BAB IV STUDI HERMENEUTIK TERHADAP TEKS LUKAS...
Transcript of BAB IV STUDI HERMENEUTIK TERHADAP TEKS LUKAS...
-
BAB IV
STUDI HERMENEUTIK TERHADAP TEKS LUKAS 23:1-25
4.1. Pendahuluan
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, konteks sosio-politik
mempengaruhi situasi peradilan pada zaman Yesus dan konteks ini juga bisa mempengaruhi
keputusan Pilatus terhadap hukuman mati Yesus. Dengan pemikiran ini, penulis ingin melakukan
penafsiran terhadap teks Injil Lukas 23:1-25, terutama dalam kaitannya dengan keputusan Pilatus
menurut Injil Lukas. Studi ini diarahkan untuk melihat bagaimana pemahaman Injil Lukas
terhadap keputusan Pilatus tentang peradilan Yesus dan juga peradilan Yesus dilihat dari konteks
sosio-politk pada zaman itu.
Dalam melihat keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus menurut Injil Lukas 23:1-
25 maka penulis memfokuskan pada analisa sosio-politik. Melalui analisa sosio-politik
setidaknya dapat menjelaskan dan memberi gambaran tentang situasi yang terjadi pada saat
peradilan Yesus yaitu apa yang dilakukan Pilatus pada saat peradilan Yesus, apa yang
melatarbelakangi Pilatus mengambil keputusan itu, apa isi keputusan itu dan dampak yang
terjadi ketika Pilatus mengambil keputusan tersebut.
Sebelum melakukan penafsiran dan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pemahaman Injil Lukas terhadap keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus, maka penulis
akan menguraikan analisa dan persoalan teks yaitu penulis menggunakan kritik aparatus, kritik
kebahasaan dan penulis akan menafsir Injil Lukas 23:1-25 dan menutupnya dengan kesimpulan
yang merupakan inti dari tulisan ini
-
4.2. Persoalan teks
4.2.1. Kritik Aparatus
Hayes mengatakan bahwa naskah-naskah Alkitab yang asli itu sendiri sejauh penelitian
ini tidak ada, yang ada hanyalah naskah-naskah asli yang berupa salinan-salinan kuno. Hal ini
menyebabkan ada berbagai ragam jenis variasi teks untuk tulisan-tulisan Alkitabiah, seperti:
variasi-variasi di antara naskah-naskah tulisan dalam bahasa aslinya, variasi dalam terjemahan
kuno, variasi di antara naskah-naskah tulisan kuno dalam bahasa asli dan naskah tulisan dari
terjemahan kuno, dan variasi kutipan-kutipan pada karya-karya tulis Yahudi dan Kristen.
Biasanya variasi semacam ini ditimbulkan oleh kerusakan teks itu sendiri, baik secara tidak
sengaja maupun disengaja. Keadaan teks asli sewaktu ditemukan tidak utuh (berlubang-lubang)
sehingga hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi para penyalin untuk meraba dan
memperkirakan mengenai kata per kata dari teks yang terhilang. Tentunya ini mengakibatkan
tidak seratus persen (ada banyak perubahan) pada naskah itu ketika disalin. Kemudian, naskah-
naskah tulisan kuno ini digunakan dalam rentang waktu yang cukup panjang dan mengalami
penyalinan kembali beserta terjemahannya.45
Hayes menambahkan juga lokasi geografis menjadi penentu salinan-salinan itu
mempunyai rumpun-rumpun tersendiri terutama dalam Perjanjian Baru sehingga para peneliti
tidak terlalu sukar untuk menggolongkan naska-naskah itu dan memeliharanya. Oleh karena itu
kritik teks ini menaruh perhatian besar pada kritik aparatus (yang memberikan perhatian kritis
terhadap kasus-kasus aparatus pada setiap kata-kata yang mengalami perubahan baik diganti,
Hayes dan Holladay, Pedoman Penafsir Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 39-40.
-
dihilangkan, disisipkan, diubah susunannya, dan lain-lain di dalam teks Injil Lukas 23:1-25),
dan kritik kebahasaan (yang memberikan perhatian bagi struktur bahasa dan perannya di dalam
teks itu sendiri. Selain itu, kritik ini membahas tentang kata-kata yang ada di dalam teks yang
artinya berpengaruh terhadap teks itu sendiri, misalnya Herodes, mengolok-olok, salibkan Dia
dan lain sebagainya). Selain itu juga kritik teks bertujuan untuk menentukan proses penerusan
teks dan timbulnya bentuk-bentuk varian teks yang beragam, dan untuk menentukan susunan
kata yang asli jika dinilai mungkin atau terjangkau, dan untuk menentukan bentuk dan susunan
kata yang terbaik dari teks yang pembaca modern harus dipakai.46
Dalam Lukas 23:1-25 didapati ada empat ayat yang mengalami baik perubahan,
penyisipan, penggantian, dan penghilangan di masing-masing katanya Yaitu ayat 11, 15, 16 dan
23. Pembahasan persoalan yang pertama adalah Lukas 23:11 kasusnya adalah dalam kata
kai. o` ~Hrw,|dhj.47 Kata kai. o` ~Hrw,|dhj dalam teks ini mendapat
perubahan sehingga tiga versi hadir untuk menentukan ketegasan teks ini. Namun sebelum
menganalisa lebih jauh maka perlu kita ketahui bahwa, tingkat keragu-raguan teks ini cukup
besar. Kata kai sendiri kehadirannya dan kedudukannya dalam teks dipandang masih dalam
perdebatan. Kedudukannya sendiri dalam kalimat ini merupakan kata kelima setelah kata
auvtou/.. Dalam aturan tata bahasa, biasanya ada kemungkinan hanya sebagai penegas saja
untuk menjelaskan dua objek yang berbeda.
Hayes dan Holladay, Pedoman Penafsir Alkitab, 44. Penulis juga menggunakan sumber-sumber yang
akan dipakai sebagai alat untuk menganalisa kasus-kasus apparatus teks Injil Lukas 23:1-25, yaitu Alkitab Perjanjian Baru Yunani-Indonesia (Jakarta LAI, 2002); copyright (c) 2003 Bible Works, LLC version 6.0.005y; Newmman, Barclay M. Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006).
Katakai mendapat tanda kurung siku yang berarti kehadiran dan kedudukannya dalam teks dianggap
masih dalam perdebatan.
-
Pada versi yang pertama, kata kai.ditulis begitu saja tanpa ada tanda kawalan, setelah itu
diikuti oleh teks o` ~Hrw,|dhj ada kemungkinan pada abad ke-III perdebatan kata ini tidak
menjadi begitu penting karena tidak mempengaruhi isi kalimat dan kondisi bacaan terhadap
maksud kalimat sehingga tidak terlalu signifikan ketika tidak dikawal tanda kurung untuk
pemahaman bagi pembacanya. namun teks yang lain tidak mengalami perubahan.48
Pada versi kedua, kata kaidihilangkan sehingga menggunakan o` ~Hrw,|dhj saja.
Sehingga terjemahannya menjadi Herodes yang menjelaskan tentang raja Herodes itu sendiri.
Dalam keterangan bahwa teks ini dipertahankan sampai abad X.49
Pada versi ketiga, kata kai o` dihilangkan dalam teks dan hanya menggunakan
Hrw,|dhj saja.50 Melihat dari ketiga versi ini yang memiliki masalah teks yang berbeda pada
versi pertama tidak mengalami penambahan dan pengurangan kata dalam teks tersebut yaitu
kai. o` ~Hrw,|dhj versi pertama diawali dengan naskah huruf ini merupakan teks
berwibawa dan paling tua yaitu sekitar abad III. Versi yang pertama lebih berani untuk tidak
mencantumkan tanda siku namun kalimatnya tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada versi
kedua hanya berbeda satu abad dengan versi pertama yaitu versi kedua sekitar abad IV. Versi ini
menghilangkan kata kai kata ini mempunyai fungsi yaitu kai yang artinya kata keterangan
Pendapat mengenai ketiga kata ini ada tiga versi, pertama, versi yang sesuai dengan teks tetapi kata
kai tidak dikawal oleh tanda kurung siku [ ] tanda ini merupakan tanda yang digunakan untuk mengapit kata-kata (atau sejumlah kata) yang kehadiran atau kedudukannya dalam teks masih dalam perdebatan . pada versi ini ketiga kata tersebut mendapat huruf C yang artinya tingkat keragu-raguan cukup besar. Selain itu, ketiga kata ini masuk dalam kategori (sekitar abad ke-III ), unsial (sekitar abad IV di London).
Teks dalam versi kedua ini digunakan oleh Bapak Gereja Philo-Carpasia untuk tulisannya beliau adalah
seorang Bapak Gereja yang berasal dari Carpasia yang tulisannya mengacu pada Lukas 23:11 sekitar abad keempat.
Versi ketiga ini didukung oleh unsial W (sekitar abad V di Washington). Didukung juga oleh lambang
yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.
-
versi ini menghilangkan kata keterangan dan langsung saja menggunakan o` Hrw,|dhj.
Walaupun versi ini menghilangkan kata sandang namun masih ada kai sebagai kata keterangan
untuk menunjukan tentang Herodes itu sendiri. Versi ketiga lebih banyak mengalami perubahan
yaitu tidak menggunakan kai o`, dan hanya menggunakan kata Hrw,|dhj. Versi ini
penyalin tidak melihat kata keterangan dan juga kata sandang sehingga langsung saja
menggunakan kata Hrw,|dhj. Melihat dari ketiga versi teks di atas dan penjabarannya maka
penulis lebih memilih versi pertama. Karena alasan yang pertama, versi ini tidak mendapatkan
penambahan atau pengurangan kata dalam teks tersebut hanya tanda kurung yang tidak
digunakan. Pada versi ini yang sesuai dengan teks. Kemudian versi ini didukung oleh kategori
75 sekitar abad III, lebih awal dibandingkan dengan versi kedua dan ketiga penulis memilih
versi pertama karena kewibawaan teks tetap terus terjaga dalam teks.
Selanjutnya teks yang bermasalah terdapat dalam Lukas 23:15 dalam kata
avne,pemyen ga.r auvto.n pro.j h`ma/j( dalam teks ini mendapat perubahan
sehingga lima versi hadir untuk menegaskan teks ini. Versi pertama dinilai A dengan Unsial
versi ini sesuai dengan teks.51
Versi kedua, versi ini mengalami perubahan diakhir kalimat yaitu dari h`ma/j berubah
menjadi uvma/j yang artinya kami atau kita, berubah menjadi uvma/j, arti dari kata
Pendapat mengenai kelima kata ini ada lima versi, pertama, versi yang sesuai dengan teks, pada kelima
kata ini mendapat huruf A yang artinya secara yakin teks ini dapat dikatakan asli. Selain itu kelima kata ini masuk dalam kategori 75 (sekitar abad III), unsial (sekitar abad IV di London). Didukung juga oleh lambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.
-
uvma/j ini adalah kalian, kata ganti orang ke-2 jamak, akusatif, yang berasal dari kata su,.52
Versi kedua ini Sangat sedikit pendukungnya. Versi ini kemungkinan besar pembuktiannya
sekitar abad XIII dan tidak diketahui sampai kapan teks ini dipertahankan sehingga penulis
sangat ragu memilih teks ini.
Pada versi ketiga teks ini pun mengalami perubahan yaitu menjadi avne,pemyen ga.r
uvma/j pro.j auvto.n. avne,pemyen yang berarti mengirim (keatas) atau mengirim
kembali kata ini termasuk dalam kata kerja indikatif aorist aktif. ga.r yang berarti karena,
memang; kata sambung. uvma/j yang berarti aku, ku, kata ganti akusatif bentuk jamak.
pro.j yang berarti kepada, agar, demi, supaya, kata depan akusatif jamak. Dan perubahan
yang terakhir ini adalah auvto.n yang berarti Diri sendiri, yang sama, dia atau mereka, kata
ganti akusativ maskulin bentuk tunggal. Sehingga bisa diterjemahkan menjadi untuk itu aku
mengirim kembali Dia kepada mereka.53
Versi keempat juga mengalami perubahan yaitu menjadi avne,pemyen ga.r auvto.n
pro.j auvto.n. pada versi keempat ini bukti-bukti yang mendukung versi ini juga sangat
Versi kedua ini didukung oleh f13 family 13, yaitu sekelompok naskah-naskah Yunani yang dilukiskan
untukk pertama kali oleh Ferar.Didukung juga oleh lambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.
Versi ini didukung oleh unsial A (abad V di London). Didukung juga olehlambang yang menjelaskan
bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut. Kemudian didukung juga oleh f1
family 1sekelompok naskah-naskah Yunani yang dilukiskan untuk pertama kali oleh Lake. Didukung juga oleh seorang Bapak Gereja Augustine dari Hippo yang menggunakan atau merujuk injil ini (keempat Injil Matius, Markus dan Yohanes) dalam karyanya Harmony of the Gospels sekitar tahun 354-430 M.
-
sedikit, bahkan ada minuskul dan unsial yang tidak memiliki penjelasan sama sekali, sehingga
penulis merasa teks ini memiliki tingkat keragu-raguan yang cukup tinggi.54
Versi kelima ini ada perubahan di awal kata yaitu avne,pemyen berubah menjadi
avne,pemya ga.r auvto.n pro.j auvto.n. yang mendukung versi ini juga sangat
sedikit, buktinya bahwa teks ini ditemukan sekitar abad XI di Athen, setelah itu penjelasan
tentang apakah teks ini dipertahankan atau tidak pun tidak jelas, sehingga penulis merasa sangat
ragu dengan teks ini.55
Melihat dari kelima versi yang muncul untuk menentukan dan menegaskan teks ini maka
penulis memilih versi pertama yaitu kata avne,pemyen ga.r auvto.n pro.j h`ma/j
. walaupun pada versi ini bukti luar yang mendukungnya hanya sedikit, dibandingkan dengan
versi lain maka versi pertama merupakan teks tertua yaitu sekitar abad III dan dinilai dengan
huruf A di mana tidak ada keraguan dalam teks tersebut, sehingga versi pertama merupakan
pilihan dari penulis.
Selanjutnya persoalan aparatus terdapat dalam Lukas 23:16. Ada tiga versi yang hadir untuk
menegaskan teks ini, pertama, versi ini diberi huruf A yakni teks ini secara yakin dapat dikatakan
asli. Versi ini pun dijelaskan dalam Alkitab Perjanjian Baru Yunani-Indonesia bahwa teks ini
mengalami (omit verse atau ayat yang dihilangkan).56
Pendukung versi ini adalah unsialini adalah sebuah daftar bacaan Kitab Suci ditandai dengan angka dan
dicetak agak naik dibelakangnya.
Didukung oleh minuskul Yunani nomor 788 (sekitar abad XII, di Athena).
Versi pertama ini diberi huruf A yaitu teks ini secara yakin dapat dikatakan asli. Didukung juga oleh75
yaitu sekitar adab III di Paris. Didukung juga oleh lambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.
-
Versi kedua, versi ini memasukan ayat (include verse) dan Juga menggunakan sedikit variasi.
Pada versi yang kedua didukung oleh berbagai minuskul dan juga unsial yang merupakan bukti
luar yang cukup berwibawa yaitu unsial , W, , , . Versi ini merupakan versi yang dikatakan
include verse (memasukan ayat), Juga menggunakan sedikit variasi. Sehingga teks tersebut
vavvnagkh de eicevvn apoluein autoij kata eorthvvn evna. Versi kedua
ini merupakan Kanon Eusebian yang digunakan oleh Augustine juga. Versi ini diterjemahkan
sekitar abad V dan dipertahankan samapai XII.57
Versi ketiga, versi ini juga memasukan ayat (include verse). kesan penulis terhadap versi ini
adalah sangat ragu-ragu, karena bukti luar yang mendukung versi ini hanya empat dan hanya
bukti luar satu saja yang berwibawa sedangkan tiga bukti lainnya tidak berwibawa.58
Melihat dari ketiga versi yang hadir untuk menegaskan teks ini maka penulis memilih versi
pertama, karena versi pertama didukung oleh bukti yang berwibawa yaitu minuskul pada
awal abad III. Didukung oleh minuskul Yunani nomor 1241, 070, 892. Versi ini diterjemahkan
kira-kira pada awal abad III dan dipertahankan sampai pada abad XIII. Walaupun teks tersebut
dihilangkan tetapi karena teks ini dinilai A, dan didukung oleh bukti luar yang berwibawa.
Selanjutnya permasalahan aparatus terdapat dalam Lukas 23:23. Dalam permasalahan teks
ini maka hadir empat versi teks yang berusaha untuk menegaskan teks tersebut. versi yang
pertama ini sesuai dengan teks. Versi yang pertama diberi huruf B yakni menunjukan bahwa
Versi kedua ini didukung olelambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud
oleh penulis asli dari naskah tersebut. Juga didukung oleh , sekitar abad IV di London. Kemudian didukung juga oleh f1 family 1sekelompok naskah-naskah Yunani yang dilukiskan untuk pertama kali oleh Lake.
Didukung oleh minuskul Yunani nomor 17 (abad IX, di Paris). Didukung juga oleh yang menjelaskan
bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.
-
adanya sedikit keragu-raguan pada teks ini. Versi pertama ini didukung juga oleh bukti-bukti
luar yang berwibawa, termasuk Augustine juga menggunakan teks ini.59
Versi kedua, versi ini tidak sesuai dengan teks dimana ada perubahan teks yaitu menjadi
auvtw/n twn arcierew.60 Melihat dari bukti-bukti pendukung maka penulis masih sangat
ragu-ragu menggunakan versi untuk analisa. Karena bukti-bukti tersebut tidak terlalu berwibawa
apalagi mengalami perubahan teks.
Versi ketiga, versi ketiga juga mengalami perubahan yang besar yaitu auvtw/n kai twn arcontwn kai twn arcierewn..61
Versi keempat, termasuk dalam omit kai.katiscuon autwn. Versi ini yang mendukung pun hanya dua minuskul saja.62
Dari penjelasan keempat versi pendukung ayat 23 ini maka penulis lebih memilih versi
pertama, karena versi yang pertama sesuai dengan teks, kemudian didukung oleh bukti luar
berwibawa, dan teks ini merupakan teks tertua yaitu sekitar abad III, sehingga penulis memilih
versi pertama karena berwibawa.
4.2.2. Persoalan teks yang berkaitan dengan bahasa
Versi ini didukung oleh75 yaitu sekitar adab III di Paris. Didukung juga oleh lambang yang
menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut. Diberi huruf B yaitu adanya sedikit keragu-raguan terhadap teks ini.
Versi pertama ini didukung oleh unsial A yaitu sekitar abad V di London. Kemudian didukung oleh
unsial75 yaitu sekitar adab III di Paris. Augustine dari Philo juga menggunakan teks ini dalam tulisannya.
Versi ini mengalami perubahan kata-kata yaitu auvtw/n kai twn arcontwn kai twn
arcierewn. versi ini juga didukung hanya oleh 1 pendukung saja yaitu minuskul Yunani nomor 1424 yaitu sekitar abad IX/X, di chicago.
Vesi ini didukung oleh minuskul Yunani nomor 184 (penjelasannya tidak ada secara rinci). Kemudian
Unsial ini adalah sebuah daftar bacaan Kitab Suci ditandai dengan angka dan dicetak agak naik dibelakangnya.
-
Peran Lukas dalam menggambarkan situasi perpolitikan di kalangan para imam begitu
besar. Hal ini dapat dilihat melalui ayat yang kedua pada kata Ia adalah Kristus, yang dalam
bahasa Yunaninya e`auto.n cristo.n di mana posisi kata e`auto.n sebagai
pengungkapan penegasan perwakilan diri seseorang. Melalui penegasan inilah (pilihan kata ini)
yang dicemas-cemaskan oleh kalangan para imam Yahudi dan Yesus dalam kasus ini dituduh
sebagai penghujat Allah.
Selain menggambarkan kekuasaan di kalangan imam Yahudi, Lukas juga
mengidentifikasi adanya dua kekuatan besar, Pilatus dan Herodes, yang muncul pada masa
Yesus. Perihal hubungannya yang baik atau tidak, para tokoh mengatakan seperti Leks dan
Barclay bahwa mereka berdua dahulu berseteru namun tidak dijelaskan secara rinci perseteruan
tersebut. hanya saja kalimat ini ingin mengatakan bahwa dua kekuasaan ini berdamai kembali. 63
Kemudian dengan berpatokan pada kritik aparatus maka penulis berpendapat bahwa
pemakaian kata kai. o` ~Hrw,|dhj masih dalam perdebatan dan keragu-raguan yang
cukup tinggi. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa mungkin saja Herodes tidak ikut
mengolok Yesus. Menurut penulis kata Herodes digunakan untuk memperkuat pernyataan yang
menyatakan bahwa Herodes benar-benar tidak menyukai Yesus. Penulis berpendapat bahwa
dalam ayat 11 tanpa menggunakan subjeknya yaitu Herodes sudah bisa menunjukan bahwa kata
itu tidak mempengaruhi ayat-ayat sebelumnya karena ketika dilihat dari ayat 8-12 dapat
dipahami bahwa sudah ada penolakan Herodes terhadap Yesus.
63 Lih. Juga ayat 12.
-
Berdasarkan konteks sosio-politik Injil Lukas 23:1-25 penulis beranggapan bahwa
penolakan Herodes terhadap Yesus juga karena kemungkinan Herodes tidak mau ada orang lain
yang menandingi kekuasaannya pada saat itu. Herodes yang dimaksud dalam ayat 11 ini adalah
Herodes yang berkuasa atas wilayah Galilea.64 Ayat ini juga menyatakan bahwa Yesus dikirim
kembali kehadapan Pilatus alasannya karena kedudukan Pilatus lebih tinggi dari pada Herodes
sehingga keputusannya mutlak. Di atas penulis telah menjelaskan bahwa melihat dari teks yang
ada maka mungkin saja Herodes tidak mengolok Yesus. Menurut penulis bisa ditambahkan juga
bahwa disamping mengolok Yesus sebelumnya sudah muncul rasa ketidaksukaan Herodes
terhadap Yesus yang pada saat itu hadir, terkenal dan melakukan mujizat di wilayahnya tanpa
izin, sehingga Herodes hanya berusaha memberikan pertanyaan-pertanyan yang memancing
Yesus untuk menunjukan kuasanya. Namun penulis juga punya pemikiran lainnya yaitu, apakah
etis seorang raja Herodes yang otomatis tahu tentang tata krama, etika, sosial, pola pemikiran
dan cara berbicara yang baik nekad mengolok Yesus di hadapan orang banyak. Apakah hal itu
tidak mempertontonkan kebodohan seorang raja kepada rakyatnya dengan cara mengolok!
Mengapa Herodes tidak menginvestigasi Yesus dengan teliti apakah benar tuduhan-tuduhan itu
tanpa harus mengeluarkan kata olokan. Sehingga di atas penulis menjelaskan bahwa di samping
olokan yang dilakukan oleh Herodes dibarengi juga dengan ketidaksukaan Herodes terhadap
Yesus, karena ketika muncul rasa ketidaksukaan terhadap orang lain maka otomatis ada olokan-
olokan yang keluar untuk merendahkan dan mempermalukan orang itu. Sehingga kata
ketidaksukaan Herodes terhadap Yesus pun perlu dimasukkan untuk memperlengkap pernyataan
itu.
B. F. Walker, Konkordansi Alkitab (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1994), 168.
-
Pada ayat 15 tidak ada keterangan mengenai obyek dari kalimat tersebut LAI hanya
menggunakan kata kami untuk menjelaskan kata h`ma/j. Menurut Leks, kata kami biasa
diucapkan oleh atasan atau penguasa bangsa Eropa zaman dulu.65 Akan tetapi Abineno sendiri
berpendapat bahwa kami di sini mengacu pada yang pertama adalah, imam-imam kepala dan
seluruh orang banyak yang hadir pada pemeriksaan itu.66 Akan tetapi berdasarkan konteksnya
maka penulis berpendapat bahwa h`ma/j mengacu pada Pilatus, imam-imam kepala,
pemimpin-pemimpin serta rakyat yang ada pada saat itu. Menurut penulis bahwa, dilihat dari
sistem pemerintahan yang terjadi pada saat itu, di mana Herodes sendiri merupakan raja yang
daerah kekuasaannya hanya di wilayah Galilea, sedangkan Pilatus sendiri merupakan wali negeri
Roma otomatis Pilatus masih memiliki kekuasaan yang tinggi dibandingkan dengan Herodes.
Sehingga, peran Herodes tidak terlalu signifikan terhadap Yesus. Setelah didapati kembali Yesus
di hadapan Pilatus, Pilatus mencoba berdiskusi dengan warga Yahudi (mengacu pada kata
h`ma/j yang artinya kami ) mengenai hukuman yang layak sehingga ia melakukan penegasan
tiga kali bahwa tidak ditemukan kesalahan pada Yesus.
Berdasarkan kritik teks ayat 16 ini mengalami penghilangan teks pada ayat 17. Menurut
Leks, seluruh kalimat dalam ayat 17 diberi tanda kurung karena teks ini tidak tercantum dalam
banyak naskah kuno. Leks berpendapat bahwa, diduga kalimat ini dimasukan ke dalam teks ini
kemudian, karena pengaruh Mat 27:15 atau Mrk 15:6 atau mau membenarkan teriakan yang
tercantum dalam ayat 18.67 Penulis berpendapat bahwa ada beberapa alasan mengapa ayat ini
Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 617
Lihat penjelasan BAB II halaman 16.
Stefan Leks, 617.
-
dihilangkan. Alasan yang pertama mungkin tidak ditemukan serpihan mengenai ayat ini. Alasan
yang kedua mungkin ayat ini tidak penting sehingga pengarang Lukas tidak mencantumkannya.
Akan tetapi TB-LAI menambahkan ayat tersebut kemungkinan untuk mempertegas ayat
sebelumnya yaitu jika dikaitkan dengan tradisi Romawi pada saat itu bahwa ketika hari raya
paskah tiba maka, harus ada satu tahanan yang dilepaskan dari hukumannya. Tradisi ini yang
membuat Pilatus mengalami situasi yang sangat sulit mengambil keputusan untuk melepaskan
Yesus atau Barabas. Namun, dengan ini tidak mengurangi arti dari bacaan tersebut. oleh karena
itu menurut penulis ayat ini dihilangkan ataupun dimasukan dalam teks ini tidak terlalu
mengurangi dan mempengaruhi makna yang sebenarnya dari ayat-ayat sebelumnya.
Dalam ayat 23 kata auvtw/n yang berasal dari kata auvto.j berfungsi sebagai kata
ganti genitif kalimat tersebut yang artinya mereka. Akan tetapi tidak dijelaskan mereka ini
dimaksudkan kepada siapa. Namun menurut penulis mereka yang dimaksudkan di sini adalah
rakyat yang ada pada saat itu, kemudian para ahli-ahli taurat dan imam-imam kepala yang
menuduh Yesus dengan tuduhan palsu mereka. Dan pemakaian kata auvtw/n ini juga
diartikan oleh Barclay sebagai orang-orang Yahudi.68 Leks mengartikan kata mereka di sini
adalah massa atau rakyat. Namun penulis tidak sependapat dengan dua ahli di atas, penulis lebih
condong menggunakan kata mereka itu menunjuk pada keseluruhan orang yang ada pada saat itu
yakni ahli-ahli taurat, imam-imam kepala dan para pejabat Romawi. Menurut penulis, dalam ayat
sebelumnya yakni ayat 22 Pilatus mulai berunding dengan auvtw/n yang artinya mereka yaitu
para imam kepala, orang-orang Yahudi dan para pejabat tinggi Romawi memutuskan hukuman
bagi Yesus. Pilatus bukanlah seorang pejabat Romawi yang tidak tahu tentang sistem peradilan
William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari Lukas, 413.
-
Romawi yang benar. Oleh karena itu ia tidak mau menghukum mati Yesus karena ia begitu sadar
bahwa dengan menghukum mati Yesus ia akan mengkhianati keadailan Romawi yang begitu
dijunjung tinggi. Akan tetapi ada kalimat kunci dari Lukas untuk menunjukan atau
mengindikasikan alasan kuat Pilatus mengabulkan permintaan hukuman mereka, yaitu teriakan-
teriakan warga mengenai penyaliban Yesus. Artinya, Lukas ingin menunjukan bahwa Pilatus
dipaksa oleh keadaan. Menurut penulis, suasana penegasan ketiga kali oleh Pilatus dan teriakan-
teriakan orang banyak merupakan intrik penulis injil Lukas ini untuk memberitahu siapa yang
berperan besar terhadap keputusan tersebut.
4.3. Peradilan Yesus
4.3.1. Dialog Pilatus dan Yesus
Cerita tentang peradilan Yesus di hadapan Pilatus merupakan suatu kisah yang menarik
untuk disimak, cerita ini mau menjelaskan tentang pentingnya suatu keadilan yang harus
ditegakan dan diputuskan di tengah banyak pertentangan dan ancaman yang cukup berat. Kisah
ini dimunculkan dalam tiga Injil sinoptik yaitu Matius, Markus dan Lukas. Namun, penulis tidak
membahas ketiga injil tersebut tetapi, penulis akan meneliti dan menganalisa dari teks Lukas
23:1-25 yang dititik beratkan dalam konteks sosio-politiknya. Sebelum Yesus dibawa ke hadapan
Pilatus Yesus pertama kali diperiksa oleh Sanhedrin. Sanhedrin adalah dewan tertinggi agama
Yahudi.69 Kenyataannya bahwa perkara-perkara orang Yahudi tidak pernah dibawa ke hadapan
gubernur, karena mereka mempunyai lembaga peradilan sendiri. Ketika Yesus berada di hadapan
Sanhedrin, maka tuduhan mereka adalah bahwa Yesus menyebutkan diri-Nya sebagai Anak
69 Lih penjelasan Bab III, 32 & 33
-
Allah (Luk 22:70). Tetapi karena tuduhan ini tidak mampu menghukum Yesus dan memang
mereka (para tua-tua bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat) dengan kata lain
peradilan Yahudi melalui Sanhedrin tidak punya kuasa untuk menghukum mati Yesus karena
otoritas mereka telah dibatasi, dengan demikian mereka mulai merubah tuduhan Yesus dan
membuat perkara itu menjadi perkara politik agar bisa dibawa ke pengadilan Romawi yang lebih
tinggi dan Gubernur Romawi mempunyai hak untuk menghukum mati.
Sesudah pemeriksaan Yesus dalam sidang Sanhedrin, Dia dibawa ke hadapan Pilatus
untuk diadili. Sebelum dialog antara Pilatus dan Yesus, maka sudah ada tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan oleh para sidang yang hadir pada saat itu di mana tuduhan-tuduhan ini yang
menghantarkan Yesus dan Pilatus dalam sebuah dialog yang memperdebatkan betul dan tidaknya
tuduhan tersebut (Luk 23:1-2). Barclay berpendapat bahwa ada tiga tuduhan yang dilontarkan di
hadapan Pilatus yaitu:1) agitasi durhaka, 2) menuduh Yesus telah menghasut rakyat agar tidak
membayar pajak kepada kaisar, 3) menuduh Yesus telah menyebut diri-Nya sendiri sebagai raja
orang Yahudi.70 . Menurut Leks, tuduhan-tuduhan sebelumnya diabaikan oleh Pilatus dan dia
langsung mempertanyakan status Yesus sebagai raja.71 Boland juga punya pernyataan yang sama
dengan Leks bahwa tuduhan terakhir atau tuduhan yang ketiga yang diperhatikan oleh Pilatus
karena gelar Mesianisme inilah yang bersifat politik, sehingga sebagai Gubernur Romawi dia
harus bersikap waspada terhadap Yesus yang disebut sebagai Raja orang Yahudi.72
Lihat penjelasan Bab II, halaman 13.
Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 612.
B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001), 554.
-
Penulis sependapat dengan Leks dan Boland bahwa Pilatus mengabaikan dua tuduhan
sebelumnya dan fokus pada tuduhan terakhir yang mempertanyakan tentang diri-Nya sebagai
Kristus yaitu raja, karena dengan kata raja bisa diartikan secara politik gelar Mesias di mana
Yesus bisa dituduh sebagai orang yang mau membebaskan bangsa-Nya dari penjajahan. Di satu
sisi kondisi pada saat itu Romawi sedang menjajah bangsa Israel, sehingga Pilatus pun berusaha
waspada terhadap Yesus. Penulis juga berpendapat bahwa di samping waspada, Pilatus merasa
tuduhan itu bukan suatu ancaman serius bagi kedudukan dan pemerintahannya sehingga dia tidak
terlalu memperhatikan perkara tersebut, karena kalau Yesus menamakan diri-Nya sebagai raja
dan punya kekuatan maka sudah pasti pada saat itu Yesus melawan Pilatus, namun kenyataannya
Yesus tidak melakukan perlawanan sama sekali. Hal ini yang membuat Pilatus merasa bahwa
tuduhan para ahli taurat dan orang-orang Yahudi tidak berdasar.
Penulis berpendapat bahwa mengenai peradilan berhubungan dengan suatu tindakan atau
perbuatan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang telah melanggar hukum dan norma yang
ada. Namun bisa dilihat bahwa tuduhan terhadap Yesus sama sekali tidak berdasar dan tidak
berkaitan dengan suatu tindakan kriminal. Pilatus sendiri tahu dan tidak menemukan kesalahan
Yesus namun mengapa dia mengirim Yesus kehadapan Pilatus untuk diadili lagi? Penulis
berpendapat bahwa melihat dari sistem kekuasaan Romawi di mana Gubernur mempunyai hak
memutuskan suatu perkara itu untuk diadili atau tidak adalah absolute atau mutlak. Jadi ketika
Pilatus menyelidiki Yesus dan memang tidak ditemukan kesalahan pada diri-Nya, mengapa
Pilatus tidak menggunakan kekuasaannya yang mutlak untuk tidak menghukum Yesus?
Gubernur juga mempunyai kekuasaan untuk meniadakan perkara-perkara yang dianggap tidak
perlu untuk diadili, namun Pilatus tidak menggunakan kekuasaannya dalam perkara Yesus dan
membebaskannya. Penulis berpendapat bahwa yang Pertama, Pilatus tidak mau kepercayaan dan
-
simpatik dari imam-imam kepala, ahli-ahli taurat dan juga orang-orang Yahudi serta rakyat
hilang darinya. Kedua, Pilatus tidak mau ada kekacauan dan pemberontakan terjadi saat itu.
Ketiga Pilatus tidak mau menanggung sendiri dosa atas orang yang tak bersalah, sehingga dia
mengirim Yesus kehadapan Herodes yang merupakan orang Yahudi yang lebih berpengalaman
dalam mengahadapi perkara-perkara orang Yahudi, dan Pilatus juga menghormati Herodes yang
merupakan penguasa wilayah Galilea sehingga dia tidak mau begitu saja mencampuri
pendakwaan terhadap Yesus yang merupakan orang Galilea yang adalah wewenang Herodes.
Melihat tuduhan di ayat 2, maka kisah selanjutnya adalah dialog antara Pilatus dengan
Yesus. Dalam teks Lukas 23:1-25 dialog Pilatus dan Yesus hanya dimunculkan dalam satu ayat
saja yaitu dalam ayat 3:Pilatus bertanya kepada-Nya, Engkaukah raja orang Yahudi? jawab
Yesus, Engkau sendiri mengatakannya. Menurut Boland, pertanyaan dari Pilatus terhadap
Yesus tersembunyi senyum mengejek: Engkaukah raja orang Yahudi?. Dari pertanyaan ini
juga mengandung dua cara Pilatus yaitu 1) sebagai suatu rumusan tetap yaitu pertanyaan Pilatus
ditanggapi Yesus dengan jawaban Seperti katamu. 2) sebagai jawab yang tidak langsung,
artinya bahwa predikat raja yang diberikan kepada Yesus ini yang ingin ditanyakan oleh Pilatus,
karena pemahaman orang tentang raja ini berbeda-beda. Sehingga Pilatus bertanya demikian.
Namun menurut penulis pertanyaan Pilatus itu merupakan suatu penegasan dari Pilatus, yang
berusaha menanyakan kepada Yesus sendiri apakah betul yang dikatakan oleh mereka bahwa
Engkau adalah raja orang Yahudi, Pilatus ingin mendengar sendiri dari mulut Yesus apakah
benar dia raja Yahudi? Sehingga Pilatus bertanya demikian. Karena Pilatus ingin tahu betul di
mana letak kesalahan Yesus sehingga ia berusaha bertanya demikian.
-
Setelah itu respon atau jawaban Yesus terhadap pertanyaan Pilatus Menurut penulis
adalah jawaban yang dilematis dalam arti bahwa Yesus tidak mengatakannya dan juga tidak
mengelak pertanyaan dari Pilatus. Penulis juga setuju dengan Boland bahwa di ayat 3 jawaban
Yesus itu bukan pengakuan yang biasa saja,73 dan Pilatus lebih menekankan pada status Yesus
sebagai Mesianisme. Penulis berpendapat demikian karena, melihat dari sistem politik
masyarakat pada zaman Yesus bersifat semiteokratis yang artinya Yahweh, Allah mereka ialah
raja yang sesungguhnya. Sementara itu raja yang sedang memerintah menjadi wali Yahweh dan
dipandang sebagai orang yang diurapi Tuhan. Rakyat Yahudi meyakini bahwa Tuhan itu punya
kuasa yang sesungguhnya dia akan datang dan menggunakan kekuasaannya untuk membela
mereka dari penjajahan, namun ketika Yesus datang dan menyebut diri-Nya sebagai Raja dengan
cara yang biasa-biasa saja dan memperhatikan orang-orang golongan bawah dan yang tersingkir
membuat banyak pertanyaan yang muncul dari mereka, apakah betul Dia ini raja atau bukan?
Hal ini yang membuat pemahaman mereka tentang Yesus yang punya kuasa berubah menjadi
seorang raja yang lemah dan tak berdaya, orang Yahudi tidak percaya akan status Yesus sebagai
raja sehingga mereka memunculkan beberapa tuduhan untuk menggeser kedudukan Yesus.
Penulis berpendapat bahwa, melihat dari latar belakang penulisan Injil Lukas yang
bertujuan untuk menjawab kebutuhan jemaat. Di mana pada masa setelah kehancuran Yerusalem
pada tahun 70 jemaat sedang menanti kedatangan Yesus untuk memulihkan kehidupan mereka
secara jasmani dan rohani namun peristiwa itu tidak terjadi.74 Sehingga Lukas berusaha menulis
Injilnya untuk jemaat pada saat itu bahwa, waktu kedatangan Yesus itu adalah hal yang berharga,
Boland, Tafsir Alkitab Injil Lukas,
Lih penjelasan Bab III, 12.
-
tergpantung jemaat di dalam menunggu kedatangan-Nya apakah masih tetap setia pada-Nya
ataukah tergoda untuk meninggalkan Yesus.
4.3.2. Reaksi rakyat
Menurut Ellis reaksi rakyat atau orang banyak yang hadir pada waktu peradilan Yesus di
hadapan Pilatus (4), yaitu melalui pemeriksaan orang-orang (rakyat) mengikuti pemimpin
mereka yaitu imam-imam kepala dan ahli taurat untuk menghukum Yesus.75 Tetapi menurut
Boland reaksi rakyat (orang Yerusalem yang ada juga pada saat itu) ketika Yesus diadili di depan
Pilatus masih belum terlalu agresif untuk menghukum Yesus, reaksi yang sangat dominan untuk
menghukum Yesus adalah para imam-imam kepala dan ahli taurat yang dengan lancar
melontarkan tuduhan yang berat kepada Yesus, setelah itu baru mereka menghasut rakyat agar
Dia dihukum mati.76 Menurut Leks, Lukas berbeda dengan Injil lain yaitu dia membedakan
antara para penguasa Yahudi dari rakyat atau khalayak atau orang banyak dan rakyat atau orang
banyak yang ada pada saat itu belum tentu semuanya sependapat dengan para pemimpin Yahudi
untuk menghukum Yesus.77
Menurut penulis, ketika melihat di awal ayat Lukas 23 ini maka ketika Yesus diadili di
adapan Pilatus reaksi rakyat masih belum terlalu antusias, reaksi yang heboh justru datang dari
para imam-imam kepala dan ahli taurat yang mulai menuduh Yesus. Namun setelah diperiksa
75 E. Earle Ellis, The New century Bible commentarry the gospel of Luke (Murburg:Grand Rapids,
Michigan & Marshall, Morgan & Scott, 1964), 261.
B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, 554-555.
Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 613.
-
oleh Pilatus dan Yesus tidak bersalah, Yesus kemudian dikirim kehadapan Herodes yang
merupakan penguasa diwilayah Galilea.
Menurut Phillips ketika Yesus di hadapan Herodes reaksi rakyat sudah mulai terlihat, di
mana ketika Herodes bertanya kepada Yesus namun tidak ada satupun jawaban yang di
keluarkan oleh Yesus, sehingga ahli taurat dan imam kepala mulai membuat tuduhan yang paling
berat terhadap-Nya. Phillips juga berpendapat bahwa bukan hanya rakyat saja yang beraksi
melihat peradilan Yesus namun, para pasukan Herodes juga ikut mengejek dan mencemooh
Yesus (11).78 Herodes juga tidak suka dengan kehadiran Yesus pada saat itu sehingga ketika
Yesus di hadapan Herodes, Yesus hanya diolok dan ditantang untuk melakukan mujisat. Dari
penjelasan Lukas tentang Herodes maka dalam ayat 11 Herodes dan pengawalnya mengolok
Yesus ayat ini dalam aparatus mengalami kasus di kata kai. o` ~Hrw,|dhj di mana
kata ini tingkat keragu-raguannya cukup besar, sehingga penulis berpendapat bahwa Lukas
berusaha menyajikan pengadilan Yesus di hadapan Herodes adalah untuk menyatakan bahwa
Herodes juga punya andil atas kematian Yesus yang merupakan korban politik para penguasa
Romawi pada saat itu. Penulis berpendapat bahwa, Herodes merasa berkuasa sehingga ia tidak
mau tersisihkan oleh Yesus yang menamai diri-Nya sebagai raja.
Ketika Yesus dikirim kembali ke Pilatus maka ini merupakan titik puncak penantian
rakyat terhadap peradilan Yesus. Bagi Leks, peradilan Yesus terakhir di hadapan Pilatus
dilakukan secara terbuka sehingga semua orang atau rakyat diikutsertakan untuk menyaksikan
pengadilan tersebut.79 Namun menurut Phillips, Pilatus dalam peradilan terkahir ini dia tidak
J. B. Phillips, The Gospel in modern English, (Redbill:Fontana books, 1962), 192.
Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 616.
-
hanya melibatkan para pemimpin-pemimpin Yahudi dan ahli taurat tetapi juga rakyat
diikutsertakan, di mana Pilatus mencoba berbicara kepada orang banyak untuk ketiga kalinya
bahwa tidak kutemukan kesalahan dalam diri Yesus! Namun reaksi rakyat adalah menunjuk
kepada-Nya dan berteriak agar Dia disalibkan saja.80
Penulis melihat bahwa, pada awalnya reaksi rakyat biasa-biasa saja terhadap Yesus dalam
peradilan. Namun, ketika para imam kepala mulai melemparkan beberapa tuduhan kepada Yesus
dan menghasut rakyat setelah itu barulah respon rakyat mulai sangat antosias dan seakan-akan
tidak mau menerima keputusan Pilatus yang berusaha mencambuk Yesus dan setelah itu
membebaskan-Nya. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa rakyat yang hadir dalam
persidangan Yesus itu tidak hanya saja mereka yang membenci Yesus, tetapi ada juga yang
percaya kepada Yesus. Menurut penulis dalam suatu persidangan pastilah ada yang disebut
dengan namanya pro dan kontra, namun dalam persidangan Yesus yang lebih mendominasi pada
saat itu adalah rakyat yang kontra terhadap Yesus. Melihat dari konteks pada waktu itu, dan
melihat dari tujuan Yesus ke dunia maka sebenarnya Yesus memiliki pengikut yang cukup
banyak tetapi karena rakyat yang pro kepada-Nya berasal dari kalangan bawah maka mereka
tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk melawan. Sehingga para rakyat yang pada
dasarnya tidak tahu betul pokok persoalan yang terjadi dan ditambah lagi dengan hasutan-
hasutan dari para imam-ima kepala maka reaksi mereka pada saat itu sangat antusias untuk
menghukum mati Yesus yang sebenarnya tidak bersalah.
4.3.3. Keputusan Pilatus
J. B. Phillips, The Gospel in modern English, 193.
-
Setelah Yesus melewati beberapa proses peradilan yang cukup panjang Sanhedrin-
Pilatus-Herodes-Kembali ke Pilatus. maka keputusan terakhir ini merupakan hak sepenuhnya
dari Pilatus. keputusan Pilatus ini bisa dilihat dari ayat 18-25, ini merupakan kunci utama Lukas
menggambarkan keputusan Pilatus yang sebenarnya tentang peradilan Yesus. Banyak para ahli
menafsir tentang keputusan akhir Pilatus terhadap Yesus. Gooding berpendapat bahwa, para
kepala imam berusaha menuntut untuk menghukum Yesus dengan mencoba untuk
menggulingkan otoritas politik. Sedangkan Pilatus sendiri punya keinginan untuk melepaskan
Yesus (23:20), tetapi mereka tetap meneriakan, salibkan Dia. Pilatus berusaha yang ketiga
kalinya untuk menyelesaikannya, namun sekali lagi mereka tetap berteriak kepadanya dan
akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka (23:22-23).81
Barclay sendiri juga punya tafsiran berbeda bahwa, Pilatus berupaya melepaskan Yesus
dengan cara berkompromi dengan imam-imam kepala dan rakyat namun ternyata upaya itu tidak
berhasil dan akhirnya Pilatus dipaksa untuk menghukum Yesus dengan hukuman mati.82
Sedangkan menurut Leks, ayat 22 menyatakan bahwa tuduhan terhadap Yesus dipandang
tidak relevan sehingga ia berkata kejahatan yang dilakukan orang ini tidak setimpal dengan
hukuman mati. Sehingga Pilatus masih memegang pendiriannya agar mencambuk Yesus dan
setelah itu melepaskan-Nya. Namun dengan ungkapan berteriak keras mereka mendesak agar
Yesus dihukum mati. Leks berpendapat bahwa, suara mereka lebih kuat daripada pernyataan
Pilatus. dan terkadang teriakan dan ribut sering kali berhasil mengalahkan kebenaran. Tidak
berdaya dengan tuntutan masa, maka Pilatus mengalah. Leks menekankan bahwa, keputusan
David Gooding, According to Luke, (USA:Wm. B. Eerdamns Publishing Company, 1987), 339
William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari Lukas, 417.
-
yang diambil Pilatus ini tidak berlandaskan hasil pemeriksaan tetapi paksaan belaka. Setelah
keputusan Pilatus ayat 24, sepertinya Yesus dibawa ke tempat penyaliban oleh orang-orang
Yahudi sendiri, bukan oleh orang-orang Romawi. Leks berpendapat bahwa, Lukas sangat
menekankan bahwa kematian Yesus terjadi atas kehendak bangsa Yahudi sendiri.83
Pandangan Boland berbeda dengan beberapa ahli di atas, menurutnya Pilatus berada
dalam posisi yang sulit di dalam mengambil keputusan tersebut, Pilatus harus memilih satu dari
dua hal yaitu dia harus harus memulihkan ketentraman dengan cara meluluskan permintaan
orang-orang Yahudi agar Yesus disalibkan. Namun Pilatus mengambil jalan yaitu ia menyangkal
keadilan dan kebenaran dengan maksud untuk menyelamatkan kedudukannya sendiri. Boland
juga menegaskan bahwa Lukas berusaha menggambarkan bahwa Pilatus tidak mengucapkan
keputusan hukuman mati kepada Yesus, Pilatus hanya memutuskan tuntutan mereka dikabulkan
ayat 24, jadi Pilatus menyerahkan kewenangan sepenuhnya kepada orang-orang Yahudi untuk
memberikan hukuman yang pantas kepada Yesus.84
Dari pandangan beberapa ahli di atas, di mana Barclay dan Leks sependapat bahwa
keputusan yang diambil oleh Pilatus itu karena adanya paksaan baik itu dari imam-imam kepala
maupun teriakan rakyat yang lebih keras dari pernyataan Pilatus untuk membebaskan Yesus.
Sedangkan Gooding dan Boland berpendapat bahwa sebenarnya karena adanya desakan dari
imam-imam kepala dan orang Yahudi maka Pilatus tidak mengambil keputusan untuk
menghukum Yesus, tetapi dia berusaha memberikan kewenangan kepada orang Yahudi untuk
menghukumnya sesuai kehendak mereka. Namun menurut penulis, pendapat dari semua ahli
Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 619-620.
B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, 559-560.
-
merupakan point penting bagi penulis untuk melihat sebenarnya Lukas ingin menggambarkan
bagaimana keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus ini dilihat dari konteks sosio-politik
yang terjadi pada saat itu.
Penulis berpendapat bahwa keputusan Pilatus ini tidak bisa terlepas dari keadaan politis
yang terjadi saat itu. Di Palestina sendiri sering sekali terjadi kerusuhan yang membuat para
pemimpin susah dan pusing untuk menanganinya. Ketika itu Yesus tampil tepat di tengah masa
pergolakan dan perubahan besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik serta keagamaan,
masa persaingan antara berbagai aliran keagamaan sehingga menjadi masa yang rawan
kerusuhan. Pilatus sendiri yang pada saat itu merupakan wali negeri pun sudah sangat repot
dengan pemberontakan-pemberontakan kecil yang terjadi di wilayahnya. Selain itu para
pemimpin keagamaan pun saling bersaing satu dengan yang lain untuk memperoleh kedudukan
dan ketika Yesus muncul menjadikan diri-Nya sebagai Raja membuat mereka berpikir bahwa
Yesus adalah pengganggu sehingga mereka berusaha untuk menghilangkan Yesus dengan cara
menuduh Yesus tanpa bukti yang relevan. Menurut penulis keadaan ini jugalah yang membuat
Pilatus mengambil keputusan untuk melepaskan Barabas dan Yesus yang diserahkan kepada
orang Yahudi untuk dihukum sesuai kemauan mereka. Dalam bahasa Yunani ayat 24 berbunyi
demikian Kai. Pila/toj evpe,krinen gene,sqai to. ai;thma auvtw/n\
dalam arti sesungguhnya kalimat ini berbunyi demikian:Lalu Pilatus mengambil keputusan agar
permintaan mereka dikabulkan. Kemudian dilanjutkan dengan ayat 25: avpe,lusen de.
to.n dia. sta,sin kai. fo,non beblhme,non eivj fulakh.n o]n
hv|tou/nto( to.n de. VIhsou/n pare,dwken tw/| qelh,mati auvtw/n
yang artinya:lalu ia (Pilatus) melepaskan orang (Barabas) yang telah dilempar ke dalam penjara
-
karena pemberontakan dan pembunuhan sesuai dengan yang mereka minta, tetapi Yesus
diserahkan kepada mereka untuk diperlakukan sesuai keinginan mereka.
Menurut penulis dua ayat ini merupakan kata kunci keputusan Pilatus atas peradilan
Yesus. Di sinilah Pilatus mulai memutuskan. Pilatus bukanlah seorang pejabat Romawi yang
tidak tahu tentang sistem peradilan Romawi yang benar. Oleh karena itu ia tidak mau
menghukum mati Yesus karena ia begitu sadar bahwa dengan menghukum mati Yesus ia akan
mengkhianati keadilan Romawi yang begitu tinggi. Akan tetapi ada kalimat kunci dari Lukas
untuk menunjukan atau mengindikasikan alasan kuat Pilatus mengabulkan permintaan hukuman
mereka, yaitu teriakan-teriakan warga mengenai penyaliban Yesus. Artinya, Lukas ingin
menunjukan bahwa Pilatus dipaksa oleh keadaan. Menurut penulis, suasana penegasan ketiga
kali oleh Pilatus dan teriakan-teriakan orang banyak merupakan intrik penulis Injil Lukas ini
untuk memberitahu siapa yang berperan besar terhadap keputusan Pilatus.
Oleh karena itu menurut penulis dampak dari keputusan Pilatus ada tiga yaitu :
1. Dampak yang pertama adalah bagi orang Yahudi, karena secara positif keinginan
mereka terkabul. Bisa dilihat dalam teks bahwa setiap ayat tentang tuduhan dialog-
dialog itu menggunakan kata kami, karena kata kami ini mencakup para imam-imam
kepala, orang-orang Yahudi yang ada pada saat itu.
2. Keputusan Pilatus ini juga otomatis berdampak pada dirinya secara pribadi juga, bisa
dikatakan dia merasa bersalah karena telah mengkhianati keadilan Romawi. Namun
secara politis hal ini merupakan keputusan yang terbaik karena mempertimbangkan
suara rakyat dan kerja sama dengan Herodes dalam kerangka berpikir untuk
-
mengantisipasi pemberontakan-pemberontakan yang marak terjadi pada saat itu, yakni
dengan cara melepaskan Barabas.
3. Dampak yang terakhir adalah mungkin dengan keputusan Pilatus ini terjadi karena
untuk menggenapi nubuat para nabi tentang kedatangan Mesias anak Allah.
Kedatangan Mesias kedunia untuk meyelamatkan umat manusia lewat jalan
kesengsaraan, ditolak dan disalibkan.
4..4. Penutup
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa konteks sosio-politik mempengaruhi situasi
peradilan dan juga keputusan Pilatus terhadap hukuman mati Yesus. Oleh kerana itu melihat dari
pembahasan dari bab IV ini maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Dalam perikop tentang Yesus di hadapan Pilatus yaitu Lukas 23:1-25 di mana cerita ini
sama-sama dibahas dalam tiga Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus, dan Lukas. tetapi
Matius dan Markus tidak menjelaskan secara panjang lebar tetapi mereka lebih
menjelaskan secara singkat dan jelas tentang kisah ini, sedangkan Lukas lebih banyak
membahas tentang kisah Yesus di hadapan Pilatus. Bahkan dalam gaya ceritanya Lukas
dia membahas dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Sehingga dalam Lukas kita juga
menemukan kisah tentang Yesus di hadapan Herodes dan akhirnya dikirim kembali
-
kehadapan Pilatus untuk dijatuhkan hukuman. Dari ketiga Injil Sinoptik ini Lukas dalam
Injil lebih halus di dalam mengolah kata-katanya, dan walaupun Markus merupakan
sumber utama dari penulisan Injil Lukas namun, Lukas tidak hanya menulis sama seperti
yang dituliskan oleh Markus. Lukas yang merupakan sarjana yang terpelajar
menggunakan gaya bahasa yang lebih halus dan berimajinasi sehingga pembaca bisa
memahami apa sebenarnya yang Lukas meksudkan.
2. Dalam kesimpulan yang pertama penulis katakan bahwa tiga Injil sinoptik sama-sama
membahas tentang peradilan Yesus di hadapan Pilatus. Namun, narasi peradilan Yesus
versi injil Lukas memuat banyak intrik-intrik politik seperti persekongkolan antara kaum
agama Yahudi-Warga-Pilatus-Herodes. Ceritera ini mencoba menjelaskan asal usul
keputusan tersebut terjadi. Pilatus terlihat sepintas mempunyai peran besar dalam sistem
peradilan Roma zaman Yesus pada waktu itu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh
kepentingan-kepentingan yang sedang berkecamuk pada saat itu baik di kalangan orang
Yahudi maupun orang Romawi. Penulis juga mau bilang berdasarkan penjelasan dan
analisa di atas bahwa, rakyat atau penguasa agama mempunyai potensi besar untuk
meguasai situasi sosial dalam suatu pemerintahan. Selanjutnya jika dilihat maka, baik
massa maupun penguasa bisa menjadi alat golongan tertentu untuk memanfaatkan situasi.
Seperti contoh ketika rakyat teriak dengan sangat keras untuk menyalibkan Yesus itu
sangat jelas bahwa mereka diperdaya oleh golongan tertentu untuk memanfaatkan situasi
itu agar tujuan dari golongan tertentu dapat tercapai lewat rakyat atau penguasa pada saat
itu.
3. Melihat dari konteks sosio-politik, dialog Pilatus dan Yesus kemudian reaksi rakyat pada
saat itu maka, penulis berpendapat bahwa Lukas(23:1-25) ingin menggambarkan bahwa
-
Pilatus sendiri sebagai seorang wali negeri Roma merasa dilema untuk mengambil
keputusan menghukum Yesus, namun tiga hal di atas menjadi pertimbangan besar bagi
Pilatus untuk mengambil keputusan yang terbaik dan tidak hanya menguntungkan satu
pihak saja.
4. Lukas sebenarnya ingin mendeskripsikan bahwa Yesus dihukum mati bukan semata-mata
karena keputusan dan juga hukuman yang dijatuhkan oleh Pilatus, tetapi Lukas ingin
mengatakan bahwa Pilatus memutuskan supaya tuntutan mereka dikabulkan (ayat 24).
Kemudian Lukas ingin bilang bahwa Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang-orang
Yahudi untuk mengambil tindakan untuk menghukum Yesus sesuai dengan kehendak
orang-orang Yahudi.
5. Menurut penulis hasil keputusan yang diambil oleh Pilatus bukan berdasarkan hasil
pemeriksaan tetapi karena paksaan baik itu dari orang-orang Yahudi, dan juga teriakan
rakyat. Karena takut terjadi keributan dan pemberontakan pada saat itu maka dengan
terpaksa Pilatus mengambil keputusan demikian. Lukas juga ingin menekankan bahwa
kematian Yesus ini merupakan kehendak bangsa Yahudi itu sendiri.