BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang
Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas V sebanyak 47 siswa
yang terdiri dari 25 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki.
Letak Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang berada di Wilayah
Kelurahan Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Sekolah Dasar
Negeri 2 Panggang berada di pusat kota. Suasana Sekolah Dasar Negeri 2
Panggang masih asri dengan suasana perkotaan, Letak yang strategis ini
membuat Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang mudah dijangkau.
Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang merupakan salah satu sekolah
yang ada di Kelurahan Panggang dengan kelas yang terdiri dari kelas 1
sampai kelas 6 dengan jumlah keseluruhan siswa 277 siswa. Ruangan
Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang terdapat dua belas ruangan. Dengan
rincian enam ruang kelas yang terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, 1
ruang kantor, 1 ruang guru, 1 ruang komputer, 1 ruang uks, 1 ruang
mushola, dan 1 ruang aula. Ruang kelas juga sudah cukup baik, dengan
penerangan dan ventilasi yang cukup. Disetiap ruang kelas juga tersedia
tempat hasil karya siswa dengan berbagai macam karya-karya siswa
sehingga kelas terkesan menarik, tidak membosankan bagi siswa dan dapat
memacu kreatifitas siswa dalam berkarya. Selain itu juga terdapat tempat
untuk menyimpan hasil nilai yang diperoleh siswa, masing-masing siswa
dipisahkan dan mempunyai tempat dokumentasi yang berisi hasil nilai
prestasi belajarnya sehingga siswa dapat melihat hasil nilai prestasi belajar
yang diperolehnya. Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang juga menyediakan
dua wc yang terdiri dari wc guru dan siswa. Selain ruangan dan wc
52
53
Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang juga mempunyai halaman yang cukup
luas yang digunakan sebagai satu lapangan upacara dan satu lapangan olah
raga.
4.2 Kondisi Awal Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang
Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 47 siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi peserta didik pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang telah dilakukan di mana sebagian besar
peserta didik memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=65).
Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Pra Siklus
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan
<65 27 57,45 Tidak Tuntas
65-69 19 40,42 Tuntas
70-74 1 2,13 Tuntas
75-79 0 0 -
80-84 0 0 -
85-89 0 0 -
90-94 0 0 -
95-100 0 0 -
Jumlah 47 100
Nilai Rata-rata 60,60
Nilai Tertinggi 74
Nilai Terendah 55
54
Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa
yang belum tuntas dalam belajarnya (KKM=65). Diketahui pada skor nilai
<65 frekuensinya ada 27 dengan persentase 57,45% dari jumlah
keseluruhan siswa tidak tuntas, skor nilai antara 65 s/d 69 frekuensinya ada
19 dengan persentase 40,42% dari jumlah keseluruhan siswa tuntas, skor
nilai antara 70 s/d 74 frekuensinya ada 1 dengan persentase 2,13% dari
jumlah keseluruhan siswa tuntas, skor nilai antara 75 s/d 79 frekuensinya
ada 0 dengan persentase 0% dari keseluruhan siswa, dan skor nilai antara
80 s/d 84 frekuensinya ada 0 dengan persentase 0% dari jumlah
keseluruhan siswa atau mencapai KKM yang ditentukan dapat dilihat pada
daftar nilai siswa (terlampir). Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan
tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa,
khususnya siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang Kecamatan
Jepara Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Berdasarkan tabel 4.1. dapat digambarkan dalam
gambar 4.1.
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Hasil Perolehan Nilai
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Pra Siklus
55
Rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh belajar
siswa yang belum maksimal (belajar pada waktu ada PR atau ulangan),
kemampuan belajar heterogen, minat terhadap pelajaran Bahasa Indonesia
rendah, akibatnya pelajaran Bahasa Indonesia tidak disukai oleh sebagian
besar siswa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil
pembelajaran Bahasa Indonesia dan umumnya pembelajaran yang lainnya.
Selain itu proses pembelajaran Bahasa Indonesia kurang menekankan pada
aspek suatu pembelajaran yang melibatkan pada pengalaman siswa pada
keempat keterampilan berbahasa terutama keterampilan dalam
mendegarkan, mengungkapkan gagasan dalam kegiatan tanya jawab dan
diskusi, mengingat dengan menuliskan kembali apa yang telah diamati.
Faktor dari pembelajaran kurangnya memiliki keterampilan menciptakan
metode pembelajaran yang kondusif yang dapat meningkatkan
pemahaman dan mengembangkan keterampilan berbahasa pada siswa dan
selalu menggunakan pembelajaran yang monoton, sedangkan faktor dari
peserta didik dikarenakan keterampilan Berbahasa Indonesia pada peserta
didik masih kurang sehingga materi yang belum dipahami kurang
mendapatkan tindak lanjut dari guru, kedua faktor tersebut menimbulkan
miskonsepsi atau beda persepsi antara kedua belah pihak sehingga terjadi
hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang menimbulkan
pembelajaran berjalan kurang efektif.
4.3 Rencana tindakan
SIKLUS I
Praktek pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui 3
pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan
diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran yang akan
56
disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum
mengajar pada pertemuan I, maka praktikan menyiapkan segala sesuatu
yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I,
lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar observasi, cerita anak,
lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan, buku pembelajaran, serta
ruang/lokasi yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung yang
akan dilaksanakan di kelas V dan tidak kalah pentingnya adalah persiapan
fisik dan mental.
Penulis merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan I dengan pokok bahasan “Cerita Pendek Anak”, kemudian
menentukan tujuan pembelajaran dengan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dengan mempelajari tentang identifikasi unsur cerita
(tokoh dan sifatnya) melalui metode bermain peran, mengungkapkan
gagasan melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi, menceritakan kembali
cerita yang telah diperankan. Setelah menentukan tujuan pembelajaran
kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses pembelajaran dan
metode pembelajaran yang meliputi kegiatan, yaitu siswa mengidentifikasi
unsur cerita dengan menemukan tokoh dan sifat dalam cerita yang
diperankan melalui bermain peran, tanya jawab dengan guru mengenai
tokoh dan sifat yang ditemukan, mendikusikan dalam bentuk kelompok
mengenai jalan cerita, hasil diskusi dibahas kembali bersama guru,
menemukan pesan moral yang disampaikan dalam cerita dengan arahan
guru, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan secara tertulis
dengan runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Bahasa Yang
Disempurnakan. Setelah selesai pembahasan akan ditarik kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai unsur cerita yang telah dipelajari. Kemudian akan
diadakan evaluasi untuk mengukur pemahaman dan keberhasilan
pembelajaran dalam penguasaan materi yang telah diberikan. Setelah
57
menarik kesimpulan guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut
kepada siswa.
b. Pertemuan II
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan II sebagai
tindak lanjut dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I
maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan pertemuan I tapi
yang membedakan adalah cerita yang diperankan. Pada pertemuan I
mengidentifikasi unsur cerita mengenai tokoh dan sifat pada cerita tentang
“Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu” yang diperankan melalui
bermain peran, pada pertemuan II siswa akan mengidentifikasi unsur cerita
mengenai tokoh, sifat, latar dan tema pada cerita pendek anak tentang
“Raja yang Bodoh”. Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka praktikan
menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan II,
lembar kerja siswa, lembar diskusi kelompok, lembar observasi, lembar
cerita, lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan, buku pembelajaran, serta
ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan pertemuan I di ruang kelas
V.
Penulis merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan II dengan pokok bahasan “Cerita Pendek Anak”, kemudian
menentukan tujuan pembelajaran dengan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dengan mempelajari tentang identifikasi unsur
(tokoh, sifat, latar dan tema) cerita melalui kegiatan bermain peran,
mengungkapkan gagasan melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi,
menceritakan kembali cerita yang telah diperankan. Setelah menentukan
tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses
pembelajaran dan teknik pembelajaran yang meliputi kegiatan yaitu siswa
mengidentifikasi unsur cerita dengan menemukan tokoh, sifat, latar dan
58
tema dalam cerita yang dibaca, tanya jawab dengan guru mengenai tokoh
dan sifat yang ditemukan, mendikusikan dalam bentuk kelompok
mengenai jalan cerita, hasil diskusi dibahas kembali bersama guru,
menemukan pesan moral yang disampaikan dalam cerita dengan arahan
guru, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan secara tertulis
dengan runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Bahasa Yang
Disempurnakan. Setelah selesai pembahasan akan ditarik kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai unsur cerita yang telah dipelajari. Kemudian akan
diadakan evaluasi untuk mengukur pemahaman dan keberhasilan
pembelajaran dalam penguasaan materi yang telah diberikan. Setelah
menarik kesimpulan guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut
kepada siswa.
c. Pertemuan III
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan III sebagai
penyempurnaan dan tindak lanjut dari pertemuan I dan II dari kekurangan
yang terjadi pada pertemuan I dan II akan diperbaiki pada pertemuan III
ini. Pada pertemuan III ini masih sama dengan dengan pertemuan I dan II
tapi yang membedakan adalah cerita yang diperankan siswa. Siswa
mengidentifikasi unsur cerita mulai dari tokoh, sifat, latar, tema dan
amanat melalui bermain peran cerita anak-anak. Sebelum mengajar pada
pertemuan III, maka praktikan menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan III, lembar
kerja siswa, lembar diskusi kelompok, cerita anak, lembar observasi,
lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan, buku pembelajaran, serta
ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan pertemuan I dan II yaitu di
ruang kelas V.
Praktikan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan III dengan pokok bahasan “Cerita Pendek Anak”, kemudian
59
menentukan tujuan pembelajaran dengan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dengan mempelajari tentang identifikasi unsur cerita
(tokoh, sifat, latar, tema, amanat) melalui bermain peran yang dilakukan
dengan memperagakan cerita anak-anak, mengungkapkan gagasan melalui
kegiatan tanya jawab dan diskusi, menceritakan kembali cerita yang telah
diperankan. Setelah menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru
menetapkan lamanya waktu proses pembelajaran yang meliputi kegiatan
yaitu siswa mengidentifikasi unsur cerita dengan menemukan tokoh, sifat,
latar, tema dan amanat dalam cerita yang dibaca, tanya jawab dengan guru
mengenai tokoh dan sifat yang ditemukan, mendikusikan dalam bentuk
kelompok mengenai jalan cerita, hasil diskusi dibahas kembali bersama
guru, menemukan pesan moral yang disampaikan dalam cerita dengan
arahan guru, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan secara
tertulis dengan runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Bahasa Yang
Disempurnakan. Setelah selesai pembahasan akan ditarik kesimpulan hasil
pembelajaran mengenai unsur cerita yang telah dipelajari. Kemudian akan
diadakan evaluasi untuk mengukur pemahaman dan keberhasilan
pembelajaran dalam penguasaan materi yang telah diberikan. Setelah
evaluasi guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada
siswa.
4.4 Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan I
Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar
observasi, cerita anak, lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, buku pelajaran,
dan ruang/lokasi. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk
60
berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian
apersepsi berupa pertanyaan yaitu mengenai cerita apa saja yang pernah
didengar oleh siswa. Siswa disuruh menyebutkan nama-nama tokoh dalam
cerita yang pernah ia dengar pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju
materi pembelajaran yaitu “Cerita Pendek Anak”, dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti yaitu dengan memberikan pertanyaan tentang unsur dalam
cerita yaitu berupa tokoh, sifat, latar, tema dan amanat. Kemudian guru
menjelaskan mengenai unsur-unsur dalam cerita. Setelah penjelasan
selesai, siswa diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan diperankan.
Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran dalam cerita
yang berjudul “Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu”. Kemudian
siswa mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan cerita pendek
anak tersebut. Siswa mengamati dan menghayati jalannya cerita. Setelah
itu siswa memerankan cerita yang berjudul “Anak Katak yang Sombong
dan Anak Lembu”. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang
tokoh dan latar cerita (waktu, tempat, suasana) yang telah siswa temukan
dalam cerita “Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu”. Siswa secara
klasikal dan individual menjawab pertanyaan dari guru. Siswa dibagi
menjadi enam kelompok untuk berdiskusi kelas. Masing-masing kelompok
mendapat lembar kerja kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan
berbagai peristiwa yang terjadi, nama tokoh, watak, latar ( tempat,
suasana, waktu) dan tema yang ada dalam cerita “Anak Katak yang
Sombong dan Anak Lembu”. Kemudian mencatatnya pada lembar kerja
kelompok yang telah dibagikan. Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi
kelompok untuk menemukan jalan cerita “Anak Katak yang Sombong dan
Anak Lembu”. Siswa aktif berdiskusi dengan kelompoknya. Setiap
perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan hasil
61
diskusi kelompoknya. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai
hasil diskusi siswa. Setelah itu melakukan pemeranan ulang sesuai hasil
yang didiskusikan. Siswa dalam kelompok diskusi dibimbing oleh guru
untuk menemukan sikap dalam cerita yang perlu di contoh dan perlu di
tingglakan. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil
diskusi siswa. Setiap kelompok diarahkan guru menceritakan kembali isi
cerita “Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu” secara tertulis pada
lembar kerja kelompok yang telah dibagikan dengan memperhatikan
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Siswa aktif menceritakan
kembali isi cerita “Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu” secara
tertulis dengan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan.
Dalam kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama
proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengerjakan tes
evaluasi, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa
penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak
lanjut dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa yang
berupa hasil belajar pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan pertemuan
II ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran,
seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa,
lembar kerja kelompok, lembar cerita, lembar observasi, lembar evaluasi
yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diajarkan, buku pelajaran, serta ruang/lokasi. Pada awal
62
pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi
dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi dengan menunjukan sebuah
buku cerita atau majalah anak-anak dengan disertai pertanyaan yaitu
tentang pengalaman siswa dalam membaca suatu cerita, cerita apa saja
yang pernah didengar serta apa saja unsur-unsur ceritanya. Pertanyaan itu
dimaksudkan untuk menuju cerita yang akan diperankan dalam kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I, yaitu dengan memberikan pertanyaan tentang unsur
dalam cerita yaitu berupa tokoh, sifat, latar, tema dan amanat dari cerita
anak berjudul “Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu” yang
dipelajari siswa pada pertemuan pertama. Kemudian guru menjelaskan
mengenai unsur-unsur dalam cerita. Setelah penjelasan selesai, siswa
diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan diperankan. Beberapa
siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran dalam cerita yang
berjudul “Raja yang Bodoh”. Kemudian siswa mempersiapkan untuk
memperagakan/memerankan cerita pendek anak tersebut. Siswa
mengamati dan menghayati jalannya cerita. Setelah itu siswa memerankan
cerita yang berjudul “Raja yang Bodoh”. Siswa melakukan tanya jawab
dengan guru tentang tokoh dan latar cerita (waktu, tempat, suasana) yang
telah siswa temukan dalam cerita “Raja yang Bodoh”. Siswa secara
klasikal dan individual menjawab pertanyaan dari guru. Siswa dibagi
menjadi enam kelompok untuk berdiskusi kelas. Masing-masing kelompok
mendapat lembar kerja kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan
berbagai peristiwa yang terjadi, nama tokoh, watak, latar ( tempat,
suasana, waktu) dan tema yang ada dalam cerita “Raja yang Bodoh”.
Kemudian mencatatnya pada lembar kerja kelompok yang telah dibagikan.
Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi kelompok untuk menemukan jalan
63
cerita “Raja yang Bodoh”. Siswa aktif berdiskusi dengan kelompoknya.
Setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan hasil
diskusi kelompoknya. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai
hasil diskusi siswa. Setelah itu melakukan pemeranan ulang sesuai hasil
yang didiskusikan. Siswa dalam kelompok diskusi dibimbing oleh guru
untuk menemukan sikap dalam cerita yang perlu di contoh dan perlu di
tingglakan. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil
diskusi siswa. Setiap kelompok diarahkan guru menceritakan kembali isi
cerita “Raja yang Bodoh” secara tertulis pada lembar kerja kelompok yang
telah dibagikan dengan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan. Siswa aktif menceritakan kembali isi cerita “Raja yang
Bodoh” secara tertulis dengan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan.
Dalam kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama
proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengerjakan tes
evaluasi, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa
penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pertemuan III
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III sebagai tindak
lanjut, penyempurnaan dan perbaikan proses pembelajaran dan
pemahaman siswa yang berupa hasil belajar pada pertemuan I dan II, maka
pada pelaksanaan pertemuan III ini guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar evaluasi, lembar observasi, cerita anak, buku
64
pelajaran, dan ruang/lokasi. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa
untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian
apersepsi berupa pertanyaan mengenai pengalaman siswa dalam membaca
cerita dongeng, cerita apa saja yang pernah siswa dengar dan bagaimana
unsur ceritanya. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju materi cerita
yang akan diperankan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kemudian
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I dan II yaitu dengan memberikan pertanyaan tentang
unsur dalam cerita yaitu berupa tokoh, sifat, latar, tema dan amanat dari
cerita anak berjudul “Raja yang Bodoh” yang dipelajari siswa pada
pertemuan kedua. Kemudian guru menjelaskan mengenai unsur-unsur
dalam cerita. Setelah penjelasan selesai, siswa diberi arahan oleh guru
tentang cerita yang akan diperankan. Beberapa siswa maju ke depan kelas
untuk membagi peran dalam cerita yang berjudul “Bawang Merah dan
Bawang Putih”. Kemudian siswa mempersiapkan untuk
memperagakan/memerankan cerita pendek anak tersebut. Siswa
mengamati dan menghayati jalannya cerita. Setelah itu siswa memerankan
cerita yang berjudul “Bawang Merah dan Bawang Putih”. Siswa
melakukan tanya jawab dengan guru tentang tokoh dan latar cerita (waktu,
tempat, suasana) yang telah siswa temukan dalam cerita “Bawang Merah
dan Bawang Putih”. Siswa secara klasikal dan individual menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa dibagi menjadi enam kelompok untuk
berdiskusi kelas. Masing-masing kelompok mendapat lembar kerja
kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan berbagai peristiwa yang
terjadi, nama tokoh, watak, latar ( tempat, suasana, waktu) dan tema yang
ada dalam cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”. Kemudian
mencatatnya pada lembar kerja kelompok yang telah dibagikan. Siswa
dibimbing oleh guru berdiskusi kelompok untuk menemukan jalan cerita
65
“Bawang Merah dan Bawang Putih”. Siswa aktif berdiskusi dengan
kelompoknya. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk
membacakan hasil diskusi kelompoknya. Siswa dan guru bersama-sama
membahas mengenai hasil diskusi siswa. Setelah itu melakukan
pemeranan ulang sesuai hasil yang didiskusikan. Siswa dalam kelompok
diskusi dibimbing oleh guru untuk menemukan sikap dalam cerita yang
perlu di contoh dan perlu di tingglakan. Siswa dan guru bersama-sama
membahas mengenai hasil diskusi siswa. Setiap kelompok diarahkan guru
menceritakan kembali isi cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”
secara tertulis pada lembar kerja kelompok yang telah dibagikan dengan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Siswa aktif
menceritakan kembali isi cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”
secara tertulis dengan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan.
Dalam kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama
proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengerjakan tes
evaluasi, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa
penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4.5 Hasil tindakan
a. Pertemuan I
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur
keberhasilan penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
66
linguistik dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi
yang diambil dari indikator dalam metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dengan menyesuaikan standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya. Aspek yang diukur meliputi empat aspek
keterampilan yaitu mengembangkan keterampilan mendengarkan melalui
cerita, mengembangkan keterampilan berbicara dengan mengungkapkan
gagasan dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi, mengembangkan
keterampilan membaca melalui kegiatan membaca menentukan tema, dan
mengembangkan keterampilan menulis dengan menceritakan kembali isi
cerita. Berdasarkan hasil observasi penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik yang diterapkan guru pada siklus I
pertemuan I pada kegiatan pembelajaran penerapan indikator pembelajaran
masih kurang baik dalam penerapannya. Hal ini dapat dilihat pada lembar
hasil observasi pada siklus I pertemuan I (terlampir), pada lembar
observasi tersebut dapat dilihat pada penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik yang diterapkan keseluruhan indikator
masih memperoleh skor 2 dengan pernyataan 50% indikator metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik baru diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik belum terbiasa dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga guru masih mengalami kesulitan dalam
mengarahkan siswa ke dalam penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan diperoleh
hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru SBK)
terhadap aktivitas guru secara keseluruhan dalam menerapkan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik. Dapat dilihat pada tabel 4.2.
67
Tabel 4.2
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
.
Dari tabel 4.2 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK),
dapat dilihat bahwa penerapan metode bermain peran Berbasis
Kecerdasan Linguistik yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran,
hal ini dapat dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran masih ada skor 2, terutama pada metode
pembelajaran yang meliputi indikator dalam penerapan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran. Dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil
observasi memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor rata-rata 2,39. Berdasarkan indikator yang
ditentukan bahwa skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan
bahwa 75% indikator penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I
pertemuan I penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik belum mencapai indikator yang ditentukan penulis. Dalam
No. Indikator Skor
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
(membaca dan berbicara)
2,5
2. Memilih partisipan (membaca dan berbicara) 2,5
3. Menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan
mendengarkan)
2,5
4. Menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis) 3
5. Pemeranan (berbicara dan membaca) 2
6. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis) 2
7. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca) 3
8. Diskusi dan evalusi tahap dua(berbicara dan menulis) 2
9. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis,
membaca, berbicara, dan mendengarkan)
2
Jumlah 21,5
Rata-rata hasil observasi 2,39
68
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dalam
kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I kurang dari skor 3 dengan
pernyataan masih kurang dari 75% baru diterapkan.
b. Pertemuan II
Hasil tindakan pada siklus I pertemuan II yang diperoleh
berdasarkan lembar hasil observasi dalam penerapan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik yang diterapkan guru dalam kegiatan
pembelajaran indikator yang di ukur sama dengan pada siklus I pertemuan
I dan merupakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan I. Dalam penerapan
pembelajaran pada siklus I petemuan II berdasarkan hasil observasi,
penerapan pembelajaran pada indikator penerapan pembelajaran berbasis
kecerdasan linguitik sudah baik dibandingkan pada siklus I pertemuan I.
Pada lembar hasil observasi (terlampir) pada siklus I pertemuan II dapat
dilihat kegiatan pembelajaran yang diterapkan memperoleh skor 3 dengan
pernyataan 75% indikator yang ditentukan dalam metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran. Akan tetapi masih ada beberapa kegiatan pembelajaran
yang masih mendapat skor 2 yaitu pada item mengambil pengalaman dan
mengambil kesimpulan. Penerapan kegiatan pembelajaran guru masih
kesulitan dalam mengarahkan siswa untuk mengambil pengalaman dan
mengambil kesimpulan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masih perlu
diperbaiki. Untuk indikator lainnya sudah mengalami peningkatan dan
mencapai indikator yang ditentukan dalam penerapannya karena telah
berbekal pada siklus I pertemuan I.
Analisis penelitian setelah pembelajaran diperoleh hasil observasi/
pengamatan penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik yang dilakukan oleh observer (guru SBK) secara keseluruhan
terhadap aktivitas guru dalam penerapan metode bermain peran berbasis
69
kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan lembar
observasi yang terlampir dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II
Dari tabel 4.3 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK)
dapat dilihat bahwa penerapan Metode Bermain Peran Berbasis
Kecerdasan Linguistik yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran,
hal ini dapat dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran masih ada skor 2, terutama pada teknik
pembelajaran yang meliputi indikator dalam penerapan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran
mengambil pengalaman dan mengambil kesimpulan. Dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi
memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
memperoleh skor rata-rata 3,11. Berdasarkan indikator yang ditentukan
bahwa skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75%
indikator penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
No. Indikator Skor
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
(membaca dan berbicara)
3,5
2. Memilih partisipan (membaca dan berbicara) 3
3. Menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan
mendengarkan)
3,5
4. Menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis) 3
5. Pemeranan (berbicara dan membaca) 3
6. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis) 3
7. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca) 4
8. Diskusi dan evalusi tahap dua(berbicara dan menulis) 3
9. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis,
membaca, berbicara, dan mendengarkan)
2
Jumlah 28
Rata-rata hasil observasi 3,11
70
berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I pertemuan II
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik sudah
mencapai indikator yang ditentukan penulis. Dalam penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus I pertemuan II kurang dari skor 3 dengan pernyataan 75%
sudah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi pada indikator
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik masih ada
yang mendapat skor 2, dan akan diperbaiki pada siklus I pertemuan III.
c. Pertemuan III
Hasil tindakan pada siklus I pertemuan III berdasarkan lembar hasil
observasi penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
pada kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru dalam kegiatan
pembelajaran indikator yang di ukur sama dengan pada siklus I pertemuan
I dan pertemuan II dan merupakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan II. Dalam
penerapan pembelajaran pada siklus I pertemuan III berdasarkan hasil
observasi, penerapan pembelajaran pada indikator penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguitik sudah baik dibandingkan pada
siklus I pertemuan I dan pertemuan II. Pada lembar hasil observasi
(terlampir) pada siklus I pertemuan III dapat dilihat kegiatan pembelajaran
yang diterapkan secara keseluruhan memperoleh skor 3 dengan pernyataan
75% indikator yang ditentukan dalam metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik telah diterapkan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan mengambil pengalaman dan mengambil
kesimpulan mengalami peningkatan memperoleh skor 3 dengan
pernyataan hampir 75% penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan diperoleh
hasil observasi/pengamatan penerapan metode bermain peran berbasis
71
kecerdasan linguistik yang dilakukan oleh observer (guru SBK) secara
kseluruhan terhadap aktivitas guru dalam penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan lingusitik dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan III
Dari tabel 4.4 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK),
dapat dilihat bahwa penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat
dilihat pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor 3 dan 4. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor rata-rata 3,28. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan
pada Siklus I pertemuan II. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa
skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah
No. Indikator Skor
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
(membaca dan berbicara)
3,5
2. Memilih partisipan (membaca dan berbicara) 3
3. Menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan
mendengarkan)
4
4. Menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis) 3
5. Pemeranan (berbicara dan membaca) 3
6. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis) 3
7. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca) 4
8. Diskusi dan evalusi tahap dua(berbicara dan menulis) 3
9. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis,
membaca, berbicara, dan mendengarkan)
3
Jumlah 29,5
Rata-rata hasil observasi 3,28
72
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan
hasil skor rata-rata observasi pada siklus I pertemuan II penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik sudah mencapai indikator
yang ditentukan penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus I pertemuan II. Dalam penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I
pertemuan II telah mencapai batas minimal pencapaian indikator yang
ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Dan selanjutnya sebagai pemantapan pada siklus I
akan dilanjutkan pada siklus II.
4.6 Hasil belajar peserta didik aspek kognitif
Setelah dilaksanakan tindakan dalam metode bermain peran
berbasis kecerdasan lingusitik, penulis memberikan evaluasi secara tertulis
kepada siswa setiap akhir pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III
siklus I. Hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan, dari
hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I. Hal ini dapat terlihat pada hasil rekap
nilai ulangan harian siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan hasil
ulangan harian siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus I (terlampir).
Hasil nilai yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan tindakan dari
jumlah 47 siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=65) terdapat 20 siswa,
sedangkan 27 siswa masih dibawah ketuntasan. Dengan rincian hasil
belajar nilai siswa, dapat dilihat pada tabel 4.5.
73
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Pra Siklus
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan
<65 27 57,45 Tidak Tuntas
65-69 19 40,42 Tuntas
70-74 1 2,13 Tuntas
75-79 0 0 -
80-84 0 0 -
85-89 0 0 -
90-94 0 0 -
95-100 0 0 -
Jumlah 47 100
Nilai Rata-rata 60,60
Nilai Tertinggi 74
Nilai Terendah 55
Oleh karena itu, perlu adanya suatu perbaikan dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka diperoleh nilai
hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dengan rata-
rata nilai pertemuan I, pertemuan II, dan III mengalami peningkatan, dari
jumlah 47 siswa mencapai ketuntasan 100% dari (KKM=65) atau dapat
dikatakan seluruhnya jumlah siswa mencapai dan mendapat nilai di atas
ketuntasan (KKM=65). Dengan rincian hasil belajar nilai siswa, dapat
dilihat pada tabel 4.6.
74
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus I
Skor
Frekuensi
Persentase
(%) Keterangan
Pertemuan Rata-rata
Pertemuan
I, II, III I II III
<65 24 0 0 0 0 -
65-69 21 2 0 0 0 -
70-74 2 6 0 12 25,53 Tuntas
75-79 0 17 2 15 31,92 Tuntas
80-84 0 14 5 16 34,04 Tuntas
85-89 0 7 17 4 8,51 Tuntas
90-94 0 1 3 0 0 -
95-100 0 0 20 0 0 -
Jumlah 47 47 47 100
Nilai Rata-rata 78,23
Nilai Tertinggi 88
Nilai Terendah 71
Dengan demikian dalam metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik nilai hasil belajar siswa dalam aspek kognitif
meningkat dibandingkan nilai hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan.
Namun untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar
siswa di atas KKM diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan
metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dapat digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
75
4.7 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari
pertemuan I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala
kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil
observasi yang dilaksanakan pada setiap pertemuan I, II, dan II pada siklus
I dan hasil nilai rata-rata siswa pada pertemuan I, II, dan III. Refleksi ini
digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan apakah hasil
tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan indikator
kinerja. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan
observasi pada siklus I disetiap pertemuan maka diperoleh antara lain
sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi ada
siklus I pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan.
Pada lembar hasil observasi siklus I pertemuan I (terlampir) dapat dilihat
dalam kegiatan mengidentifikasi unsur cerita melalui kegiatan pemeranan,
mengungkapkan gagasan pada keterampilan berbicara pada kegiatan tanya
jawab dan diskusi, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan
dalam kegiatan menulis secara keseluruhan masih mendapat skor 2 dengan
pernyataan 50% metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan indikator kinerja
yang ditentukan penulis yaitu minimal skor 3 dengan penyataan 75%
metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan lembar hasil
observasi penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
pada siklus I pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang
ditentukan. Belum tercapainya indikator kinerja pada siklus I pertemuan I
ini akan diperbaiki pada siklus I pertemuan II dengan mencari kekurangan
serta kelemahan yang ditemukan. Diantaranya penulis masih kesulitan
76
dalam penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik ke
dalam kegiatan pembelajaran, dikarenakan siswa juga belum terbiasa
dalam kegiatan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik yang
diterapkan penulis dalam kegiatan pembelajaran. Dari keseluruhan
kegiatan yang diterapkan dalam pembelajaran mencapai skor rata-rata
2,39.
b. Pertemuan II
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi pada
siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil
obervasi pada siklus I pertemuan I. Berdasarkan lembar hasil observasi
(terlampir) indikator penerapan metode bermain peran berbasis
keceradasan linguistik sudah mendapat skor 3 dengan pernyataan 75%
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi masih ada beberapa
indikator yaitu pada kegiatan mengambil pengalaman dan mengambil
kesimpulan belum terjadi peningkatan karena masih mendapat skor 2
dengan penyataan 25% penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal
ini disebabkan karena dalam mengambil pengalaman dan mengambil
kesimpulan pengarahan penulis terhadap siswa masih kurang mencapai
indikator kinerja yang ditentukan. Keseluruhan kegiatan pembelajaran
mendapat skor rata-rata 3,11, berdasarkan indikator kinerja yang
ditentukan penulis dalam penelitian ini yaitu minimal skor 3 dengan
pernyataan 75% penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
pada siklus I pertemuan II sudah mencapai indikator yang ditentukan, akan
tetapi masih ada yang perlu diperbaiki terutama dalam kegiatan
mengambil pengalaman dan mengambil kesimpulan yang telah
diperankan.
77
c. Pertemuan III
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi pada
siklus I pertemuan III mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus
I pertemuan III. Berdasarkan lembar hasil observasi (terlampir) indikator
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik sudah
mendapat skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Keseluruhan kegiatan pembelajaran mendapat skor rata-rata
3,28 berdasarkan indikator kinerja yang ditentukan penulis dalam
penelitian ini yaitu minimal skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan
metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pada siklus I pertemuan III
sudah mencapai indikator yang ditentukan.
Setelah selesai pembelajaran pada siklus I pertemuan I, II, dan III
maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan
belajar dengan nilai 65 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang
berjumlah 47 siswa dalam belajarnya sebanyak 47 siswa tuntas dengan
mendapat nilai ≥71 dan rata-rata dari jumlah keseluruhan 78,23.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian
KKM pada hasil belajar siswa penulis menetapkan patokan 75% dari
jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai
nilai ≥65 berdasarkan hasil evaluasi siswa dan 75% dari jumlah
keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar siswa dengan memperoleh
nilai ≥65 sesuai dengan KKM. Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa,
indikator kinerja yang ditentukan telah tercapai melebihi indikator yang
telah ditentukan yaitu 100% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai
≥65 dengan maksimal 100 dan minimal 65. Selanjutnya, sebagai
pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan
78
meningkatkan penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik pada setiap kegiatan pembelajaran dan meningkatkan nilai hasil
belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus I maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus
I adalah sebagai berikut:
a. Hambatan
1. Penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
belum terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran
sehingga keterampilan berbahasa siswa masih sulit dikembangkan.
2. Penulis masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam
setiap kegiatan.
b. Penyelesaian
1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang
maksimal dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
2. Buatlah keaktifan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran
sehingga keterampilan belajar siswa lebih berkembang.
4.8 Rencana Tindakan
SIKLUS II
a. Pertemuan I
Setelah melihat kekurangan dan keberhasilan dalam siklus I yang
terdiri dari pertemuan I, II, III perencanaan pembelajaran pada siklus II ini
sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi
pada siklus I. Siklus II akan dilaksanakan 3 kali pertemuan, kegiatan
pembelajaran pada siklus II ini masih sama dengan siklus I tapi yang
membedakan adalah materi pokok mengenai “cerita anak”. Sebelum
mengajar pada siklus II ini, guru akan menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar
79
observasi, lembar cerita, lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, buku
pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan siklus
I yaitu diruang kelas V.
Penulis merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan I dengan pokok bahasan “menyimpulkan isi cerita anak”,
kemudian menentukan tujuan pembelajaran dengan Metode Bermain
Peran Berbasis Kecerdasan Linguistik mempelajari tentang identifikasi isi
cerita melalui metode bermain peran, melakukan tanya jawab dan diskusi
kelompok, menceritakan kembali isi cerita bahasa yang runtut dan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Setelah
menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menentukan cerita anak
yang akan diperankan serta menentukan lamanya waktu dalam kegiatan
pembelajaran dan menetapkan tehnik pembelajaran yaitu: siswa
mengidentifikasi isi cerita anak melalui kegiatan bermain peran,
melakukan tanya tanya jawab dengan guru mengenai isi cerita dan
mendikusikan mengenai kesimpulan isi cerita dalam kelompok,
menemukan pesan moral yang disampaikan dalam cerita dengan arahan
guru, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan secara tertulis
dengan bahasa yang runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Bahasa
Yang Disempurnakan. Setelah selesai pembahasan akan ditarik
kesimpulan hasil pembelajaran mengenai unsur cerita yang telah
dipelajari. Kemudian akan diadakan evaluasi untuk mengukur pemahaman
dan keberhasilan pembelajaran. Setelah evaluasi guru akan memberikan
pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
b. Pertemuan II
Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II sebagai
tindak lanjut dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I
maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan pertemuan I tapi
80
yang membedakan adalah cerita yang diperankan. Pada pertemuan I
mengidentifikasi isi cerita melalui metode bermain peran tentang cerita
“Timun Emas”, melakukan tanya jawab dan diskusi kelompok,
menceritakan kembali isi cerita bahasa yang runtut dan memperhatikan
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada pertemuan II siswa akan
mengidentifikasi isi melalui metode bermain peran tentang cerita “Istana
Bunga”. Sebelum mengajar pada pertemuan II, maka praktikan
menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan II,
lembar kerja siswa, lembar diskusi kelompok, lembar observasi, lembar
cerita, lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan, buku pembelajaran, serta
ruang/lokasi yang akan digunakan sama dengan pertemuan I di ruang kelas
V.
Penulis merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan II dengan pokok bahasan “menyimpulkan isi cerita anak”,
kemudian menentukan tujuan pembelajaran dengan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik dengan mempelajari tentang identifikasi isi
cerita melalui metode bermain peran, melakukan tanya jawab dan diskusi
kelompok, menceritakan kembali isi cerita bahasa yang runtut dan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Setelah
menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan lamanya
waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran yang meliputi
kegiatan yaitu: siswa mengidentifikasi isi cerita anak melalui kegiatan
bermain peran, melakukan tanya tanya jawab dengan guru mengenai isi
cerita dan mendikusikan mengenai kesimpulan isi cerita dalam kelompok,
menemukan pesan moral yang disampaikan dalam cerita dengan arahan
guru, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan secara tertulis
dengan bahasa yang runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Bahasa
81
Yang Disempurnakan. Setelah selesai pembahasan akan ditarik
kesimpulan hasil pembelajaran mengenai unsur cerita yang telah
dipelajari. Kemudian akan diadakan evaluasi untuk mengukur pemahaman
dan keberhasilan pembelajaran. Setelah evaluasi guru akan memberikan
pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
c. Pertemuan III
Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan III sebagai
tindak lanjut dan perbaikan dari kekurangan/kelemahan pada pertemuan I
dan II maka pada perencanaan pertemuan III masih sama dengan
pertemuan I dan II tapi yang membedakan adalah cerita yang diperankan.
Pada pertemuan I mengidentifikasi isi cerita melalui metode bermain peran
tentang cerita “Timun Emas”, dan Pertemuan II cerita “Istana Bunga”,
melakukan tanya jawab dan diskusi kelompok, menceritakan kembali isi
cerita bahasa yang runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada pertemuan III siswa akan mengidentifikasi isi
melalui metode bermain peran tentang cerita “Rajawali yang Cerdik”.
Sebelum mengajar pada pertemuan III, maka praktikan menyiapkan segala
sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan III, lembar kerja siswa,
lembar diskusi kelompok, lembar observasi, lembar cerita, lembar evaluasi
yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diajarkan, buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan
digunakan sama dengan pertemuan I di ruang kelas V.
Penulis merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan III dengan pokok bahasan “menyimpulkan isi cerita anak”,
kemudian menentukan tujuan pembelajaran dengan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik dengan mempelajari tentang identifikasi isi
cerita melalui metode bermain peran, melakukan tanya jawab dan diskusi
kelompok, menceritakan kembali isi cerita bahasa yang runtut dan
82
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Setelah
menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menetapkan lamanya
waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran yang meliputi
kegiatan yaitu: siswa mengidentifikasi isi cerita anak melalui kegiatan
bermain peran, melakukan tanya tanya jawab dengan guru mengenai isi
cerita dan mendikusikan mengenai kesimpulan isi cerita dalam kelompok,
menemukan pesan moral yang disampaikan dalam cerita dengan arahan
guru, menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan secara tertulis
dengan bahasa yang runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Bahasa
Yang Disempurnakan. Setelah selesai pembahasan akan ditarik
kesimpulan hasil pembelajaran mengenai unsur cerita yang telah
dipelajari. Kemudian akan diadakan evaluasi untuk mengukur pemahaman
dan keberhasilan pembelajaran. Setelah evaluasi guru akan memberikan
pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
4.9 Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus II ini sebagai tindak lanjut,
penyempurnaan dan pemantapan pada siklus I, di dalam pelaksanaan
siklus II ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam
pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan I, lembar evaluasi, lembar observasi, lembar cerita, buku
pelajaran, dan ruang/lokasi. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa
untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian
apersepsi yaitu guru bertanya kepada siswa mengenai kesukaan anak
dalam membaca cerpen dan cerpen apa saja yang pernah dibaca anak.
Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju materi pembelajaran yaitu
tentang “Cerita Anak”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan
pembelajaran.
83
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan siklus I, yaitu dengan memberikan pertanyaan tentang
mengidentifikasi isi, menjelaskan isi cerita, dan menyimpulkan cerita dari
cerita yang pernah dibaca dan didengar siswa. Kemudian guru
menjelaskan mengenai teknik menyimpulkan isi dalam cerita. Setelah
penjelasan selesai, siswa diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan
diperankan. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran
dalam cerita yang berjudul “Timun Emas”. Kemudian siswa
mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan cerita anak tersebut.
Siswa mengamati dan menghayati jalannya cerita. Setelah itu siswa
memerankan cerita yang berjudul “Timun Emas”. Siswa melakukan tanya
jawab dengan guru tentang isi cerita yang telah siswa temukan dalam
cerita “Timun Emas”. Siswa secara klasikal dan individual menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa dibagi menjadi enam kelompok untuk
berdiskusi kelas. Masing-masing kelompok mendapat lembar kerja
kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan kesimpulan dan ringkasan
dalam cerita “Timun Emas”. Kemudian mencatatnya pada lembar kerja
kelompok yang telah dibagikan. Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi
kelompok untuk menemukan jalan cerita “Timun Emas”. Siswa aktif
berdiskusi dengan kelompoknya. Setiap perwakilan kelompok maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya. Siswa dan
guru bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa. Setelah itu
melakukan pemeranan ulang sesuai hasil yang didiskusikan. Siswa dalam
kelompok diskusi dibimbing oleh guru untuk menemukan sikap dalam
cerita yang perlu di contoh dan perlu di tingglakan. Siswa dan guru
bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa. Setiap kelompok
diarahkan guru menceritakan kembali isi cerita “Timun Emas” secara
tertulis pada lembar kerja kelompok yang telah dibagikan dengan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Siswa aktif
84
menceritakan kembali isi cerita “Timun Emas” secara tertulis dengan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan.
Dalam kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama
proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengerjakan tes
evaluasi, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa
penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II sebagai tindak
lanjut dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa yang
berupa hasil belajar pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan pertemuan
II ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran,
seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa,
lembar kerja kelompok, lembar cerita, lembar observasi, lembar evaluasi
yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diajarkan, buku pelajaran, dan ruang/lokasi. Pada awal pembelajaran
guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan
dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa pertanyaan yaitu siapa
yang pernah mendengar cerita anak, cerita apa saja yang pernah didengar.
Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju cerita yang akan diperankan
dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan
pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I, yaitu dengan memberikan pertanyaan tentang
85
mengidentifikasi isi, menjelaskan isi cerita, dan menyimpulkan cerita dari
cerita yang pernah dibaca dan didengar siswa. Kemudian guru
menjelaskan mengenai teknik menyimpulkan isi dalam cerita. Setelah
penjelasan selesai, siswa diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan
diperankan. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran
dalam cerita yang berjudul “Istana Bunga”. Kemudian siswa
mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan cerita anak tersebut.
Siswa mengamati dan menghayati jalannya cerita. Setelah itu siswa
memerankan cerita yang berjudul “Istana Bunga”. Siswa melakukan tanya
jawab dengan guru tentang isi cerita yang telah siswa temukan dalam
cerita “Istana Bunga”. Siswa secara klasikal dan individual menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa dibagi menjadi enam kelompok untuk
berdiskusi kelas. Masing-masing kelompok mendapat lembar kerja
kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan kesimpulan dan ringkasan
dalam cerita “Istana Bunga”. Kemudian mencatatnya pada lembar kerja
kelompok yang telah dibagikan. Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi
kelompok untuk menemukan jalan cerita “Istana Bunga”. Siswa aktif
berdiskusi dengan kelompoknya. Setiap perwakilan kelompok maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya. Siswa dan
guru bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa. Setelah itu
melakukan pemeranan ulang sesuai hasil yang didiskusikan. Siswa dalam
kelompok diskusi dibimbing oleh guru untuk menemukan sikap dalam
cerita yang perlu di contoh dan perlu di tingglakan. Siswa dan guru
bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa. Setiap kelompok
diarahkan guru menceritakan kembali isi cerita “Istana Bunga” secara
tertulis pada lembar kerja kelompok yang telah dibagikan dengan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Siswa aktif
menceritakan kembali isi cerita “Istana Bunga” secara tertulis dengan
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan.
86
Dalam kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama
proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengerjakan tes
evaluasi, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa
penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pertemuan III
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan III sebagai tindak
lanjut dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa yang
berupa hasil belajar pada pertemuan I dan II, maka pada pelaksanaan
pertemuan III ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam
pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar cerita, lembar observasi,
lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan, buku pelajaran, dan ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam
kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa
pertanyaan yaitu siapa yang pernah membaca cerita, cerita apa saja yang
pernah kalian baca. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju cerita yang
akan diperankan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam proses pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan penyampaian
tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I dan II, yaitu dengan memberikan pertanyaan tentang
mengidentifikasi isi, menjelaskan isi cerita, dan menyimpulkan cerita dari
cerita yang pernah dibaca dan didengar siswa. Kemudian guru
menjelaskan mengenai teknik menyimpulkan isi dalam cerita. Setelah
87
penjelasan selesai, siswa diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan
diperankan. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran
dalam cerita yang berjudul “Rajawali yang Cerdik”. Kemudian siswa
mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan cerita anak tersebut.
Siswa mengamati dan menghayati jalannya cerita. Setelah itu siswa
memerankan cerita yang berjudul “Rajawali yang Cerdik”. Siswa
melakukan tanya jawab dengan guru tentang isi cerita yang telah siswa
temukan dalam cerita “Rajawali yang Cerdik”. Siswa secara klasikal dan
individual menjawab pertanyaan dari guru. Siswa dibagi menjadi enam
kelompok untuk berdiskusi kelas. Masing-masing kelompok mendapat
lembar kerja kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan kesimpulan dan
ringkasan dalam cerita “Rajawali yang Cerdik”. Kemudian mencatatnya
pada lembar kerja kelompok yang telah dibagikan. Siswa dibimbing oleh
guru berdiskusi kelompok untuk menemukan jalan cerita “Rajawali yang
Cerdik”. Siswa aktif berdiskusi dengan kelompoknya. Setiap perwakilan
kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi
kelompoknya. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil
diskusi siswa. Setelah itu melakukan pemeranan ulang sesuai hasil yang
didiskusikan. Siswa dalam kelompok diskusi dibimbing oleh guru untuk
menemukan sikap dalam cerita yang perlu di contoh dan perlu di
tingglakan. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil
diskusi siswa. Setiap kelompok diarahkan guru menceritakan kembali isi
cerita “Rajawali yang Cerdik” secara tertulis pada lembar kerja kelompok
yang telah dibagikan dengan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan. Siswa aktif menceritakan kembali isi cerita “Rajawali
yang Cerdik” secara tertulis dengan memperhatikan penggunaan Ejaan
Yang Disempurnakan.
Dalam kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
88
siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama
proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa
mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan, dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengerjakan tes
evaluasi, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa
penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4.10 Hasil Tindakan
a. Pertemuan I
Hasil tindakan pada siklus II yang terdiri 3 pertemuan yang
merupakan pemantapan dan tidak lanjut dari siklus I. Berdasarkan lembar
hasil observasi penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik pada kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru dalam
kegiatan pembelajaran indikator yang di ukur sama dengan pada siklus I
yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan I, II
dan III. Pada lembar hasil observasi (terlampir) pada siklus II pertemuan I
dapat dilihat kegiatan pembelajaran yang diterapkan secara keseluruhan
memperoleh skor 3 dan 4 dengan pernyataan 75% indikator yang
ditentukan dalam metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
telah diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penerapan
pembelajaran pada siklus II pertemuan I berdasarkan hasil observasi,
penerapan pembelajaran pada indikator penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus I terutama dalam kegiatan mengidentifikasi isi cerita melalui
kegiatan bermain peran dan menceritakan kembali isi cerita yang telah
diperankan memperoleh skor 4 dengan penyataan hampir mencapai 75%
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran.
89
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan diperoleh
hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru SBK)
terhadap aktivitas guru terhadap penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguitik pada kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel
4.7.
Tabel 4.7
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan I
Dari tabel 4.7 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK),
dapat dilihat bahwa metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat dilihat
pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
memperoleh skor 3 dan 4 dan mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus I. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan I
yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor dengan rata-
rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata
3,56. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan pada Siklus I.
No. Indikator Skor
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
(membaca dan berbicara)
4
2. Memilih partisipan (membaca dan berbicara) 3
3. Menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan
mendengarkan)
4
4. Menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis) 4
5. Pemeranan (berbicara dan membaca) 3
6. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis) 4
7. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca) 4
8. Diskusi dan evalusi tahap dua(berbicara dan menulis) 3
9. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis,
membaca, berbicara, dan mendengarkan)
3
Jumlah 32
Rata-rata hasil observasi 3,56
90
Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan
minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata
observasi pada siklus II pertemuan I penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik sudah mencapai indikator yang ditentukan
penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dalam
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dalam
kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan I telah mencapai batas
minimal pencapaian indikator yang ditentukan yaitu skor 3 dengan
pernyataan 75% penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian
berdasarkan lembar hasil obervasi penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguitik telah dilaksanakan dengan baik dalam
pembelajaran sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.
b. Pertemuan II
Hasil tindakan pada siklus II pertemuan II yang diperoleh
berdasarkan lembar hasil observasi dalam penerapan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik yang diterapkan guru dalam kegiatan
pembelajaran indikator yang di ukur sama dengan pada siklus II pertemuan
I dan merupakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
dalam pembelajaran pada siklus II pertemuan I. Dalam penerapan
pembelajaran pada siklus II petemuan II berdasarkan hasil observasi,
penerapan pembelajaran pada indikator penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguitik sudah baik dibandingkan pada siklus II
pertemuan I. Pada lembar hasil observasi (terlampir) pada siklus II
pertemuan II dapat dilihat kegiatan pembelajaran yang diterapkan secara
keseluruhan memperoleh skor 4 dengan pernyataan 75% indikator yang
ditentukan dalam metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
91
telah diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penerapan
pembelajaran pada siklus II pertemuan II berdasarkan hasil observasi,
penerapan pembelajaran pada indikator penerapan metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus II pertemuan I terutama dalam kegiatan mengidentifikasi isi cerita
melalui kegiatan bermain peran dan menceritakan kembali isi cerita yang
telah diperankan memperoleh skor 4 dengan penyataan hampir mencapai
75% penerapan metode bermain peran berbasis keceradasan linguistik
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan diperoleh
hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru SBK)
terhadap aktivitas guru terhadap penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguitik pada kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel
4.8.
Tabel 4.8
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan II
No. Indikator Skor
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
(membaca dan berbicara)
4
2. Memilih partisipan (membaca dan berbicara) 4
3. Menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan
mendengarkan)
4
4. Menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis) 4
5. Pemeranan (berbicara dan membaca) 4
6. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis) 3,67
7. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca) 4
8. Diskusi dan evalusi tahap dua(berbicara dan menulis) 4
9. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis,
membaca, berbicara, dan mendengarkan)
3
Jumlah 34,67
Rata-rata hasil observasi 3,85
92
Dari tabel 4.8 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK),
dapat dilihat bahwa metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat dilihat
pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
memperoleh skor 3 dan 4 dan mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus II pertemuan I. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran siklus II
pertemuan II yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor rata-rata 3,85. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan
pada Siklus II pertemuan I. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa
skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75% indikator
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan
hasil skor rata-rata observasi pada siklus II pertemuan II penerapan metode
bermian peran berbasis kecerdasan linguistik sudah mencapai indikator
yang ditentukan penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus II pertemuan I. Dalam penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II
pertemuan II telah mencapai batas minimal pencapaian indikator yang
ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian berdasarkan lembar hasil
obervasi penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguitik
telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan
indikator kinerja yang ditentukan.
c. Pertemuan III
Hasil tindakan pada siklus II pertemuan III yang diperoleh
berdasarkan lembar hasil observasi dalam penerapan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik yang diterapkan guru dalam kegiatan
93
pembelajaran indikator yang di ukur sama dengan pada siklus II pertemuan
I dan II dan merupakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus II pertemuan I dan II. Dalam
penerapan pembelajaran pada siklus II petemuan III berdasarkan hasil
observasi, penerapan pembelajaran pada indikator penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguitik sudah baik dibandingkan pada
siklus II pertemuan I dan II. Pada lembar hasil observasi (terlampir) pada
siklus II pertemuan III dapat dilihat kegiatan pembelajaran yang
diterapkan secara keseluruhan memperoleh skor 4 dengan pernyataan
hampir 100% indikator yang ditentukan dalam metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran pada siklus II pertemuan III
berdasarkan hasil observasi, penerapan pembelajaran pada indikator
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II pertemuan I dan II
terutama dalam kegiatan mengidentifikasi isi cerita melalui kegiatan
bermain peran dan menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan
memperoleh skor 4 dengan penyataan hampir mencapai 100% penerapan
metode bermain peran berbasis keceradasan linguistik diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan diperoleh
hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (guru SBK)
terhadap aktivitas guru terhadap penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguitik pada kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel
4.9.
94
Tabel 4.9
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan III
Dari tabel 4.9 hasil observasi yang dilakukan observer (guru SBK),
dapat dilihat bahwa metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat dilihat
pada hasil penilaian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
memperoleh skor 4 dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus
II pertemuan I dan II. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran siklus II
pertemuan III yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh
skor dengan rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh
skor rata-rata 3,89. Rata rata skor mengalami peningkatan dibandingkan
pada Siklus II pertemuan I dan II. Berdasarkan indikator yang ditentukan
bahwa skor yang ditargetkan minimal 3 dengan pernyataan bahwa 75%
indikator penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik
telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus II pertemuan III
penerapan metode bermian peran berbasis kecerdasan linguistik sudah
No. Indikator Skor
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
(membaca dan berbicara)
4
2. Memilih partisipan (membaca dan berbicara) 4
3. Menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan
mendengarkan)
4
4. Menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis) 4
5. Pemeranan (berbicara dan membaca) 3,67
6. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis) 3,67
7. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca) 4
8. Diskusi dan evalusi tahap dua(berbicara dan menulis) 4
9. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis,
membaca, berbicara, dan mendengarkan)
3,67
Jumlah 35,01
Rata-rata hasil observasi 3,89
95
mencapai indikator yang ditentukan penulis dan mengalami peningkatan
dibandingkan pada siklus II pertemuan I dan II. Dalam penerapan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II pertemuan III telah mencapai batas minimal pencapaian
indikator yang ditentukan yaitu skor 3 dengan pernyataan 75% dan hampir
mencapai skor 4 dengan pernyataan 100 % penerapan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian berdasarkan lembar hasil obervasi
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguitik telah
dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan indikator
kinerja yang ditentukan.
4.11 Hasil belajar peserta didik aspek kognitif
Setelah hasil belajar yang diperoleh pada siklus I kemudian sebagai
penguat dan hasil belajar bisa lebih meningkat lagi maka dilaksanakan
tindakan dalam pembelajaran metode bermain peran berbasis kecerdasan
lingusitik pada siklus II, dalam siklus II seperti yang dilaksanakan dalam
siklus I setelah proses pembelajaran selesai peneliti memberikan evaluasi
secara tertulis kepada siswa pada akhir siklus II pertemuan I, II, danIII
yang terdiri 3 pertemuan. Hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil perolehan nilai sebelum tindakan
dan setelah siklus I, dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan
dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan lebih meningkat lagi
pada siklus II. Hal ini dapat terlihat pada hasil rekap nilai ulangan harian
siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan hasil ulangan harian siswa
setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II (terlampir). Hasil nilai
yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan tindakan dari jumlah 47 siswa
yang mencapai ketuntasan (KKM=65) terdapat 20 siswa, sedangkan 27
96
siswa masih dibawah ketuntasan. Dengan rincian hasil belajar nilai siswa,
dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Pra Siklus
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan
<65 27 57,45 Tidak Tuntas
65-69 19 40,42 Tuntas
70-74 1 2,13 Tuntas
75-79 0 0 -
80-84 0 0 -
85-89 0 0 -
90-94 0 0 -
95-100 0 0 -
Jumlah 47 100
Nilai Rata-rata 60,60
Nilai Tertinggi 74
Nilai Terendah 55
Oleh karena itu perlu adanya suatu perbaikan dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka diperoleh nilai
hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I mengalami
peningkatan, dari jumlah 47 siswa terdapat 47 siswa mencapai ketuntasan
(KKM=65) atau dapat dikatakan seluruh jumlah siswa mencapai dan
mendapat nilai diatas ketuntasan (KKM=65). Dengan rincian hasil belajar
nilai siswa, dapat dilihat pada tabel 4.11.
97
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus I
Skor
Frekuensi
Persentase
(%) Keterangan
Pertemuan Rata-rata
Pertemuan
I, II, III I II III
<65 24 0 0 0 0 -
65-69 21 2 0 0 0 -
70-74 2 6 0 12 25,53 Tuntas
75-79 0 17 2 15 31,92 Tuntas
80-84 0 14 5 16 34,04 Tuntas
85-89 0 7 17 4 8,51 Tuntas
90-94 0 1 3 0 0 -
95-100 0 0 20 0 0 -
Jumlah 47 47 47 100
Nilai Rata-rata 78,23
Nilai Tertinggi 88
Nilai Terendah 71
Setelah dilaksanakan penguat dalam tindakan siklus II maka
diperoleh hasil belajar pada siklus II. Dari hasil evaluasi siklus II diperoleh
hasil nilai siswa dari jumlah 47 siswa secara keseluruhan mendapat dan
mencapai nilai di atas ketuntasan (KKM=65) akan tetapi nilai yang
diperoleh siswa lebih meningkat jika dibandingkan dalam siklus I. Dengan
rincian hasil belajar nilai siswa, dapat dilihat pada tabel 4.12.
98
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus II
Skor
Frekuensi
Persentase
(%) Keterangan
Pertemuan Rata-rata
Pertemuan
I, II, III I II III
<65 0 0 0 0 0 -
65-69 0 0 0 0 0 -
70-74 0 0 0 0 0 -
75-79 0 0 0 0 0 -
80-84 9 0 0 0 0 -
85-89 9 3 0 6 12,76 Tuntas
90-94 12 17 7 19 40,43 Tuntas
95-100 17 27 40 22 46,81 Tuntas
Jumlah 47 47 47 100
Nilai Rata-rata 94,38
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 86
Dengan demikian metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik siklus II lebih meningkat dibandingkan pada siklus I dan dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif.
4.12 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II yang
terdiri dari 3 pertemuan sebagai pemantapan dari siklus II maka
selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses
pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang
99
dilaksanakan pada siklus II pertemuan I, II, dan III dan hasil nilai siswa
pada siklus II pertemuan I, II, dan III. Refleksi ini digunakan sebagai
bahan pemantapan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam
proses pembelajaran indikator kinerja siklus I mengalami perbaikan pada
siklus II. Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi
pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan lembar hasil observasi (terlampir) indikator penerapan
metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik sudah mendapat skor
3 dengan pernyataan 75% dan skor 4 hampir mencapai pernyataan 100%
dari penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Keseluruhan kegiatan
pembelajaran siklus II pertemuan I mendapat skor rata-rata 3,56, siklus II
pertemuan II mendapat skor rata-rata 3,85, dan siklus II pertemuan III
mendapat skor rata-rata 3,89 berdasarkan indikator kinerja yang ditentukan
penulis dalam penelitian ini yaitu minimal skor 3 dengan pernyataan 75%
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik telah
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dan mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan siklus I.
Setelah selesai pembelajaran pada pada siklus II maka dilaksanakan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan
nilai 65 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 47
siswa dalam belajarnya sebanyak 47 siswa tuntas dengan mendapat nilai
diatas 65 dan rata-rata dari jumlah keseluruhan 94,38. Dengan demikian
penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik yang
dilakukan pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian
KKM pada hasil belajar siswa penulis menetapkan patokan 75% dari
jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai
100
nilai ≥65 berdasarkan hasil evaluasi siswa dan 75% dari jumlah
keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar siswa dengan memperoleh
nilai ≥65 sesuai dengan KKM. Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa,
indikator kinerja yang ditentukan telah tercapai melebihi indikator yang
telah ditentukan yaitu 75% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai
≥65 dengan maksimal 100 dan minimal 86. Dengan demikian berdasarkan
hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja
dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan pengamatan dari observer maka secara keseluruhan
hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah
sebagai berikut:
a. Hambatan
Penulis masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam setiap
kegiatan.
b. Penyelesaian
Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
4.13 Hasil Analisis Data
SIKLUS I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Metode
Bermain Peran Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Linguistik yang terdiri
dari 3 pertemuan pada siklus I dan diperoleh hasil belajar nilai rata-rata
pada akhir siklus I pada pertemuan ke I, II dan III seperti pada tabel 4.13.
101
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus I
Skor
Frekuensi
Persentase
(%) Keterangan
Pertemuan Rata-rata
Pertemuan
I, II, III I II III
<65 24 0 0 0 0 -
65-69 21 2 0 0 0 -
70-74 2 6 0 12 25,53 Tuntas
75-79 0 17 2 15 31,92 Tuntas
80-84 0 14 5 16 34,04 Tuntas
85-89 0 7 17 4 8,51 Tuntas
90-94 0 1 3 0 0 -
95-100 0 0 20 0 0 -
Jumlah 47 47 47 100
Nilai Rata-rata 78,23
Nilai Tertinggi 88
Nilai Terendah 71
Dari tabel 4.13. dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode
bermain peran pembelajaran berbasis kecerdasan linguistik adanya
peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra
siklus, ada skor nilai <65 dan nilai antara 65-69 frekuensinya ada 0 dengan
persentase 0% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai antara 70 s/d 74
frekuensinya ada 12 dengan persentase 25,53% dari jumlah keseluruhan
siswa mengalami ketuntasan, skor nilai antara 75 s/d 79 frekuensinya ada
15 dengan persentase 31,92% dari jumlah keseluruhan siswa mengalami
ketuntasan, skor nilai antara 80 s/d 84 frekuensinya ada 16 dengan
102
persentase 34,04% dari jumlah keseluruhan siswa mengalami ketuntasan,
skor nilai antara 85 s/d 89 frekuensinya ada 4 dengan persentase 8,51%
dari jumlah keseluruhan siswa mengalami ketuntasan, dan skor nilai
antara 90 s/d 44 dan antara 95 s/d 100 frekuensinya ada 0 dengan
persentase 0% dari jumlah keseluruhan siswa mengalami ketuntasan. Jadi
dengan ketuntasan belajar dengan nilai KKM 65 maka jumlah siswa yang
tuntas dalam belajarnya sebanyak 47 siswa dengan persentase 100%. Dari
keterangan pada tabel 4.13 dapat dilihat dalam gambar 4.2.
Gambar 4.2
Diagram Lingkaran Hasil Perolehan Nilai
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus I
Berdasarkan pada gambar diagram 4.2, metode bermain peran
berbasis kecerdasan linguistik pada siklus I ada peningkatan dengan KKM
65 jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 47 siswa dengan persentase
100%, namun untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai
103
belajar siswa di atas KKM diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa
dengan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SIKLUS II
Analisis penelitian setelah pembelajaran melalui Metode Bermain
Peran Berbasis Kecerdasan Linguistik diperoleh hasil belajar pada siklus
II yang dilaksanakan dalam 3 pertemuan dan diperoleh hasil belajar nilai
rata-rata pada akhir siklus II pada pertemuan ke I, II dan III seperti pada
tabel 4.14.
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus II
Skor
Frekuensi
Persentase
(%) Keterangan
Pertemuan Rata-rata
Pertemuan
I, II, III I II III
<65 0 0 0 0 0 -
65-69 0 0 0 0 0 -
70-74 0 0 0 0 0 -
75-79 0 0 0 0 0 -
80-84 9 0 0 0 0 -
85-89 9 3 0 6 12,76 Tuntas
90-94 12 17 7 19 40,43 Tuntas
95-100 17 27 40 22 46,81 Tuntas
Jumlah 47 47 47 100
Nilai Rata-rata 94,38
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 86
104
Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa pada siklus II ini dengan
menggunakan Metode Bermain Peran Berbasis Kecerdasan Linguistik
hasil belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan hasil perolehan
nilai pada siklus I. Pada skor nilai <65, antara 65 s/d 69, antara 70 s/d 74,
antara 75 s/d 79, dan antara 80 s/d 84 frekuensinya ada 0 dengan
persentase 0% dari jumlah keseluruhan siswa, pada skor nilai antara 85 s/d
89 frekuensinya ada 6 dengan persentase 12,76% dari jumlah keseluruhan
siswa mengalami ketuntasan, pada skor nilai antara 90 s/d 94 frekuensinya
ada 19 dengan persentase 40,43% dari jumlah keseluruhan siswa
mengalami ketuntasan dan pada skor nilai antara 95 s/d 100 frekuensinya
ada 22 dengan persentase 46,81% dari jumlah keseluruhan siswa
mengalami ketuntasan. Dengan nilai rata-rata kelas 94,38, sedangkan nilai
100 adalah tertinggi yang berhasil didapat siswa, sedangkan nilai
terendahnya adalah 86. Dari keterangan pada tabel 4.14 dapat dilihat
dalam gambar diagram lingkaran 4.3.
Gambar 4.3
Diagram Lingkaran Hasil Perolehan Nilai
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 2 Panggang Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Siklus II
105
Pembelajaran dengan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik pada siklus II pembelajaran sudah tuntas karena seluruh siswa
atau 100% dari jumlah siswa mendapatkan nilai ≥65. Berarti indikator
kinerja pada penelitian pada siklus II telah berhasil tercapai.
4.14 Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II
Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, siklus I dan
siklus II serta rekapitulasi pengelompokkan nilai dalam tabel 4.15.
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Nilai
Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No Nilai
Sebelum
Tindakan Siklus I Siklus II
Jml
Siswa
Persen
(%)
Jml
Siswa
Persen
(%)
Jml
Siswa
Persen
(%)
1. Tuntas 20 42,55 47 100 47 100
2. Tidak
Tuntas
27 57,45 0 0 0 0
Jumlah 47 100 47 100 47 100
Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi:
Klasifikasi A nilai ≥65 artinya tuntas
Klasifikasi B nilai ˂65 artinya tidak tuntas
Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.15 dapat
dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia terbukti untuk klasifikasi Tuntas, sebelum diadakan
tindakan yang tuntas hanya 20 orang. Sedangkan setelah siklus I dan siklus II
jumlah siswa yang tuntas ada 47 siswa. Ini membuktikan bahwa metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dapat meningkatkan hasil
106
belajar siswa. Pada klasifikasi Tidak Tuntas, sebelum diadakan tindakan
terdapat 27 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
setelah siklus I dan siklus II keseluruhan siswa mengalami ketuntasan
belajar, dalam arti tidak ada siswa yang tidak tuntas. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 4.4.
Gambar 4.4
Diagram Batang Pengelompokkan Nilai
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pada Tabel 4.15 dan diagram batang 4.4 menunjukkan metode
bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dapat meningkatkan jumlah
siswa yang tuntas dalam belajar.
4.15 Pembahasan
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD
Negeri 2 Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara ditemukan bahwa
tingkat hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman
107
siswa tentang materi “Cerita Pendek Anak” belum menekankan pada aspek
keterampilan berbahasa sehingga materi sulit dipahami oleh siswa. Proses
pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa
lebih cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan
pada proses pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak
tampak kreatif siswa dan tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan
berbahasanya dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat jenuh karena
pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran Bahasa
Indonesia rendah, khususnya pada materi “Cerita Pendek Anak”. Nilai rata-
rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 60,60. Siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 20 siswa atau
42,55% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
sebanyak 27 siswa atau 57,45%. Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan
oleh siswa sebelum tindakan adalah 74 sedangkan nilai terendahnya adalah
55. Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas
dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat
menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah
saja, karena ke-20 siswa ini memang mempunyai daya tangkap yang lebih
dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya dengan
mendengarkan saja selain itu keterampilan berbahasa ke-20 siswa juga lebih
baik, sedangkan 27 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang
disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka
rendah jika hanya mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai
yaitu bagaimana menekankan aspek keterampilan berbahasa siswa dikelas
agar lebih berkembang dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam
tahapan operasional konkrit (7- 11 tahun). Siswa akan lebih paham bila siswa
dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata dan dapat terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
108
Menurut Gardner dalam Campbell, ddk (2002: 14) kecerdasan
linguistik sangat berakar dalam perasaan mengenai kompetensi dan
kepercayaan diri. Makin banyak anak-anak berlatih kecerdasan ini ditempat
yang kondusif, makin mudah mereka mengembangkan keterampilan-
keterampilan linguistik, yang akan bermanfaat bagi mereka sepanjang hayat.
Guru dapat memberikan metode-metode yang kuat sehingga keterampilan
linguistik anak dapat berkembang. Berdasarkan teori yang dikemukakan
Gardner dapat disimpulkan bahwa bagaimana mengembangkan aspek
keterampilan siswa melalui suatu metode pembelajaran yang menekankan
aspek keterampilan berbahasa siswa dalam proses pembelajaran supaya lebih
berkembang sehingga dapat pemahaman siswa mengenai materi pelajaran
lebih mudah diserap dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat. Untuk
mengatasi rendahnya hasil belajar siswa maka diperlukan pembelajaran yang
lebih menekankan pada aspek keterampilan berbahasa salah satunya dengan
menggunakan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguitik, yaitu
suatu metode mengajar berdasarkan pengalaman karena siswa dapat bertindak
dan mengekspresikan perasaan dengan memperagakannya, baik secara lisan
maupun tertulis.
Teori dari Garndner tersebut selaras dengan metode pembelajaran
yang diterapkan penulis. Karena saat penulis menggunakan metode bermain
peran berbasis kecerdasan linguistik, keterampilan berbahasa dan hasil
belajar siswa akan meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari
hasil perolehan nilai rata-rata siklus I dan II.
1. Siklus I
Siklus I dengan penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65)
sebanyak 47 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah
109
78,23 sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendahnya adalah
71.
2. Siklus II
Siklus II dengan penerapan metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65)
sebanyak 47 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah
94,38 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah
86.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Rahardjo (2002) dengan judul “Hubungan Antara
Kecerdasan Majemuk Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMU
Khatolik Yos Sudarso, Batu, Malang”. Peneltian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan majemuk dengan
prestasi belajar siswa. Salah satu hasil dari penelitian ada hubungan antara
kecerdasan bahasa dengan prestasi belajar bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, berdasarkan penelitian yang diteliti maka dengan adanya hubungan yang
signifikan antara kecerdasan majemuk dengan prestasi belajar siswa dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengetahui prestasi belajar siswa ataupun
sebaliknya
Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan
siklus II didapatkan bahwa metode bermain peran berbasis kecerdasan
linguistik dengan lebih menekankan pada aspek keterampilan berbahasa
siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga keterampilan berbahasa siswa
lebih berkembang dan materi “Cerita Pendek Anak” lebih mudah dipahami
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa kelas V SD Negeri 2
Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012.