BAB IV pembahasan plasenta previa
-
Upload
raisa-ariestha -
Category
Documents
-
view
74 -
download
3
description
Transcript of BAB IV pembahasan plasenta previa
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri, serta
pemeriksaan penunjang, penderita didiagnosis dengan G2P1A0 gravida aterm
dengan ketuban pecah dini, plasenta previa dan primi tua sekunder.
Dari anamnesis didapatkan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan kedua (gravida
2), dengan hari pertama haid terakhir adalah tanggal 20 Desember 2014.
Kemudian dilakukan pemeriksaan Leopold dan didapatkan janin letak kepala
dengan TFU 27 cm. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan obstetric tersebut
dapat dihitung taksiran persalinan dengan rumus Naegle disimpulkan saat masuk
rumah sakit pasien sudah memasuki usia kehamilan aterm, yaitu 39-40 minggu.
Saat ini pasien berusia 32 tahun, dengan anak pertamanya berusia 12 tahun.
Keadaan pasien saat ini dapat dikategorikan sebagai primi tua sekunder. Primi tua
sekunder didefinisikan sebagai wanita yang hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10
tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Resiko yang dapat terjadi persalinan dapat berjalan
tidak lancar, perdarahan pasca persalinan, penyakit ibu (hipertensi, diabetes, dll).
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan keluar air sejak ± 3jam SMRS.
Pengeluaran air jernih, tidak keruh, tidak disertai pengeluaran lendir dan darah;
tidak disertai keluhan mulas, nyeri perut ataupun perut terasa keras; pergerakan
janin (+). Kemudian dari pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 1 cm,
presentasi kepala dengan ketuban (+), lendir (-) dan darah (-). Dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami ketuban pecah dini yaitu keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan; ketuban yang pecah sebelum ada tanda-tanda inpartu
yaitu pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.
Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan.
44
45
Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan
(amniotomi).
Selain itu ±10 hari (09/09/15) pasien pernah di rawat di RS Pemangkat selama 4
hari karena keluar darah dari jalan lahir. Darah berwarna merah segar, tidak
terdapat gumpalan darah, dan tidak disertai rasa nyeri; tidak terdapat pengeluaran
air; pergerakan janin (+) Saat itu pasien dapat mengganti pembalut 5-6 kali dalam
sehari. Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan USG dan dikatakan oleh dokter
Sp.OG bahwa janin dalam keadaan baik, namun plasenta janin pasien menutupi
jalan lahir atau plasenta previa. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami
perdarahan antepartum yang didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi pada
usia kehamilan >24 minggu dan sebelum dimulainya persalinan. Perdarahan
antepartum dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, tetapi yang paling sering
menyebabkan perdarahan antepartum adalah solusio plasenta dan plasenta previa.
Ciri yang menonjol pada plasenta previa yaitu perdarahan uterus melalui vagina
yang tidak disertai nyeri. Perdarahan biasanya terjadi pada akhir trimester kedua
ke atas dan berhenti tanpa pengobatan serta dapat muncul setelah beberapa hari
atau minggu kemudian. Diagnosis pasti plasenta previa dapat ditegakkan melalui
USG secara transabdominal maupun transvaginal.
Penanganan plasenta previa tergantung pada tingkat keparahan perdarahan, umur
kehamilan dan kondisi janin, posisi plasenta dan janin, dan apakah perdarahan
telah berhenti. Prinsip utama untuk pra rumah sakit dan gawat darurat perawatan
wanita dengan plasenta previa adalah memastikan stabilitas hemodinamik serta
memantau kondisi janin secara terus menerus, jika tersedia.
Pada usia kehamilan prematur( kehamilan < 37 minggu) tujuan utama
terapi yaitu mempertahankan kehamilan sampai tercapainya pematangan paru
pada janin. Selain itu, pasien dapat diobati secara rawat jalan serta diedukasi
apabila terjadi perdarahan, penderita harus segera pergi ke rumah sakit untuk
evaluasi. Memantau hemoglobin dan hematokrit, pemberian zat besi serta folat,
dan transfusi jika perlu (misalnya, kadar hemoglobin <8 g / dL) untuk anemia.
46
Pemberian tokolitik dapat diberikan dalam beberapa kasus perdarahan ringan dan
prematuritas. Salah satu studi menunjukkan bahwa penggunaan tokolitik
meningkatkan usia kehamilan dan berat badan lahir bayi tanpa menyebabkan efek
samping pada ibu dan janin.
Jika usia janin cukup matang (kehamilan >37 minggu) dan pasien dalam kondisi
inpartu atau jika terdapat perdarahan berat maka tindakan yang diambil yaitu
terminasi kehamilan. Dengan catatan, pasien harus mendapat cairan kristaloid
dan/atau darah, serta dia harus dipindahkan ke ruang operasi untuk dilakukan
section cesarean cito.
Saat perawatan di RS Pemangkat 10 hari lalu, pasien disarankan untuk
mempertahankan kehamilannya, karena diperkirakan dari hasil USG usia
kehamilan pasien 35 minggu. Setelah dirawat selama 4 hari di RS Pemangkat,
darah sudah tidak lagi keluar dari jalan lahir, dan pasien disarankan untuk
beristirahat dirumah.
Saat ini walaupun keluhan perdarahan dari jalan lahir tidak ada, namun dengan
adanya riwayat perdarahan sebelumnya, dan keadaan ketuban pecah dini
diberikan tatalaksana terminasi dengan tindakan operatif section caesarea pada
pasien ini. Pada pasien ini dipilih terminasi perabdominan (seksio sesarea) karena
sampai saat ini, seksio sesarea masih merupakan motode terminasi pilihan utama
pada kasus plasenta previa. Dengan dilakukannya seksio sesarea, kematian
maternal maupun perinatal dapat diminimalisir. Persalinan pervaginam hanya
dilakukan pada plasenta previa tipe marginalis dan janin presentasi kepala.
Outcome
Telah lahir bayi perempuan dengan berat 2200 gram, panjang 43 cm, A/S 7/9.
Saat ini ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan sudah dipulangkan. Tidak ada
masalah yang berarti pada ibu maupun bayi setelah dilakukannya seksio sesarea.
Tidak ada komplikasi yang terjadi akibat plasenta previa baik pada ibu maupun
pada bayi.
47
Ibu dirawat selama 3 hari post partum, luka operasi baik, tidak ada tanda-tanda
infeksi luka operasi. Setelah ganti perban di hari ketiga pasien diperbolehkan
pulang dan kontrol setelah 4 hari dengan edukasi diet tinggi protein dan jaga
hygiene luka operasi serta luka operasi tidak boleh basah.