedalaman dan suhu pada stasiun ini relatif sama, penetrasi
cahaya matahari terlihat sampai kedasar perairan. Aktivitas hilir mudik
transportasi kapal laut dari dan kearah Pulau Tidung Besar tidak terlihat padat
karena pada bagian utara bukan jalur transportasi yang biasa dilewati oleh kapal
laut, kapal nelayan yang melewati bagian ini hanya menggunakan dayung
sehingga parameter kimia yang didapatkan banyak dipengaruhi masukan dari
darat.
Kecepatan arus pada stasiun 6 tergolong tinggi dikarenakan pada siang hari
terjadi pasang dibandingkan pada pagi hari. Pengambilan parameter pada stasiun
4 dan 5 dilakukan pada pagi hari. Kecepatan arus yang didapatkan tergolong
rendah dikarenakan persen penutupan lamunnya tergolong tinggi, pada bagian
utara terdapat daerah penanaman pohon mangrove, sehingga pergerakan air laut
pada bagian ini mampu diredam.
4.3.1.2. Pengelompokkan stasiun berdasarkan jumlah perifiton pada daun lamun Enhalus acoroides bagian selatan dan utara
Pengelompokan ini bertujuan untuk mengelompokan stasiun berdasarkan
jumlah perifiton yang menempel pada daun lamun Enhalus acoroides bagian
selatan dan utara di setiap bagian daun selama pengamatan.
![Page 60: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/60.jpg)
Pengelompokan stasiun berdasarkan jumlah perifiton pada Enhalus acoroides
di bagian selatan menunjukkan jumlah perifiton yang relatif sama pada stasiun 2
dan 3 dibandingkan dengan stasiun 1. Hal ini mengindikasikan bahwa semua
genera perifiton yang ditemukan mempunyai toleransi terhadap perubahan
kualitas perairan dibagian selatan, dengan kata lain di bagian selatan jumlah
kepadatan perifiton di stasiun 2 dan 3 memiliki kesamaan dibandingkan dengan
stasiun 1, hal ini menunjukkan jumlah perifiton memiliki range yang sama
terhadap perubahan lingkungan perairan.
Pengelompokan stasiun berdasarkan jumlah perifiton pada Enhalus acoroides
di bagian utara juga menggambarkan pengelompokan stasiun yang
mengindikasikan bahwa semua genera perifiton yang ditemukan mempunyai
toleransi terhadap perubahan kualitas perairan dibagian utara, dimana jumlah
perifiton yang didapatkan pada stasiun 4 dan 5 relatif sama dibandingkan dengan
stasiun 6.
4.4. Analisis statistika
Dari hasil analisis data kepadatan perifiton pada daun Enhalus acoroides di
enam stasiun dan disetiap posisi perifiton pada daun dengan rancangan acak
lengkap faktorial, menunjukkan hasil bahwa faktor stasiun berbeda nyata terhadap
kepadatan perifiton, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan kepadatan yang
nyata pada masing-masing stasiun.
Sementara faktor posisi perifiton pada daun menunjukan hasil yang tidak
berbeda nyata, yang menunjukkan bahwa di semua posisi daun terdapat jumlah
perifiton yang relatif sama. Hasil sidik ragam faktor stasiun, dan posisi pada daun
terhadap kepadatan perifiton dapat dilihat pada Tabel 8.
![Page 61: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/61.jpg)
Tabel 8. Sidik ragam faktor stasiun, dan posisi pada daun terhadap kepadatan perifiton
Sumber Keragaman
Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Stasiun 5 581048,593 116209,719 6,656 0,000 Daun 2 12151,370 6075,685 0,348 0,708 Stasiun * Daun 10 11011,519 1101,152 0,063 1,000 Galat 36 628572,667 17460,352 Total 54 8045236,000
Pada Faktor Bagian utara dan selatan, setelah dilakukan analisis ragam
rancangan lengkap satu faktor menunjukan bahwa terdapat perbedaan nyata antara
bagian utara dan selatan. Hal ini menggambarkan jumlah kepadatan perifiton di
bagian utara dan selatan relatif berbeda. Hasil sidik ragam faktor bagian terhadap
kepadatan perifiton dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sidik ragam faktor bagian terhadap kepadatan perifiton
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas
Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel
Bagian/Lokasi 406640,667 1 406640,667 25,595 0,000 Galat 826143,481 52 15887,375 Total 8045236,000 54 Corrected Total 1232784,148 53
![Page 62: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/62.jpg)
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jenis perifiton yang paling banyak ditemukan pada setiap bagian daun
Enhalus acoroides pada bagian selatan dan utara adalah kelas Bacillariophyceae,
jika dilihat dari karakteristik biologi Bacillariophyceae merupakan komponen
yang paling penting sebagai sumber makanan bagi zooplankton.
Kerapatan dan persentase lamun pada bagian utara lebih besar dibandingkan
pada bagian selatan sehingga jumlah kepadatan dan jumlah individu perifiton
pada bagian utara lebih besar dibandingkan pada bagian selatan, hal ini
dikarenakan kecepatan arus di bagian utara lebih kecil dibandingkan pada bagian
selatan sehingga memudahkan perifiton untuk menempel pada substratnya yaitu
Enhalus acoroides. Semakin tinggi kerapatan dan persentase lamun dan
lingkungan perairan masih stabil atau subur, maka kepadatan perifiton akan
semakin tingi.
Kepadatan perifiton pada daun Enhalus acoroides di enam stasiun dan di
setiap posisi perifiton pada daun, menunjukkan hasil bahwa faktor stasiun berbeda
nyata terhadap kepadatan perifiton, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan
kepadatan perifiton yang nyata pada masing-masing stasiun, serta pada bagian
selatan dan utara spesies yang dominan ditemukan adalah Rhizosolenia sp dan
Nitzschia sp.
Sementara faktor posisi perifiton pada daun (ujung, tengah dan pangkal)
menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, yang menunjukkan bahwa di semua
posisi daun terdapat jumlah perifiton yang relatif sama.
![Page 63: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/63.jpg)
Kondisi lingkungan perairan yang hampir sama menunjukan jumlah jenis
perifiton yang hampir sama.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih dari satu spesies substrat perifiton, tidak
hanya daun lamun Enhalus acoroides sehingga diperoleh gambaran yang lebih
jelas mengenai sebaran dan asosiasi perifiton pada ekosistem padang lamun di
perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu.
Penelitian dilakukan pada selang waktu yang lebih panjang, misalkan
dilakukan pada waktu musim penghujan dan kemarau. Jadi, apabila terjadi
perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi struktur komunitas perifiton
dapat diketahui.
51
![Page 64: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/64.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Abal, E. G., and W. C. Dennison. 1996. Seagrass Depth ang Water Quality in Southern Moreton Bay, Quensland, Australia. Mar. Freshwater Res., 47: 763-771.
APHA. 1989. Standard Methods for the Eamination of Water and Wastewater.
American Public Health Asociation. American Water Work Association, Water Pollution Control Federation. Port City Press. Baltimore, Maryland. 3464 p.
Azkab, M. H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, 24(1): 1-16. Bengen, D. G. 1998. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik
Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. 100 hal.
Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB. 62 hal. Berwick, N. L. 1983. Guidline for the Analysis of Biophysical Impacts to Tropical
Coastal Marine Resources. The Bombay Natural History Society Centenary Seminar Conservation in Developing Countries Problems and Prospects. Bombay, India.
Brower, J. E., J. H. Zar and C. Von Ende. 1990. General Ecology. Field and
Laboratory Methods. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuque, Iowa. Den Hartog, C. 1977. Structure, Function and Classification in Seagrass
Communities, pp. 89-121. In: C. P. mcRoy and C. McMillan (Eds.), Seagrass Ecosystem: a Scientific Perspective. Vol. 4. Marine Science, Marcel Dekker, Inc., New York and Bassel.
Hamid, A. 1996. Peranan Faktor Linkungan Perairan Terhadap Pertumbuhan
Enhalus acoroides (L.f) Royle di Teluk Grenyang, Bojonegoro, Kabupaten Serang, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana, IPB. Bogor.
Hutomo, M. dan M. H. Azkab. 1987. Peranan Lamun di Lingkungan Laut
Dangkal. Oseana, 12(1): 13-23. Hill, B. H. and J. R. Webster. 1982. Periphyton Production in a Appalachian
River. Hydrobiology, 97:275-280. Horner, R. R., and E. B. Welch. 1981. Stream Periphyton Development in
Relation to Current Velocity and Nutrients. Can. J. Fish. Aquat. Sci., 38 : 449-457.
![Page 65: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/65.jpg)
Kiswara, W. 1995. Kandungan Hara Dalam Air Antara dan Air Permukaan Padang Lamun Pulau Barang Lompo dan Gusung Talang, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Kelautan Nasional: pemantapan Keterpaduan dan Pendayagunaan Potensi Sumberdaya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Kelembagaan Kelautan Nasional Menuju Kemandirian. Jakarta, 15-16 November 1995. Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim. Jakarta.
Krebs, C. L. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher, London.
694 p. Legendre, L., and P. Legendre, 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam-Oxford-New York. 428 p. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Nybakken, J. W. 1993. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Alih Bahasa: H.
Muhammad Eidman. Cetakan ketiga, PT. Gramedia. Jakarta. 480 hal. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd Eds. W. B. Sounders Company.
Philadelphia. Osborn, L. L. 1983. Colonization and Recovery of Lothic Epipilic Communities:
a Metabolic Approach. Hydrobiologia, 99: 29-36. Phillips, R. C., and E. G. Menez. 1988. Seagrasses. Smithsonian Contribution to
the Marine Science. No. 34. Smithsonian Institution Press, Washington, D. C. 104 p.
Prygiel, J., and M. Coste. 1993. The Assessment of Water Quality in the Artois-
Picardie Water Basin (France) by the Use of Diatom Indices. Hydrobiologia, 270: 343-349.
Russel, D. J. 1990. Epiphytes: Biomass and Abundance, pp. 113-114. In: R. C.
Phillips and C. P. McRoy (Eds.), Seagrass Research Methods.UNECO, Paris, France.
Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
-Ditjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. IPB. Bogor. Sheppard, C., A. Price and C. Robberts. 1992. Seagrasses and Other Dynamic
Substrates. Marine Ecology of the Arabian Region, pp.141-160. Susana, T. 1996. Kadar Fosfat di Beberapa Muara Sungai Teluk Jakarta.
Prosiding Seminar Ekologi Laut dan Pesisir I. P3O-LIPI. Jakarta. Susetiono. 1994. Struktur dan Kelimpahan Meiofauna diantara Enhalus acoroides
di Pantai Kuta Lombok Tengah. Dalam: W. Kasim, M. K. Moosa dan M.
![Page 66: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/66.jpg)
Hutomo. 1994 (eds.). Struktur Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Proyek Pengembangan Kelautan/MREP dan P3O-LIPI. Jakarta. 125 hal.
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Seas. The Ecology of Indonesian Series. Vol VIII. Periplus Edition (Hk) Ltd., Singapore. 1388 p.
Widianingsih. 1991. Hubungan Antara Sifat Fisika Kimia Oseaografi Terhadap
Keberadaan Zooplankton di Perairan Muara Baru, Teluk Jakarta. Laporan PKL (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Wetzel, R. R. 1975. Primary Production. In Whitton, B. a (eds.) River Ecology.
Blackwell Scientific Publication. Oxford. 725 p. Wetzel, R. R. 1982. Limnology (2nd edition). Saunders College Publication
Oxford. Philadelphia. 734 p. Wood, E. J. F. 1967. Microbiology of Oceans and Estuaries. Elsevier Publishing
Company. New York. 319p. Zieman, J. C. 1975. Tropical Seagrass Beds and Mangrove Ecosystem: Their
Interaction in the Coastal Zones of the Carribean. UNESCO Rep. Mar. Sci., 23: 6-16.
Zulkifli. 1988. Pelimbahan Bahan Organik dan Hubungan dengan Komunitas
Bivalvia di Muara Perairan Angke Jakarta. Karya Ilmiah (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Zulkifli. 2000. Sebaran Spasial Komunitas Perifiton dan Asosiasinya Dengan
Lamun di Perairan Teluk Pandan Lampung Selatan. Tesis Pascasarjana, IPB. Bogor.
![Page 67: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/67.jpg)
L A M P I R A N
![Page 68: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/68.jpg)
Lampiran 1. Pengelompokan kepadatan (ind/cm2) perifiton daun lamun Enhalus acoroides berdasarkan kelas pada bagian selatan Selatan
Genera Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 U T P U T P U T P
Bacillariophyceae Biddulphia sp 3803.98 1819.3 6781.01 2480.86 2480.86 2811.64 0 1323.12 3142.42 Cocconeis sp 1653.91 0 0 0 0 0 0 0 0 Coscinodiscus sp 19846.9 0 0 0 0 0 0 0 0 Fragilaria sp 0 4961.72 0 2811.64 0 0 3307.81 5292.5 1653.91 Isthmia sp 0 0 4796.32 0 1984.69 2811.64 0 3142.42 2315.47 Leptocylindrus sp 5788.67 5457.89 0 0 5623.28 0 0 2646.25 0 Melosira sp 0 4300.15 5954.06 7442.57 0 0 4300.15 0 0 Nitzschia sp 46309.3 41182.2 39859.1 40189.9 31755 28281.8 29935.7 18854.5 31589.6 Pleurosigma sp 0 1488.51 0 0 0 0 0 0 0 Rhizosolenia sp 49121 44655.4 39693.7 44655.4 34566.6 37378.3 48790.2 33408.9 29770.3 Skeletonema sp 10254.2 21500.8 24477.8 0 0 0 0 5623.28 661.562 Thalassiosira sp 15050.5 7938.74 5292.5 0 14389 0 6615.62 0 0 Triceratium sp 1157.73 3803.98 3638.59 2150.08 1323.12 5127.11 0 2977.03 5623.28 Streptotheca sp 0 0 0 0 0 0 0 1323.12 0 Thalassiothrix sp 0 330.781 496.172 0 0 0 0 0 0 Navicula sp 0 330.781 330.781 0 0 165.391 0 0 0 Amphora sp 0 0 0 0 0 0 0 0 330.781 Diploneis sp 0 0 0 0 0 330.781 0 0 0 Chaetocheros sp 0 0 0 0 330.781 0 0 0 0 Cyanophyceae Pelagothrix sp 0 1157.73 0 0 0 0 0 0 0 Trichodesmium sp 3307.81 2646.25 1488.51 0 496.172 165.391 0 2646.25 0
![Page 69: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/69.jpg)
Lampiran 1. Lanjutan Dinophyceae Ceratium sp 0 1488.51 165.391 0 496.172 0 0 0 1323.12 Dinophysis sp 0 661.562 661.562 992.343 661.562 661.562 0 661.562 0 Peridinium sp 1323.12 826.953 2150.08 0 2150.08 2480.86 0 0 0 Pirocystis sp 23320.1 826.953 2480.86 4630.93 7111.79 0 5788.67 8104.13 3307.81 Ciliata Favella sp 330.781 165.391 330.781 330.781 0 0 165.391 165.391 0 Tintinnopsis sp 20177.6 25139.4 33243.5 26462.5 28116.4 13562 6284.84 13562 12569.7 Sarcodina Globigerina sp 496.172 496.172 330.781 330.781 496.172 0 0 0 0
![Page 70: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/70.jpg)
Lampiran 2. Pengelompokan kepadatan (ind/cm2) perifiton daun lamun Enhalus acoroides berdasarkan kelas pada bagian utara Utara
Genera Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 U T P U T P U T P
Bacillariophyceae Biddulphia sp 11246.6 9427.26 5954.06 0 5127.11 9096.48 0 0 4961.72 Fragilaria sp 14885.1 0 6615.62 8765.7 0 4961.72 9758.04 0 13231.2 Isthmia sp 0 5623.28 4465.54 0 6615.62 0 8434.92 9096.48 1323.12 Leptocylindrus sp 0 0 9096.48 16539.1 0 10585 17862.2 0 6781.01 Licmophora sp 0 5788.67 0 0 2480.86 0 0 2150.08 0 Melosira sp 15050.5 0 12900.5 0 8600.31 0 0 10915.8 11577.3 Navicula sp 0 496.172 330.781 0 165.391 0 0 330.781 661.562 Nitzschia sp 34566.6 46309.3 48955.6 48955.6 49286.4 42670.8 44490 31755 42009.2 Pleurosigma sp 10088.8 6946.4 6119.45 0 8434.92 2150.08 6450.23 4465.54 6450.23 Rhizosolenia sp 56563.6 47467.1 49121 45482.4 42340 43001.5 44986.2 50774.9 47632.5 Skeletonema sp 0 32416.5 28116.4 15877.5 7938.74 19846.9 16373.7 20012.3 25800.9 Streptotheca sp 0 5788.67 0 0 2977.03 0 0 5623.28 0 Thalassionema sp 12900.5 0 0 26297.1 0 0 0 0 0 Thalassiosira sp 28116.4 0 11908.1 0 0 10585 16208.3 0 10254.2 Thalassiothrix sp 0 1488.51 165.391 0 1488.51 2150.08 0 826.953 0 Triceratium sp 5457.89 4796.32 2646.25 15050.5 5788.67 0 8434.92 7277.18 3638.59 Coscinodiscus sp 11742.7 0 0 0 0 0 0 0 0 Diploneis sp 5623.28 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillaria sp 165.391 330.781 0 0 0 0 0 330.781 0 Chaetocheros sp 0 330.781 0 0 0 0 0 330.781 0 Gyrosigma sp 165.391 0 0 0 0 0 0 0 0
![Page 71: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/71.jpg)
Lampiran 2. Lanjutan Dinophyceae Amphisolenia sp 330.781 0 0 165.391 0 0 0 496.172 165.391 Ceratium sp 0 3473.2 5788.67 0 2646.25 0 0 0 5788.67 Dinophysis sp 0 661.562 826.953 826.953 992.343 1488.51 496.172 0 661.562 Peridinium sp 0 4300.15 3473.2 0 2646.25 4300.15 0 496.172 1157.73 Phalacroma sp 0 0 0 0 0 0 0 0 165.391 Pirocystis sp 0 11908.1 4300.15 0 9096.48 0 14223.6 25139.4 9096.48 Cyanophyceae Pelagothrix sp 0 5623.28 0 0 661.562 0 0 661.562 0 Trichodesmium sp 5954.06 2977.03 5457.89 4300.15 6781.01 9096.48 7111.79 8931.09 1488.51 Ciliata Favella sp 0 496.172 165.391 0 0 0 0 992.343 0 Leprotintinnus sp 0 3638.59 0 0 8104.13 0 0 3307.81 0 Tintinnopsis sp 35228.2 40355.3 35228.2 18193 21831.5 34401.2 22493.1 37047.5 15546.7 Sarcodina Globigerina sp 0 496.172 330.781 496.172 496.172 0 0 661.562 661.562
![Page 72: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/72.jpg)
Lampiran 3. Kerapatan (ind/m2) dan persentase penutupan (%) lamun Enhalus acoroides pada masing-masing stasiun pengamatan
Kerapatan (ind/m2) lamun
No Bagian Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 Selatan 46 32 31
2 Utara 49 37 49 Persentase penutupan (%) lamun
No Bagian Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 Selatan 57.01 32.51 31.34
2 Utara 85.34 43.26 72.17
![Page 73: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/73.jpg)
Lampiran 4. Hasil analisis ragam Faktor Stasiun, dan Posisi pada Daun terhadap kepadatan Perifiton Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 604211.481(a) 17 35541.852 2.036 .036Intercept 6812451.852 1 6812451.852 390.167 .000Stasiun 581048.593 5 116209.719 6.656 .000Daun 12151.370 2 6075.685 .348 .708Stasiun * Daun 11011.519 10 1101.152 .063 1.000Error 628572.667 36 17460.352 Total 8045236.000 54 Corrected Total 1232784.148 53
a R Squared = .490 (Adjusted R Squared = .249)
![Page 74: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/74.jpg)
Lampiran 5. Hasil analisis ragam Faktor Bagian terhadap kepadatan Perifiton Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 406640.667(a) 1 406640.667 25.595 .000Intercept 6812451.852 1 6812451.852 428.797 .000Wilayah 406640.667 1 406640.667 25.595 .000Error 826143.481 52 15887.375 Total 8045236.000 54 Corrected Total 1232784.148 53
a R Squared = .330 (Adjusted R Squared = .317)
![Page 75: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/75.jpg)
Lampiran 6. Gambar Padang Lamun (Enhalus acoroides)
Padang Lamun (Enhalus acoroides) Bagian Selatan
Padang Lamun (Enhalus acoroides) Bagian Utara
![Page 76: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/76.jpg)
Lampiran 7. Gambar Perifiton
Fragilaria sp Melosira sp Gyrosigma sp
Amphora sp Cocconeis sp Diploneis sp
Navicula sp Nitzschia sp
Ceratium hirundinella Dinophysis spp Peridinium sp
Favella sp Tintinnopsis sp Rhizosolenia sp
http://www.ncbi.nlm.nih.gov, www.chbr.noaa.gov
![Page 77: C08yhe](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020115/54e210804a7959c8388b45d3/html5/thumbnails/77.jpg)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 8 Desember 1983 dari
Ayah Paikun dan Ibu Sukarni. Penulis adalah anak keempat
dari empat bersaudara.
Tahun 1998-2001 menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Umum (SMU) 71 Jakarta. Pada tahun 2001
penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Program Studi Ilmu Kelautan melalui jalur USMI.
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi Asisten mata
kuliah Ikhtiologi tahun 2004, dan Asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam
tahun 2004-2006. Selain itu penulis aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun 2002-2003, dan menjadi
pengurus Forum Keluarga Muslim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun
2003-2004 sebagai Kepala Departemen SDM. Penulis juga pernah melakukan
survei pulau-pulau kecil terluar di Nanggroe Aceh Darussalam dibawah naungan
PT. Puspa Karya pada tahun 2006.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Sebaran dan Asosiasi Perifiton
pada Ekosistem Padang Lamun (Enhalus acoroides) di Perairan Pulau Tidung
Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara”.