BAB VII KESIMPULAN · 2020. 10. 2. · Kecenderungan kenaikan harga bahan pangan di bulan puasa...
Transcript of BAB VII KESIMPULAN · 2020. 10. 2. · Kecenderungan kenaikan harga bahan pangan di bulan puasa...
71
BAB VII KESIMPULAN
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dampak pandemi Covid 19 terhadap ketahanan
ekonomi masyarakat Kota salatiga lebih signifikan daripada dampak bulan puasa dan Hari Raya
Idul Fitri. Bahkan pandemi Covid 19 mampu memutar balikkan pola perilaku harga, permintaan,
dan penawaran. Berikut rincian simpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis data penelitian ini.
1. Makanan dan minuman merupakan lapangan usaha andalan Kota Salatiga. Lapangan usaha
sektor perdagangan yang banyak dikerjakan pengusaha di Salatiga adalah perdagangan
eceran makanan, minuman dan tembakau dengan KBLI 2017 nomor 474. Konsisten dengan
lapangan usaha sektor manufaktur yaitu industri makanan lainnya dengan KBLI 2017 nomer
107. Lapangan usaha sektor jasa yang banyak dikerjakan pengusaha Salatiga adalah
penyediaan gabungan jasa penunjang fasilitas dengan KBLI 2017 nomor 811.
2. Pandemi Covid 19 sejak bulan Maret 2020 telah memutar balikkan pola perilaku harga
komoditas-komoditas kebutuhan pokok di bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri di Salatiga.
Kearifan sosial dan budaya lokal terganggu. Kecenderungan kenaikan harga bahan pangan
di bulan puasa tidak terjadi di tengah masa pandemi Covid 19. Harga cabe yang biasanya
meningkat, justru turun secara signifikan sejak sebelum bulan puasa hingga pasca lebaran.
Di saat lebaran (Hari Raya Idul Fitri) hanya komoditas beras dan daging naik signifikan
setelah lebaran. Sedangkan telur baru naik harganya setelah lebaran hingga masa New
Normal Pandemi Covid 19, dibarengi dengan kacang. Fakta ini menunjukkan bahwa
Pandemi Covid 19 lebih besar pengaruhnya terhadap pola konsumsi masyarakat sehingga
berdampak pada perubahan pola perilaku harga-harga beberapa komoditas kebutuhan
pokok.
3. Dampak pandemi Covid 19 terhadap dunia usaha di Kota Salatiga per bulan Mei 2020
mengguncang ketahanan ekonomi tenaga kerja maupun pengusaha dengan cukup berat.
Daya beli menurun karena ada PHK, penurunan upah, penurunan omset, peningkatan
relatif dari beban pinjaman. Hasil penelitian ini mencatat dampak-dampak berikut:
72
a. PHK di sektor perdagangan mencapai 21,4%, di sektor manufaktur 8,3% dan di
sektor jasa mencapai 9%.
b. Penurunan tingkat upah di sektor perdagangan mencapai 57%, di sektor manufaktur
20% dan di sektor jasa mencapai 43%.
c. Penurunan penjualan di sektor perdagangan mencapai 28,8%, di sektor manufaktur
1% dan di sektor jasa mencapai 60%.
d. Beban angsuran pinjaman terhadap omset, di sektor perdagangan meningkat 6%, di
sektor manufaktur 4% dan di sektor jasa mencapai 147%.
e. Ketersediaan bahan baku/barang dagangan di sektor perdagangan menurun 17,3%,
di sektor manufaktur 18% dan di sektor jasa mencapai 10%.
f. Pelaksanaan protokol Kesehatan di sektor perdagangan, manufaktur dan jasa
tergolong lengkap dan relatif tertip.
4. Menghadapi pandemi Covid 19 terjadi negosiasi antara pengusaha dengan tenaga kerja.
Apabila daya tawar pengusaha lebih kuat maka pekerja akan menerima tingkat upah kerja
jauh lebih rendah dari sebelumnya, namun apabila daya tawar pekerja lebih kuat maka
pekerja akan mendapatkan tingkat upah lebih tinggi dari sedia kala. Kasus ini
mengindikasikan kebutuhan penguatan daya tawar tenaga kerja yang bisa ditempuh
melalui regulasi datau program vokasi untuk pemberdayaan tenaga kerja.
5. Hambatan utama yang dihadapi pedagang adalah penurunan permintaan diikuti dengan
penurunan penjualan. Hal yang sama dikeluhkan oleh pengusaha di sektor manufaktur dan
jasa. Penurunan permintaan bersumber dari (1) rendahnya daya beli (ability to pay) bukan
karena ketiadaan kemauan membayar (willingness to pay), (2) pembatasan-pembatasan
fisik terkait dengan mobilitas orang dan pembatasan perilaku sosial sehingga menurunkan
aktivitas pasar.
6. Peluang strategis yang dimanfaatkan pedagang adalah munculnya kebutuhan komoditas
baru terkait dengan pandemi Covid 19 dan pemanfaatan TIK dalam aktivitas pemasaran.
7. Saran bagi pengambil kebijakan adalah agar merumuskan kebijakan yang pro rakyat.
Beberapa karakteristik yang diajukan untuk menandai kebijakan yang pro rakyat adalah: a)
meringankan beban ekonomi usaha mikro dan kecil (UMK), b) memberi penguatan
73
keuangan/permodalan, c) menjamin ketersediaan bahan baku dan penolong yang
dibutuhkan UMK dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat, d) menyediakan fasilitas
atau sarana prasana yang memadai seperti tempat usaha, listrik, air, jalan dan jembatan, e)
mengatur dan mengawasi aktivitas perusahaan agar tercipta persaingan yang sehat, dan
sebagainya. Dua pengusaha mengusulkan kebijakan yang komprehensif yang memberi
perlindungan pada kesehatan dan pemulihan ekonomi, sosial, budaya, dan pengembangan
teknologi untuk menangai penyebaran pandemi Covid 19. Kebijakan tersebut diminta agar
disosialisasikan, diterapkan, diawasi yang disertai dengan penegakan hukum.
74
Lampiran 1
Distribusi sampel menurut kelurahan
Keurahan & Kecamatan Sektor Perdagangan Sektor Manufaktur Sektor Jasa
Kel di Kec Sidorejo 21 32% 5 13% 17 29%
1. Salatiga 5 8% 1 2.4% 7 12,1%
2. Kauman Kidul 2 3% 1 2.4% 0 0%
3. Bugel 0 0% 1 2.4% 0 0%
4. Blotongan 5 8% 1 2.4% 2 3,4%
5. Pulutan 1 2% 0 0% 0 0%
6. Sidorejo Lor 8 12% 1 2.4% 8 13,8%
Kel di Kec. Sidomukti 18 28% 9 21% 10 17%
7. Kecandran 2 3% 0 0% 1 1,7%
8. Mangunsari 2 3% 1 2.4% 6 10,3%
9. Dukuh 7 11% 2 4.8% 3 5,2%
10. Kalicacing 7 11% 6 14.3% 0 0%
Kel di Kec Argomulyo 10 15% 10 24% 7 12%
11. Noborejo 1 2% 0 0% 0 0%
12. Ledok 2 3% 6 14.3% 4 6,9%
13. Cebongan 1 2% 1 2.4% 1 1,7%
14. Randuacir 3 5% 0 0% 1 1,7%
15. Kumpulrejo 1 2% 0 0% 1 1,7%
16. Tegalrejo 2 3% 3 7.1% 0 0%
Kel di Kec Tingkir 11 17% 12 29% 16 28%
17. Tingkir Tengah 0 0% 1 2.4% 2 3,4%
18. Tingkir Lor 0 0% 0 0% 2 3,4%
19. Kalibening 0 0% 0 0% 0 0%
20. Kutowinangun Lor 3 5% 5 11.9% 6 10,3%
21. Kutowinangun Kidul 3 5% 2 4.8% 2 3,4%
22. Gendongan 2 3% 0 0% 2 3,4%
23. Sidorejo Kidul 3 5% 5 11.9% 2 3,4%
Luar Salatiga 5 8% 5 13% 8 14%
Total responden 65 100% 42 100% 58 100%
75
Lampiran 2
DAFTAR KOMODITAS
No. Komoditas Sub-komoditas
1. Beras Beras IR 64 Premium (Kg)
Beras IR 64 Medium (Kg)
2. Gula Gula Pasir Kristal Putih (kw medium) (Kg)
3. Minyak Goreng Minyak Goreng Curah (tanpa merek)
Minyak Goreng merek Bimoli (botol/liter)
4. Daging Daging Sapi (kg)
Daging Ayam Ras (kg)
Daging Ayam Kampung (kg)
5. Telur Telur Ayam Ras (kg)
Telur Ayam Kampung (kg/21 butir)
6. Susu Bubuk Dancow Fullcream (Putih) (400gr)
Susu Kental Bendera (Coklat) (385 gr/kaleng)
7. Jagung Jagung Pipilan Kering (kg)
8. Tepung Tepung Terigu (Bogasari) Protein Sedang (kg)
9. Cabe Cabe Merah Besar Biasa Teropong (kg)
Cabe Merah Besar Keriting (kg)
Cabe Rawit Merah (kg)
Cabe Rawit Hijau (kg)
10. Bawang Bawang Merah (kg)
Bawang Putih Jenis Kating (kg)
11. Ikan Ikan Laut/Asin Teri (kg)
12. Garam Garam Beryodium Halus (kg)
Garam Beryodium Bata (kg)
13. Mie Mie Instant (bungkus)
14. Kacang Kacang Hijau (kg)
Kacang Tanah (kg)