BAB Ixa.yimg.com/.../name/MAKALAH+FIX+M3+Biro+Iklan+dan+Media.doc · Web viewDari tabel 1, dapat...
Transcript of BAB Ixa.yimg.com/.../name/MAKALAH+FIX+M3+Biro+Iklan+dan+Media.doc · Web viewDari tabel 1, dapat...
MANAJEMEN MEDIA MASSA
BIRO IKLAN DAN MEDIA(Studi kasus: Manajemen Iklan Femina Group, Trans 7, Dwi Sapta, dan MS)
Disusun oleh:
Achmad ChaidirDonna RiyaniElla Shariati
Inka ParamitaLanny Delima
Liebe PoliMaria AnastasiaMarsha Septami
Mellisa ArmyM. Topan NixonPopy HandiniReiza Kusuma
Rinda KurniasitaSusy Sabrina
Syafia SifaViani Nuralia
Yuvantinus EffremWulan Tangkudung
JURUSAN KOMUNIKASI MASSAPROGRAM EKSTENSI KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS INDONESIA
2009
BAB IPENDAHULUAN
Periklanan adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa iklan, orang sulit
mengetahui bermacam-macam produk dan jasa yang tersedia. Iklan membutuhkan sarana
agar dapat sampai pada khalayaknya. Di sinilah media massa berperan besar. Tanpa
media massa, tidak akan ada sarana untuk menayangkan iklan ke audien massa. Dunia
periklanan mengandalkan media massa untuk menyampaikan pesannya. Sebaliknya, iklan
juga merupakan basis finansial dari media massa.
Tabel 1. Berbagai sumber profit beberapa media massaNo. Media Sumber Profit
1. Koran cetak Iklan Local retail advertising Classified ads National advertising Prepaid insertSirkulasi, baik penjualan eceran maupun berlangganan
2. Majalah Subscriptions Penjualan eceranIklanJasa tambahan, seperti e-commerce, custom publishing, dan database assistance
3 Buku Penjualan buku Royalti tambahan dari hak cipta
4. Radio Penjulan spot untuk iklan yang bersifat nasional Penjualan spot untuk iklan wilayah yang spesifik Penjualan spot untuk spesifik audiens
5. Film U.S. Box office International box office Penjualan DVD dan rekaman Lain-lain; pay-per-view, video-on-demand
6. Televisi Penjualan spot untuk iklan Product placement SMS votting
Disarikan dari Dominick, J.R. The Dynamics of Mass Communication, Media in the Digital Age. 10th Edition. New York: Mc Graw-Hill (no year stipulated)
Peran iklan di media massa tidak dapat diremehkan. Tanpa iklan, kebanyakan
media akan bangkrut. Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa sumber pembiayaan sebuah media
adalah iklan. Suatu kasus di Amerika pada tahun 1960-an, ketika pengiklan bergeser ke
televisi dari majalah besar seperti Life dan Look, majalah-majalah itu mengalami
keruntuhan. Jelaslah, iklan dalam industri media massa merupakan darah-nyawa yang
membiayai (seluruh) produksi media. Tidak mengherankan bila para pengelola media
berkompetisi berebut khalayak dengan konten yang sekiranya disukai masyarakat. Makin
tinggi jumlah penonton, berarti makin tinggi pula rating yang diperolehnya. Hal serupa
terjadi di Indonesia. Ketika krisis moneter pada tahun 1997, industri media cetak
mengalami penurunan dalam penetrasi pasar. Namun, di sisi lain, industri televisi sedang
naik daun. Akibatnya, pengiklan hijrah ke televisi. Tingginya rating berkorelasi dengan
kuantitas iklan yang akan diraupnya. Perebutan kue iklan telah menjadi semangat atas
pertumbuhan industri media massa. Sayangnya, demi mendapatkan iklan, kualitas konten
dijadikan urutan kesekian.
Bisnis periklanan di Indonesia termasuk salah satu bisnis yang berkembang cukup
pesat. Jumlah anggota Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dari tahun ke
tahun menunjukan kenaikan (total per akhir 2005 terdaftar 412 perusahaan periklanan di
seluruh Indonesia dengan nyaris 50% berada di DKI Jakarta). Hal ini tidak lepas dari
perkembangan media massa baru yang juga bermunculan, baik itu stasiun TV maupun
media cetak.
Biro iklan sebagai jembatan antara pihak pengiklan (produsen) dan media adalah
sebuah bisnis dengan prospek yang sangat cerah. Banyaknya biro iklan yang
bermunculan, ternyata telah banyak memengaruhi kemajuan dunia periklanan di
Indonesia. Para pengiklan tidak perlu memikirkan apa yang harus dilakukan agar produk
mereka dikenal masyarakat serta media mana yang akan digunakan agar memperoleh
hasil yang maksimal. Mereka hanya perlu menyewa sebuah biro iklan dan segalanya akan
teratasi dengan baik.
Eratnya hubungan antara iklan dan media massa seolah semakin dikuatkan
dengan adanya departemen khusus dalam Biro Iklan yang berhubungan dengan media,
juga dengan adanya departemen khusus dalam Media Massa yang ditugaskan khusus
untuk mengurusi iklan.
Makalah ini mendeskripsikan secara umum, bagaimana mekanisme yang
terbangun dalam hubungan antara Manajemen Media Massa dan Biro Iklan, dengan titik
berat pada media cetak Femina Group, media siar TRANS 7, dan Biro Iklan Dwi Sapta
dan MS. Pada akhirnya, makalah ini mencoba untuk melihat kesesuaian jenis iklan dalam
media massa terkait dengan segmen pembacanya serta visi misi yang diusung media
massa tersebut.
BAB IIDEFINISI
Sebelum lebih jauh membahas mengenai media massa, iklan dan biro iklan,
berikut adalah beberapa definisi yang diambil dari berbagai sumber.
Iklan/Periklanan: Usaha-usaha penciptaan dan penyebaran pesan-pesan penjualan
sepersuasif mungkin kepada calon pembeli yang paling tepat atas suatu produk
berupa barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Anggoro
2005:3). Berdasarkan UU Penyiaran No.32 tahun 2002, siaran iklan adalah siaran
informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa,
barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa
imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan.
Dari pengertian di atas, ada dua jenis iklan, yakni siaran iklan niaga dan siaran iklan
layanan masyarakat. Siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan
melalui penyiaran radio dan televisi dengan tujuan memperkenalkan,
memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak
sasaran untuk memengaruhi konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkan.
Sementara siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan nonkomersial yang
disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan,
memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran, dan/atau
pesan-pesan lainnya kepada masyarakat untuk memengaruhi khalayak agar berbuat
dan/atau bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut.
Biro Iklan (advertising agency): Suatu organisasi usaha yang memiliki keahlian
untuk merancang, mengkoordinasi, mengelola, dan atau memajukan merek, pesan,
dan atau komunikasi pemasaran untuk dan atas nama pengiklan dengan memperoleh
imbalan atas layanannya tersebut (Kitab Etika Pariwara Indonesia).
Manajemen: Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan (Manullang 2006:5).
Media Massa: Sarana yang membawa pesan ke audien yang luas. Media-media ini:
televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan Internet (Vivian 2008:35).
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa periklanan adalah kegiatan
komunikasi yang dilakukan pembuat barang, atau pemasok jasa dengan masyarakat
banyak atau sekelompok orang tertentu yang bertujuan untuk menunjang upaya
pemasaran. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan gambar, suara atau kata-kata,
gerak atau bau yang disalurkan melalui media atau secara langsung. Berdasarkan
pengertian ini maka ‘Biro Iklan’ adalah lembaga usaha yang memberikan jasa periklanan
bagi siapa yang membutuhkan baik perorangan, perusahaan pembuat barang atau
pemasok jasa bahkan pemerintah. Oleh karena bentuk pelayanan periklanan meliputi
berbagai jenis kegiatan maka perlu diterapkan manajemen yang baik, demi tercapainya
tujuan yang ditetapkan.
Pelayanan Biro Iklan
Dalam aktifitasnya, sebuah biro iklan adalah biro yang mempunyai kapasitas
untuk memberi pelayanan di tiga bidang yaitu, pertama, konsultasi komunikasi
pemasaran, kedua pelayanan perencanaan dan pemesanan media, dan ketiga pelayanan
kreatif. Pelayanan konsultasi pemasaran merupakan barisan terdepan yang berhadapan
langsung dengan pihak pemakai jasa periklanan. Minat yang disampaikan oleh sebuah
perusahaan atau perorangan pada sebuah biro iklan akan diterima oleh para pakar
pemasaran yang mampu berdialog dengan manajer pemasaran dari perusahaan yang
membutuhkan jasa iklan.
Semakin besar skala usaha sebuah biro iklan semakin besar pula
kemampuannya untuk mempekerjakan ahli-ahli dan pakar-pakar pemasaran ang
akan menentukan kualitas hubungan awal dengan para calon pemakai jasa.
Berkembangnya pendidikan ilmu ekonomi telah banyak memberi dorongan bagi
pertumbuhan kualitas perusahaan periklanan di Indonesia. Kehadiran modal asing dan
kegiatan memproduksi barang-barang yang berasal dari luar negeri telah menghadirkan
kegiatan pemasaran global yang dampaknya sangat menentukan kemampuan para pakar
pemasaran di sebuah biro iklan dalam berbicara pada tingkat pengetahuan pemasaran
yang bersifat internasional.
Pelayanan perencanaan dan pemesanan media. Seperti hadirnya para pakar
pemasaran maka perkembangan biro iklan di Indonesia juga sangat ditentukan oleh
meningkatnya kualitas pelayanan perencanaan dan pemesanan Media. Peningkatan ini
tidak lepas dari perkembangan industri media yang telah berlangsung sejak dua dekade
ini. Tumbuhnya pemancar komersial di segenap penjuru tanah air, masing-masing dengan
gaya dan cara pendekatan yang berbeda. Terbitnya puluhan majalah-majalah baru mulai
dari yang bersifat umum hingga majalah yang khusus bicara soal rambut, mobil,
konstruksi dan komputer. Terbitnya surat kabar yang berdomisili di ibu kota negara, ibu
kota propinsi atau ibu kota kabupaten, masing-masing dengan garapan berita yang beda
ruang lingkupnya.
Adanya pilihan yang diberikan oleh industri media dan tantangan untuk
menemukan rancangan media yang efektif dan terjangkau oleh biaya periklanan yang
disediakan oleh perusahaan pemakai jasa iklan, serta riset dan penelitian yang dilakukan
oleh perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang jasa riset telah ikut memberikan
masukan yang sangat menunjang kualitas pelayanan jasa perencanaan media. Fakta ini
telah memberi warna khusus bagi kegiatan periklanan sebagai kegiatan komunikasi yang
dilakukan secara tepat arah dan terukur.
Pelayanan jasa kreatif merupakan bagian akhir dari mata rantai proses terciptanya
sebuah iklan sebelum disalurkan ke media. Karena kegiatan dan proses kreatif
memberikan wujud bagi sebuah iklan atau pesan maka sering orang mengira bahwa
lahirnya iklan ada di tangan seniman. Pandangan keliru ini telah banyak mendorong
banyak seniman yang mendirikan biro iklan dan dalam perkembangan selanjutnya lebih
sering mengalami kegagalan.
Dibandingkan dengan peran sektor pemasaran dan sektor media, maka peran
sektor kreatif masih jauh tertinggal. Sikap dan wawasan yang berkembang di antara para
praktisi di sektor kreatif bila kita amati secara objektif masih terpaku pada kaidah-kaidah
atau aturan-aturan yang sederhana dan sempit. Sebagian besar dari iklan-iklan yang kita
temui di media masih berputar-putar di sekitar penonjolan ‘Product/Consumer benefit’
yang ditampilkan apa adanya. Cara lain yang paling mudah dilakukan adalah dengan
menciptakan iklan dengan memanfaatkan strategi Before-After, Sebelum makan obat dan
sesudah makan obat. Sikap bangsa Indonesia yang paternalistik sering disalahartikan
dengan menerapkan strategi testimonial orang-orang yang terkenal. Kehadiran
perusahaan periklanan Internasional di Indonesia sedikit banyak telah memperkenalkan
praktek-praktek kreatif yang sedikit lebih maju. Format-format pengembangan kreatif
yang telah teruji mulai diperkenalkan kepada para pakar bidang kreatif.
BAB IIICONTOH KASUS
A. Media Cetak
Pada makalah ini, kami mengambil contoh kasus dari bagian iklan Femina Group.
Alasan mengapa kami memilih Femina Group karena Femina Group merupakan
trendsetter berdirinya majalah wanita dan remaja. Majalah Femina merupakan majalah
wanita pertama di Indonesia yang muncul pertama kali pada bulan September 1972, lalu
diikuti dengan majalah Gadis yang terbit pada tahun 1973. Seiring dengan makin
berkembangnya industri majalah, Grup Femina ikut aktif mengembangkan bisnisnya. Hal
ini dapat dilihat dari perkembangan grup Femina yang sampai tahun 2009 ini telah
membawahi 14 majalah, 1 free koran kawasan, 1 komik, dan 1 buku. Media Cetak yang
bernaung dibawah bendera Femina Group di antaranya Femina, Gadis, Dewi, Pesona,
Estetica, Cleo, Seventeen, Cita Cinta, Ayah Bunda, Parenting, Men's Health, Fit, Reader's
Digest, Best Life, Koran komunitas kawasan Star Jakarta, Komik the 99 dan buku resep
Primarasa. Selain itu, Femina Group juga memiliki satu stasiun radio yang berdomisili di
Jakarta dan Bandung, yakni UFM (94,7 Jakarta dan 104,3 Bandung).
Dari 14 majalah tersebut, Femina Group memiliki 3 divisi utama yaitu Redaksi,
Promosi dan Iklan. Iklan merupakan salah satu faktor utama dalam industri media cetak.
Pada kasus ini kami akan mengupas divisi iklan dari Femina Group, bagaimana stuktur
organisasi, media profile dan jenis-jenis iklan yang ada di Femina Group juga hubungan
kerjasama antara divisi iklan dengan klien, baik produsen langsung maupun dengan biro
iklan. Produk-produk yang beriklan di Femina Group pastinya harus sesuai dengan target
market majalahnya. Karena Femina Group terdiri dari 12 majalah wanita, maka produk
yang beriklan pun sebagian besar merupakan produk wanita (women care). Biro iklan
dari creative agency dan media house yang terbesar sampai kecil pun sudah menjadi
kerabat baik bagi Femina Group. Untuk hubungan kerjasama divisi iklan dengan klien
akan dijelaskan lebih rinci pada pembahasan berikutnya.
B. Media Siar
Untuk menganalisa hubungan antara media dan biro iklan, dari media siar kami
memilih Trans7 sebagai contoh kasus. Trans7 merupakan salah satu televisi swasta yang
memiliki reputasi yang baik terutama setelah Trans7 berada dalam naungan Trans Corps.
Akses yang mudah (pihak Trans7) juga menjadi salah satu pertimbangan kami.
Namun, pada prakteknya, kami mengalami kesulitan untuk mendapatkan data-
data terkait dengan topik yang kami angkat. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pihak
Trans7 menjadi salah satu kendalanya. Untuk itu, kami juga menggunakan data dari TPI
sebagai data tambahan untuk mendukung topik kami.
C. Biro Iklan
Pada makalah ini, untuk menjelaskan biro iklan dalam pemaparan yang lebih
lanjut, kelompok kami membagi contohnya kepada dua bentuk biro iklan, yakni creative
agency dan media house. Pada perkembangannya, biro iklan menspesifikasikan dirinya
dalam pembagian tugas yang spesifik. Creative agency merepresentasikan bentuk the
whole advertising agency atau konsep biro iklan yang kita kenal selama ini. Pada creative
agency ada divisi creative, account management atau client service, dan media.
Sementara itu, media house merupakan biro iklan yang konsentrasinya hanya pada urusan
media planning dan media buying, tanpa memproduksi iklan secara kreatif.
Sebagai contoh kasus, kami mengambil Dwi Sapta sebagai biro iklan berbentuk
creative agency dan MS sebagai media house. MS sebagai salah satu Media House yang
lebih banyak mengatur placement iklan dan promosi produk klien. Orang-orang yang
bekerja disebut Media Planner dan Media Buyer. MS yang memutuskan pendistribusian
budget yang diberikan oleh klien. Sebagai contoh: Produk CITRA (Unilever)
memberikan 80 Miliar untuk biaya produksinya. MS nantinya yang akan mengatur
kemana uang itu akan didistribusikan, tetapi juga menurut kesepakatan (meeting) dengan
klien, misalnya 20 M buat di media cetak, 40 M di TV (elektronik) dan sisanya di
billboard, dan lain-lain.
MS merupakan salah satu media house yang dapat dikatakan besar di Indonesia.
Hal ini dikarenakan semua produk-produk unilever dikerjakan oleh MS. Perusahaan
Unilever sendiri merupakan perusahaan yang memegang produk-produk besar di
Indonesia (Market Leader). Unilever sangat berperan dan menyumbang sangat besar
uangnya di media, karena produknya bersifat massa sehingga sangat sering berkampanye.
Sedangkan untuk Dwi Sapta Advertising, merupakan advertising agency murni
yang memberikan jasa media house dan juga creative agency. Dwi Sapta Advertising
memiliki bagian-bagian (departemen) yang memang memegang peranan tersendiri dalam
merencanakan sekaligus memproduksikan jasa pelayanan yang dibutuhkan.
BAB IVSEJARAH DAN PERKEMBANGAN
A. Femina Group
a. Profil Perusahaan
Femina Group bermula dari majalah Femina pada tahun 1972 di garasi rumah 3
orang pendirinya, yakni Mirtha Kartohadiprodjo, Pia Alisjahbana, Widarti Gunawan)
sekarang pun mereka masih menjabat sebagai CEO Femina group. Pada tahun 1973 terbit
majalah Gadis. Seiiring perkembangan muncul terus majalah baru dan hingga sekarang
Femina Group memiliki 14 majalah, 1 free koran komunitas, 1 komik, buku resep
primarasa dan radio UFM. Femina pun sekarang memiliki sendiri creative boutique,
event managemet, online publishing, distribution and services, printing house, custom
publisihing, dan book publisihing. Untuk media cetak visi dan misi Femina Group
Femina sebagai sahabat bagi pembaca. Sebagai sumber ide, inspirasi, hiburan, dan
referensi untuk menjadikan hidup wanita Indonesia lebih lengkap dan berimbang. Secara
singkat Femina hadir sebagai teman bagi mereka yang cerdas dan modern.
Sebagai contoh untuk melihat target audiens dari Femina Group, kami memberi
contoh berupa profil pembaca majalah Femina yang menjadi cikal bakal grup media
tersebut. Pembaca Femina adalah wanita-wanita:
- pada usia produktif (25-35 tahun),
- fashionable, aktif, dan menengah ke atas (kelas A & B),
- sadar teknologi, dan
- gemar membaca dengan pandangan hidup yang positif.
Dalam kaitannya dengan iklan, Femina pun menawarkan poin-poin nilai jual (selling
point) dan kesempatan yang luas terhadap para pengiklan karena:
- memiliki brand yang kuat yang dan dapat memberikan nilai tambah bagi produk yang
diiklankan,
- sebagai sumber informasi yang terpercaya bagi para pembaca serta pengiklan pun
dapat mensinergikan programnya dengan editorial Femina,
- memiliki pembaca setia yang luas dan berpengaruh.
b. Struktur Organisasi Bagian Iklan Group Femina
Sebelum tahun 2006, divisi iklan hanya dikepalai oleh satu orang manajer grup
senior yang membawahi bagian iklan di tiap majalah Femina Group, yang terdiri dari
manajer iklan dan account executive. Dalam Femina Group perkembangan divisi iklan
dapat dilihat dari dibaginya divisi iklan menjadi empat grup besar yang dikepalai oleh
seorang group advertising manager (GAM).
Jabatan GAM dalam Femina Group setara dengan Pemimpin Redaksi (Pemred)
pada suatu majalah. GAM membawahi manajer iklan majalah, senior account executive,
dan account executive. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembagian dan bagan di
bawah ini.
Tabel 2. Empat grup besar iklan dalam Femina Group
Grup Iklan Majalah
Woman’s Lifestyle 1. Femina2. Ayah Bunda3. Parenting4. Femina Online
Healthy Lifestyle 5. Men’s health6. Fit7. Reader’s Digest8. Best Life
Lifestyle 9. Dewi10. Pesona11. Cleo12. Estetica
Teens 13. Gadis14. Cita Cinta15. Seventeen
.
Gdsdsdsdsaa
Gambar 1. Contoh struktur organisasi divisi iklan dari grup iklan Healthy Lifestyle
Pembagian empat grup besar iklan didasarkan pada segmentasi dan target pasar
yang hampir sama untuk memudahkan mereka dalam memasarkan produk. Maksudnya,
group manager menawarkan paket iklan corporate yang dapat di pasang sekaligus pada
majalah yang pasarnya hampir sama, contohnya dalam hal ini segmen majalah Teens.
Satu produk alat kecantikan dengan segmen remaja dapat sekaligus dipublikasikan dalam
majalah Gadis, Cita Cinta, dan Seventeen. Namun, tentu saja hal ini tidak lepas dari
kebijakan masing-masing group manager.
Dalam memasarkan spot iklan, group manager tidak bekerja sendiri. Mereka
dibantu oleh advertising manager, senior account executive, dan para account executive
(AE). Namun, tim advertising ini tidak hanya berjualan halaman kosong untuk iklan,
mereka juga menjual event kepada para klien dengan tujuan mencari sponsor untuk acara
tersebut. Berikut ini beberapa rincian pekerjaan dari account executive.
Group Advertising Manager Healthy Lifestyle
Advertising Manager Men’s Health
Senior Account Executive
Account Executive
Account Executive
Advertising Manager FIT
Advertising Manager Reader’s Digest
Senior Account Executive Senior Account
Executive
Account Executive
Account Executive
Account Executive
Account Executive
1. Melakukan audiensi dengan pihak-pihak yang ingin memasang iklan di majalah.
Klien (pihak pemasang iklan) bisa langsung memasang produk ke pihak majalah
ataupun lewat biro iklan.
2. Mempresentasikan media profile dan majalahnya:
- Visi dan Misi
- Profil pembaca
- Komposisi halaman (isi dan conten)
- Publiction Schedule (jadwal edar)
- Data sirkulasi
- Special offer ; contoh: buy one get one free atau pemasangan secara paket
mendapatkan harga khusus, coorporate package dengan majalah lain
- Big Events Majalah dan Calendar of events
- Co Branding ( menjadi partner bersama klien untuk membantu suksesnya
acara klien)
- Creative Ad
3. Memberikan proposal (harga dan paket beserta creative yang diminta oleh klien).
4. Mem-follow up dan berhubungan dengan klien untuk harga.
5. Menjadi mediator antara redaksi/bagian kreatif dan klien/agency untuk advertorial
atau iklan khusus/creative.
6. Mem-follow up klien untuk materi iklan sesuai dengan deadline untuk diberikan
kepada produksi.
7. Approval materi pada klien.
B. Trans 7
a. Profil Perusahaan
Trans7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan,
menghiasi layar kaca di ruang kelaurga. Berawal dari kerjasama strategis antara Para
Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, Trans7
lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan
kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.
Trans7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan
Perindustrian Jakarta Pusat dengan nomer 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000,
keberadaan TV7 telah diumumkan dalam berita Negara nomor 8687 sebagai PT. Duta
Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG,
TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai Trans7 dan menetapkan
tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7 .
Dewan Komisaris Komisaris Utama : Chairul TanjungKomisaris : 1. Agung Adiprasetyo
2. Ishadi SK 3. Asih Winanti
Dewan Direktur Direktur Utama : Atiek Nur WahyuniDirektur : WishnutamaDirektur Keuangan dan Sumber Daya : Ch.Suswati Handayani
b. Stuktur Organisasi Bagian Iklan Trans 7
Trans7 memiliki bagian departement sales yang dinamakan divisi Sales dan
Marketing. Departement sales Trans7 terdiri dari 3 Assisstant Sales Departement Head
yang memabawahi Sales Group Head. Sales Group head memiliki 2 bagian, yaitu :
Account Executive dan Sales Assistant.
Selain dari Sales Department Head, divisi sales dan marketing membawahi
Secretary & Customer Care Supervisor, Marketing Service Department Head,
Commercial Traffic Department Head, Promotion and Graphic Design Department Head,
dan Marketing Public Relations Department Head.
Gambar 2. Bagan struktur organisasi bagian iklan Trans 7
DIC. Sales & Marketing
Atiek Nur Wahyuni
Sales & Marketing Division Head
Atiek Nur Wahyuni
Secretary
Emilda Djumhana
Sales Departement Head
Assisant sales Departemen Head 1
Assisant sales Departemen Head 1
Secr. & Customer Care Supervisor
Secretariat & Care Supervisor
Sales Group Head
Account Executive
Sales Assistant
Sales Group Head
Account Executive
Sales Assistant
Assisant sales Departemen Head 2
Sales Group Head
Account Executive
Sales Assistant
Sales Group Head
Account Executive
Sales Assistant
Marketing Services Dept. Head
Commercial Traffic Dept. Head
Promotion & Graphic Design Dept. Head
Marketing Public Relations Dept. Head
c. Kriteria Iklan di Trans7
Pada dasarnya hampir semua produsen (produk) dapat beriklan di Trans 7, seperti
iklan makanan, iklan minuman, alat elektronik, dan lain-lain. Namun ada beberapa
kategori iklan yang tidak boleh beriklan, yaitu iklan tentang pengobatan non-medis, serta
iklan yang berbau mistis, seperti iklan Reg ramalan (Mama Lauren), disamping tidak
sejalan dengan visi dan misi, iklan seperti ini juga tidak diperbolehkan oleh KPI.
Selain itu, dalam Pasal 46 UU Penyiaran No.32 tahun 2002 dijelaskan mengenai
iklan niaga. Dalam ayatnya yang ketiga dijelaskan bahwa siaran iklan niaga dilarang
melakukan a) promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,
pribadi/dan atau kelompok yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan martabat
agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau kelompok lain; b) promosi minuman keras
atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif; c) promosi roko yang memperagakan wujud
rokok; d) hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama;
dan/atau e) ekploitasi anak di bawah umur 18 tahun. Sehingga iklan-iklan ini yang
mengandung keempat hal tersebut termasuk dalam kategori yang tidak boleh beriklan di
Trans7.
C. Biro Iklan
a. Dwi Sapta
1. Profil Perusahaan
Sebagai sebuah biro iklan, Dwi Sapta mempunyai visi, yakni menyukseskan klien
dengan memberikan layanan integrated marketing communications (IMC) secara
personal dan menciptakan "Advertising that Sells". Sementara itu, misi yang diemban
oleh perusahaan ini adalah memberikan solusi komunikasi pemasaran secara terpadu dan
terarah; menjadikan produk klien sukses di market, bahkan menjadi market leader;
membantu meningkatkan sales dan mengembangkan bisnis klien; memberikan layanan
terbaik kepada klien dengan prinsip QCDS (best Quality, reasonable Cost, fast Delivery,
dan excellent Service); serta memperkuat posisi sebagai TOP 10 Advertising Agency.
Dwi Sapta juga memiliki 9 kunci kesuksesan yang mereka yakini, yaitu Creative
That Sell, Single Message, Simple, Segmented, Focus to Your Target Market, Be
Different, Be Controversial, Big Idea, Q - C – D, Serve From The Heart, Create Intimicy,
Build Agency - Client Chemistry, Sleep With Clients, Listen to Their Needs, Their Wants
and Expectations, Make Your Clients Succeed First, dan Your Success Will Follow Client
Lifetime Loyalty Will Lead Sustainable Profit. Kunci kesuksesan ini telah menjadi Dwi
Sapta Way of Life, yang memberi perbedaan antara Dwi Sapta dengan advertising
agency lain di Indonesia dan sekaligus menjadi DNA of Success Dwi Sapta selama 25
tahun berkarya.
2. Stuktur Organisasi nya
3. Jenis Iklan yang Produksi
Sebagai full service advertising dan marketing agency, Dwi Sapta menyediakan
hampir semua layanan komunikasi pemasaran baik aktivitas above the line maupun
below the line. Idenya adalah menjadi biro iklan one stop shopping – segala ada, di mana
kami dan klien dapat lebih berhemat dan cepat dalam proses kerja. Dari mulai
perencanaan, pengorganisasian kerja, perancangan, eksekusi hingga penempatannya di
media massa. Bidang-bidang yang digarap oleh biro iklan ini di antaranya:
- TV dan Cinema Commercial
- Radio Commercial
- Print Ad (Press, Tabloid, Magazine)
- Outdoor Activities
- Media Research
President Director
General Manager
Senior Business Development Manager
Media Manager
Media Planner
Media Implemente
r
Media Buyer
Executive Creative Director
Creative Director
Art Director Copy Writer
Account Manager
Account Manager
Account Executive
Jr. Account Executive
- Macintosh Design Facilities
- Photography
- Below the Line Materials
Selain bidang periklanan, ternyata Dwi Sapta Advertising juga melayani jasa dalam
bidang Public Relations, Marketing dan TV Program. Contoh beberapa Iklan yang pernah
dibuat oleh Dwi Sapta Advertising antara lain Master Cologne, Ovale Whitening, Eskulin
Cologne Gel, Ovale Facial Lotion, Eskulin Cool Hand Body, Mixagrip Flue dan Batuk,
Master Splash Cologne, Fatigon, Fatigon Spirit, Daihatsu Sirion, Cerebrovit, dan lain-
lain.
4. Klien
No Perusahaan (Klien) Produk
1 Djarum Djarum Coklat
2 Pepsi Cola Indobeverages Tekita
Frutamin
3 Sari Enesis Adem Sari
Naturade
4 Ceres Indonesia Funtime
Meises Ceres
Twister
5 ASTRA International Isuzu Isuzu ELF Truck
Isuzu Pick Up
Isuzu Smart
6 Kalbe Farma Cerobrovot, Cerobrovot Gold,
Cerebrovit, Cerebrovit Active,
Cerebrovit Senior, Cerebrovit X-
cel, Fatigon, Neuralgin,
Minigrip, Mixagrip, Mixagrip
Flu dan Batuk
7 Herlina Indah Antis, Force Magic, Soffel
8 Mahakam Beta Farma Betadine Plester, Betadine Obat
Kumur
9 Konicare Era Kosmetindo Eskulin Mini Mist, Master Hair
Styling Gel, Ovale Facial Lotion,
Ovale Anti Acne
10 Astra Daihatsu Motor Taruna, TErios, Xenia, Zebra
11 Dagsap Endura Eatore Dagsap
12 Sukabumi Trading Coy Oli Repsol Moto 4T
13 Dellifood Sentosa Corpindo Super Bubur
14 SOHO Diapet, Diapet NR
15 PT Topindo Atlas Asia Oli TOP1
16 Simex Pharmaceutical Ind Vipro G
17 Eglin Pharma Minyak Telon, Balsem Lang
18 Gondowangi Natur
19 Sakafarma Labs Mextril
20 Nestle Indofood Citarasa Indonesia Bumbu Kaldu Indofood
21 Australia Indonesian Milk Industries Indomilk
22 Indo Murni Dairy Industri Nice Yoghurt
23 Kalbe International Business Bull Force
24 Dairy Plus Dutch Mill
25 Sanghiang Perkasa Entrasol Gold
b. MS1. Struktur Organisasi
Dalam MS, memang terdapat kode etik yang tidak memperbolehkan struktur
organisasi secara detil diketahui oleh orang luar. Jadi yang akan ditampilkan di bawah
ini hanyalah sebagian kecil dari Struktur organisasi dalam MS.
Secara general, struktur pekerjaan dalam MS dibagi menjadi dua divisi. Divisi
Unilever dan Non Unilever. Mengenai divisi Unilever, memang penjagaannya sangat
ketat, sehingga yang dapat diketahui hanya divisi Non Unilever. Di bawah ini adalah
penjelasan singkat mengenai struktur divisi non Unilever dalam MS:
Managing Director membawahi dua Staf, yaitu Planning Director dan Investment
Manager (di perusahaan lain disebut Buying Support atau Purchase Order). Planning
Director membawahi sedikitnya 2 Planning Group (PG). di bawah setiap PG terdapat
beberapa (biasanya 4 orang) Planner. Di sini Planner bertugas untuk membuat Master
Plan, yang juga menentukan iklan apa saja yang akan dimuat di televisi, majalah dan
surat kabar.
Sementara Investment Manager membawahi sedikitnya 7 Buying Support (BS)
atau disebut juga dengan Purchase Order (PO). Setiap BS bertugas untuk membuat
detail plan dan mengatur approval dengan klien.
2. Workflow MS:
MS sebagai perusahaan independen jadi melakukan dealing langsung dengan
klien untuk perjanjian kerja sama. Biasanya banyak yg melakukan presentasi pelayanan
ke klien (biasanya lebih dari 1 perusahaan media). Setelah itu, keputusan dari klien lah
yang melakukan pemilihan media agency mana yang akan menjalin kerjasama. Apabila
kerjasama itu sudah disepakati, maka hal yang pertama dilakukan adalah:
1. Briefing klien ke Media Director MS
Membahas segala sesuatu mengenai perjanjian kerjasama, biasanya setiap tahun
selalu dikaji ulang perjanjian tersebut. Kegiatan ini merupakan briefing awal dari klien
untuk kampanye (pelayanan) selama setahun.
2. Pemilihan Team Kerja
Setelah itu, Media Director menentukan team untuk menangani produk-produk dr
klien tersebut. Biasanya terbagi dalam dua team : planning dan buying
Dalam proses kerjanya, Team Planning akan menyusun rencana pemasangan
iklan selama 1 th sesuai budget dari klien. Rencana tersebut dibuat berdasarkan data
yang diperoleh dari klien, analisa kompetitor dan Objective klien itu sendiri.
Kemudian, Team buying akan mengaplikasikan rencana tersebut dan membuat
order ke media. Dalam Team buying, dilakukan proses negosiasi terhadap media yang
diajak kerjasama, baru apabila cocok, order akan dikirimkan kepada media tersebut.
3. Kerjasama:
Sebagai salah satu media house yang memegang salah satu perusahaan market leader di
Indonesia (Unilever), maka MS menjalin kerjasama dengan media lain untuk
memproduksi iklan, diantaranya adalah: Lowe, Oginfi, Jwt, Mccann, dll (Creative
Agency).
BAB V
HUBUNGAN PRODUSEN, MEDIA, DAN IKLAN
A. Pemasaran Produk
Pada dasarnya, produsen dapat memasarkan produknya melalui media dengan cara
datang langsung ke media massa atau menggunakan jasa biro iklan. Masing-masing cara
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
a. Produsen Langsung ke Media
Keuntungan:
1. Produsen tersebut tidak terkena agency charge dan pitching fee
2. Produsen tersebut bisa membuat pesan komunikasinya secara langsung dalam
iklannya sesuai dengan target marketnya tanpa harus berkonsultasi dengan sebuah
biro iklan.
3. Efisiensi waktu.
Kerugiannya:
1. Bila langsung memasarkan iklan ke media, seorang produsen mendapat agency
charge.
2. Tidak bisa membuat iklan komunikasi secara efektif dikarenakan media tidak
memiliki spesialisasi didalam pembuatan komunikasi periklanan.
b. Melalui Biro IklanBiro iklan mempunyai struktur manajemennya, diantaranya research, bidang kreatif, dan
media buying dengan maksud untuk mencari tempat di media untuk memasarkan iklan
sesuai segmentasi pasarnya.
Keuntungan:1. Produsen bisa mendapat hasil dari ketiga bagian di atas agar produk yang hendak
diiklankan pesannya sampai tepat pada sasaran segmen pasarnya.
2. Ia bisa mendapat diskon dari media karena harga iklannya lebih murah. Biro
iklan biasanya menawarkan paket-paket tertentu, seperti menawarkan harga
khusus untuk beriklan di berbagai media.
3. Ada yang mengevaluasi atau bisa memberi hasil research dari iklan yang telah di
tayangkan.
4. Biro iklan memiliki spesialisasi dalam membuat konsep direct mail, sales
promotion, dan tools-tolls lainnya.
Kerugian:
1. Bila modal yang dimiliki oleh seorang produsen tidak mencukupi atau pas-pasan
akan mengurangi case flow dari perusahan tersebut karena belanja iklan itu
mahal.
2. Kurang bisa mendapat efisiensi waktu.
B. Belanja Iklan
Jika sektor industri lain terkena imbas krisis moneter, berbeda halnya dengan
sektor penyiaran. Walaupun belanja iklan televisi sempat menyusut 8% pada tahun 1997-
1998, sektor ini justru mengalami perkembangan luar biasa setelah tahun tersebut. Pada
periode 1999-2002, iklan televisi nasional mengalami pertumbuhan di atas 40% per
tahun. Bahkan,belanja iklan bruto nasional pada Juni 2002 menunjukka laju pertumbuhan
39% dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya. Pertumbuhan ini merupakan
yang tertinggi di antara negara-negara di Asia (Sudibyo, 2004).
Dalam sebuah biro iklan ada beberapa divisi, tetapi umumnya memuat divisi
kreatif, client service atau account management, dan media. Perputaran materi iklan ada
di kreatif dan media. Di dalam divisi kreatif, mereka menerima brief, membuat materi
kreatif yang siap naik cetak atau tayang. Selanjutnya, materi ini di-deliver oleh account
executive (AE) ke divisi media. Di divisi tersebut, media planner sudah siap dengan
media planning-nya. Mereka sudah menentukan spot dan blocking time yang diminta
klien atau mereka yang merekomendasikan spot untuk klien dengan alasan efektifitas
terpaan. Sebagai salah satu acuan, media planner dapat menggunakan ratecard dari
masing-masing media.
Setelah klien setuju, media planner menghubungi media buyer yang masih berada
dalam satu divisi, yakni divisi media. Media buyer akan menegosiasikan rekomendasi
dari media planner dengan pihak media massa hingga mendapat harga dan waktu yang
sesuai. Jika ditemui masalah mengenai spot iklan tersebut, maka media buyer akan
membicarakan hal ini dengan bagian media planner dan AE. Selanjutnya, AE akan
mengomunikasikan kendala tersebut kepada klien (produsen) dan memberikan alternatif-
altenatif.
Produsen(Produk)
Account Management (Service Client)
Account Executive (AE)
Creative
Account Executive (AE)
Media Planning
Media BuyerRatecard dari
media
Media Massa
Publikasi Iklan
Di Media Massa
Kecenderungan saat ini, media planning dan media buying yang tadinya berada
dalam satu perusahaan biro iklan (advertising agency) kini berdiri sendiri. Terpisah dan
membuat perusahaan sendiri. Lowe dan Ogilvy adalah dua di antara sekian banyak
advertising agency yang bergelut di media planning. Sementara Mindshare adalah media
house yang tidak memproduksi iklan, tapi sebagai penyalur iklan ke media-media massa
serta sebagai perencana stategis marketing. Mindshare ini merupakan anak perusahaan
atau rekanan dari WPP yang beroperasi secara world wide. Hampir sebagian besar
produsen produk menggunakan WPP untuk media planning-nya, bahkan banyak di antara
biro iklan yang jadi kliennya, contohnya Unilever.
Berdasarkan hasil survei Nielsen Company, belanja iklan pada kuartal 1/2009 di
berbagai media mencapai Rp10,363 triliun atau naik 19% dibandingkan periode yang
sama setahun sebelumnya yang senilai Rp8,71 triliun (Seputar Indonesia, 29 April 2009).
Dari tiga media yang disurvei Nielsen, televisi masih menguasai pangsa pasar terbesar
yakni 60% dari segi nilai dan 55% dari segi jumlah spot iklan. Posisi kedua ditempati
surat kabar dengan pangsa pasar sebesar 36% secara nilai dan 43% secara spot.
Sementara posisi ketiga dipegang oleh majalah dengan pangsa pasar 4% secara nilai dan
2% dalam hal spot.
Dari tabel di balanja iklan berdasarkan ketegori, penopang utama belanja iklan
pada kuartal I/2009 adalah pemerintah dan organisasi politik. Berdasarkan riset Nielsen
dari bulan Januari-Maret 2009, belanja iklan pemerintah dan organisasi politik mencapai
Rp1,065 triliun. Alasan utamanya adalah terkait dengan Pemilu 2009. Kuartal I/2009
memang merupakan massa kampanye Pemilu legislative 2009.
Tabl 3. Iklan Teratas Kuartal I/2009 Berdasarkan Kategori (dalam Rp miliar)
Kategori Kuartal I/2008 Kuartal I/2009 Perbandingan
Pemerintah, organisasi politik 289 1.065 269%
Layanan telk dan perlengkapan 818 845 3%
Korporasi dan layanan sosial 289 405 40%
Sepeda motor, skuter, dan sepeda 358 361 1%
Rokok 314 349 11%
Produk perawatan rambut 321 334 4%
Layanan hot-line, party line,
horoskop216 304 41%
Produk perawatan wajah 280 276 -1%
Media, rumah produksi 270 275 2%
Real estat, rumah, apartemen 214 223 4%Sumber: Koran Sindo (29 April 2009)
BAB VISTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IKLAN DI MEDIA MASSA
A. Media Cetak (Femina Group)
a. Produsen Langsung
Klien menghubungi AE atau sebaliknya, setelah presentasi dan perjanjian dibuat,
mendapat persetujuan menejer iklan. setelah itu AE meminta materi pada klien. Materi
iklan diberikan kepada bagian produksi. Bagian produksi akan memberikan dummy dan
layout penempatan halaman majalah. Contoh materi iklan yang sudah diprint dikirim ke
klien untuk disetujui lalu AE juga menyetujui. Setelah persetujuan diberikan, materi
dikembalikan kepada bagian produksi, lalu tim produksi memberikan ke percetakan
untuk kemudian dicetak.
Klien → Account Executive → Manager iklan → Produksi → AE → Klien
( materi approval) → AE Produksi → Percetakan → Majalah
b. Melalui Biro Iklan
Klien menghubungi Media House. Selanjutnya, media planner dan media buyer
akan menghubungi AE media atau bisa sebaliknya. Dari situ timbul kerjasama atas media
placement beserta harga. Setelah mendapat persetujuan dari manajer iklan, AE akan
meminta materi pada klien. Materi iklan diberikan kepada bagian produksi. Setelah itu
produksi akan memberikan dummy dan layout penempatan halaman majalah. Contoh
materi iklan yang sudah dicetak dikirim ke klien untuk approval, lalu AE juga meng-
approval. Materi diberikan kembali kepada bagian produksi, lalu produksi memberikan
ke percetakan.
Klien → Media Planner/Media Buyer → Account Executive → Manager iklan →
Produksi → AE → Media Buyer → Klien (materi approval) → AE Produksi →
Percetakan → Majalah
c. Contoh Kasus
Dalam majalan Men’s Health dan majalah-majalah lain di Femina Group, AE
bertugas menjual halaman majalah kepada klien baik yang sifatnya langsung ataupun
melalui biro iklan. Kemudian pihak majalah akan bertemu dengan media planner dan
media buyer untuk memasarkan tempat-tempat iklan yang masih kosong. Dalam
majalah, diskon biasa diberikan baik untuk klien lama atau baru. Namun, untuk klien
yang berhubungan langsung (produk), diberikan diskon lebih kecil daripada potongan
harga yang melalui biro iklan. Untuk biro iklan dapat diberikan diskon sampai dengan
40%, sedangkan untuk produk yang ditawarkan langsung ke media diberikan diskon
hanya 30%. Ketentuan besaran diskon tersebut bukan harga mati, karena semua masih
bisa berubah tergantung dari negosiasi pihak majalah dan klien serta kebijakan dari
masing-masing. Untuk tujuan pengawasan, setiap minggu GAM bertemu dengan
pimpinan tertinggi majalah untuk melaporkan progress report masing-masing majalah.
Grup Femina memiliki kriteria-kriteria untuk iklan yang akan diletakkan di
majalah-majalahnya. Kriteria iklan yang masuk di Femina Group antara lain:
- Melarang iklan Rokok, karena jajaran direksi dalam Grup Femina adalah wanita yang
antirokok dan tembakau. Femina group sering mengangkat artikel mengenai bahaya
rokok dan mendukung acara-acara yang berkampanye antirokok.
- Melarang iklan kondom dan alkohol, terkecuali majalah Men’s Health dengan catatan
dalam iklan alkohol tersebut, kadar alkohol produk tersebut tidak melebihi 40%.
- Iklan tidak boleh yang berbau SARA (agama, suku)
- Iklan yang masuk harus berdasarkan media profile tiap majalah masing-masing. Jadi
produk-produk yang beriklan harus sesuai dengan segmentasi/target market majalah
(merepresentasikan majalah).
- Melarang iklan politik. Tapi dalam setahun terakhir ini menjelang pemilu, CEO tidak
melarang hanya saja tidak boleh ada gambar muka/tokohnya. Hal yang terpenting
term pembayaran iklan politik harus 3 minggu sebelum tanggal edar, tidak boleh
lebih. Iklan politik tidak mendapatkan diskon sama sekali.
- Untuk iklan layanan masyarakat, baik dari langsung pemerintah atau lewat biro iklan,
Femina Group memberikan harga khusus (di atas diskon standar). Jika diskon
diberikan kepada produsen langsung 30%, biro iklan 40%, maka untuk iklan layanan
masyarakat diberikan 50%. Selain itu Materi juga harus dilihat, apakah cocok dengan
majalahnya. Hal yang terpenting, Femina Group mendukung iklan layanan
masyarakat ini asalkan sesuai dengan visi dan misi dari Femina Group sendiri.
Sebagai contoh, iklan layanan masyarakat antirokok sangat didukung oleh Femina
Group karena perusahaan sendiri melarang iklan rokok dan mendukung gerakan
antitembakau. Namun, dalam kasus lain, misalnya iklan layanan masyarakat
mencegah Aids. Dilihat kembali materinya apakah ada gambar atau image kondom?
Jika ada maka tidak bisa beriklan karena Femina Group sendiri melarang adanya
iklan kondom. Untuk iklan semi layanan masyarakat, contoh gerakan cuci tangan
(brand Lifebuoy), iklan ini tetap bisa masuk namun mendapat harga diskon standar.
B. Media Siar (Trans 7)
a. Iklan yang datang dari Produsen
Secara umum, alur atau flowchart yang ada di media siar sebagai berikut.
Klien → Account Executive → Marketing Planner → AE → Klien ( materi
approval) → AE Produksi → Televisi
Klien menghubungi AE atau sebaliknya, setelah presentasi dan perjanjian dibuat,
marketing planner akan memberi paket airtime ssesuai perjanjian. Setelah itu AE akan
memeriksa kembali perjanjian dan paket tersebut kemudian dikirimkan ke klien. Materi
yang sudah di-approve klien dan AE kemudian dibuat oleh tim produksi lalu siap untuk
disiarkan.
Karena kami tidak mendapatkan data mengenai bahasan ini dari Trans7 maka
kami menggunakan data yang kami dapat dari TPI. Flowchart di bawah ini
menggambarkan alur yang harus ditempuh oleh produsen jika ingin beriklan di TPI tanpa
melalui perantara biro iklan.
Brief Klien
PEMBUATAN PAKET SPONSOR / REGULAR
Check Paket apakah sudah sesuai dengan
Brief klien(PAB atau PBB)
Dikirim ke klien untuk approval
Klien Kirim PO & Approval Paket (bukti Transfer
jika PBB
Proses ke Traffic
Check kelengkapan PO
sales
Brief Klien
AE / Admin
Klien
AE / Admin
AE / Admin
Marketing Planner
AE
FLOW ORDER REGULAR
Flow Order Regular:
Pertama-tama klien akan melakukan ad brief untuk menerangkan deskripsi produk yang
akan diiklankan, keinginan bentuk iklan yang hendak disiarkan. Setelah itu, AE akan
menyampaikan ad brief yang dikemukakan klien untuk disampaikan ke pihak marketing
yang menentukan jenis pembuatan paket iklan regular/sponsor. Pihak AE/admin akan
melakukan pengecekan apakah paket yang dibuat sudah sesuai dengan keinginan klien.
Setelah melakukan pengecekan, AE akan mengirimkan pada klien untuk approval.
Klien yang sudah menerima informasi tentang paket akan melakukan approval dan
mengirim PO (project order) dan approval paket beserta bukti transfer (jika ada) kembali
ke bagian AE/admin untuk melakukan proses ke Traffic. Tentu saja Pihak AE/Admin
akan mengecek kelengkapan PO yang diterima dari klien. Di Traffic, kemudian proses
paket iklan klien mulai dikerjakan. Ketika semuanya selesai, maka materi siap untuk
diiklankan.
Flow Media Order Regular(TRAFFIC) Traffic Proses
PO
Campaign Details
System Gen 21 BMS
Clearence (sales)
MCR
Finance
Invoice + Log Proove
Finance Klien Finance TPI
Klien
Sales
Log
Traffic
b. Iklan yang datang dari Biro Iklan
Pertama-tama klien akan mem-booking briefing produk ke bagian AE/admin
untuk perkenalan informasi produk yang hendak diiklankan, pihak AE/admin akan
melakukan pengecekan CPRP produk tersebut dan membuat form paket. Marketing
selanjutnya akan membuat media schedule, AE/Admin akan mengecek kembali apakah
media schedule sudah sesuai dengan booking brief. Selanjutnya, media schedule tersebut
akan disampaikan kembali pada klien untuk approval oleh AE/admin. Setelah approval,
klien akan mengirim project order ke bagian AE/Admin dan mereka mengecek PO klien.
AE/Admin siap melanjutkan proses ke Traffic sampai akhirnya tayang di layar televisi..
Booking Brief berupa: gambaran iklan beserta persyaratan yang dikemukakan oleh klien
perusahaan. Dibuat oleh media house dalam contoh stasiun tv TPI: Nestle menggunakan
media house Mindshare.
FLOW ORDER CPRP
Booking Brief Klien
Pembuatan Media Schedule
AE & Admin Check Perhitungan CPRP nya
Check Perhitungan CPRP nya pembuatan
Form paket
Check Media Schedule apakah
sudah sesuai dengan Booking Brief
Dikirim ke klien untuk approval
Klien Kirim PO
Proses ke Traffic
Check PO klien
AE / ADMIN
MARKETING PLANNER
AE / ADMIN
AE / ADMIN
KLIEN
KLIEN
AE / ADMIN
AE / ADMIN
Flow Media Order CPRP(TRAFFIC) Traffic Proses
PO
Campaign Details
System Gen 21 BMS
Clearence (sales)
MCR
Finance
Invoice + Log Proove
Finance Klien Finance TPI
Marketing
Sales
Log
Traffic
Marketing Post Buy +/- 5 %
c. Pemblian Iklan TV
1. Pembelian Spot Iklan di Televisi
Pembelian program televisi (waktu tv) merupakan tahapan khusus dalam bisnis
periklanan. Pemasang iklan bisa membeli waktu dalam format program yang mempunyai
tipe dan jumlah pemirsa yang bermacam-macam. Mereka bisa membeli dalam skala
nasional, regional atau lokal, terutama di luar negeri. Mereka juga bisa menjadi sponsor
suatu program, berpartisipasi dalam sponsorship atau menggunakan spot waktu selama
atau di antara program berlangsung. Pada umumnya perusahaan menggunakan jasa
agensi yang khusus menangani atau mengatur pembelian waktu tv.
2. 5 tingkatan dalam pembelian spot airing/iklan :
- Sponsorship : menjadi pendukung dana utama suatu acara. Sponsorship adalah
tingkatan yang paling mahal. Contoh : produk Toshiba menjadi sponsorship pada
program musik spesial. Keuntungannya adalah pada acara musik spesial ini pembawa
acara akan menyebutkan brand sponsor utama. Benefit lain adalah sponsor utama
mendapatkan spot iklan pada tempat pertama dan terakhir dari commercial break.
Tentunya hal ini sangat menguntungkan, karena harga first dan last dari commercial
break biasanya lebih mahal dan juga tingkat awareness masyarakat lebih tinggi daripada
spot ditegah dari commercial break.
Terlampir harga dari sponsorship
- Blocking segment : contoh pada acara Empat Mata produk Top1 melakukan blocking
segment dengan cara penonton di studio Empat Mata menggunakan kaos berlogo Top1,
di meja yang digunakan oleh Tukul terletak mug atau tempat tisu yang ber logo Top1.
Terlampir harga dari blocking segment
3. Paket : pengiklan memberikan budget kepada pihak Trans7, nantinya pihak Trans7
memberikan paket iklan sesuai budget yang dimiliki oleh pengiklan, Spot iklan bisa
ditentukan oleh pengiklan bisa juga dari pihak trans7 yang menawarkan iklan dari
pihak pengiklan dari mau di pasang di spot mana pada acara apa. Contoh pengiklan
bisa menentukan iklannya mau diiklankan pada program apa, jam berapa, spotnya
dimana.
Terlampir harga dari sponsorship
4. ROS : Run of Section tingkatnya lebih tinggi dari CSPR. Hampir sama dengan CSPR
namun iklan ROS akan lebih diutamakan daripada iklan CSPR jika ada iklan yang
mau di take out.
5. Cost Per Rating Point : adalah tingkatan terendah dari cara pembelian spot airing.
Biasanya produk-produk yang melakukan airing adalah produk-produk yang tidak
memerlukan brand awareness yang besar, namun hanya untuk memberitahukan
kepada masyarakat bahwa produk ini ada, contoh : iklan bumbu dapur, iklan snack.
Kerugian dari CPRP ini adalah jika dalam suatu commercial break di suatu program
acara akan ada iklan CPRP, namun ternyata ada sebuah produk yang beriklan paket
mau beriklan di spot ini, maka yang akan lebih diutamakan adalah iklan sponsorship,
blocking segment, paket maupun ROS. Maka nantinya iklan CPRP ini akan di take
out atau tidak ditayangkan, namun akan diganti spotnya oleh pihak Trans7. Pengiklan
tidak bisa menentukan iklannya mau diiklankan di program mana, jam berapa, spot
mana dan yang menentukan adalah pihak Trans7.
BAB VIIKESIMPULAN
Dalam industri media, iklan dan media massa saling mendukung sebagai sebuah
entitas bisnis. Produsen pun dapat memasarkan iklannya dengan beberapa cara, di
antaranya langsung ke media massa, melalui biro iklan yang full service advertising, atau
hanya menggunakan jasa media house untuk media planning dan media buying. Masing-
masing cara memiliki keuntungan dan kekurangan.
Selain dari pihak biro iklan, di dalam media sendiri mempunyai divisi yang
menangani langsung sirkulasi iklan di media tersebut. Salah satu pertimbangan dalam
pemilihan iklan oleh media adalah nilai visi dan misi atau ideologi si media. Tak heran
jika Femina Group menolak produk rokok untuk beriklan di media-medianya.
Dewasa ini, fungsi advertising agency mulai tergantikan oleh media house.
Produsen yang memiliki rumah produksi sendiri lebih memilih untuk membuat materi
iklannya dan menyerahkan penempatan iklan di media oleh media spesialist, atau istilah
populernya media house. Budget yang dikeluarkan oleh pengiklan jika menggunakan
media house, karena mereka tidak perlu membayar creative fee untuk biro iklan sebagai
jasa pembuatan materi kreatif.
Namun demikian, masih banyak pengiklan yang memilih biro iklan. Kelebihan
biro iklan yang menawarkan jasa full service (branding, positioning, produksi, dan media
placement). Hal ini memudahkan pihak marketing communication perusahaan pengiklan
tidak membuang waktuya untuk membuat strategi komunikasi dan produksi iklan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Linggal M. Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Cahyono, A.D. Kuartal I, Belanja Iklan Rp10T. Koran Seputar Indonesia, 29 April 2009 hal 13
Croteau, D and W. Hoynes. Medis/Society: Industries, Images, and Audiences. United States: Pine Forge Press, 1997
Dewi, L. D. R. Media Massa dalam Pendekatan Ekonomi Politik. Jurnal. Diunduh dari: http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=92225
Dominick, J.R. The Dynamics of Mass Communication, Media in the Digital Age. 10th Edition. New York: Mc Graw-Hill (no year stipulated)
http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2007/06/12/perkembangan-biro-iklan-di-indonesia/
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php.
http://pwi.or.id/index.php/Pressedia/C-dari-Ensiklopedi-Pers-Indonesia-EPI.html
http://videoperiklanan.blogspot.com/2009/01/management-biro-iklan.html
Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah University Press, 2006
Sudibyo, A. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKiS bekerja sama dengan ISAI, 2004
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Edisi Ke-8. Jakarta: Kencana, 2008
www. http://dwisapta.com/#