Buku Ajar Fitokimia

14
Spektroskopi IR Spektroskopi IR katesin Gambar 5.13 Spektrum IR katesin Spektroskopi massa Tujuan utama pembuatan spektra MS bagi flavonoid adalah untuk mengidentifikasi ion molekul ( M + ) dan kemudian menghubungkan pecahan utama yang lain dengan ion induk. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan bobot molekul ion induk dan pecahan molekul serta alur pola pecah yang telah di ketahui. Pecahan yang berasal dari alur seperti itu yang sering di jumpai adalah sebagai berikut. 1. Ion molekul ( M + ). Ion molekul biasanya tampak berupa puncak utama pada spectra massa aglikon dan pengukurannya secara tepat memungkinkan perhitungan sususnan unsur aglikon. Pengenalan N + dibantu oleh kenyataan bahwa M + ini 130

description

Fitokia

Transcript of Buku Ajar Fitokimia

Page 1: Buku Ajar Fitokimia

Spektroskopi IR

Spektroskopi IR katesin

Gambar 5.13 Spektrum IR katesin

Spektroskopi massa

Tujuan utama pembuatan spektra MS bagi flavonoid adalah untuk mengidentifikasi ion

molekul ( M+ ) dan kemudian menghubungkan pecahan utama yang lain dengan ion induk.

Hal ini dilakukan dengan memperhatikan bobot molekul ion induk dan pecahan molekul serta

alur pola pecah yang telah di ketahui. Pecahan yang berasal dari alur seperti itu yang sering di

jumpai adalah sebagai berikut.

1. Ion molekul ( M+ ). Ion molekul biasanya tampak berupa puncak utama pada spectra

massa aglikon dan pengukurannya secara tepat memungkinkan perhitungan sususnan

unsur aglikon. Pengenalan N+ dibantu oleh kenyataan bahwa M+ ini harus berupa

bilangan genap. Selanjutnya M+ harus menunjukan bobot molekul yang masuk akal,

yaitu harus sesuai dengan kenyataan bobot molekul inti flavonoid dasar. Flavon,

isoflavon dan auron sebesar 222, flavon dan chalcon sebesar 224, flavonol sebesar 238

dan dihidroflavonol sebesar 240. Untuk setiap gugus hidroksil harus ditambahkan 16

satuan massa dan untuk setiap gugus metoksi harus ditambahkan 30 satuan massa.

130

Page 2: Buku Ajar Fitokimia

2. M+-1, kehilangan satu hidrogen. Hal ini lazim terjadadi pada sebagian besar flavonoid.

3. M+-15. Bila flavonoid mengandung gugus metoksi pada C-6dan C-8, kehilangan CH3

akan menghasilkan fragmentasi yang cukup kuat ( M+-15) yang bahkan mungkin lebih

kuat dari M+. 6-metoksi flavonoid dapat dibedakan dari 8-metoksi flavonoid dengan jelas

berdasarkan intensitas relative fragmen ini dan fragmen yang lainnya. Ion M+-15 yang

intensitasnya rendah dapat berasal dari flavonoid yang termetilasi pada O lainnya.

4. M+-17. Kehilangan OH ditunjukan oleh adanya ion M+-17. Ini biasanya melibatkan

pembentukan cincin dalam dan biasanya berkaitan dengan hidroksilasi pada flavon,

flavonol, isoflavon dan sebagainya. Kehilangan 31 satuan massa dapat menunjukan

kehilangan gugus metoksi pada flavonoid yang termetoksilasi pada C-2’melalui

mekanisme yang sama.

5. M+-18. Kehilangan H2O lazim terjadi pada flavonol, flavon-3, 4-diol dan C-glikosida

6. M+-28 (29) menunjukan kehilangan CO (CHO) pada posisi 4 sehingga terbentuk cincin

5.

131

Page 3: Buku Ajar Fitokimia

Spekstroskopi NMR Katecin

132

Page 4: Buku Ajar Fitokimia

Gambar 5.14 Spektrum proton dan karbon NMR Katecin

Gambar 5.15 Spektrum DEPT 135 Katecin

4. GOLONGAN ALKALOID

Spekstroskopi UV-VIS

Yang berperan disini tentu saja jika dalam struktur senyawa mengandung ketidakjenuhan

atau adanya gugus kromofor lainnya. Jika tidak, maka analisis menggunakan UV-Vis tidak

dak terlalu berguna.

133

Page 5: Buku Ajar Fitokimia

Spekstroskopi UV-VIS kafein

Spekstroskopi UV-VIS liriodenin

Gambar 5.16 Struktur dan spektra UV-VIS liriodenin dalam pelarut methanol dan setelah

ditambah NaOH.

134

Page 6: Buku Ajar Fitokimia

Spektroskopi IR

Spektroskopi IR kafein

Bilangan gelombang (cm-1)

3134 : C-H stretching

2850 : Gugus N-CH3

1705 : C=O stretchig

1660 : C=C tersubstitusi (stretching)

1604, 1548, 1440 : Cincin Pyrimidin

1230, 1197, 1020 : C-N stretching

Spektroskopi IR liriodenin

Spektroskopi Massa

Spektroskopi Massa Kafein

C8H10N4O2, M=194

m/z 194; 165 (M-CH3); 137 (M-CO); 109 (ion tropilium)

135

Page 7: Buku Ajar Fitokimia

Spektroskopi Massa lirodenin

Spektroskopi NMR

Spektroskopi NMR Kafein

1H NMR

δ (ppm): 3,35 (CH3 yang terikat pada N-1); 3,55 (CH3 yang terikat pada N-3); 3,95

(CH3 yang terikat pada N-7); 7,60 (8-CH)

13C NMR

δ (ppm): 30,4 (CH3 yang terikat pada N-1); 32,3 (CH3 yang terikat pada N-3); 35,8

(CH3 yang terikat pada N-7)

Spektroskopi NMR liriodenin

1H NMR

136

Page 8: Buku Ajar Fitokimia

13C NMR

137

Page 9: Buku Ajar Fitokimia

1H-1H COSY

5. GOLONGAN ANTRAKUINON

Spektroskopi UV-VIS

Kebanyakan antrakuinon termasuk senyawa fenolik, karena itu analisis menggunakan UV-

VIS sangat berguna.

Spektroskopi UV-VIS emodin

138

Page 10: Buku Ajar Fitokimia

Spektroskopi IR

Spektroskopi IR emodin

Gambar 5.23 Spektrum IR emodin

139

Page 11: Buku Ajar Fitokimia

Spektroskopi NMR

Spektroskopi NMR emodin

1H NMR

Gambar 5.24 Spektrum proton NMR emodin

140

Page 12: Buku Ajar Fitokimia

1H-1H COSY

Gambar 5.25 Spektrum proton NMR disertai dengan perbesaran dan identifikasi dan H-H

COSY emodin

13C NMR

141

Page 13: Buku Ajar Fitokimia

Gambar 5.26 Spektrum karbon NMR emodin

142

Page 14: Buku Ajar Fitokimia

Rangkuman

Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang biasanya diperoleh lewat proses isolasi,

diidentifikasi strukturnya menggunakan metode spektroskopi yang meliputi spektroskopi

UV-Vis, IR, massa dan NMR baik proton maupun karbon.

DAFTAR PUSTAKA

Harborne JB, 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,

terjemahan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB.

Harbone JB, Marby TJ, 1982. The Flavonoids: Advances in Research. London: Chapman and

Hall.

Ikan R, 1991. Natural Products; A Laboratory Guide, Academic Press, California USA.

Laporan Penelitian dan Skripsi

143