Bab I,II,III Perbaikan Baru.doc
-
Upload
hasandaniel-manurung -
Category
Documents
-
view
246 -
download
2
Transcript of Bab I,II,III Perbaikan Baru.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia dengan sengaja dan secara teratur
dan terencana dalam rangka mengubah tingkahlaku manusia ke arah yang lebih luas.
Proses pendidikan telah dialami manusia sejak berada dalam kandungan. Selanjutnya
seorang yang baru lahir tidak akan tahu makan dan minum kalau tidak diberikan
pendidikan.
Demikian juga dalam mencerdaskan kehidupan bangsa maka perlu proses
pendidikan, berhasil tidaknya pencapaian pendidikan itu tergantung bagaimana proses
belajar mengajar berlangsung dengan baik dan tidak. Karena pada dasarnya
pendidikan adalah suatu usaha untuk membantu, menumbuhkembangkan segala
potensi yang ada pada diri seseorang. Dalam masalah ini perlunya seseorang yang
mampu mendidik agar segala potensi yang terdapat dalam diri seorang pendidik dapat
berkembang dan bermanfaat bagi orang lain, yang khususnya bagi diri sendiri, yang
pada umumnya seorang guru atau pendidik harus berusaha membimbing, memimpin,
mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.
Dewasa ini, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya prestasi
belajar anak didik adalah siswa mengalami problem belajar. Proses pembelajaran
yang diterapkan di sekolah kurang efektif dan kurang tepat yang menyebabkan siswa
mengalami kejenuhan sewaktu belajar sehingga siswa tidak memahami penjelasan
1
1
1
guru. Yang seharusnya diharapkan dalam diri siswa tersebut adalah terjadi perubahan
ke arah yang lebih baik.
Secara khusus dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen,
seharusnyalah guru PAK mampu mendidik peserta didik atau siswa untuk memiliki
perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik yang berorientasi ke arah yang lebih
maju. Hal ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru itu
sendiri. Beberapa proses yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran adalah :
model pembelajaran Jigsaw, Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw,
Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, Group Resume.
Dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PMB) di sekolah, model
pembelajaran merupakan kunci keberhasilan anak didik dalam mengikuti pelajaran.
Ada banyak model pembelajaran dalam proses belajar mengajar (PBM). Namun
model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Jigsaw merupakan
pembelajaran yang menekankan pada kerjasama antara siswa dengan siswa, maupun
antara guru dengan siswa dalam memecahkan maupun menyelesaikan suatu masalah.
Dalam kerjasama ini anak didik dilatih untuk memecahkan suatu masalah dan anak
didik juga diajak untuk mampu menganalisis suatu permasalahan yang timbul, karena
model pembelajaran Jigsaw ini anggota kelompoknya tidak melebihi sepuluh orang
sehingga anak didik tidak merasa canggung dalam mengeluarkan pendapatnya.
Melalui model pembelajaran tersebut, diharapkan siswa memiliki keseriusan
dan kesungguhan terhadap pembelajaran PAK. Selain itu siswa juga semakin
termotivasi dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara aktif dan apa yang menjadi tujuan dari
2
pembelajaran PAK tersebut dapat tercapai. Perlu dilakukan suatu model pembelajaran
yang tepat untuk menciptakan dan mengarahkan perhatian siswa dalam belajar
sehingga siswa dapat meraih prestasi yang tinggi dan mencapai apa yang menjadi
tujuan dari mempelajari suatu mata pelajaran tertentu.
Salah satu model pembelajaran yang boleh dilakukan guru ialah pembelajaran
Jigsaw yaitu model pembelajaran kelompok. Model pembelajaran Jigsaw ini
merupakan suatu teknik pelaksanaan dimulai dari pembentukan kelompok yang
disusun oleh guru untuk memotivasi siswa supaya tidak memilih-milih teman yang
disenangi saja. Model pembelajaran Jigsaw ini juga sangat mendorong dan
memotivasi siswa supaya saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat
diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berintegrasi secara
tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompoknya, untuk mencapai tujuan bersama.
Demikian jugalah kenyataan yang penulis amati di lapangan penelitian yaitu
di SMP Negeri 1 Siborongborong, bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Dalam
kegiatan belajar mengajar, cara belajar siswanya kurang aktif di dalam kelas sehingga
kebutuhan belajar siswa tersebut tidak terpenuhi dalam proses belajar mengajar.
Sehingga siswa banyak yang merasa bosan, mengantuk, kurang memahami materi
yang diajarkan guru. Hal ini dikarenakan guru tidak memperhatikan dan
melaksanakan proses pembelajaran yang tepat dengan keadaan siswanya tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul :
“Hubungan Model Pembelajaran Jigsaw Guru PAK dengan Prestasi Belajar
3
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2011/
2012”.
B. Identifikasi Masalah
Banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa, baik itu
faktor eksternal (faktor yang ada di luar individu) maupun faktor internal (faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar). Antara lain : model
pembelajaran Jigsaw, minat, perhatian, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat.
Identifikasi masalah dapat dilihat dalam bagian di bawah ini :
Keterangan :
1. Prestasi Belajar (Y)
4
Prestasi Belajar (Y)
Pengajaran Jigsaw Guru PAK
(X1)
Lingkungan Masyarakat (X6)
Minat(X2)
Perhatian(X3)
Lingkungan Sekolah (X4)
Lingkungan Keluarga (X5)
Peter dan Yeny (1991:190) mengtakan : “Prestasi adalah hasil yang diperoleh
dari suatu yang dilakukan dan sebagainya, prestasi adalah penguasaan
pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil
tes.”
2. Model Pembelajaran Jigsaw (X1)
Menurut Buchari (2009:84) : “Model pembelajaran Jigsaw merupakan suatu
model cooperative learning, yang teknik pelaksanaannya dimulai dari
pembentukan kelompok yang disusun oleh guru, agar siswa tidak memilih-milih
teman yang disenangi saja, jadi sifatnya heterogen.”
3. Minat (X2)
Menurut Slameto (2003:57) : “Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.” Minat sangat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan
minat siswa maka siswa tidak belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada
daya tarik baginya.
4. Perhatian (X3)
Menurut Slameto (2003:56) : “Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus memberi perhatian kepada yang dipelajarinya karena jika tidak
maka siswa akan mengalami kebosanan sehingga si anak tidak suka lagi belajar.”
5. Lingkungan Sekolah (X4)
5
Menurut Slameto (2003:64) : “Lingkungan sekolah adanya tata tertib dan disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Setiap personil sekolah
terutama para siswa harus mematuhi tata tertib dan disiplin yang ada di sekolah
tersebut.”
6. Lingkungan Masyarakat (X5)
Menurut Slameto (2003:69) : “Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat
menunjang keberhasilan belajar di antaranya lembaga-lembaga pendidikan non-
formal yang melaksanakan kurus-kursus tertentu, dan lingkungan atau tempat
tertentu, hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih
mengutamakan kesenangan atau hura-hura.”
7. Lingkungan Sekolah (X1)
Menurut Slameto (2003:64) : “Lingkungan sekolah adanya tata tertib dan disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Setiap personil sekolah
terutama para siswa harus mematuhi tata tertib dan disiplin yang ada di sekolah
tersebut.”
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah maka penulis membuat pembatasan
masalah. Kartono (1990:19) mengatakan : “Membatasi masalah adalah untuk
mengetahui dan menentukan luasnya ruang lingkup masalah sehingga menjadi
jelas batasnya. Hal ini perlu bagi penemuan-penemuan langkah-langkah
penelitian dan arahnya yang jelas.”
6
Mengingat luasnya faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa dan keterbatasan penulis dalam waktu dan dana, maka penulis
membuat batasan masalah yang akan diteliti yaitu : model pembelajaran Jigsaw
guru PAK sebagai variabel bebas (variabel X) dan prestasi belajar sebagai
variabel terikat (variabel Y).
D. Perumusan Masalah
Suatu penelitian dapat dikerjakan dengan tepat jika didukung oleh
perumusan masalah yang jelas. Maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Apakah Terdapat Hubungan positif dan signifikan Model
Pembelajaran Jigsaw Guru PAK dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2011/ 2012?”
E. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan ilmiah tentu memiliki tujuan tertentu. Maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui Hubungan yang positif
dan signifikan Model Pembelajaran Jigsaw Guru PAK dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2011/
2012”.
7
F. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru di SMP Negeri 1 Siborongborong
tentang hubungan pengajaran Jigsaw guru PAK dengan prestasi belajar siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi penulis, tentang model pembelajaran Jigsaw
guru PAK di SMP Negeri 1 Siborongborong.
3. Sebagai bahan masukan bagi semua dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kristen dari
Sekolah Tinggi Agama Kristen Prostestan Negeri (STAKPN) Tarutung.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Model Pembelajaran Jigsaw Guru PAK
Pengertian model pembelajaran
Menurut Supriyanto (2009:46) : Model pembelajaran merupakan pola yang
di gunakan sebagai pedoman dalam dalam merencanakan pembelajaran di
kelas maupun tutorial.
Menurut Arends dalam bukunya supriyanto (2009: 46)
Mengatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas.
Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Buchari (2009:84): “Model pembelajaran Jigsaw merupakan suatu
model cooperative learning, yang teknik pelaksanaannya dimulai dari pembentukan
kelompok yang disusun oleh guru, agar siswa tidak memilih-milih teman yang
disenangi saja, jadi sifatnya heterogen.”
Sementara menurut Isjoni (2009:54) : “Pembelajaraan kooperatif Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.” Selanjutnya menurut Supriyanto (2009:89) :
“Pembelajaran Jigsaw merupakan pembelajaran yang diawali dengan pengenal topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang
9
akan dipelajari pada papan tulis, white board dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.”
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw
adalah suatu usaha seorang guru dalam mendorong dan memotivasi siswa untuk tidak
memilih-milih teman dalam proses belajar mengajar dan dalam pembentukan
kelompok tersebut siswa dapat saling membantu untuk menguasai materi pelajaran
sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal, yang mana dalam model
pembelajaran ini berlangsung kegiatan menyumbangkan saran antara guru dan siswa
atau peserta didik.
Model-model pembelajaran kooperatif
Menurut Riyanti (2009:268-280) : “model-model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Tipe STAD
2. Tipe TGT (Team Game Tourment)
3. Tipe jigsaw
4. Tipe KI (Kelompok Investigasi)
5. Kepala bernomor struktur (KBS) merupakan modifikasi dari
number heads together
6. Think-pair-share (Frank lyman,1985)
7. Tipe mind mapping (Min) atau konsep mapping (CM)
8. Tipe snoball Throwing (ST)
9. dua tinggal, dua tamu (DUTI-DUTA)
10
9
10. Tipe token (TITO)
11. Debate
12. Tipe picture and picture (PP)
13. Cooperative integrated reading and composition (CIRC)
14. Student fasilitator and expailing (SFE)
15. Cooperative script (CS)
16. Menurut Buchari (2009:83-92) : “Model-model pengajaram
cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu rencana atau
pola yang digunakan dalam menyusun petunjuk kepada pengajar
di kelas, antara lain :
1. STAD
2. Jigsaw
3. Group Investigation
4. Rotating Tri Excange
5. Group Resune
6. The Inner Circle
7. Leaderless Small Group Discussion
8. Buzz Group
9. Circle of Knowledge atau Roundrobin atau Roundtable
10. Brainstorming
11. Case Studies
12. Group Retellings
13. Cooperative Learning-pairs
11
14. Research Groupping
15. Cooperative Teaching
16. Jigsaw
17. Numbered Heads
18. Interview
19. Paraphrase Passport
20. Think Pair-Share
21. Partners.”
22. Sedangkan Menurut Isjoni (2009:51-60) :”Model yang dapat
diterapkan yaitu diantaranya :
1. Student Team Achivement Division (STAD)
2. Jigsaw
3. Group Investigation (GI)
4. Rotating Trio Exchange
5. Group Resune
Dari beberapa model pembelajaran tersebut, model yang banyak di
kembangkan adalah model Student Team Achievement Division
(STAD) dan jigsaw.
Model Pembelajaran Jigsaw
12
Tim ahli Expert Group (Aronson, Blancy, Stephen, Siken and Snapp, 1978)
dalam buku Riyanto (2010:2741) : “Model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai
berikut :
17. “Siswa dikelompokkan ke dalam empat anggota tim.18. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.19. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.20. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
21. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dengan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
22. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.23. Guru memberi evalusi.24. Penutup.”
Menurut Isjoni (2009:54-56) : “Model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai
berikut :
23. “Siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.24. Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu.25. Setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang
ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya.
26. Siswa diberi tes/ kuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.”
Menurut Anita (2010:69-70) : “Model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai
berikut :
1. “Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat.4. bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang
pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya.
13
5. Kemudian, siswa disuruh membaca/ mengerjakan bagian mereka masing-masing.
6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/ dikerjakan masing-masing.
7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.
8. Kegiatan bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.”
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa model pembelajaran Jigsaw
dalam pelaksanaannya, terdiri dari tahap-tahap tertentu. Yang mana tahap-tahap ini
dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen (PAK) melalui model pembelajaran Jigsaw oleh guru PAK.
Pengertian Guru PAK
Guru adalah orang yang bertugas untuk membimbing, mendorong, memberi
fasilitas belajar terhadap murid-muridnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
Homrighausen dan Enklaar (2004:65) mengatakan :
“Guru PAK adalah orang yang ingin dipergunakan Tuhan bagi kerajaanNya dengan memiliki pengalaman rohani, hasrat sejati untuk menyampaikan Injil. Pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen, mengetahui bagaimana iman bertumbuh dalam batin manusia dan bagaimana iman itu berkembang dalam seluruh orang percaya itu.”
Selanjutnya menurut Calvin yang dikutip oleh Boehlke (2006:413) :
“Pendidikan Agama Kristen adalah pemumpukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan Gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang bersinambung yang diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.”
Cully (1999:126) mengatakan :
14
“Guru PAK adalah peserta penuh dalam kehidupan kelompok karena ia seperti halnya anggota manapun dari kelompok itu, membutuhkan kasih karunia Allah yang berkelanjutan. Setiap guru yang berdedikasi segera menyadari dengan takkjub bahwa ia belajar banyak daripada yang pernah yang dapat Ia ajarkan dan bahwa ia bertumbuh dalam kasih karunia karena tanggungjawab yang telah diterimanya ketimbang melalui pelaksanaan tanggungjawab secara memadai dan patut dipuji.”
Sedangkan menurut Nainggolan (2009:54-55) :“Guru PAK adalah orang
yang memberi dirinya secara penuh kepada Yesus Kristus, percaya dan menyambut
sepenuhnya kedudukan dan peran Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat, dan Raja atas
kehidupanNya.”
Di dalam Alkitab, juga dinyatakan bagaimana Yesus sebagai teladan bagi
setiap guru PAK untuk mengajar dengan penuh kuasa dari Yesus Kristus, yakni
seperti yang tertulis dalam Matius 7:29: “Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang
berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”.
Guru PAK juga merupakan orang yang dapat mengajar dalam bentuk
perumpamaan, sehingga memudahkan para muridnya untuk mengerti tentang hal yang
yang sedang dipelajari, sama seperti Yesus yang menggunakan perumpamaan dalam
mengajar (bandingkan Matius 25:1-13).
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa guru
Pendidikan Agama Kristen adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing anak
di sekolah agar mencapai tingkat kedewasaan iman dan yang bertanggungjawab
untuk memperlengkapi murid-murid menjadi manusia yang bermoral, bijaksana,
kreatif, dan taat kepada perintah dan ajaran Tuhan Yesus Kristus.
2. Prestasi Belajar Siswa
15
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar dari kata prestasi dan belajar yang masing-masing mempunyai
arti sendiri-sendiri yaitu prestasi yang berarti hasil belajar yang telah dicapai, seperti
dikemukakan Poewadarminta (1987:56) dalam Kamus Bahasa Indonesia: “Prestasi
adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan) sedang belajar adalah berusaha
mendapat kepandaian.”
Seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (1984:87) dalam buku Psikologi
Pendidikan, mengatakan: “Belajar adalah suatu proses tingkahlaku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.”
Sementara itu Peter dan Yeny (1991:190) mengtakan: “Prestasi adalah hasil
yang diperoleh dari suatu yang dilakukan dan sebagainya, prestasi adalah penguasaan
pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil
tes.”
Berdasarkan kutipan di atas, maka prestasi belajar adalah hasil atas
peningkatan yang dicapai oleh siswa yang disebabkan oleh adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya, yaitu antara guru dengan situasi sekolah. Dan hasil
(prestasi) ini dinyatakan secara kuantitatif (angka) melalui tes yang dilalui siswa. Jadi
jelaslah bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah berusaha
melaksanakan proses belajar yang optimal guna mencapai skor yang maksimal atau
dengan kemampuan dan keterampilan yang ada guna mencapai hasil yang diinginkan.
Pengertian Siswa
16
Siswa dapat diartikan sebagai orang yang mengalami proses pendidikan atau
orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal maupun informal.
Hasbullah (2005:23) mengatakan : “Anak memiliki beberapa karakteristik yaitu :
a. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggungjawab pendidik.
b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggungjawab pendidik.
c. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyambut seperti kebutuhan psikologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individual.”
Dari pendapat di atas, data dikatakan bahwa karakteristik anak atau siswa
antara lain: belum memiliki kepribadian dewasa susila, masih dalam tahap
penyempurnaan kedewasaannya, dan dalam proses perkembangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Dalyono
(1997:59) Faktor-faktor tersebut dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu :
Faktor Intern dan Ekstern
A.Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yaitu
:
1. Inteligensi
Muhibbin (2006:133) mengatakan “Inteligensi adalah kemampuan psikopisik
untuk mereaksi ransangan atau menyesuaikandiri dengan lingkungandengan cara
yang tepat.
2.Bakat
17
Slameto (2003:57) mengatakan: “bakat adalah kemampuan untuk belajar,
kemampuan itu akan terialisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
terlatih”.
3.Motivasi
Muhibbin (2006:136-137) mengatakan : “ Motifasi yaitu”
A. Motifasi Intrinsik yaitu hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
menolongnya melakukan tindakan beljar.
B. Motifasi Ekstrinsik yaitu hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar.
3. Minat
Slameto (2003:57) Mengatakan : Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang di
minati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang di sertai dengan rasa
senang, karena minat selaku di ikuti dengan perasaan senang dan dari situ di
peroleh kepuasan.
B. Faktor ekstern
Menurut Dalyono (1997:59) factor ekstern adalah factor yang ada diluar diri
individu yang sedang belajar :
1. Lingkungan masyarakat
18
Lingkungan masyarakat disini adalah lingkungan teman sebaya
dimana siswa itu tinggal. Jika lingkungannya baik maka hasil belajar siswa
akan cenderung baik, demikian sebaliknya apabila di lingkungan siswa
terdapat anak-anak yang putus sekolah, berandalan dan tidak mengenal
pendidikan bagaimana pun siswa itu akan terpengaruh untuk tidak berhasil
dalam belajarnya.
2. keluarga
Keluarga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa karena siswa lebih banyak meluangkan waktu untuk hidup dan
tinggal bersama keluarganya.
.
Langkah-langkah Meningkatkan Prestasi Belajar
Orangtua memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar
anaknya. Tanpa dorongan dan rangsangan orangtua, prestasi belajar anak akan
mengalami hambatan dan akan menurun, maka dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar anak, ada bebarapa langkah yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Tempat belajar
Tempat belajar huruf menunjang terhadap pencapaian prestasi anak. tempat
belajar yang dimaksud adalah adanya keterangan, warna dinding yang tidak
menyolok, cukup penerangan serta adanya ventilasi udara.
19
2. Adanya pembagian waktu
Belajar yang efektif adalah belajar yang teratur dan sesuai dengan waktu yang
telah diatur. Sebab belajar terlalu lama hanya membuang waktu kalau tidak ada
keseriusan.
3. Adanya persiapan alat-alat pelajaran sebelum belajar
Belajar tidak akan bisa lancar dan hasilnya juga tidak baik tanpa adanya alat-
alat yang cukup, dan hanya anak yang frustasi dan bingung, tidak tahu apa yang akan
dilakukan dan dia hanya bisa duduk mendongkol.
4. Suasana tenang
Suasana yang tenang waktu belajar sudah pasti memberi motivasi yang baik
pula, karena dalam proses belajar yang demikian akan menentukan dan
mempengaruhi prestasi belajar yang tenang dan baik.
5. Pergaulan anak
Pergaulan anak sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Oleh sebab itu harus
dijaga jangan sampai pergaulan anak mengganggu pelajarannya, seperti yang
dikemukakan oleh Arthur S. Maxwell (1975:76) : “Jikalau anda menginginkan
anak-anakmu mempunyai pendidikan yang benar dan berprestasi baik, janganlah
anda membiarkan anak-anak itu bergaul terlalu bebas dengan tetangga.”
Jadi orangtua khususnya ibu harus dapat menjaga dan memelihara anaknya
sebab itu adalah tugas penting yang tidak dapat digantikan oleh orang lain.
20
Dari pendapat di atas, jelas bahwa untuk mencapai prestasi, seorang siswa
harus memiliki ketekunan mengerjakan tugas yang diberi guru, dan orangtua harus
memiliki ketabahan dalam menghadapi tingkahlaku putra-putrinya, sebab tanpa
demikian maka cita-cita yang hendak mereka raih tidak akan tercapai. Kelima faktor
di atas adalah merupakan sarana untuk meningkatkan prestasi belajar anak.
B. Kerangka Konseptual
Model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan
sistem pengelompokan kecil yang di dalamnya ada kerjasama antara individu, yang
mempunyai kemampuan yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Model
pembelajaran Jigsaw ini memang cocok digunakan dalam proses belajar mengajar,
aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk kelompok, mengerjaka tugas
bersama, saling membantu dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar
yang efektif, siswa lebih semangat, percaya diri, mampu menggunakan strategi
berpikir, serta mampu membangun interpersonal, agar pembelajaran tidak monoton
seperti biasanya.
Jadi model pembelajaran Jigsaw berhubungan dengan keberhasilan siswa
dalam meningkatkan prestasi belajarnya khususnya pada bidang studi Pendidikan
Agama Kristen (PAK). Dalam model pembelajaran Jigsaw terdapat saling
ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dinyatakan dalam skor melalui hasil test.
Prestasi belajar adalah hasil atas peningkatan yang dicapai oleh siswa yang
disebabkan oleh adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, yaitu antara
21
guru dengan situasi sekolah. Dan hasil (prestasi) ini dinyatakan secara kuantitatif
(angka) melalui tes yang dilalui siswa. Jadi jelaslah bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai setelah berusaha melaksanakan proses belajar yang optimal guna
mencapai skor yang maksimal atau dengan kemampuan dan keterampilan yang ada
guna mencapai hasil yang diinginkan.
C. Hipotesa Penelitian
Kartono (1990:78) mengatakan: “Hipotesa merupakan jawaban sementara
dari suatu penelitian yang baru diuji kebenarannya dengan jalan yang mungkin benar
mungkin salah, ditolak jika faktanya menyangkal dan diterima jika fakta
membuktikan kebenarannya.”
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa hipotesa merupakan jawaban
sementara yang diberikan oleh peneliti terhadap masalah yang diteliti yang
kebenarannya masih harus dibuktikan. Maka yang menjadi hipotesa dalam penelitian
ini adalah : “Terdapat Hubungan Yang Positif dan Signifikan Model Pembelajaran
Jigsaw Guru PAK dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Siborongborong Tahun Pembelajaran 2011/ 2012”.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Siborongborong. Adapun alasan
penulis memilih tempat ini, karena penulis sudah mengetahui sebagian besar tentang
situasi dan kondisi tempat serta keadaan siswa-siswi dalam belajar di lingkungan
sekolah tersebut.
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan
September 2011 di SMP Negeri 1 Siborongborong.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian sebagai sumber data bagi
peneliti. Penentuan populasi sangat menentukan bagi pelaksana penelitian, dengan
adanya penelitian, dengan adanya populasi yang sudah ditetapkan oleh peneliti, maka
penelitian ini dilaksanakan dengan baik. Menurut Arikunto Suharsimi (2002:108):
23
23
“Populasi merupakan keseluruhan subjek yang diteliti yang dapat dijadikan sebagai
sumber data bagi seorang peneliti, dan apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
tergantung kemampuan peneliti.” Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa
populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Siborongborong yang
beragama Kristen sebanyak 242 orang.
Tabel 1
Jumlah Siswa yang Beragama Kristen
No Kelas Jumlah
1 VIII1 35 Orang2 VIII2 35 Orang3 VIII3 36 Orang4 VIII4 34 Orang5 VIII5 33 Orang6 VIII6 35 Orang7 VIII7 34 Orang
Jumlah 242 OrangSumber : Tata Usaha SMP Negeri 1 Siborongborong
2. Sampel Penelitian
Arikunto (2002:108) mengemukakan : ”Sampel adalah sebahagian atau
wakil-wakil dari populasi yang diteliti.” Melihat banyaknya populasi tersebut, dan
dengan keterbatasan biaya, waktu dan kemampuan, maka penelitian ini perlu
menggunakan sampel. Sampel adalah sebahagian populasi yang dapat mewakilinya.
Adapun teknik pengambilan sampel adalah 15% dari jumlah siswa.
24
Table 2
Jumlah Sampel
No Kelas Jumlah x 15% Jumlah Sampel
1 VIII1 35 Orang x 15% = 5.25 5 Orang 2 VIII2 35 Orang x 15% = 5.25 5 Orang3 VIII3 36 Orang x 15% = 5.40 5 Orang4 VIII4 34 Orang x 15% = 5.10 5 Orang5 VIII5 33 Orang x 15% = 4.95 5 Orang6 VIII6 35 Orang x 15% = 5.25 5 Orang7 VIII7 34 Orang x 15% = 5.10 5 Orang
Jumlah 35 Orang
C. Defenisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ada variabel yang berhubungan yaitu :
1. Variabel Bebas (X) yaitu: Model Pembelajaran Jigsaw Guru PAK
Model pembelajaran Jigsaw ini juga sangat membantu peserta didik untuk
mendorong siswa dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran Jigsaw ini
dapat dilihat dari tahap-tahap model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut :
Mengelompokkan siswa, anggota kelompok mempelajari materi tertentu, kelompok
harus menguasai materi yang dipelajari, siswa diberi tes/ kuis.
2. Variabel Terikat (Y): Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen
(PAK) di sekolah untuk setiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk skor melalui pelaksanaan test evaluasi setiap akhir semester.
25
Tujuan test dilaksanakan oleh guru agama adalah untuk mengukur dan mengetahui
materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian jelas bahwa prestasi belajar dapat diperoleh di sekolah yang
berlaku sekarang adalah dengan melaksanakan dalam bentuk skor (nilai). Prestasi
belajar PAK dapat dilihat melalui nilai rapot mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen semester genap Tahun Pembelajaran 2010/2011.
D. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis instrumen angket
tertutup yang terdiri dari 4 option yaitu a, b, c, d. Angket mengarah kepada tujuan
yang diharapkan oleh peneliti. Adapun alasan penulis memilih angket tertutup adalah:
1. Angket lebih mudah dan lebih efektif digunakan untuk responden
2. Angket dapat mengumpulkan data dalam waktu yang relatif
singkat.
3. Banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing
responden, karena itu lebih mudah menggunakan angket.
2. Skala Nilai
Semua item angket yang berjumlah 30 butir diberi bobot alternatif jawaban
terdiri dari empat option yaitu a. Selalu, b. Sering, c. Kadang-Kadang, d. Tidak
Pernah. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan pertanyaan positif yang
terdiri dari 30 pertanyaan.Dengan skala nilai angka Nasution (1995:17), mengatakan
untuk jawaban positif diberi nilai sebagai berikut :
26
1. Opsi a diberi bobot 4
2. Opsi b diberi bobot 3
3. Opsi c diberi bobot 2
4. Opsi d diberi bobot 1.
3. Kisi-kisi Angket
Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori yang disesuaikan dengan
indikator yang disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut.
Tabel 3
Kisi-kisi Angket
No Variabel IndikatorNomor
Item
Jumlah
Item
1 Pengajaran
Jigsaw Guru PAK
(X)
1. Mengelompokkan siswa
2. Anggota kelompok mempelajari
materi tertentu
3. Kelompok harus menguasai
materi yang dipelajari
4. Siswa diberi tes/ kuis
1-5
6-10
11-15
16-20
5
5
5
5
2 Prestasi Belajar
PAK (Y)
Nilai Raport Pendidikan Agama
Kristen semester genap Tahun
Pembelajaran 2010/2011
Jumlah 20
27
4. Uji Coba Angket
Berdasarkan kisi-kisi tersebut di atas penulis menyusun angket dengan jumlah
item setiap angket yang akan digunakan untuk mengumpulkan data penelitian terlebih
dahulu dilakukan uji coba angket kepada 10 orang responden di luar sampel yang
dilakukan di kelas VIII sekolah yang sama kelas tersebut dipilih karena guru yang
mengajar sama di kelas tempat penelitian penulis.
a. Uji Validitas Instrumen
Untuk mengetahui harga koefisien korelasi dengan menggunakan rumus
Korelasi Product Moment Pearson yang dikemukakan oleh Arikunto (2002:146) :
rxy = Koefisien antara x dan y
= Jumlah Skor Variabel X
= Jumlah Skor Variabel Y
= Jumlah Perkalian antara X dan Y.
Hasil analisis validitas menunjukkan bahwa item angket adalah valid dengan
rxy seluruh item berada di atas harga tabel (untuk n = 10) pada taraf kepercayaan 95%.
b. Uji Coba Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercayai atau
dapat diandalkan karena suatu alat pengukut telah memiliki kemampuan untuk
memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
28
Uji reliabilitas instrumen merupakan pengujian tingkat konsistensi instrumen
itu sendiri. Keterandalan instrumen dalam penelitian ini dianalisis dengan rumus
formula alpha dari Arikunto (2002:171), yaitu:
Dimana:
= Reliabilitas Instrument
k = Jumlah Item
= Jumlah Varians Item Soal
= Varians Total
Dimana
Keterangan:
= Varians Butir
= Jumlah Skor X
N = Jumlah Responden
Harga r11 dikonsultasikan dengan cara mengartikan indeks korelasi hitung
dengan interprestasi sederhana yang dibuat oleh Suharsimi Arikunto (2002:171)
yaitu:
0,800 – 1,000 = Tinggi
0,600 – 0,800 = Cukup
0,400 – 0,600 = Agak Rendah
0,200 – 0,400 = Rendah
29
0,000 – 0,200 = Sangat Rendah.
Hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai r11 adalah 0,74.
Artinya, angket berada pada korelasi sangat tinggi untuk dipergunakan dalam
penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Sebelum angket diberikan kepada responden terlebih dahulu peneliti
memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta
memberikan pengarahan tentang cara pengisian angket.
2. Memberikan angket untuk diisi oleh responden.
3. Setelah angket dibagikan kepada responden diberikan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia.
4. Kemudian angket yang dikumpulkan saat itu juga oleh peneliti.
F. Teknik Analisa Data
Untuk membuktikan apakah hipotesis yang telah ditentukan penulis apakah
diterima atau ditolak, maka dilakukan pengolahan data dengan menganalisa data
jawaban reponden dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mentabulasikan jawaban responden secara keseluruhan, dimana setiap
angket yang dijawab, disusun dan dijumlahkan menurut option yang telah
ditentukan.
30
2. Melakukan pendistribusian berdasarkan alternatif jawaban sesuai dengan
bobot yang telah ditentukan.
3. Untuk melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan mencari
koefisien korelasi dan mengkonsultasikannya dengan koefisien korelasi tabel
digunakan rumus Korelasi Product Moment, yang dikemukakan Arikunto
(2002:143) dengan rumus:
rxy = Koefisien antara x dan y
= Jumlah Skor Variabel X
= Jumlah Skor Variabel Y
= Jumlah Perkalian antara X dan Y
4. Untuk melihat signifikan hubungan dengan mencari thitung dan
mengkonsultasikannya dengan ttabel dengan rumus yang dikemukakan oleh
Sudjana (1992:380) sebagai berikut:
dengan derajat kebebasan n-2
Dimana: t = Taraf Nyata
r = Koefisien Korelasi
r2 = Jumlah Kuadrat Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel .
5. Dasar yang digunakan untuk mengolah data adalah jika harga koefisien korelasi
tabel Product Moment (r tabel) pada taraf penerimaan 95% (α = 0,05) maka
31
terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Sebaliknya jika r hitung
lebih kecil dari harga r tabel (α = 0,05) maka tidak terdapat korelasi antara
variabel x dan variabel y.
G. Uji Hipotesis
Untuk menentukan hipotesis, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Ha diterima apabila t hitung >t table: 0,05
Ho diterima apabila t hitung <t tabel: 0,05.
Dimana:
Ha = Hipotesa alternatif, artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara X terhadap Y.
Ho = Hipotesa nihil, artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara X terhadap Y.
32