BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA...
Transcript of BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA...
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI AMAHAI Jl. Bandara Amahai | Telp 091421398 FAX : 091421398
Kab.Maluku Tengah |
MALUKU 97551 | E-MAIL : [email protected]
ANALISIS KONDISI METEOROLOGI SAAT KEJADIAN
HUJAN LEBAT DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN
MALUKU TENGAH (09 JUNI 2017)
BMKG
STASIUN METEOROLOGI AMAHAI
Disusun Oleh: Jelvianto Gunawan S.Tr
Roland George Lainata S.Tr
AMAHAI
2017
I. INFORMASI KEJADIAN
Pada tanggal 09 Juni 2017 sekitar pukul 18.00 WIT - 21.00 WIT (09.00 UTC - 12.00 UTC)
Telah terjadi hujan lebat di wilayah desa Amahai dan sekitarnya, Kabupaten Maluku Tengah.
Dampaknya menyebabkan genangan air di beberapa tempat, termasuk tempat taman alat Stasiun
Meteorologi Amahai.
II. DATA CURAH HUJAN
Data Curah Hujan Tanggal 09 Juni 2017
Tempat Jumlah Ch/Hari Keterangan
Stasiun Meteorologi Amahai 94.7 mm Hujan Lebat
II.ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.Analisis Suhu Muka Laut
Gambar 1.Anomaly Suhu Permukaan Laut
Gambar 2.Analysis Suhu Permukaan Laut
Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk wilayah perairan
Amahai terakhir terpantau tanggal 09 Juni 2017 berkisar antara 28°C hingga 30°C. Nilai anomali suhu
permukaan laut sekitar +1.5 sampai +1.75 terhadap normalnya, Suhu muka laut yang hangat
mengindikasikan pasokan uap air yang lebih banyak. Hal tersebut berpotensi meningkatkan terjadinya
pembentukan awan-awan hujan di wilayah tersebut.
Gambar 4. Anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR)
MJO (Madden Julian Oscilation) merupakan salah satu gangguan cuaca yang dapat mempengaruhi
intensitas hujan di Indonesia jika sedang aktif di wilayah Indonesia. MJO terakhir terpantau tanggal 08
Juni 2017 berada pada fase 8, artinya Kondisi ini tidak berdampak pada pertambahan massa udara di
wilayah Indonesia termasuk wilayah Amahai.
Nilai anomaly OLR di wilayah Indonesia, khususnya wilayah Amahai, bernilai rendah dan negatif
Artinya semakin banyak tutupan awan di wilayah tersebut.
3.Analisis Streamline
Dari analisis peta streamline (garis arus) tanggal 9 Juni 2017 jam 00.00 UTC dan 12.00 UTC,
menunjukkan adanya pusat tekanan rendah (Low Pressure) di wilayah filipina yang mengakibatkan
adanya shearline atau belokan angin, sehingga wilayah yang di lewati akan berpotensi terjadinya
pertumbuhan dan pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan.
Gambar 5. Streamline 09 Juni 2017 jam 00.00 UTC
4.Analisis Kelembaban Udara (RH)
Gambar 7. Kelembaban udara 850 hpa
Berdasarkan data kelembaban udara (RH) di atas pada lapisan 850 hpa, nilai kelembaban udara
mencapai 90% - 100%, hal ini menunjukkan bahwa kondisi kelembaban udara pada tanggal 09 Juni 2017
cukup tinggi, mengindikasikan pasokan uap air cukup besar sehingga potensi terbentuknya awan-awan
konvektif penghasil hujan cukup signifikan.
5. Analisis Labilitas
Nilai Showalter Stabillity Index menunjukkan kondisi atmosfer yang “labil atau kemungkinan
terjadi thunderstorm”, hal ini terlihat jelas dari data tersebut pada pukul 06.00 UTC dan 12.00 UTC
berkisar antara 1 sampai -1 artinya kondisi ini menunjukan keadaan atmosfer yang labil sehingga sangat
mendukung terjadinya hujan lebat.
6.Analisis Citra Satelit
Berdasarkan data citra satelit Himawari-8 yang di analisis setiap 30 menit, mulai pukul 09.00 UTC
- 12.00 UTC Terlihat jelas kumpulan awan-awan konvektif atau cumulonimbus (Cb) mulai bergerak
masuk ke wilayah Amahai yang berasal dari arah timur laut. Suhu puncak awan mencapai -62°C sampai -
69°C. Dengan masuknya awan ini, maka berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga
lebat.
Gambar 9. Citra satelit EH pukul 09.00 -12.00 UTC
7.KESIMPULAN
1.Berdasarkan analisis cuaca skala global, suhu permukaan laut (SST) di wilayah perairan wilayah
Maluku relatif cukup hangat. Kondisi tersebut meningkatkan potensi terjadinya penguapan yang
mensuplai uap air untuk terbentuknya awan-awan hujan. Kondisi MJO tidak berpengaruh pada kejadian
hujan lebat pada waktu tersebut.
2.Berdasarkan analisis skala regional, adanya pusat tekanan rendah menyebabkan belokan angin
atau shearline yang memungkinkan meningkatkan pertumbuhn awan-awan hujan yang signifikan.
3.Kelembaban udara (RH) pada lapisan 850 hpa bernilai 90-100%. Hal ini menunjukkan bahwa
pada saat kejadian hujan lebat kondisi atmosfer sangat lembab.
4.Dari citra satelit Himawari menunjukkan awan-awan cumulonimbus (Cb) bergerak masuk ke
wilayah Amahai dari arah Timur Laut dengan suhu puncak awan mencapai -62°C sampai -69°C
menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
5.Berdasarkan analisis skala lokal, nilai Showalter Index mengindikasikan keadaan atmosfer labil
(Instability of the atmosphere).
Mengetahui
Kepala Stasiun Meteorologi Amahai Amahai, 11 Juni 2017
Pembuat Laporan
YUSUF WAIRATA SP 1. JELVIANTO GUNAWAN S.Tr
NIP.196106241983031001 NIP.198901132012101001
2. ROLAND GEORGE LAINATA S.Tr
NIP.198705172006041002