Blok 19-Angina Pectoris Tak Stabil

download Blok 19-Angina Pectoris Tak Stabil

of 16

description

pbl semester 5

Transcript of Blok 19-Angina Pectoris Tak Stabil

Angina Pectoris Tak Stabil Krisna Lalwani 102011301/E3 11 September 2013Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 [email protected]

PendahuluanJantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh kita dan terus menerus berdetak tidak pernah beristirahat. Fungsi jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untukmenimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan. Jika tidak adanya jantung, maka darah dalam tubuh kita tidak ada yang memompakan ke seluruh tubuh yang akan mengakibatkan jaringan- jaringan dalam tubuh kita akan kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme dalam tubuh kita. Pemaksaan aktifitas jantung yang melebihi ambang batas, atau kurangnya pemanasan sebelum melakukan olah raga serta kebiasaan merokok sangat berpengaruh pada sistem kerja dan kesehatan jantung. Dari beberapa faktor predisposisi tersebut maka dapat terjadi timbulnya penyakit pada suatu individu, salah satu nya adalah Angina pectoris.Angina pectoris (atau nyeri dada) adalah ketidaknyamanan dada yang terjadi ketika ada suplai oksigen darah yang berkurang pada area dari otot jantung atau iskemia miokardium. Pasien mendapat serangan sakit dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti di tekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan pengertian tentang sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang diberikan yaitu Angina pectoris tidak stabil.

PembahasanAnamnesisAnamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Pasien adalah seorang pria 60 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri dada kiri terus menerus sejak 40 menit yang lalu. Nyeri terasa seperti tertimpa beban berat dibagian tengah dada dan disertai keringat dingin. Pasien tersebut juga mengeluh perutnya terasa mual sejak nyeri timbul. Riwayat penyakit sebelumnya pasien memiliki riwayat darah tinggi dan seorang perokok sejak 20 tahun terakhir. Penanganan dari pasien ini harus dimulai dengan riwayat secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melakukan diagnosis. Berdasarkan skenario tersebut. keluhan utama pasien adalah nyeri dada kiri terus menerus sejak 40 menit yang lalu terasa seperti tertimpa beban berat dibagian tengah dada.Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:1. Identitas pasien2. Riwayat penyakit sekarang3. Riwayat penyakit dahulu4. Riwayat kesehatan keluarga5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya

Identitas PasienIdentitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan, pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaitan dengan masalah klinik maupun gangguan sistem organ tertentu.Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya dituliskan secara singkat beserta lamanya.

Riwayat Penyakit SekarangNyeri DadaKapan dimulainya ? Seperti apa nyerinya ? Di mana dan menjalar ke mana ? Apakah diperberat/berkurang dengan bernapas, perubahan posisi, pergerakan ? Adakah nyeri dada setempat ?Adakah demam, mual, muntah, menggigil, penurunan berat badan, malaise, keringat malam atau keringat dingin, limfadenopati, atau ruam kulit ?SesakApakah pasien sesak saat istirahat, beraktivitas, atau berbaring mendatar (ortopnea)? Apakah keadaan tersebut kronis atau muncul secara tiba-tiba ? Riwayat Penyakit DahuluApakah pasien sebelumnya pernah mengalami hal seperti ini ? Apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit? Apakah ada riwayat trauma ? Apakah ada riwayat hipertensi?Obat-obatanObat apa yang sedang dikonsumsi pasien ? apakah baru-baru ini ada perubahan penggunaan obat? adakah respons terhadap terapi terdahulu ? Alergi Adakah alergi obat atau antigen lingkungan ?MerokokApakah pasien saat ini merokok ? Apakah pasien pernah merokok ? Jika ya, berapa banyak ?Riwayat Keluarga dan SosialAdakah riwayat dalam keluarga ? Apa pekerjaan pasien ? Bagaimana lingkungan tempat tinggalnya? Apakah rutin dalam olahraga? Menanyakan aktivitas , makanan sehari-hari dan ekonomi.Setelah dilakukan anamnesis, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Sebelum melaksanakan pemeriksaan fisik, hendaknya didahului oleh penjelasan singkat mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, bagaimana bentuk pemeriksaannya, apa yang nanti harus dilakukan oleh pasien saat pemeriksaan fisik berlangsung, dan bertujuan untuk apakah pemeriksaan tersebut, serta meminta informed consent atau permintaan izin kepada pasien yang menunjukan bahwa pasien tersebut setuju atau tidak untu melakukan pemeriksaan fisik. Jika pasien setuju, jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan sudah pemeriksaan.Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut berdasarkan anamnesis adalah tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, suhu dan pernafasan serta dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Kesadaran pasien compos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah adalah 180/90 mmHg, denyut nadi 90x/menit, nafas 22x/menit dan suhu tubuh afebris sehingga TTV normal.Pada skenario tersebut pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi tidak dapat memberi petunjuk untuk kepastian diagnosis serta apabila kasus kegawat daruratan pemeriksaan fisik jantung dapat ditunda. Namun apabila pemeriksaan tetap dilakukan dapat untuk melihat keadaan umum pasien pada inspeksi keseluruhan, palpasi juga dapat melihat titik nyeri, perkusi untuk mencari batas-batas jantung serta apakah terdapat cardiomegaly atau tidak. Auskultasi dilakukan untuk melihat adanya bunyi jantung patologis seperti murmur atau gallop.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang paling utama adalah pemeriksaan ECG. ECG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko pasien angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemi akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemi atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm, tidak spesifik untuk iskemi, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4% mempunyai ECG normal, dan pada NSTEMI 1-6% ECG juga normal. Pada angina tidak stabil terdapat depresi ST atau perubahan gelombang T selama nyeri angina yang khas tanpa peningkatan enzim jantung yang diagnostik. Nitrat bisa mengembalkan peningkatan segmen ST. Arteriografi koroner memiliki morbiditas dan mortalitas yang rendah (