BAB III KP PGKM.pdf
-
Upload
rizki-oloan-harahap -
Category
Documents
-
view
305 -
download
11
Transcript of BAB III KP PGKM.pdf
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
1/43
13
BAB III
URAIAN PROSES PRODUKSI
3.1
TebuTanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah,
namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m di atas
permukaan laut.
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman tebu
dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu dapat
dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu.
Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa ke pabrik
untuk diproses menjadi gula.
Tebu merupakan tanaman sumber pemanis alamiah. Tanaman ini dapat
tumbuh disetiap jenis tanah, dari dataran rendah hingga dataran tinggi pada
ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut. Di Indonesia tanaman tebu berfungsi
ganda, yakni bernilai ekonomi yang tinggi dan juga sebagai dapat berfungsi
memelihara lingkungan. Seperti konservasi sumber air tanah, mencegah longsor
dan menyerap CO2 (Forum PBT, 2009).
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman
tebu, proses ekstraksi, pembersihan kotoran, penguapan, kristalisasi, afinasi,
karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai
ke tangan konsumen (Najib, 2010).
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas
yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu
yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang
seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan
agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan
Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
2/43
14
mengandung saccharose 10%, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13
% (Garuda, 2009).
Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu yang
memproduksi gula GKP I (gula kristal produk I) dengan bahan baku utamaadalah tebu dan bahan pembantu proses adalah kapur tohor dan belerang.
Tanaman tebu dipanen saat tanaman memiliki kadar gula dan sukrosa yang
tinggi yakni pada umur sekitar 10-12 bulan. Sebelum tebu dipanen, terlebih
dahulu diadakan penganalisaan pendahuluan 2 bulan. Tujuan dari analisa ini
adalah untuk mengetahui tingkat kematangan optimal berdasarkan perhitungan
rendemen, faktor kemasakan, koefisien peningkatan dan koefisien daya tahan
tebu. Komposisi batang tebu adalah sebagai berikut :
Monosakarida : 0,5-1,5%
Sakarosa : 11-19%
Serat (selulosa dan pentosa) : 11-19%
Zat organik : 0,5-1,5%
Asam organik : 0,15%
Air : 65-75% (Hugot, 1986)
Kadar gula yang diperoleh dari batang tebu adalah 7-8% dan kapasitas bahan baku yang dipergunakan adalah 3400-3600 ton/hari. Jadi, batang tebu
pada dasarnya terdiri dari:
1. Zat padat (sabut)
2.
Zat cair terdiri dari :
Air
Gula
Bukan gula (kotoran terlarut)
Tebu yang masuk ke gilingan sebaiknya memiliki kualitas yang baik atau
memenuhi kriteria manis, bersih dan segar (MBS).
Manis artinya tebu dalam kondisi kemasakan optimal sehingga mengandung
banyak sukrosa. Sukrosa dalam nira biasanya dinyatakan dalam % pol. Nilai
pol pada nira berkualitas baik adalah lebih dari 10%.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
3/43
15
Bersih berarti tebu bebas dari trash (daun, sogolan, pucukan, dll.), tanah, dan
kotoran lainnya. Kadar trash dan kotoran pada tebu giling harus dibawah
5%.
Tebu segar menggambarkan bahwa tebu digiling dalam rentang waktu kurang
dari 24 jam setelah ditebang. Tebu yang lambat tergiling biasanya
mengandung pati dan dekstran dalam jumlah banyak sehingga
akan menganggu proses pemurnian dan menurunkan perolehan sukrosa.
Setelah tebu ditebang, fungsi kehidupan batang tebu secara menyeluruh
terhenti, tetapi masing-masing bagian dari batang (seperti sel-sel tebu) masih
tetap hidup. Akibat gangguan fisis dari luar, seperti terkena sinar matahari
langsung, maka sel-sel tersebut dapat mati dan sel itu akan bersifat asam. Cairandalam sel tebu tidak stabil dalam suasana asam karena akan terjadi hidrolisa, hal
ini dapat digambarkan dengan reaksi berikut :
Fruktosa Glukosa AirSukrosa
OHCOHCOHOHC 61266126asam
2112212
(Tarigan, 2000)
Jumlah sukrosa yang terpecahkan karena proses hidrolisa di atas tergantung
dari keasaman dan lamanya gangguan fisis. Tebu yang layak giling bila telah
mencapai fase kemasakan, dimana rendemen batang tebu bagian pucuk
mendekati rendemen batang tebu bagian bawah. Tebu yang masak selnya mudah
pecah sehingga ekstraksi (pemerahan) dapat optimal dibandingkan dengan tebu
yang belum masak. Sebagai tolak ukur bagi tebu yang layak giling mempunyai
kriteria sebagai berikut :
Pol tebu : 9-11 %
HK nira mentah : 74-84 %
Kotoran tebu : max 5 %
Kadar sabut : 13-16 % (Tarigan, 2000)
Berikut ini merupakan gambar tanaman tebu pada perkebunan Pabrik Gula
Kwala Madu.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
4/43
16
Gambar 3.1 Tanaman Tebu Perkebunan PGKM
3.2 Susu Kapur
Sifat asam dari nira harus dapat segera dinetralkan. Untuk itu, dibutuhkan
suatu basa. Di antara basa-basa yang dapat dipilih haruslah memenuhi
persyaratan :
1. Basa tersebut harus mempunyai pengaruh pembersihan terhadap nira.
2. Basa harus mudah didapat dan murah harganya.
Dengan memperhatikan persyaratan tersebut maka dipilihlah basa kapur.
Basa kapur ialah suatu basa yang dibuat dengan memberi air kepada kapur tohor
(kapur yang diperoleh dari hasil pembakaran batu gamping). Kapur tohor yang
telah diberi air dan dihilangkan bagian-bagian yang kasar di lingkungan pabrik
gula disebut sebagai susu kapur. Bila susu kapur diberikan ke dalam nira maka
akan terjadi :
1.
Penetralan nira : nira yang semula memiliki pH sekitar 5,5 akan naik pH-nya
sampai pH = 7 (menjadi netral).2. Sebagai akibat penetralan akan terbentuk ikatan-ikatan yang mengendap
hingga dapat pula menarik partikel-partikel kecil yang berada di dalam nira
dan turut mengendap.
Pembuatan susu kapur dilakukan pada suatu alat pemadam kapur. Densitas
susu kapur harus selalu diamati di dalam proses pabrikasi. Tinggi rendahnya
densitas akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya air yang digunakan serta
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
5/43
17
mempengaruhi daya reaktivitasnya. Reaktivitas susu kapur akan
menggambarkan kecepatan reaksi dari susu kapur, sedangkan susu kapur aktif
akan menggambarkan kandungan kapur yang siap untuk bereaksi.
3.2.1 Pembuatan Susu Kapur
Adapun prosedur pembuatan susu kapur untuk keperluan proses
pemurnian di tangki Marshall dan Tangki Defekasi (Defekator) adalah
sebagai berikut:
a. Batu kapur masak (kapur tohor) dipadamkan dengan air didalam Lime
Slaker . Cairan ini mengalir ke Gas hopper strainer untuk disaring dari
bagian-bagian kapur yang tidak masak (brangkal) dan kotoran-kotoran
kasar lainnya. Akhirnya turun ke Milk of Lime Tank .
b.
Begitu susu kapur telah menutupi kipas pengaduk, maka pompa
dihidupkan untuk sirkulasi, demikian pipa pengaduknya dijalankan.
c. Pembuatan susu kapur sebaiknya lebih tinggi dari densitas
(kekentalan) yang akan dituju sebelum tangki penuh. Hal ini
dimaksudkan agar dalam kontrol yang selalu diadakan masih dapat
diencerkan pada kekentalan yang dituju yaitu 10o Beaume. Jika dalam
pembuatan keenceran, maka akan sulit untuk membuat lebih kental,
lebih-lebih bila peti telah penuh.
d. Bila dalam giling normal, maka susu kapur akan dipompa ke alat
penjatah kapur dekat Pre Liming Tank . Disini secara otomatis akan
diukur keperluannya, sesuai dengan jumlah nira yang masuk pada pH
yang ditetapkan. Kelebihannya akan bersirkulasi ke Milk of Lime
Tank .
Susu kapur mudah mengendap dan menutupi pipa dan valve bila aliran
berhenti, karenanya harus diusahakan agar susu kapur jangan sampai diam
harus selalu diaduk dan dipompa. Membuat materi susu kapur pada ± 2/3
isi peti sedikit lebih kental dari tujuan. Selanjutnya diencerkan dengan air
sampai pada Beaume, yang dituju. Harus tiap jam penambahan/pembuatan
susu kapur dikontrol kekentalannya. Diusahakan berada pada
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
6/43
18
kekentalan/densitas yang tetap. Berikut ini merupakan skema proses
defekasi dan alat pemadam kapur pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Nira Mentah
(Raw Juice)
H3PO4
Tangki Nira
MentahPemanas Nira I
70-750C
Marshall
pH 7-7,2 Defekator
pH 9,5
Susu Kapur
Gambar 3.2 Skema Proses Defekasi
Gambar 3.3 Alat Pemadam Kapur
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
7/43
19
3.3 Gas SO2
Gas sulfur dioksida adalah suatu gas yang diperoleh dari hasil pembakaran
belerang dengan oksigen. SO2 merupakan gas yang tidak bewarna dan berbau
merangsang. Di dalam proses sulfitasi, SO2 digunakan sebagai pembentukendapan ialah dengan cara memberikan kapur berlebihan dibandingkan dengan
kebutuhan untuk penetralan, kelebihan susu kapur akan dinetralkan kembali
dengan asam yang terbentuk bila gas SO2 bertemu dengan air. Sebagai hasil dari
proses reaksi penetralan akan terbentuklah suatu endapan yang bewarna putih
dan dapat menjerap kotoran-kotoran lembut yang terdapat di dalam nira. Di
PGKM, gas sulfur dioksida dibuat dalam suatu alat yang disebut dapur belerang
atau tobong belerang. Tobong belerang merupakan suatu bejana tertutup dimana
belerang dapat dimasukkan yang mula-mula sengaja dinyalakan. Mekanisme
reaksi dalam pembuatan gas SO2 ini adalah sebagai berikut.
Skg-2217kkal/H SOOS: C120T
SS:C444,6T
SS: C120T
2(g)2(g)o
(g)(l)o
(l)(s)o
Untuk pembakaran menggunakan tungku atau furnace yang berkapasitas 25
kg S/m2/jam untuk menghasilkan SO2 berkadar 12%. Di alat ini juga dilengkapi
cooler untuk menurunkan suhu outlet agar berkisar 260-290 oC sehingga suhu
SO2 masuk ke tangki sulfitasi 75oC. Berikut ini merupakan prosedur pembuatan
gas SO2.
3.3.1 Pembuatan Gas SO2
Kegunaan belerang adalah untuk membantu proses pemurnian nira.
Belerang setelah dibakar di tobong belerang terjadi bentuk gas belerang.
Gas belerang dengan susu kapur membentuk ikatan kimia yang
mengendap. Saat ikatan ini terbentuk terbawa pula kotoran-kotoran dalam
nira dan ikut mengendap berupa nira kotor di klarifier. Belerang setelah
pembakaran pertama dalam tobong belerang, selanjutnya akan terjadi
pelelehan belerang cair oleh karena pemberian steam bertekanan 3 kg/cm2.
Prosedur pembuatan gas belerang adalah sebagai berikut:
1. Tobong belerang diisi ± 50 kg belerang.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
8/43
20
2. Deksel penutupan lobang pemasukan talang belerang ditutup dan
diperhatikan paking (dari tali asbes) serta plat tempat pengepresan
betul-betul bersih dari kemungkinan kebocoran.
a.
Sebelum menjalankan tobong, dicoba dulu aliran udara ke petisulfiter dengan memutar menutup valve di sulfiter dan dicek.
Seluruh valve yang harus terbuka dan tertutup, dites tobong demi
tobong kemungkinan ada valve bocor.
b.
Dijaga penyetelan air pendingin.
c. Dijaga penyetelan stang apakah ada kemungkinan bocor. (diluar
giling peralatan ini perlu diperhatikan).
3. Valve-valve yang dilalui SO2 ke sulfiter harus semua terbuka.
4. Calon belerang leleh dimasukkan dengan stang prap yang telah tertutup,
deksel penutupnya ditutup dan perlu diperhatikan packing dan
kebersihan deksel guna tidak terjadi kebocoran.
5. Besi bara yang mempunyai tangkai dimasukkan. Deksel penutup
ditutup erat-erat (bebas dari kebocoran)
6. Udara dimasukkan pelan-pelan dengan memutar valve.
7. Pembakaran tobong belerang dimulai 10 menit sebelum giling
8.
Setelah api mulai membaik air pendingin dijalankan secara perlahan-
lahan dan dijaga temperatur air 80 oC.
9. Pelaksanaan pembuatan lelehan belerang :
Dalam pelaksanaan pemasukan belerang leleh, periodenya
tergantung kapasitas penampungan dan jumlah belerang yang
dipakai/jam jadi pada prinsipnya pemberian belerang leleh untuk
pembakaran di- stel sedemikian rupa (perlu pengamatan/pengalaman)
tepat pada waktunya pengisian belerang, belerang leleh habis dalam
tepat.
Dalam pelaksanaan pengetesan ruang pemanas di luar giling diadakan
pengetesan sampai 5 Ato dengan udara (hal ini harus dilaksanakan)
Pengetesan kondenspot dilaksanakan dalam waktu percobaan Stoom.
Belerang yang akan masuk dipecah-pecahkan terlebih dahulu dan
ditimbang (sesuai dengan instruksi)
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
9/43
21
Dalam waktu pengisian perlu diperhatikan :
a. Prop penutup ditutup erat-erat
b. Deksel dibuka perlahan-lahan dirasakan keluar gas. Kalau keluar
gasnya tidak mau mengecil prop penutup belum tertutup rapat
(harus diperkuat). Hal ini sangat penting untuk diperhatikan
dikarenakan kemungkinan – kemungkinan :
Gas SO2 keluar mengganggu pekerja
Kemungkinan pemasukan belerang terganggu (kerja tobong
belerang)
Tidak kontinu lagi
c.
Dalam waktu penutupan perlu diperhatikan :
Keadaan paking kemungkinan bocor
Tempat penutupan betul-betul bebas dari abu atau benda-benda
lain.
d. Setelah 10 menit pemanasan dengan steam (4 Ato) baru dibuka
perlahan-lahan prop dan distel (diamati) dikaca penglihat volume
yang turun.
Dengan adanya sistem pelelehan belerang ini serta prop penutup makatobong belerang harus bekerja kontinu. Perlu dicatat dalam menentukan
telah kotor tidaknya tobong dapat dilihat dikaca penglihat keadaan warna
api/ratanya pembakaran. Warna api dalam tobong yang baik putih agar
kemerah-merahan. Pada waktu pemberhentian tobong perlu juga
mendapatkan perhatian jangan sekali-kali dimatikan begitu saja dengan
menutup angin pemasukan tapi harus dengan cara menghabiskan sisa
belerang sehingga api mati dan lobang pemasukan bara besi dibuka (untuk
mencegah vacuum atau mencegah sublimasi di pipa-pipa). Belerang cair
ini akan terbakar dengan adanya bibit api pertama tadi. Kekurangan
oksigen diatasi dengan mengalirkan udara kering yang dihasilkan oleh
kompresor. Mekanisme reaksi yang terjadi diproses sulfitasi adalah:
Hidroksida kapur terurai menjadi ion kapur dan hidroksil:
OH CaOH Ca 2)( 22
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
10/43
22
Gas SO2 bereaksi dengan air membentuk asam sulfit:
3222 SO H O H SO
Asam sulfit terurai dalam 2 tahap:
332 HSO H SO H
233 SO H HSO
Persentasi peruraian tergantung pada pH larutan. Ion kapur dan sulfit
bereaksi membentuk kalsium sulfit:
32
32 CaSOSOCa
Setelah melewati batas kelarutannya, asam sulfit mulai membentuk
endapan. Pada penambahan gas SO2 selanjutnya, jumlah H2SO3 meningkat
pH menurun, jumlah SO32- menurun. Kemudian terjadi pelarutan endapan
CaSO3, dan disosiasi CaSO3 terlarut.
larut endapan
larut
CaSOCaSO
HSO H SO
SOCaCaSO
HSO H SO H
33
33
3
2
3
332
Berikut ini merupakan gambar tobong belerang pada Pabrik Gula Kwala
Madu.
Gambar 3.4 Tobong Belerang
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
11/43
23
3.4 Proses Pengolahan
Proses pengolahan tebu menjadi gula Kristal di PGKM dilakukan melalui 7
stasiun berikut ini:
1.
Stasiun Gilingan2.
Stasiun Pemurnian
3. Stasiun Penguapan
4. Stasiun Talodura
5.
Stasiun Masakan (Kristalisasi)
6. Stasiun Putaran
7.
Finishing
Pada masa giling tahun 2011, stasiun Talodura tidak dilakukan.
3.4.1 Stasiun Gilingan
Tebu yang telah ditimbang diletakkan di lantai lalu disorong cane hilo
langsung ke atas meja (cane feeding table) diangkut melalui konveyor
(cane carrier ) dengan kecepatan 3-15 m/menit menuju alat cane leveler
yang berfungsi sebagai alat perata tebu kemudian diteruskan ke cane cutter
I dan cane cutter II dengan PI ( preparation index) 70-80 %. Semakin
tinggi PI maka sel yang terbuka semakin banyak dan akan diperoleh
ekstraksi yang optimal. Setelah tebu dipotong-potong dengan alat
pemotong I (cane cutter I) kemudian diteruskan ke alat pemotong II (cane
cutter II) yang berfungsi untuk menyayat tebu sampai menjadi serpihan
tebu halus sehingga mempermudah penggilingan. Sebelum tebu masuk ke
penggilingan I maka tebu harus melewati alat penangkap besi (magnetic
trump ion separator ) yang berfungsi untuk menangkap besi-besi yang
mungkin terikut dalam serpihan tebu. Ini merupakan tahap kerja
pendahuluan yang diharapkan nira belum keluar dari tebu.
Penggilingan perahan dilakukan sebanyak lima kali yang terdiri dari
lima unit gilingan (5 set three roller mill ) yang disusun seri dengan
memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Alat ini terdiri dari 3 buah
roll yang terdiri dari besi (1 set) yang mempunyai permukaan beralur
berbentuk V dengan sudut 30o yang gunanya untuk memperlancar aliran
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
12/43
24
nira dan mengurangi terjadinya slip. Besarnya tekanan yang digunakan
untuk menekan alat penggiling adalah 150-200 kg/cm2 dan dari tahap
pendahuluan sampai pada penggilingan semua digerakkan turbin uap dari
boiler dengan tekanan 20 kg/cm2
dan temperatur 325o
C. Putaran rolgilingan dibuat sekecil mungkin agar memberi kesempatan pada nira
melepaskan diri dari rol, sehingga pada waktu ampas masuk rol sudah
kering. Kalau putaran terlalu cepat, nira tidak ada kesempatan melepaskan
diri dari rol, rol menjadi basah dan nira terhisap kembali oleh ampas.
Putaran dalam Pabrik Gula Kwala Madu ± 5 putaran/menit.
Mekanisme kerja dari Roll Mill yaitu :
1. Tebu yang sudah dicacah halus harus dubawa ke elevator menuju ke
alat penggiling pertama. Air perasan (nira) dari gilingan pertama
ditampung pada bak penampung I. Ampas dari gilingan I masuk pada
gilingan II untuk diperah lagi, air perasan II masuk pada bak
penampung II. Nira yang diperoleh dari penampung I dan II disebut
primary juice.
2. Nira yang dari gilingan I dan II masih ada ampasnya yang sama-sama
ditampung pada bak penampung I, nira pada bak penampung I disaring
pada juice strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II
dan nira yang disaring ditampung dalam satu tangki dan siap
dipompakan ke stasiun pemurnian. Tangki penampung ini disebut raw
juice tank.
3. Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas lagi. Air
perasan ditampung pada bak penampung III dan digunakan untuk
menyiram ampas yang ke luar dari gilingan I.
4.
Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV untuk diperas lagi. Air
perasan ditampung pada bak penampung IV dan digunakan untuk
menyiram ampas yang keluar dari gilingan II.
5. Ampas yang keluar dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas
lagi. Air dari gilingan V ditampung pada bak penampung V dan
digunakan untuk menyiram ampas yang keluar dari gilingan III.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
13/43
25
6. Ampas yang ke luar dari gilingan IV diberi air imbibisi sebelum masuk
ke gilingan V, air imbibisi berasal dari kondensat evaporator badan III
dan IV dengan temperatur air imbibisi sekitar 60-70 oC.
Jadi, pada dasarnya sistem kerja penggilingan yaitu nira yangterekstrak (nira mentah) dari batang akan jatuh ke bagian bawah gilingan,
sementara ampas akan terus bergerak hingga gilingan akhir.
Skema dari prosedur penggilingan dapat dilihat dari gambar berikut:
Ampas I Ampas II Ampas III Ampas IV Ampas V
Nira I Nira II
Nira III Nira IV Nira V
Serpihan Tebu
Nira Mentah (Raw Juice)
Air Imbibisi
Gambar 3.5 Skema Proses Penggilingan
Semakin ke belakang ampas tebu kadar nira yang dikandungnya
semakin kecil. Ampas tebu (bagasse) dari gilingan V yang memiliki kadar
kering ampas 0,8-0,9 dan 2-2,5% pol diangkut dengan satu unit conveyor
melalui suatu plat saringan di mana ampas kasar dibawa menuju boiler
untuk bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai
cadangan. Sedangkan ampas halus dihisap dengan bagasse fan yang
terdapat di bawah plat saringan dan dikirim lagi ke bagacillo tank untuk
digunakan sebagai pencampur pada Rotary Vacum Filter yang terdapat di
stasiun pemurnian.
Ampas yang keluar dari gilingan yang sudah kering memiliki sifat
dapat menyerap zat cair sampai 7 atau 10 kali beratnya. Untuk
mengencerkan kandungan gula dalam ampas yang sudah kering tersebut,
maka perlu dilakukan pembilasan atau ekstraksi pada ampas dengan
menggunakan air dan nira hasil gilingan. Perlakuan inilah yang disebut
dengan imbibisi. Imbibisi yang diberikan di stasiun gilingan ada dua
macam, yaitu imbibisi air dan imbibisi nira. Imbibisi yang digunakan
adalah imbibisi majemuk, dimana air hanya diberikan pada gilingan
terakhir, dan nira yang diperoleh dari gilingan terakhir digunakan untuk
imbibisi gilingan di depannya. Pemberian air imbibisi pada ampas yang
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
14/43
26
keluar dari gilingan IV mempunyai fungsi untuk melarutkan nira yang
masih tertinggal pada ampas tersebut. Air yang diberikan tersebut dengan
debit alir 26-30 m3/jam dengan perbandingan 20-24% dari berat kapasitas
tebu/hari dan air pendingin diberikan pada roll mill supaya panas yangdikeluarkan tidak berlebihan mengakibatkan keausan dari mesin.
Air panas imbibisi juga berfungsi untuk mencegah aktivitas
mikroorganisme dan mematikan sel parenkim. Dengan matinya sel
parenkim maka permeabilitas akan kehilangan nira yang terkandung dalam
sel-sel tersebut sehingga terbuka dan berdifusi sehingga keluar akibat
adanya perbedaan konsentrasi dan menyebabkan proses ekstraksi dapat
berjalan dengan baik.
Bila air imbibisi diberikan terlalu banyak akan melarutkan gula lebih
banyak, tetapi akan menyebabkan waktu penguapan lebih lama.
Sebaliknya bila air imbibisi kekurangan maka kadar gula yang tertinggal
pada ampas cukup tinggi. Oleh karena itu perlu ditentukan jumlah
penambahan air imbibisi yang optimum selama penggilingan berlangsung.
Apabila persediaan telah habis atau pabrik berhenti beroperasi sehingga
stasiun gilingan terhenti, maka roll mill harus disemprot dengan larutan
kapur yang berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme.
Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung pada bak
penampung selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian.
Tebu diperah pada dua tempat, yaitu antara penggiling atas dan muka,
dan antara penggiling atas dan belakang. Kerja penggiling muka tidak
seberat penggiling belakang. Penggiling muka dapat disebut sebagai
penggiling pengumpan, sedangkan penggiling belakang adalah alat
pemerah (pemeras nira). Jarak rol atas dengan rol belakang lebih kecil
dibanding jarak antara rol atas dengan rol muka. Hal ini dilakukan karena
ampas yang masuk ke rol belakang telah terperah niranya serta terpadatkan
pada rol muka. Nira akan mengalir melaluhi alur sisi depan rol muka 70-
80 % dan melalui alur sisi depan rol belakang 20-30 %, serta jatuh pada
plat penampung nira.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
15/43
27
Gambar 3.6 Roll Gilingan
(Zulhamzah, 2010)
Hasil dari gilingan dihitung rendemen dari analisa laboratorium
dengan rumus:
niranilaix%nira pabrik xfaktorRendemen
Dimana :
Faktor pabrik dengan rumus HPBtotal × PSHK × WR (winter
rendemen)
Hasil Pemerahan Brix Total (HPBtotal) dengan rumus :
100%xBrix tebu
mentahniraBrixHPB
ROLL ATAS
ROLL DEPAN ROLL BELAKANG
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
16/43
28
Sedangkan nira mentah mempunyai retention time yang panjang dari
gilingan I sampai dengan gilingan V. Perbandingan Setara Hasil Bagi
Kemurnian (PSHK) dengan rumus :
401,4HK 401,4HK PSHK
pertama perahannira
mentahnira
Nilai PSHK menunjukkan prestasi kinerja stasiun gilingan. Efisiensi
Pengolahan atau Winter Rendemen (WR) dengan rumus:
mentahnirakristal
didapatyangKristalWR
karena winter rendemen menunjukkan kemampuan stasiun
pengolahan dalam mengambil sukrosa dari nira mentah, maka nilai
WR sebenarnya menggambarkan efisiensi stasiun pengolahan. Nira
mentah yang dihasilkan oleh stasiun gilingan dibawa ke stasiun
pengolahan untuk diambil dan dikristalkan sukrosanya. Nilai WR
biasanya kurang dari 100%, karena beberapa bagian sukrosa akan
hilang selama proses pengolahan. Tujuan stasiun pengolahan selain
menghasilkan kristal juga harus menekan kehilangan gula sesedikit
mungkin.
% Nira tebu (kandungan nira dalam tebu) = %brix tebu × 100%. Nilai
tersebut menunjukkan persentase berat nira terhadap berat tebu giling
atau disebut juga sebagai kadar nira tebu.
Nilai nira (rumus Winter Carp)= % pol – 0,4 (% brix-% pol). Dari
formula di atas, nilai nira dihitung sebagai selisih antara pol dan 40%
bukan gula. Dengan asumsi nilai brix tetap, maka dengan semakin
tinggi pol nira, maka nilai nira juga akan semakin besar. Sebagai
gambaran, bila diperoleh nilai brix 17% dan pol 12,75% maka ini
berarti dalam setiap 100 bagian nira terdiri dari 17 bagian brix dan 83
bagian air. Dari 17 bagian brix ini terdapat 12,75 bagian pol dan 4,25
bagian bukan gula, sehingga bila dimasukkan ke dalam rumus di atas
diperoleh nilai nira = {12,75- 0,4 (17-12,75) } = 11,05 %
Brix adalah kadar zat kering terlarut (semu) dalam satu larutan
sakarosa tidak murni yang penentuannya dipergunakan (didapat)
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
17/43
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
18/43
30
Berikut ini merupakan gambar gilingan pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.7 Gilingan
3.4.2 Stasiun Pemurnian
Hal yang paling utama di dalam pemurnian adalah menjaga agar
jangan sampai gula yang ada rusak atau hilang sebab gula yang sudah
rusak tidak mungkin lagi dapat diperbaiki. Ini dikarenakan pembuat gula
yang sebenarnya adalah tanaman. Apabila ada gula yang rusak maka akandiderita dua kerugian, yaitu:
1. Rusaknya gula berarti kehilangan langsung dari gula yang seharusnya
dapat dijadikan kristal.
2. Rusaknya gula akan berarti menambah kotoran dalam nira yang akan
menyebabkan bertambahnya kesulitan proses dan jumlah molase
bertambah, selanjutnya juga kehilangan gula akan menjadi semakin
besar.
Pada Pabrik Gula Kwala Madu, proses pemurnian yang digunakan
adalah gabungan antara proses defikasi dan sulfitasi. Tujuan utama dari
stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
terkandung di dalam nira mentah. Di dalam proses pemurnian ada
beberapa tahap yang dilakukan yaitu :
a.
Timbangan Nira Mentah ( Juice Weighing Scale)
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
19/43
31
Nira mentah dari tangki penampungan stasiun penggilingan
dialirkan melalui pipa dan dipompakan ke timbangan nira mentah
tertimbang. Dalam penimbangan nira mentah dipakai timbangan
Maxwell Bolougne yang dapat bekerja secara otomatis dengan beratsekali timbang 6,5 ton. Pada tangki nira tertimbang terdapat
penambahan asam posfat. Penambahan posfat dilakukan apabila
kandungan posfat dalam nira mentah kurang dari 300 ppm. Berikut ini
merupakan gambar timbangan nira mentah pada Pabrik Gula Kwala
Madu.
Gambar 3.8 Timbangan Nira Mentah
b.
Pemanas Nira ( Juice Heater I )
Nira dalam tangki penampungan selanjutnya dipompakan ke alat
pemanas I ( Primary Heater ) yang memiliki dua unit pemanas. Tujuan
dari pemanas I adalah untuk menyempurnakan reaksi pada proses
pemberian kapur dan belerang, mematikan mikroorganisme, sehingga
komponen endapan yang ada dapat dengan mudah dipisahkan dari nira
pada bejana pengendapan nanti. Pada badan pemanas I nira dipanaskan
hingga suhu 70-750 C. Media pemanas pada pemanas nira I merupakan
uap nira yang dihasilkan oleh evaporator I & II. Berikut ini merupakan
gambar juice heater pada Pabrik Gula Kwala Madu.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
20/43
32
Gambar 3.9 Juice Heater I
c. Tangki Marshall
Nira yang keluar dari pemanas nira I dialirkan ke tangki marshall
untuk penambahan susu kapur dengan pH 7,0 - 7,2. Susu kapur ini
berfungsi untuk mengikat kotoran dalam nira, selain itu susu kapur juga
berfungsi untuk menaikkan pH pada nira dan juga membentuk inti
endapan. Berikut ini merupakan gambar tangki marshall yang terdapat
pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.10 Tangki Marshall
d.
Tangki Defikasi (Defekator)
Nira yang keluar dari tangki marshall selanjutnya masuk ke tangki
defekasi. Pada tangki defekasi juga ditambahkan susu kapur, dengan
tujuan untuk menaikkan pH dari 7 - 7,2 menjadi pH 8 - 9,5. Kadar susu
kapur yang diberikan adalah 1,55 ton/1000 ton tebu. Sehingga antara
susu kapur dan asam posfat yang berasal dari tangki nira tertimbang
tersebut bereaksi. Reaksi yang terjadi adalah :
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
21/43
33
OH)Ca(POPOHCa(OH) 24432
Berikut ini merupakan gambar defekator yang terdapat pada Pabrik
Gula Kwala Madu.
Gambar 3.11 Defekator
e.
Tangki SulfitasiTangki sulfitasi disebut juga peti reaksi dimana cara kerja pH
reaksi akan mempengaruhi hasil pemurnian. Untuk menetralkan
kembali nira yang terdapat dalam tangki defekasi maka nira tersebut
dikirim ke tangki sulfitasi dengan tipe sekat parabolis. Tangki sulfitasi
berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi dengan
gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat parabolis berfungsi
untuk membantu proses pencampuran sehingga pencampuran berjalan
kontinu.
Penambahan gas SO2 dengan maksud agar nira terkapur mengalami
penurunan pH menjadi 7,0 hingga 7,3 pada suhu 700 C – 750 C dengan
waktu 5 menit. Pada tangki sulfitasi ini diharapkan kelebihan susu
kapur akan bereaksi dengan gas SO2. Selanjutnya apabila pH < 7,0
maka nira diberi kapur kembali pada neutralizing tank sehingga pH
tercapai 7,0 – 7,2. Reaksi yang terjadi :
3222 SOHOHSO
OH2CaSOSOHCa(OH) 23322
Dengan terbentuknya CaSO3 yasng berbentuk endapan maka
endapan tersebut akan berfungsi untuk menyerap koloid-koloid yang
terkandung dalam nira. Hal inilah yang disebut efek pemurnian, dimana
endapan yang terbentuk menyerap kotoran-kotoran lain yang lebih
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
22/43
34
halus. Berikut ini merupakan gambar sulfitator yang terdapat pada
Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.12 Sulfitator
f. Pemanas Nira II ( Juice Heater II )
Nira dari peti tunggu dipompa dengan mesin pompa sentrifugal ke
pemanas II yang memiliki dua unit badan pemanas. Pada badan
pemanas II nira dipanaskan sampai temperatur 1050C. Sebagai media
pemanas digunakan uap bertekanan kira-kira 0,8 kg/cm2 yaitu uap
bekas yang berasal evaporator I. Tujuan dari pemanas II ini adalah
untuk membantu penguapan gas yang ada dalam nira, menyempurnakan
reaksi defekasi dan sulfitasi, melepaskan gas yang terlarut dalam nira
serta mempercepat pengendapan di klarifier. Berikut ini merupakan
gambar juice heater yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.13 Juice Heater II
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
23/43
35
g. Tangki Pengembangan ( Flash Tank )
Nira yang berasal dari pemanas II dialirkan ke tangki pengembang.
Tangki pengembang ini berfungsi untuk menghilangkan udara dan gas-
gas yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas terlarut dalam niratidak dihilangkan maka akan mengganggu atau menghambat pemisahan
kotoran-kotoran dari nira di tangki pengendapan. Berikut ini merupakan
gambar flash tank yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.14 Flash Tank
h. Tangki Pengendapan
Nira dari tangki pengembang mengalir secara tangensial ke peti
pengendapan sehingga terpisahlah antara nira yang jernih (bagian atas)
dan nira kotor (bagian bawah) dialirkan ke tangki nira kotor dengan
pompa diafragma sedangkan nira jernih keluar secara overflow melalui
pipa-pipa pengeluaran yang dipasang pada tiap kompartmen. Agar
pengendapan lebih cepat maka diberikan bahan kimia flokulan 2 - 2,5
ppm (Talocep A6/XL), dimana pemberiannya dilakukan pada saat
sebelum nira masuk ke tangki pengendapan. Nira kotor yang berada
pada tangki nira kotor dipompa ke Mud Feed Mixer . Nira kotor yang
masuk ke tangki Mud Feed Mixer dicampur dengan ampas halus.
Campuran ini bertujuan untuk membantu pada saat penyaringan oleh
Vacum Filter yang memisahkan nira dengan kotoran. Saringan yang
digunakan adalah saringan hampa ( Rotary Vacum Filter ).
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
24/43
36
Nira hasil tapisan disebut filtrat, selanjutnya dikembalikan ke
tangki nira tertimbang. Sedangkan, endapan kotoran yang tersaring
disebut dengan blotong yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk.
Berikut ini merupakan gambar tangki pengendapan dan rotary vacuum filter yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.15 Tangki Pengendapan
Gambar 3.16 Rotary Vacum Filter
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
25/43
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
26/43
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
27/43
39
Tekanan (kPa) 101,35 65 45 25
T in (oC) 110-120 90 70 60
Luas Pemukaan
(cm2
)
1500 1500 1200 1200
Ketebalan
insulasi (mm)10-20 10-20 10-20 10-20
Panjang Tube 2500 mm 2500 mm 2500 mm 2500 mm
Ukuran Tube Ø 36 mm x 1,5 mm Tebal
Jumlah Tube 5790 5790 5790 5790
Pada evaporator badan akhir dilengkapi level control instrument dan
control kekentalan. Tujuan penerapan Forward Feed adalah untuk penguapan air menggunakan proses vakum. Tujuan dari stasiun penguapan
adalah untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer sehingga
nira akan lebih mudah dikristalkan di stasiun masakan. Temperatur
penguapan di dalam evaporator berada pada rentang 50 oC – 110 oC. Air
dapat menguap pada tekanan ini karena penguapan dioperasikan dalam
keadaan vakum sehingga menghindari kerusakan sukrosa maupun
monosakarida.Evaporator yang tersedia sebenarnya ada lima unit operasi. Satu unit
operasi sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama proses
berlangsung, temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda.
Untuk menghemat panas yang diperlukan, maka media pemanas untuk
evaporator I digunakan uap bekas yang berasal dari Low Pressure Vessel ,
sedangkan media pemanas bagi evaporator selanjutnya menggunakan uap
nira yang terbentuk dari evaporator sebelumnya. Temperatur operasi
harian di evaporator I sebesar 115 oC dan berangsur-angsur turun sampai
50-55 oC pada evaporator IV.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan yang
berbeda-beda dari evaporator I sampai evaporator IV. Peristiwa
mengalirnya uap dari evaporator I ke evaporator II, disebabkan uap yang
masuk ke evaporator I setelah masuk ke dalam shell akan melepaskan
panas dan segera mengembun. Uap nira dipanaskan masuk ke evaporator
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
28/43
40
II. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan.
Uap nira evaporator IV masuk ke dalam kondensor untuk diembunkan dan
dijatuhkan bersama air injeks, sedangkan uap dan gas-gas yang tidak
terkondensasi seperti gas ammonia (dalam jumlah sedikit) dibiarkan keluarke udara.
Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersirkulasi
sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis katup akan terbuka
sehingga nira mengalir menuju evaporator berikutnya. Kekentalan nira
encer masuk pada evaporator I sebesar 12-13 brix dan keluar dari
evaporator IV dengan kekentalan 60-65 brix. Berikut ini merupakan sketsa
evaporator yang digunakan (evaporator I).
Uap nira ke evaporator II
Evaporator I
Uap bekas
Nira Encer Masuk
Nira Keluar
Kondensat
TurbinUap Baru
Pipa penampung nira hasil evaporasi
Gambar 3.19 Sketsa Proses Penguapan di Evaporator I
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
29/43
41
E V A P O R A T O R I
E V A P O R A T O R I V
E V A P O R A T O R I I I
E V A P O R A T O R I I
U a p B e k a s
N i r a E n c e r
1 2 - 1 3 b r i x
K o n d e n s a t
K o n d e n s a t
K o n d e n s a t
K e B o i l e r
K e P e m a n a s I
K e P e m
a n a s I I
N i r a K e n t
a l 6 0 - 6 5 b r i x
K e t a n g k i s
u l f i t a s i n i r a k e n t a l
K o n d e n s a t u n t u k a i r i m b i b i s i
K o n d e n s a t
k o n d e n s o r
I n j e c t i o
n w a t e r
L 1
L 2
L
3
L 4
V 1
V 2
V 3
V 4
G a m b a r 3 . 2
0 S k e m a
S t a s i u n P e n g u a p a n
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
30/43
42
Pada tekanan yang normal, ada beberapa faktor yang menghambat
atau mengurangi efisiensi evaporator. Di antaranya :
Kerak yang ditemukan di dinding pipa (tube) evaporator dikarenakan
kemungkinan kandungan kapur di dalam nira melebihi 100 ppm. Laju pengeluaran air kondensat yang tidak tetap sehingga ada
kondensat yang tertampung di evaporator yang mengakibatkan
berkurangnya luas perpindahan panas yang terjadi.
Adanya kandungan gas NH3.
Level nira di dalam evaporator.
Tujuan utama pembersihan adalah untuk melunakkan kerak-kerak di
pipa-pipa dalam evaporator. Pembersihan dilakukan secara manual yaitu
dengan mengalirkan bahan kimia pembersih dengan komposisi seperti di
bawah ini.
Tabel 3.3 Bahan Kimia Pembersih Evaporator
Bahan kimia Evaporator I/II Evaporator III/IV
Natrium posfat (Na3PO4) 20 kg 50 kg
Natrium hidroksida
(NaOH)150 kg 300 kg
Natrium klorida (NaCl) 20 kg 50 kg
HI-Disperse (digunakan jika ketiga bahan kimia di atas habis)
Lama masak 16 jam 30 jam
Jika proses pembersihan tidak dilakukan maka akan mengganggu
proses penguapan yaitu dengan berkurangnya temperatur pemanasan
akibat berkurangnya luas perpindahan panas. Rencana pembersihan
evaporator dalam PGKM adalah sebagai berikut:
1. 15 hari giling evaporator IV disikat dibutuhkan 7 hari, yang beroperasi
evaporator I II III V.
2. 25 hari giling evaporator No V disikat , yang beroperasi evaporator I
II III IV.
3.
32 hari giling evaporator IV skrap, Yang beroperasi evaporator I II III
IV.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
31/43
43
4. 40 hari giling evaporator III skrap, Yang beroperasi evaporator I II IV
V.
5. 50 hari giling evaporator jalan I II III V.
6.
60 hari giling evaporator jalan I II III IV.7.
70 hari giling evaporator jalan I II III V.
8. 80 hari giling evaporator jalan I II IV V.
9. 85 hari giling evaporator jalan I III IV V.
10.
90 hari giling evaporator jalan I II III IV.
11. 1000 hari giling evaporator jalan I II III V.
12.
110 hari giling evaporator jalan I II III IV.
13. 120 hari giling evaporator jalan I II III V.
14. 130 hari giling evaporator jalan I II III IV.
15.
140 hari giling evaporator jalan I II IV V.
Berikut ini merupakan gambar quadruple evaporator yang terdapat pada
Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.21 Quadruple Evaporator
3.4.4 Stasiun Masakan (Kristalisasi)
Nira kental dari stasiun talodura dipompakan ke pan masakan.
Kristalisasi adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses pengerjaan
larutan yang mengandung gula dengan tujuan untuk membentuk Kristal
gula dari nira kental sampai kualitas yang sudah ditentukan. Konsentrasi
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
32/43
44
nira kental pada pan masakan adalah 80-85 % brix, persen brix kental 60-
65%, dan kadar air 35-40%.
Proses kristalisasi dilakukan dalam 3 tingkat masakan, yaitu :
1.
Masakan A, yaitu proses masakan yang akan menghasilkan Kristal Adan stroop A yang di dalamnya masih terdapat sukrosa.
2. Masakan C, yaitu proses masakan yang akan menghasilkan Kristal C
dan stroop C dengan menggunakan bahan dasar stroop A.
3.
Masakan D, yaitu proses yang menghasilkan Kristal D dan klare D
dengan menggunakan bahan dasar stroop A dan stroop C serta klare D.
Masakan A
Pada awal musim giling bahan yang digunakan untuk masakan A
adalah nira kental tersulfitasi dan fondan yang berfungsi sebagai bibitan.
Namun setelah proses berjalan, bahan masakan A yaitu nira kental
tersulfitasi, gula C sebagai bibitan dan klare I. Untuk membuat masakan A,
pan masakan harus disiapkan pada kondisi vakum 60 cmHg, kemudian
dimasukkan nira kental tersulfitasi dan klare I, campuran tersebut
kemudian dituakan (diuapkan airnya) hingga timbul benang – benang,
setelah itu dimasukan babonan sebagai bibit.
Apabila ada Kristal palsu maka dicuci dengan air agar Kristal yang
terbentuk larut kembali. Kemudian proses pemasakan dilanjutkan sampai
masakan telah tua dan Kristal gula mencapai ukuran diameter sekitar 1 –
1,2 cm, selanjutnya masakan A dimasukkan ke dalam palung pendingin.
Pada masakan A diharapkan nira kental mempunyai HK sebesar 79 – 82.
Masakan C
Pada awal giling bahan baku masakan C yaitu nira kental, stroop A
dan fondan, selanjutnya setelah proses berjalan bahan baku masakan C
adalah stroop A dan bibit D. Prinsip masakan C sama dengan masakan A,
dimana stroop A dimasak sampai kental setelah itu dimasukan nira
babonan gula D2 diuapkan hingga tua dan terbentuk benang – benang,
agar diameter Kristal terbentuk rata dilakukan penambahan air dan
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
33/43
45
dituakan kembali hingga tercapai standar brix. Pada masakan C diharapkan
nira kental mempunyai sukrosa dalam air. Untuk mencapai HK tersebut
maka pada awal masakan harus ditambahkan nira kental. Selanjutnya
masakan C dimasukkan dalam palung pendingin.
Masakan D
Bahan untuk masakan D adalah stroop C, klare III, nira kental
tersulfitir dan fondan. Sebelum membuat masakan D terlebih dahulu
membuat masakan D2. Proses masakan D2 diperlukan bahan diksap dan
stroop A. Pada kekentalan tertentu ditambahkan fondan yang berfungsi
merangsang terbentuknya Kristal, kemudian dimasak kembali dan
ditambahkan stroop A. Setelah itu masakan dibagi menjadi 2 dimana
keduanya menjadi masakan D. Kedua masakan D ditambahkan klare III
dan stroop C sehingga hasil kemurnian masakan D turun. Pada masakan D
diharapkan nira kental mempunyai HK 58 – 60. Setelah masakan sudah
cukup tua kemudian diturunkan ke palung pendingin untuk didinginkan di
Rapid Cooler yang diperlukan untuk pembentukan Kristal lebih lanjut
sehingga diarahkan hasil tetes akhir dengan kandungan gula sekecil
mungkin.
Selama proses kristalisasi, molekul-molekul sukrosa bergabung
dengan inti Kristal sehingga pada sisi larutan, konsentrasi bukan gula
meningkat dan padat yang akhirnya keseimbangan jumlah molekul sukrosa
dengan kotoran sama, maka proses penempelan tidak terjadi lagi. Larutan
sisa ini dipisahkan sebagai molasses. Pelaksanaan proses kristalisasi ini
dilakukan pada tekanan vakum untuk menjaga agar jangan terjadi
kerusakan sukrosa, karena pada tekanan yang tinggi sukrosa akan
membentuk caramel yang bewarna gelap.
Untuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup
dikristalkan dalam satu kali proses kristalisasi saja. Adapun tujuan
utamanya adalah untuk mengeluarkan gula sebanyak mungkin dari nira
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
34/43
46
sampai nira lewat jenuh dengan cara menguapkan sampai terbentuk
Kristal gula dengan temperatur masakan 50-60 oC.
Gambar 3.22 Skema Stasiun Masakan dan Putaran
Proses pengkristalan melakukan sistem tiga tingkat karena
mempunyai nilai Harkat Kemurnian (HK) gula sekitar 80. Pada masakan
A dan C diusahakan HK sekitar 58-60, sedangkan gula tetes HK berada
pada angka 33. Adapun langkah-langkah proses pemasakan adalah sebagai
berikut:
1. Menarik hampa
Tangki masakan terlebih dahulu dibuat hampa udara dengan tekanan
vakum 40 cmHg lalu saluran penghubung dengan tangki penguapan
dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh sehingga keadaan
maksimum tekanan 66 cmHg sementara itu steam pemanas dibuka
kecuali untuk untuk pemasakan.
2. Pembuatan bibit
Pembuatan bibit dilakukan dengan fondan, dimana inti kristal yang
sengaja diberikan haruslah inti yang mempunyai bentuk kristal yang
baik dan memiliki ukuran sama inti Kristal berbentuk monoclinic.
3. Memperbesar kristal
C
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
35/43
47
Dalam memperbesar kristal dilakukan dengan penambahan bibit yang
baik sampai diharapkan ukuran kristal 0,8 – 0,9 mm.
4. Menurunkan masakan (Masakan Tua)
Masakan tua adalah apabila telah tercapai ukuran kristal sesuai denganketentuan. Tujuannya adalah melanjutkan penguapan masakan dalam
pan kristalisasi tanpa penambahan larutan baru dengan kepekatan zona
meta manta (penempelan sukrosa) untuk menghindari pembentukan
Kristal palsu.
5. Palung pendingin (D-Crystalizer )
Pendinginan masakan diadakan untuk menentukan kejenuhan agar
proses kristalisasi lanjut terjadi sehingga ukuran kristal membesar.
Proses pendinginan pada palung D-Crystalizer dilakukan perlahan-
lahan sehingga kesetimbangan antara penurunan kejenuhan stroop
akibat penempelan molekul kepada Kristal yang sudah ada dengan
kenaikan stroop akibat penurunan temperatur masakan.
6.
Masakan A/C (Masakan Bibitan)
Proses operasi masakan A/C ini dikerjakan dengan cara pan
dibersihkan, tarik vakum 65-66 cmHg, dimasukkan bibit dari magma
tank (250 HI) dan valve steam dibuka. Setelah steam dibuka, masukkan
bahan yang terdiri dari nira kental, klare, dan leburan SHS berulang-
ulang sambil dilihat sampel berulang-ulang. Bila ada kristal palsu dicuci
dengan air panas/nira. Bila sudah cukup penambahan bahan-bahan
(volume sampai 500 HI) diuapkan sedikit lagi hingga tua. Setelah
diperoleh bibit A/C, kemudian dibagi dua dan dialirkan ke masakan C.
Sisanya digunakan untuk masakan A. Berikut ini merupakan gambar
kristalizer yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
36/43
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
37/43
49
Gambar 3.25 Low Grade Sentifugal
Gaya sentrifugal akan menyebabkan masakan terlempar menjauhi titik putaran. Dimana sistem putaran dilengkapi dengan media saringan, yang
terdiri dari top screen, middle screen, dan backing screen. Saringan ini
akan menahan kristal dan yang sudah larut akan menembus lubang-lubang
saringan sehingga larutan akan terpisah dari kristalnya. Pada stasiun ini
terdiri dari beberapa putaran, yaitu:
a. Putaran D1 dan D2
Putaran ini digunakan untuk memutar massequte (campuran kristal gula
dan stroop) dari palung pendingin yang berasal dari palung masakan D,
telah melewati massequte reheater pada temperatur 55 oC. Kandungan
larutan masuk ke feed mixer D1. Gula dari D1 dibawa menuju magma
mingler dengan system conveyor dan untuk memompa diberi sedikit air.
Kandungan gula D1 dipompakan ke feed mixer D2. Tetes putaran D1
ditampung di molasses tank dan siap untuk dipasarkan sebagai bahan
pembuat alkohol, penyedap makanan. Gula D1 yang dipompakan ke
feed mixer D2 selanjutnya diberi sedikit air dan dipompakan ke tangki
magma dan digunakan untuk bibit masakan A, putaran D2
menghasilkan gula D2 dan klare D.
b. Putaran A dan C
Pada putaran ini, masakan A dan C diputar bersama-sama. Masakan A
menghasilkan gula A dan stroop A, dan masakan C menghasilkan gula
C dan stroop C. Pada putaran A dan C, diberi air panas selama 5 detik
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
38/43
50
untuk pencucian kristal gula yang tertinggal pada media saringan. Gula
A dan C dicampur pada magma mingler A/C dan diberi sedikit air
untuk dipompakan ke feed mixer SHS.
c.
Putaran SHSHasil putaran SHS adalah gula SHS dan klare SHS. Gula SHS dibawa
oleh Grasshoper conveyor ke sugar elevator yang berfungsi menaikkan
dan membawa gula ke cooler dan drier , sedangkan klare SHS
dipompakan ke peti klare SHS.
Berikut ini merupakan gambar stasiun putaran yang terdapat pada
Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.26 Stasiun Putaran
3.4.6 Finishing
3.4.6.1 Dryer dan Cooler
Gula yang keluar dari putaran SHS masih mempunyai kadar
air sekitar 1-2,5% yang tergantung dari kondisi putarannyasendiri. Air tersebut harus dihilangkan (maks = 0,1%) dengan
pengeringan yang bertujuan untuk:
a. Menghindari kerusakan gula karena jasad renik (jamur)
maupun oleh lingkungan sendiri (misalnya melarut).
b.
Menghindari terjadinya penggumpalan kristal itu sendiri.
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
39/43
51
Pengeringan dilakukan dengan udara panas dengan
temperatur sekitar 70 oC, yang kemudian didinginkan kembali
karena gula tidak tahan terhadap temperatur tinggi. Tujuan
pengeringan ini adalah untuk menghindari kerusakan gula yangdisebabkan oleh mikroorganisme dan agar gula tahan lama pada
penyimpanan sebelum disalurkan kepada konsumen.
Selama proses pengeringan ini berlangsung, juga dilakukan
pengisapan debu gula dan kotoran-kotoran yang melekat pada
kristal gula dengan menggunakan alat induced fan. Debu gula dan
kotoran gula yang dihisap, dicampur dan dilebur dengan gula
produk dari saringan yang ukurannya tidak standar dibawa ke
tangki peleburan. Dari alat pengeringan ini, gula produk diangkut
dengan elevator menuju saringan vibrating screen. Saringan ini
mempunyai 3 plat saringan dengan ukuran mesh yang berbeda-
beda, yaitu saringan I (ukuran 8 x 8, mesh yang memisahkan gula
kasar, gula normal, dan gula halus), saringan II (ukuran 23 x 2,
mesh yang memisahkan gula normal dan gula halus, saringan III
(untuk memisahkan gula halus yang di bawah standar). Gula
halus dan gula kasar yang tidak memenuhi syarat akan dilebur
kembali ke peti peleburan dan dialirkan ke penampung di stasiun
masakan untuk dimasak kembali. Berikut ini merupakan gambar
tunnel dryer yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.27 Tunnel Dryer
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
40/43
52
Steam 3 kg/cm2
udaraUdara panas
Kristal gula
abu
K e V i b r a t i n g S c r e e n
Induced fan
blower
Gambar 3.28 Sketsa Dryer
3.4.6.2 Gudang Penyimpanan
Gula dari dryer dan cooler dibawa oleh bucket elevator yang
berkapasitas 25 ton per jam. Gula produksi dari vibrating screen
diangkut dengan sugar conveyor yang di atasnya dipasang dengan
magnetic separator yang berguna untuk menangkap besi yang
terbawa bersama gula. Kemudian gula ditampung oleh sugar bin
yang berbentuk segi empat, lalu ditimbang oleh sugar weigher (2
buah). Sugar weigher mengisi dan menimbang secara otomatis
dengan berat bag masing-masing 50 kg mempunyai kapasitas 800
kg/jam. Gula yang sudah ditimbang, dimasukkan ke dalam karung
plastik lalu dijahit dengan bag sewing machine kemudian gula
dikirim ke gudang penyimpanan.
Dalam gudang penyimpanan ditumpuk dalam staple yang
sudah ditentukan. Gula yang dihasilkan pada periode tertentu dan
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
41/43
53
kualitas tertentu ditumpuk pada satu staple sehingga mudah
diidentifikasi pada penyalurannya. Hal-hal yang sangat perlu
diperhatikan selama penyimpanan gula adalah :
1.
Suhu kelembapan dalam gudang harus dikendalikan.Kelembaban nisbi ± 65% atau lebih rendah.
2. Pengeluaran gula dari gudang juga harus diatur berdasarkan
sistem FIFO. Untuk itu, gudang minimal harus mempunyai dua
pintu. Satu untuk memasukkan, dan satu untuk pengeluaran.
3. Waktu pengeluaran gula dari gudang juga harus diatur
terutama pada waktu udara luar kering (tidak hujan dan
sebagainya).
Berikut ini merupakan gambar gudang penyimpanan yang
terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu.
Gambar 3.29 Gudang Penyimpanan
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
42/43
54
Kristal Gula
Gas Hopper (pendek)
Gas Hopper (Panjang)
Sugar elevator
Sugar dryer dan cooler
Bucket elevator
Vibrating screen
Gula kristal produk (GKP)
Sugar elevator
Sugar bin
Gudang gula
Gambar 3.30 Skema Tahap Akhir Produksi Gula
-
8/16/2019 BAB III KP PGKM.pdf
43/43
3.5 Produk
Tabel 3.4 Perbandingan Kualitas Gula Produk dengan Standar SNI
Kriteria Uji SNI* PGKM
Warna kristal (Icumsa) Maks 250 230
Besar kristal (mm) 0,8 – 1,2 1,0
Susut pengeringan (%b/b) Maks 0,10 0,08
Abu conductivity (%b/b) Maks 0,10 0,054
Bahan tambahan - -
SO2 (mg/kg) Maks 30 25
BERAT : 50 kg/karung
*) (sumber : Anonim, 2000)