BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

99
58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Ikatan Perempuan Positif Indonesia atau yang lebih dikenal dengan IPPI merupakan jaringan nasional yang diprakarsai oleh dan untuk wanita yang hidup dengan HIV maupun yang terkena dampak HIV. IPPI mencakup area kerja di 25 provinsi, salah satunya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. IPPI DIY berdiri pada tanggal 10 Agustus 2010 atas dasar kebutuhan dari perempuan dengan HIV dan yang terdampak akan terpenuhinya hak sebagai warga negara pada umumnya. IPPI DIY beranggotakan perempuan dengan HIV (90%) dan terdampak HIV (10%) yang berdomisili di DI Yogyakarta dan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, diantaranya Ibu Rumah Tangga, Pekerja Seks, Pemakai Narkoba serta Mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua IPPI DIY, anggota IPPI saat ini berjumlah kurang lebih sekitar 50 orang. Tujuan berdirinya IPPI DIY ialah sebagai wadah untuk pemberdayaan perempuan dengan HIV dan yang terdampak dalam aspek kesehatan, sosial, pendidikan dan ekonomi menuju kesejahteraan, meningkatkan kualitas hidup dan memberikan dukungan kepada perempuan dengan HIV dan orang yang terdampak lainnya agar mampu mengembangkan diri, berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, serta bersama-sama

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Ikatan Perempuan Positif Indonesia atau yang lebih dikenal dengan IPPI

merupakan jaringan nasional yang diprakarsai oleh dan untuk wanita yang

hidup dengan HIV maupun yang terkena dampak HIV. IPPI mencakup area

kerja di 25 provinsi, salah satunya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

IPPI DIY berdiri pada tanggal 10 Agustus 2010 atas dasar kebutuhan dari

perempuan dengan HIV dan yang terdampak akan terpenuhinya hak sebagai

warga negara pada umumnya. IPPI DIY beranggotakan perempuan dengan

HIV (90%) dan terdampak HIV (10%) yang berdomisili di DI Yogyakarta

dan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, diantaranya Ibu

Rumah Tangga, Pekerja Seks, Pemakai Narkoba serta Mahasiswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua IPPI DIY, anggota IPPI saat ini

berjumlah kurang lebih sekitar 50 orang.

Tujuan berdirinya IPPI DIY ialah sebagai wadah untuk pemberdayaan

perempuan dengan HIV dan yang terdampak dalam aspek kesehatan, sosial,

pendidikan dan ekonomi menuju kesejahteraan, meningkatkan kualitas hidup

dan memberikan dukungan kepada perempuan dengan HIV dan orang yang

terdampak lainnya agar mampu mengembangkan diri, berperan aktif dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, serta bersama-sama

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

59

melakukan advokasi terkait isu–isu perempuan dengan HIV dan yang

terdampak. IPPI memiliki visi yaitu terwujudnya perempuan dengan HIV dan

terdampak yang berdaya, berkualitas hidup tinggi dan setara dengan warga

negara Indonesia lainnya dalam bidang kesehatan, sosial, pendidikan dan

ekonomi khususnya di Wilayah DIY. Adapun misi dari IPPI adalah untuk

memperkuat kemampuan perempuan dengan HIV dan kemampuan

perempuan yang terkena dampak untuk memberdayakan diri dalam bidang

kesehatan, sosial, pendidikan, dan ekonomi, berjejaring dan melakukan upaya

advokasi, berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk memberikan informasi

yang benar terkait HIV dan AIDS, serta peningkatan keterampilan untuk

mencapai kualitas hidup.

Menurut keterangan Ketua IPPI DIY, anggotanya tidak memiliki kegiatan

rutin lagi semenjak berhentinya dukungan dana dari KPA Kota Yogyakarta.

Namun demikian, sejauh ini IPPI DIY sudah mencapai beberapa keberhasilan

diantaranya sebagian anggota IPPI DIY sudah mampu megakses layanan

kesehatan secara mandiri, hampir sebagian besar anggota IPPI DIY yang

ingin memiliki anak sudah bisa mengakses program PPIA (Pencegahan

Penularan Ibu Anak), terbangunnya kemitraan IPPI DIY dengan stakeholder

dan lembaga terkait, tergabungnya IPPI DIY dalam tim Advokasi anggaran di

DIY, SDM yang mumpuni dalam SRHR serta diproduksinya film edukasi

mengenai perempuan dengan HIV/AIDS dengan judul “Selalu Ada Matahari”

dan “Red Ribbon Angle”.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

60

2. Persiapan Penelitian

a. Persiapan Administrasi

Persiapan yang dilakukan peneliti terkait administrasi diawali dengan

kunjungan peneliti ke rumah Ketua IPPI DIY untuk survei menanyakan

terkait prosedur yang harus dilalui jika hendak melakukan penelitian di

IPPI DIY. Proses administrasi selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah

pembuatan surat izin penelitian sesuai prosedur yang berlaku di Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. Surat

izin penelitian yang ditujukan kepada Ketua IPPI DIY ditandatangani

oleh Dosen Pembimbing Skripsi dan Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya. Surat izin penelitian yang telah siap kemudian diantarkan

kepada Ketua IPPI DIY untuk ditindaklanjuti dan diberikan izin

mengambil data penelitian di LSM tersebut.

b. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah skala

kepatuhan minum obat Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8).

Skala ini diadaptasi dari skala kepatuhan minum obat yang diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia oleh Manuaba dan Yasa (2015) berdasarkan

skala MMAS-8 yang disusun oleh Morisky (1986). Skala digunakan

untuk mengukur kepatuhan minum obat subjek mencakup tiga aspek

yang dikemukakan oleh Morisky (1986) yakni forgetting, carelessness

dan stopping the drug when feeling better, or starting the drug when

feeling worse.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

61

Penelitian ini menggunakan tryout terpakai dikarenakan minimnya

kesediaan subjek penelitian yang merupakan Ibu Rumah Tangga dengan

HIV Positif untuk terlibat dalam penelitian sebab sebagian besar dari

populasi masih tidak berkenan untuk membuka statusnya. Skala

kepatuhan minum obat Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8)

yang memuat 8 item dikenakan pada 31 pasien penyakit kronik yang

terdiri dari 20 orang Ibu Rumah Tangga dengan HIV positif dan 11 orang

pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil analisis aitem menunjukkan skor

corrected item-total correlation yang berkisar antara 0,233 hingga 0,687

dengan skor croncbach alpha sebesar 0,740. Nilai tersebut menunjukkan

validitas yang positif dengan reliabilitas yang dapat diterima, sehingga

peneliti dapat langsung menggunakan skala tersebut tanpa adanya aitem

yang digugurkan.

c. Persiapan Intervensi

Modul terapi yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dan

memodifikasi modul Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang telah

digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian Maulana

(2017). Bagian yang dimodifikasi oleh peneliti adalah terkait dengan

alokasi waktu, penambahan kegiatan diskusi terkait tugas rumah dan

penjelasan subkegiatan dengan lebih detail dan beralur. Hasil adaptasi

dan modifikasi modul terapi tersebut membutuhkan penilaian dan

masukan dari profesional. Penilaian tersebut dilakukan oleh 2 orang

psikolog klinis yang paham tentang Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

62

dan pernah mempraktikkan terapi yang memuat unsur religiusitas selama

berprofesi sebagai psikolog klinis.

Hasil professional judgments dari kedua psikolog klinis tersebut

adalah modul Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang dimodifikasi oleh

peneiti dinilai cukup baik. Salah seorang psikolog yang memberikan

penilaian profesionalnya menyarankan untuk menambahkan video dalam

presentasi agar lebih menarik. Adapun psikolog lainnya memberikan

masukan untuk menambahkan kualifikasi fasilitator berkaitan dengan

kemampuan membaca Al-Qur’an serta menambahkan beberapa

informasi pada sesi pengenalan terapi agar subjek mendapat gambaran

yang lebih jelas dan komprehensif terkait proses terapi yang akan

dijalankan. Peneliti pun menambahkan masukan-masukan tersebut pada

modul yang digunakan.

Setelah modul melalui proses professional judgments, selanjutnya

dilakukan uji coba modul sebelum diberikan kepada subjek penelitian.

Uji coba modul diberikan kepada 3 orang mahasiswi psikologi.

Berdasarkan hasil uji coba modul secara umum, disimpulkan bahwa

materi yang disusun dalam modul terapi dapat diaplikasikan dan

tersampaikan dengan baik, sehingga para peserta uji coba modul

memberikan umpan balik yang positif. Tabel di bawah ini memuat rerata

hasil uji coba modul pada tiap aspek penilaiannya:

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

63

Tabel 5. Hasil uji coba modul per aspek

Aspek Kuantitatif (Rerata

skor maksimal 4)

Apakah tujuan terapi dapat ditangkap/ dipahami

jelas? 3

Apakah tujuan terapi sesuai dengan materi yang

disampaikan oleh pemateri? 3,67

Menurut Anda, apakah materi yang disampaikan

dalam terapi ini menarik? 3

Apakah pemateri menyampaikan materi terapi

dengan bahasa yang mudah dipahami? 3,33

Apakah materi pelatihan disampaikan dalam

jumlah waktu yang ideal? 2,33

Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa setiap aspek penilaian

memiliki rerata skor yang cukup baik. Aspek yang memperoleh rerata

terendah ialah penilaian yang memuat idealitas waktu penyampaian

materi. Selain itu, terdapat beberapa masukan yang diberikan peserta

untuk dipertimbangkan sebagai evaluasi agar terapi yang akan diberikan

pada subjek penelitian dapat dipersiapkan dengan lebih baik. Adapun

hasil uji coba modul per peserta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Hasil uji coba modul per peserta

Peserta Kuantitatif (Rerata skor

maksimal 4) Kualitatif

1 3,4 Ditambahkan video yang berkaitan

dengan terapi/video motivasi/video

tentang cerita Islam.

2 2,8 Waktu yang lebih diperpanjang

untuk penyampaian materi.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

64

3 3 Jumlah waktu pelatihan bisa

disingkatkan menjadi dua hari dan

dipadatkan jamnya di hari yang

sama agar lebih efisien dan

ekonomis. Segala sesuatu bisa

dikomunikasikan dan diingatkan

lagi kepada subjek agar maksud

dan tujuan dapat tersampaikan.

Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa dua dari tiga peserta

memberikan masukan terkait penambahan waktu dalam penyampaian

materi dan masukan agar jumlah pertemuan dipersingkat menjadi dua

hari. Namun setelah bertemu dengan para subjek penelitian untuk

mendiskusikan jadwal terapi, subjek mengaku tidak dapat memastikan

untuk datang pada pertemuan yang memiliki jeda panjang antar

pertemuan, meskipun pertemuan hanya berjumlah dua kali atau

dijadwalkan satu kali pada tiap minggu. Subjek mengaku lebih nyaman

jika ia diminta untuk mengosongkan jadwal dalam satu minggu dan

pertemuan dilakukan tiap hari atau berturut-turut dalam satu minggu

tersebut. Oleh karena itu, waktu dan jumlah pertemuan tetap

dilaksanakan sesuai rencana semula. Adapun terkait penambahan video

presentasi telah diupayakan oleh peneliti, namun pada saat proses di

lapangan berlangsung, penggunaan alat bantu proyektor bermasalah

sehingga materi yang ditayangkan menjadi buram dan tidak terlihat.

Fasilitator pun kemudian memutuskan untuk tidak perlu menggunakan

proyektor atau penayangan materi.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

65

d. Pemilihan Fasilitator dan Observer

Pemilihan fasilitator dan observer dilakukan sesuai dengan beberapa

kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif ini dipandu oleh psikolog klinis yang sudah berpengalaman

menangani pasien/klien dengan berbagai permasalahan, salah satunya

pasien HIV/AIDS. Selain itu, psikolog tersebut juga berpengalaman

dalam pemberian Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif. Psikolog nantinya

akan bertugas sebagai fasilitator untuk memandu subjek penelitian dalam

melaksanakan proses Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif.

Selama proses terapi zikir berlangsung, psikolog akan ditemani oleh 4

orang observer/pengamat. Dua pengamat merupakan mahasiswa

psikologi Universitas Islam Indonesia dan dinyatakan lulus dalam mata

kuliah Observasi dan Wawancara, sedangkan dua lainnya merupakan

sarjana psikologi. Peran pengamat dalam penelitian ini adalah

mengamati/mengobservasi kondisi subjek selama proses terapi

berlangsung sesuai panduan observasi yang telah dibuat oleh peneliti.

e. Seleksi Subjek Terapi

Pelaksanaan screening dilakukan kepada anggota Ikatan Perempuan

Positif Indonesia (IPPI) DIY yang dimulai pada tanggal 30 Maret hingga

7 April 2019. Pengambilan data dilakukan dengan mengikuti jadwal

pengambilan obat anggota IPPI DIY di Puskesmas Gedongtengan pada 30

Maret 2019. Namun karena sedikitnya jumlah anggota IPPI DIY yang hadir

pada pertemuan tersebut, peneliti kemudian melanjutkan proses screening

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

66

dengan mengunjungi satu persatu rumah anggota IPPI DIY yang sesuai

dengan kriteria subjek penelitian, serta bersedia open status dan terlibat

dalam penelitian.

Seleksi subjek terapi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria

yang sudah ditetapkan oleh peneliti yaitu Ibu Rumah Tangga dengan HIV

Positif yang beragama Islam, berusia antara 28-48 tahun, berada di

Daerah Istimewa Yogyakarta serta memiliki skor kepatuhan minum obat

yang rendah dan sedang. Berdasarkan hasil screening, Ibu Rumah

Tangga dengan HIV Positif yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan

sebagai subjek penelitian berjumlah 19 orang, namun dikarenakan terdapat

beberapa alasan berkaitan dengan kesediaan untuk mengikuti tahapan

penelitian lebih lanjut, maka hanya 8 orang Ibu Rumah Tangga dengan

HIV Positif yang dapat diikutsertakan sebagai subjek penelitian.

Setelah mendapatkan hasil screening terkait dengan jumlah subjek

penelitian, peneliti kemudian membagi rata subjek menjadi 2 kelompok

penelitian, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga

masing-masing kelompok berjumlah 4 orang. Selanjutnya, peneliti

menghubungi secara personal masing-masing subjek kelompok

eksperimen untuk menyepakati terkait dengan jadwal pertemuan terapi.

Tabel 7. Distribusi Kategorisasi Skor Kepatuhan Minum obat

Rentang

Skor

Kategori Jumlah

X < 6 Rendah 8

6 ≤ X < 8 Sedang 11

X = 8 Tinggi 1

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

67

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Building Rapport

Building rapport dilakukan peneliti untuk membangun hubungan yang

baik pada subjek penelitian agar para subjek penelitian dapat merasa nyaman

untuk terbuka dan kooperatif selama mengikuti rangkaian tahap penelitian.

Peneliti melakukan building rapport tidak hanya kepada Ketua dan Wakil

Ketua IPPI DIY, namun juga kepada masing-masing subjek yang ditemui

oleh peneliti, baik ketika proses permohonan izin, screening,

penandatanganan lembar kesediaan (inform consent) dan persetujuan kontrak

pelaksanaan pelatihan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif dengan subjek

eksperimen. Peneliti melakukan building rapport dengan memperkenalkan

diri secara terbuka, membicarakan hal-hal ringan, sharing atau diskusi terkait

topik yang sedang hangat diperbincangkan, hingga turut mendengarkan keluh

kesah subjek terkait permasalahan yang dihadapinya, baik yang berhubungan

dengan status HIV subjek maupun hal lain yang tidak berkaitan. Peneliti

mendapatkan gambaran secara umum terkait kondisi psikis, sosial,

religiusitas, dan perilaku Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif selama

menjalani proses pengobatan ARV.

2. Pelaksanaan Pengukuran Awal/ Prates (Pretest)

Pengukuran awal atau pretest dilakukan pada 4 orang subjek kelompok

eksperimen dan 4 orang subjek kelompok kontrol. Pengukuran tersebut

ditujukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat subjek penelitian

sebelum Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif diberikan kepada kelompok

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

68

eksperimen. Pengukuran awal ini menggunakan skala kepatuhan minum obat

MMAS-8 yang telah diisi oleh kedelapan subjek penelitian ketika screening

atau seleksi subjek penelitian pada 30 Maret hingga 7 April 2019. Hal

tersebut dilakukan sebab jarak antara screening dan jadwal pertemuan terapi

yang berdekatan, sehingga pengisian ulang skala dikhawatirkan akan bias

atau dipengaruhi oleh proses belajar. Berikut tabel yang memuat rincian

subjek kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini :

Tabel 8. Rincian Subjek Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Nama Subjek JK Skor Pretest

Kepatuhan

Minum obat

Kategori

Eksperimen

L P 7 Sedang

AS P 7.75 Sedang

NV P 5.75 Rendah

K P 7 Sedang

Kontol

N P 7 Sedang

AA P 4.5 Rendah

NH P 4.75 Rendah

D P 4.75 Rendah

3. Pelaksanaan Intervensi Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Pelaksaaan intervensi Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada kelompok

eksperimen dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari

1 hingga 3 sesi. Pelaksanaan terapi dilakukan di Pusat Psikologi Terapan

Universitas Islam Indonesia pada tanggal 8, 9, 10 dan 11 April 2019.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

69

Fasilitator dalam terapi ini merupakan psikolog profesional yang memiliki

kapasitas dalam memberikan intervensi tersebut. Adapun penjelasan

mengenai setiap pertemuan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif dapat dilihat

pada penjabaran di bawah ini:

a. Pertemuan pertama

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada pertemuan pertama ini dihadiri

oleh peneliti, 4 orang subjek penelitian sebagai peserta terapi yakni L, AS,

NV dan K, 1 orang psikolog yang berperan sebagai terapis atau fasilitator,

serta 4 orang observer yang tiap orangnya mengobservasi satu orang

peserta yang berbeda satu sama lain dan konsisten dilakukan hingga

pertemuan terapi selesai. Pertemuan pertama Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif yang memuat 3 sesi terapi dilaksanakan pada hari Senin, 8 April

2019, berlokasi di Pusat Psikologi Terapan UII. Pertemuan ini awalnya

disepakati untuk dimulai pada pukul 08.30 WIB, namun pada

pelaksanaannya terlambat dimulai atau mundur dari jadwal yang telah

disepakati sebelumnya. Pertemuan pertama ini baru dimulai pada pukul

09.30 WIB karena keterlambatan 3 orang peserta datang ke lokasi

intervensi. Keterlambatan dikarenakan berbagai alasan, seperti ada

keperluan mendadak, jalanan yang macet serta kesulitan atau sempat

tersesat saat mencari lokasi pertemuan. Satu orang peserta berinisial L

yang datang tepat waktu, dipersilahkan oleh peneliti untuk menikmati

snack terlebih dahulu sambil mengisi lembar presensi.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

70

Setelah semua peserta lengkap, peneliti kemudian memberikan snack

serta mempersilahkan peserta yang belum mengisi lembar presensi untuk

menandatangani lembar tersebut terlebih dahulu. Pertemuan diawali

dengan pengantar dari peneliti yang berisi ucapan terimakasih atas

kesediaan serta kehadiran peserta terapi pada pertemuan pertama tersebut.

Peneliti juga memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi saat

beberapa peserta tersesat ketika mencari lokasi pertemuan. Selanjutnya,

peneliti memperkenalkan tim penelitiannya yakni 4 orang pengamat yang

diperkenalkan sebagai teman-teman peneliti yang akan membantu jalannya

proses pelatihan serta 1 orang fasilitator yang diperkenalkan sebagai

seorang psikolog yang akan memandu atau memimpin jalannya proses

pelatihan selama beberapa pertemuan ke depan. Peneliti kemudian

memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, namun salah

seorang peserta berkata bahwa untuk sementara belum ada yang ingin

ditanyakan. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya menyerahkan forum

kepada fasilitator untuk dapat membuka sesi terapi.

Bulding rapport dilakukan oleh fasilitator kepada peserta dengan

memperkenalkan diri lebih lanjut diselingi dengan humor-humor ringan

yang diutarakan fasilitator untuk mencairkan suasana. Peserta pun tampak

mulai nyaman dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Fasilitator

kemudian menjelaskan kembali fungsi dari informed consent yang sudah

diisi dan disetujui subjek sebelum hari pelaksanaan terapi dilaksanakan.

Fasilitator juga mengajak peserta untuk berdiskusi dalam menyepakati

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

71

kembali terkait waktu dimulainya pertemuan agar tidak terjadi

keterlambatan seperti yang telah terjadi pada pertemuan ini. Sebelum

memulai penyampaian materi, fasilitator mencoba melakukan ice breaking

berupa senam otak bersama para peserta serta tim peneliti untuk

mempersiapkan fokus peserta dan agar semakin terjalin keakraban antar

peserta, peneliti, para pengamat dan fasilitator.

Fasilitator kemudian memulai penyampaian materi terkait sesi

pengenalan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang diawali dengan doa

bersama. Setelahnya, fasilitator memperkenalkan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif kepada para peserta sesuai dengan panduan yang ada

pada modul intervensi. Para peserta pun tampak memperhatikan dengan

seksama, ditunjukkan dengan eye contact peserta yang selalu tertuju pada

fasilitator saat sedang menyampaikan materi serta ditunjukkan dari

beberapa peserta yang memberikan umpan balik dengan mengangguk-

angguk, berpendapat dan menanggapi pernyataan yang dilontarkan oleh

fasilitator. Fasilitator mempersilahkan peneliti untuk membagikan Buku

Diari Hatiku kepada para peserta sebagai buku pegangan selama terapi,

yang berisi materi serta lembar tugas rumah. Fasilitator kemudian

membimbing peserta untuk mengisikan identitasnya pada Buku Diari

Hatiku dan menjelaskan fungsi dari buku tersebut. Setelah selesai

menyampaikan materi pada sesi pengenalan Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif, fasilitator mempersilahkan peserta untuk bertanya serta

menanyakan kepada peserta terkait materi yang telah dijelaskan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

72

sebelumnya untuk memastikan peserta paham akan penjelasan yang

diberikan. Subjek berinisial AS menjawab pertanyaan fasilitator dengan

lantang, adapun subjek NV tampak sesekali berbisik kepada subjek L yang

duduk di sebelahnya, sedangkan subjek K tampak sibuk mencoret-coret

Buku Diari Hatiku miliknya sambil mendengarkan jawaban teman-

temannya.

Pada sesi kedua yang telah memasuki bagian dari inti terapi, yaitu

refleksi dan pemaknaan ayat pertama surah Al-Fatihah, fasilitator

mengajak para peserta yang belum dalam keadaan ber-wudhu untuk

mengambil wudhu terlebih dahulu. Peneliti pun mengantarkan para peserta

ke tempat wudhu yang letaknya tidak jauh dari ruangan terapi. Setelah para

peserta ber-wudhu dan telah kembali ke ruangan, fasilitator mengajak

peserta untuk duduk dengan posisi yang nyaman, ber-istighfar memohon

ampun kepada Allah, melakukan proses tawadhu’ serta memulai dengan

bacaan isti’adza dan basmalah. Fasilitator kemudian membimbing peserta

untuk membaca surah Al-Fatihah, mengajak untuk melakukan refleksi

serta penghayatan makna ayat pertama surah Al-Fatihah sesuai panduan

yang ada pada modul intervensi. Keempat subjek terlihat mengikuti proses

dengan baik. Salah seorang peserta berinisial NV tampak kurang fit karena

selama proses terapi berlangsung mengenakan masker, seringkali terbatuk-

batuk dan merasa kedinginan meskipun pendingin ruangan telah diatur

dengan suhu yang cukup. Namun demikian, subjek NV beserta ketiga

subjek lainnya cukup tenang dalam mempraktikkan Terapi Al-Fatihah

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

73

Reflektif Intuitif sambil memejamkan mata dan membaca dengan lirih.

Ada pula subjek AS yang dengan fokus membaca Buku Diari Hatiku

terkait dengan makna ayat surah Al-Fatihah yang tertulis pada buku

tersebut. Setelah menyampaikan makna dari ayat pertama surah Al-

Fatihah, fasilitator menanyakan hal yang dipikirkan dan dirasakan peserta

setelah membaca surah Al-Fatihah dengan mengetahui makna bacaan ayat

pertamanya. Peserta satu per satu menjawab pertanyaan fasilitator dengan

mengaitkan ayat pertama surah Al-Fatihah tersebut dengan kisah

hidupnya.

Subjek AS yang berinisiatif menjawab pertama kali menunjukkan nada

suara yang bergetar, namun tidak sampai menangis, ketika bercerita

perihal kisah hidupnya. Begitu pula subjek K yang tidak menangis namun

tampak berkaca-kaca ketika menceritakan pengalaman hidupnya. Pada

kesempatan ini, subjek K juga mengakui secara terang-terangan bahwa ia

menganut kepercayaan tradisional Jawa, yakni kejawen dan memiliki cara

tersendiri untuk sembahyang. Adapun dua peserta lainnya yakni NV dan L

tampak menangis tersedu-sedu saat menceritakan pengalaman hidupnya.

Ketika bercerita, subjek NV agak kesulitan karena kondisi bibirnya yang

memiliki celah bibir (labioschisis), namun demikian subjek NV tetap

menceritakan pengalaman hidupnya dengan perlahan dan dengan sangat

terbuka menyampaikan cerita-cerita yang sangat privasi sambil mendalami

ceritanya dan berurai air mata. Peneliti pun menghampiri subjek NV dan

menepuk-nepuk pundaknya. Hal yang sama dilakukan oleh subjek L yang

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

74

dengan panjang lebar menceritakan kisah hidupnya sambil menangis.

Subjek K dan AS pun turut menitikkan air mata ketika mendengar cerita

hidup subjek L, sedangkan subjek NV yang berada di sebelah subjek L

menepuk-nepuk ringan subjek L untuk menenangkannya.

Keempat subjek dapat menghubungkan makna ayat Al-Fatihah dengan

cerita hidupnya dengan cukup baik, meskipun pada awalnya subjek L

tampak bingung dan fasilitator pun mengulangi pertanyaan tersebut

dengan bahasa yang lebih sederhana, hingga akhirnya subjek L dapat

menjawab dengan jawaban yang padat meskipun membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk menyiapkan jawabannya. Fasilitator pun dapat

menanggapi jawaban serta cerita masing-masing peserta dengan baik dan

menarik kesimpulan dari jawaban masing-masing peserta peserta tersebut

dibantu dengan kata kunci-kata kunci dari jawaban-jawaban peserta yang

dituliskan oleh co-fasilitator di papan tulis.

Pada sesi berikutnya, yakni sesi ketiga yang membahas ayat kedua

surah Al-Fatihah, fasilitator kembali membimbing peserta terapi untuk

mengulangi pola yang sama dengan sesi sebelumnya. Pola tersebut

meliputi pembacaan surah Al-Fatihah yang dipandu oleh fasilitator,

penjelasan terkait makna ayat kedua surah Al-Fatihah, serta kemudian

melakukan konseling pada peserta terkait refleksi dan penghayatan makna

ayat kedua Al-Fatihah berkenaan dengan pengalaman hidup peserta.

Namun demikian, materi yang menjelaskan terkait makna ayat

ditambahkan dengan uraian terkait dialog antara Allah dan hamba-Nya

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

75

yang terkandung dalam ayat ini. Pada sesi ini, peserta dapat menjawab

dengan lebih tenang dan tanggap. Beberapa peserta tampak melanjutkan

cerita yang sama dengan yang telah diceritakannya saat sesi kedua, namun

disesuaikan dengan makna ayat kedua surah Al-Fatihah. Fasilitator pun

kembali menarik kesimpulan berdasarkan kata kunci yang dituliskan di

papan tulis oleh co-fasilitator atas jawaban-jawaban para peserta.

Selanjutnya, fasilitator menutup sesi dengan meminta peserta untuk

memberikan 1 kata yang menggambarkan kesan para peserta terhadap

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif.

Peserta tampak cukup antusias mengikuti proses terapi pada pertemuan

pertama ini. Semua peserta kooperatif dan sangat terbuka dalam

menyampaikan hal-hal yang dipikirkan maupun yang dirasakannya.

Bahkan keempat peserta yang memang sudah saling mengenal sebelumnya

ini seringkali turut memberikan kesan dan pesan atas pernyataan peserta

lainnya saat konseling bersama fasilitator. Salah seorang peserta yakni K,

tampak dapat membantu fasilitator untuk memancing peserta lainnya agar

berpartisipasi aktif dalam diskusi. Setelah sesi ketiga selesai yang

mengartikan berakhirnya pertemuan pertama, fasilitator memberikan

apresiasi kepada para peserta dan mengajak untuk berdoa bersama.

Selanjutnya, fasilitator memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

langsung menjelaskan terkait tata cara pengerjaan tugas rumah yang akan

diberikan. Peneliti pun mengambil alih forum dan memberikan penjelasan

terkait tugas rumah, yakni membaca surah Al-Fatihah minimal 3 kali

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

76

selepas shalat maghrib, isya dan subuh. Para peserta mendengarkan dengan

seksama dan sesekali bertanya untuk memastikan pemahamannya terkait

tugas rumah yang diberikan. Peneliti pun kemudian menutup pertemuan

pertama pada pukul 12.00 WIB dan mengingatkan kembali kepada para

peserta untuk hadir di pertemuan selanjutnya dan membawa kembali Buku

Diari Hatiku.

b. Pertemuan kedua

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pertemuan kedua dilaksanakan di

tempat yang sama yakni Pusat Psikologi Terapan UII pada hari Selasa, 9

April 2019. Pertemuan ini dihadiri oleh peneliti, fasilitator, 4 orang

pengamat serta 4 orang peserta terapi yang merupakan subjek penelitian

eksperimen. Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada pertemuan kedua ini

terdiri dari 2 sesi yaitu pembahasan ayat ketiga surah Al-Fatihah dan

pembahasan ayat keempat surah Al-Fatihah.

Pertemuan kedua ini disepakati untuk dimulai pukul 11.00 WIB, akan

tetapi baru dimulai pukul 11.45 WIB sebab ada satu orang peserta yang

terlambat. Peserta yang terlambat, yakni NV, mengaku keterlambatannya

disebabkan oleh motornya yang mogok. Awalnya NV hampir menyerah

atau berniat tidak datang saja dan mengkomunikasikan kendalanya kepada

peneliti via whatsapp, peneliti pun kemudian menawarkan untuk

menjemput subjek, namun kemudian subjek NV mengkonfirmasi bahwa

akan tetap mengusahakan datang dan tidak perlu dijemput. Adapun peserta

yang telah datang yakni L, K dan AS dipersilahkan oleh peneliti untuk

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

77

menikmati snack dan mengisi lembar presensi terlebih dahulu. Fasilitator

yang juga telah datang lebih awal pun mengajak ketiga subjek untuk

mengobrol santai sementara menunggu kedatangan subjek NV.

Setelah subjek NV tiba ke lokasi pertemuan, peneliti menyambut

kedatangan subjek. Pertemuan kedua dimulai setelah seluruh peserta

dipastikan telah mendapatkan snack dan mengisi lembar presensi.

Pembukaan dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan kabar dan kondisi

dari keempat peserta. Selanjutnya, peneliti langsung mempersilahkan

fasilitator untuk memulai sesi terapi. Fasilitator pun menyapa dengan

salam dan memimpin doa untuk mengawali sesi terapi pada pertemuan

kedua ini. Berikutnya, fasilitator meminta peserta mengumpulkan Buku

Diari Hatiku untuk dapat diperiksa lembar kerjanya. Fasilitator

mengarahkan peserta sambil bercanda seolah-olah berperan sebagai

seorang guru SD yang akan memeriksa buku PR murid-muridnya.

Beberapa peserta menanggapi dengan candaan dan beberapa lainnya hanya

ikut tertawa. Salah seorang peserta yakni NV sambil tertawa kecil

kemudian mengatakan bahwa ia tidak mengerjakan PR-nya. Ketika

fasilitator menanyakan alasan yang menyebabkan NV tidak mengerjakan

tugas rumahnya, NV menerangkan bahwa hal tersebut disebabkan terdapat

beberapa kegiatan atau aktivitas yang dilakukannya pada waktu-waktu

yang ditetapkan untuk mengerjakan tugas rumah. Fasilitator kemudian

mempersilahkan NV untuk me-review kembali materi atau hal berkesan

yang masih diingat pada pertemuan kemarin. Subjek NV dapat mengingat

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

78

dengan baik materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya dan

mengungkapkan kesan positif yang dirasakannya.

Selanjutnya, fasilitator meminta ketiga peserta lainnya untuk secara

bergiliran menceritakan apa saja yang dirasakan selama menerapkan

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif di rumah serta kesan yang didapat dari

pertemuan sebelumnya. Ketiga peserta kemudian bergantian menceritakan

kesan yang diperoleh dari pertemuan pertama serta hal-hal yang dirasakan

dan yang terjadi selama mengerjakan tugas rumah tersebut. Rata-rata

peserta mengungkapkan bahwa perasaan lebih tenang, nyaman dan

bersyukur dirasakan ketika menerapkan Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif.

Cerita unik kemudian datang dari subjek L dan K yang sama-sama

mengalami peristiwa yang dapat dikatakan sebagai musibah, yakni jatuh

dari motor ketika dalam perjalan pulang dari Pusat Psikologi Terapan UII

di pertemuan pertama. Kedua subjek tersebut dengan santai dan sambil

tertawa menceritakan pengalamannya saat jatuh dari motor yang terjadi

karena menghindari motor di depannya yang berjalan sendiri tanpa

pengendara. Pernyataan dari subjek L dan K tersebut kemudian

mengundang gelak tawa forum. Kejadian tersebut menjadi penyebab

subjek K berjalan dengan menyeret kaki kirinya dan meminta izin untuk

meletakkan sebelah kakinya tersebut di atas kursi yang ada di depannya

untuk diluruskan. Namun demikian, subjek L dan K mengaku banyak

hikmah yang dapat dipetik dari kejadian tersebut dan dapat dihubungkan

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

79

dengan materi yang diperoleh pada pertemuan sebelumnya. Beberapa

peserta lainnya menanggapi sikap subjek K dengan pujian karena subjek K

tetap menepati janjinya untuk datang pertemuan meskipun dengan kondisi

kakinya yang sakit. Begitu pula fasilitator yang juga menilai positif

tindakan subjek K sebagaimana yang diungkapkan peserta lain serta

tindakan subjek L yang tidak mengeluh atau menyalahkan subjek K yang

memboncengnya.

Fasilitator kemudian menyimpulkan apa yang diceritakan oleh masing-

masing peserta. Selanjutnya, fasilitator mengevaluasi tugas rumah yang

diberikan dengan menanyakan apakah ada kesusahan/ kendala dalam

menerapkan dan proses pengisian tugas rumah. Subjek L mengaku tidak

mengalami kendala yang berarti, namun hanya mampu membaca Al-

Fatihah selepas shalat maghrib, isya dan subuh masing-masing satu kali

saja. Adapun subjek K dan AS sama-sama lupa membaca surah Al-Fatihah

selepas shalat maghrib. Subjek K mengaku alasannya adalah karena

badannya terasa lelah dan pegal setelah mengalami kecelakaan, sehingga

tugas rumah yang dikerjakan setelah shalat maghrib terlewatkan.

Sedangkan subjek AS beralasan bahwa AS terlalu asik atau hanyut dalam

perbincangan dengan anak-anaknya yang sering dilakukan saat setelah

melaksanakan shalat maghrib. Subjek AS pun meminta maaf kepada

peneliti yang telah mengingatkan para subjek terkait tugas rumah via

whatsapp.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

80

Sebelum memulai tahapan inti pada sesi terapi pertemuan ini, yakni

pembahasan makna ayat ketiga dan keempat surah Al-Fatihah, fasilitator

menawarkan kepada peserta untuk break sejenak dan menunaikan ibadah

shalat zuhur. Para peserta pun setuju dan dua orang peserta yakni subjek

NV dan L yang tidak dalam keadaan berhadas ikut shalat zuhur berjamaah

bersama peneliti dan observer. Adapun subjek AS dan K yang sedang

berhalangan, tetap menunggu di ruangan bersama beberapa observer

lainnya, namun subjek AS tetap ikut ber-wudhu bersama subjek NV dan L

agar dapat melaksanakan terapi nantinya dalam keadaan ber-wudhu.

Adapun subjek K melakukan tayamum karena kondisi kakinya yang sulit

digerakkan untuk berjalan.

Usai istirahat shalat zuhur, fasilitator kemudian mengawali terapi

dengan mengajak peserta untuk ber-istighfar memohon ampun kepada

Allah, melakukan proses tawadhu’ serta memulai dengan bacaan isti’adza

dan basmalah. Fasilitator kemudian membimbing peserta untuk membaca

surah Al-Fatihah sesuai panduan yang ada pada modul intervensi. Peserta

terlihat lebih tenang dan fokus dengan memejamkan mata dan

menundukkan kepala, serta mengikuti dengan baik panduan dari fasilitator.

Bahkan subjek NV dan L tampak menengadahkan tangannya selayaknya

sedang berdoa. Fasilitator kemudian mengajak untuk melakukan refleksi

serta penghayatan makna ayat ketiga surah Al-Fatihah. Masing-masing

peserta kemudian menceritakan pikiran dan perasaannya setelah

mengetahui makna dan dialog yang terkandung pada ayat ketiga surah Al-

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

81

Fatihah serta mencoba menghubungkan peristiwa yang terjadi dalam

hidupnya dengan ayat tersebut. Kejadian kecelakaan yang dialami subjek

K dan L menjadi topik hangat yang dibahas. Bahkan peserta lain yakni AS

dapat mengaitkan peristiwa yang dialami K dan L tersebut sesuai dengan

konteks ayat ketiga. Adapun subjek NV pada pertemuan kali ini juga

dengan terbuka menceritakan pengalamannya yang bersifat privasi.

Namun meskipun ceritanya cukup sensitif, subjek NV dapat menceritakan

dengan lebih tenang atau tidak menangis. Subjek NV pun sudah mulai

membuka maskernya, bahkan melepaskan masker yang digunakannya

ketika bercerita.

Setelah tiap peserta menceritakan pengalamannya, fasilitator kemudian

menarik kesimpulan atas masing-masing cerita peserta. Setelah itu,

fasilitator kemudian juga menanyakan kepada peneliti dan para observer

terkait pengalaman hidup yang dapat diceritakan untuk saling berbagi

inspirasi. Para peserta menyambut baik pertanyaan tersebut dan menyimak

dengan baik pengalaman hidup yang diceritakan oleh tim peneliti.

Berikutnya, sesi yang memuat pembahasan ayat keempat surah Al-

Fatihah juga dilewati dengan cukup kooperatif. Saat membaca surah Al-

Fatihah bersama-sama, para peserta tampak dapat menghayati dengan

baik. Adapun ketika mulai tahapan refleksi dan intuisi makna ayat, para

peserta mengungkapkan perasaan yang hampir sama, yakni merasa takut

akan dosa-dosa yang pernah dilakukan dan yakin akan ada timbal balik

atas segala perbuatan. Fasilitator kemudian menanyakan hal kecil yang

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

82

menurut para peserta dapat dilakukan untuk mendapat ampunan dari Allah.

Keempat peserta sepakat bahwa menyenangkan orangtua, berbuat baik

kepada teman-teman, menolong orang lain, berbakti kepada suami,

menjadi ibu yang baik, serta mencoba mengabaikan kejengkelan-

kejengkelan kecil yang dilakukan oleh suami maupun anak sebagai

jawaban atas pertanyaan tersebut. Fasilitator menanggapi jawaban para

peserta dengan positif dan menambahkan sedikit kisah motivasi untuk para

peserta.

Secara keseluruhan, proses terapi selama pertemuan kedua berjalan

dengan lancar. Pada saat penyampaian materi maupun ketika konseling,

para peserta tampak memperhatikan dengan cukup baik, meskipun pada

beberapa kesempatan subjek AS dan NV tampak memainkan ponselnya

dan mengobrol. Subjek K masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya

yang melakukan dua hal secara bersamaan. Pada pertemuan ini, subjek K

mendengarkan penjelasan fasilitator sambil merajut sebuah tas dengan

bahan dasar benang wol yang dibuatnya khusus untuk sang anak. Adapun

Subjek L tampak menunjukkan perkembangan dari segi kepercayaan diri.

Subjek L tampak nyaman dan tidak terlalu gugup seperti pada pertemuan

sebelumnya, meski pada beberapa kesempatan masih memberikan jawaban

yang sederhana dan mengulang jawaban peserta lain. Namun demikian,

keempat subjek mampu terlibat aktif selama sesi terapi ditunjukkan

dengan keluwesan peserta dalam berpendapat dan memberikan umpan

balik atas hal-hal yang disampaikan oleh fasilitator. Para peserta pun sudah

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

83

mulai nyaman bersosialisasi dengan tim peneliti, bahkan subjek AS

membawakan kopi bubuk untuk diminum bersama. AS menjadi peserta

yang paling menonjol pada pertemuan ini. AS seringkali mengambil

inisiatif untuk menjadi peserta pertama yang menjawab pertanyaan

fasilitator tanpa ditunjuk terlebih dulu oleh fasilitator.

Setelah fasilitator menutup sesi kelima pada pertemuan kedua ini dan

memimpin untuk berdoa bersama, peneliti pun menutup pertemuan dengan

mengucapkan terimakasih atas partisipasi aktif para peserta dan

mengingatkan peserta untuk tidak lupa mengerjakan tugas rumahnya.

Peneliti juga mengingatkan untuk peserta agar dapat hadir kembali pada

pertemuan berikutnya dan membawa Buku Diari Hatiku. Pertemuan pun

berakhir pada pukul 13.30 WIB.

c. Pertemuan ketiga

Keempat subjek didampingi peneliti, fasilitator dan para obsever datang

kembali untuk mengikuti proses Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada

pertemuan ketiga. Pada pertemuan kali ini observer yang dapat hadir

hanya tiga orang, sehingga satu orang observer berperan untuk

mengobservasi dua orang peserta. Pusat Psikologi Terapan UII kembali

menjadi lokasi pertemuan untuk pelaksanaan terapi. Para peserta telah

lengkap menghadiri pertemuan ketiga dan mengisi lembar presensi pada

pukul 13.10 WIB. Adapun Subjek K dan L tiba lebih awal sebelum waktu

yang telah disepakati, yakni beberapa menit sebelum pukul 13.00 WIB.

Subjek K mengaku bahwa kondisi kakinya sedikit lebih membaik sehingga

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

84

merasa harus lebih bersemangat walaupun masih harus menyeret kakinya

untuk berjalan. Para peserta menghadiri pertemuan pada hari ini dengan

berpakaian yang lebih rapi dan formal, karena setelahnya para peserta akan

menghadiri resepsi pernikahan salah seorang teman yang juga tergabung di

IPPI DIY. Pertemuan ketiga pun dibuka oleh peneliti pada pukul 13.15

WIB dengan salam dan sapa. Selanjutnya, peneliti langsung

mempersilahkan fasilitator untuk memulai sesi terapi.

Fasilitator mengawali sesi dengan menanyakan kabar keempat peserta

dan sedikit perbincangan ringan untuk mencairkan suasana. Seperti halnya

pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini fasilitator kembali meminta

para peserta untuk mengumpulkan Buku Diari Hatiku dan memeriksanya.

Fasilitator pun menanyakan peserta terkait pengalaman saat menerapkan

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif di rumah dan kendala yang dihadapi

dalam pengerjaannya. Subjek K memilih untuk menjawab pertama kali,

yang kemudian dilanjutkan oleh subjek lainnya. Para peserta

mengungkapkan jawaban-jawaban yang relatif beragam pada kesempatan

kali ini.

Kesan yang didapat sangat positif, seperti perasaan tenang, sabar,

termotivasi dan percaya akan pertolongan Allah. Subjek NV bahkan secara

khusus menyebutkan bahwa ayat keempat surah Al-Fatihah yang telah

dibahas pada pertemuan sebelumnya membuatnya menjadi lebih mampu

menahan diri dari perilaku yang tidak disukai Allah, begitu pula subjek L

yang menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah. Namun demikian, di

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

85

antara keempat peserta, subjek L yang paling sedikit mengamalkan bacaan

Al-Fatihah di waktu-waktu yang ditentukan. Sama seperti hari

sebelumnya, subjek L hanya membaca surah Al-Fatihah 1 kali selepas

shalat maghrib, isya dan subuh. Hal tersebut diakui subjek L terjadi karena

kondisi tubuhnya yang kurang fit, sehingga tidak dapat maksimal dalam

mengerjakan tugas rumah. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Subjek

K yang tidak mengalami kendala apapun dalam melaksanakan terapi di

rumah, karena Subjek K mengaku sudah terbiasa membaca Al-Fatihah,

hanya saja jumlah dan waktunya yang berbeda. Subjek K dan dua subjek

lainnya rata-rata dapat membaca surah Al-Fatihah lebih dari tiga kali pada

masing-masing waktu tugas rumah. Fasilitator pun kemudian

mengapresiasi usaha yang dilakukan masing-masing peserta dan

mengharapkan agar kedepannya para peserta dapat meningkatkan lagi

jumlah bacaannya agar mendapatkan dampak baik yang lebih besar.

Fasilitator kemudian memulai tahapan inti pada sesi terapi pertemuan

ini, yakni pembahasan makna ayat kelima surah Al-Fatihah. Sama seperti

pertemuan sebelumnya, fasilitator mempersilahkan para peserta yang

belum dalam keadaan ber-wudhu untuk mengambil wudhu terlebih dahulu.

Subjek K melakukan tayamum karena kondisi kakinya yang masih susah

untuk berjalan, sedangkan subjek lainnya pergi untuk mengambil wudhu

bersama peneliti. Usai peneliti mengantarkan para peserta ber-wudhu,

fasilitator mulai untuk memimpin para peserta dalam membaca surah Al-

Fatihah secara perlahan. Sebelumnya, fasilitator mengarahkan peserta

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

86

untuk ber-istighfar, mengucapkan ta’awudz dan basmalah, serta

meniatkan segala yang akan dilakukan karena Allah. Para peserta tampak

serius dan bersungguh-sungguh dalam membaca surah Al-Fatihah seraya

memejamkan mata. Beberapa diantaranya menundukkan kepala,

mengangkat kedua tangan dan mengucapkan ayat surah Al-Fatihah dengan

nada suara yang pelan.

Pembacaan surah Al-Fatihah selesai dilaksanakan, fasilitator

menjelaskan makna dan dialog yang terkandung dalam ayat kelima surah

Al-Fatihah. Fasilitator juga menjelaskan keistimewaan pada ayat kelima

ini sehingga ayat ini menjadi satu-satunya ayat yang secara khusus dan

eksklusif dibahas pada pertemuan ini. Para peserta pun dengan serius

memperhatikan penjelasan fasilitator dan sesekali tampak mengangguk.

Setelahnya, fasilitator mengajak para peserta untuk mengungkapkan hal

yang dirasakan dan dipikirkan pada saat membaca surah Al-Fatihah

dengan merefleksikan dan menghayati makna ayat kelima surah Al-

Fatihah. Fasilitator menunjuk Subjek L untuk menjawab pertama kali. Hal

tersebut disambut ceria oleh Subjek AS karena menurutnya jika Subjek L

menjadi peserta terakhir yang menjawab pertanyaan, jawabannya pasti

akan sama atau mengikuti jawaban peserta lainnya yang telah menjawab.

Subjek L pun tersenyum malu mendengar pernyataan Subjek AS dan

berusaha menjawab pertanyaan fasilitator walaupun dengan jawaban yang

kurang mendalam, namun cukup berkaitan dengan konteks ayat. Subjek

NV pada kesempatan ini menceritakan pengalaman yang cukup menarik

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

87

ketika ia merasa pertolongan Allah pasti datang dan yang perlu dilakukan

hamba-Nya adalah bersabar, karena pasti akan mendapat giliran untuk

dibantu oleh Allah. Sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya,

subjek NV selalu bercerita dengan jelas dan beralur. Adapun subjek K dan

AS menjawab dengan variasi jawaban lain yang juga mengarah pada

pertolongan Allah. Keduanya mampu mengaitkan materi dengan contoh

kecil dalam kehidupan, khususnya Subjek AS. Rata-rata peserta merasakan

ketenangan atas penghayatan makna ayat kelima surah Al-Fatihah terkait

meminta pertolongan kepada Allah.

Setelah mendengar jawaban peserta yang lebih banyak fokus pada arti

“Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”, fasilitator kemudian

menambahkan pertanyaan terkait arti yang juga termuat dalam ayat

tersebut, yakni “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah”. Para peserta

pun kembali menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang beragam

berhubungan dengan ibadah. Pada kesempatan ini, subjek L tampak

kurang dapat memahami maksud dari pertanyaan fasilitator. Hal tersebut

tampak dari jawaban subjek L yang tidak jauh berbeda dari jawaban

pertamanya seputar kebersyukuran subjek L dalam menghadapi ujian

hidup. Keempat subjek kemudian menceritakan terkait pengobatan yang

dilakukan saat ini dan saat pertama kali mengetahui status HIV. Fasilitator

pun menyimpulkan jawaban-jawaban yang telah diuraikan oleh para

peserta dan menutup dengan sedikit tips dalam berdoa yang kaitannya

dengan surah Al-Fatihah.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

88

Pada pertemuan ketiga ini, para peserta tampak dapat memperhatikan

dengan baik, khususnya ketika fasilitator menerangkan materi. Walaupun

masih ada beberapa peserta yang mengecek handphone-nya selama sesi

terapi, namun hal tersebut tidak dilakukan secara intens. Peserta tampak

lebih terbuka dan ramah kepada peneliti, fasilitator, para pengamat

maupun pada sesama peserta. Peserta menjadi lebih banyak berpendapat

terkait materi yang disampaikan fasilitator dan lebih sering melontarkan

candaan ketika konseling. Tidak ada peserta yang lebih dominan pada

pertemuan kali ini, semuanya hampir setara terkait tingkat partisipasi.

Setelah sesi terapi selesai dan fasilitator memimpin doa bersama, peneliti

pun kemudian menutup pertemuan pada pukul 14.20 WIB dan

mengingatkan para peserta untuk menghadiri pertemuan berikutnya

dengan membawa PR (Buku Diari Hatiku) yang telah dikerjakan.

d. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat yang merupakan pertemuan terakhir Terapi Al-

Fatihah Reflektif Intuitif dimulai tepat waktu pada pukul 11.00 WIB.

Empat orang peserta bersama peneliti, fasilitator, 4 orang pengamat telah

hadir di Pusat Psikologi Terapan UII sebelum waktu yang telah disepakati.

Para peserta pun mengisi daftar hadir dan dipersilahkan untuk menikmati

snack ketika peneliti mulai membuka pertemuan. Selanjutnya, fasilitator

yang mengambil alih forum setelah pertemuan dibuka oleh peneliti,

mengajak para peserta untuk berdoa bersama sebelum memulai kegiatan

pada hari itu. Fasilitator pun kemudian meminta co-fasilitator untuk

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

89

mengumpulkan Buku Diari Hatiku milik para peserta untuk diperiksa

seraya membuka obrolan ringan dengan para peserta. Setelahnya,

fasilitator menanyakan satu persatu peserta terkait pengalaman ketika

mengerjakan tugas rumah beserta kendala yang dialami. Para peserta

relatif merasakan perasaan yang hampir sama dengan yang telah peserta

alami di hari-hari sebelumnya ketika menerapkan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif di rumah. Namun demikian, para peserta menambahkan

bahwa efek secara fisik juga dirasakan, seperti merasa lemas dan tidur

menjadi lebih lelap, sehingga ketika bangun badan terasa lebih bugar. Ada

pula yang tidak merasa lelah meskipun kurang tidur.

Pada Subjek NV, kendala dialami ketika mengerjakan tugas rumah

selepas shalat maghrib dan isya. Subjek NV kesulitan berkonsentrasi

karena lingkungan sekitar rumahnya yang sangat berisik di jam-jam

tersebut. Namun ketika mengerjakan tugas rumah selepas shalat subuh,

Subjek NV merasakan ketenangan dan kedamaian yang berlipat ganda

karena dapat menerapkan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif dengan

nyaman tanpa adanya gangguan dari luar. Adapun ketiga subjek lainnya

tidak mengalami kendala apapun selama mengerjakan tugas rumah, hanya

saja masih ada peserta yang tidak mengerjakan tugas rumah di salah satu

waktu yang ditentukan, yakni Subjek K yang lupa mengerjakan tugasnya

selepas shalat maghrib.

Setelah selesai proses diskusi terkait tugas rumah, fasilitator kembali

memandu sesi ketujuh dan kedelapan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

90

dengan memastikan para peserta telah melaksanakan kewajibannya seperti

makan, minum dan wudhu. Beberapa peserta telah dalam kondisi ber-

wudhu, sebagian lainnya yang belum ber-wudhu segera mengambil wudhu

ditemani oleh peneliti. Setelah semua dipastikan dengan baik, fasilitator

memulai sesi terapi dengan cara yang sama seperti pertemuan sebelumnya.

Pada pembacaan surah Al-Fatihah bersama di sesi tujuh yang dipimpin

oleh fasilitator, sebagian peserta membaca surah Al-Fatihah sambil

menundukkan kepala, memejamkan mata dan menengadahkan kedua

tangannya. Fasilitator kemudian menjelaskan makna dan dialog yang

terkandung dalam ayat keenam surah Al-Fatihah. Berikutnya, satu persatu

peserta menyampaikan refleksi dan intuisinya terhadap makna ayat

keenam surah Al-Fatihah yang dikaitkan dengan pengalaman hidup. Pada

kesempatan tersebut, beberapa peserta yakni Subjek K dan L mengaku

sering mendapat petunjuk lewat mimpi ketika akan mendapat musibah,

baik pada diri sendiri maupun orang terdekat. Adapun Subjek AS mengaku

petunjuk biasanya diberikan Allah melalui firasat atau perasaan yang

merujuk pada perasaan nyaman atau tidak nyaman terhadap sesuatu hal

yang akan dihadapi. Adapun Subjek NV merasa bahwa dengan

keikutsertaannya dalam terapi ini juga menjadi salah satu petunjuk dari

Allah, sehingga ia dapat lebih menahan diri dari perbuatan tercela. Rata-

rata perasaan yang timbul pada peserta setelah menghayati makna ayat

keenam surah Al-Fatihah adalah perasaan berharap diberikan petunjuk

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

91

jalan yang lurus oleh Allah SWT. Fasilitator pun menyimpulkan jawaban

masing-masing peserta dan melanjutkan ke sesi berikutnya.

Pada sesi kedelapan yang membahas ayat ketujuh atau terakhir surat Al-

Fatihah, fasilitator kembali memimpin para peserta untuk membaca surah

Al-Fatihah bersama-sama. Para peserta pun dengan hikmat mengikuti

bacaan surah Al-Fatihah yang dipimpin oleh fasilitator. Selanjutnya,

fasilitator menerangkan makna dan dialog yang terkandung dalam ayat

ketujuh surah Al-Fatihah. Peserta pun menceritakan hal yang dipikirkan

dan dirasakannya setelah mengetahui makna dari ayat tersebut. Masing-

masing peserta merefleksikan dua kondisi, yakni jalan yang Allah beri

nikmat dan jalan yang Allah murkai. Dari penghayatan makna ayat

ketujuh, muncul harapan dari sebagian besar peserta, di antaranya harapan

akan diberikan nikmat dari doa yang dipanjatkan dan berharap dapat

menjadi hamba Allah yang lebih baik serta mendapat petunjuk kebaikan

seperti yang didapatkan sahabat nabi. Fasilitator kemudian menutup sesi

dengan kesimpulan yang ditarik berdasarkan kata kunci yang ditangkap

dari cerita para peserta.

Secara keseluruhan, para peserta menunjukkan partisipasi aktif yang

konsisten seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Meski beberapa

peserta sesekali tampak mengecek ponselnya dan mengobrol, namun para

peserta dapat menaruh perhatian pada orang lain yang sedang berbicara,

baik fasilitator maupun peserta lainnya. Akan tetapi, pada pertemuan kali

ini Subjek L tampak kurang dapat berkonsentrasi. Subjek L tampak

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

92

memperhatikan penyampaian materi oleh fasilitator, namun terkadang

pandangannya teralihkan ke arah lain seperti sedang memikirkan sesuatu.

Tidak jarang, Subjek L tampak sibuk sendiri bermain dengan tissue yang

ada di hadapannya. Kualitas jawaban Subjek L pun semakin menurun dan

berputar-putar pada makna yang sama.

Di samping itu para peserta tampak semakin akrab dengan fasilitator

dan tim peneliti, ditunjukkan dengan seringnya para peserta memulai

percakapan baru baik yang berhubungan dengan materi maupun

perbincangan seputar kehidupan sehari-hari. Ketika fasilitator menjawab

pertanyaan peserta yang bertanya, peserta lain bahkan ikut berdiskusi

mengenai materi yang ditanyakan. Fasilitator kemudian mengakhiri sesi

terapi dengan memandu para peserta untuk membaca doa khotmil Qur’an

bersama-sama dan mengarahkan peserta untuk membaca pula arti dari doa

tersebut yang telah dimuat pada Buku Diari Hatiku. Selanjutnya fasilitator

mengucapkan permohonan maaf kepada peserta jika selama memandu

proses Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif terdapat kesalahan dalam

perbuatan maupun perkataan. Fasilitator juga memberikan kontaknya

kepada para peserta apabila ada yang ingin berkonsultasi lebih lanjut.

Sebelum mengakhiri pertemuan, peneliti membagikan lembar evaluasi

kegiatan serta skala kepatuhan minum obat MMAS-8 kepada para peserta

untuk diisi. Sembari peserta mengisi lembar yang telah dibagikan, peneliti

mengucapkan terima kasih atas keterlibatan para peserta sebagai subjek

penelitian dan mewakili tim peneliti memohon maaf atas segala

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

93

kekurangan. Peneliti pun mengingatkan para peserta untuk tetap

mengamalkan surah Al-Fatihah selepas shalat maghrib, isya dan subuh dan

berharap hal baik yang telah dilakukan, baik oleh para peserta maupun tim

peneliti, dapat terus dijaga dengan istiqomah. Pertemuan terakhir ini

berakhir pada pukul 12.10 WIB dan ditutup dengan foto bersama.

4. Pelaksanaan Pengukuran Pascates (Posttest)

Pengukuran pascates atau posttest dilakukan pada 4 orang subjek

kelompok eksperimen dan 4 orang subjek kelompok kontrol. Pengukuran

tersebut ditujukan untuk mengetahui perubahan tingkat kepatuhan minum

obat subjek penelitian sesudah Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif diberikan

kepada kelompok eksperimen. Pengukuran akhir pada kelompok eksperimen

dilakukan bertepatan dengan selesainya proses terapi pada pertemuan

keempat, yakni pada tanggal 11 April 2019. Adapun pada kelompok kontrol,

posttest diberikan di hari berikutnya antara tanggal 13-15 April 2019, karena

menyesuaikan jadwal atau waktu luang subjek untuk dapat ditemui.

Peneliti meminta subjek untuk mengisi skala kepatuhan minum obat

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Selain skala kepatuhan

minum obat, pada kelompok eksperimen juga dibagikan lembar evaluasi

untuk melihat secara kualitatif efektiftas dari Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif yang telah diberikan oleh fasilitaor.

5. Pelaksanaan Pengukuran Tindak Lanjut (Followup)

Pengukuran tindak lanjut atau followup dilakukan pada 4 orang subjek

kelompok eksperimen dan 4 orang subjek kelompok kontrol. Pengukuran

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

94

tersebut ditujukan untuk mengetahui konsistensi atas perubahan tingkat

kepatuhan minum obat subjek penelitian sesudah Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif diberikan kepada kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimen,

pengukuran tindak lanjut dilaksanakan setelah 2 minggu pasca terminasi

terapi, yaitu pada tanggal 25 April 2019. Pelaksanaan proses tindak lanjut

dilakukan peneliti dengan mengunjungi satu persatu subjek di kediamannya.

Peneliti memberikan skala MMAS-8 serta melakukan wawancara dengan

tujuan untuk mengetahui lebih dalam terkait manfaat yang dirasakan subjek

serta pikiran, perasaan dan perilaku subjek selama dua minggu terakhir

berkaitan dengan proses pengobatan setelah pemberian Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif. Skala MMAS-8 juga diberikan kepada kelompok kontrol

sebagai proses tindak lanjut yakni di tanggal 30 April 2019, tepat sebelum

dimulainya pelaksanaan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada kelompok

kontrol.

6. Pelaksanaan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada Kelompok

Kontrol

Pelaksanaan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada kelompok kontrol

dilakukan setelah pengukuran tindak lanjut selesai. Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif pada kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 30 April

2019 di Pusat Psikologi Terapan Universitas Islam Indonesia. Pelaksanaannya

dipandu oleh psikolog profesional yang sama dengan yang memandu Terapi

Al-Fatihah Reflektif Intuitif untuk kelompok eksperimen. Namun,

dikarenakan padatnya jadwal kegiatan subjek kelompok kontrol, maka

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

95

disepakati agar jumlah pertemuan dicukupkan menjadi 1 kali pertemuan saja.

Fasilitator ditemani oleh 1 orang co-fasilitator memberikan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif sesuai dengan tahapan pada modul terapi, namun disingkat

seefektif mungkin agar sesuai dengan durasi waktu yang telah disepakati

bersama para subjek kelompok kontrol. Peneliti juga memberikan Buku Diari

Hatiku kepada kelompok kontrol sebagai panduan untuk dapat menerapkan

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif secara mandiri di rumah. Pada akhir sesi

terapi, para subjek mengaku mendapatkan banyak manfaat yang berkenaan

dengan rasa tenang dan motivasi untuk beribadah setelah mendapatkan Terapi

Al-Fatihah Reflektif Intuitif.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif

yang beragama Islam, berusia antara 28-48 tahun, dan berdomisili di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 8 orang dan

terbagi ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-

masing kelompok terdiri dari 4 orang subjek. Peneliti membagi kedua

kelompok menggunakan teknik matching dengan melihat kemungkinan

kondisi waktu luang subjek dan kesediaan subjek untuk dapat datang ke

tempat pelaksanaan terapi selama 4 kali pertemuan. Subjek penelitian telah

melewati tahap screening dengan kategori subjek yang memiliki skor

kepatuhan minum obat yang rendah dan sedang, serta memenuhi kriteria lain

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

96

yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Berikut deskripsi subjek kelompok

eksperimen dan subjek kelompok kontrol.

Tabel 9. Deskripsi Subjek Penelitian

2. Hasil Analisis Kuantitatif

a. Deskripsi Data Penelitian

Hasil analisis kuantitatif merupakan data hasil yang diperoleh dari prates,

pascates, dan follow up (tindak lanjut) pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dari skala kepatuhan minum obat Morisky Medication

Adherence Scale (MMAS-8). Analisis dihitung dengan melihat perubahan

skor kepatuhan minum obat subjek dari setiap tahapan.

Tabel 10. Deskripsi hasil data penelitian skala Morisky Medication Adherence

Scale (MMAS-8) Kelompok Eksperimen

Subjek Pra

tes

Pasca

tes

Tindak

Lanjut

GS

(Pra-

Pasca)

GS (Pasca-

Tindak

Lanjut)

GS (Pra-

Tindak

Lanjut)

L 7

(sedang) 7

(sedang) 8

(tinggi) 0 1 1

AS 7,75

(sedang)

8

(tinggi)

8

(tinggi) 0,25 0 0,25

Kelompok Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan

Terakhir

Lama

Diagnosis

Lama

Terapi

Kel

om

po

k

Eksperim

en

L P 33 SD 2,5 tahun 2,5 tahun

AS P 48 SMA 7,5 tahun 7,5 tahun

NV P 28 SMA 10 tahun 4 tahun

K P 37 SMA 9 tahun 9 tahun

Kel

om

pok

Kon

trol

N P 36 Sarjana 3 tahun 2,5 tahun

AA P 33 SMA 5 tahun 5 tahun

NH P 34 Sarjana 11 tahun 11 tahun

D P 29 SMP 5 tahun 5 tahun

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

97

NV 5,75

(rendah) 5,75

(rendah) 6,75

(sedang) 0 1 1

K 7

(sedang)

7

(sedang)

8

(tinggi) 0 1 1

Keterangan: GS= Gained Score

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 1 orang subjek dalam

kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor kepatuhan minum obat

setelah diberikan intervensi Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif, sehingga

memperoleh skor maksimal dan masuk dalam kategori kepatuhan minum

obat tinggi. Adapun 3 subjek lainnya tidak menunjukkan peningkatan

maupun penurunan, dengan kata lain skor kepatuhan minum obat yang

diperoleh setelah pemberian Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif tetap sama

dengan hasil pengukuran sebelum terapi. Namun demikian, hasil

pengukuran tindak lanjut menunjukkan bahwa ketiga subjek tersebut

kemudian mengalami peningkatan skor kepatuhan minum obat, sehingga

berada pada kategori kepatuhan minum obat yang lebih baik pada saat

pengukuran pasca-uji.

Tabel 11. Deskripsi hasil data penelitian skala Morisky Medication Adherence

Scale (MMAS-8) Kelompok Kontrol

Subjek Pra tes

Pasca tes

Tindak

Lanjut

GS

(Pra-

Pasca)

GS (Pasca-

Tindak

Lanjut)

GS (Pra-

Tindak

Lanjut)

N 7

(sedang) 7

(sedang) 7

(sedang) 0 0 0

AA 4,5

(rendah)

3,5

(rendah)

2,75

(rendah) -1 -0,75 -1,75

NH 4,75

(rendah) 5,75

(rendah) 5,75

(rendah) 1 0 1

D 4,75

(rendah)

3,5

(rendah)

5,5

(rendah) -1,25 2 0,75

Keterangan: GS= Gained Score

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

98

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek dalam kelompok

kontrol memiliki skor kepatuhan minum obat yang berada pada kategori

yang sama dalam setiap pengukurannya. Meskipun terdapat beberapa subjek

yang mengalami penurunan skor dan peningkatan skor, namun kategori

kepatuhan minum obat yang dicapai tidak mengalami perubahan.

Tabel 12. Deskripsi Data Statistik

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai mean kelompok eksperimen

pada tahap prates sebesar 6,875 dan kelompok kontrol memiliki niali mean

sebesar 5,250. Kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa rerata skor

kepatuhan minum obat pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan

kelompok kontrol. Nilai mean kelompok eksperimen pada tahap pasca tes

sebesar 6,938 dan kelompok kontrol sebesar 4,938. Nilai mean tahap

pascates pada kelompok eksperimen meningkat dari prates yaitu sebesar

0,063, sedangkan nilai mean tahap pascates pada kelompok kontrol

menurun dari prates sebesar 0,312. Pada tahap tindak lanjut nilai mean yang

dihasilkan kelompok eksperimen sebesar 7,688 dan nilai mean yang

dihasilkan kelompok kontrol sebesar 5,250. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kelompok eksperimen kembali mengalami peningkatan nilai mean

dari tahap pascates ke tindak lanjut, yakni sebesar 0,75. Adapun kelompok

Kelompok Klasifikasi Prates Pascates Tindak Lanjut

Eksperimen

Mininum 5,75 5,75 6,75

Maksimum 7,75 8 8

Mean 6,875 6,938 7,688

SD 0,829 0,921 0,625

Kontrol

Mininum 4,5 3,5 2,75

Maksimum 7 7 7

Mean 5,250 4,938 5,250

SD 1,173 1,737 1,791

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

99

kontrol memiliki peningkatan nilai mean dari tahap pascates ke tindak lanjut

sebesar 0,312 atau senilai dengan nilai mean pada tahap prates.

Secara keseluruhan nilai mean pada kelompok eksperimen mengalami

peningkatan pada setiap tahapnya. Perbedaan skor yang dihasilkan

menunjukkan adanya perubahan yang terjadi. Peningkatan skor yang

dialami kelompok eksperimen menandakan perubahan yang positif.

Sebaliknya, penurunan skor menjadi hal yang positif bagi kelompok kontrol.

Akan tetapi, kelompok kontrol yang mengalami penurunan pada tahap

pascates, mengalami peningkatan skor kembali seperti semula pada tahap

tindak lanjut. Namun demikian apabila dilihat secara menyeluruh, total

peningkatan nilai mean kelompok eksperimen dari prates hingga tindak

lanjut adalah sebesar 0,813. Adapun kelompok kontrol tidak mengalami

perubahan nilai mean dari prates hingga tindak lanjut. Rerata skor

kepatuhan minum obat akhir kelompok eksperimen pun lebih besar

dibanding kelompok kontrol.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Pra Tes, Pasca Tes dan Tindak Lanjut

Kepatuhan Minum Obat pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

100

b. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Hasil yang

ditemukan adalah data dapat dikatakan lulus uji asumsi karena berdistribusi

normal berdasarkan hasil uji normalitas dan memiliki varians yang sama

berdasarkan hasil uji homogenitas.

Tabel 13. Tests of Normality

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Pretest 0,861 8 0,123

Posttest 0,866 8 0,138

Follow-up 0,844 8 0,083

Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai p pada hasil uji normalitas prates

sebesar = 0,123 (p>0,05), pada pascates sebesar = 0,138 (p>0,05), dan nilai

p pada follow-up sebesar = 0,083 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan

bahwa sebaran data terdistribusi normal karena nilai p pada ketiga waktu

pengukuran tersebut lebih besar dari 0,05 (p> 0,05). Oleh sebab itu, subjek

pada penelitian ini dapat dikatakan tergolong representatif atau dapat

mewakili keadaan populasi yang sebenarnya, sehingga dapat

digeneralisasikan pada populasi tersebut.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

101

Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai p pada hasil uji homogenitas

prates sebesar = 0,458 (p>0,05), pada pascates sebesar = 0,079 (p>0,05),

dan nilai p pada follow-up sebesar = 0,207 (p>0,05). Apabila nilai p lebih

besar dari 0,05 (p>0,05) maka sebaran data tersebut dapat dikatakan

homogen. Namun, apabila p<0,05 maka sebaran data tersebut tidak

homogen. Berdasarkan kaidah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data

penelitian homogen atau memiliki varians yang sama.

c. Uji Hipotesis

Setelah melewati uji asumsi, data diketahui terdistribusi normal dan

homogen. Uji hipotesis kemudian dilakukan menggunakan metode analisis

anava mixed design. Berdasarkan hasil uji anava campuran yang dilakukan,

diperoleh nilai F sebesar 0,903 dengan signifikansi 0,431 (p>0,05). Hasil

Tabel 14. Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pretest Based on Mean 0,630 1 6 0,458

Based on Median 0,040 1 6 0,848

Based on Median and with adjusted df 0,040 1 4.723 0,850

Based on trimmed mean 0,487 1 6 0,511

Posttest Based on Mean 4.454 1 6 0,079

Based on Median 3.722 1 6 0,102

Based on Median and with adjusted df 3.722 1 5.985 0,102

Based on trimmed mean 4.441 1 6 0,080

Follow-up Based on Mean 1.997 1 6 0,207

Based on Median 1.258 1 6 0,305

Based on Median and with adjusted df 1.258 1 4.304 0,321

Based on trimmed mean 1.838 1 6 0,224

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

102

tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kelompok

dengan waktu pengukuran, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama. Adapun

sumbangan efektif yang diberikan oleh Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada kelompok eksperimen

dengan mempertimbangkan hasil pada kelompok kontrol hanya sebesar

13,1% dengan tingkat kepercayaan data 0,17 dari 0-1. Oleh karena itu,

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif dapat dikatakan kurang efektif untuk

meningkatkan kepatuhan minum obat pada Ibu Rumah Tangga dengan HIV

Positif, sehingga hipotesis penelitian ditolak.

3. Hasil Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif berbentuk deskriptif naratif dilakukan terhadap hasil

lembar kerja pada Buku Diari Hatiku, lembar evaluasi terapi, serta dari hasil

observasi dan wawancara. Hal ini dilakukan sebagai data tambahan terkait

dinamika emosi, pengalaman serta perilaku subjek selama proses terapi

berlangsung maupun setelah rangkaian sesi Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

selesai dilakukan.

a. Subjek 1 (L)

Ibu L yang berusia 33 tahun telah terdiagnosis HIV sejak 2016. Sebelum

dilaksanakan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif, Ibu L berada pada

kategori kepatuhan minum obat sedang (7). Pada awal pengobatan, Ibu L

merasakan efek samping obat yang menurut Ibu L membuatnya seperti

orang mabuk, yakni pusing dan perasaan ingin muntah, namun tidak bisa

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

103

muntah. Saat ditawarkan untuk mengikuti terapi, Ibu L sangat antusias dan

mengaku memang senang mengikuti pelatihan-pelatihan yang sering

diadakan di komunitasnya karena dapat bertemu dengan orang-orang baru

dan memperluas koneksi. Ibu L juga dengan terbuka menggambarkan

kondisi para ODHA setiap kali mengikuti pelatihan semacam ini yang

terkadang tidak mengikuti rangkaian pelatihan hingga akhir. Ibu L pun

sangat setuju terkait tanggal-tanggal pelaksanaan terapi yang dibuat di satu

minggu yang sama untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama

terapi dilaksanakan, Ibu L tergolong semangat dalam mengikuti jalannya

terapi, dibuktikan dengan kedatangannya yang selalu tepat waktu. Ibu L

mampu menempatkan diri sesuai dengan situasi dan bersikap sopan. Namun

demikian, sikap positif yang ditunjukkan oleh Ibu L tidak diimbangi dengan

keaktifan Ibu L dalam merespon fasilitator, Ibu L bahkan seringkali

kebingungan dalam memahami maksud dari pertanyaan-pertanyaan

fasilitator.

Pada pertemuan pertama terapi, Ibu L berinisiatif menghubungi teman-

temannya yang belum datang dan dapat bekerjasama dengan baik, seperti

memperhatikan penyampaian materi oleh fasilitator serta bersikap terbuka

dalam menceritakan permasalahan hidupnya. Pada sesi pembahasan makna

ayat pertama surah Al-Fatihah, Ibu L menceritakan kisah hidupnya yang

sejak kecil telah diusir dari rumah oleh ibu tirinya. Sambil menangis, Ibu L

mengisahkan sulitnya hidup yang dilaluinya, mulai dari mengurus

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

104

pembuatan kartu identitas sendirian dengan susah payah sebab namanya

tidak didaftarkan pada Kartu Keluarga (KK), hingga keterpaksaannya untuk

bekerja sebagai WPS (Wanita Pekerja Seks). Setelah memaknai ayat

pertama surah Al-Fatihah, Ibu L mengaku Allah memberikannya mukjizat

dengan menghadirkan orang-orang baik di sekelilingnya yang walaupun

tidak memiliki hubungan darah, tetapi banyak membantu. Ibu L pun

bersyukur untuk itu. Begitu pula pada sesi pembahasan makna ayat kedua

surah Al-Fatihah, Ibu L selalu bersyukur atas segala pemberian Allah yang

maha kuasa atas segala sesuatu.

Pada pertemuan kedua, Ibu L lebih percaya diri dalam mengutarakan

pendapatnya, meskipun jawaban yang dilontarkan kurang mendalam dan

terkadang mengutip jawaban yang sudah dikatakan oleh subjek lainnya.

Pada pembahasan makna ayat ketiga surah Al-Fatihah, Ibu L menceritakan

pengalamannya bersama Ibu K ketika kecelakaan sepulang dari terapi

pertemuan pertama. Setelah memahami makna ayat ketiga, Ibu L menyadari

bahwa peristiwa yang dialaminya tersebut adalah salah satu kasih Allah. Ibu

L kemudian mengungkapkan jawaban yang mirip dengan jawaban Ibu AS,

yaitu merasa bersyukur pada tiap hal seperti masih bisa menghirup udara

pagi dan bertemu dengan orang-orang baik. Pada pembahasan makna ayat

keempat surah Al-Fatihah, Ibu L mengaku merasakan hal yang sama seperti

yang dirasakan Ibu NV yakni takut karena memikirkan perbuatan dosa yang

telah dilakukan. Namun demikian, bersama diskusi dengan fasilitator, Ibu L

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

105

menyadari bahwa perasaan takut tersebut disertai dengan harapan mendapat

ampunan dari Allah.

Pada pertemuan ketiga, Ibu L lebih banyak mengemukakan pendapat dan

tampak lebih nyaman untuk berbaur dan bercanda bersama subjek lainnya.

Pada pembahasan makna ayat kelima surah Al-Fatihah yang berhubungan

dengan meminta pertolongan Allah, Ibu L kembali menjawab dengan

jawaban yang hampir sama dengan jawabannya pada pertemuan

sebelumnya, yakni perasaan bersyukur karena yakin apapun situasi yang

dihadapi pasti akan ada jalan keluarnya. Keyakinan tersebut diakui oleh Ibu

L membuatnya merasa lebih tenang. Adapun terkait makna ayat yang

berhubungan dengan ibadah atau menyembah Allah, Ibu L memaknai

bahwa hidayah dari Allah selalu didapatkan oleh hamba-Nya tanpa

memilih-milih tempat. Ibu L bercerita tentang dirinya yang selama ini cuek

dan tidak peduli pada orang lain maupun diri sendiri. Ibu L selalu marah

setiap kali ada orang yang mengingatkannya untuk shalat. Namun saat ini

Ibu L lebih peduli pada teman-temannya maupun diri sendiri, seperti mulai

mengusahakan untuk shalat, walaupun masih bolong-bolong dan belum lima

waktu.

Setelah melewati proses konseling bersama fasilitator, Ibu L menjadi

menyadari bahwa koreksi yang dilakukannya serta perbaikan diri menjadi

lebih baik yang Ibu L usahakan dapat bernilai sebagai ibadah di mata Allah.

Terkait kondisi ketika pertama kali tahu status, Ibu L merasa mendapat

teguran dari Allah dan menyadari bahwa hal tersebut adalah risiko atas

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

106

pekerjaannya. Bentuk usaha yang dikerahkan Ibu L dalam menghadapi

kondisi kesehatannya adalah minum obat secara medis. Ibu L kurang

memahami pertanyaan fasilitator ketika ditanya harapan apa yang muncul.

Ibu L hanya mengulangi jawabannya sebelumnya terkait merasa ditegur

oleh Allah, sehingga pertanyaan yang ditanyakan fasilitator tersebut tidak

terjawab oleh Ibu L.

Pada pertemuan keempat, Ibu L semakin akrab dengan fasilitator dan tim

peneliti. Ibu L dapat menyapa dan memulai interaksi lebih dahulu kepada

fasilitator maupun tim peneliti. Namun demikian, pada pertemuan ini Ibu L

tampak kurang fokus dan sering terlihat melamun seperti memikirkan hal

lain, sehingga jawaban Ibu L saat proses konseling kurang mendalam karena

kurang mengerti maksud dari pertanyaan fasilitator. Pada pembahasan

makna ayat keenam, Ibu L bercerita bahwa terkadang Ibu L diberikan

petunjuk melalui mimpi ketika akan mendapat ujian. Setelah melewati

proses refleksi dan penghayatan makna, muncul harapan pada Ibu L agar

dapat selalu ditunjukkan jalan yang lurus oleh Allah.

Pada pembahasan ayat ketujuh surah Al-Fatihah, Ibu L merefleksikan

kondisi saat Ibu L merasa ditunjukkan jalan yang diridhoi Allah ialah ketika

dipertemukan dengan teman dan keluarga baru sebagai bagian dari nikmat

Allah. Adapun kondisi saat Ibu L merasa dimurkai oleh Allah adalah ketika

dahulu memiliki kebiasaan buruk seperti minum minuman keras dan

mengkonsumsi obat-obatan terlarang, namun sekarang kebiasaan tersebut

semakin dapat dihilangkan. Ibu L pun merasa senang dan merasa lebih

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

107

bersyukur. Selain observasi dan wawancara, analisis kualitatif juga

dilakukan dengan evaluasi tugas rumah yang dilaksanakan Ibu L di luar sesi

terapi. Rincian evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Evaluasi Tugas Rumah Subjek L

Tanggal

Pelaksanaan Hasil Yang Diperoleh

Senin, 8 April 2019 Ibu L membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib, isya dan

subuh masing-masing 1 kali. Setelah

menerapkan tugas rumah selepas shalat

maghrib, Ibu L merasa selalu bersyukur

dalam segala hal. Secara keseluruhan, Ibu

L merasa lebih nyaman. Ibu L

mengungkapkan rasa syukurnya masih

diberikan kesehatan dan tidak mengalami

luka parah ketika kecelakaan bersama Ibu

K sepulang dari terapi pada pertemuan

pertama.

Selasa, 9 April 2019 Ibu L kembali membaca Al-Fatihah secara

reflektif intuitif selepas shalat maghrib,

isya dan subuh dengan jumlah yang sama

seperti hari sebelumnya, yakni 1 kali pada

masing-masing waktu yang telah

ditentukan. Ibu L mengaku hal tersebut

dikarenakan Ibu L sedang dalam kondisi

yang kurang fit. Secara keseluruhan, Ibu L

merasa menjadi lebih dapat memotivasi

diri untuk menghadapi berbagai hal dan

menjadi lebih berhati-hati dalam

melangkah.

Rabu, 10 April 2019 Ibu L berusaha meningkatkan intensitas

dalam mengerjakan tugas rumah pada

waktu setelah shalat isya yakni menjadi 2

kali, adapun selepas shalat maghrib dan

subuh masih hanya 1 kali. Setelah

membaca surah Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib, Ibu L

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

108

merasa lebih bersemangat. Secara

keseluruhan, Ibu L kembali merasa lebih

nyaman dan tenang, bahkan mengaku

bahwa suasana hatinya dipenuhi dengan

rasa senang. Ibu L pun mengaku tidak

merasa lelah meskipun tidak tidur

semalaman.

Kamis, 11 April 2019 Pada tugas rumah kali ini, Ibu L lebih

meningkatkan intensitas membaca surah

Al-Fatihahnya, yakni 3 kali setelah shalat

maghrib, 2 kali setelah shalat isya dan 4

kali setelah shalat subuh. Saat membaca

surah Al-Fatihah selepas shalat maghrib,

Ibu L merasa jauh lebih sabar dalam segala

hal. Ibu L menceritakan bahwa pada hari

tersebut, ia membantu tetangganya namun

mendapat perlakuan yang tidak

menyenangkan dari tetangganya tersebut.

Namun demikian, Ibu L merasa jadi lebih

dapat menahan diri untuk tidak marah

karena dapat bersikap dengan lebih sabar.

Berdasarkan pengukuran pascates setelah dilakukan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif dilakukan, Ibu L tetap berada pada kategori kepatuhan

minum obat sedang (7). Namun demikian, berdasarkan lembar evaluasi

terapi yang diisi oleh Ibu L diketahui bahwa harapan Ibu L sangat terpenuhi

melalui terapi yang telah diikuti, materi yang disampaikan dirasa sangat

jelas, fasilitator diakui sangat menguasai materi, Ibu L merasa sangat puas

terhadap materi yang disampaikan, media dan alat yang digunakan dalam

terapi dinilai sangat mendukung dan terapi sangat bermanfaat bagi Ibu L.

Adapun manfaat yang diperoleh menurut Ibu L ialah meningkatkan rasa

bersyukurnya serta menambah pengalaman. Perubahan atau perbedaan yang

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

109

dirasakan Ibu L dibanding saat sebelum mengikuti terapi ialah perasaan

yang jauh lebih tenang dan lebih sabar dalam menghadapi segala hal. Ibu L

memberikan kesan yang positif terhadap jalannya terapi, yakni tim peneliti

(peneliti, pengamat dan fasilitator) yang dianggap sangat ramah.

Pada pengukuran tindak lanjut yang dilakukan 2 minggu pasca Terapi

Al-Fatihah Reflektif Intuitif dilakukan, kategori kepatuhan minum obat Ibu

L meningkat menjadi kategori tinggi (8). Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan, diperoleh gambaran kepatuhan minum obat Ibu L dan hal-hal

yang mendorong Ibu L menjadi patuh 100% dalam menjalani pengobatan.

Ibu L mengaku apapun keadaannya, Ibu L selalu meminum obatnya. Ketika

waktu minum obat tiba, Ibu L tidak pernah lupa, bahkan terlewat 1 jam pun

tidak pernah. Ibu L tidak pernah menggunakan alarm dan hanya

mengandalkan jam yang ada di ponselnya. Ibu L bercerita pada suatu ketika

Ibu L merasa sangat lelah dan tertidur sebelum waktu minum obat hampir

tiba, Ibu L tetap terbangun sendiri dan kemudian meminum obatnya.

Menurut Ibu L hal tersebut dikarenakan meminum obat sudah menjadi

rutinitas sehari-hari, sehingga Ibu L sudah terbiasa untuk melakukannya.

Ketika berpergian pun Ibu L merasa obatnya wajib untuk dibawa. Ibu L

bersedia mengikuti instruksi dokter untuk minum obat tepat waktu dan

dosisnya pun tidak pernah Ibu L kurangi dengan sengaja. Ibu L mengaku

tidak keberatan untuk minum obat setiap hari dan tidak terganggu dengan

efek sampingnya, sebab Ibu L berpikir bahwa semua obat itu pasti ada efek

sampingnya.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

110

Adapun yang mendorong Ibu L untuk patuh meminum obatnya adalah

keinginan agar tetap sehat untuk keluarga, khususnya orangtuanya yang

belum bisa menerima atau mengakui Ibu L sebagai anak. Ibu L bercerita

bahwa setiap kali berkunjung ke rumah orangtuanya, Ibu L selalu diusir.

Namun hanya dengan melihat orangtuanya dari luar rumah saja Ibu L sudah

merasa senang karena tahu orangtuanya dalam kondisi sehat. Ibu L berharap

dengan usahanya untuk patuh dalam minum obat membawanya pada

kesehatan, sehingga dengan tidak jatuh sakit ataupun masuk rumah sakit,

orangtuanya dapat berubah pikiran dan suatu saat dapat menerimanya. Ibu L

meyakini bahwa tidak ada seseorang pun yang dapat mengetahui hati orang

lain karena yang membolak-balikkan hati manusia adalah Allah. Selain

untuk keluarga, Ibu L juga mengaku bahwa keinginan agar tetap sehat

muncul untuk diri sendiri, dalam hal ini Ibu L menyebutkan supaya dirinya

dapat membantu orang lain.

Menurut keterangan Ibu L, yang membuatnya yakin untuk tidak berhenti

minum obat ialah manfaat obat yang sangat terasa pada kesehatan. Ibu L

mengetahui bahwa virus dalam tubuhnya masih ada meskipun kondisi

tubuhnya membaik, sehingga Ibu L memahami dengan baik bahwa resisten

akan menjadi risiko jika Ibu L tidak konsisten dalam minum obat. Selain itu,

yang membuat Ibu L tidak pernah merasa terganggu untuk minum obat

setiap hari adalah karena komitmennya pada diri sendiri. Ibu L selalu

mensugesti dirinya jika ingin sehat, maka harus patuh, sebab tidak minum

obat sama saja seperti bunuh diri secara perlahan dan jika bosan meminum

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

111

obat berarti bosan untuk hidup. Terkadang untuk menjauhkan rasa bosan,

Ibu L menganggap obat yang dikonsumsinya seperti permen kesukaannya,

bahkan sesekali Ibu L mengganti botol obat dengan botol permen

kesukaannya tersebut. Adapun manfaat dari Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif terhadap kondisi pengobatannya saat itu menurut Ibu L sangat

berarti. Ibu L yang biasanya mudah tersinggung atau sangat sensitif

terhadap hal yang membuatnya tidak nyaman, kini merasa jauh lebih tenang

dan sabar untuk menghadapi berbagai situasi.

Gambar 3. Grafik Skor Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) Subjek L

b. Subjek 2 (AS)

Ibu AS yang berusia 48 tahun telah terdiagnosis HIV sejak 2011.

Sebelum dilaksanakan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif, Ibu AS berada

pada kategori kepatuhan minum obat sedang (7,75). Pada awal pengobatan,

Ibu AS merasakan efek samping obat yaitu diare. Saat ditawarkan untuk

mengikuti terapi, Ibu AS agak ragu karena khawatir jadwal terapi

berbenturan dengan acara keluarganya di luar kota. Namun setelah

6,5

7

7,5

8

8,5

Prates Pascates Tindak Lanjut

Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Minum Obat

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

112

didiskusikan kembali dan disepakati bersama terkait jadwal terapi, Ibu AS

akhirnya setuju untuk mengikuti Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama

terapi dilaksanakan, Ibu AS tergolong sebagai subjek yang konsisten untuk

berpartisipasi aktif selama mengikuti jalannya terapi, dibuktikan dengan

seringnya Ibu AS melakukan tanya jawab bersama fasilitator dan turut serta

menanggapi atau memberikan feedback atas jawaban subjek lainnya.

Kualitas jawaban yang diberikan Ibu AS pun sangat baik, seperti halnya

mengaitkan materi yang diberikan dengan contoh kecil dalam kehidupan.

Ibu AS selalu menuturkan hal yang ingin disampaikannya dengan kalimat

yang runtun dan mudah dimengerti, serta menggunakan bahasa non verbal

seperti kontak mata dan gerakan tangan untuk membuat pesan yang

disampaikan semakin jelas. Selain itu, Ibu AS juga mudah akrab dan sangat

komunikatif, ia sering melontarkan candaan yang dapat mencairkan suasana.

Pada pertemuan pertama terapi, Ibu AS dapat menyesuaikan diri dengan

baik dan dapat menjadi pendengar aktif selama fasilitator menuturkan

materi. Ibu AS dengan percaya diri menyampaikan pendapat serta merespon

pertanyaan maupun pernyataan dari fasilitator dan subjek lainnya yang

kadangkala diselinginya dengan humor. Pada pembahasan ayat pertama

surah Al-Fatihah, Ibu AS bercerita tentang kisah hidupnya yang sejak kecil

tidak pernah dihadapkan dengan masalah yang besar. Ibu AS mengaku

bahwa kasih sayang yang diterima Ibu AS dari orangtuanya sangatlah

berlimpah. Namun demikian, perjalanan hidupnya yang baik-baik saja tanpa

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

113

masalah serius tersebut pun membuatnya menjadi kurang siap ketika

dihadapkan pada masalah terbesar dalam hidupnya yang menjadi titik balik

dalam hidup Ibu AS. Ibu AS bercerita bahwa masalah terbesar tersebut

datang setelah menikah, ia merasa sangat kesulitan ketika memulai

kehidupan rumah tangganya. Ibu AS tidak menjelaskan dengan rinci

kesulitan seperti apa yang dialaminya, namun hal tersebut diungkapkannya

dengan nada suara bergetar seperti menahan tangis.

Setelah memaknai ayat pertama surah Al-Fatihah, Ibu AS merenungkan

bahwa ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, hal yang seyogianya

dilakukan oleh makhluk Allah ialah menghadapi persoalan tersebut dan

mencari solusinya. Kemudian timbul perasaan bahwa dengan bantuan Allah,

masalah yang dihadapi pasti dapat diselesaikan dengan baik. Pada

pembahasan ayat kedua surah Al-Fatihah, Ibu AS bercerita tentang kondisi

status HIV-nya saat ini yang tidak menjadi beban pikirannya. Setelah

memaknai ayat kedua surah Al-Fatihah melalui refleksi dan penghayatan,

Ibu AS mengaku menjadi lebih tergerak untuk senantiasa menikmati

hidupnya saat ini.

Pada pertemuan kedua, Ibu AS semakin aktif dalam mengikuti

serangkaian tahapan pada sesi terapi., meskipun pada beberapa kesempatan

tampak memainkan ponselnya. Ibu AS mampu menunjukkan inisiatif yang

tinggi dengan menjawab pertama kali tanpa ditunjuk ketika fasilitator

mempersilahkan masing-masing subjek untuk menuturkan jawabannya

terkait refleksi ayat surah Al-Fatihah. Ibu AS pun senantiasa menjadi

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

114

pendengar aktif ketika subjek lain bercerita. Pada pembahasan ayat ketiga

surat Al-Fatihah, Ibu AS mengangkat cerita yang baru saja dialami oleh

subjek lain ketika merefleksikan ayat ketiga tersebut. Ibu AS menyimpulkan

bahwa setiap aktivitas yang dijalaninya dan sesama makhluk hidup lainnya

adalah wujud kasih Allah. Ibu AS pun menjadi semakin meyakini kasih

sayang Allah dan menikmati hal-hal yang dimiliki serta kesempatan yang

diberikan Allah untuk beraktivitas di kehidupan sehari-hari, seperti

bernapas, makan, dan lain sebagainya. Hal tersebut kemudian diakui Ibu AS

membuatnya merasa semakin bersyukur.

Pada pembahasan ayat keempat surah Al-Fatihah, Ibu AS mengaku

pikiran yang muncul begitu memaknai ayat keempat adalah keyakinan

bahwa tindakan yang baik maupun buruk yang dilakukannya pasti akan ada

timbal baliknya. Oleh sebab itu, Ibu AS merasa bahwa setiap orang

termasuk dirinya harus mempertanggungjawabkan tindakannya masing-

masing.

Pada pertemuan ketiga, Ibu AS semakin nyaman untuk mengemukakan

pendapat dan bercanda dalam forum. Adapun terkait materi yang

disampaikan oleh fasilitator, Ibu AS tampak dapat memahami dengan baik

dan menjawab pertanyaan dengan menyertakan contoh kecil dalam

kehidupan. Pada pembahasan ayat kelima surah Al-Fatihah, Ibu AS

merefleksikan bahwa hanya kepada Allah manusia memohon pertolongan.

Ibu AS mengaku setiapkali ada permasalahan, Ibu AS selalu percaya bahwa

dengan curhat kepada Allah pertolongan pun akan datang. Ibu AS

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

115

mencontohkan ketika dulu dirinya didiagnosis HIV, Ibu AS merengek

meminta tolong hanya kepada Allah saja dan hingga kini minum obat secara

medis menjadi bentuk ikhtiar yang dilakukan Ibu AS untuk sembuh. Setelah

menghayati ayat kelima tersebut, Ibu AS merasa semakin yakin bahwa hal

yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi permasalahan adalah

bersandar kepada Allah, bukan kepada manusia.

Adapun terkait makna ayat kelima yang berhubungan dengan ibadah atau

menyembah Allah, Ibu AS memaknai bahwa tahapan tiap orang dalam

beribadah tidaklah sama. Ibu AS sendiri merasa selalu kurang dalam

ibadahnya. Menurut Ibu AS, yang terpenting dalam ibadah adalah

istiqomah-nya. Ibu AS pun kemudian mengaku bahwa ia tidak senang

dengan istilah “korban” bagi Ibu Rumah Tangga dengan HIV/AIDS yang

tertular dari suaminya. Ibu AS tidak hendak menyalahkan suaminya atas

status yang didapatnya kini dan justru semakin sayang kepada suaminya,

sebab karena dengan kondisi tersebut Ibu AS dan suami justru dapat

semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan rajin beribadah.

Pada pertemuan keempat, Ibu AS stabil menunjukkan partisipasi aktifnya

selama mengikuti serangkaian tahapan terapi. Begitu pula terkait

pemahamannya terhadap materi yang disampaikan serta interaksi sosialnya

selama terapi yang menunjukkan interaksi yang positif. Pada pembahasan

ayat keenam surah Al-Fatihah, Ibu AS menceritakan bahwa terkadang Ibu

AS merasa diberikan petunjuk oleh Allah melalui perasaan nyaman atau

tidak nyaman terhadap sesuatu yang akan dihadapi. Setelah melewati proses

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

116

refleksi dan penghayatan makna, muncul harapan pada Ibu AS agar dapat

senantiasa diberikan petunjuk oleh Allah.

Pada pembahasan ayat terakhir surah Al-Fatihah, Ibu AS

mengungkapkan harapannya yakni mendapat petunjuk kebaikan seperti

yang didapatkan oleh para sahabat nabi. Ibu AS kemudian menceritakan

pengalaman suaminya yang menurut Ibu AS diangkat dari kondisi yang

dimurkai oleh Allah. Suami Ibu AS pernah memiliki kebiasaan buruk

seperti minum minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang. Ibu

AS tidak pernah mengoreksi atau menegur suaminya secara langsung,

namun Ibu AS tidak henti-hentinya meminta kepada Allah agar suaminya

dapat berubah. Ibu AS pun mengaku bahwa sekarang setelah suaminya

didiagnosis HIV, sang suami justru menjadi muslim yang lebih taat, seperti

rajin shalat tepat waktu di Masjid dan lain sebagainya. Ibu AS pun

bersyukur untuk itu. Selain observasi dan wawancara, analisis kualitatif juga

dilakukan dengan evaluasi tugas rumah yang dilaksanakan Ibu AS di luar

sesi terapi. Rincian evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Evaluasi Tugas Rumah Subjek AS

Tanggal

Pelaksanaan Hasil Yang Diperoleh

Senin, 8 April 2019 Ibu AS membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat isya sebanyak 9 kali

dan subuh sebanyak 3 kali. Ibu AS tidak

melaksanakan tugas rumah selepas shalat

maghrib karena terlalu asik dalam obrolan

dengan suami dan anak-anaknya pada waktu

itu. Setelah menerapkan tugas rumah selepas

shalat maghrib, Ibu AS merasa tenang dan

rasa pusing yang dirasakannya menjadi

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

117

hilang. Adapun saat membaca surah Al-

Fatihah selepas shalat subuh, Ibu AS merasa

lebih dapat berkonsentrasi. Secara

keseluruhan, Ibu AS mengaku tidurnya jadi

lebih nyenyak dan menjadi lebih yakin

bahwa Tuhan selalu mempunyai cara

tersendiri untuk mengasihi hamba-Nya.

Selasa, 9 April 2019 Ibu AS membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif pada waktu-waktu yang ditentukan.

Selepas shalat maghrib Ibu AS membaca

surah Al-Fatihah sebanyak 3 kali, namun ia

merasa biasa saja. Selepas shalat isya Ibu

AS membaca surah Al-Fatihah sebanyak 7

kali dan merasa lebih tenang. Selepas shalat

subuh Ibu AS membaca surah Al-Fatihah

sebanyak 7 kali dan mengaku dosis sabarnya

menjadi bertambah. Secara keseluruhan, Ibu

AS merasa terkesan dengan surah Al-

Fatihah yang memberikan efek positif ketika

dibaca dengan penghayatan yang kuat.

Rabu, 10 April 2019 Ibu AS kembali membaca surah Al-Fatihah

secara reflektif intuitif dengan jumlah yang

sama persis di tiap waktunya dengan hari

sebelumnya. Setelah membaca surah Al-

Fatihah secara reflektif intuitif selepas shalat

maghrib, Ibu AS kembali merasa biasa saja.

Setelah membaca surah Al-Fatihah selepas

shalat isya pun Ibu AS kembali merasakan

ketenangan. Adapun setelah membaca Al-

Fatihah selepas shalat subuh, Ibu AS merasa

lebih bugar. Secara keseluruhan setelah

melaksanakan tugas rumah, Ibu AS

mengaku muncul harapan kepada Allah

untuk memberinya pertolongan mulai dari

hal kecil hingga besar.

Kamis, 11 April

2019

Pada tugas rumah kali ini, Ibu L lebih

meningkatkan intensitas membaca surah Al-

Fatihahnya, yakni 7 kali setelah shalat

maghrib, 9 kali setelah shalat isya dan 7 kali

setelah shalat subuh. Saat membaca surah

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

118

Al-Fatihah selepas shalat maghrib, Ibu AS

merasa semakin tenang. Saat setelah shalat

isya, Ibu AS kembali merasa tenang dan

lebih siap untuk mengerjakan apapun. Saat

setelah shalat subuh, Ibu AS juga merasa

lebih tenang dan kondisi tubuhnya terasa

lebih baik. Secara keseluruhan, Ibu AS

merasa banyak efek psikologis yang

dirasakan yang berkaitan langsung dengan

fisik. Ibu AS menyamakan efek fisik yang

dirasakannya seperti ketika Ibu AS

mengikuti kegiatan jalan kaki sejauh 10 km

yang diadakan Jogja International Heritage

Walk.

Berdasarkan pengukuran pasca tes setelah dilakukan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif dilakukan, Ibu AS berada pada kategori kepatuhan minum

obat tinggi (8). Berdasarkan lembar evaluasi terapi yang diisi oleh Ibu AS

diketahui bahwa harapan Ibu AS cukup terpenuhi melalui terapi yang telah

diikuti, materi yang disampaikan dirasa sangat jelas, fasilitator diakui sangat

menguasai materi, Ibu AS merasa cukup puas terhadap materi yang

disampaikan, media dan alat yang digunakan dalam terapi dinilai cukup

mendukung dan terapi sangat bermanfaat bagi Ibu AS. Adapun manfaat

yang diperoleh menurut Ibu AS ialah lebih memahami proses berpikir dalam

memaknai Al-Fatihah dan merefleksikan dalam kehidupan. Ibu AS

mengaku tidak mengalami perubahan atau perbedaan yang drastis dibanding

saat sebelum mengikuti terapi, hanya saja Ibu AS menjadi mengerti makna

Al-Fatihah dan merasa terapi yang diperoleh dapat menjadi suplemen untuk

kesehatan lahir dan batin. Ibu AS memberikan saran terkait tempat

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

119

pelaksanaan terapi yang sebaiknya mempertimbangkan jarak tempuh

seluruh peserta. Meskipun jarak tempuh Ibu AS dekat, namun Ibu AS

merasa kasihan pada subjek lainnya yang tinggal cukup jauh dari lokasi

pelaksanaan.

Pada pengukuran tindak lanjut yang dilakukan 2 minggu pasca Terapi

Al-Fatihah Reflektif Intuitif dilakukan, kategori kepatuhan minum obat Ibu

AS konsisten seperti pada hasil pengukuran pascates, yakni tetap pada

kategori tinggi (8). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh

gambaran kepatuhan minum obat Ibu AS dan hal-hal yang mendorong Ibu

AS tetap patuh 100% dalam menjalani pengobatan pasca Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif diberikan. Ibu AS tidak pernah melewatkan jadwalnya

untuk meminum obat. Saat berpergian jauh, Ibu AS menaruh obatnya pada

tempat kecil, sehingga tidak pernah lupa untuk membawanya. Ibu AS juga

tidak pernah berhenti minum obat karena menurutnya ia tidak pernah

merasa kondisinya memburuk setelah meminum obat. Bagi Ibu AS, efek

samping obat tidak berarti apa-apa karena semua obat bahkan yang dijual

bebas di warung pun ada efek sampingnya. Ibu AS juga tidak pernah

berhenti meminum obat meskipun kondisi tubuhnya membaik, seperti

halnya ketika virus yang ada dalam tubuhnya sudah tidak terdeksi saat Ibu

AS melakukan tes viral load. Ketika dokter menyuruh Ibu AS untuk tetap

minum obat, Ibu AS menurut dan tetap meminum obatnya.

Ibu AS menganggap minum obat sebagai sebuah rutinitas, sama seperti

aktivitas harian lain misalnya mandi. Ibu AS pun tidak terlalu memikirkan

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

120

dan menganggap aktivitas minum obat tersebut biasa saja sama seperti

ketika ia makan nasi. Begitu pula ketika harus membawa obat berpergian,

Ibu AS menganggap hal tersebut biasa saja sama seperti ketika ia membawa

botol minuman saat berpergian. Ketika sebagian orang merasa terganggu

harus meminum obat setiap hati, Ibu AS justru merasakan kebalikannya. Ibu

AS bercerita ketika ia mengalami efek samping obat yaitu diare, Ibu AS

kemudian berpikiran positif dengan menganggap hal tersebut sebagai

pembersihan kotoran atau racun yang ada pada tubuhnya, sehingga Ibu AS

tetap merasa senang untuk meminum obatnya.

Upaya yang dilakukan Ibu AS agar tidak lagi lupa meminum obatnya

adalah bersikap cuek. Ibu AS mengaku ia mengikuti saran dokter untuk

mengabaikan saja pengalamannya dulu saat tanpa sengaja lupa meminum

obat, karena justru akan berbahaya apabila terlalu dipikirkan hingga menjadi

beban pikiran dan memunculkan pikiran-pikiran negatif. Begitu pula ketika

ada kecerobohan tanpa sengaja saat dulu ia pernah minum obat dua kali

karena lupa bahwa sudah meminum obat di hari tersebut, sehingga

merasakan pusing yang lebih dari efek samping biasanya. Ibu AS

memutuskan untuk tidak terlalu dibawa beban dan justru menertawakan

kecerobohannya tersebut dan menganggapnya sama saja seperti ketika ia

tersandung dan ketidaksengajaan lainnya. Ibu AS tidak lagi mengalami hal

tersebut karena mengingatnya sebagai kenangan yang lucu dan belajar dari

pengalaman. Ibu AS pun saat ini menggunakan metode tertentu yaitu

dengan memindahkan tempat obatnya ketika ia sudah meminumnya,

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

121

sehingga jika tempat obat tersebut telah berpindah, berarti Ibu AS telah

meminumnya hari itu.

Motivasi Ibu AS untuk tidak berhenti meminum obatnya adalah

keinginannya untuk sehat. Selain itu, melihat banyak teman ODHA-nya

yang kondisinya memburuk karena tidak patuh, Ibu AS pun terdorong untuk

patuh dalam pengobatan. Menurut Ibu AS perasaan jenuh itu berbahaya. Ibu

AS juga melihat perubahan besar pada suami Ibu AS yang sempat

mengalami kondisi yang sangat buruk hingga kesehatannya membaik seperti

saat ini setelah mulai mengkonsumsi ARV sesuai instruksi dokter. Nafsu

makan suami Ibu AS meningkat yang menurut Ibu AS menampakkan

sebuah tanda-tanda kehidupan, sehingga Ibu AS pun menjadi yakin pada

manfaat ARV dan ikut patuh untuk minum obat. Namun demikian, Ibu AS

mengaku bahwa ia tidak menomorsatukan ARV sebagai sesuatu hal yang

mampu membuatnya sehat karena bagi Ibu AS yang menyehatkannya

adalah Allah dan bukan ARV, sehingga mengkonsumsi ARV dianggapnya

hanyalah sebagai bentuk ikhtiar. Menurut Ibu AS ARV bukanlah satu-

satunya jalan, namun tetap merupakan bentuk ikhtiar sama halnya seperti

berdoa kepada Allah dan memakan makanan yang bergizi untuk mendukung

kesehatannya.

Menurut Ibu AS perasaan tidak nyaman atau terganggu itu bukan

masalah minum obat saja, semua hal yang dilakukan juga bisa

memunculkan perasaan tidak nyaman. Menurut Ibu AS, dengan mengenal

diri sendiri baik secara fisik maupun batin, seseorang pasti dapat

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

122

menghilangkan perasaan terganggu tersebut. Ibu AS juga percaya bahwa

dengan niat baik dan doa maka apapun yang dilakukan akan membawa

manfaat yang baik, sehingga Ibu AS tidak pernah merasa terganggu dan

selalu berpikiran positif terhadap hal yang dilakukannya termasuk dalam

minum obat. Bagi Ibu AS berpikir positif itu murah meriah dan tidak bayar,

jadi tidak ada salahnya untuk selalu berpikiran positif. Ibu AS lebih memilih

untuk mensyukuri hidup ini dengan menikmati segala aktivitas.

Adapun manfaat Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang dirasakan Ibu

AS hingga 2 minggu pasca terapi masih sama dengan yang ia rasakan tepat

setelah rangkaian terapi berakhir, yaitu seperti saat setelah ia mengikuti

olahraga jalan sehat. Ibu AS merasa lelah hanya pada saat hari H, namun di

hari-hari setelahnya Ibu AS bangun tidur dengan lebih nyaman, merasakan

badan yang lebih bugar dan tidak mudah lelah. Selain dari segi fisik, Ibu AS

mengaku dari segi pikiran Ibu AS pun merasa pikirannya lebih jernih ketika

melakukan pekerjaannya serta sambung menyambung aktivitas yang

dilakukannya menjadi lebih teratur. Adapun manfaat dalam pengobatan

menurut Ibu AS secara tidak langsung dipengaruhi melalui manfaat batiniah

yang dirasakannya yaitu perasaan tenang. Melalui perasaan tenang, Ibu AS

mengaku tidak mempermasalahkan apapun yang dapat menjadi pemicu

stres, sehingga pikiran yang baik tersebut membuat Ibu AS merasa kondisi

kekebalan tubuhnya menjadi lebih baik. Ibu AS percaya bahwa kondisi

psikis berkaitan erat dengan pasien HIV, tidak terkecuali dengan kondisi

kekebalan tubuhnya. Ibu AS menyebut Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

123

juga mirip seperti meditasi yang membuat Ibu AS menjadi lebih ringan

dalam mengerjakan apapun. Namun menurut Ibu AS manfaat ini hanya bisa

dirasakan jika ada niat kesungguhan dalam mengamalkannya, karena

perbedaan sikap tiap orang akan melahirkan pengaruh yang berbeda pula.

Gambar 4. Grafik Skor Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) Subjek AS

c. Subjek 3 (NV)

Ibu NV yang berusia 28 tahun telah terdiagnosis HIV sejak 2009.

Sebelum dilaksanakan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif, Ibu NV berada

pada kategori kepatuhan minum obat rendah (5,75). Pada awal pengobatan,

Ibu NV merasakan efek samping obat yang membuat Ibu NV merasa

melayang, badan yang mati rasa, serta nyeri tulang yang hebat. Efek

samping tersebut diakui Ibu NV masih dirasakan hingga saat ini. Ibu NV

pun mengaku pernah merasa lelah harus terus meminum obat dan berhenti

mengkonsumsi obatnya pasca melahirkan. Hal tersebut dilakukan Ibu NV

karena tahu bahwa CD4-nya saat itu masih tinggi serta belum banyak

mendengar informasi mengenai dampak tidak mengkonsumsi obat ARV.

7,2

7,4

7,6

7,8

8

8,2

Prates Pascates Tindak Lanjut

Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Minum Obat

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

124

Saat ditawarkan untuk mengikuti terapi, Ibu NV menanyakan beberapa hal

terlebih dahulu terkait teknis pelatihan. Setelah mendapat informasi yang

cukup jelas, Ibu NV menyanggupi untuk turut serta berpartisipasi dalam

mengikuti Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif karena belum ada jadwal lain

di tanggal-tanggal yang telah disepakati.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama

terapi dilaksanakan, Ibu NV tergolong sebagai subjek yang mampu

menempatkan diri sesuai dengan situasi dan bersikap ramah, dibuktikan

dengan sikapnya yang selalu menghargai orang lain yang sedang berbicara

dengan menanggapi serta selalu tersenyum dan ikut tertawa ketika ada yang

melontarkan lelucon. Selain itu, Ibu NV sangat terbuka dan detail dalam

menceritakan pengalaman yang dialaminya meskipun bersifat privasi.

Jawaban yang diberikan pun dapat menjawab pertanyaan fasilitator dengan

baik. Namun demikian pada salah satu pertemuan, kondisi kesehatan Ibu

NV sedang kurang baik. Ibu NV juga beberapa kali datang terlambat untuk

menghadiri pertemuan terapi karena motornya mogok. Di samping itu, Ibu

NV juga tidak mengerjakan tugas rumahnya di hari pertama.

Pada pertemuan pertama, Ibu NV yang dalam kondisi kurang sehat cukup

kooperatif dalam mengikuti proses terapi. Meskipun pada awalnya Ibu NV

sedikit kurang banyak berbicara dibanding subjek lain dan terlihat pasif,

namun pada pertengahan hingga akhir terapi Ibu NV dapat lebih aktif dan

secara terbuka menyampaikan refleksi kisah hidupnya. Pada pembahasan

ayat pertama surah Al-Fatihah, Ibu NV menceritakan bahwa dirinya pernah

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

125

hampir ditahan di penjara. Pengalaman tersebut diceritakannya dengan

panjang lebar dan terhenti beberapa kali karena tidak tahan menahan tangis.

Ibu NV mengaku bahwa saat itu ia berusaha untuk meninggalkan pekerjaan

lamanya sebagai PSK dan beralih menjual minuman keras saja. Ibu NV

menyadari bahwa pekerjaan tersebut juga haram namun ia tetap

melakukannya, hingga suatu ketika ada pembeli di warungnya yang

meninggal dunia dan keluarga pembeli tersebut melaporkan Ibu NV ke

pihak yang berwajib. Ibu NV pun takut mendapat stigma dari orang sekitar

bahwa hal tersebut terjadi karena Ibu NV seorang pedagang dengan

HIV/AIDS. Hasil pemeriksaan dikatakan bahwa minuman keras yang dijual

Ibu NV menyebabkan pembeli tersebut meninggal dunia. Namun kemudian

Ibu NV mengaku sesuatu keajaiban terjadi sebab polisi membebaskan

dirinya dan menyatakan bahwa Ibu NV tidak bersalah.

Setelah merefleksikan ayat pertama tersebut, Ibu NV menyadari bahwa

Allah tetap membantunya meskipun masalah yang Ibu NV hadapi

dikarenakan oleh tindakannya sendiri. Ibu NV pun merasa bahwa Allah

selalu berada di sampingnya. Pada pembahasan ayat kedua surah Al-Fatihah

Ibu NV mengangkat cerita yang sama dengan yang dikisahkannya

sebelumnya. Berdasarkan pengalaman hidupnya tersebut, Ibu NV mengaku

bahwa dirinya menyadari semua masalah yang terjadi adalah peringatan dari

Allah atas tindakan buruk yang dilakukannya. Ibu NV merasa bersyukur

atas kondisi apapun yang diberikan Allah, baik saat bahagia maupun saat

terdapat masalah dalam hidupnya.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

126

Pada pertemuan kedua terapi, Ibu NV hadir terlambat dikarenakan

kondisi motornya yang mogok. Namun demikian, Ibu NV selalu dapat

menjawab pertanyaan fasilitator dengan baik saat konseling berlangsung.

Ibu NV tidak mengerjakan tugas rumahnya, namun dapat mengingat dengan

baik materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya. Pada pembahasan

ayat ketiga surah Al-Fatihah, Ibu NV menceritakan tentang pengalamannya

saat dulu memiliki pacar yang posesif selama 7 tahun. Ibu NV mengatakan

bahwa ia sangat dikekang dan bahkan tidak diperbolehkan bercanda dengan

teman-temannya. Banyak penderitaan yang dialami Ibu NV ketika menjalin

hubungan dengan kekasihnya tersebut. Namun kini Ibu NV telah

mengakhiri hubungan tersebut dan menemukan pasangan hidup baru yang

menerimanya apa adanya. Setelah memaknai ayat ketiga surah Al-Fatihah,

Ibu NV menyadari bahwa setiap cobaan yang diberikan Allah akan

dibalaskan oleh-Nya dengan sesuatu yang sangat indah. Ibu NV pun merasa

bersyukur atas kasih yang Allah berikan. Pada pembahasan ayat keempat

surah al-Fatihah, Ibu NV mengaku merasa takut karena memikirkan

perbuatan dosa yang telah dilakukan. Namun demikian, bersama diskusi

dengan fasilitator, Ibu NV menyadari bahwa perasaan takut tersebut disertai

dengan harapan mendapat ampunan dari Allah.

Pada pertemuan ketiga terapi, Ibu NV kembali dapat menuturkan cerita

hidupnya dengan lengkap dan jelas. Ketika membahas ayat kelima surah Al-

Fatihah, Ibu NV menceritakan pengalamannya ketika ban motornya bocor

ketika ia berada di lampu merah. Ibu NV mengaku saat itu hanya ada

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

127

seorang waria di sekitar situ. Ibu NV yang berharap mendapat bantuan dari

waria tersebut ternyata tidak dibantu sama sekali, bahkan diabaikan begitu

saja. Akhirnya Ibu NV hanya berharap kepada Allah agar mendapat

pertolongan dan kemudian ada motor yang datang dari arah belakangnya

dan kemudian berhenti untuk membantu Ibu NV. Setelah memaknai ayat

kelima tersebut, Ibu NV menyadari bahwa Ibu NV tidak dapat berharap

lebih kepada manusia untuk mendapat pertolongan dan justru dengan

berharap kepada Allah, bantuan pasti datang. Ibu NV menjadi lebih

mengingat Allah dan yakin bahwa ia harus bersabar menunggu gilirannya

untuk dibantu oleh Allah karena percaya bahwa Allah akan selalu ada di

sampingnya.

Adapun terkait makna ayat kelima yang berhubungan dengan ibadah atau

menyembah Allah, Ibu NV memaknai bahwa Allah sebenarnya sudah

sangat mempermudah hamba-Nya dalam beribadah. Menurut Ibu NV,

manusia tinggal menggunakan anggota tubuh yang diberikan Allah untuk

beribadah, seperti halnya mulut untuk membaca ayat suci Al-Quran.

Bersama diskusi dengan fasilitator, Ibu NV menyadari bahwa hal-hal

sederhana yang dilakukan atas nama Allah seperti makan dan lain

sebagainya dapat dihitung sebagai ibadah. Setelahnya, Ibu NV mengaku

muncul dorongan untuk lebih rajin minum obat karena hal tersebut juga

dapat dinilai sebagai ibadah dan berharap obat tersebut dapat

memperpanjang umurnya sehingga Ibu NV dapat merawat anaknya. Ibu NV

merasa harus hidup demi anaknya dan lebih memikirkan kepentingan

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

128

anaknya dibanding apapun saat ini. Terkait pengobatan yang dilakukan Ibu

NV saat ini, ia mengaku lebih memilih pengobatan medis dan menolak

pengobatan alternatif.

Pada pertemuan keempat terapi, Ibu NV tampak semakin ramah terhadap

tim peneliti dan muncul inisiatif untuk menjawab pertama kali ketika

fasiitator bertanya pikiran dan perasaan masing-masing subjek setelah

mengetahui makna ayat surah Al-Fatihah. Pada pembahasan ayat keenam

surah Al-Fatihah, Ibu NV merefleksikan pengalamannya selama mengikuti

proses Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif ini hingga sampai pada

pertemuan terakhir. Ibu NV mengaku dengan belajar dan berdiskusi

bersama di sini membuatnya semakin dapat menahan diri dari perilaku-

perilaku negatif, misalnya mengontrol amarah dan mengontrol keinginan

untuk minum minuman beralkohol yang memabukkan. Hal tersebut

dirasanya sebagai salah satu bagian petunjuk ke jalan yang lurus yang

diberikan oleh Allah. Kemudian muncul perasaan bersyukur serta perasaan

harap pada Ibu NV agar dapat selalu ditunjukkan jalan yang lurus.

Pada pembahasan ayat ketujuh surah Al-Fatihah, Ibu NV kembali

mengangkat pengalamannya selama mengikuti Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif yang disadari oleh Ibu NV sebagai salah satu bagian dari nikmat

yang diberikan Allah, contoh adalah Ibu NV yang dulunya ketika shalat

tidak pernah memaknai bacaan shalatnya kini sedikit lebih paham akan

maknanya. Ibu NV pun mengungkapkan harapannya yang ingin diberikan

nikmat atas apa yang dimintanya kepada Allah. Ibu NV kemudian

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

129

menceritakan tentang pergaulan tidak sehatnya dulu yang tidak disukai

Allah dan berimbas pada status kesehatannya saat ini yang tertular HIV. Ibu

NV merasa kini semakin dapat beranjak lebih baik dari kondisi yang

dimurkai Allah dan menjadi sadar bahwa istilah “sudah jatuh, kemudian

tertimpa tangga” tepat untuk menggambarkan kondisinya dulu. Selain

observasi dan wawancara, analisis kualitatif juga dilakukan dengan evaluasi

tugas rumah yang dilaksanakan Ibu NV di luar sesi terapi. Rincian evaluasi

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Evaluasi Tugas Rumah Subjek NV

Tanggal

Pelaksanaan Hasil Yang Diperoleh

Senin, 8 April 2019 Ibu NV tidak mengerjakan tugas rumahnya

yakni membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib, isya dan

subuh dikarenakan ada beberapa kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan Ibu NV pada

waktu-waktu tersebut.

Selasa, 9 April 2019 Ibu NV membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib sebanyak 4

kali, isya sebanyak 5 kali dan subuh

sebanyak 4 kali. Setelah membaca Al-

Fatihah selepas shalat magrib, Ibu NV

merasakan perasaan bersyukur dan damai.

Adapun perasaan tenang dirasakan Ibu NV

saat setelah melaksanakan tugas rumah

selepas shalat isya dan subuh. Ketika

mempraktikkan tugas rumah, Ibu NV

merasa badannya lemas, pikiran kosong,

namun menjadi lebih tenang. Secara

keseluruhan, Ibu NV merasa terapi yang

telah dijalaninya membuat ilmunya

bertambah serta membuatnya lebih mampu

menahan diri dari perbuatan tercela.

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

130

Rabu, 10 April 2019 Ibu NV membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib sebanyak 3

kali, isya sebanyak 3 kali dan subuh

sebanyak 7 kali. Setelah membaca surah Al-

Fatihah secara reflektif intuitif selepas shalat

subuh, Ibu NV merasa damai dan pikirannya

lebih jernih. Ibu NV mengaku sangat

berkesan saat mengamalkan tugas rumah

tersebut setelah shalat subuh karena dapat

lebih berkonsentrasi, sedangkan ketika

waktu shalat maghrib dan isya lingkungan

rumahnya sangat berisik dan membuatnya

tidak dapat berkonsentrasi ketika membaca

Al-Fatihah secara reflektif intuitif, sehingga

ia tidak merasakan efek apapun. Secara

keseluruhan, Ibu NV kembali merasa

badannya lemas namun perasaan tenang

membuatnya lebih nyaman.

Kamis, 11 April

2019

Ibu NV membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib sebanyak 4

kali, isya sebanyak 2 kali dan subuh

sebanyak 2 kali. Perasaan tenang dirasakan

Ibu NV ketika membaca surah Al-Fatihah

pada waktu-waktu tersebut.

Berdasarkan pengukuran pasca tes setelah dilakukan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif dilakukan, Ibu K tetap berada pada kategori kepatuhan

minum obat rendah (5,75). Namun demikian, berdasarkan lembar evaluasi

terapi yang diisi oleh Ibu NV diketahui bahwa harapan Ibu NV sangat

terpenuhi melalui terapi yang telah diikuti, materi yang disampaikan dirasa

sangat jelas, fasilitator diakui sangat menguasai materi, Ibu NV merasa

sangat puas terhadap materi yang disampaikan, media dan alat yang

digunakan dalam terapi dinilai cukup mendukung dan terapi sangat

bermanfaat bagi Ibu NV. Adapun manfaat yang diperoleh menurut Ibu NV

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

131

ialah pengetahuan yang sangat penting terkait makna dari surah Al-Fatihah

menjadi bertambah dan setelah mengetahui maknanya, Ibu NV merasa

Tuhan selalu ada di sampingnya. Perubahan atau perbedaan yang dirasakan

Ibu NV dibanding saat sebelum mengikuti terapi adalah pikiran dan hatinya

menjadi nyaman, Ibu NV menjadi lebih sabar dalam menghadapi berbagai

aktivitas sehari-hari serta lebih mensyukuri hidup di segala kondisi.

Pada pengukuran tindak lanjut yang dilakukan 2 minggu pasca Terapi

Al-Fatihah Reflektif Intuitif dilakukan, kategori kepatuhan minum obat Ibu

NV meningkat menjadi kategori sedang (6,75). Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan, diperoleh gambaran kepatuhan minum obat Ibu

NV dan hal-hal yang mendorong Ibu NV menjadi sedikit lebih patuh dalam

menjalani pengobatan pasca Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif diberikan.

Selama dua minggu terakhir, Ibu NV tidak pernah absen meminum obatnya.

Namun tiga hari sebelum follow-up dilakukan, Ibu NV mengaku

mengkonsumsi obatnya mundur beberapa jam dari jadwal sebab Ibu NV

lupa membawa obatnya saat berpergian dan baru meminumnya sesampainya

di rumah. Frekuensi lupa yang melewatkan jadwal meminum obatnya

tersebut diakui Ibu NV hanya sekali saja dan tidak benar-benar lupa karena

Ibu NV ingat waktu untuk meminum obatnya sudah tiba, akan tetapi ia

sedang di luar rumah dan tidak membawa obatnya. Ada pula saat dimana

Ibu NV lupa membawa obatnya ketika ia sedang berkumpul bersama teman-

teman ODHA-nya yang lain. Akan tetapi hal tersebut tidak masalah sebab

Ibu NV mengaku pasti meminum obatnya tepat waktu dengan meminjam

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

132

obat temannya terlebih dahulu dan akan menggantikan obat temannya yang

dipinjam tersebut di kemudian hari. Namun demikian, Ibu NV mengaku di

hari lainnya saat ia pergi jauh dari rumah, ia selalu memasukkan obatnya

terlebih dahulu ke dalam tas sebelum benda lain, bahkan ponselnya

sekalipun. Agar memudahkannya, Ibu NV menaruh obatnya pada tempat

khusus yang dapat memuat paket obatnya per hari.

Ibu NV mengaku tidak pernah lupa meminum obatnya karena hal

tersebut sudah menjadi kebiasaannya dan telah menjadi satu dengan dirinya.

Ibu NV mengibaratkan seperti pergi makan ketika lapar. Tanpa berpikir

terlebih dahulu, ketika waktu untuk minum obat sudah tiba, Ibu NV sudah

langsung mengambil obatnya. Menurut Ibu NV hal tersebut dapat terjadi

karena Allah yang menggerakkan. Ibu NV merasa dimudahkan untuk

mengenali waktu untuk minum obatnya, yakni di sela waktu antara azan

pertama dan azan kedua shalat subuh.

Ibu NV saat ini tidak pernah lagi berhenti menjalani pengobatannya

karena merasa sudah yakin hanya ARV obat yang saat ini bisa

membantunya dan tak ada alternatif yang lain. Ibu NV pun sudah paham

betul tentang cara kerja obatnya serta efek sampingnya, sehingga ia sudah

menganggap obat tersebut sebagai nyawanya. Ibu NV mengaku bersyukur

kepada Allah untuk itu. Kini nafsu makan Ibu NV semakin bertambah dan

sambil bercanda berkata bahwa ia takut malah menjadi tambah gemuk. Ibu

NV pun mengaku tidak pernah merasa terganggu harus minum obat setiap

hari karena bagi Ibu NV tidak ada gunanya memikirkan hal tersebut, ia lebih

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

133

memilih untuk berpikir cara mencari uang. Ibu NV tidak

mempermasalahkan efek samping obat yang dialaminya, bahkan efek

samping seperti melayang justru disukai oleh Ibu NV. Adapun ketika Ibu

NV merasakan efek samping seperti tubuhnya mati rasa, Ibu NV mengaku

tahu cara mengendalikannya agar tidak terasa demikian, yakni dengan

waktu tidur yang cukup. Ibu NV juga mengatakan bahwa ia tidak pernah

merasa bosan dan menikmati apa adanya obat yang saat ini diberikan dokter,

namun tetap berharap ada obat yang lebih baik dan bisa menyembuhkannya

dari virus yang bersarang di tubuhnya saat ini.

Menurut keterangan Ibu NV ketika sedang mengkonsumsi obat, ia

terkadang masih sering berpikir mempertanyakan mengapa ia bisa mendapat

status HIV seperti saat ini. Sesekali ketika Ibu NV merasa lelah, ia

memikirkan anaknya dan bertanya-tanya apakah dia akan mampu bertahan

hidup hingga anaknya besar. Namun pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya

muncul saat ia ada masalah, sedangkan jika tidak ada masalah Ibu AS

merasa biasa saja dan tidak senang terlalu larut dalam emosi. Bagi Ibu NV,

perasaan menolak yang dirasakannya wajar ada pada manusia, namun

perasaan tersebut dapat ia kalahkan dengan perasaan yakin akan sembuh.

Ibu NV mengaku tidak pernah merasa terpaksa untuk meminum obatnya

dan dengan senang hati melakukan hal tersebut. Ibu NV menganggap ARV

separuh hidupnya dan dengan meminum obatnya ia berharap dapat

memotivasi teman-teman ODHA-nya yang lain. Ibu NV menceritakan

bahwa terkadang ketika ia harus meminjam obat temannya saat lupa

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

134

membawa obat, Ibu NV akan memilih untuk meminjam obat pada temannya

yang tampak tidak rajin minum obat. Ibu AS berharap temannya akan

berpikir “Ibu NV saja yang lupa membawa obatnya sampai meminjam

kepadaku, mengapa aku tidak minum?”. Selain untuk memantau kepatuhan

teman-temannya, Ibu NV juga secara halus ingin mengingatkan temen-

temannya.

Ibu NV mengaku hal lain yang memotivasinya untuk tetap meminum

obatnya saat ini ialah karena perasaan takut yang dirasakannya. Ibu NV

ingin meninggal dunia dalam kondisi yang baik, karena saat ini Ibu NV

merasa banyak dosa dan tidak ingin matinya pun dideskriminasi karena

telah mendapatkan deskriminasi selama di dunia. Meskipun kondisinya

membaik sekalipun, Ibu NV tidak akan berhenti minum obat karena takut

saat melihat pengalaman teman-teman ODHA-nya lain yang bagi Ibu NV

sangat menyeramkan karena tidak patuh mengkonsumsi ARV. Menurut Ibu

NV hal tersebut merupakan salah satu cara Allah untuk membuatnya yakin

agar tidak berhenti meminum obat. Melalui diperlihatkannya kondisi teman-

teman Ibu NV yang lebih parah, Ibu NV merasa diperingatkan oleh Allah

bahwa mengkonsumsi ARV adalah cara untuknya agar tetap bertahan hidup

dan berkumpul dengan keluarganya. Meskipun harus dikonsumsi setiap hari

dan memberikan efek samping yang ringan hingga berat, namun Allah

sudah memberikan ARV sebagai solusinya.

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

135

Allah adalah nomor satu dan yang utama bagi Ibu NV dalam

mendorongnya untuk patuh minum obat. Ibu AS mengaku sering terlintas di

pikirannya pelajaran-pelajaran agama sewaktu ia belajar di TPA dulu saat

masih kecil. Salah satunya terkait memberi makan diri sendiri yang dihitung

pahala, sehingga Ibu NV berpikir jika hal sekecil itu saja sudah berpahala,

maka mengkonsumsi obat sebagai upaya agar hidup tetap sehat akan lebih

baik pahalanya. Ibu NV pun merasa pikiran-pikiran tersebut terlintas atas

kehendak Allah. Nomor dua bagi Ibu NV adalah keluarganya sebab ia

merasa memiliki tanggung jawab setidaknya saat meninggal Ibu NV sudah

meninggalkan sesuatu unruk keluarganya melanjutkan hidup. Meninggal

saat ini juga atau nanti Ibu NV mengaku akan pasrah mengikuti takdir Allah

sebab ia tidak terlalu berharap untuk hidup lama karena cukup dengan tahu

keluarganya dapat melanjutkan hidup dengan baik, ia sudah merasa tenang.

Adapun manfaat dari Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang dirasakan

Ibu NV adalah perasaan lebih tenang, tidak hanya berkaitan dengan

pengobatan tetapi mencakup segala hal. Setelah tahu makna ayat surah Al-

Fatihah, Ibu NV terkadang membaca-baca kembali Buku Diari Hatiku

miliknya saat sedang tidak ada kegiatan. Ibu NV mengaku mendapat banyak

sekali manfaat, salah satunya tergeraknya hatinya untuk meluangkan waktu

membaca kembali makna surah Al-Fatihah dalam Buku Diari Hatikunya

tersebut. Menurut Ibu NV ini adalah jalan Allah karena biasanya waktu

luang yang Ibu NV miliki tidak akan ia habiskan untuk memaknai surah Al-

Fatihah, apalagi ketika dulu Ibu NV tidak mengerjakan ibadah shalat. Saat

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

136

ini semenjak Ibu NV kembali memulai untuk rajin mengerjakan shalat, ia

merasa ada dorongan untuk melakukan ibadah. Bahkan terkadang saat

sedang datang bulan, Ibu NV tidak sabar menunggu masa datang bulannya

selesai karena ingin shalat dan membaca Al-Quran.

Selain itu setiap Ibu NV memiliki keinginan atau pun sedang dihadapkan

dengan masalah, Ibu NV akan berdoa dan seketika ia mendapatkan jawaban

atas doa yang dipanjatkannya. Ketika menghadapi masalah tersebut pun, Ibu

NV tidak terlalu pusing memikirkannya dan lebih tenang meskipun tidak

100%, hanya 70% saja. Menurut Ibu NV, shalat yang semakin rajin

dikerjakan ditambah dengan pemaknaan surah Al-Fatihah membuat Ibu NV

merasa tenang dimanapun ia berada. Ibu NV mengaku bahwa dirinya adalah

seseorang yang mudah sekali terbawa amarah, namun sekarang menjadi

lebih sabar. Ibu NV yakin perubahan tersebut akan pelan-pelan dialaminya.

Adapun manfaat terkait pengobatan secara khusus Ibu NV rasakan mirip

dengan yang dilihatnya di televisi ketika seseorang usai di-ruqiyah. Ibu NV

tidak tahu pasti apakah hal tersebut dirasakannya karena saat membaca Al-

Fatihah terlalu menghayati atau karena hal lain. Sekarang pun Ibu NV

merasa tidurnya lebih nyaman karena badannya lemas, padahal biasanya Ibu

NV sangat susah untuk tidur. Meskipun salah satu efek samping obat ARV

adalah mengantuk, hal tersebut tetap tidak mempan untuk membuatnya

tertidur. Namun kini tidurnya menjadi lebih nyenyak dan tidak memikirkan

apapun yang mengganggu pikirannya.

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

137

Gambar 5. Grafik Skor Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) Subjek NV

d. Subjek 4 (K)

Ibu K yang berusia 37 tahun telah terdiagnosis HIV sejak 2010. Sebelum

dilaksanakan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif, Ibu K berada pada

kategori kepatuhan minum obat sedang (7). Pada awal pengobatan, Ibu K

merasakan efek samping mual dan pusing karena obat baru masuk ke dalam

tubuhnya. Ibu K mengaku dulu pernah mundur jam dari jadwal seharusnya

untuk minum obat karena tertidur setelah melakukan proses transfusi ketika

perawatan opname di Rumah Sakit. Saat ditawarkan untuk mengikuti terapi,

Ibu K langsung setuju serta mengatakan bahwa saat itu Ibu K sedang banyak

waktu luang dan akan bersedia membantu jika memang sedang tidak

berhalangan. Ibu K memastikan agar peneliti juga mendiskusikan bersama

subjek lain, sehingga Ibu K akan mengikuti jadwal pertemuan yang telah

disepakati bersama subjek lainnya. Namun demikian, Ibu K kemudian

memberikan saran untuk waktu terapi yakni pagi hingga siang saja, sebab

setiap sore hingga malam Ibu K memiliki kegiatan.

5

5,5

6

6,5

7

Prates Pascates Tindak Lanjut

Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Minum Obat

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

138

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama

terapi dilaksanakan, Ibu K menrupakan subjek yang menonjol di antara

subjek lainnya. Ibu K mampu menjadi pemantik agar subjek lainnya dapat

berpartisipasi aktif dalam diskusi. Setiap kali Ibu K bercerita, subjek lain

tampak segan dan merespon dengan positif apapun yang Ibu K sampaikan.

Namun demikian, Ibu K juga merupakan subjek yang paling sering

melakukan hal lain sambil mendengarkan fasilitator menerangkan materi

seperti mengajak subjek di sampingnya berbicara, mengecek ponselnya,

mencoret-coret Buku Diari Hatiku miliknya serta merajut sebuah tas.

Pada pertemuan pertama terapi, Ibu K dapat menjadi pusat perhatian

ketika ia sedang berbicara dan dapat membantu mendorong subjek lainnya

untuk turut aktif dalam diskusi. Ibu K juga cukup kooperatif untuk

mengikuti arahan dari fasiitator, meskipun terkadang terkesan tidak

memperhatikan dengah sungguh-sungguh karena sibuk sendiri menggambar

di Buku Diari Hatiku milik Ibu K saat fasilitator sedang menjelaskan. Pada

pembahasan ayat pertama surah Al-Fatihah, Ibu K menceritakan terkait

pengalamannya saat sempat dinyatakan meninggal dunia atau mengalami

mati suri. Ibu K bercerita dengan suara yang bergetar bahwa ia

berterimakasih kepada Allah yang telah memberikannya kesempatan untuk

menjalani kehidupan kedua. Setelah memaknai ayat pertama tersebut, Ibu K

mengaku seperti sedang berdialog langsung dengan Allah dan kemudian

merasakan kedekatan dengan-Nya serta muncul perasaan nyaman. Pada

pembahasan ayat kedua surah Al-Fatihah, Ibu K kembali mengangkat kisah

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

139

yang telah diceritakannya serta menarik kesamaan hikmah dari kisahnya

dengan kisah dari subjek lainnya yakni bahwa Tuhan selalu punya cara

sendiri untuk membuat hamba-Nya bersyukur.

Pada pertemuan kedua terapi, Ibu K mengikuti proses terapi dengan

cukup baik meskipun dengan kondisi kaki yang sakit setelah mengalami

kecelakaan bersama Ibu L sepulang dari pertemuan pertama terapi. Ibu K

tidak terlalu menonjol seperti pertemuan sebelumnya dan kembali

melakukan hal lain secara bersamaan dengan penyampaian materi yang

dilakukan oleh fasilitator, yakni merajut sebuah tas dan sesekali mengobrol.

Pada pembahasan ayat ketiga surah Al-Fatihah, Ibu K mengakui secara

terang-terangan kepada semua yang berada dalam forum bahwa ia menganut

keyakinan kejawen. Ibu K mengaku bahwa caranya beribadah tidak sama

dengan muslim pada umumnya, ia punya cara tersendiri untuk sembahyang.

Ibu K merefleksikan ayat kedua surah Al-Fatihah tersebut dan mengatakan

bahwa selama ini setiap kali Ibu K berkeluh kesah kepada Allah, ia pasti

mendapatkan jawaban. Salah satunya pada kejadian yang baru saja terjadi

yaitu saat kondisi kaki Ibu K yang sakit pasca kecelakaan, Ibu K merasa

dikuatkan oleh Allah untuk dapat menepati janjinya yaitu datang mengikuti

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada pertemuan kedua. Setelah

menghayati makna dari ayat tersebut, Ibu K mengaku bahwa kini ia semakin

mencintai Allah. Pada pembahasan ayat keempat surah Al-Fatihah, Ibu K

mengharapkan ampunan dari Allah karena yakin bahwa Allah akan

mengampuninya.

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

140

Pada pertemuan ketiga terapi, Ibu K datang tepat waktu dan dapat

memperhatikan penyampaian materi oleh fasilitator meskipun beberapa kali

tampak membuka ponselnya. Ibu K mampu mencairkan suasana dan

bersikap ramah terhadap tim peneliti maupun subjek lainnya. Pada

pembahasan ayat kelima surah Al-Fatihah, Ibu K memaknai bahwa Allah

selalu mendengarkan hal sekecil apapun yang diminta oleh hamba-Nya dan

Ibu K yakin hal ini karena kedekatan hamba-Nya dengan Yang Maha

Tinggi. Ibu K pun merasa tenang dan “pasrah” dalam artian berserah diri

kepada Allah. Ibu K menceritakan terkait pengalaman pertama ketika

mengetahui status HIV. Ibu K sempat salah diagnosis oleh dokter dan

mengalami kondisi kritis, hingga kemudian Ibu K meminta pertolongan

kepada Allah dengan berjanji pada diri sendiri bahwa jika diberikan

kesempatan untuk hidup, ia ingin membantu teman-teman ODHA-nya yang

lain. Ibu K juga melakukan upaya pengobatan yaitu dengan meminum obat

yang sifatnya seumur hidup dan berusaha untuk terus meminum obat yang

diberikan hingga sekarang. Terkait makna ayat yang berhubungan dengan

ibadah, Ibu K memaknai bahwa manusia harus selalu menyertakan Allah

dalam kehidupan, seperti halnya meniatkan segala sesuatu dan segala

aktivitas karena Allah. Ibu K kemudian menceritakan terkait cara

sembahyangnya yang seringkali membuat penasaran orang lain dan

mengatakan bahwa kepercayaan yang dianutnya menganggap seisi alam dan

pengalaman hidup sebagai kitabnya.

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

141

Pada pertemuan keempat terapi, Ibu K cukup aktif dalam merespon

pertanyaan fasilitator dan menunjukkan peningkatan terkait kualitas

jawaban yang diberikan. Pada pembahasan ayat keenam surah Al-Fatihah,

Ibu K menceritakan bahwa ia sering mendapatkan firasat mengenai sesuatu

hal yang akan terjadi. Ibu K mengaku Allah memberikannya petunjuk

melalui hadirnya perasaan-perasaan tertentu sebagai gambaran kejadian

yang akan terjadi baik kepada dirinya maupun orang di sekitarnya.

Contohnya, ketika Ibu K mendapat gambaran bahwa akan ada yang

meninggal, namun ia tidak dapat menceritakan kepada siapapun gambaran

yang diperolehnya tersebut. Setelah melewati proses refleksi dan

penghayatan makna ayat keenam, Ibu K merasa diperkuat dan dipertebal

keyakinannya.

Pada pembahasan ayat ketujuh surah Al-Fatihah, Ibu K memaknai bahwa

ujian yang didapatnya dapat menjadikannya lebih dekat kepada Allah dan

hal tersebut merupakan bentuk nikmat yang Ibu K peroleh. Ibu K pun

mengaku senantiasa merasakan harapannya agar dapat menjadi hamba yang

baik. Ibu K kemudian menceritakan pengalamannya yang hampir mirip

dengan Ibu AS namun berkebalikan dengan yang dialami Ibu AS. Menurut

Ibu K, ia justru diangkat dari kondisi yang dimurkai oleh Allah menjadi

kondisi yang lebih baik dengan perantara suaminya saat ini. Ibu K mengaku

bahwa dulu sebelum bertemu dengan suaminya saat ini, ia adalah seseorang

yang sangat “saklek” atau tidak bisa dibantah. Ibu K juga mengaku bahwa ia

tidak senang dipandangi oleh orang lain. Ketika ada yang melihatnya, Ibu K

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

142

tanpa berbicara biasanya langsung menampar orang tersebut. Namun setelah

bersama suami ketiganya yang sangat sabar dan mampu membuatnya patuh,

Ibu K mengaku sekarang ia lebih “jinak”. Ibu K juga mengungkapkan

anggapan orang-orang yang seringkali menilai suami Ibu K takut

terhadapnya adalah salah besar karena sebenarnya Ibu K lah yang merasa

takut kepada suaminya sehingga mampu meredam sifat keras kepalanya.

Selain observasi dan wawancara, analisis kualitatif juga dilakukan dengan

evaluasi tugas rumah yang dilaksanakan Ibu K di luar sesi terapi. Rincian

evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Evaluasi Tugas Rumah Subjek K

Tanggal

Pelaksanaan Hasil Yang Diperoleh

Senin, 8 April 2019 Ibu K membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat isya sebanyak 3 kali dan

subuh sebanyak 7 kali. Ibu K tidak

mengerjakan tugas rumah selepas shalat

maghrib karena badannya sakit setelah

mengalami kecelakaan bersama Ibu L sepulang

dari Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif pada

pertemuan pertama. Ibu K menambah waktu

untuk membaca surah Al-Fatihah di tengah

malam sebanyak 21 kali. Setelah menerapkan

tugas rumah selepas shalat isya, Ibu K

mengingat kembali kejadian kecelakaan yang

dialaminya dan justru merasa hal tersebut lucu

karena motor yang menabrak Ibu K dan Ibu L

berjalan sendiri tanpa pengendara. Ibu K juga

merasa bersyukur karena masih diberikan

kesehatan meskipun mengalami kecelakaan.

Adapun selepas shalat subuh, Ibu K juga

merasa bersyukur dan berharap selalu dapat

mensyukuri pemberian Allah untuknya dan

keluarga.

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

143

Selasa, 9 April

2019

Ibu K membaca Al-Fatihah secara reflektif

intuitif selepas shalat maghrib, isya dan subuh

masing-masing sebanyak 3 kali. Ibu K kembali

menambahkan waktu untuk membaca surah Al-

Fatihah di tengah malam sebanyak 21 kali.

Pada waktu-waktu membaca surah Al-Fatihah

tersebut, Ibu K merasakan ketenangan. Pada

waktu subuh, selain tenang, Ibu K juga merasa

bersyukur dan berharap selalu dapat percaya

akan pertolongan Allah. Dalam melaksanakan

tugas rumah, Ibu K mengaku tidak mengalami

kendala apapun, karena telah terbiasa membaca

surah Al-Fatihah dengan jumlah yang berbeda

di waktu-waktu tertentu.

Rabu, 10 April

2019

Pada waktu shalat isya, Ibu K meningkatkan

intensitas bacaan surah Al-Fatihahnya menjadi

7 kali. Adapun pada waktu shalat subuh Ibu K

tetap membaca Al-Fatihah sebanyak 3 kali. Ibu

K kembali menambahkan waktu membaca

surah Al-Fatihah di tengah malam, namun

hanya sebanyak 7 kali. Pada tugas rumah kali

ini, Ibu K kembali tidak mengerjakan tugas

rumah di waktu maghrib karena lupa. Secara

keseluruhan, Ibu K merasa tenang setelah

membaca surah Al-Fatihah di rumah. Selain

merasa tenang, setelah membaca surah Al-

Fatihah secara reflektif intuitif selepas shalat

isya, Ibu K juga menjadi lebih mensyukuri

nikmat dari Allah. Di samping itu, Ibu K juga

merasa lebih senang dan berkeinginan menjadi

seorang hamba yang baik.

Kamis, 11 April

2019

Ibu K menerapkan Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif selepas shalat maghrib dan isya masing-

masing 3 kali dan merasakan ketenangan

setelah membaca surah Al-Fatihah. Rasa

tenang juga Ibu K rasakan saat membaca surah

Al-Fatihah Reflektif Intuitif di tengah malam

sebanyak 7 kali, namun rasa tenang yang

dirasakan menjadi biasa saja karena pada hari-

hari sebelumnya selalu mengalami perasaan

tersebut. Adapun pada waktu subuh, Ibu K

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

144

tidak mengerjakan tugas rumahnya untuk

membaca surah Al-Fatihah selepas shalat

subuh.

Berdasarkan pengukuran pasca tes setelah dilakukan Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif dilakukan, Ibu K tetap berada pada kategori kepatuhan

minum obat sedang (7). Berdasarkan lembar evaluasi terapi yang diisi oleh

Ibu K diketahui bahwa harapan Ibu K cukup terpenuhi melalui terapi yang

telah diikuti, materi yang disampaikan dirasa cukup jelas, fasilitator diakui

cukup menguasai materi, Ibu K merasa cukup puas terhadap materi yang

disampaikan, media dan alat yang digunakan dalam terapi dinilai cukup

mendukung dan terapi cukup bermanfaat bagi Ibu K. Adapun manfaat yang

diperoleh menurut Ibu K biasa saja, Ibu K merasa cukup tenang dan bisa

jauh lebih bersyukur, serta semakin memperkuat keyakinannya kepada

Allah. Ibu K mengaku perubahan atau perbedaan yang dirasakan Ibu K

dibanding saat sebelum mengikuti terapi hanya lebih tenang saja. Ibu K

memberikan kritik bahwa pelatihan yang dilaksanakan tidak efisien terkait

jumlah pertemuan. Menurut Ibu K, terapi sebaiknya dipadatkan jam dan

harinya, karena menurutnya dua hari atau dua kali pertemuan saja sudah

cukup. Ibu K juga menambahkan harapannya agar para peneliti kedepannya

dapat lebih memahami responden dan jangan selalu menjadikan ODHA

sebagai objek penelitian.

Pada pengukuran tindak lanjut yang dilakukan 2 minggu pasca Terapi

Al-Fatihah Reflektif Intuitif dilakukan, kategori kepatuhan minum obat Ibu

K meningkat menjadi kategori tinggi (8). Berdasarkan hasil wawancara

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

145

yang dilakukan, diperoleh gambaran kepatuhan minum obat Ibu K dan hal-

hal yang mendorong Ibu K menjadi patuh 100% dalam menjalani

pengobatan pasca Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif diberikan. Ibu K tidak

pernah lupa ataupun tidak meminum obatnya karena alasan apapun. Ibu K

pun bersyukur dapat patuh 100% dalam pengobatannya. Untuk mengingat

jadwal minum obatnya, Ibu K dibantu dengan alarm dan biasanya anggota

keluarganya baik suami maupun anaknya akan mengingatkan Ibu K ketika

alarm berbunyi. Ibu K pun akan langsung meminum obatnya dan tidak

merasa baik-baik saja saat harus minum obat. Ibu K saat ini tidak pernah

lagi merasakan kondisinya memburuk karena efek samping dari obat sudah

tidak terjadi pada Ibu K setiap kali meminum obatnya.

Pada saat berpergian pun Ibu K tidak pernah lupa membawa obatnya.

Obat ARV biasanya dimasukkan Ibu K ke dalam kotak obat, sehingga

praktis untuk dibawa kemana-mana dan selalu ada di dalam tasnya. Ibu K

pun menceritakan pengalamannya minum obat satu hari sebelum wawancara

follow-up dilakukan. Ketika alarm berbunyi, Ibu K meminum obatnya tanpa

keterpaksaan kemudian langsung melanjutkan aktivitas lainnya. Ibu K

merasa nyaman dengan hal tersebut karena sudah ia anggap sebagai ritme

hidup yang memang harus dijalani. Ibu K mengaku bagaimanapun kondisi

kesehatannya, baik sehat maupun sakit, ARV tetap menjadi yang pertama.

Saat tidak enak badan dan harus mengkonsumsi obat lainnya, Ibu K pun

tetap mengutamakan ARV untuk diminum terlebih dahulu dan selang dua

jam kemudian baru meminum obat lainnya tersebut. Adapun saat kondisi

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

146

kesehatan Ibu K baik seperti ketika cek darah komplit yang dilakukan 3

bulan sekali, cek CD4 tiap 6 bulan sekali, ataupun cek VL (viral load)

setahun sekali. Ibu K menceritakan bahwa saat ini ketika ia tes VL untuk

menghitung jumlah virus yang ada di dalam tubuh, hasil laboratorium

menunjukkan bahwa virus tidak terdeteksi. Ibu K menjelaskan, jika virus

masih terdeteksi maka harus dilakukan evaluasi terkait kepatuhan minum

obatnya, namun karena virus yang ada dalam tubuhnya sudah tidak

terdeteksi maka ia dapat dikatakan menjalani pengobatan 100%.

Ibu K juga tidak merasa terganggu karena menurut Ibu K rasa nyaman

atau tidak itu tergantung pada pribadi masing-masing orang. Apabila ingin

menjadikan ARV sebagai penyembuh bisa jadi beberapa orang akan

mempertanyakan sampai kapan harus minum obat setiap hari dan mengapa

tidak sembuh-sembuh. Namun jika menganggap ARV sebagai vitamin maka

akan lebih nyaman karena dengan meminum vitamin tidak mengharapkan

kesembuhan, namun tahu akan berimbas pada tubuh yang sehat. Hal

tersebutlah yang dilakukan oleh Ibu K.

Adapun yang mendorong Ibu K untuk tidak berhenti meminum obatnya

adalah karena niat agar diri sendiri menjadi sehat dan ingin tetap bisa

melakukan segala sesuatu yang menjadi harapan dan cita-citanya. Menurut

Ibu K, sebisa mungkin ia memang harus patuh karena imbas yang dirasakan

dari ketidakpatuhan akan langsung mengenai dirinya sendiri, bukan orang

lain. Kebaikan diri sendiri adalah motivasi yang utama dalam pengobatan

Ibu K karena menurutnya hal tersebut akan berdampak pada keluarga dan

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

147

teman-temannya pula. Apabila urusan diri sendiri telah selesai dan merasa

kondisinya telah baik, maka ia dapat berguna untuk orang lain. Ibu K

mengaku bahwa ia sudah berkomitmen untuk patuh karena telah berjanji

kepada Tuhan ketika diberikan kehidupan kedua oleh-Nya. Ibu K merasakan

sebuah ikatan batin dengan Tuhan dan takut mengingkari janjinya. Ibu K

mengaku bahwa jika berjanji dengan manusia saja, apapun itu, ia akan

berusaha untuk segera menepatinya, apalagi jika telah berjanji kepada

Tuhan. Selain itu, Ibu K juga melihat banyak contoh di sekitarnya yang

mengalami kondisi tak menguntungkan karena tidak patuh dalam

mengkonsumsi obat. Oleh karena itu penting bagi Ibu K untuk semangat

dalam menjalani pengobatannya.

Ibu K mengaku sudah lama membaca surah Al-Fatihah, bahkan sebelum

mengikuti Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif. Membaca Surah Al-Fatihah

menjadi salah satu ritual yang dilakukan Ibu K di tengah malam untuk

sembahyang sesuai keyakinan yang dianut Ibu K. Menurut keterangan Ibu

K, cara sembahyang tersebut telah diterapkannya sejak kecil karena

mengikuti ajaran dari Bapaknya yang juga murni kejawen. Ibu K merasa

Allah senantiasa memenuhi janji-Nya, dibuktikan dengan segala kemudahan

yang didapatkannya ketika ia mencurahkan segala kondisi apapun yang

dialaminya kepada Allah. Maka dari itu, ibadah yang dilakukannya tersebut

merupakan caranya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada-Nya. Setelah

mengikuti Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif, Ibu K mengaku tentu saja

mendapatkan manfaat karena dengan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

148

yang melibatkan Tugas Rumah untuk membaca surah Al-Fatihah secara

reflektif dan intuitif di tiga waktu tertentu (selepas shalat maghrib, isya dan

subuh), jam untuk beribadah Ibu K menjadi bertambah. Manfaat yang

dirasakan oleh Ibu K dua minggu setelah Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

dilakukan dari segi pengobatan adalah Ibu K merasa kondisinya semakin

baik dan tidak ada masalah.

Gambar 6. Grafik Skor Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) Subjek K

D. Pembahasan

Hasil pengolahan data secara statistik menunjukkan bahwa hipotesis pada

penelitian ini yang menyatakan bahwa Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif efektif

untuk meningkatkan kepatuhan minum obat ARV pada Ibu Rumah Tangga

dengan HIV positif ditolak. Namun demikian, dari analisis data yang diperoleh

diketahui bahwa terdapat perbedaan mean skor kepatuhan minum obat antara

prates, pascates dan tindak lanjut setelah intervensi diberikan. Artinya, Terapi Al-

Fatihah Reflektif Intuitif dapat meningkatkan kepatuhan minum obat namun tidak

6,5

7

7,5

8

8,5

Prates Pascates Tindak Lanjut

Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Minum Obat

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

149

secara signifikan. Berdasarkan persentase sumbangan efektif, Terapi Al-Fatihah

Reflektif diketahui hanya meningkatkan kepatuhan minum obat sebesar 13,1%

pada kelompok eksperimen.

Hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif dapat menurunkan depresi dan meningkatkan imunitas (Julianto

& Subandi, 2015), bahkan lebih khususnya gejala depresi pada ODHA (Maulana,

2017). Namun demikian, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang menguraikan besarnya pengaruh Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif terhadap pasien HIV/AIDS. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi

penyebab temuan pada penelitian ini tidak mendukung hipotesis penelitian.

Adanya faktor lain atau extraneous variable yang mengancam validitas internal

seperti selection bias dan history menjadi salah satu penyebab ditolaknya

hipotesis penelitian.

Selection bias merupakan sumber ancaman validitas internal yang

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok penelitian

sebelum intervensi dilakukan (Hidayat, 2017). Ancaman ini terjadi akibat

matching problem antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak

seimbang disebabkan karena tidak dilakukannya randomisasi pada penelitian ini.

Kriteria subjek penelitian untuk kelompok eksperimen maupun kontrol pada

penelitian ini adalah memiliki rentang usia 28-48 tahun dan memiliki skor

kepatuhan minum obat dengan kategori rendah hingga sedang. Akan tetapi,

pembagian kelompok menjadi tidak matching karena subjek pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol hanya tercocokkan pada rentang usia yang

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

150

sama, namun tidak pada kategori skor kepatuhan minum obat. Hal tersebut terjadi

karena terkendala dengan kesediaan dan kesibukan subjek untuk terlibat dalam

penelitian ini. Dampaknya kelompok eksperimen lebih banyak melibatkan subjek

dengan kategori kepatuhan minum obat sedang, sedangkan kelompok kontrol

melibatkan lebih banyak subjek dengan kategori kepatuhan minum obat rendah.

Selain itu, tidak dilakukannya matching pada tingkat pendidikan subjek juga

menjadi ancaman sebab pada kelompok eksperimen justru terdapat subjek dengan

tingkat pendidikan terendah yaitu SD, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat

subjek dengan tingkat pendidikan tertinggi yaitu Sarjana. Kondisi ini lalai untuk

diperhitungkan, padahal Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang banyak

melibatkan proses kognitif dalam pelaksanaannya tentu membutuhkan

kemampuan kognitif yang memadai yang didukung oleh tingkat pendidikan. Hal

tersebut menyebabkan perbandingan yang tidak seimbang dan mempengaruhi

hasil penelitian.

Ancaman lainnya adalah history yang muncul akibat adanya peristiwa atau

kondisi yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti selama penelitian berlangsung

(Hastjarjo, 2011). Munculnya ancaman history terjadi pada salah seorang subjek

pada hari terakhir pertemuan terapi. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui

bahwa subjek tersebut mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari tetangga

yang telah ia bantu. Meskipun subjek mengaku mampu menyikapi hal tersebut

dengan lebih sabar, namun dari hasil observasi diketahui bahwa subjek sering

memandang kosong ke arah lain dan hilang fokus saat fasilitator menyampaikan

materi. Subjek tersebut yang selama ini hidup dengan penolakan dari orangtuanya

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

151

dan mengenal tetangga yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri

kemudian menerima perlakuan yang kurang baik dari tetangganya tersebut. Hal

tersebut membuat subjek kehilangan salah satu sumber dukungan sosialnya karena

kurangnya penghargaan serta penerimaan dari orang terdekat bahkan setelah

dibantu olehnya. Menurut Brannon & Feist (2010) tingkat dukungan sosial yang

diperoleh individu menjadi prediktor yang kuat dalam kepatuhan, sehingga dapat

dikatakan bahwa kondisi yang dialami subjek tersebut berkenaan dengan

kurangnya dukungan sosial yang mempengaruhi kepatuhannya dalam

mengkonsumsi obat.

Selain itu, ditolaknya hipotesis penelitian ini disebabkan pula oleh interaction

of personological variables and treatment, yaitu interaksi antara perlakuan

eksperimen dan karakteristik subjek yang mengancam validitas eksternal (Bracht

and Glass, 1968). Contoh dari personological variables yang dapat memengaruhi

validitas eksternal adalah usia, ekstroversi-introversi, tingkat kecemasan,

karakteristik individu, tanggung jawab, tingkat pekerjaan, latar belakang

pendidikan, dan tingkat independensi (Street, 1995). Seperti yang diketahui dari

hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, salah seorang subjek memiliki

karakteristik yang berbeda dari ketiga subjek lainnya. Subjek tersebut

menyebutkan bahwa ia menganut kepercayaan kejawen dan memiliki cara

sembahyang dan kitab yang berbeda dari muslim pada umumnya. Oleh karena itu

surah Al-Fatihah dimaknai secara berbeda oleh subjek tersebut yang mengaku

sudah sering membaca surah Al-Fatihah setiap tengah malam. Hal ini tentunya

menjadi salah satu penghambat sebab subjek tidak benar-benar mewakili kriteria

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

152

subjek penelitian yang diharapkan. Tampak dari hasil observasi selama pelatihan

berlangsung, meskipun subjek tersebut aktif dalam menjawab pertanyaan

fasilitator namun ia terkesan enggan mendengarkan fasilitator yang sedang

menyampaikan materi karena selalu mengerjakan hal lain secara bersamaan dan

kurang menaruh perhatian pada hal-hal yang disampaikan oleh fasilitator. Ketika

subjek penelitian tidak sepenuhnya terlibat atau tidak sungguh-sungguh dalam

terapi maka kemungkinan terapi tidak berhasil pada subjek tersebut sangat besar.

Menurut Arjadi (2012) keberhasilan terapi ditentukan oleh kemandirian dan niat

subjek penelitian untuk menjalankan teknik-teknik terapi dalam kehidupan sehari-

hari.

Tidak terbuktinya hipotesis pada penelitian ini juga dapat dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi yang terjadi pada saat pelaksanaan terapi. Subjek beberapa kali

datang terlambat dan pernah menghadiri pertemuan dalam kondisi sakit.

Keterlambatan subjek pada beberapa pertemuan menyebabkan kurang utuhnya

informasi seputar materi terapi yang didapatkannya. Kondisi kesehatan subjek

juga menjadi ancaman kurang maksimalnya penyerapan materi sebab hal tersebut

membuat subjek kesulitan berkonsentrasi karena fokus dan perhatiannya terbagi-

bagi. Soedarso (2006) menyatakan bahwa kesiapan fisik individu (sehat dan tidak

kelelahan) akan mempengaruhi konsentrasi individu tersebut, begitu pula

sebaliknya. Padahal Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif merupakan salah satu

jenis terapi yang banyak melibatkan proses kognitif selama pelaksanaannya.

Selain beberapa penyebab yang telah disebutkan di atas, ditolaknya hipotesis

penelitian juga dapat disebabkan hal lain seperti rentang waktu yang terlalu

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

153

singkat dalam melakukan masa terapi yang membuat perubahan menjadi tidak

maksimal. Hal ini menjadi tidak efektif sebab waktu yang singkat tidak benar-

benar mampu mengukur perubahan yang signifikan terkait kepatuhan minum

obat. Menurut Irwan (2017), individu yang akan mengadopsi atau mengubah

perilakunya harus melalui proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang

relatif lama, setidaknya melewati tiga tahapan yakni pengetahuan, sikap dan

praktik (tindakan). Oleh karena itu pada hasil pengukuran tindak lanjut, keempat

subjek justru mengalami peningkatan skor, bahkan tiga di antaranya memperoleh

skor maksimal yang berarti patuh minum obat 100%. Hal ini dapat dijelaskan oleh

pernyataan Irawati, Subandi dan Kumolohadi (2011) yang mengungkapkan bahwa

unsur religiusitas akan memperkuat terapi kognitif perilaku karena akan dilakukan

secara terus menerus dan berkelanjutan. Maka dari itu, Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif mampu memberikan dampak jangka panjang yang baik

walaupun harus melewati proses perubahan yang memakan waktu karena

perubahan perilaku memang terjadi secara bertahap.

Meskipun hasil analisis data kuantitatif menunjukkan tidak adanya perbedaan

yang signifikan, namun pada hasil analisis kualitatif ditemukan bahwa masing-

masing subjek eksperimen mengaku memperoleh manfaat dan mengalami

perubahan yang positif setelah mengikuti Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif.

Tiga di antara empat orang subjek mengaku tidak pernah lupa ataupun berhenti

meminum obatnya tanpa sepengetahuan dokter. Sedangkan satu orang lainnya

hingga pengukuran tindak lanjut dilakukan masih lupa untuk membawa serta

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

154

obatnya ketika berpergian namun hanya sekali saja. Keempat subjek pun mengaku

tidak pernah merasa terganggu atau tidak nyaman ketika meminum obat.

Salah seorang subjek dapat mempercayai bahwa dengan patuh minum obat

dan menjadi sehat, Allah yang Maha membolak-balikkan hati manusia akan

mengetuk hati orangtuanya agar mampu menerimanya. Badahdah dan Pedersen

(2011) mengungkapkan bahwa menggantungkan nasib pada iman (keyakinan)

menjadi salah satu faktor yang mendukung kepatuhan pasien HIV terhadap

pengobatan ARV. Hal yang serupa dialami subjek lainnya yang meyakini bahwa

minum obat adalah salah satu bentuk ikhtiar dan percaya segala tindakan yang

baik maupun buruk akan mendapat timbal balik dari Allah. Hal ini membuat

subjek percaya akan manfaat dari ARV, sehingga kepatuhan minum obat menjadi

meningkat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kustanti dan Pradita

(2017) mengungkapkan bahwa keyakinan akan manfaat ARV merupakan salah

satu faktor yang membangun self efficacy dalam mengkonsumsi ARV, sehingga

kemudian berdampak baik pada kemampuan penderita HIV/AIDS untuk mengatur

pengobatan.

Adapun subjek lainnya mengaku lebih terdorong untuk melakukan ibadah

seperti shalat dan baca Al-Qur’an serta memahami bahwa minum obat juga dapat

dihitung sebagai ibadah oleh Allah, sehingga muncul dorongan untuk lebih rajin

minum obat. Hal ini didukung oleh penelitian Ayuk, Udonwa dan Gyuse (2017)

yang mengungkapkan bahwa upaya untuk mencari hubungan yang lebih kuat

dengan Tuhan, mencari cinta dan perhatian Tuhan serta fokus pada agama

merupakan koping religius positif yang secara signifikan dikaitkan dengan

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

155

kepatuhan minum obat yang lebih baik. Di samping itu, subjek lainnya

mensyukuri kasih Allah yang dengan kuasa-Nya dapat memberikannya

kesempatan kedua untuk hidup, sehingga ia berjanji kepada-Nya untuk patuh

dalam minum obat agar tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah

tersebut. Berdasarkan penelitian Kustanti dan Pradita (2017) mengenai self

efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral diketahui bahwa

aspek kebersyukuran mendorong sebagian besar subjeknya yang beragama Islam

untuk memiliki self efficacy yang tinggi. Self efficacy atau keyakinan diri pun

termasuk dalam personal factors yang mempengaruhi kepatuhan minum obat

menurut Brannon dan Feist (2010).

Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa penelitian ini memiliki

beberapa keterbatasan terkait pengontrolan validitas internal maupun validitas

eksternal. Adapun hal yang menjadi sorotan utama untuk dievaluasi dalam

pelaksanaan terapi ini adalah rentang waktu pelaksanaan. Selain itu, hal lainnya

yang menjadi kelemahan penelitian adalah tidak adanya data tambahan mengenai

pengukuran yang menampakkan karakteristik perilaku sebagai bentuk nyata atau

manifestasi dari kepatuhan minum obat pada subjek. Selain skala MMAS-8, hasil

observasi, wawancara maupun lembar kerja pada Buku Diari Hatiku hanya

mampu mengungkap pikiran dan perasaan pada subjek, namun tidak sampai pada

perilaku subjek yang berkenaan dengan kepatuhan minum obat. Menurut Soekadji

(1983) dimensi perilaku yang terdiri dari frekuensi perilaku, durasi perilaku dan

intensitas atau kekuatan perilaku merupakan karakteristik perilaku yang dapat

diukur. Durasi merupakan sebuah perilaku yang merujuk pada panjangnya waktu

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi …

156

yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku aksi. Frekuensi adalah sebuah

perilaku yang merujuk pada jumlah tindakan yang muncul di periode waktu

tertentu. Adapun intensitas atau kekuatan perilaku merujuk pada upaya fisik atau

energi yang dilibatkan untuk melakukan perilaku. Maka dari itu, perlu adanya

laporan harian dimensi perilaku (frekuensi, durasi dan intensitas) minum obat

sebagai data tambahan untuk mengkroscek pengukuran kepatuhan pada subjek

penelitian.