BUKU 2

83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sesuai dengan amanah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi yang akan berpraktik di Indonesia harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Setiap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki STR memiliki kewenangan melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki. Syarat untuk mendapatkan STR diantaranya: memiliki ijazah dokter, mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter, dan memiliki Sertifikat Kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium sebagai pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Pasal 27 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa untuk memberikan kompetensi kepada dokter, dilaksanakan pendidikan dan pelatihan kedokteran sesuai dengan standar pendidikan profesi dokter. Setelah dididik dan dilatih dan lulus dari institusi pendidikan dokter, diperlukan program pemahiran sebagai salah satu tahap pelatihan keprofesian pra registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer. Untuk itu Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia telah merancang Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI). PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 1

description

inship buku 2

Transcript of BUKU 2

Page 1: BUKU 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sesuai dengan amanah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi yang akan berpraktik di Indonesia

harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran

Indonesia (KKI). Setiap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki STR memiliki

kewenangan melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang

dimiliki. Syarat untuk mendapatkan STR diantaranya: memiliki ijazah dokter, mempunyai

surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter, dan memiliki Sertifikat

Kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium sebagai pengakuan terhadap kemampuan

seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah

lulus uji kompetensi.

Pasal 27 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa

untuk memberikan kompetensi kepada dokter, dilaksanakan pendidikan dan pelatihan

kedokteran sesuai dengan standar pendidikan profesi dokter. Setelah dididik dan dilatih dan

lulus dari institusi pendidikan dokter, diperlukan program pemahiran sebagai salah satu

tahap pelatihan keprofesian pra registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer. Untuk itu

Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia telah merancang Program Internsip Dokter

Indonesia (PIDI).

Penyelenggara PIDI adalah Kementerian Kesehatan bersama dengan pemangku

kepentingan (stake holders) terkait diantaranya pemerintah daerah, asosiasi institusi

pendidikan kedokteran Indonesia (AIPKI), asosiasi rumah sakit daerah (ARSADA), dan pihak

terkait lainnya. Pelaksana program adalah Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI), baik

ditingkat pusat maupun daerah, yang dibentuk berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 138/Menkes/SK/I/2011). Tugas utama KIDI adalah melakukan koordinasi

pelaksanaan PIDI dan mengambil langkah penyelamatan kegiatan bila terjadi hal-hal yang

berpotensi mengganggu kelancaran proses pelaksanaan PIDI tersebut.

Sebelum terbentuk KIDI Pusat dan KIDI Provinsi, persiapan dan pelaksanaan Internsip

Dokter Indonesia dilaksanakan oleh Tim Ad Hoc Pelaksana Penyiapan Program Internsip

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 1

Page 2: BUKU 2

Dokter Indonesia (SK Ka Badan PPSDM Kesehatan Nomor. HK.02.04/2/1767.2/09) dan

Tim Ad Hoc Pelaksana Program Internsip Dokter Indonesia (SK Ka Badan PPSDM Kesehatan

Nomor. HK.05.03/I/IV/9275.1/2010).

Program Internsip Dokter Indonesia merupakan tahap pelatihan keprofesian

praregistrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang

telah mereka capai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan

kedokteran dasar. Program Internsip Dokter Indonesia dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Fasyankes) RS dan Puskesmas yang telah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dan disahkan sebagai wahana Internsip oleh Komite Internsip Dokter Indonesia

(KIDI) Pusat.

Peserta Internsip hanya diijinkan melakukan praktik kedokteran di Wahana

Internsip sesuai Surat Ijin Praktik Internsip (SIP Internsip) dan untuk itu setiap peserta

didampingi oleh seorang Dokter layanan primer dari wahana tersebut yang disebut

sebagai dokter Pendamping. Peran dan fungsi pendamping adalah memfasilitasi

proses pemahiran peserta agar tercapai kinerja sebagai dokter layanan primer yang

mampu menerapkan pendekatan kedokteran keluarga.

Setelah menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia, peserta akan

memperoleh: SK Ka Badan PPSDM Kesehatan tentang penetapan peserta yang telah

menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia dan Surat Tanda Selesai Internsip

(STSI) yang dikeluarkan oleh KIDI Pusat. Selanjutnya peserta akan memperoleh STR

definitif dari KKI.

Untuk memudahkan pelaksanaan Program Internsip Dokter Indonesia, KIDI

menerbitkan empat buku pedoman ditambah satu buku log yang terdiri atas:

1. Pedoman Pelaksanaan Program Internsip Dokter Indonesia2. Pedoman Peserta Program Internsip Dokter Indonesia3. Pedoman Pendamping Peserta Program Internsip Dokter Indonesia.4. Pedoman Wahana Program Internsip Dokter Indonesia5. Buku Log dan Kumpulan Borang Program Internsip Dokter Indonesia

B. RUANG LINGKUP

Pedoman Peserta merupakan acuan yang harus dipatuhi dalam penyelenggaraan

Internsip Dokter Indonesia. Pedoman ini berisi penjelasan tentang pedoman pemilihan,

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 2

Page 3: BUKU 2

penempatan dan kegiatan peserta di wahana internsip, tata tertib, dan penilaian peserta

internsip. Setiap peserta internsip wajib membaca buku pedoman ini untuk memahami

seluruh kegiatan internsip.

C. TUJUAN

Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia bertujuan menuntun peserta mencapai

tujuan PIDI.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 3

Page 4: BUKU 2

BAB II

PROSES PENETAPAN

DAN KEGIATAN PESERTA DI WAHANA

A. Penetapan peserta

Proses penetapan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 (alur SOP). Secara

singkat kegiatan penetapan peserta diwahana dapat digambarkan sebagai berikut :

Penempatan peserta di wahana

Proses penempatan peserta di wahana melalui serangkaian proses yang cukup

kompleks dengan urutan sebagai berikut :

1. KIDI Pusat menerima nomer STR untuk kewenangan internsip dari KKI

2. KIDI Pusat mengirimkan daftar nama calon peserta internsip ke KIDI Provinsi

3. KIDI Provinsi melakukan pemetaan (mapping) kapasitas dan kondisi rumah sakit dan

Puskesmas yang telah ditetapkan sebagai wahana internsip di seluruh kabupaten/

kota (RS dan PKM ) di provinsi tersebut.

4. KIDI Provinsi mengirimkan daftar lokasi/wahana yang memungkinkan untuk

penempatan peserta internsip di satu Provinsi ke KIDI pusat

5. KIDI Pusat menetapkan peserta, wahana, dan pendamping internsip

6. KIDI Pusat membuat surat pengantar kepada Menteri Kesehatan RI cq Kepala Badan

PPSDMK untuk dapat membuat SK penempatan peserta, SK pendamping, SK

penetapan wahana dan SK peserta

7. Kepala Badan PPSDMK atas nama menteri Kesehatan RI menerbitkan SK penempatan

peserta, SK pendamping, SK penetapan wahana dan SK peserta

8. KIDI Pusat menerima SK penempatan peserta, SK pendamping, SK penetapan wahana

dan SK peserta dari Badan PPSDMK, selanjutnya mengirimkan seluruh dokumen

tersebut dengan surat pengantar ke KIDI Provinsi untuk ditindaklanjuti dengan

persiapan pembekalan peserta

9. KIDI Provinsi melaksanakan pembekalan untuk peserta internsip

10. KIDI Provinsi menyerahkan dokter peserta internsip kepada wahana sesuai dengan

yang tercantum dalam SK wahana, SK peserta dan SK penempatan

11. Wahana menerima peserta dan mengadakan pekan orientasi peserta di wahana

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 4

Page 5: BUKU 2

12. Setiap peserta mendapat 2 wahana (Rumah Sakit dan Puskesmas atau tempat lain)

Surat Ijin Praktik (SIP) Internsip

Setiap peserta internsip wajib mengurus dan memiliki Surat Izin Praktik dokter untuk

setiap wahana yang ditempati peserta. Proses penerbitan SIP internsip melalui tahapan

sebagai berikut:

1. Peserta mengurus pendaftaran keanggotaan IDI ke IDI Wilayah dengan melengkapi

seluruh syarat administrasi pendaftaran anggota IDI, ditambah dengan SK penempatan

peserta internsip di wahana yang berada di wilayah kerja IDI tersebut. Keanggotaan

penting untuk pengurusan Surat Izin Praktik Dokter

2. IDI Wilayah menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) dan surat rekomendasi bagi

dokter peserta internsip ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk menerbitkan SIP

internsip sesuai wahana internsipbagi peserta tersebut.

3. SIP internsip diproses oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dan setelah

selesaikan diserahkan melalui KIDI provinsi

4. SIP peserta internsip diserahkan kepada koordinator wahana internsip sesuai

penempatan peserta

5. Wahana mengeluarkan SK mengenai status ketenagaan peserta PIDI di wahana

tersebut

B. Pembekalan Peserta

Pembekalan peserta merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan

pengetahuan dan informasi tentang seluk beluk kegiatan internsip kepada peserta sebelum

kegiatan internsip dimulai. Pembekalan peserta dilaksanakan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Pembekalan oleh KIDI provinsi, dilakukan sebelum peserta ditempatkan di wahana.

Lama pembekalan 1 hari dan isi pembekalan tentang pelaksanaan PIDI, program

kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi setempat, pengenalan profesi IDI dan tata cara

pengurusan KTA oleh IDI wilayah. Selama pembekalan juga dilakukan penjelasan dan

penandatanganan kontrak Internsip

2. Pembekalan diwahana, dilakukan pada minggu pertama pelaksanaan PIDI di wahana.

Sifat pembekalan adalah orientasi yang dapat dilaksanakan selama 1 minggu untuk

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 5

Page 6: BUKU 2

memberikan kesempatan kepada peserta mengenal lingkungan wahana yang akan

ditempatinya. Materi pekan orientasi antara lain : orientasi profil RS, tata tertib

disiplin yang berlaku, standar pelayanan setempat, hambatan atau kendala

pelayanan kesehatan di wahana, kultur atau budaya setempat dan teknik tata cara

pengurusan oleh IDI Cab.

C. Kegiatan Peserta di Wahana

Pengaturan jadwal kegiatan

Sebagaimana diterangkan sebelumnya, durasi pelaksanaan internsip adalah 12 bulan

yang terbagi atas 2 wahana yaitu 8 bulan di RS dan 4 bulan di Puskesmas. Cakupan kegiatan

di rumah sakit selama 8 bulan meliputi 4 bulan dijalankan di instalasi rawat jalan, rawat inap

medik, rawat inap bedah dan kejiwaan. Sedangkan dan 4 bulan lainnya dijalankan di instalasi

rawat emergensi atau UGD.

Seluruh kegiatan harus tersusun dalam jadwal yang tertata agar setiap peserta dapat

dibagi merata keseluruh instalasi sehingga magang dapat berjalan dengan baik. Untuk itu

perlu dibuat jadwal kegiatan sebagai acuan bagi peserta, pendamping dan wahana serta KIDI

provinsi yang akan memudahkan pemantauan kegiatan. Contoh jadwal kegiatan peserta

internsip selama 1 tahun dapat dilihat di tabel 1

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 6

Page 7: BUKU 2

Tabel 1. Contoh jadwal kegiatan peserta internsip

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1Rumah sakit

Rawat Jalan dan Rawat Inap - Medik - Bedah - Kejiwaan

2Rumah sakit UGD/ emergensi

3 Puskesmas - Poli Umum/ BP - Kunjungan rumah - kegiatan paliatif - Ceramah Kesehatan - Dinas Luar

bulan keno wahana bagian/ instalasi

Keterangan:

Lingkup kegiatan Peserta Internsip di wahana tidak semata melakukan pengobatan,

melainkan seluruh kegiatan profesional yang terdiri atas:

1. Melakukan layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pasien

secara pofesional yang meliputi kasus medik dan bedah, kedaruratan dan kejiwaan

baik pada anak, dewasa dan lanjut usia.

2. Melakukan konsultasi dan rujukan untuk kasus-kasus yang ditemukan di wahana

3. Melakukan kegiatan ilmiah medic berupa diskusi kasus, presentasi kasus dan

diskusi portofolio tentang masalah atau kasus yang ditemukan selama menjalanka

kegiatan internsip

4. Melakukan kegiatan kesehatan masyarakat baik didalam maupun diluar gedung.

Kegiatan ini terutama dilakukan di Puskesmas.

Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh peserta internsip di wahana sangat beragam

sebagaimana lazimnya sebuh aktivitas dokter yang bertugas disebuah fasilitas pelayanan

kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa:

1. Praktik kedokteran di bagian/ instalasi di wahana yang sedang ditempati

2. Pengisian buku log kegiatan sebagai bukti kegiatan yang telah dilaksanakan

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 7

Page 8: BUKU 2

3. Pengisian borang Portofolio untuk melaporkan kasus menarik atau penting yang

ditemukan peserta ketika menjalan praktik kedokteran di wahana.

4. Persentasi laporan kasus

Setiap peserta akan dievaluasi oleh Pendamping, koordinator wahana dan KIDI

Provinsi. Evaluasi meliputi:

1. Sikap dan perilaku profesional peserta yang dilakukan melalui observasi oleh

pendamping dan pemangku kepentingan terkait

2. Kinerja peserta yang dilakukan melalui evaluasi buku log, portofolio

kasus, presentasi kasus, laporan mini project. Evaluasi kinerja dilakukan

oleh pendamping di setiap wahana.

Alur kegiatan Peserta

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 8

KIDI

WILAYAH/PROPIN

SI

WAHANA

KIDI

WILAYAH/PROPIN

SI

Penetapan pesertaPembekalan peserta (1 hari)

Hari I :Lapor ke Koordinator Wahana Orientasi lapangan (RS, Puskesmas,

Masyarakat)Hari II, dst :Rotasi sesuai dengan jadwal dari wahanaPengisian log book dan penyusunan

portofolio sesuai kasus yang didapatKonsultasi dengan pendamping sesuai

jadwalPresentasi kasusHari terakhir rotasi di 1 wahana:

Memberikan laporan kepada koordinator berupa :Buku log yang sudah ditanda tangani

pendampingPortofolio Borang‐borang laporanDaftar hadir

Verifikasi hasil pelaksanaanSurat Keterangan telah menyelesaikan

Program Internsip

Page 9: BUKU 2

Kewajiban dan Hak Peserta

Setiap dokter, peserta internsip mempunyai kewajiban yaitu:

1. bekerja sesuai dengan standar kompetensi, standar pelayanan dan standar profesi

medik;

2. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh selama

pendidikan dan mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan;

3. mengembangkan keterampilan praktik kedokteran pelayanan kesehatan primer;

4. bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika;

5. berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan holistik, terpadu, paripurna; dan

6. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada pelaksanaan internsip, setiap peserta wajib menjaga dan menjalankan

kewajiban tersebut dan pelaksanaannya akan dievaluasi oleh pendamping dan KIDI provinsi.

Disamping kewajiban, peserta juga mempunyai hak sebagai berikut:

1. mendapat bantuan biaya hidup dan penggantian transportasi bagi dokter yang

mengikuti program internsip ikatan dinas;

2. memilih fasilitas pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan oleh Menteri bagi

dokter yang mengikuti program internsip mandiri;

3. mendapat perlindungan hukum dari Pemerintah selama menjalankan program

internsip sesuai dengan standar profesi

4. mendapatkan cuti selama sepuluh (10) hari kerja yang tidak dilaksanakan secara

berturut-berturut untuk menjalankan upacara pernikahan, menghadiri upaya

kematian orang tua/ saudara kandung/ kakek/nenek/ suami/ istri/ anak,

menjalankan tugas negara, menjalani rawat inap karena sakit yang dialami.

5. mendapat izin untuk tidak melaksanakan program internsip, diluar hak cuti

sebagaimana dimaksud pada butir 4 dan wajib mengganti sebanyak hari yang

ditinggalkan;

6. mendapatkan hak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Bukti kehadiran

Bukti kehadiran peserta pada kegiatan diwahana adalah daftar hadir peserta dan

pendamping yang ditandatangani oleh Koordinator Wahana. Contoh daftar hadir terlampir

pada lampiran 2.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 9

Page 10: BUKU 2

Laporan kegiatan

1. Buku Log: berisi catatan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari dengan mengisi

sesuai kolom yang telah tersedis di format buku log tersebut. Setiap peserta

mendapatkan 21 buku log untuk catatan kegiatan di rumah sakit dan puskemas

2. Laporan kasus dalam bentuk portofolio: adalah laporan kasus menarik atau penting

yang ditemukan oleh peserta selama mengikuti kegiatan praktik kedokteran dengan

mengisikan informasi kasus tersebut ke borang portofolio yang telah disediakan.

Selama menjalankan magang di rumah sakit, setiap peserta wajib membuat 5 laporan

kasus dalam bentuk portofolio. Borang portofolio dan contoh portofolio yang telah

diisi terdapat dilampiran 3.

3. Laporan presentasi kasus: adalah laporan kasus yang dibuat secara lengkap termasuk

pembahasannya dan disusun dalam format presentasi. Kasus yang dipresentasikan

dapat dipilih salah satu dari 5 kasus yang dilaporkan dalam bentuk portofolio atau

kasus lain selain yang dilaporkan dalam bentuk portofolio. Selama menjalankan

internsip di rumah sakit, setiap peserta wajib membuat 1 laporan presentasi kasus.

Format laporan presentasi kasus terdapat di lampiran 4.

4. Laporan pelayanan: adalah laporan kegiatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari

UKM di Puskesmas. Laporan pelayanan dibuat setiap hari berdasarkan kasus yang

didapatkan. Semua kasus yang dikerjakan harus dituliskan didalam laporan

pelayanan. Format dan contoh laporan pelayanan terdapat di lampiran 5

5. Laporan penyuluhan: adalah laporan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan

langsung oleh peserta internsip baik didalam gedung maupun diluar gedung. Laporan

penyuluhan dibuat untuk kegiatan klinis kepada individu, kelompok atau masyarakat.

Format laporan penyuluhan terdapat di lampiran 6

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 10

Page 11: BUKU 2

Bab III

Tata Tertib Peserta

Supaya pelaksanaan internsip berjalan tertib dan lancar, setiap peserta wajib

mengikuti dan menjalankan tata tertib yang diatur oleh KIDI sebagai berikut:

1. Proses credentialling sebelum bertugas:

a. Cedentialling adalah proses verifikasi keabsahan bukti kompetensi peserta dan

penetapan kewenangan klinik untuk melakukan pelayanan medis di suatu wahana

b. Setiap peserta yang akan bertugas di wahana wajib mengikuti proses credentialling

yang dilaksanakan oleh wahana

c. Jenis area credentialling ditentukan oleh wahana sesuai kebutahan

d. Peserta yang tidak memenuhi syarat bekerja di wahana tersebut, diwajibkan

mengikuti pembekalan yang dilaksanakan oleh wahana

2. Pengaturan penempatan peserta di wahana:

a. Penempatan peserta di wahana ditentukan sepenuhnya oleh KIDI secara acak

b. Peserta yang terikat dengan ikatan dinas instansi tertentu, penempatannya diatur

oleh instansi tersebut bersama KIDI dengan ketentuan wahana yang digunakan

memenuhi syarat KIDI

c. Penempatan peserta diputuskan selambat-lambatnya 7 hari sebelum program

dimulai, kecuali ada situasi atau keadaan khusus

d. Sebelum ditempatkan diwahana, peserta diwajibkan mengikut pembekalan di KIDI

provinsi selama 1 hari dengan cakupan materi:

i. Penjelasan tentang program internsip

ii. Penjelasan peraturan pelaksanaan internsip

iii. Penandatangan kontrak internsip

e. Setiap peserta wajib menjalani orientasi di wahana selama 7 hari dengan materi:

i. Orientasi rumah sakit ( mengenal profil RS)

ii. Mengenal Tata tertib wahana

iii. Mengenal IDI Cabang

f. Mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) secara kolektif oleh KIDI Pusat

g. Peserta diwajibkan menjadi anggota IDI cabang ditempat wahana untuk rekomendasi

pengurusan SIP internsip

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 11

Page 12: BUKU 2

h. Surat Izin praktik (SIP) difasilitasi secara kolektif oleh KIDI Provinsi cq Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota

3. Pengaturan hari dan jam kerja

a. Setiap peserta wajib mengikuti ketentuan hari dan jam kerja yang berlaku di wahana,

termasuk ketentuan jam tugas jaga

b. Setiap peserta diharapkan hadir sekurang-kurangnya 15 menit sebelum mulai

bertugas

c. Setiap peserta wajib mengisi daftar hadir harian yang disediakan oleh wahana

d. Daftar hadir dilaporkan setiap bulan ke KIDI provinsi dengan persetujuan

pendamping diketahui dg penanggungjawab wahan

4. Pengaturan pakaian kerja

a. Peserta wajib menggunakan pakaian yang sopan, rapi dan pantas

b. Peserta diharuskan menggunakan jas dokter yang sesuai dengan ketentuan wahana

c. Peserta diwajibkan menggunakan tanda pengenal yang dikeluarkan oleh wahana

d. Peserta tidak diperkenankan menggunakan kaos oblong, T –Shirt, jins dan sandal

e. Peserta tidak diperkenankan menggunakan dandanan dan asesoris yang berlebihan

f. Pada saat bertugas di UGD, peserta dimungkinkan menggunakan pakaian jaga khusus

dan sandal sesuai kelaziman di wahana

5. Pengaturan akomodasi peserta

a. Peserta wajib mengatur dan mengurus akomodasi selama bertugas diwahana

b. Bila kondisi memungkinkan, tidak tertutup kemungkinan akomodasi disediakan oleh

wahana

c. Untuk kenyamanan dan keamanan, peserta disarankan bertempat tinggal ditempat

dengan waktu tempuh selambat-lambatnya 30 menit dari wahana

6. Pengaturan bantuan biaya hidup, honorarium dan imbal jasa

a. Peserta akan mendapatkan bantuan biaya hidup sesuai ketentuan yang berlaku

b. Bantuan biaya hidup ditentukan oleh SK Menteri Kesehatan atau SK pimpinan

instansi yang memiliki peserta ikatan dinas

c. Bantuan biaya hidup dibayarkan oleh Kementerian Kesehatan/ instansi yang

memiliki peserta ikatan dinas, ke rekening masing-masing peserta sesuai jadwal yang

diatur oleh KIDI

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 12

Page 13: BUKU 2

d. Peserta yang meninggalkan pelaksanaan internsip karena izin, akan tetap dibayarkan

bantuan biaya hidupnya, dan pada saat mengganti hari izin tidak mendapatkan

bantuan biaya hidup lagi

e. KIDI tidak menyediakan honorarium dan imbal jasa lainnya untuk peserta internsip

f. Peserta tidak dibenarkan menerima ajakan kerjasama dari instansi lain termasuk

menerima komisi atau hadiah yang mengikat peserta

7. Pengaturan hari libur dan izin

a. Ketentuan hari libur mengikuti kalendar nasional dan ketentuan yang berlaku di

wahana

b. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan tugas, kecuali dengan izin tertulis dari

penanggungjawab wahana.

c. Terdapat 2 jenis Izin:

i. Izin yang tidak perlu diganti:

1. Sakit yang tidak memungkinkan peserta menjalankan tugas, maksimum 2 hari

2. Duka cita karena kematian keluarga inti (orangtua, anak, istri/suami, saudara

kandung), maksimum 2 hari

3. Menikah, maksimum 2 hari

4. Mengikuti kegiatan ilmiah, maksimum 4 hari

5. Maksimum jumlah hari izin yang tidak perlu diganti adalah 4 hari

ii. Izin yang harus diganti:

1. Menjalankan ibadah keagamaan

2. Melahirkan

3. Pendidikan kedinasan

4. Izin selain yang diatur pada butir i

5. Penggantian hari izin dilakukan setelah proses internsip selesai seluruhnya

(rumah sakit dan puskesmas)

6. Jika sampai akhir program, izin belum diganti, maka penerbitan Surat Tanda

Selesai Internsip akan ditangguhkan sampai semua kewajiban penggantian

hari izin dipenuhi

8. Pengaturan tugas jaga

a. Pengaturan tugas jaga untuk peserta internsip diatur oleh wahana

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 13

Page 14: BUKU 2

b. Peserta wajib mengikuti ketentuan yang diberlakukan oleh wahana untuk tugas jaga

tersebut

c. Peserta diharuskan mengisi daftar hadir sebagai bukti kehadiran yang akan

dilampirkan dalam laporan akhir pelaksanaan internsip

9. Pengaturan pengganti tugas jaga

a. Peserta internsip yang meninggalkan tugas dengan alasan yang dapat diterima,

diwajibkan mencari pengganti tugas jaga.

b. Pengaturan penggantian disampaikan dalam bentuk tertulis dan diupayakan agar

tidak mengganggu kelancaran pelayanan, serta diketahui oleh pendamping

c. Pengaturan penggantian tugas jaga tidak boleh diambil berturut-turut

10. Pengaturan kewajiban simpan rahasia

a. Setiap peserta internsip diwajibkan merahasiakan segala sesuatu tentang informasi

medis pasien yang diketahuinya pada transaksi medik

b. Peserta internsip diperkenankan melakukan semua tindakan medis dan non medis

sesuai kompetensinya

11. Pengaturan absensi

a. Setiap peserta wajib mengisi daftar hadir:

i. Harian

ii. Tugas Jaga

iii. Kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di wahana

b. Peserta tidak diperkenankan menitipkan pengisian daftar hadir kepada peserta

lainnya

12. Pengaturan penyelesaian tugas dan laporan

a. Setiap peserta diwajibkan mengisi buku log kegiatan yang dilaporkan pada

pertemuan mingguan ke pendamping untuk mendapatkan pengesahan

b. Setiap peserta yang ditempatkan di RS, wajib menyerahkan:

i. Lima (5) laporan portofolio di RS dengan rincian kasus:

1. Satu (1) kasus medik

2. Satu (1) kasus bedah

3. Satu (1) kasus kegawatdaruratan

4. Satu (1) kasus kejiwaan

5. Satu (1) kasus medikolegalPEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 14

Page 15: BUKU 2

ii. Buku log kegiatan di RS

c. Setiap peserta yang ditempatkan di Puskesmas, wajib menyerahkan :

i. Satu (1) laporan proyek mini

ii. Buku log kegiatan di Puskesmas

iii. Laporan pelayanan dan kegiatan penyuluhan

13. Klasifikasi pelanggaran tata tertib, Pembinaan dan Pemberian sanksi

a. Pelanggaran tata tertib pelaksanaan internsip dikelompokkan menjadi 3 kelompok

yaitu:

i. Pelanggaran ringan meliputi:

1. Terlambat hadir > 3 kali

2. Pelanggaran disiplin berpakaian > 1 kali

3. Tidak mengisi daftar hadir sesuai keadaan yang sebenarnya > 1 kali

ii. Pelanggaran sedang meliputi:

1. Menuntut sesuatu yang bukan haknya

2. Bersikap tidak sopan terhadap sesama teman sejawat, staf dan pimpinan

wahana

3. Tidak bersedia melaksanakan tugas jaga

4. Meninggalkan tugas sebelum wakutnya

5. Tidak membuat laporan sesuai ketentuan

6. Menerima komisi dari pihak lain

7. Tidak melaksanakan kewajiban yang diberikan sebagai sanksi atas

pelanggaran ringan sesuai peringatan yang diterima

iii. Pelanggaran berat meliputi:

1. Pemalsuan tanda tangan

2. Pemalsuan laporan

3. Pemberian informasi palsu

4. Melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kompetensinya

5. Menyalin laporan orang lain (plagiat)

6. Menghilangkan rekam medik

7. Memanipulasi data rekam medik

8. Membocorkan rahasia pasien

9. Membuat onar PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 15

Page 16: BUKU 2

10. Melaksanakan perbuatan asusila

11. Tidak menjalankan sanksi yang diberikan akibat pelanggaran sedang yang

dilakukan

b. Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh peserta adalah sebagai berikut:

i. Peringatan tertulis:

1. untuk peserta yang terbukti melakukan pelanggaran ringan.

2. Peringatan dikeluarkan oleh KIDI provinsi dan ditembuskan ke KIDI Pusat

3. Peringatan tertulis berisi:

a. Jenis pelanggaran

b. Tanggal pelanggaran

c. Nama peserta

d. Wahana

ii. Perpanjangan masa internsip di wahana terkait:

1. Setiap pelanggaran yang termasuk klasifikasi sedang kepada peserta

diwajibkan menambah 7 hari kerja dengan penugasan sesuai dengan

kegiatan internsip oleh penanggungjawab wahana dan diketahui oleh KIDI

provinsi dan KIDI pusat. untuk pelanggaran berat 15 hari kerja dengan

penugasan sesuai dengan kegiatan internsip oleh penanggungjawab

wahana dan diketahui oleh KIDI provinsi dan KIDI pusat.

2. Peserta yang sedang dalam proses pemberian sanksi, Surat Tanda Selesai

Internsip tidak akan diberikan sampai peserta tersebut menyelesaikan

sanksi tersebut

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 16

Page 17: BUKU 2

BAB IV

EVALUASI PESERTA

Evaluasi kinerja peserta secara keseluruhan dilakukan oleh pendamping. Penilaian

kinerja didapat dari observasi terhadap sikap, perilaku, kompetensi medik, komunikasi,

kepribadian dan pofesionalisme. Selain itu penilaian juga diperoleh dari buku log, portofolio,

laporan kasus dan mini project. Pendamping secara informal dapat memperoleh masukan

dari pemangku kepentingan terkait, antara lain sejawat lain, tenaga kesehatan lain,

masyarakat dan pasien.

Evaluasi kinerja peserta dilakukan dengan target yang telah diuraikan sebelumnya

dengan rincian:

1) Pengelolaan kasus UKP yang dilaksanakan di RS dan Puskesma, harus memenuhi jumlah

dan jenis yang cukup dengan kode kegiatan:

a) Kasus Medik

b) Kasus Bedah

c) Kasus Kegawat daruratan

d) Kasus Jiwa

e) Medikolegal

2) Pengelolaan kasus UKM dilaksanakan di Puskesmas (Kesehatan Masyarakat) dan

ditargetkan harus memenuhi jumlah dan jenis yang cukup meliputi PKMP dan PKPP.

a) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)* dengan kode kegiatan:

1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KB)

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya surveillance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak

Menular

6. Upaya Pengobatan Dasar

7. Mini project dengan pendekatan lingkaran pemecahan masalah.

b) Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)**

c) Penelitian sederhana mengenai status kesehatan masyarakat

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 17

Page 18: BUKU 2

d) Masing-masing kode kegiatan sekurang-kurangnya satu kasus

Semua data tersebut dilaporkan kepada dan ditandatangani oleh dokter Pendamping

secara berkala dan bersinambung.

Laporan Peserta

Setiap peserta diwajibkan untuk membuat laporan sebagai target kegiatan internsip

dengan rincian:

1) Lima (5) laporan portofolio kasus PKPP yang dilaporkan serta didiskusikan dalam diskusi

portofolio yang dijadwalkan untuk itu.

2) Membuat satu ( 1) laporan presentasi kasus dari salah satu kasus di laporan porotfolio

atau kasus lain dengan format presentasi kasus dan dipresentasikan di depan staf medik

Rumah sakit setempat.

3) Membuat laporan pelayanan dan penyuluhan sebagai bagaikan dari kegitan PKMP yang

didiskusikan dalam diskusi kelompok yang dijadwalkan untuk itu

4) Membuat satu (1) mini poject yang harus dilaporkan dan dipresentasikan di jajaran

Puskesmas setempat.

5) Mengisi buku log kegiatan di rs dan puskesmas sebagaimana format buku log yang telah

disediakan.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 18

Page 19: BUKU 2

Format Buku Log

Format dan contoh pengisian Buku Log untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer

(PKPP) / Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

diagnosis penatalaksanaan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

8/10/2011

A/Tn C, 45 tahun, laki-laki, perokok, TD 170/110 mmHg, GDS 240 g/dL

DM dan hipertensi

Olah raga, diet DM, medimentosa

perbaiki kinerja komunikasi khususnya untuk edukasi pasien

Pasien adalah pasien lama sehingga ssudah banyak mengetahui hal-hal terkait penyakitnya

12/1/2012A/Ny S, 36 tahun

G1P1A0, hamil 32 minggu, gemeli

rujuk ke poli kebidanan

perbaiki ketrampilan pemeriksaan kebidanan khususnya Leopold 1, 2 dan 3

tanggal

kode kegiatan dan data

dasar pasien

kegiatancatatan dan

usulan pendamping

keterangantanda tangan

DPJP dan Pendamping

Keterangan format:

(1) Tanggal pelaksanaan kegiatan

(2) Kode Kegiatan dan Data Dasar

(3) Data dasar mencakup umur dan jenis kelamin sedangkan

(4) Kode kegiatan sebagai berikut:

a. KasusMedik

b. Kasus Bedah

c. Kasus Kegawat daruratan

d. Kasus Kejiwaan

e. Kasus Medikolegal

(5) Diagnosis untuk kegiatan A s/d E

(6) Penatalaksanaan untuk kegiatan A s/d E

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 19

Page 20: BUKU 2

(7) Catatan dan usulan pendamping

a. Evaluasi kinerja peserta

b. Usulan perbaikan kinerja

c. Tanda tangan pendamping

(8) Keterangan:Hal-hal lain yang dianggap perlu, antara lain umpan balik positif bagi

peserta, tempat/lokasi kasus ditemukan (wahana)

Format dan contoh pengisian Buku Log untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer

(PKMP) / Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

Kode

KegiatanUraian Kegiatan Tanggal

Tanda tangan

pendamping

Catatan

pendamping

F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Penyuluhan tentang Perilaku

Hidup Sehat

11/8/

2012

9/9/

2012

6/10

/

2012

$

Dr. Widjaya

Metode

penyuluhan

tepat

F.2. Upaya Kesehatan Lingkungan

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Melakukan kunjungan rumah

untuk menilai tempat tinggal

(mendiagnosis rumah

sehat/tidak sehat)

$

Dr. Widjaya

Diagnosis

kurang tepat

Tingkatkan

kemampuan

F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Melakukan pelayanan

antenatal sesuai standar

$

Dr. Widjaya

Kinerja

sudah baik

F.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Melakukan deteksi dini

tumbuh kembang anak balita

menggunakan KMS

$

Dr. Widjaya

Kemampuan

sangat baik

F.5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak MenularPEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 20

Page 21: BUKU 2

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Melakukan active case finding $

Dr. Widjaya

Metode

kerja baik

F.6. Upaya Pengobatan Dasar

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Melaksanakan klasifikasi

penyakit/ coding penyakit

(KLB, wabah, penyakit

program)

$

Dr. Widjaya

Peserta

sudah

mampu

F.7 Mini Project

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang gizi seimbang

di RT X

15/9/2012 $

Dr. Widjaya

Tujuan sudah

tercapai

Keterangan format:

1. Kode Kegiatan

2. Uraian Kegiatan: jenis kegiatan dan materi kegiatan yang dilakukan

3. Tanggal Pelaksanaan kegiatan: kegiatan selama di wahana

4. Tanda tangan pendamping

a. Catatan pendamping

b. Evaluasi kinerja peserta

5. Usulan perbaikan kinerja

Format Mini Project

Mini project adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu pelaksanaan upaya

kesehatan di Puskesmas. Untuk itu setiap peserta diminta memilih salah satu upaya

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 21

Page 22: BUKU 2

kesehatan di Puskesmas, menentukan indikator hasil pelaksanaan yang masih dapat

ditingkatkan atau diperbaiki, kemudian memilih dan melaksanakan solusi mampu laksana

selama mereka bertugas di Puskesmas. Contoh kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam

bentuk mini project adalah; edukasi kesehatan kepada masyarakat, pemberdayaan

masyarakat dalam bentuk gotong royong, sosialisasi kepada tokoh masyarakat, dll.

Langkah-langkah dalam pelaksanaanmini project adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan topik masalah (dari upaya pokok puskesmas)

2. Analisis masalah dengan mengumpulkan data

3. Analisis data primer dan sekunder

4. Tetapkan diagnosis komunitas dan faktor terkait

5. Kembangkan solusi penatalaksanaan

6. Pilih dan rencanakan solusi yang mampu laksana

7. Laksanakan solusi

8. Evaluasi keberhasilan mini project

Format laporan mini project sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, terdiri atas:

1. Latar belakang

2. Pernyataan masalah

3. Tujuan

4. Manfaat

Bab II: Tinjauan Pustaka berisi tinjauan tentang program yang diintervensi

Bab III: Metode, berisi metode dan langkah-langkah yang dilakukan

Bab IV: Hasil terdiri atas

1. Profil komunitas umum

2. Data geografis

3. Data demografik

4. Sumber daya kesehatan yang ada

5. Sarana pelayanan kesehatan yang ada

6. Data kesehatan masyarakat (primer) yaitu:

a. prevalensi masalah kesehatan masyarakat sebelum dan sesudah intervensi

b. Perilaku kesehatan masyarakat sebelum dan sesudah intervensi

Bab V: Diskusi, berisi pendapat dan masukan dari hasil pelaksanaan mini project. PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 22

Page 23: BUKU 2

Bab VI: Kesimpulan dan Saran.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 23

Page 24: BUKU 2

TABEL PENILAIAN KINERJA Form 3.x1

NO.UKP MEDIK, BEDAH, KEGAWATDARURATAN, JIWA,

MEDIKOLEGALKINERJA

Perilaku A B C D E

Disiplin (kehadiran tepat waktu)Partisipasi (ikut serta memberi masukan)Argumentasi (rasionalitas)Tanggungjawab(misalnya, mengisi rekam medis)Kerjasama (tenggang rasa, tolong~menolong, tanggap)

Klinis (dapat dinilai melalui wawancara dan atau presentasi kasus)

Ilmu pengetahuan (mempunyai ilmu yang memadai dan

mampu menerapkannya, di nilai melalui presentasi

kasus dan atau portofolio)Keterampilan medis klinis (Keterampilan klinis yang

memadai termasuk anamnesis dan

pemeriksaanjasmani, dinilai melalui audit medis)

Kemampuan membuat keputusan klinis (“Clinical

reasoning” dinilai melalui presentasi kasus)

Kemampuan mengatasi kegawatan medis

(kemampuan bertindak cepat dan tepat mengatasi

kedaruratan sekalgus menyadari keterbatasannya)

Keterampilan prosedural (kemampuan menyelesaikan

tindak medis secara ”lege artis”, sesuai dengan SOP,

diniliai melalui laporan periodik.

Komunikasi

Kemampuan berkomunikasi secara efektif (dengan

pasien, keluarganya, sejawat, dan staf klinik)

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 24

Page 25: BUKU 2

Kemampuan bekeja dalam tim (kerjasama dengan

semua unsur di dalam maupun di luar klinik)

Kepribadian dan profesionalisme

Tanggungjawab profesional (kejujuran, keandalan)

Menyadari keterbatasan (merujuk, konsultasi pada saat

yang tepat)

Menghargai kepentingan dan pendapat pasien

(Menjelaskan semua pilihan tindak media yang dapat

dilakukan dan membiarkan pasien/keluarganya memilih

yang terbaik untuk pasien ybs)

Partisipasi dalam pembelajaran (aktif mengutarakan

pendapat dan rasionalisasi tindak medis dalam setiap

kegiatan pembelajaran)

Kemampuan membagi waktu (menyelesaikan semua

tugas pada waktunya dan tetap mempunyai waktu

untuk membantu orang lain)

Pengelolaan rekam medis (selalu menulis data medis

secara benar dan baik dalam rekam medis)

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 25

Page 26: BUKU 2

NO. UKM KINERJA

Perilaku A B C D E

Disiplin (kehadiran tepat waktu)

Partisipasi (dalam melakukan assessment dan

intervensi F.1 s/d F.7)

Argumentasi (rasionalitas)

Tanggungjawab(misalnya, menulis laporan kasus,

laporan kunjungan rumah, penyuluhan)

Kerjasama (tenggang rasa, tolong~menolong,

tanggap)

Manajerial (dinilai berdasarkan laporan dan atau presentasi kasus)

Latar Belakang permasalahan atau kasus

Permasalahan di keluarga, masyarakat maupun kasus

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi (misalnya metode

penyuluhan, menetapkan prioritas masalah dan intervensi)

Pelaksanaan (proses intervensi)

Monitoring dan Evaluasi termasuk didalamnya pengambilan

kesimpulan

KomunikasiKemampuan berkomunikasi secara efektif(dengan kasus,

keluarga maupun masyarakat)

Kemampuan bekeja dalam tim (kerjasama dengan semua

unsur di masyarakat)

Kepribadian dan profesionalisme

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 26

Page 27: BUKU 2

Tanggungjawab profesional (kejujuran, keandalan)

Menyadari keterbatasan (merujuk, konsultasi pada saat yang

tepat)

Menghargai kepentingan dan pendapat kasus maupun pihak

lain (Menjelaskan semua pilihan tindak UKP dan UKM yang

dapat dilakukan dan membiarkan kasus/ keluarga/ masyarakat

untuk memutuskan pemecahan masalah)

Partisipasi dalam pembelajaran (aktif mengutarakan

pendapat dan rasionalisasi tindak UKP dan UKM dalam setiap

kegiatan pembelajaran)

Kemampuan membagi waktu

Keterangan:

1. Lembar evaluasi kinerja internsip di atas diisi dengan data pekerjaan 2 mingguan yang

telah dikerjakan peserta.

2. Simpulkan kinerja peserta dalam huruf A sampai E sesuai dengan baku mutu

berikut ini:

a. Melebihi standar; sudah patut bekerja mandiri dan bahkan kreatif

b. Sesuai dengan standar; sudah mampu bekerja mandiri tanpa

pengarahan lanjut

c. Perlu perbaikan; masih perlu arahan di sejumlah kegiatan

d. Perlu dibentuk; masih perlu mendapat arahan menyeluruh

e. Belum tampak adanya perubahan menuju yang lebih baik

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 27

Page 28: BUKU 2

BAB V

PENUTUP

Pedoman Peserta Program Internsip Dokter Indonesia ini disusun untuk memenuhi

kebutuhan seluruh pihak terkait agar dapat memahami seluk beluk program internsip dokter

Indonesia. Hendaknya semua pihak dapat menggunakan buku ini sebagai acuan dalam melaksanakan

Program Internsip Dokter Indonesia di seluruh Indonesia. Diharapkan melalui Program Internsip

Dokter Indonesia yang dilakukan dengan baik akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat Indonesia, sehingga dapat memberikan dampak kepada status kesehatan di masyarakat

Indonesia.

Buku ini masih jauh dari sempurna, karena itu sangat diharapkan koreksi, masukan, usulan

penyempurnaan dari semua pihak yang memiliki perhatian untuk perkembangan Program Internsip

Dokter Indonesia.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 28

Page 29: BUKU 2

DAFTAR SINGKATAN

1. AIPKI: Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia2. BALKESMAS: Balai Kesehatan Masyarakat3. DPJP: Dokter Penanggung Jawab Pasien4. EKG: Elektro Kardio Gram5. IDI: Ikatan Dokter Indonesia6. IPTEKDOKKES: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kesehatan7. KBK: Kurikulum Berbasis Kompetensi8. KDDKI: Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia9. KIDI: Komite Internsip Dokter Indonesia10. KKI: Konsil Kedokteran Indonesia11. MKDKI: Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia12. PKPP: Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer13. PKMP: Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer14. PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarakat15. RS: Rumah Sakit16. FASYANKES: Fasilitas Pelayanan Kesehatan17. SDM: Sumber Daya Manusia18. SKP: Satuan Kredit Partisipasi19. STR: Surat Tanda Registrasi20. STSI: Surat Tanda Selesai Internsip21. SLPI: Surat Laporan Pelaksanaan Internsip22. UKP: Upaya Kesehatan Perorangan23. UKM: Upaya Kesehatan Masyarakat24. PKPP : Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer25. PKMP: Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 29

Page 30: BUKU 2

GLOSSARY

1. AIPKI: Sebuah asosiasi yang dibentuk oleh para dekan fakultas kedokteran yang berfungsi

memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan menjamin kualitas

pendidikan kedokteran yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran

2. Dokter: lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh

Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang undangan.‐

3. IDI: Organisasi profesi untuk dokter

4. KBK: Kurikulum yang menitik beratkan kepada kompetensi dokter sesuai dengan standar‐

kompetensi dokter yang di tetapkan oleh KKI.

5. KDDKI: Badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing masing disiplin ilmu yang‐

bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut

6. KIDI Pusat: institusi/ lembaga yang dibentuk berdasarkan kep menkes dan bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan program internsip

7. KIDI Provinsi: Institusi/ lembaga yang diangkat dan bertanggung jawab terhadap KIDI Pusat

dengan tugas menyelenggarakan program internsip

8. KKI: suatu lembaga negara, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri

atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.

9. Kolegium: badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing masing cabang disiplin‐

ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.

10. Kompetensi dokter menjalankan praktik kedokteran sesuai dengan Standar Kompetensi

Dokter yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

11. Layanan primer Pelayanan medik dasar yang merupakan kompetensi dokter praktik umum

12. MKDKI Lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan

dokter dan dokter gigi dan menetapkan sanksi

13. Pasien Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

14. Pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

dokter atau dokter gigi

15. Pendamping Internsip Dokter yang telah memiliki kriteria sebagai pendamping internsip

16. Peserta Internsip Dokter peserta program internsip yang telah lulus dari Fakultas Kedokteran

yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

17. Praktik Layanan medik yang diberikan seorang dokter kepada pasien sesuai dengan

kompetensinya

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 30

Page 31: BUKU 2

18. Praktik Kedokteran Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap

pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

19. Program Internsip Dokter Indonesia Program pelatihan keprofesian praregistrasi berbasis

kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah mereka capai

setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar

20. Registrasi Pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki kualifikasi

tertentu lainnya serta diakui secara hokum untuk melakukan tindakan profesinya

21. FASYANKES Tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang digunakan untuk

praktik kedokteran adtau kedokteran gigi

22. Sertifikat Kompetensi Dokter Surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter

atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji

kompetensi

23. SK Pendamping Internsip Surat keputusan yang diterbitkan oleh KIDI Pusat yang diberikan

kepada seorang dokter yang telah memenuhi syarat sebagai pendamping internsip dokter

24. SLPI Surat yang ditandatangani oleh Pendamping dan Pimpinan Wahana Internsip sebagai

bukti bahwa peserta telah menyelesaikan Program Internsip

25. STR Internsip Bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter

yang telah diregistrasi untuk mengikuti kegiatan internsip

26. STSI Surat yang dikeluarkan oleh pimpinan saryankes yang menyatakan bahwa sudah

menyelesaikan program internsip

27. Sumpah/ Janji Dokter Sumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan menjalani profesi

dokter Indonesia secara resmi

28. Surat Ijin Praktik Bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang

akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan

29. UKP/PKPPSetiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta

untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

30. UKM/PKMP Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta

swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.

31. Wahana Sarana pelayanan kesehatan yang menjadi tempat pelaksanaan program internsip

yang telah memenuhi kriteria sebagai wahana internsip

32. Stakeholders Semua pihak, organisasi maupun perorangan yang peduli dan atau terlibat

terhadap suatu usaha.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 31

Page 32: BUKU 2

PENULIS :

1. drg. Tritarayati, SH

2. Prof. Mulyohadi Ali, dr, Sp. FK

3. Prof. Firman Lubis

4. Dr. Slamet Budiarto, SH

5. Prof. Budi Sampurna

6. Dr. Iskandar, Sp. A

7. Dr. Nur Abadi

8. Dr. Tom Surjadi

9. DR. Basuki D. Purnomo, dr. Sp. U

10. Dr. M. Djauharai Widjajakusumah

11. Dr. Riyani Wikaningrum

12. Prof. dr. Soeharto

13. Dr. Masruroh Rahayu

14. Dr. Sugito Wonodirekso

15. Prof. Dr. Qomariyah

16. Dr. Herqutanto

17. Dr. Widati Fatmaningrum

18. Dr. Yulherina

19. Dr. Bernard SM Hutabarat

20. Dr. Woro Hapsari

21. Dr. Nita Arisanti

22. DR. dr. Putu Suriyasa

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 32

Page 33: BUKU 2

UCAPAN TERIMAKASIH

Kementerian Kesehatan RI menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi‐tingginya

kepada semua pihak yang telah membantu, dimulai dari usulan draf pertama hingga

diterbitkannya Pedoman Internsip Dokter Indonesia ini.

1. Kelompok Kerja Program Internsip Dokter Indonesia Sesuai dengan Kepmenkes Nomor

993/MENKES/SK/X/2008

2. Sekretaris Jenderal Depkes RI

3. Dirjend. Bina Pelayanan Medik Depkes RI

4. Dirjend. Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI

5. Ketua Konsil Kedokteran Indonesia

6. Ketua Umum PB IDI

7. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Depkes RI

8. Kabid Pemberdayaan Puspronakes LN, Badan PPSDMK

9. Kabid Perencanaan dan Sumberdaya Pusdiknakes Badan PPSDM

10. Sekretaris Badan PPSDMK

11. Kepala Pusdiknakes, Badan PPSDMK

12. Kepala Puspronakes LN, Badan PPSDMK

13. Ketua Elect PB IDI

14. Sekretaris Konsil Kedokteran Indonesia

15. Kepala Biro Kepegawaian, Depkes RI

16. Kepala Pusdiknakes, Badan PPSDMK

17. Kepala Bidang Bin‐Bang Pradokyan Primer dan Doga

18. drg. Ninin Setianingsih, MM (Kepala Bagian Program dan Informasi, Ditjen Bina Yanmedik)

19. drg. Marliana Purba, MM (Biro Kepegawaian, Depkes RI)

20. Syamsul Bahri SKM, M.Kes (Kepala Bagian Program danInformasi, Set. Badan PPSDMK)

Minarto, SKM, M.Kes (Sekretariat KKI)

21. Netty T. Pakpahan (Biro Hukum dan Organisasi, Depkes RI)

22. Ketua Divisi Pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia

23. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Depkes RI

24. Wakil Ketua MKDKI

25. Kabag Hukormas Badan PPSDMK

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 33

Page 34: BUKU 2

26. Kabag Penyusunan Peraturan Biro Hukor Depkes RI

27. Kabag Hukormas Ditjen Yanmedik Depkes RI

28. Kabag Hukormas Ditjen Binkesmas, Depkes RI

29. Kabag Pelayanan Hukum Sekretariat KKI

30. Sekretaris Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga

31. Biro Hukum PB IDI

32. Ketua Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia PB IDI

33. Kepala Pusdiklat SDMK, Badan PPSDMK

34. Ketua PDKI

35. Ketua Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia

36. Ketua Divisi Registrasi Kosil Kedokteran Indonesia

37. Kabag Kepegawaian dan TU Set. Badan PPSDMK

38. Kabid Perencanaan dan Informasi Pusrengun SDM Kesehatan Badan PPSDMK

39. Kabag Umum dan Kepegawaian Set. Ditjen Bina Yanmedik

40. Kabag Program dan Informasi, Ditjen Binkesmas Depkes RI

41. Ketua BP2KB PB IDI

42. Kabid Perencanaan dan Program Puspronakes LN Badan PPSDMK

43. Kasubag Perencanaan Pegawai Biro Kepegawaian, Depkes RI

44. Kepala Pusrengun SDM Kesehatan, Badan PPSDMK

45. Ses Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

46. Kabid Distribusi dan Kemandirian Pusrengun SDM Kesehatan Badan PPSDMK

47. Kabag Tata Laksana Keuangan, Biro Keuangan danPerlengkapan, Depkes RI

48. Kabag Keuangan dan Perlengkapan Set. Badan PPSDMK

49. Kasubdit Bina Yanmed RSU Pendidikan, Ditjen Bina Yanmed Depkes RI

50. Kabag Program dan Informasi, Ditjen Binkesmas Depkes RI

51. Ketua Komisi Internsip Kolegium DDKI PB IDI

52. Kabag Administrasi Umum dan Sekretariat KKI

53. Kabag Pengembangan Pegawai Biro Kepegawaian, Depkes RI

54. Kabid Kendali Mutu Pusdiklat SDMK, Badan PPSDM Kesehatan

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 34

Page 35: BUKU 2

TIM AD HOC

Sesuai dengan SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Nomor HK.02.04/2/1767.2/09

1. dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH (Kepala Badan PPSDM Kesehatan)

2. Zulkarnain Kasim, SKM, MBA (Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan)

3. Drs. Abdurrahman, MPH (Kepala Pusrengun SDM Kesehatan Badan PPSDMK)

4. dr. Setiawan Soeparan, MPH (Kepala Pusdiknakes Badan PPSDMK)

5. dr. Ida Bagus Indra Gautama (Kepala Pusdiklat SDM Kesehatan, Badan PPSDMK)

6. dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA (Kepala Puspronakes LN, Badan PPSDMK)

7. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F(K) (Kepala Biro Hukum dan Organisasi Depkes RI)

8. Prof. DR. Mulyohadi Ali, dr (Konsil Kedokteran Indonesia)

9. dr. Djauhari Widjajakusumah, PFK (Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia)

10. drg. Judianto, MPH (Kepala Bidang Pemberdayaan, Puspronakes LN, Badan PPSDMK)

11. dr. Rini Rachmawati, MARS (Kepala Bidang Evaluasi dan Pemantauan Puspronakes LN, Badan

PPSDMK)

12. Ir. Herwanti Bahar, MSc (Kepala Bidang Evaluasi dan Pemantauan Puspronakes LN, Badan

PPSDMK)

13. Jenny Songkilawang, SKM (Kasubbid Profesi, Puspronakes LN)

14. drg. Helmawaty Hamid, MPd (Kasubbid TKKI dan TKKA, Puspronakes LN)

15. Prof. Dr. Hj. Qomariyah, MS, PKK, AIFM

16. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes

17. dr. Bernard SM. Hutabarat, PAK

18. Prof. DR. Soeharto, dr, MSc, MPdK, SpPD KPTIdr. Titi Savitri

19. Ira Heriawati, SKp

20. dr. Yulherina, MKM

21. dr. Tom Surjadi, MPH

22. dr. Siti Pariani

23. Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr., Sp.An.KIC, KNA

24. Dr. Ova Amelia, dr. SpOG, M.Med

25. A. Syahroni, S.Sos, MPd

26. Hani Annadoroh, Amd. Keb, SKM

27. dr. Sugito Wonodirekso, MS, PKK, PHK

28. dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc

29. DR. Respati S. Drajat, dr. SpOT

30. DR. Basuki B. Purnomo, dr. SpU

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 35

Page 36: BUKU 2

31. drg. Widyawati, MQIH

32. Muflihati, S.Kep, Ners

33. Dorce Tandung, S.Sos, Msi

34. Asril Rusli, SH, MH

35. Burlian SH, M.Kes

36. drg. Astuty, MARS

37. Netty T. Pakpahan, SH, MH

38. Uud Cahyono, SH

39. Dra. Farida Uli Siahaan, Apt

40. Dewi Suci Mahayati M, SSt

41. JB. Soekirno

42. Wasiyati Djuremi, SKM

43. Rr. Kristanti Endah WW, SKM

44. Yenni Sulistyowati, SP

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 36

Page 37: BUKU 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2004

2. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

Departemen Kesehatan, Jakarta, 2004

3. Kurikulum Pendidikan Tinggi, SK no 045/U/2002, Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia, Jakarta, 2002

4. Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2003

5. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan

Dokter Gigi, Konsil Kedokteran Indonesia, Jakarta, 2006

6. Standar Pendidikan Profesi Dokter, Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia no

20/KKI/KEP/IX/2006, Konsil Kedokteran Indonesia, Jakarta, 2006

7. Standar Kompetensi Dokter, Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

21A/KKI/KEP/IX/2006, Konsil Kedokteran Indonesia, Jakarta, 2006

8. Gan L, Azwar A, Wonodirekso S; A Premier on Family Medicine Pratice, Singapore

International Foundation, Jakarta, 2004

9. Boelen C, Hag C, Hunt V,Rivo M, Shahady E; Eds Education and Professional Development

dalam Improvving Health System: The Contribution of Family Medicine, Best Printing

Company, Singapore, 2002

10. Teaching Family Medicine dalam A Premier on Family Medicine Pratice Ed.1, Onion Design

Pte Ltd, Singapore 2004

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 37

Page 38: BUKU 2

Lampiran 1

KIAT KLINIK UNTUK DOKTER LAYANAN PRIMER

A. Prinsip dasar

1. Pasien datang dengan keluhan bukan diagnosis

2. Picu Sambut dengan salam dan tanyakan masalah utamanya lalu biarkan bercerita,

jangan mengarahkan,

Jangan mendesak,

Jangan menyudutkan

Jangan menakut-nakuti

Pancing bicara jika buntu

3. Identifikasi butir inti, gali secara cermat mengarah kepada dugaan diagnosis

4. Biasakan menggunakan Kiat Klinik ini sampai menjadi kebiasaan dan tidak perlu

berpikir banyak untuk mengingatnya.

5. Pasien berlainan jenis dengan dokter selalu didampingi oleh salah satu anggota

keluarganya atau tenaga kesehatan lainnya.

6. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh salah satu anggota keluarganya terutama

untuk penyakit kronik agar keluarga pasien ikut berpartisipasi dalam proses

pengobatan.

7. Sedapat mungkin Catat nama dan hubungan keluarga yang mendampingi pasien saat

di ruang periksa kecuali pasien tidak menghendaki didampingi.

8. Ingat: Catatan dalam rekam medis secara random/acak akan diperiksa oleh sejawat

lain disaksikan oleh dokter pendamping dalam sebuah rapat pleno periodik.

B. Daftar tilik dalam praktik

a) Anamnesis terarah menuju diagnosis yang dituju dan menyingkirkan diagnosa banding

1) Pasien datang dengan keluhan

2) Biarkan pasien bercerita secara lengkap

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 38

Page 39: BUKU 2

3) Dengarkan baik baik penuh empati‐

4) Jangan arahkan ceritanya

5) Tangkap butir butir pokoknya‐

6) Kembangkan pertanyaan untuk merinci butir pokok itu

7) Lanjutkan pertanyaan untuk menegakkan diagnosis

8) Prakirakan penyebab keluhan dan pikirkan (Diagnosa Banding, DB?)

9) Singkirkan diagnosa banding dengan sejumlah pertanyaan

10) Catat seluruhnya secara singkat dalam rekam medis

b) Pemeriksaan jasmani secara umum dan khusus dan memprakirakan apa yang akan

ditemukan

1) Prakirakan tanda yang hendak dicari

2) Pasien tidak harus berbaring atau buka baju jika tidak perlu

3) Dapatkan tanda vital dan catat dalam rekam medis

4) Cari tanda pendukung diagnosis catat dalam rekam medis

5) Cari tanda penyingkir diagnosa banding (pastikan tidak ada), catat dalam rekam

medis

c) Pemeriksaan penunjang yang rasional dan prakirakan hasilnya

1) Pilih yang esensial bukan yang ideal dan bukan normatif

2) Jelaskan mengapa harus diperiksa

3) Tawarkan kepada pasien, jelaskan manfaatnya jika dilakukan dan risikonya jika

tidak dilakukan

4) Biarkan pasien dan atau keluarganya menentukan pilihan

5) Jelaskan langkah yang harus atau akan dijalani pasien dalam pemeriksaan

penunjang

6) Prakirakan hasil yang akan didapat dan manfaatnya untuk tindak lanjut yang harus

dilakukan

d) Susun strategi penyelesaian masalah yang dihadapi

1) Ajak pasien dan atau keluarganya memahami masalah yang dihadapi

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 39

Page 40: BUKU 2

2) Sampaikan sejumlah pilihan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah

itu

3) Biarkan pasien dan atau keluarganya memilih yang sesuai setelah dijelaskan

4) Jelaskan manfaatnya jika dijalani dan risikonya jika tidak dijalani

5) Jika disyaratkan, buatlah “informed consent”

6) Jelaskan peran pasien dan atau keluarganya dalam upaya yang hendak dilakukan

e) Identifikasi saat terbaik untuk konsultasi kepada pendamping dan konsultan/ spesialis

dan perujukan

1) Kadang kadang diperlulkan konsultasi dan perujukan karena penyakitnya tidak‐

dapat diatasi di tempat anda internsip.

2) Catat dalam rekam medis indikasi konsultasi dan perujukan atau cukup tandai

gejala dan tanda yang mengharuskan anda merujuk atau memerlukan konsultasi

dengan spesialis

3) Jika ragu ragu, tanyakan dokter pendamping anda. ‐

4) Perlu diingat bahwa keperluan akan rujukan mungkin dapat terjadi setelah pasien

di rumah

5) Jelaskan kepada pasien dan atau keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda

yang memerlukan perhatian itu

6) Berikan “hot line‐ ” agar pasien segera menghubungi dokter jika gejala kegawatan

muncul

7) Siapkan surat rujukan agar pasien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali untuk

diperlukan pemastian

8) Pastikan tempat dan dokter spesialis yang hendak dituju

f) Jelaskan kepada pasien dan atau keluarganya perihal diagnosis, rasionalitas tindak

medis, termasuk keperluan akan konsultasi, rujukan, dan jangan lupa jelaskan pula

prognosisnya sedapat mungkin.

1) Pasien berhak mendapatkan informasi yang lengkap tentang masalah yang

dihadapi dan dokter wajib menjelaskannya sampai pasien dan atau keluarganya

paham

2) Kejelasan dan kejujuran ilmiah merupakan landasan utamanyaPEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 40

Page 41: BUKU 2

3) Sedapat mungkin bantulah pasien dan atau keluarganya mencari jalan keluar dari

masalahnya

g) Jelaskan peran pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit

1) DK menyembuhkan pasiennya di habitat pasien sendiri

2) Sebagian tugas dokter didelegasikan kepada pasien dan atau keluarganya

3) Jelaskan secara rinci peran pasien dan atau keluarganya

4) Dalam proses penyembuhan

5) Tanggung jawab tetap pada dokter

h) Identifikasi risiko dan lakukan tindak pencegahan penyakit dan komplikasinya

1) Sejumlah penyakit mungkin menular atau menurun

2) Jelaskan menggunakan bahasa awam masalah yang dihadapi dan risiko kejadian

itu pada anggota keluarga yang lain

3) Jelaskan langkah yang harus dilakukan oleh pasien dan atau keluarganya jika

penyakit itu menular agar tidak terjadi penularan

4) Jelaskan upaya pencegahan penularan dan atau munculnya penyakit menurun

5) Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi dan cara pencegahannya

C. Daftar Tilik kegiatan kesehatan masyarakat

1. Micro Planning

a. Analisa situasi wilayah kerja dan puskesmas setempat (data umum, upaya kesehatan,

manajemen kerja puskesmas)

b. Identifikasi masalah

c. Penyusunan prioritas masalah

d. Penyusunan rencana pemecahan masalah

2. Pelaksanaan / Implementasi

a. Upaya peningkatan status kesehatan masyarakat

b. Upaya pencegahan

c. Upaya pengobatan

d. Upaya rehabilitatif

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 41

Page 42: BUKU 2

3. Evaluasi

Penyusunan laporan kegiatan kesehatan masyarakat

LAMPIRAN 2

DAFTAR HADIR PESERTA

Nama Peserta :

Nama Wahana :

NO. BAGIAN NAMA DPJP PARAF

……………………………………………….., ………………………………….Peserta Pendamping

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 42

Page 43: BUKU 2

( ) ( )LAMPIRAN 3

Berita acara presentasi portofolio

Catatan:

Halaman protofolio ini sebaiknya disalin~sinar (fotokopi) karena anda akan membuat

sejumlah laporan yang sekaligus merupakan catatan untuk bekal and berpraktik nantinya.

Pada hari ini tanggal : …...........................................telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : ....................................................................................................

Judul/topik :

....................................................................................................

Nama Pendamping : (Dr. Pendamping atau staf ahli lainnya)

Nama Wahana :……………………………………………………………………………………………..

NO NAMA TTD

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.

Pendamping

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 43

Page 44: BUKU 2

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 44

Page 45: BUKU 2

Borang PortofolioNama Peserta:

Nama Wahana:

Topik:

Tanggal (kasus):

Nama Pasien: No. RM

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi:

Tujuan:

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 45

Page 46: BUKU 2

Data pasien: Nama: Nomor Registrasi:

Nama klinik: Telp: Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:

2. Riwayat Pengobatan:

3. Riwayat kesehatan/Penyakit:

4. Riwayat keluarga:

5. Riwayat pekerjaan:

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN)

7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus):

8. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS WAHANA)

Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 46

Page 47: BUKU 2

1.

2.

3.

Hasil Pembelajaran:

1.

2.

3.

4.

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Uraikan secara singkat dan jelas semua butir yang sudah dipelajari sesuai dengan yang tercantum dalam bagian akhir

borang portofolio. Hasil pembelajaran diurai secara singkat. Supaya menjadi lebih runut dan terpadu, rangkuman disusun

berdasarkan pedoman rekam medis, SOAP.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 47

Page 48: BUKU 2

”Subjektive”(keluhan pasien, diperoleh darianamnesis dan alo~anamnesis), ”Objektive” (yang ditemukan oleh dokter dari pemeriksaan jasmani maupun penunjang)

”Assessment”(Penalaran klinis/ kasus/ masalah, membahas hubungan antara S dan O, di antara komponen S dan O) ”Plan” = rencana tindakan dan tindak lanjut terhadap diagnosis, terapi, konsultasi, rujukan, kontrol, dan terapi berdasarkan A

Contoh Pengisian Portofolio

Ini adalah contoh laporan yang cukup ideal. Upayakan anda dapat membahas kasus anda sedalam dan seluas mungkin seperti pada

kasus ini.Pembahasan itulah yang akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan anda. Banyak jenis kasus yang dapat dibahas

menggunakan format ini, termasuk kasus:

1. “General check~up”atau2. “KB dan KIA”3. “Kegawatdaruratan medik”di layanan primer4. “Ceramah kesehatan”untuk awam5. “Kunjungan rumah”6. “Pembinaan keluarga”7. “Tumbuh kembang anak normal”.8. “Masalah menajemen klinik misalnya asuransi kesehatan”9. Dsb. yang mungkin anda akan hadapi dalam praktik mandiri nantinya.

Dalam buku ini dicontohnya kasus yang cukup menarik dan membawa banyak masalah sehingga bermanfaat untuk

pembelajaran yaitu “spondilitis TBC”.

Kasus 1

Topik: Spondilitis TBC

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 48

Page 49: BUKU 2

Tanggal (kasus): 13 Mei 2004 Persenter: Dr. Dani Pattiradjawane

Tanggal presentasi: 14Juni 2004 Pendamping: Dr. SugitoWonodirekso

Tempat presentasi: RR PDKI

Obyektif presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Gadis, 29 thn, nyeri pungung kronik, spondilitis TBC, destruksi ringan Th 7~8 gibus (~), hendak menikah 5 bulan yad.

Tujuan: mengobati TBC non pulmonar, menyikapi kemungkinan hamil

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien: Nama: Nomor Registrasi:

Nama klinik: Telp: Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 49

Page 50: BUKU 2

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

Spondilitis TBC, deformitas minimal, Keadaan umum baik, ingin menunda kehamilan sampai benar-benar sembuh, nyeri punggung

kambuh jika tidak memakai korset khusus.

2. Riwayat Pengobatan:

Rifampisin, Streptomisin, INH, Pirazinamid, roboransia, korset khusus setelah konsultasi dengan URM (Unit Rehabiltasi Medis RSCM,

Jakarta.

3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:

Pasien belum pernah TBC paru, nyeri punggung sejak awal tahun 2004, diobati sendiri dan pijat refleksi, tidak ada kemajuan.

4. Riwayat keluarga:

Anak perempuan terbesar, ayah sdh. pensiun hipertensi, pernah strok ringan dan sembuh total

5. Riwayat pekerjaan:

Sekretaris perusahaan swasta, komputer.

6. Lain~lain :

Kondisi lingkungan fisik dan sosial untuk mencari fokus infeksi dan memutus rantai penularan

Daftar Pustaka:

a. Harrison text~book of medicine, Edisi 16

b.

c.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 50

Page 51: BUKU 2

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis TBC non~pulmonar

2. Waspadai nyeri punggung kronik

3. Regimen terapi TBC non~pulmonar pada wanita hamil

4. Manfaat kerjasama dengan URM

5. Mekanisme nyeri pungung pada sponsilitisTBC

6. Edukasi untuk pencegahan penularan

7. Motivasi untuk kepatuhan berobat

8. Edukasi tentang hubungan gibus dengan resiko kehamilan

Catatan:

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Uraikan secara singkat dan jelas semua butir yang sudah dipelajari sesuai dengan yang tercantum dalam bagian akhir borang

portofolio. Hasil pembelajaran diurai dan dikemas secara singkat. Supaya menjadi lebih runut dan terpadu, rangkuman disusun

berdasarkan pedoman rekam medis, SOAP.

”Subjective”(keluhan pasien, diperoleh darianamnesis dan alo~anamnesis), ”Objective” (yang ditemukan oleh dokter dari pemeriksaan jasmani maupun penunjang) ”Assessment”(Penalaran klinis, membahas hubungan antara S dan O, di antara komponen S dan O) ”Plan” = rencana tindakan dan tindak lanjut terhadap diagnosis, terapi, konsultasi, rujukan, kontrol, dan terapi berdasarkan A

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 51

Page 52: BUKU 2

Contoh dalam hal kasus no 1:1. Subyektif: Pasien mengeluh nyeri punggung kronis di tempat yang sama harus diwaspadai adanya kelainan tulang belakang oleh

berbagai sebab termasuk spondilitis, osteoartrosis, hiperskoliosis, kiposis, lordosis, masalah ergonomis,dsb.2. Objektif:

Hasil pemeriksaan jasmani, foto ronsen toraks AP dan lateral, pemeriksaan darah tepi, dan tinjauan ergonomis berdasarkan pekerjaannya sehari~hari sangat mendukung diagnosis TBC tulang belakang (spondilitis TB). Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan: Gejala klinis (nyeri punggung di tempatyang sama yang tidak kunjung mereda)

Gambaran ronsen yang khas Endemisitas TB di Idnonesia Kelainan sesibilitas minimal(neuropati)setinggi L1–L3 Tidak ditemukan hiperskoliosis, spondiloartrosis, ataupun gangguan ergonomis yang berarti.

3. ”Assessment”( penalaran klinis): Nyeri punggung berawal dari destruksi ruas tulang belakang yang menyebabkan deformitas ringan. Secara biomekanik kejadian ini mengubah garis berat yang melalui sumbu tulang belakang, yang semula lurus menjadi tergeser dan bersudut di daerah punggung sehingga beban yang dipikul oleh ”m. errector trunci”kiridan kanan tidak seimbang dan muncullah nyeri punggung yang merupakan manifestasi kelelahan otot di satu sisi. Itulah sebabnya, ketika dalam posisi tiduran pasien merasa nyerinya hilang dan ketika bangun muncul lagi. Keadaan ini membawa konsekuensi pemberian penghilang nyeri dan pelemas otot untuk sementara. Selanjutnya harus dicari cara untuk mengurangi beban yang berat sebelah dengan pengunaan korset khusus hasil konsultasi dengan Unit Rehabilitasi Medis RS. Penggunaan korset khusus ini ternyata sangat membantu sehingga pasien terbebas darikebutuhan akan analgetik sehingga upaya pengobatan terfokus untuk mengatasi spondilitisnya. Kepada pasien perlu ditekankan bahwa kehamilan tidak terpengaruh oleh pemakaian OAT (Obat Anti TB) kecuali streptomisin yang dapat bersifat ototoksik dan nefrotoksik terutama pada janin, oleh karena itu selama penggunaan streptomisin pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan berbagai cara, misalnya menggunakan kondom jika bersanggama di saat masa subur. Selain itu, agar tidak terlalu membebani tulang belakang,jika bersanggama pasien dianjurkan dalam posisi terlentang. Keluarganya, terutama suaminya diminta ikut mengawasi pengobatan di rumah, mengingatkan pasien minum obat dan suntik streptomisin pada waktunya sampai selesai. Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa deformitas tulang belakang tidak dapat pulih seperti sediakala dan karenanya harus menggunakan korset seumur hidup dan olah raga terbaiknya adalah berenang.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 52

Page 53: BUKU 2

4. ”Plan”:Diagnosis: kecil kemungkinannya keluhan ini bukan disebabkan oleh TB.Upaya diagnosis sudah optimal.Pengobatan: penggunaan analgetik sudah selayaknya distop dan pasien dianjurnya sepenuhnya menggunakan korset. Pengunaan sejumlah obat secara sinkron dilakukan untuk menghindari MDR (Multiple Drug Resistance) dan memperpendek masa pengobatan serta membatasi disabilitas akibat deform itas.Pendidikan: dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan, untuk itu pada tahap awal pasien dan keluarganya diminta datang untuk pengarahan secara bertahap. Anjurkan pasien dan atau keluarganya segera meneleponjika ada hal-hal yang meragukan.Konsultasi: Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis Rehabilitasi Medis. Konsultasi ini merupakan upaya, agar keterbatasan akibat deformitas dapat teratasi tanpa harus makan analgetik sepanjang hayat untuk nyeri pingangnya.Rujukan: direncananakan jika proses penyakit berlanjut dan atau terjadi tekanan saraf spinal neuropati berubah menjadi neuritis perifer pada dematom yang ybs.

Kontrol: Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan

Kepatuhan makan obat dan pemantauan efek samping obat

10harisekali untuk bulan ISebulan sekali untuk selanjutnya

Segera diketahui efek samping obat dan atau kesalahan cara minum obat

Laboratorium Setiap 3 bulan kecuali jika gejala semakin parah

Parameter laboratorium semuanya membaik

Ronsen Setelah 6 bulan kecuali jika gejala semakin parah

Terjadi proses perbaikan, deformitas tidak makin parah.

Kehamilan Segera lapor jika ada tanda kehamilan

Jika hamil streptomisin harus segera distop

Nasihat Setiap kali kunjungan Kepatuhan minum obat dan pemahaman akan penyakitnya meningkat

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 53

Page 54: BUKU 2

Dalam contoh kasus no 2

.

”Subjective”: Keluhan subyektif influensa sudah sangat dikenal oleh masyarakat oleh karena itu dokter harus mencermati dan

berusaha mengidentifikasi penyakit lain yang mirip atau muncul bersama, misalnya DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)dan infeksi

EBV (Eptein~Barr Virus)termasuk CMV (Cytomegalo Virus).

.

”Objektive”: Pasien dengan riwayat kesehatan yang baik dan tercatat semuanya dalam rekam medis sangat membantu penegakan

diagnosis dan penyingkiran DD.

.

”Assessment”: diagnosis pada kasus ini semata~mata berdasarkan temuan klinis dan catatan riwayat kesehatan dalam rekam

medis. Pemberian antibiotika sebenarnya tidak diperlukan akan tetapi mengingat pasien ini anak tunggal dengan orang tua

tunggal yang sibuk, dokter terpaksa memberikan antibiotika. Namun demikian antibiotika itu tidak segera diberikan mealinkan

ditunggu sampai harike~3, jika saat itu demamnya belum mereda. Pasien dianjurkan untuk tidak membeli antibiotika itu terlebih

dahulu dengan menuliskannya di lembar resep yang berbeda. Dengan demikian pasien mendapat dua lembar resep yang satu

berisiobat anti~flu yang lainnya berisi antibiotika. Pada pasien ini perlu dilakukan pengawasan pola suhu badan agar dapat

terdeteksi kemungkinan DHF.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 54

Page 55: BUKU 2

.

”Plan”: Diagnosis dapat berubah sewaktu~waktu jika terjadi perubahan mengingat ISNA pada anak~anak sering berkomplikasi

dengan OMA atau idapan DHF yang tersamar. Terapi sudah sesuai dan selanjutnya adalah pemantauan kepatuhan minum obat

yang perlu dicermati. Pemeriksaan laboratorium terutama darah dan urin rutin akan dilakukan jika sampai harike~3 masih demam

dan atau anak tampak ”loyo” atau ada keluhan sakit perut, mual, dan atau sesak napas. Pendidikan untuk pasien dan dan

keluarganya berupa wewanti bahwa influensa sangat cepat menular melalui udara pernapasan dan masa inkubasinya sangat

cepat, dalam 24 jam sudah dapat muncul gejalanya jika tertular. Untuk pencegahan cukup dengan asupan gizi yang baik, istirahat

yang cukup, dan olah raga. Dengan demikian jika tertular dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan yang berarti. Kontrol dilakukan

jika sampai hari ke~3 masih demam. Kegiatannya meliputi pemeriksaan jasmani ulang dan jika dipandang perlu dilakukan

pemeriksan laboratorium sesuai dengan dugaan diagnosis tambahan atau perubahannya saat itu. Pasien diminta segera kontak

jika terjadi hal~hal tidak diinginkan misalnya alergi obat, muntah yang hebat, keluhan sakit perut dan atau tampak sesak napas

atau anak ngantuk melulu atau makin rewel.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 55

Page 56: BUKU 2

Lampiran 4

Slide

no:Isi slide

1. Judul (kasus yang dipresentasikan)

Nama presentan

Nama anggota kelompok (jika ada)

2. Pendahuluan

• Kasus Anda rekaan atau asli

• Alasan mengapa kasus ini diajukan:

Alasan klinis, epidemiologis, atau apa pun presentasi kasus ini• Yang menarik dari kasus ini

• Fokus pembicaraan

• Masalah pada kasus ini

• Tujuan presentasi ini (terutama yang berkaitan dengan dampak yang merugikan atau membahayakan

pasien)

• Buku acuan ~acuan yang dipakai

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 56

Page 57: BUKU 2

3. Data administrasi pasien

Nama,

No register,

Status kepegawaian,

Status sosial, dsb…..4. Data Demografis

Alamat

Agama

Suku

Pekerjaan

Bahasaibu

Jenis kelamin

Dsb.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 57

Page 58: BUKU 2

5. Data biologik

Tinggi badan

Beratbadan

Habitus

Dsb, ….

6. Data Klinis Anamnesis terfokus diagnosis

A

B

B

Dst (tambahkan slide baru jika diperlukan)

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 58

Page 59: BUKU 2

Anamnesis penyingkir DD (Diagnosis banding,DB)

Berkaitan dengan DD~1

…….

…….

…….Dst.

Berkaitan dengan DD 2

Berkaitan dengan DD 3

Dst. (tambahkan slide jika diperlukan)

7. Pemeriksaan jasmani

Tanda vital

Tensi

Nadi

Dst…..

Untukdugaan diagnosis

Status lokalis sesuai dengan dugaan diagnosis (tanda klinis yang ditemukan yang mendukung dugaan diagnosis)

Dugaan DD (sebaiknya selalu dibuat DD)

Status lokalis penyingkir DD (tanda klinis yang ditemukan yang tidak mendukung DD)

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 59

Page 60: BUKU 2

8. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan (tuliskan “tidak perlu”jika memang tidak diperlukan dan cantumkan

alasannya mengapa tidak diperlukan)

• Laboratorium untuk mencari tanda~tanda sbb.:

• 1

• 2

• 3

• Dst…….

• Pemeriksaan lain …………………………..

9. Hasil yang diperoleh atau prakirakan data yang akan diperoleh

• 1• 2• 3• Dst…….• Komentar/ kesimpulan atas hasil tersebut

10. Pemeriksaan penunjang lain

• Alasan pemeriksaan• Hasil yang dicari• Hasil yang diperoleh• Komentar/simpulan atas hasil Tuliskan tidak perlu jika memang tidak memerlukannya

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 60

Page 61: BUKU 2

11. Diagnosis

Tuliskan diagnosis di sini

Alasannya adalah:

Dari Anamnesis

Dari Pemeriksaanjasmani

Dari pemeriksaan penunjang

Dari data lain nya ……

12. Diagnosis holistic

• Diagnosis klinis

• Diagnosis biologis

• Diagnosis psikologis

• Diagnosis sosial

13. Strategi Penanganan Masalah

• Untuk diagnosis klinis

• Untuk diagnosis biologis

• Untuk diagnosis psikologis

• Untuk diagnosis sosial

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 61

Page 62: BUKU 2

14. Alasan Konsultasi dan Rujukanjika diperlukan

Tandaobyektif

1

2

4, dst Tandasubyektif

1

2

3

dst Alasan lainnya?

15. Penjelasan untuk pasien dan keluarganya

Diagnosis dan konsekuensinya

Masalah dan risiko yang dihadapi

Berbagai jalan keluar

Apa yang sebaiknya dilakukan

(Biarkan pasien dan keluarganya memilih sendiri)

Khasiatdan efeksamping obat

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 62

Page 63: BUKU 2

16. Peran pasien dan keluarganya dalam penanganan masalah

• Berkaitan dengan obat• Berkaitan dengan diet• Berkaitan dengan kegiatan lain,• Berkaitan dengan masalah agama• Berkaitan dengan masalah budaya• ….dsb ……

17. Identifikasi Risikodan Pencegahannya

• Adakah risiko kambuh, menularatau menurun

• Bagaimana mencegahnya (mungkin juga tidak bisa dicegah)

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 63

Page 64: BUKU 2

18. Ilmu yang dipunyai untuk menanganani kasus ini Ilmu Dasar Kedokteran:

ABDsb.

Ilmu KlinikABDsb

Ilmu Kedokteran Komunitas Keterampilan

ABDsb

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 64

Page 65: BUKU 2

19. Ilmu yang diperoleh daripresentasi ini (inilah yang dirangkum dalam laporan portofolio, berupa uraian rasionalitas

tindak medis yang dilakukan)

Ilmu dasar kedokteran:

A

B

Dsb. Ilmu klinik

A

B

Dsb Ilmu Kedokteran Komunitas Keterampilan

A

B

Dsb.

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 65

Page 66: BUKU 2

Lampiran 5 : Laporan Pelayanan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kode Kegiatan Tanggal dan tempat kegiatan Topik/kegiatan Catatan

pendampingTanda tangan pendamping

Keterangan tambahan

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 66

Page 67: BUKU 2

Lampiran 6: Laporan Penyuluhan

Nama Peserta : Tanda tangan :

Nama Pendamping : Tanda tangan :

Nama Wahana :

Tema Penyuluhan :

Tujuan Penyuluhan :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Jumlah Peserta :

PEDOMAN PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA | 67