BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK...
Transcript of BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK...
1
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Bagi mahasiswa D3 bidang kesehatan yang akan mengakhiri studi
diwajibkan menulis thesis, skripsi atau karya tulis ilmiah (KTI) sesuai dengan
standar penulisan ilmiah, walaupun sebenarnya penulisan karya ilmiah itu
menunjukkan keragaman, baik format maupun urutan penulisannya.
Karya ilmiah merupakan karya berupa tulisan yang bersifat ilmiah. KBI
(2001) menyebutkan karya artinya ciptaan (terutama hasil karangan) dan ilmiah
artinya memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan. Brotowijoyo (1985)
menyebutkannya sebagai karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jadi karya
ilmiah harus ditulis secara jujur dan memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, karya tulis ilmiah (KTI) mahasiswa Program D-III
dapat berupa hasil penelitian yang dilaksanakan secara empiris (turun ke
lapangan) atau hasil kajian pustaka (sekunder) berdasarkan referensi-referensi
yang mutakhir.
Karya tulis ilmiah (KTI) adalah karya ilmiah yang ditulis mahasiswa
jenjang D-III untuk melengkapi persyaratan program studi untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan.
2
1.2 Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi
Mahasiswa yang hendak menulis karya tulis ilmiah (KTI) sebagai
karya untuk mengakhiri studi pada jenjang D-III Kebidanan dipersyaratkan:
1. Duduk di Semester 6 mahasiswa D-III Kebidanan.
2. Telah mengikuti mata kuliah metode penelitian (Metopel).
1.3 Pengajuan Tugas Karya Ilmiah
1. Mahasiswa wajib mengajukan 3 (tiga) judul kepada pembimbing yang
telah ditunjuk atau Penanggung jawab KTI atau dosen Metode
Penelitian.
2. Pembimbing memilih salah satu judul mahasiswa yang diajukan sebagai
tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.
3. Judul yang telah disetujui segera dilaporkan ke bagian Pendidikan.
4. Melaksanakan bimbingan KTI dengan pembagian metode penelitian
diajukan kepada Pembimbing I dan hasil penelitian kepada pembimbing
II.
5. Apabila KTI telah selesai, segera dilaporkan kepada bagian pendidikan
untuk diajukan mengikuti ujian akhir (ujian akhir mempertahankan KTI-
nya).
6. KTI yang telah siap untuk ujian akhir harus membubuhkan tanda tangan
pembimbing dan Pimpinan Perguruan Tinggi.
3
7. Untuk menghadapi ujian akhir, KTI diperbanyak sebanyak 3 rangkap
dan diserahkan kepada penguji paling lambat 1 hari sebelum ujian KTI
berlangsung.
8. Setelah ujian selesai dan KTI telah disetujui dan telah dinyatakan lulus,
mahasiswa wajib mencetaknya dengan luks dan diperbanyak 6 rangkap
dan diserahkan kepada bagian pendidikan sebanyak 1 rangkap beserta 1
CD (Softcopy), perpustakaan 1 rangkap, tempat penelitian 1 rangkap,
pembimbing 1 dan 2 masing-masing 1 rangkap, dan mahasiswa 1
rangkap. Tesis/ Skripsi/ KTI tersebut diserahkan paling lambat 2 minggu
setelah ujian KTI selesai.
4
BAGIAN II
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
Dalam upaya memudahkan mahasiswa dalam menulis karya tulis ilmiah,
diketengahkan urutan langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah mahasiswa
sebagai berikut:
2.1 Menemukan Masalah yang Akan Diteliti atau Ditulis
Masalah penelitian adalah sesuatu yang belum diketahui jawabannya,
baik yang bersifat praktis maupun yang bersifat teoritis. Masalah adalah setiap
kesulitan yang menggerakkan penulis untuk menelitinya. Suatu masalah
hendaknya memenuhi empat syarat: (1) dapat diteliti, (2) mempunyai
sumbangan kepada ilmu pengetahuan, (3) asli, dan (4) layak (Huda, 2004).
Dapat diteliti artinya bahwa masalah itu dapat dijawab dengan data empiris
melalui penelitian. Data itu dapat ditemukan dan dapat dicari serta sampel data
tersebut dapat diperloleh. Mempunyai sumbangan kepada ilmu pengetahuan
artinya hasil penelitian dapat menambah wawasan keilmuan pada bidang ilmu
yang ditekuni. Untuk menentukan apakah topik atau masalah yang diteliti
cukup pantas untuk ditulis dapat ditanyakan kepada orang yang berwenang
(Dosen Pembimbing, Ka Prodi, Pimpinan Perguruan Tinggi).
Permasalahan yang dapat diangkat sebagai latar belakang penelitian
dapat dikelompokkan atas 2 (dua):
1. Masalah Real; yaitu permasalahan yang telah terjadi dan perlu penanganan
dengan segera.
5
2. Masalah Latent; yaitu permasalahan yang belum terjadi, namun bila tidak
segera ditangani (dibiarkan) dapat berkembang menjadi masalah Real.
Contoh masalah Real: Kejadian Diare, Kasus Flu burung, Gizi buruk, dll.
Contoh masalah Latent: Lingkungan (masalah sanitasi) yang kotor,
peternakan ayam dekat dengan tempat tinggal, dan pengetahuan ibu yang
rendah tentang gizi.
Pada penelitian ilmiah Masalah Latent akan membentuk kelompok variabel
bebas / variabel yang mempengaruhi (Independent Variable), sedangkan
Masalah Real akan membentuk variabel terikat / variabel yang
dipengaruhi (Dependent Variable).
Masalah yang asli adalah sesuatu masalah yang ditemukan sendiri oleh
peneliti. Masalah yang asli ini dapat ditemukan setelah membaca buku, hasil
penelitian, atau menelaah bahan-bahan yang relevan. Dengan pengalaman ini,
dia akan menemukan sesuatu yang belum diketahui jawabannya. Tapi ada
kalanya, peneliti hanya melakukan penelitian ulangan (replikasi). Penelitian
replikasi diperbolehkan untuk dilakukan. Replikasi tidak harus sama persis
dalam segala hal. Penelitian replikasi adalah penelitian yang menguji hasil
penelitian sebelumnya. Apakah dengan instrumen atau responden yang berbeda
akan menghasilkan temuan yang sama?
Kelayakan adalah suatu syarat yang sangat penting dalam penulisan
karya tulis ilmiah. Kelayakan erat kaitannya dengan penggunaan waktu, tenaga
dan sarana yang ada, serta biaya yang diperlukan.
6
2.2 Menetapkan Judul Karya Tulis Ilmiah
Setelah masalah penelitian teridentifikasi dan dipahami, maka langkah selanjutnya
adalah merumuskan judul penelitian atau judul karya tulis ilmiah. Judul hendaknya
menggambarkan penelitian yang akan dilakukan. Jumlah baris dalam judul tidak
lebih dari 4 (empat) baris. Diketik seluruhnya dalam huruf besar dan disusun secara
ekspresif dalam kalimat tunggal dan majemuk sederhana, singkat dan cukup
spesifik. Kata-kata seperti ―penelitian tentang‘ dan ―studi tentang‖ dihindari karena
berlebihan.
Contoh-contoh judul KTI yang telah diuji:
1. GAMBARAN KASUS TINDAKAN EPISIOTOMI DI RSU DR.
PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011.
2. PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN
KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM
MALIK MEDAN.
3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR KB DENGAN
KEMANDIRIAN DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM KB DI DESA
PAYA BAKUNG KECAMATAN HAMPARAN PERAK.
4. PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG PERAWATAN TALI
PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI KLINIK NURHALMA MEDAN
TAHUN 2011.
7
BAGIAN III
KAIDAH PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah mahasiswa harus dikemas sedemikian rupa dan ditulis
dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mengikuti kerangka pikir yang
logis dan jelas.
Penulisan karya ilmiah harus mengikuti acuan yang baku. Setiap perguruan
tinggi memiliki standard acuan tersendiri. Di sini penulis akan memberikan
standard acuan penulisan karya ilmiah yang dapat digunakan mahasiswa untuk
menyusun sebuah karya ilmiah yang baik.
3.1 Format dan Isi KTI
Setiap karya tulis ilmiah (KTI) mahasiswa ditulis dengan format dan
isi. Format diartikan sebagai bentuk, susunan, atau organisasi suatu laporan.
Dalam penulisan laporan karya tulis ilmiah terdapat dua format, yaitu format
bebas dan format bebas. Dalam format bebas tidak terdapat batasan jumlah
bab dan isi masing-masing bab. Biasanya Bab pertama membahas latar
belakang masalah disertai tinjauan pustaka, dan penelitian yang terdahulu
dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti serta membahas metode
penelitian yang dipakai. Bab-bab selanjutnya memaparkan hasil-hasil
penelitian.
Pada laporan format tetap, jumlah bab dan isi bab-bab mengikuti
aturan tertentu. Jumlah bab berkisar antara 5 dan 6. Bila jumlah bab ada lima,
topik-topik pembahasan adalah sebagai berikut: (1) Pendahuluan, (2)
Tinjauan Pustaka, (3) Metode Penelitian, (4) Hasil penelitian dan
8
Pembahasan, dan (5) Kesimpulan dan Saran. Kemudian, bagian-bagian
pendahuluan berisi (1) Halaman Judul, (2) Lembar Persetujuan, (3) Lembar
Pengesahan, (4) Abstrak, (5) Daftar isi, (6) Daftar Tabel, dan (7) Daftar
Gambar. Sedangkan Daftar lampiran berisi (1) Instrumen Penelitian, (2) Hasil
Perhitungan Statistik, dan (3) Daftar Riwayat Penulis. Berikut ini adalah
outline dan uraian masing-masing topik Karya Ilmiah:
9
BAGIAN IV
OUTLINE DAN URAIAN TOPIK KTI:
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA
ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah terbagi dalam dua kategori: masalah Laten dan Masalah Riil.
Masalah Laten adalah masalah yang belum muncul kepermukaan. Sementara
masalah Riil adalah permasalahan yang benar-benar sudah terjadi di suatu
Lokus.
Latar belakang masalah merupakan bagian yang berisi hal-hal yang
melatarbelakangi masalah penelitian. Bagian ini mengantarkan pembaca kepada
masalah penelitian. Pada bagian ini dipaparkan konsep masalah yang diteliti
dan argumentasi pentingnya penelitian. Pada bagian ini juga dipaparkan
kenyataan yang ada yang tidak sesuai dengan harapan atau teori yang ada.
Peneliti diperkenankan memilih antara masalah Laten maupun Riil
10
.
Latar belakang masalah harus dibuat dalam model Piramida Terbalik, di
mana permasalahan yang memiliki ruang lingkup paling besar ditempatkan
paling atas dan seterusnya sampai ke permasalahan yang ada pada Lokus,
misalnya: Permasalahan Busung Lapar di Indonesia, kemudian di Propinsi
Sumatera Utara, kemudian di Kabupaten Deli Serdang, kemudian di Puskesmas
Galang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari
jawabannya melalui penelitian. Rumusan masalah biasanya ditulis dalam
kalimat pertanyaan yang disusun dengan jelas dan tidak membingungkan;
namun tidak boleh menggunakan tanda tanya. Dengan pertanyaan yang jelas
akan mudah mengidentifikasikan variabel-variabel apa yang ada dalam
pertanyaan penelitian tersebut. Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan
dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain:
1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna. Hindari rumusan
masalah yang bersifat mendua.
2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya.
3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan konkrit.
4. Rumusan masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
5. Rumusan masalah hendaknya mampu memberi petunjuk tentang
kemungkinan yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data.
11
6. Perumusan masalah hendaknya dibatasi ruang lingkupnya, sehingga
memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas.
Beberapa contoh rumusan masalah dapat dilihat berikut:
a. Bagaimanakah penguasaan ibu hamil tentang hyperemesis
gravidarum di klinik Bersalin Elli Medan tahun 2011 (satu
variabel)
b. Apa saja faktor-faktor penghambat pelaksanaan Imunisasi di
Kelurahan Helvetia (satu variabel)
c. Apakah ada hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu
hamil dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan selama masa
kehamilannya (dua variabel)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk apa yang dicari, yaitu
jawaban masalah penelitian. Tujuan penelitian mengacu kepada rumusan
masalah. Misalnya untuk masalah penelitian di atas, rumusan tujuan dapat
berbunyi sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan ibu hamil tentang
hyperemisis gravidarum di klinik Bersalin Elli Medan tahun 2008.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat
pelaksanaan Imunisasi di Kelurahan Helvetia.
12
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan selama
masa kehamilannya.
Tujuan penelitian bila perlu dapat dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Tujuan Umum dan
Tujuan Khusus seperti contoh di bawah:
Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pengaruh Karakteristik Ibu Balita Terhadap Pemberian
Imunisasi di Desa Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat 2010.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu balita terhadap pemberian
imunisasi dasar.
2. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu balita terhadap pemberian imunisasi
dasar.
3. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan ibu balita terhadap pemberian imunisasi
dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat ditinjau dari segi praktis dan teoritis. Dari
segi teoritis dimaksudkan untuk mengembangkan suatu teori, apakah untuk
menguatkan atau melemahkan teori. Tidak semua penelitian mempunyai
manfaat teoritis. Dari segi praktis, manfaat penelitian dimaksudkan untuk
praktek lapangan. Dalam contoh di atas, misalnya hasil penelitian dapat
digunakan untuk menambah materi kurikulum AKBID tentang pentingnya
pemeriksaan ibu hamil secara terjadwal.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, tinjauan pustaka tetap dianggap
perlu, sepanjang sumber penunjang teorinya relevan dengan masalah yang akan
diteliti. Dalam tinjauan pustaka hendaknya penulis selektif, komparatif, dan analisis
memilih bahan pustaka sebagai penunjang atau teori dalam menjelaskan
permasalahan karya ilmiah yang ditulis. Sikap selektif berarti semua bahan yang
dihimpun dan digali informasinya, akhirnya dipilih yang paling tinggi relevansinya
dengan penelitian yang dilakukukan. Sikap komparatif berarti pembandingan antar
bahan rujukan dilakukan untuk melihat kekuatan dan kelemahan masing-masing
pendapat para ahli. Sikap analisis berarti penganalisisan berbagai teori atau
pendapat dilakukan untuk mendapat suatu ramuan baru dalam rangka menunjang
hipotesis yang dianut.
Tinjauan Pustaka mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka- pustaka
yang terkait (review of related literature ). Sesuai dengan arti tersebut, suatu
tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan
penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan—tidak selalu harus tepat
identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi— tetapi termasuk pula yang
seiring dan berkaitan (collateral). Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan
merupakan hal yang mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy
(1997) bahwa semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal dan
memahami tentang penelitian- penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang
berkaitan erat dengan topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung jawabkan
caranya meneliti permasalahan yang dihadapi.
14
Walaupun demikian, sebagian penulis (usulan penelitian atau karya
tulis) menganggap tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak penting sehingga
ditulis ―asal ada‖ saja atau hanya untuk sekedar membuktikan bahwa penelitian (yang
diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian
tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa kegunaan tinjauan pustaka.
Kelemahan lain yang sering pula dijumpai adalah dalam penyusunan,
penstrukturan atau pengorganisasian tinjauan pustaka. Banyak penulisan tinjauan
pustaka yang mirip resensi buku (dibahas buku per buku, tanpa ada kaitan yang
bersistem) atau mirip daftar pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan di
pustaka mana ditulis, tanpa membahas apa yang ditulis).
Berdasar kelemahan- kelemahan yang sering dijumpai di atas, tulisan ini
berusaha untuk memberikan kesegaran pengetahuan tentang cara-cara penulisan
tinjauan pustaka yang lazim dilakukan. Cakupan tulisan ini meliputi empat hal, yaitu:
(a) kegunaan, (b) organisasi tinjauan pustaka, (c) kaitan tinjauan pustaka dengan
daftar pustaka, dan (d) cara pencarian bahan- bahan pustaka, terutama dengan
memanfaatkan teknologi informasi.
Kegunaan Tinjauan Pustaka
Leedy (1997) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka mempunyai kegunaan
untuk:
(1) Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian yang
(akan) kita lakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara penelitian-penelitian
tersebut menjawab permasalahan dan merancang metode penelitiannya;
15
(2) Membantu memberi gambaran tentang metoda dan teknik yang dipakai
dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian
yang kita hadapi;
(3) Mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul- judul pustaka yang
berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya;
(4) Mengenal peneliti- peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang
kita hadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara sumber atau dapat ditelusuri
karya - karya tulisnya yang lain— yang mungkin terkait);
(5) Memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita lakukan dalam
sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat
penelitian ini berada;
(6) Menungkapkan ide- ide dan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum
kita kenal sebelumya;
(7) Membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang kita lakukan
berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya); dan
(8) Mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena telah
ada pihak- pihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik tersebut dan
mereka telah mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti topik
tersebut.
Dalam penjelasan yang hampir serupa, Castetter dan Heisler (1984)
menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan, yaitu:
(1) mengkaji sejarah permasalahan;
(2) membantu pemilihan prosedur penelitian;
16
(3) mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;
(4) mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;
(5) menghindari duplikasi penelitian; dan
(6) menunjang perumusan permasalahan.
Karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas lebih jelas, maka
pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam tulisan ini
mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan (yang saling kait
mengkait) tersebut dibahas dalam bagian berikut ini.
Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan
Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan
perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap
perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut
timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang
lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu
ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya).
Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan bagian ―Latar belakang
permasalahan‖ yang biasanya ditulis di bagian depan suatu usulan penelitian.
Bedanya: dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada pustaka yang
ada.
Pengkajian kronologis atas penelitian–penelitian yang pernah
dilakukan ataspermasalahan akan membantu memberi gambaran tentang
apa yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti lain dalam permasalahan
17
tersebut. Gambaran bermanfaat terutama tentang pendekatan yang dipakai
dan hasil yang didapat.
Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelitian
Dalam merancang prosedur penelitian (research design), banyak
untungnya untuk mengkaji prosedur - prosedur (atau pendekatan) yang
pernah dipakai oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan
yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur
- prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan mengetahui
kelebihan dan kelemahan prosedur - prosedur tersebut, kemudian dapat
dipilih, diadakan penyesuaian, dan dirancang suatu prosedur yang cocok
untuk penelitian yang dihadapi.
Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan
permasalahan Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian
pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya
(unified explanation) tentang teori atau bidang ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam
bidang atau area permasalahan diperlukan untuk merumuskan landasan teori
sebagai basis perumusan hipotesa atau keterangan empiris yang diharapkan.
Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian
terdahulu Di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan
pustaka yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang
diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian
18
penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian- penelitian yang
pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum
pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil
penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung kesalahan atau
kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau dilengkapi.
Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan
terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada (lihat kegunaan 2).
Kehati-hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai
lingkup keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam
terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam
memahami tingkat kepercayaan (level of significance ) hal- hal yang diacu.
Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan kesimpulan
berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut mempunyai dasar yang
sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan pustaka ke dalam dua
kelompok:
1. Kelompok Pustaka Utama (Significant literature); dan
2. Kelompok Pustaka Penunjang (Collateral Literature).
Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian
Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat
jelas maksudnya. Masalahanya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara
luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau jaringan informasi tentang
hasil- hasil penelitian sangat penting. Dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui
sumber- sumber informasi pustaka dan mempunyai hubungan (access)
19
dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal
ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat
ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan
bahwa tidak terjadi duplikasi). Tinjauan pustaka (referensi) seharusnya tidak
boleh berusia lebih dari 5 tahun terhitung dimulainya penelitian, kecuali text
book atau referensi lain yang memang masih diakui.
Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan
Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan
permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehe nsif dan
bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan yang memuat
permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang membedakan
penelitian yang diusulkan dengan penelitian- penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Dalam kesimpulan tersebut, rumusan permasalahan ditunjang
kemantapannya (justified). Pada beberapa formulir usulan penelitian
(seperti misalnya pada formulir
Kaitan Tinjauan Pustaka dengan Daftar Pustaka
Di bagian awal tulisan in telah disebutkan bahwa sering terdapat
penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka. Misal: ―Tentang hal A
dibahas oleh si H dalam buku . . . . . , si B dalam buku . . . . . . ; sedangkan
tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku . .. . . . ―. Peninjauan seperti ini
biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh masing- masing pustaka
secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis). Penyebutan judul
20
buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas
daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara peninjauan seperti itu tidak disarankan.
Pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan
cara yang bermacam-macam, antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan
nama pengarang dan tahun saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan
kekurangan; tapi peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar
lingkup tulisan ini. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara
penulisan nama akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah
dengan nomor halaman). Misalnya: Dalam hal organisasi tinjauan pustaka,
Castetter dah Heisler (1984) menyarankan tentang bagian- bagian tinjauan
pustaka, yang meliputi: (1) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan.
Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat dengan cara penulisan daftar
pustaka. Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama
akhir penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya.
Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca
informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam
tinjauan pustaka:
―. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .‖
Dalam daftar pustaka,
tertulis:
Mittra, S. S., 1996, Decision Support System: Tools and
Techniques, John Wiley & Sons, New York, N. Y.
Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan
bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam
21
tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya
ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut atur an
pengacuan) apa yang diacu dari pustaka- pustaka tersebut dalam tulisannya.
Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam
tinjauan pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu
terjadi.
Berikut Adalah Susunan Dari BAB-II:
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti dapat memasukkan berbagai referensi dari peneliti
terdahulu yang dapat mendukung tujuan dari penelitian. Tidak ada keharusan
mengenai batasan minimal jumlah peneliti terdahulu.
2.2 Landasan Teori
Penelitian kuantitatif membutuhkan teori untuk melakukan verifikasi yang
dibangun melalui hipotesa. Oleh sebab itu peneliti harus mencantumkan teori yang
akan diambil sebagai variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable).
Misalnya untuk melakukan penelitian tentang motivasi, maka peneliti harus
mencantumkan teori motivasi yang menjadi landasan penelitiannya, misalnya teori
Hertzberg (1966). Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik).
22
2.3 Kerangka Konsep
Pada dasarnya kerangka pemikiran diturunkan dari (beberapa)
konsep/teori yang relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga
memunculkan asumsi-asumsi dan/atau proposisi, yang dapat ditampilkan
dalam bentuk bagan alur pemikiran, yang kemudian kalau mungkin dapat
dirumuskan ke dalam hipotesis operasional atau hipotesis yang dapat diuji.
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variable-
variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain
dalam kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam
variabel penelitian.
Contoh
Judul: Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Perawatan Perineum
Judul: Hubungan Karakteristik Ibu Primigravida Dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Hyperemesis Gravidarum (Studi Korelasi) :
Gambaran Pengetahuan
Ibu Post Partum Tentang
Perawatan Perineum :
Baik
Cukup
Kurang
Karakteristik Ibu
Primigravida :
1. Umur
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
4. Sumber Informasi
Pengetahuan Ibu
Primigravida Tentang
Hypeemesis Gravidarum
23
Contoh lain: Judul: Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Kualitas Pelayanan
Keperawatan
Contoh Kerangka konsep Penelitian Perbandingan
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Tidak semua penelitian memunculkan hipotesis secara eksplisit dirumuskan.
Berpengaruh baik secara parsial maupun berganda terhadap Siklus Haid
Tidak berpengaruh baik secara parsial maupun berganda terhadap Siklus Haid
Data Ibu Pengguna Kontrasepsi Suntik DEPO
(Jan 2009 – Juni 2009)
Data Ibu Pengguna Kontrasepsi Suntik CYCLO
(Jan 2009 – Juni 2009)
Motivasi Intrinsik :
1. Pekerjaan itu sendiri
2. Kemajuan
3. Tanggung jawab
4. Pengakuan
5. Pencapaian
Kualitas Pelayan Keperawatan:
1. Kehandalan
2. Daya tanggap
3. Jaminan
4. Bukti lansung
5. Empati Motivasi Ekstrinsik :
1. Administrasi &kebijakan
2. Penyeliaan
3. Gaji
4. Hubungan antar pribadi 5. Kondisi kerja
24
Biasanya dalam penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu variabel
perlu memunculkan secara eksplisit hipotesisnya.
Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu (1) hipotesis nihil (Ho) atau hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis kerja.
Hipotesis nihil dirumuskan dalam kalimat ingkar sedangkan hipotesis alternatif
dirumuskan dalam kalimat dekleratif. Misalnya, rumusan Ho: ―Tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan
kehamilannya‖. Rumusan Ha ―Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
hamil dengan frekuensi pemeriksaan kehamilannya‖.
Pada penelitian yang tidak bertujuan untuk mencari hubungan atau
pengaruh tidak dibutuhkan hipotesa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Disain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-
uraian tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir
peneliti dalam melakukan penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian.
Pada bagian ini juga diuraikan jenis atau bentuk penelitian, seperti deskriptif,
korelasional, eksperimen atau kuasi eksperimen, atau studi kasus. Penelitian
deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu dan cermat apa adanya, tanpa membuat
suatu perlakuan. Penelitian deskriptif tidak menjelaskan hubungan di antara
variabel, tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi.
25
Penelitian korelasional merupakan kelanjutan penelitian deskriptif
yang menggambarkan hubungan di atara variabel-variabel yang diteliti.
Hubungan dapat bersifat positif atau negatif. Misalnya penelitian tentang
hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pemeriksaan
kehamilannya, ingin memperoleh keterangan apakah ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan
kehamilannya. Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Penelitian korelasi
bertujuan sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada
faktor lain.
Menurut Guilford (1967) menuliskan kategori korelasi sebagai
berikut:
< 0,20 = hubungan rendah sekali
0,20 – 0,40 = hubungan rendah tapi berarti
0,40 – 0,70 = hubungan yang cukup berarti
0,70 – 0,90 = hubungan yang tinggi atau kuat
Penelitian eksperimen ditujukan melihat hubungan sebab akibat
dengan cara memanipulasi satu atau lebih variabel pada suatu kelompok
eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang
tidak mengalami manipulasi (perlakukan).
Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan mendetail. Subjek yang diteliti terdiri dari satu unit atau kesatuan
unit yang dipandang sebagai kasus. Kasus dapat terbatas pada satu orang,
lembaga, keluarga, peristiwa, desa, kelompok manusia. Studi kasus umumnya
26
menghasilkan gambaran hasil pengumpulan dan analisis data kasus dalam
jangka waktu tertentu.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian dilaksanakan.
Tempat penelitian dapat dilakukan di sekolah, kantor intansi pemerintah
atau swasta, rumah sakit, klinik, kampung, kota, dsb. Contoh : Penelitian
dilakukan di Praktek Bidan Swasta Hj. Ellyzart Am.Keb, Jl. Suluh No 23
Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian merujuk kepada periode pelaksanaan penelitian.
Contoh: Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan mulai
dari Juni sampai dengan Agustus 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi sasaran penelitian berhubungan dengan
sekelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-benda, ataupun
peristiwa. Populasi yang diteliti mungkin terbatas, mungkin pula tidak,
bergantung kepada perumusan penelitian. Seringkali suatu populasi dianggap
tidak terbatas karena ukurannya begitu besar, tetapi sesungguhnya adalah
populasi terbatas. Misalnya, penderita TBC merupakan populasi tidak terbatas
karena tidak diketahui jumlahnya sampai saat ini. Setelah dibatasi penderita
TBC di Medan dalam kurun waktu tertentu barulah menjadi populasi terbatas.
Namun kita tidak dapat meneliti segenap penderita TBC secara langsung,
27
padahal tujuan penelitian ialah menemukan generalisasi (sample yang diteliti
tetapi berlaku untuk populasi) yang berlaku secara umum. Untuk itu, dalam
penelitian dipergnakan sebagian saja populasi itu yang disebut sebuah sampel,
yang dipandang representatif terhadap populasi.
Ada dua metode pengambilan sampel, yaitu pengambilan sampel
secara acak (probability sampling) dengan menggunakan random sampling dan
tidak acak dengan menggunakan pertimbangan-pertimbanagan tertentu. Ada
empat rancangan sampling dalam kategori sampel acak, yaitu (1) sampling
random sederhana, (2) sampling sistematik, (3) sampling berstrata, dan (4)
sampling kluster.
Sampling random sederhana dilakukan dengan cara menuliskan
semua populasi dalam secarik kertas, kemudian mengundinya sampai kita
memperoleh jumlah yang dikehendaki. Cara ini kurang praktis bila
menggunakan populasi besar. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan cara
kedua, yaitu tabel random.
Sampling sistematik juga menggunakan tabel random. Dalam
sampling sistematik, sampling yang pertamalah yang dipilih secara random.
Sampel-sampel berikutnya ditarik dengan mengambil jarak tertentu. Misalnya,
populasi berjumlah 200, diperlukan 20. perbandingan ukuran populasi dengan
ukuran sampel adalah 200/20 = 10. Jika sampel pertama terpilih nomor 8, maka
sampel berikutnya adalah (8 + 10) = 16, 26, 36, 46, 56, dst.
Sampling berstrata melibatkan pembagaian populasi ke dalam kelas,
kategori, atau kelompok, yang disebut strata. Karakteristik strata bisa berupa
28
kota, daerah, suku bagsa, jenis kelamin, status, usia dan sebagainya. Ada dua
jenis sampel berstrata, yaitu proporsional dan nonproporsional. Berstrata
proporsional, sampel diambil dari setiap strata dengan memperhatikan jumlah
masing-masing populasi. Contoh: ada tiga strata penderita TBC, yaitu (1)
dewasa = 300 pasien, (2) remaja = 200 pasien, dan (3) anak-anak = 400 pasien.
Dari setiap strata diambil 10% untuk menjadi sampel. Dengan demikian,
sampel menjadi: dewasa = 30, remaja = 20, dan anak-anak = 40.
Berstrata nonproporsional dapat dilakukan dengan menyamakan rata-
rata sampel dari setiap strata untuk memperoleh jumlah sampel 90. Dengan
demikian, sampel dari setiap strata ialah dewasa = 30, remaja = 30, dan anak-
anak = 30.
Sampel klaster (cluster) dilakukan dengan membagi tingkatan-
tingkatan (tahapan-tahapan) pengambilan sampel berdasarkan pada sekolah,
kelas, kecamatan, desa, lingkungan, dsb. Misalnya, kita ingin meneliti
―Persepsi masyarakat Kecamatan Helvetia terhadap penyakit flu burung‖,
maka yang menjadi sampel klaster adalah kelurahan dan lingkungan. Scara
acak, kita ambil 10 kelurahan dan dari masing-masing kelurahan diambil 3
lingkungan. Dengan demikian, dilakukan sampel kluster dua tahap, yaitu
kelurahan dari kecamatan dan lingkungan dari kelurahan.
Berikut contoh penarikan sample secara acak, dan jumlah sample
diambil mengacu kepada rumus Slovin (Notoatmojo, 2006)
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2=
52
1 + 52(0,05)2= 46 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
29
Keterangan :
n = Ukuran sample
N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan dalam pengambilan
sample yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini
digunakan nilai 5 % (0,05).
Sampling tidak acak (non probability sampling) terdiri atas (1)
sampling kebetulan, (2) sampling kuota, (3) sampling purposif. Sampling
kebetulan adalah pengambilan sampel secara kebetulan tanpa direncanakan.
Siapa saja yang ada ditetapkan menjadi sampel. Sampling kuota adalah
pengambilan sampel pengambilan sampel berdasarkan kuota yang diperlukan
dari setiap strata; di mana jumlah dan kriteria sample ditetapkan oleh peneliti.
Sampling purposif adalah pengambilan sampel untuk suatu tujuan dengan cara
menetapkan karakteristik tertentu yang dianggap mewakili populasi.
3.4 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk
mendefenisikan variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi
variabel pengetahuan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, tentu akan melakukan proses pengumpulan
data. Proses pengumpulan data tentu harus sesuai dengan sifat atau
karakeristik penelitian itu sendiri. Bebarapa cara mengumpulkan data, antara
lain: interview (wawancara), angket, observasi, test, dokumentasi, dan
lainnya.
30
Wawancara adalah teknik pengumpulan data secara lansung oleh
peneliti dengan responden atau subjek dengan cara tanya jawab sepihak
secara sistematis. Wawancara dapat dilakukan secara berstruktur dan tak
berstruktur. Wawancara terstruktur menunjukkan bahwa pertanyaan dan
alternatif jawaban telah ditetapkan terlebih dahulu peneliti dan responden
hanya memilih alternatif jawabannya. Keuntungannya, jawabannya dengan
mudah dapat dikelompokkan, dianalisis, dan prosesnya lebih terarah.
Wawancara tak terstruktur lebih bersifat informal. Subjek diberikan
kebebasan memaparkan dan mengungkapkan pandangan, pendapat, fakta
berdasarkan atas pertanyaan yang dikemukakan. Kelemahannya sering tidak
terarah dan sulit mengelompokkan da menganalisisnya. Sebaiknya peneliti
sewaktu melakukan wawancara, baik terstruktur maupun tak terstruktur
melengkapinya dengan pedoman wawancara.
Angket adalah instrumen pengumpul data yang berisi daftar
pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis.
Angket dapat disampaiakan secara langsung dan tidak langsung. Langsung
apabila angket tersebut langsung diisi orang yang diminta mengisinya,
sedangkan tidak langsung apabila seseorang diminta pendapatnya tentang
orang lain. Angket juga dapat berbentuk tertutup dan terbuka. Angket tertutup
merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek atau dengan memilih
alternatif jawaban. Contoh: Apakah Ibu setuju pemberantasan flu burung
dimulai dengan memvaksinasi milik sendiri.
a. Setuju
31
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju (Skala Likert, dalam Sugiyono, 2006)
Angket terbuka atau angket isian merupakan angket yang berupa item-
item pertanyaan yang tidak disertai alternatif jawaban, melainkan
mengharapkan responen untuk mengisi dan memberi komentar atau pendapat.
Contoh: Bagaimana pendapat ibu tentang penanggulanangan flu burung saat
ini?
a. ………………………………………...
b. ………………………………. ……….
Adakalanya digunakan angket gabungan antara tertutup dan terbuka.
Contoh: 1. Apakah menurut Bapak pemberantasan flu burung telah maksimal?
2. Jika Bapak berpendapat belum, kemukakan usaha-usaha apa yang harus
dilakukan: (a) …………….. (b) ………………(c)………. …………….
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap subjek penelitian. Observasi dapat dilakukan secara
langsung atau tudak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan cara
mengamati subjek tanpa menggunakan alat sebagai perantara. Sedangkan
observasi tidak langsung menggunakan alat.
Test adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, sikap, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang
dimiliki individu. Beberapa jenis test yang biasa digunakan adalah test
kepribadian, test bakat, test inteligensi, test minat, test prestasi.
32
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada.
3.6. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian terbagi atas dua, secara manual dan secara
komputerisasi. Namun pada saat sekarang teknologi komputer sudah sering
digunakan untuk membantu peneli dalam mengolah data.
Program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) adalah salah satu
aplikasi yang paling sering digunakan dalam penelitian ilmiah untuk melakukan
analisis prediksi. Dengan bantuan program SPSS peneliti tidak lagi disulitkan
dengan perhitungan rumus-rumus statistik yang rumit.
Berikut ini adalah cara-cara pengolahan data dalam penelitian ilmiah:
3.6.1. Secara Manual
Menurut Notoatmodjo (2010), data yang terkumpul diolah dengan
cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Proses Editing
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner
dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.
2. Proses Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada
variable-variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah
menjadi nomor 1, 2, 3, …,42.
33
3. Proses Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta
pengambilan kesimpulan kemudian memasukkan ke dalam bentuk distribusi
frekuensi.
3.6.2. Secara Komputerisasi
Menurut Notoatmodjo (2010), data yang terkumpul diolah dengan
cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Proses Editing
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner
dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.
2. Proses Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada
variable-variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah
menjadi nomor 1, 2, 3, …,42.
3. Proses Processing
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang masih dalam bentuk ―kode‖ (angka atau huruf) dimasukkan ke
dalam program komputer yang digunakan untuk ―entry data‖ peneliti
yaitu program SPSS for Windows.
4. Proses Cleaning
Memeriksa semua data dari setiap sumber data atau responden
yang telah selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan
34
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan selanjutnya
dilakukan pembetulan atau koreksi.
3.7 Merancang Kuesioner
3.7.1 Pendahuluan
Di dalam pengumpulan data dengan cara apa pun, selalu diperlukan suatu
alat yang disebut ―instrumen pengumpulan data‖. Sudah barang tentu macam
alat pengumpul data ini tergantung pada macam dan tujuan penelitian. Untuk
penelitian ilmu-ilmu alam/ eksakta (natural sciences) sudah barang tentu
diperlukan instrumen yang lain dengan penelitian ilmu-ilmu sosial (social
sciences). Demikian juga alat-alat pengumpulan data untuk ilmu-ilmu sosial
pun bermacam-macam sesuai dengan cara dan tujuan dari pengumpulan data
tersebut.
Dalam bagian ini hanya akan dibahas tentang alat penpengumpulan data
yang disebut ―kuesioner‖, yang biasanya dipakai di dalam wawancara (sebagai
pedoman wawancara yang berstruktur) dan angket. Kuesioner di sini diartikan
sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, di
mana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal wawancara)
tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu.
Dengan demikian kuesioner sering juga disebut ―daftar pertanyaan‖
(formulir).
Pentingnya kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah untuk
memperoleh suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Oleh
35
karena itu, isi dari kuesioner adalah sesuai dengan hipotesis penelitian tersebut
Kuesioner adalah bentuk penjabaran dari hipotesis.
Oleh karena itu suatu kuesioner harus mempunyai beberapa persyaratan,
antara lain :
- Relevan dengan tujuan penelitian.
- Mudah ditanyakan.
- Mudah dijawab.
- Data yang diperoleh mudah diolah (diproses) dan sebagainya.
3.7.2 Jenis Daftar Pertanyaan
Di dalam pengumpulan data sering digunakan 3 macam kuesioner/
formulir, yakni :
1. Kuesioner (formulir) untuk keperluan administrasi. Di mana-mana
formulir ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui saluran-saluran
administrasi. Oleh karena itu jenis formulir ini lebih dikaitkan dengan
keperluan-keperluan administrasi. Pengisian formulir ini sepenuhnya oleh
pihak responden tetapi biasanya ada petunjuk pengisian.
Contoh: - Formulir masuk;
- Kaitu klinik, dan sebagainya.
2. Kuesioner untuk observasi (from of observation). Agar observasi itu terarah
dan dapat memperoleh data yang benar-benar diperlukan, maka sebaiknya di
dalam melakukan observasi juga mempergunakan daftar pertanyaan yang
36
disiapkan terlebih dahulu. Kuesioner ini mencakup hal-hal yang diselidiki/
diobservasi.
3. Kuesioner untuk wawancara (from for quesioning).
Jenis kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara
(interviu). Alat ini lebih digunakan untuk memperoleh Jawaban yang akurat
dari responden. Wawancara.dapat dilakukan dengan :
- Personal interview (door to door).
- Telepon interview.
Jenis kuesioner inilah yang akan sedikit dibahas dalam bab ini.
3.7.3 Prinsip Dasar Perancangan Kuesioner
Sebelum kita mendesain suatu kuesioner lebih dahulu kita harus
rnemperhitungkan kesulitan-kesulitan umum yang sering dijumpai di dalam
interview, antara lain :
a. Responden sering tidak/ kurang mengerti maksud pertanyaan sehingga
jawaban yang diberikan tidak ada hubungan dengan yang diajukan atau
tidak memperoleh data yang relevan.
b. Responden mengerti pertanyaannya dan mungkin mempunyai
informasinya. tetapi responden kurang tepat mengingatnya atau lupa.
Contohnya : ―Apakah ada anggota keluarga di sini yang sakit pada tahun
ini?‖ Untuk pertanyaan ini sudah barang tentu sulit mengingatnya. Maka
pertanyaan ini perlu disederhanakan. Misal: ―Selama 3 bulan terakhir ini
siapa saja di dalam rumah ini yang sakit?‖
37
c. Responden sering tidak bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
sangat bersifat pribadi, misal, tentang jumlah pendapatan/ gaji, jumlah
perkawinan, dan sebagainnya.
d. Responden kadang-kadang mengerti pertanyaannya, tetapi ia tidak mampu
memberikan jawabannya, atau menguraikan jawaban. Misalnya : ―Apa
maksud Ibu menjadi akseptor KB?‖
e. Responden mengerti pertanyaannya dan tahu jawabannya, tetapi
pertanyaannya kurang tepat diajukan pada responden. Misalnya,
responden tidak/ belum mempunyai anak, ditanyakan di mana tempat
melahirkan.
Oleh karena itu, dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan, hal-hal seperti
tersebut perlu diperhitungkan. Untuk itu dalam mendesain suatu kuesioner,
sebaiknya mengingat persyaratan sebagai berikut:
1. Pertanyaan hendaknya ―jelas‖ maksudnya:
a. Menggunakan kata-kata yang tepat dan jelas artinya. Penggunaan kata
atau istilah yang sulit atau ganjil akan memperoleh jawaban yang ―bias‖.
Demikian juga penggunaan kata-kata ilmiah akan membingungkan
responden.
b. Pertanyaan tidak terlalu luas atau indifinit. Pertanyaan yang sangat luas
akan membingungkan responaen untuk menjawab. Misalnya; ―Di
manakah Ibu melahirkan?‖ Pertanyaan ini jawabannya sangat luas, sebab
kemungkinan ibu tersebut sudah beberapa kali melahirkan dan tempatnya
38
berbeda-beda pula. Maka sebaiknya dibatasi, misal. ―Di mana Ibu
melahirkan anak Ibu yang terakhir?‖
c. Pertanyaan tidak terlalu panjang, atau menggabungkan beberapa
pertanyaan. Misalnya: ―Apakah Ibu sudah menjadi akseptor KB dan apa
sebabnya?‖ Pertanyaan ini menghendaki 2 macam jawaban, sehingga
menyulitkan responden. Maka sebaiknya dijadikan 2 pertanyaan.
d. Pertanyaan tidak boleh memimpin (leading), misalnya: ―Ibu sudah
mengikuti KB bukan?‖ Pertanyaan seperti ini sudah memimpin, seolah-
olah si ibu tersebut sudah dipojokkan untuk menjawab ―Sudah.‖
Sebaiknya ditanyakan, ―Apakah Ibu sudah memakai cara-cara mencegah
Kehamilan?‖
e. Sebaiknya dihindari pertanyaan yang dobel negatif, misalnya : ―Bukankah
keluarga yang sudah 3 anaknya sebaiknya tidak menambah anak lagi?‖
Pertanyaan ini akan membingungkan si ibu tersebut dalam menjawabnya.
Sebaiknya diubah, ―Jumlah anak suatu keluarga itu sebaiknya cukup 3
orang saja. Bagaimana pendapat Ibu?‖
2. Pertanyaan hendaknya membantu ingatan responden
Hal ini berarti bahwa pertanyaan sedapat mungkin harus memudahkan
yang bersangkutan (responden) unruk mengingat kembali hal-ha1 yang akan
diperlukan/ dijawab. Misalnya, akan menanyakan umur responden waktu
melahirkan anak pertama kali. Sebelumnya perlu ditanyakan, tahun berapa
39
yang bersangkutan (responden) itu lahir, tahun berapa ia melahirkan anaknya
yang sulung, dan sebagainya.
3. Pertanyaan itu menjamin responden untuk dengan mudah mengutarakan
jawabannya. Hal ini dimaksudkan pertanyaan itu harus menyediakan
berbagai perkiraan jawaban yang sudah dirumuskan sehingga responden
tidak disulitkan untuk memikir jawabanyang mungkin sukar dirumuskan.
Contoh : ―Apa alasan Ibu mengikuti KB?‖.
1. Penyakitan (penyempitan lubang keluar anak) malaysia
2. Ekonomi
3. Kesejahteraan ibu
4. Dipaksa suami (malaysia)
5. Lain-lain.
Jawaban ini harus dibacakan setelah responden mengalami kesulitan atau
sulit untuk menjawab.
4. Pertanyaan hendaknya menghindari ―bias‖. Jawaban yang bias kadang-
kadang terjadi karena responden tidak mau menjawab keadaan yang
sebenarnya, dan memberikan jawaban yang lain. Jawaban-jawaban yang bias
ini paling sering terjadi berhubung dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai
umur, penghasilan, kebiasaan yang kurang baik, dan sebagainya. Untuk
menguasai hal ini maka dalam menanyakan mengenai icome atau pun umur,
sebaiknya tidak ditanyakan mengenai jumlah tepatnya, melainkan
menanyakan dalam bentuk ―range ―.
Misalnya : ―Berapa umur Ibu sekarang?‖
40
1. 20 – 25 tahun
2. 26 – 30 tahun
3. 31 – 35 tahun
4. 36 – 40 tahun
dan sebagainya.
5. Pertanyaan hendaknya memotivasi responden untuk menjawab. Hal ini
berarti akan memungkinkan responden untuk menjawab semua pertanyaan.
Untuk itu maka diperlukan susunan pertanyaan atau kata-kata yang tepat.
Usahakan agar pertanyaan-pertanyaan permulaan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang menyenangkan responden. Pertanyaan yang berhubungan
dengan income, ataupun pertanyaan yang memerlukan ingatan, sebaiknya
diletakkan pada bagian akhir dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
6. Pertanyaan hendaknya dapat menyaring responden. Artinya, bila ada
pertanyaan-pertanyaan yang khusus untuk si R, tertentu, harus didahului
dengan pertanyaan-pertanyaan penyaring. Sebab apabila tidak, pertanyaan
tersebut tidak akan terjawab oleh responden yang lain.
Misalnya : Akan menanyakan kontrasepsi apa yang dipakai oleh responden.
Pertanyaan ini tidak atau sulit dijawab oleh responden yang
belum mengikuti KB. Maka sebaiknya sebelum menanyakan
pertanyaan ini ada pertanyaan penyaringanya, ―Apa Ibu sudah
mengikuti KB? ‖ Apabila ―Ya. ‖ jawabannya, baru ditanyakan
kontrasepsi mana yang dipakai. Tetapi bilajawaoannya ―Tidak ‖
41
atau ‖ Belum.‖ ya tudak usah atau tidak perlu ditanya-kan lebih
lanjut.
Contoh : ―Apakah Ibu sudah mengikuti Keluarga Berencana?‖
01 Sudah
02 Belum (langsung pertanyaan No. 15)
10 Alat/kontrasepsi/ menggunakan apa ibu mengikuti KB.
01 Pil
02 Pijat
03 Jamu
dan sebagainya.
15 ―Mengapa Ibu belum mengikuti KB?
01. Belum mempunyai anak
02. Baru mempunyai anak satu
03. Tidak setuju dengan KB.
Dan sebagainya.
7. Pertanyaan hendaknya sesederhana mungkin, sebab makin sederhana makin
tegas sifatnya. Pertanyaan yang tidak tegas, misalnya: ―Apakah Saudara
setuju dengan dokter Puskesmas itu?”. Sikap setuju atau tidak setuju bukan
ditujukan kepada orang, tetapi kepada perbuatannya, kebijaksanaannya, dan
sebagainya.
42
3.7.4 Unsur-Unsur Dalam Kuesioner
Dalam penyusunan. sebuah kuesioner ada 4 aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu jenis,. bentuk, isi,- dan sequences (urutan-urutan)
pertanyaan.
1. Jenis Pertanyaan
Yang perlu diperhatikan pada jenis pertanyaan ini ialah sifat data
yang mana yang akan diperoleh. Berdasarkan ini, suatu daftar pertanyaan
dapat menggali 3 hal, yaitu :
a. Pertanyaan mengenai fakta
Pertanyaan ini menghendaki jawaban fakta-fakta dari responden.
Biasanya mengenai data-data demografi, misalnya pertanyaan tentang
sex, income, pendidikan, agama, status perkawinan, jumlah anak, dan
sebagainya.
b. Pertanyaan mengenai pendapat dan sikap
Kedua hal ini sulit untuk membedakannya. Sebab kadang-kadang
sikap seseorang itu mencerminkan dari pendapatnya. Atau pendapat
seseorang itu merupakan peryataan dari sikapnya. Oleh karena itu
pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap dan pendapat adalah
mengebali jawaban-jawaban mengenai perasaan, kepercayaan,
konsepsi/ pendapat/ ide, dan sebagainya.
c. pertanyaan-pertanyaan informant
Pertanyaan-pertanyaan ini menghendaki jawaban-jawaban dari
responden mengenai apa yang telah diketahui, apa yang telah didengar
43
dan seberapa jauh apa yang diketahui serta dari mana mereka tahu, dan
sebagainya.
2. Bentuk Pertanyaan
Pada prinsipnya ada 2 bentuk pertanyaan, yaitu ―open ended
question―dan ―„closed ended question‖ atau ―structured―.
Pertanyaan Terbuka (Open Ended)
a. Free response question
Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada responden untuk
menjawab. Pada umumnya jenis pertanyaan ini dipergunakan untuk
memperoleh jawaban mengenai pendapat atau motif tertentu dari
responden.
Contoh : ―Bagaimana pendapat Ibu mengenai alat-alat kontra-sepsi-
IUD?” Dari pertanyaan ini responden diberi kebebasan untuk
menjawab apa saja yang diketahuinya, apa yang dipikir
tentang alat tersebut. Dengan demikian jawaban akan
mempunyai banyak variasi sehingga menyulitkan tabulasi.
b. Directed response question
Seperti halnya dengan free response, jenis pertanyaan ini juga
memberikan kebebasan menjawab bagi respondennya, tetapi sudah
sedikit diarahkan. Apabila contoh tersebut di atas diubah menjadi
penanyaan langsung, maka cukup memilih salah satu aspek dari
penggunaan IUD tersebut. Misalnya: ―Bagaimana perasaan Ibu selama
menggunakan IUD ini?‖ Di sini pertanyaan sudah diarahkan kepada
44
―perasaan‖ dari pemakaian IUD tersebut pada responden. Dapat juga
ditanyakan aspek-aspek lainny, misalnya efektivitasnya terhadap
pencegahan kehamilan, efek sampingnya, dan sebagainya.
Catatan : Bentuk pertanyaan terbuka ini meskipun sulit untuk ditabulasi,
tetapi mempunyai keuntungan dapat menggali semua
pendapat, keinginan. dan sebagainya dari responden, sehingga
kualitas data yang diperoleh dapat terjamin.
Bentuk pertanyaan tertutup (Closed End)
Bentuk pertanyaan yang demikian mempunyai keuntungan mudah
mengarahkan jawaban responden,. dan juga mudah diolah (ditabulasi).
Tetapi kurang mencakup atau mencerminkan semua jawaban dari responden.
Bentuk pertanyaan ini mempunyai beberapa variasi, antara lain:
a. Dichotomous choice
Dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban/ alternatif, dan
responden hanya memilih satu diantaranya. Biasanya pertanyaan yang
menyangkut pendapat, perasaan atau sikap responden.
Contoh : 1. Apakah Ibu pemah membicarakan masalah KB dengan teman-
teman/ tetangga Ibu?‖
a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. ―Apakah ibu mengetahui tentang Keluarga Berencana?‖
a. Ya
b. Tidak
45
Keuntungan pertanyaan jenis ini ialah mudah mengolah/ tabulasinya.
Disamping itu, menjawabnya pun tidak sulit karena hanya memilih satu
diantara dua jawaban. Pertanyaan ini dapat digunakan, bila kita sudah
yakin dan tahu benar kemungkinan jawaban-jawabannya dari pertanyaan
yang akan diajukan.
b. Multiple Choice
Pertanyaan ini menyediakan beberapa jawaban/alternatif dan responden
hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.
Contoh : Ada beberapa hal/alasan yang menyebabkan orang yang
menggunakan cara-cara KB/ikut Keluarga Berencana
―Menurut pendapat Ibu, alasan mana yang paling
mendorong Ibu untuk melaksanakan Keluarga Berencana?”
1. Penyakit/Komplikasi waktu hamil/ melahirkan
2. Kesejahteraan keluarga
3. Jumlah anak
4. lain-lain (sebutkan) ………
c. Check List
Bentuk ini sebenarnya hanya modifikasi dari multiple choice. Bedanya,
responden diberikan kebebasan untuk memilih jawaban sebanyak
mungkin yang sesuai dengan apa yang dikatakan. Dilihat, dipunyai, atau
pendapatnya.
Contoh : “Mengalah kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Cara-cara apa saja yang sudah Ibu Ketahui?”
46
1. Pil
2. IUD
3. Condom
4. Injeksi
5. Pijat/ Urut
6. ―Douche‖
7. Sistem kalender/ pantang berkala
8. Senggama terputus
9. Vasektomi
10. Tubektomi
99. lain-lain (Sebutkan) ….
jawaban responden lebih dari satu, bahkan mungkin semua
jawaban yang tersedia diketahui semua (di check). Agar
diperhatikan di sini, bahwa dalam membacakan pertanyaan/
menanyakan jawaban (option) tersebut perlu di rotasi
(digonti-ganti) untuk mengurangi bias.
d. Rangking Question
Seperti pada check list, tetapi jawaban responden diurutkan dari jawaban-
jawaban yang terswedia sesuai dengan pendapat, pengetahuan atau
perasaan responden, biasanya menyangkut gradasi dari pendapat, sikap
dan sebagainya. Jadi responden diminta untuk mengurutkan jawaban-
jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatnya.
47
Contoh : Menurut Ibu/ Bapak/ Saudara, kebutuhan apakah yang paling
diutamakan?” (Sesuai dengan urutan kepentingannya.)
1. Pendidikan
2. Perumahan
3. Kesehatan
4. Pekerjaan
5. Hiburan/ rekreasi
6. lain-lain ( sebutkan ….. )
3. Isi Pertanyaan
Isi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan tujuan dari penelitian
serta tergantung pada dalam atau dangkalnya data yang digali. Banyaknya
pertanyaan sangat relatif, tergantung dari luasnya penelitian tersebut. tetapi
perlu diperhatikan pertanyaan yang terlalu banyak akan memakan waktu
yang panjang dapat menimbulkan kebosanan dari responden. Apabila
responden sudah bosan, maka jawaban-jawaban akan ―bias‖. Sebagai
pegangan sementara, jumlah pertanyaan yang optimal adalah, apabila
pertanyaan tersebut dinyatakan akan memakan waktu 15 sampai dengan 30
menit, dan paling panjang 45 menit. Apabila pertanyaan tersebut terlalu
panjang sehingga memakan waktu lebih dari 45 menit. Sebaiknya interviwer
datang dua kali untuk responden yang sama.
48
4. Urutan Pertanyaan
Model pertanyaan (questionaire) dapat dibentuk dari 4 bagian, yakni :
introduksi, pertanyaan pemanasan, pertanyaan demografi dan pertanyaan
pokok.
a. Introduksi (pengantar)
Sebelum pertanyaan dimulai biasanya dibuka dengan judul penelitian
tersebut. sesudah itu diberi semacam kalimat pengantar, yang
menjelaskan kepada responden tentang maksud atau tujuan dari
penelitian tersebut juga tentang identitas responden.
Contoh :
Penelitian Tentang Jangkauan Pelayanan
Kesehatan di DKI Jakarta
Responden No. : ……………………………………..
Alamat : ……………………………………..
: ……………………………………..
Tanggal di isi : ……………………………………..
Dan sebagainya
49
b. Pertanyaan Pemanasan
Adalah pertanyaan mengenai latar belakang responden, misalnya di mana
dilahirkan, dari mana asalnya sudah berapa lama tinggal di kota tersebut,
dan sebagainya.
c. Pertanyaan demografi
Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan status
pendidikan, pekerjaan, latar belakang etnis, agama, seks dan sebagainya,
diletakkan pada urutan kedua, sekaligus sebagai pertanyaan pemanasan.
Tetapi ada juga yang terpisah.
d. Pertanyaan-pertanyaan pokok
Adalah merupakan jantungnya kuesioner. Sebab tujuan penelitian atau
data-data yang akan diperoleh akan tercakup didalam pertanyaan-
pertanyaan ini. Dari sini digali semua data yang diperlukan dalam
penelitian tersebut.
Setelah pertanyaan pokok selesai, maka sebaiknya kuesioner ditutup
dengan pertanyaan untuk membuktikan kebenaran jawaban-jawaban
semelumnya.
Pre Coding
Hasil jawaban dari suatu kuesioner selanjutnya akan diproses (dioleh)
baik melalui ‖coding sheet‖ atau dimasukkan ke dalam kartu kode, maupun
dengan alat0alat elektronik (Computer). Agar memudahkan dalam proses ini
maka sebaiknya tiap jawaban/ alternatif dari tiap pertanyaan diberi kode-
kode tertentu, misalnya dengan huruf a, b, c dan sebagainya, atau dengan
50
angka 1, 2, 3, dan sebagainya. Proses semacam ini diberi nama prakoding
(pre coding). Untuk menjawab atas alternatif ―lain-lain‖ biasanya diberi kode
9, 09 atasu 99.
Contoh : ‖Apabila Bapak/ Ibu sakit kemana biasanya berobat?”
01. Diobati sendiri
02. Ke Puskesmas
03. Ke dukun
04. Ke dokter praktek
05. Ke mantri (sebutkan……………. )
3.7.5 Uji Kuesioner Sebagai Alat Ukur
Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai disusun,
belum berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk
mengumpulkan data. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian
perlu uji validitas dan rehabilitas. Untuk itu maka kuesioner tersebut harus
dilakukan uji coba ―trial‖ di lapangan. Respon yang digunakan untuk uji coba
sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat di mana penelitian
tersebut harus dilaksanan.
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal maka
sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil-
hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk-mengetahui sejauh mana alat
ukur (kuesioner) yang telah disusun tadi memiliki validitas‖ dan
―reliabilitas‖. Suatu alat ukur hams mem-punyarkriteria ―validitas‖ dan
reliabilitas‖.
51
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur. Apabila seorang anak balita beratnya
20 kg, maka timbangan yang digunakan untuk menimbang anak tersebut
juga menunjukkan berat 20 Kg, bukan 19,,5 kg atau 20,5 kg Hal ini
berarti timbangan. tersebut valid. Demikian pula kuesioner sebagai alat
ukur harus mengukur apa yang ingin diukur. Apabila suatu kuesioner
untuk mengukur pengetahuan responden ―‗imunisasi‖ maka akan
menghasilkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden
yang diukur.
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi
antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner
tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna
(construct validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas
konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu
mengukur konsep yang kita ukur. Misalnya kita akan mengukur
pengetahuan imunisasi TT bagi ibu hamil, maka kita susun pernyataan-
pernyataan sebagai berikut:
1. Tetanus adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian
2. Imunisasi TT perlu untuk mencegah tetanus
3. Imunisasi TT dapat menyebabkan demam
4. Imunisasi TT dapat diperoleh secara gratis di puskesmas
52
5. Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil sebanyak 2 kali
6. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan
7. dan seterusnya.
Pernyataan-pernyataan tersebut diberikan kepada sekelompok
responden dari lokus yang berbeda sebagai sarana uji coba. Kemudian
pernyataan-pernyataan (kuesioner) tersebut diberi skor atau nilai jawaban
n masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan, misalnya:
5 untuk jawaban sangat setuju.
4 untuk jawaban setuju
3 untuk jawaban kurang setuju
2 untuk jawaban tidak setuju
1 untuk jawaban sangat tidak setuju
Sebagai gambaran, misalnya distribusi skor untuk masing-masing
pertanyaan dari 18 responden, sebagai berikut :
Pengujian validitas konstruk dengan SPSS adalah menggunakan Korelasi,
sama halnya dengan Excel. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi
(pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)]
< taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
• Ketik data jawaban angket di Excel
No.Resp 1 2 3 4 5 6 Total 1 5 5 4 4 3 2 23 2 3 4 4 4 4 2 21 3 1 2 2 3 3 3 14 4 1 1 2 3 4 4 15 5 5 5 5 5 5 5 30 6 4 4 4 4 4 4 24
53
No.Resp 1 2 3 4 5 6 Total 7 3 3 3 3 3 3 18 8 4 5 5 5 4 3 26 9 3 4 4 4 4 2 21
10 1 2 2 3 3 3 14 11 4 4 4 4 4 4 24 12 3 3 3 3 3 3 18 13 4 4 4 4 4 4 24 14 3 3 3 3 3 3 18 15 4 4 4 4 4 4 24 16 3 3 3 3 3 3 18 17 4 5 5 5 4 3 26 18 2 1 2 4 4 3 16
• Buka program SPSS
• Copy skor-skor angket yang ada di Excel, termasuk skor total, dan paste-kan
di lembar data editor SPSS. Lalu klik Variable View (lihat tanda panah pada
gambar di bawah ini)
• Pada kolom Label, ketika label item-item angket (item X ke 1, item X ke 2,
dst, termasuk Total X)
54
• Lalu klik menu Analyze, Correlate, Bivariate...
• Blok semua label (Item X ke 1, dst), klik ikon panah, sehingga seluruhnya
akan berpindah ke kotak Variables, lalu klik ikon
• Selanjutnya akan muncul halaman baru seperti gambar di bawah ini
55
Dari gambar di atas, untuk ‖Item X ke 1‖ nilai korelasinya adalah 0,912,
dengan probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] sebesar 0,000. Sesuai kriteria
sebelumnya, item instrumen nomor 1 adalah valid, karena nilai
probabilitas korelasi [sig.(2-tailed) < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Korelasi antara
Nilai
Korelasi (Pearson
Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2-tailed)]
Kesimpulan
Item No. 1 dengan Total
0,912
0,000
Valid
Item No. 2 dengan Total
0,901
0,000
Valid
Item No. 3 dengan Total
0,961
0,000
Valid
Item No. 4 dengan Total
0,869
0,000
Valid
Item No. 5 dengan Total
0,677
0,002
Valid
Item No. 6 dengan Total
0,359
0,143
Tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama.
Apabila tinggi seorang anak diukur dengan sebuah meteran kayu, dan
Pengukuran dilakukan berkali-kali dengan meteran yang sama, maka hasilnya
(tinggi anak tersebut) akan tetap atau tidak berubah. Tetapi apabila meteran
tersebut dibuat dari plastik misalnya maka hasilnya akan beruubah-ubah (tidak
tetap). Hal ini akan tergantung bagaimana kita memegang meteran tersebut.
56
Apabila cara mengukurnya (memegangnya) agak kendor. hasilnya akan lebih
rendah. Tetap bila memegangnya dengan tarikan yang kuat. maka
kemungkinan hasilnya akan lebih tinggi.
Oleh sebab itu meteran (alat ukur) yang dibuat dari kayu menghasilkan
pengukuran yang lebih reliabel bila dibandingkan dengan meteran yang dibuat
dari plastik. Dengan kata lain, meteran kayu hasilnya konsisten (ajeg),
sedangkan meteran plastik hasil atau kurang konsisten.
Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala sosial
(non fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. Perlu dicatat, bahwa
perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan
yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung validitas
terlebih dahulu sebelum menghitung reliabilitas.
Masih dengan skor-skor seperti pada pengujian validitas di atas,
maka pengujian reliabilitas dapat dilanjutkan, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
• Klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis
57
• Blok Item X ke 1 sd/ ke 6, tetapi ‖tidak termasuk‖ total X,
pindahkan ke kotak Items dengan mengklik tanda panah, lalu pada menu
Model, pilih salah satu, misalnya Alpha, lalu klik OK
• Hasilnya adalah sebagai berikut:
Nilai koefisien reliabilitas di atas adalah 0,8724. Sesuai kriteria,
nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki
tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat
dipercaya.
3.8 Teknik Analisis Data
Di sini diuraikan langkah-langkah dalam mengolah data dan teknik-
teknik dalam menganalisis data. Sebutkan alat yang digunakan untuk
mengolah data, yaitu program komputernya atau rumus statistiknya. Teknik
analisis dapat juga hanya dengan persentase, tabel, atau diagram.
58
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang terkumpul
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (lihat contoh di bawah)
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di
Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009
Karakteristik Perawat N %
Umur
< 25 tahun 17 34,0
25-30 tahun 31 62,0
> 30 tahun 2 4,0
Total 50 100
Pendidikan
DIII Keperawatan 50 100,0
Total 50 100
3.8.2. Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian
ini maka analisis dilnjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui
hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variable) dengan
variabel terikat (dependent variable) (lihat contoh di halaman berikutnya).
Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi-square, pada batas
kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan
menunjukan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya
kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan.
59
Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel
terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.
Tabel 4.31. Hubungan Motivasi Ekstrinsik Perawat Outsourcing dengan
Kualitas Pelayanan Perawat Outsourcing di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009
Motivasi Ekstrinsik
Kualitas Pelayanan Keperawatan X2
hitung p
Tinggi (>34)
Sedang (19-34)
Rendah (<19)
n % n % n % Administrasi dan Kebijakan Tinggi (>5) Rendah (≤5)
0 0
0,0 0,0
2 34
5,6 94,4
11 3
78,6 21,4
27,931
0,000
Gaji 0 0
0,0 0,0
15 21
41,7 58,3
3 11
21,4 78,6
1,792
0,181 Tinggi (>5)
Rendah (≤5)
3.8.3. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat bertujuan untuk melihat kemaknaan hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan (Uji-F) sekaligus
menentukan faktor–faktor yang lebih domain berhubungan (Uji T). Uji
statistik yang digunakan ‖adalah regresi linier berganda ‖, pada batas
kemaknaan 95% dengan perhitungan statistik = 0,05. Persamaan regresi
yang digunakan adalah:
Y = 0 + X1 + 2 X2 + ... n Xn + e
Dimana :
Y = Variabel terikat (kinerja)
0 = Konstanta
1 - 3 = Koefisien regresi
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua.
e = Error (tingkat kesalahan) yaitu 0,05 (5%)
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsikan hal-hal yang berkaitan tentang lokasi penelitian, termasuk
diantaranya: tahun berdiri atau mulai beroperasi, visi dan misi, letak geografis
termasuk batas-batas wilayah, demografi (kependudukan), dan struktur organisasi.
4.2 Hasil Penelitian
Pada bagian ini diuraikan hasil-hasil penelitian berdasarkan masalah
penelitian. Bila penelitiannya memiliki hipotesis, susunannya adalah (1) hasil
penelitian (2) pengujian hipotesis, dan (3) pembahasan. Bagian pembahasan
merupakan upaya penafsiran terhadap hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada. Untuk
lebih jelasnya ketiga susunan diuraikan sebagai berikut. Hasil penelitian
merupakan paparan hasil bersih hasil analisis data. Penghitungan statistik dan
cara menghitungnya tidak perlu dilaporkan. Cara menghitung statistik
dilaporkan pada bagian teknik analisis data. Disarankan perhitungan statistik
dapat dimuat pada lampiran. Hasil bersih yang dilaporkan dapat berupa angka
yang menyatakan jumlah, persentasi, proporsi, dan lainnya. Dalam bagian ini
juga dipaparkan gambaran-gambaran hasil angket berupa tabel-tabel yang
disertai penjelasan tabel tersebut.
4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis bagi penelitian yang mempunyai hipotesis
dilakukan dengan teknik statistik yaitu berdasarkan teori probabilitas. Yang
61
diuji adalah seberapa jauh hubungan atau perbedaan dua fenomena yang
diamati. Apakah suatu fenomena terjadi secara kebetulan atau bukan, atau
karena kesalahan sampling, atau disebabkan oleh fenomena lain yang telah
diduga ada sebelumnya. Cara pengujiannya adalah membandingkan indeks
perhitungan dengan nilai kritis. Hipotesis dapat ditolak atau diterima
tergantung pada hasil perbandingan nilai hitung dengan nilai kritis. Biasanya
bila nilai hitung lebih besar dari pada nilai kritis, maka hopotesis alternatif
diterima, bila sebaliknya, hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, ada
hubungan yang signifikan antara kedua variabel itu. Makin tinggi tingkat
pendidikan ibu hamil, makin tinggi pula dia memeriksa kehamilannya selama
masa kehamilan.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian adalah bagian yang menyajikan
penafsiran dari hasil-hasil penelitian, pengujian hipoteisis, membandingkan
temuan-temuan itu dengan penelitian lain yang serupa atau dalam daerah
penelitian yang sama, dan kemudian, tujuan penelitian itu untuk menguji
suatu teori, membandingkan teori-teori itu dengan temuan yang ada. Bagian
ini bisa diakhiri dengan mengemukakan keterbatasan hasil-hasil analisis data.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan adalah kristalisasi dari hasil interpretasi yang dirumuskan
secara ketat dan padat. Kesimpulan juga berupa abstaraksi dari pembahasan
temuan yang disajikan secara berurutan seseui dengan tujuan penelitian.
5.2 Saran-Saran.
Saran-saran adalah kelanjutan logis keimpulan. Saran-saran diberikan
berdasarkan temuan-temuan penelitian yang sedang dilaporkan. Saran-saran
harus punya kaitan dengan hasil-hasil penelitian dan didukung oleh data
penelitian. Saran-saran bisa bersifat praktis yang berhubungan dengan
pelaksanaan suatu program dan teoritis berupa usul modifikasi atau
penggunaan teori berdasarkan temuan penelitian. Saran-saran dapat diakhiri
dengan ajakan bagi peneliti lain untuk memperluas kajian dari sisi lain.
63
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka mengandung sejumlah literatur yang dijadikan
referensi dalam kepentingan penelitian yang dipergunakan dalam penulisan
karya tulis ilmiah. Daftar pustaka yang dicantumkan adalah yang benar-benar
menunjang kepentingan penelitian. Fungsinya adalah untuk membantu
pembaca yang berminat dalam memperluas sumber referensi atau tertarik
membaca sumber aslinya.
Dalam penulisan daftar pustaka dapat diikuti petunjuk-petunjuk yang
berlaku umum. Memang dalam beberapa tulisan terdapat perbedaan-
perbedaan dalam gaya penyajiannya. Berikut ini diuraikan cara menuliskan
daftar pustaka yang berlaku umum. Unsur yang ditulis dalam daftar pustaka
secara berturut-turut meliputi (1) nama pengarang ditulis dengan urutan nama
akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan,
(3) judul, termasuk sub judul, (4) tempat penerbitan, dan nama penerbit.
Nama pengarang yang terdiri dari dua bagian ditulis dengan urutan:
nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak) diakhiri dengan
titik. Tahun terbit titik kemudian nama buku digaris bawahi atau cetak
miring titik, tempat penerbitan titik dua, dan terakhir nama penerbit titik.
Perhatikan contoh di bawah ini, yakni sumber dari buku: Satu spasi untuk
intra buku dan dua spasi untuk antar buku.
Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode
dan Teknik. Bandung: Tarsito.
Jika ada beberapa buku yang diterbitkan dalam tahun yang sama oleh
pengarang yang sama, maka tahun penerbitannya diikuti a,b,c, dst.
64
Surakhmad, Winarno. 1980 a . Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode
dan Teknik. Bandung: Tarsito.
Sumber dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editor). Ditulis
seperti menulis sumber dari buku ditambah (ed), hanya judul artikelnya tidak
digarisbawahi atau dimiringkan.
Sumber dari artikel dalam jurnal. Tulis judul artikelnya tanpa
digarisbawahi atau dimiringkan, tetapi diberi tanda kutip awal dan akhir,
kemudian tulis nama jurnal (majalah ilmiah) ditulis dengan garis bawah atau
dimiringkan. Hanya huruf awalnya dalam huruf besar. Bagian akhir berturut-
turut ditulis tahun (volume), nomor, dan nomor halaman dari artikel tersebut.
Contoh:
Hasibuan, Ahmad Laut. 2003. ―Sumber Daya Manusia dalam Visi Global‖.
Akademia. Vol. 9, Nomor 7 Juli 2005, 51.
Contoh penulisan daftar pustaka menurut acuan APA 1994:
BUKU:
Dick, R, & Ramson, S (2002). Nursing Culture Issues and Developments.
Sydney: W.B. Saunders Comp.
Bjork, R.A (1999). Retrivial Inhibition, dalam Roediger, H.L. & Craik,
F.I.M (Eds), Varieties of Memory &• Consiousness (hlm. 309-330).
Hillsdale, NJ: Eribaum.
JURNAL:
Fagard, R.H. (2003). Epidemiology of Hipertension in Ederly. American
Journal of Geriatric Cardiology, 11 (1), 3-28.
SURAT KABAR:
Peran Enterpreneur dalam Pendidikan Profesi. (15 Juli, 2003). Kompas, hlm.
1 & 8.
65
SUMBER ELEKTRONIK (Website):
Barbara, A.I. 2006. Maternal Mortality Rate. Medical Journal (online)
Vol.3 No.l. (http://olam.ed.asuedu/epaa/, diakses oleh: Iman
Muhammad, 24 Maret 2007, 23:30 wib).
Kumaidi, 2006. Pengukuran Hasil Belajar, Jurnal Ilmu Pendidikan (online)
Jilid 5, No.3. (http://www.malang.ac.id, diakses oleh: Iman
Muhammad, 25 Mei 2007, 08.30 wib).
Lubis, Nabilah. 2005, Hukum Perkawinan Islam.
(http://www.binadarma.co.id, diakses oleh: Syarifah Aini, 13 Juli
2008, 01.30 wib).
66
4 cm
4 cm 3 cm
3 cm
BAGIAN V
TATA CARA PENULISAN
5.1 Kertas
Kertas yang dianjurkan untuk digunakan dalam penulisan karya ilmiah
adalah jenis HVS ukuran (paper size) A4 (lebar 21 cm dan panjang 29,7 cm
atau kuarto (letter) (lebar 21,59 cm dan panjang 27,94 cm). Berat kertas 70 atau
80 gram.
5.2 Margin
Margin atau tepi kanan adalah 3 cm, kiri 4 cm, atas 4 cm, dan bawah 3
cm. digambar sebagai berikut:
5.3 Penulisan Tabel
Dalam penulisan:
1. Tabel dengan nomor table (diurut dengan angka Arab besar) ditulis dengan
huruf besar dan ditempatkan simetris di tengah baris.
67
2. Dua spasi di bawahnya, judul tabel ditulis dengan huruf besar, ditempatkan
simetris di tengah baris. Jika judul lebih dari satu baris, maka jarak antar
baris dibuat satu spasi dan disusun membentuk piramida terbalik/ centering
horizontal.
3. Dua spasi berikutnya adalah tabel
4. Jarak tabel dengan teks berikutnya adalah dua atau tiga spasi.
TABEL 4.2
Distribusi Penduduk Desa P.1 Purwodadi Kec. O.Mangunharjo
Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan Menurut
Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2011
Golongan Umur
(Tahun)
Jumlah
Pria % Wanita %
20-25 5 33,33 7 35
26-30 8 53,33 10 50
>30 2 13,34 3 15
Jumlah 15 100 20 100
Sumber: Data monografi Kecamatan O Mangunharjo tahun 2007
5.4 Gambar/Bagan
1. Jarak antar teks sebelum gambar/bagan dengan gambar/bagan adalah 3
spasi
2. Dua spasi di bawahnya, simetris di tengah baris ditulis ―Gambar n: judul
gambar/bagan ― (n adalah nomor gambar yang diurut mengikuti angka
Arab)
3. Jarak ―Gambar n: judul gambar/bagan‖ dengan teks berikutnya adalah tiga
spasi
68
5.5 Jumlah Halaman
Bagian inti (body text) skripsi mulai dari pendahuluan sampai daftar
pustaka, tergantung kepada permasalahan yang dikaji.
5.6 Pengetikan
Jenis huruf (font) yang digunakan dalam pengetikan karya tulis ilmiah
adalah jenis huruf Times New Roman font 12 yang setiap baris dapat
memuat 58 sampai dengan 65 karakter.
Karya ilmiah yang jenis manapun diketik dalam spasi dua kecuali
dalam hal - hal khusus, misalnya: kutipan yang melebihi empat baris dan judul
tabel.
Setiap alinea (paragraf) dimulai setelah ketukan ke lima (pada
ketukan keenam), yang dalam pengetikan penggunaan Tab (tabulasi)
merupakan ukuran yang standar. Pengetikan harus diatur sedemikan agar
dapat diperoleh ukuran margin seperti di atas.
5.7 Penjelasan Bagian Pengantar
1. Kata Pengantar atau Acknowledgement
a. Judul ditulis dengan semua huruf kapital dan ditempatkan di tengah
baris pertama.
b. Judul dengan isi berjarak 3 spasi.
c. Berisikan maksud penulisan skripsi dan ucapan terima kasih penulis
kepada siapa saja yang telah membantu dalam penulisan.
69
d. Dalam tulisan, penulis merujuk dirinya sebagai ―Penulis‖ yang dapat
diganti dengan dia atau she/he.
e. Diketik 2 (dua) spasi.
f. Kata pengantar dikahiri dengan mencantumkan di bagian kanan
halaman: tempat penulisan dilakukan, tanggal, bulan, dan tahun. Di
bawahnya ditulis, ―Penulis‖ dan di bawahnya lagi, tanda tangan dan
nama penulis.
g. Nomor halaman ditulis di tengah baris paling bawah dengan penulisan
angka Romawi kecil, dimulai dengan iii
h. Maksimum 2 halaman
2. Daftar Isi
a. Judul ditulis dengan semua huruf kapital dan ditempatkan simetris di
tengah baris pertama.
b. Di ujung kanan, berjarak 3 spasi setelah judul ditulis ―halaman‖
c. Bab, nomor bab (dalam angka Romawi) dan judul bab, ditulis dengan
huruf kapital, dilengkapi dengan titik sampai lima ketukan sebelum
margin kanan.
d. Judul sub bab ditulis seperti dalam isi skripsi, dimulai tepat di bawah
judul bab
e. Jarak antar baris adalah dua spasi
f. Nomor halaman ditulis di tangah baris paling bawah dengan penulisan
angka Romawi kecil
70
3. Daftar Gambar, Tabel dan Lampiran
a. Penulisannya sama seperti daftar isi, kecuali nomor hanya memuat,
bilangan/huruf menurut urutannya saja.
b. Nama gambar, tabel atau lampiran ditulis seperti penulisan judul sub bab
4. Abstrak
a. Abstrak dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
b. Judul ―ABSTRAK‖ dan ―ABSTRACT‖ ditulis dengan huruf kapital
ditempatkan simetris di tengah baris pertama.
c. Dua spasi di bawahnya, simetris di tengah baris, judul skripsi ditulis dengan
huruf kapital, berjarak satu spasi dan dalam bentuk piramida terbalik.
d. Dua spasi di bawah judul, juga simetris di tengah baris, adalah nama penulis,
yang ditulis denan huruf kapital.
e. Tiga spasi berikutnya, adalah isi abstrak yang diketik satu spasi, kecuali
jarak antar paragraf tetap dua spasi.
f. Abstrak merupakan cakupan isi keseluruhan skripsi secara sangat singkat,
tapi mewakili skripsi, karena itu abstrak skripsi harus berisikan: latar
belakang masalah, rumusan maslah, tujuan penelitian, teori dasar, hipotesis,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, temuan,
kesimpulan, dan saran terpenting.
71
5.8 Kutipan
Apabila dalam karya tulis itu akan digunakan kutipan dari sumber –
sumber ilmiah, maka isi, bahasa, ejaan, maupun, tanda bacanya harus sama
dengan aslinya. Namun demikian para penulis metode penulisan
mengisyaratkan diperbolehkan mengutip satu isi sumber hanya jiwanya saja
sedangkan kalimat, ejaan dan tanda baca dapat dibahasakan sendiri oleh
pengutip (penulis).
Bila peneliti mengutip dari suatu sumber, maka peneliti harus
menuliskan sumber kutipan tersebut pada awal atau akhir kutipan. Bila
sebelum kutipan dinyatakan nama penulis sumber kutipan (sebaiknya cukup
nama akhir saja), maka di dalam kurung, sesudah nama penulis tersebut,
sebagai penyataan sumber, cukup dicantumkan tahun terbit dan halaman
sumber yang dibatasi titik dua.
Bila sebelum kutipan tidak dinyatakan nama penulis sumber kutipan,
maka sumber kutipan dituliskan di dalam kurung sesudah kutipan dengan
mencantumkan: nama akhir penulis/editor, tahun terbit dan halaman sumber.
Jadi, penulisannya, (nama, tahun: halaman)
Ada dua cara merujuk kutipan, yaitu cara pengutipan langsung dan
tidak langsung.
1. Pengutipan langsung, adalah pengutipan yang persis seperti kalimat
aslinya, penyataan serta isi dari pustaka tersebut. Cara menuliskan kutipan
tersebut berbeda menurut panjang pendeknya kutipan.
72
Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, dimasukkan dalam
teks dengan cara sebagai berikut:
- kutipan diientegrasikan langsung dengan teks.
- jarak antara baris dua spasi.
- diapit oleh tanda kutip
Contoh:
Selanjutnya Hamalik (1986) mengatakan bahwa, ―Model, hendaknya
diintegrasikan dengan alat-alat lainnya supaya pengajaran labih berhasil.‖
Atau,
Dalam suatu buku dinyatakan, ―Model, hendaknya diintegrasikan
dengan alat-alat lainnya supaya pengajaran lebih berhasil‖ (Hamalik,
1986).
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris, dibuat dengan cara
sebagai berikut:
- jarak antar baris satu spasi.
- tidak diapit oleh tanda kutip.
- seluruh kutipan dimulai pada ketukan keenam dari margin kiri dan
diakhiri 5 ketukan sebelum margin kanan
Contoh:
…… Model pembelajaran inkuiri didefinisikan Piaget (1954) sebagai.
Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melaksanakan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan symbol -
simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan
penemuan yang satu dengan yang penemuan lain, membandingkan
apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
73
Bila sumber kutipan ditulis di akhir kutipan, maka caranya adalah
sebagai berikut:
Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melaksanakan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol -
simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan
penemuan yang satu dengan yang penemuan lain, membandingkan
apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain (Piaget,
1954).
Jika kutipan itu dalam bahasa asing, juga harus dikuti persis aslinya,
dengan format dan tata tulis yang sama seperti pustaka dalam bahasa
Indonesia.
2. Pengutipan tidak langsung, adalah pengutipan yang sari pendapat peneliti
sendiri dari pustaka, baik dari satu pustaka atau lebih. Beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh kutipan tidak langsung:
- Kutipan diintegrasikan dengan teks
- Jarak antara baris 2 spasi
- tidak spasi oleh tanda kutip
Contoh :
….. Pengunaan gambar untuk menerangkan bagian - bagian dalam alat indera
dapat menyulitkan murid karena belum pernah mereka lihat. Mereka sukar
untuk membayangkan pada keadaan yang sebenarnya (Sadiman, 1986)…
3. Mengutip yang bukan dari sumber aslinya.
Kutipan yang diambil dari naskah yang merupakan kutipan dari suatu sumber
lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dirujuk dengan cara
menyatakan nama penulis asli dan nama pengutip, tahun terbit dan halaman.
74
Contoh:
Berdasarkan perhitungan r, maka reliabilitas soal dapat digolongkan sebagai
berikut (lihat halaman berikut)
Kurang dari 0,20 : reliabilitas buruk
0,20 - 0,40 : reliabilitas rendah
0,40 - 0,70 : reliabilitas sedang
0,70 - 0,90 : reliabilitas baik
0,90 - 1,00 : reliabilitas sempurna
(Guilford, 1967)
75
DAFTAR PUSTAKA
Brotowijoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Castetter, W. B.; dan R. S. Heisler. 1984. Developing and Defending A Disertation
Proposal. Graduate School of Education, University of Pennsylvania,
Philadelphia, Pennsylvania.
Guilford, J. P. 1967. The Nature of Human Intelligence. New York: McGraw-Hill
Huda AH. 2004. Selayang Pandang Penyakit-Penyakit Yang Ditularkan Oleh
Nyamuk Di Propinsi Jawa Timur Tahun 2004.
(http://www.dinkesjatim.go.id/, diakses oleh: Iman Muhammad, 13
Oktober 2008, 23:30 wib)
Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. Sixth Edition.
Prectice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
..............2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke
Cipta.
__________________. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke
Cipta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, cetakan kesembilan, CV. Alvabeta:
Bandung.
76
Lampiran 1: Contoh Abstrak Indonesia
ABSTRAK
PENGARUH KB SUNTIK DEPOPROGESTERON TERHADAP SIKLUS
HAID PADA AKSEPTOR KB DI DUSUN XII DESA KOTA DATAR
KECAMATAN HAMPARAN PERAK
TAHUN 2009
VIVI NURJANAH
0607156
Tingkat pemakaian alat kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) di
Indonesia meningkat dari 57% pada tahun 1997 menjadi 61,4% pada 2007. Peserta
Kelurga Berencana aktif di sumatera utara tahun 2007 berdasarkan kontrasepsi
masih didominasi oleh pemakaian Pil sebesar 35,64%, disusul Suntikan sebesar
33,39% dan IUD sebesar 10,82%. Pelayanan kasus efek samping yang tertinggi
dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8%, berikutnya diikuti
peserta IUD sebesar 951 atau 19,5%. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat
pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0.0%.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh KB suntik
Depoprogesteron terhadap siklus haid pada akseptor KB di Dusun XII Desa Kota
Datar Kecamatan Hamparan Perak Pada Bulan Januari – Mei Tahun 2009.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer dengan
total sampel 30 Akseptor KB suntik Depoprogesteron di Dusun XII Desa Kota
Datar Kecamatan Hamparan Perak Pada Bulan Januari – Mei Tahun 2009.
Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan siklus haid setelah
menggunakan KB suntik Depoprogesteron yaitu pada 30 Akseptor KB sebelum
menggunakan KB suntik Depoprogesteron semua akseptor mengalami siklus haid
yang teratur, sedangkan setelah menggunakan KB suntik Depoprogesteron
mayoritas siklus haid ibu menjadi tidak teratur yaitu sebanyak 22 Akseptor (73,3%)
dan hanya 8 Akseptor (26,7%) yang siklus haidnya masih teratur.
Hal ini disebabkan karena pengaruh kandungan hormon dari kontrasepsi
tersebut. Oleh karena itu diharapkan kepada wanita agar lebih aktif untuk
berpartisipasi dan mencari informasi tentang kesehatan dirinya. Dan diharapkan
juga kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih meningkatkan komunikasi
dalam memberikan pelayanan dan informasi khususnya dalam pelayanan
kontrasepsi suntik Depoprogesteron ini.
Kata Kunci : KB suntik, Depoprogesteron, Siklus haid
Daftar Pustaka : 16 ( 2001 - 2008 ).
Maksimal
250 Kata
77
Lampiran 2: Sample of Abstract in English
ABSTRACT
INFULUENCE OF DEPOPROGESTERONE PLANNED FAMILY
INJECTION TOWARD MENSTRUATION CYCLE TO PLANNED
FAMILY ACCEPTORAT DUSUN XII KOTA DATAR VILLAGE
SUBDISTRICT OF HAMPARAN PERAK IN 2009
VIVI NURJANAH
0607156
Contraceptive prevalence rate in Indonesia to be on the increase from 57%
in 1997 until 61,4% 1n 2007. Active Planned Family acceptor in north Sumatra in
2007 on based contraceptive still be nomination by using the pill until 35,64%,
follow the injection until 33,39% and IUD until 10,82%. Servicing of side effect
cases that highest from planned family injection is 2672 cases or 54,8%, and than
be followed by IUD acceptor is 951 cases or 19,5%. While sum of lowest cases,
there‟s on condom acceptor until 0,0%.
This research have somethings as a purpose to know influence of
depoprogesterone planned family injection toword menstruation cycle to planned
family acceptor in Dusun XII Kota Datar village , subdistrict of Hamparan Perak
on January – May in 2009.
This research is descriptive with use primary data with sample total until 30
depoprogesterone planned family injection acceptor in Dusun XII Kota Datar
village, subdistrict of Hamparan Perak on January - May in 2009.
From results of research are got that there‟s difference menstruation cycle
after use depoprogesterone planned family injection toward 30 planned family
acceptors before use depoprogesterone planned family injection the menstruation
cycle is regular, while after use depoprogesteron planned family injection,
mayority of women menstruation cycle to be irregular, it is until 22 acceptors
(73,3%) and only 8 acceptors (26,7%) that menstruation cycle still regular.
That is because influence of hormon from the contraseptive. Because that
hope to women in order that more active to look for information about their
personal hygiene. And also hope to medical staff especially midwifes in order that
more increase communication in gives servicing and information especially in this
depoprogesterone planned family injection.
Keywords : Planned family injection, Depoprogesterone, menstruation cycle
Bibliography : 16 (2001 – 2008)
78
Lampiran 3:
Surat Pernyataan Kesediaan
Membimbing Karya Tulis Ilmiah
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :………………………………………
NIDN :……………………………………....
Dengan ini menyatakan kesediaan saya untuk memberikan bimbingan Penulisan
Karya Tulis Ilmiah dari mahasiswa (Nama Prodi dan Nama Perguruan Tinggi)
misal: Program Studi D3 Kebidanan
Nama :……………………………………
NPM :……………………………………
Demikian Surat Pernyataan ini Saya perbuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Muara Bungo,…………………2011
Pembimbing I/II*
(……………………………..)
* Pilih salah satu
Note:
Sesuaikan dengan ketentuan Prodi masing-masing
79
Lampiran 4 :
SURAT PERSETUJUAN JUDUL KTI
Nama mahasiswa :………………………………….
NPM :………………………………….
Jurusan :………………………………….
Judul KTI :………………………………….
Muara Bungo,……………………..2011
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
(……………….) (………………..….)
Diketahui
Pudir I
(……………………..)
Note:
Sesuaikan dengan ketentuan Prodi masing-masing
80
Lampiran 5 : Contoh halaman sampul KTI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA
DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK
KECAMATAN HAMPARAN PERAK
TAHUN 2009
KARYA TULIS ILMIAH
ALYA
NPM 0202092
AKADEMI KEBIDANAN AMANAH
MUARA BUNGO
2009
81
Lampiran 6 : Contoh halaman judul
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA
DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK
KECAMATAN HAMPARAN PERAK
TAHUN 2009
KARYA TULIS ILMIAH/SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma-III Kebidanan
dan memperoleh Sebutan Professional Ahli Madya Kebidanan
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma-III Kebidanan
dan memperoleh sebutan profesi Ahli Madya Kebidanan
ALYA
NPM 0202092
AKADEMI KEBIDANAN AMANAH
MUARA BUNGO
2009
82
Lampiran 7 : Contoh lembar Persetujuan Sidang
Judul Karya Tulis Ilmiah
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA
DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK
KECAMATAN HAMPARAN PERAK
TAHUN 2009
Karya tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan
dalam Sidang Karya Tulis Ilmiah
Tanggal : 15 Maret 2009
Pembimbing I Pembimbing II
(……………………) (………………………..)
Diketahui
Direktur Akbid Amanah Muara Bungo
(……………………………….)
83
Lampiran 8 : Contoh lembar Pengesahan KTI
Judul Karya Tulis Ilmiah
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA
DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK
KECAMATAN HAMPARAN PERAK
DESEMBER 2009
Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji, diperiksa dan dipertahankan
pada tanggal 15 Maret 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk diterima sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Di Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo
Penguji I Penguji II Penguji III
(…………….………) (…………………..) (…..………………)
Diketahui
Direktur Akbid Amanah Muara Bungo
(………………………………….)
84
Lampiran 9 : Contoh Lembar konsultasi
Lembar Konsultasi KTI
Mahasiswa Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo
Tahun 2011
Nama :
NPM :
Judul :
Dosen Pembimbing
Tanggal Kegiatan
Bimbingan
Saran Paraf
Pembimbing