BAB III

download BAB III

of 23

description

tugas

Transcript of BAB III

BAB III

PAGE 61

BAB IIITINJAUAN KHUSUS

3.1 Rumah Sakit Al-Islam

3.1.1Sejarah Rumah Sakit Al IslamRumah Sakit Al Islam (RSAI) berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 644, Desa Sekejati, Kecamatan Margacinta, Kodya Bandung. Pada awalnya, rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit bersalin, dengan kegiatan pemeriksaan ibu hamil, pertolongan persalinan, penerangan gizi dan vaksinasi dan masih berlokasi di Jalan Awibitung yang merupakan lokasi bekas sebuah penginapan. Namun karena penginapan tersebut tidak berkembang, oleh pemiliknya dijadikan rumah sakit pada tanggal 28 Juni 1969.

Pada tanggal 23 April 1970, kepemilikan rumah sakit bersalin berpindah dari Dewan Dawah Islamiyah Indonesia Pusat Jakarta kepada Yayasan Kesejahteraan Badak Kerjasama Wanita Islam (BKSWI) Jabar yang didirikan dengan Akte Notaris Kohar Andasasmita, SH No. 10 tanggal 7 Agustus 1969. Untuk menyesuaikan kegiatan usaha, Yayasan Kesejahteraan diubah menjadi Yayasan RS Islam BKSWI Jabar sesuai Akte Notaris Komar Andasasmita No.18, tanggal 9 September 1971.

Mulai tahun 1971, Rumah Sakit Bersalin Al Islam melakukan beberapa kegiatan antara lain klinik umum, klinik Keluarga Berencana, poli spesialis dan persalinan. Seiring dengan perkembangnnya, rumah sakit bersalin ini kemudian berubah menjadi rumah sakit umum yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 644.

Respon dan animo masyarakat terhadap RS Al Islam sangat tinggi, sehingga kebutuhan akan sarana pelayanan terus meningkat, terutama kebutuhan akan pelayanan rawat inap. Kemudian dibangun gedung rawat inap berlantai tiga dengan nama Gedung Firdaus dengan dana sumbangan dari masyarakat muslim, pemda dan simpatisan. Pada tahun 1993 gedung tersebut selesai dengan jumlah tempat tidur sebanyak 90 buah.

Berdasarkan master plan, program jangka panjang, dan perkembangan RS Al Islam yang cukup pesat, dibutuhkan gedung perawatan dan penunjang lainnya yang representatif, maka pada tahun 1994 dibuat gedung perawatan berlantai 6 yang bernama Ibnu Sina lengkap dengan peralatan medis dan non medis dengan biaya pinjaman lunak dari IDB (Islamic Development Bank). Sebagai syarat pinjaman, RS Al Islam harus menyediakan gedung VIP. Maka dibangunlah gedung perawatan VIP berlantai dua dengan nama Pavilliun Raudloh dan kapasitas 30 tempat tidur. Pada tanggal 1 November 1997, gedung Ibnu Sina yang memiliki 275 tempat tidur diresmikan oleh Menteri Kesehatan dr. Suyudi dan dioperasionalkan secara bertahap.

Pada bulan November 1998, dalam penilaian kinerja rumah sakit, RSAI mendapat akreditasi yang setara dengan rumah sakit tipe C. Hingga tahun 2001, RSAI telah mengoperasionalkan sebanyak 200 tempat tidur.

Juli 2002 sampai 23 Maret 2003 dilakukan renovasi Gedung Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai dengan dana sumbangan dari sumbangan dari berbagai pihak.

Di tahun 2003 RSAI telah memiliki Medical Check Up Centre, dimana hampir seluruh kegiatan check up dilaksanakan di tempat ini, dan pada tahun 2004 dilakukan renovasi Gedung Unit Gawat Darurat yang diharapkan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan aman serta kenyamanan bagi para pelanggan.

Pada 2007, dilakukan pembangunan Rawat Inap Perinatologi dan Rawat Intensif (HCU). Pada awal 2008, dilakukan pembangunan Perkantoran Ruang Dokter dan Ruang Kantor Perawatan. Pertengahan 2008, dilakukan renovasi dan refungsi Gedung Rawat Inap Firdaus 3. Pertengahan 2008-2009, dibangun Gedung Pelayanan Rawat Jalan dan P3D UNISBA, Gedung Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Poliklinik Tumbuh Kembang Anak. Pada 2012 dibangun Gedung Pelayanan Hemodialisa dan Klinik Stroke.

Letak Rumah Sakit Al Islam (RSAI Bandung) berada di Kota Bandung dengan lokasi di Jl. Soekarno-Hatta No. 644 Kelurahan Sekejati Kecamatan Margacinta Kota Bandung.3.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Al-Islami) Visi Rumah Sakit Al-IslamVisi Rumah Sakit Al-Islam adalah menjadikan Rumah Sakit Al-Islam sebagai rumah sakit yang unggul, terpecaya dan islami dalam pelayanan dan pengelolaan.ii) Misi Rumah Sakit Al-Islama. Melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh aspek pelayanan maupun pengelolaan RS.b. Mendukung dan membantu program pemerintah dalam bidang kesehatan.c. Melakukan kerjasama lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.d. Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan memberi kepuasan kepada konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkannya.e. Mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia yang dimiliki.

3.1.3 Tujuan Rumah Sakit Al-Islam

a. Mengusahakan standar kualitas pelayanan yang tinggi dengan menjadikan kedekatan pada konsumen sebagai prioritas yang utama.

b. Terbentuknya sumber daya manusia yang unggul, dengan mengembangkan tiga kemampuan dasar manusia yang seimbang, yaitu kemampuan profesionalisme dengan memperhatikan kode etik profesi, kemampuan sebagai mukmin yang shaleh, serta daya tahan fisik yang optimal dalam beramal.c. Menyiapkan kondisi Rumah Sakit Al-Islam Bandung untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menuntut terbentuknya pola pikir dan sikap yang berbeda dari sebelumnya, sesuai dengan misi Rumah Sakit Al-Islam Bandung.d. Menjadikan unit tertentu, untuk menjadi pusat pendapatan, dan menyiapkan pusat pendapatan tertentu lain sebagai unit usaha tersendiri dengan otonomi penuh dalam pengelolaannya, sehingga akan memberikan kesempatan kepada staf untuk selalu terpacu meningkatkan kinerja.e. Terciptanya perhatian yang proporsional terhadap kebutuhan kaum dhuafa dan angiya, dengan tetap memperhatikan sumber daya yang dimiliki Rumah Sakit Al-Islam Bandung.f. Menjadikan kualitas manajemen yang menyeluruh, sebagai jiwa perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan kualitas rumah sakit secara berkelanjutan.g. Mengupayakan strategi yang tepat pada tingkat perusahaan maupun pada tingkat fungsional, bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi dengan mengadopsi prinsip-prinsip manajemen yang baru dan pemanfaatan peluang yang dapat memberikan nilai tambah terbesar bagi pencapaian tujuan.

3.1.4 Motto Rumah Sakit Al-Islam

Internal:Cepat , Ramah, Profesional dan Islami

Eksternal:Sahabat Anda Menuju Sehat Bermanfaat3.1.5 Falsafah Rumah Sakit Al-Islam Bandung

Unggul berarti RSAI terkemuka dan berkualitas prima.

Pengertian Islam diantaranya:

a. Secara Individu maupun unit kerja sebagai pengejawantahan bahwa Islam itu: rahmatan lil alamin.

b. Secara operasi berpegang pada surat Al Ashr:

Beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

3.1.6 Struktur OrganisasiRumah Sakit Al-Islam dipimpin oleh seorang direktur yang diangkat oleh dewan pembina rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Al-Islam membawahi Komite Medik (KM), Komite Etik dan Hukum, Komite Keperawatan, dan dua wakil direktur, yaitu Wakil Direktur Medis dan Keperawatan serta Wakil Direktur Umum dan Keuangan. Masing-masing wakil direktur membawahi bidang-bidang. Struktur organisasi RSAI dapat dilihat pada Lampiran I, Gambar III.1.

3.2Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam

3.2.1 Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Instalasi Farmasi RSAIi) Visi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al IslamBerdasarkan SK Direktur RS Al-Islam Bandung Nomor 2350/RSAI/SK/UM/IV/2011, visi IFRS Al-Islam adalah unggul, terpercaya dan islami dalam pelayanan dan pengelolaan farmasi.ii) Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al Islama. Melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai Islami ke dalam seluruh aspek pelayanan dan pengelolaan farmasi rumah sakit.b. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem pelayanan rumah sakit dalam mendukung dan membantu program pemerintah di bidang pelayanan farmasi.c. Melaksanakan kerjasama dan lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam melaksanakan program pelayanan farmasi sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.d. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan farmasi dengan memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkannya.e. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sumber daya manusia yang dimilikinya.

iii) Falsafah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al IslamBerdasarkan SK Direktur RS Al-Islam Bandung Nomor 2350/RSAI/SK/UM/IV/2011, falsafah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Al-Islam, ialah beriman kepada Allah SWT dengan berpegang kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai landasan utama, bekerja profesional dalam suatu team work untuk memberikan:

a. Pelayanan farmasi rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien.

b. Penyediaan obat bermutu.

c. Pelayanan asuhan kefarmasian.

d. Pelayanan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

iv) Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al Islama. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang optimal, baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien dan maupun fasilitas yang tersedia.

b. Terselenggaranya kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c. Terselenggaranya komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai obat.

d. Terselenggaranya pengawasan obat dan peningkatan kualitas pengelolaan dan pelayanan kefarmasian.

e. Terselenggaranya penelitian di bidang farmasi.

3.2.3 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSAI

i) Pengelolaan Perbekalan Farmasia. Memilih perbekalan farmasi.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi.

c. Mengadakan perbekalan farmasi.

d. Menerima perbekalan farmasi.

e. Menyimpan perbekalan farmasi.

f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit perawatan atau pasien.

ii) Pelayanan Kefarmasiana. Mengkaji instruksi pengobatan.

b. Mengidentifikasi masalah.

c. Mencegah dan mengatasi masalah.

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan perbekalan farmasi.

e. Membentuk informasi perbekalan farmasi.

f. Memberikan konseling.

g. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

h. Pencatatan dan pelaporan.

3.2.4Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-IslamBerdasarkan SK Direktur RS Al-Islam Bandung Nomor 3990A/RSAI/SK/ UM/X/2010, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Al-Islam dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi yang berlatar belakang profesi apoteker. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola IFRS, Kepala Instalasi Farmasi dibantu oleh 3 orang apoteker koordinator yaitu Koordinator Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Inap, dan Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Jalan. Bagan Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.2.5Sumber Daya Manusiai) Koordinator Pengelolaan Perbekalan FarmasiKoordinator pengelolaan perbekalan farmasi bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengelola kegiatan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit, berdasarkan pedoman kerja pelayanan kefarmasian RSAI yang telah ditetapkan. Sehingga kegiatan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi dapat berjalan dengan benar, aman dan terpercaya. Koordinator pengelolaan perbekalan farmasi dibantu oleh:1. Pelaksana Perencanaan Perbekalan Farmasi

Pelaksana perencanaan perbekalan farmasi bertugas untuk membuat perencanaan anggaran pembelian perbekalan farmasi sehingga kebutuhan semua perbekalan farmasi, dapat terpenuhi secara optimal. Dalam arti tepat dari segi jumlah, jenis, kualitas, waktu pengiriman, dan harga yang terjangkau oleh pasien, serta sesuai dengan jumlah anggaran yang tersedia. Adapun jumlah dan jenis perbekalan farmasi yang harus disediakan, selalu didasarkan kepada :

1. Data obat yang telah distandarisasi untuk digunakan di RSAI, melalui formularium RSAI.

2. Data distribusi obat di RSAI sebelumnya.

3. Jumlah anggaran yang tersedia.

4. Kapasitas gudang untuk penyimpanan barang.

5. Pola penyakit yang di dapat dari medical record pasien.

6. Lead time dari pemasok, sangat perlu dipertimbangkan karena menyangkut ketersediaan obat di RSAI yang harus selalu terpenuhi.

7. Sisa stok yang ada.

Dalam teknis pelaksanaanya, perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSAI, dilakukan setiap hari. Dan jenis item barang yang dipesan didasarkan pada buku defekta yang dibuat oleh bagian gudang. Pemesanan atau pembelian barang dilakukan oleh staf pengadaan yang ada di RSAI.b. Pelaksana Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pelaksana pengadaan perbekalan farmasi melakukan tugasnya berdasarkan masukan dari bagian perencanaan. Bagian perencanaan akan mendapatkan data komputerisasi berdasarkan jumlah penggunaan rata-rata satu hari dan stok minimal serta maksimal yang telah ditetapkan di Rumah Sakit Al Islam. Kemudian jenis dan jumlah barang yang akan dipesan dicatat pada buku pemesanan, demikian pula nama pemasok yang telah ditetapkan oleh tim pemakaian barang farmasi di rumah sakit. Setelah itu baru dilakukan pemesanan barang oleh kepala seksi instalasi perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi. Pemesanan dapat dilakukan langsung ke distributor yaitu Pedagang Besar Farmasi (PBF) melalui petugas PBF yang datang ke instalasi farmasi, atau melalui telepon. Pemilihan PBF sebagai pemasok didasarkan pada aspek legalitas yang baik, sehingga dapat diharapkan mutu perbekalan farmasi yang akan dibeli juga terjamin dengan baik. Keuntungan lain yang didapat bila melakukan pembelian dari pemasok yang resmi, adalah bila akan melakukan penggantian atau pengembalian barang akan relatif lebih mudah, karena memang ada jaminan pengembalian. Demikian juga bila barang yang diterima itu rusak atau hampir mendekati tanggal kadaluarsanya, dapat dikembalikan.

Untuk pemesanan obat-obat narkotika, dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika, yang harus ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi rumah sakit. Satu lembar surat pesanan khusus narkotika, hanya boleh digunakan untuk satu jenis obat narkotika. Pemesanan obat-obat narkotika hanya boleh ditujukan kepada PBF Kimia Farma. Untuk obat-obat psikotropika, pemesanan dilakukan seperti pemesanan obat yang lainnya yaitu satu lembar surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis obat psikotropika.

Selain pembelian dengan cara tunai, pengadaan perbekalan farmasi juga dapat dilakukan dengan cara pembelian kredit atau konsinyasi. Sebagian besar pembelian perbekalan farmasi di IFRS RSAI dilakukan dengan cara kredit. Pengadaan barang dengan cara konsinyasi, bersifat titipan dan hanya dilakukan untuk barang-barang yang pergerakannya tidak pasti.

c. Koordinator Unit Pelayanan Gudang

Koordinator Unit Pelayanan gudang bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengelola kegiatan gudang, berdasarkan pedoman kerja pelayanan farmasi RSAI yang telah ditetapkan, sehingga kegiatan di gudang dapat berjalan dengan benar, aman dan terpercaya. Koordinator Unit Pelayanan gudang membawahi pelaksana gudang, yang bertugas dalam:1. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Perbekalan farmasi yang diterima oleh petugas gudang farmasi adalah yang tercantum pada buku pemesanan, serta telah memenuhi persyaratan kualitas fisik yang meliputi : Keutuhan kemasan, tidak robek, tidak bocor, belum dibuka/masih disegel. Warna kemasan tidak pudar, tulisan terbaca, dan jelas. Warna sediaan, tidak boleh berubah dari aslinya. Tanggal kadaluarsa, tidak kurang dari 1 (satu) tahun terhitung dari tanggal penerimaan barang.Penerimaan perbekalan farmasi di gudang, dilakukan berdasarkan dokumen No. Protap 737/I12/026/01/06/02, sebagai berikut : Petugas gudang menerima perbekalan farmasi dari distributor (PBF), disertai dengan faktur.

Perbekalan farmasi yang diterima, terlebih dahulu diperiksa kesesuaiannya antara faktur dengan daftar pesanan barang dari bagian pengadaan, kemudian diperiksa kondisi fisik, dan waktu kadaluarsanya yang minimal harus 1 tahun.

Kemudian petugas gudang menandatangani faktur, menulis nama jelas, tanggal dan waktu penerimaan, serta memberi stempel gudang IFRS Al-Islam.

Faktur yang telah ditandatangani oleh petugas gudang diserahkan kepada petugas administrasi farmasi 1 lembar, dan 1 lembar lagi disimpan sebagai arsip di gudang, sedangkan yang asli dikembalikan ke PBF.

Setiap penerimaan perbekalan farmasi, petugas gudang harus memasukkan ke dalam kartu stock masing-masing yang berada di setiap kotaknya.

2. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang dilakukan berdasarkan dokumen No. Protap 738/I12/027/01/06/02, yaitu : Perbekalan farmasi yang diterima dari distributor disimpan ke tempatnya masing-masing, dengan menggunakan prinsip First In First Out (FIFO).

Perbekalan farmasi yang disimpan, dicatat di kartu persediaan masing-masing.

Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan :

a) Kelompoknya, misalnya obat, alat kesehatan, bahan baku, dan cairan infus, disimpan terpisah.

b) Bentuk sediaannya, seperti parenteral, oral padat, oral cair, topical, dan lain sebagainya, disimpan terpisah.

c) Untuk setiap kelompok dan bentuk sediaan, disusun secara alfabet.

Suhu penyimpanannya, pada suhu kamar (25C), atau dalam lemari pendingin (2-8C).

Tempat penyimpanan

a) Obat-obat narkotika dan psikotropika, disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan ketentuan pengelolaan, yang ditetapkan.

b) Bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar harus disimpan terpisah.

Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan tertib, sesuai kaidah administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan perbekalan farmasi akibat kesalahan penyimpanan. Selain itu tempat penyimpanan di atas harus dapat memudahkan dalam pencarian, untuk pengawasan persediaan, dan untuk mengetahui batas kadaluarsanya, juga untuk menjamin keamanan dari pencurian dan kebakaran.

d. Distribusi Perbekalan Farmasi

Distribusi perbekalan farmasi didasarkan atas permintaan dari seksi distribusi melalui sistem individual prescription untuk pasien di ruangan atau sistem floor stock untuk persediaan di ruangan dan di depo farmasi. Alur permintaan perbekalan farmasi ke gudang dapat dijelaskan sebagai berikut ;

1. Ada dua sistem yang digunakan, yaitu: Sistem individual prescription, menggunakan Formulir Permintaan dan Pengembalian Perbekalan Farmasi (FP3F) yang disertai resep. Sistem floor stock, menggunakan formulir permintaan barang untuk yang mencantumkan nama dan jumlah permintaan perbekalan farmasi.

2. Petugas gudang menyiapkan perbekalan farmasi, dan untuk setiap barang yang telah diberikan dicatat pengeluarannya di kartu stock.

3. Perbekalan farmasi yang telah disiapkan diserahkan ke petugas dengan faktur yang telah ditandatangani oleh petugas gudang.

4. Satu lembar faktur disimpan di gudang sebagai arsip.e. Stock Opname

Stock opname dilakukan setiap bulan untuk seluruh perbekalan farmasi yang ada di gudang. Dengan stock opname, dapat dilihat sejauh mana kesesuaian jumlah perbekalan farmasi yang tercatat pada kartu stok dengan jumlah kenyataan. Selain itu, dengan stock opname dapat juga mengecek perbekalan farmasi yang telah atau hampir kadaluarsa sehingga dapat diambil tindakan lanjut dengan melakukan pemusnahan perbekalan farmasi atau mengembalikannya ke PBF yang bersangkutan.

iii) Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat InapKoordinator pelayanan farmasi rawat inap mempunyai tugas untuk mengatur dan mengontrol setiap kegiatan pengelolaan dan pelayanan perbekalan farmasi di rawat inap. Dalam melaksanakan tugasnya kordinator pelayanan farmasi rawat inap dibantu oleh:

a. Koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat InapKoordinator Unit Pelayanan farmasi rawat inap mempunyai tugas untuk mengawasi dan mengatur kegiatan di rawat inap pusat dan rawat inap satelit.

1. Petugas farmasi di distribusi rawat inap pusat yang berlokasi dekat gudang farmasi bertugas melayani permintaan perbekalan farmasi dari ruangan dan depo farmasi. Petugas farmasi di distribusi rawat inap pusat dibagi atas tiga shift kerja, yaitu shift I (pukul 07.00-14.00), shift II (pukul 10.00-17.00), dan shift III (14.00-21.00). Unit distribusi rawat inap pusat tidak melayani permintaan perbekalan farmasi selama 24 jam, setelah pukul 21.00 permintaan perbekalan farmasi dari pasien di ruangan dialihkan ke depo farmasi rawat jalan (depo tengah) yang melayani permintaan perbekalan farmasi selama 24 jam. Apabila perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi tidak dapat memenuhi permintaan pasien, maka petugas depo mempunyai kewenangan untuk mengambil perbekalan farmasi ke gudang, tetapi untuk setiap pengambilan, keterangannya harus dituliskan secara rinci, untuk kemudian dilaporkan ke bagian gudang pada keesokan harinya.2. Petugas farmasi yang bertugas di ruangan perawatan dan ruangan tindakan, petugas farmasi ini bertugas untuk menyediakan kebutuhan perbekalan farmasi pasien yang ada di ruangan dan melakukan pengawasan terhadap perbekalan farmasi yang ada di ruangan. Petugas farmasi di ruangan ini bekerja non shift (pukul 07.00-14.10), sehingga diluar jam kerjanya tersebut, tanggung jawab diambil alih oleh perawat yang bertugas di ruangan, dan pada keesokan harinya perawat melaporkan perbekalan farmasi yang mungkin terpakai kepada petugas farmasi ruangan tersebut.b. Pelaksana Asuhan KefarmasianAsuhan kefarmasian merupakan suatu program pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam hal penggunaan perbekalan farmasi yang aman, dan bermutu. Pelayanan farmasi klinik antara lain meliputi:

1. Melakukan konseling.

2. Visite.3. Distribusi dan penyerahan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.

4. Menyediakan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga kesehatan lain, atau kepada pasien.

Sistem distribusi obat yang diterapkan oleh seksi distribusi rawat inap di RS Al Islam adalah :

a. Sistem floor stockBeberapa ruangan tertentu menyimpan sejumlah tertentu perbekalan farmasi yang dibutuhkan sebagai persediaan bagi ruangan tersebut dan dapat digunakan kapanpun bila diperlukan. Sistem distribusi floor stock di IFRSAI terbagi dua, yaitu :

1. Floor stock di ruang perawatan (rawat inap), yang terdiri dari stok emergency kit, yaitu persediaan obat-obat yang sifatnya life saving seperti obat jantung dan obat asma, serta stok cito kit yang merupakan persediaan non life saving tetapi banyak digunakan di ruangan, misalnya alat kesehatan seperti infus set dan disposable syringe.2. Floor stock di ruang tindakan (ICU, OK, UGD, klinik rawat jalan, kebidanan dan perinatologi). Persediaan barang di ruangan ini jumlahnya lebih lengkap daripada yang terdapat di ruang perawatan.

Permintaan perbekalan farmasi untuk floor stock dituliskan di lembaran SPBF (Surat Permintaan Barang Farmasi) yang kemudian diserahkan oleh petugas distribusi di ruangan ke gudang untuk disiapkan, kemudian perbekalan farmasi yang sudah disiapkan diperiksa oleh petugas ruangan, setelah itu perbekalan farmasi disimpan pada masing-masing ruangan oleh petugas. Bagian distribusi rawat inap pusat melakukan pengecekan, kemudian membuat faktur dan dicetak tiga rangkap (putih untuk distribusi, merah untuk gudang dan kuning untuk ruangan). Faktur kemudian di paraf dan diserahkan ke bagian gudang untuk disiapkan pesanannya. Setelah selesai disiapkan, barang akan diserahkan ke bagian distribusi beserta faktur yang sudah diparaf petugas gudang. Selanjutnya, barang diserahkan ke petugas ruangan disertai faktur kuning yang telah di cap distribusi.b. Sistem Individual Prescription

Pada sistem individual prescription, kebutuhan perbekalan farmasi pasien yang didasarkan atas instruksi dokter pada saat pemeriksaan (visite) atau instruksi mendadak dari dokter yang terdapat dalam buku status pasien di salin di Formulir Permintaan dan Pengembalian Perbekalan Farmasi (FP3F) untuk sediaan injeksi dan alat kesehatan, sementara untuk sediaan oral dan injeksi narkotika disertakan resep dari dokter yang bersangkutan, kemudian semua FP3F dan resep setiap pasien dimasukan kedalam masing-masing map setiap pasien, yang diberikan setiap paginya ke petugas farmasi di ruangan untuk penyediaan barang di ruangan. Apabila terjadi permintaan diluar jam kerja petugas farmasi ruangan, maka FP3F diserahkan oleh perawat yang bertugas di ruangan. Setelah FP3F diterima oleh bagian distribusi rawat inap pusat, petugas bagian distribusi melakukan pengecekan, kemudian membuat faktur rangkap tiga (putih untuk distribusi, merah untuk gudang dan kuning untuk ruangan). Faktur tersebut diparaf dan diserahkan ke bagian gudang untuk disiapkan barangnya sesuai dengan yang dipesan. Setelah selesai disiapkan, barang diserahkan dari petugas gudang ke bagian distribusi beserta faktur yang sudah diparaf petugas gudang. Dari bagian distribusi, barang tersebut diserahkan ke petugas ruangan disertai faktur warna kuning yang telah dicap distribusi.

Setiap ruangan dan pasien rawat inap dapat melakukan retur (pengembalian) barang ke seksi distribusi dengan menyertakan FP3F dan barang yang diretur. Pengembalian barang ini terjadi bila pasien pulang, meninggal, atau penggantian terapi dari dokter yang merawat pasien. Petugas distribusi rawat inap akan mengecek barang yang diretur, untuk kemudian dibuat faktur rangkap tiga (putih untuk pasien, merah untuk distribusi, kuning untuk gudang). Selanjutnya barang yang diretur akan disimpan oleh petugas gudang.iii) Koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat JalanKoordinator unit pelayanan farmasi rawat jalan mempunyai tugas untuk mengatur dan mengontrol setiap kegiatan pengelolaan dan pelayanan perbekalan farmasi di rawat jalan. Pelayanan rawat jalan di IFRSAI terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Depo farmasi depan (hall), yang bertugas untuk melayani pasien rawat jalan umum dan kontraktor yang berobat ke poliklinik Rumah Sakit Al Islam.

b. Depo farmasi tengah, yang bertugas untuk melayani permintaan perbekalan farmasi dari pasien rawat jalan anggota ASKES dan JPKM serta UGD. Depo farmasi ini bertugas melakukan pelayanan selama 24 jam yang terbagi ke dalam tiga shift, yaitu shift I (pukul 07,00-14.00), shift II (pukul 14.00-21.00), dan shift III (pukul (21.00-07.00).

c. Depo farmasi hemodialisa, yang bertugas untuk melayani resep dari poliklinik fisioterapi, tumbuh kembang, psikiatri, hemodialisa, rehabilitasi medik dan stroke.Pelayanan yang ada di Depo Farmasi mengikuti sistem distribusi individual prescription dimana setiap penyediaan perbekalan farmasi didasarkan atas permintaan pasien secara individu yang berasal dari resep dokter. Pengadaan perbekalan farmasi di Depo berasal dari bagian gudang IFRS. Dengan membuat daftar perbekalan farmasi yang diperlukan di atas SPBF (Surat Permintaan Barang Farmasi), Depo mengambil barang dari gudang sebagai persediaan bagi Depo. Perencanaan pengambilan barang ke gudang oleh Depo dilakukan setiap hari berdasarkan defekta yang dibuat oleh Depo disore hari kemudian barang diambil sore itu juga atau malamnya. Defekta ini biasanya berisi perbekalan farmasi yang fast moving, namun kadang-kadang ada juga yang slow moving sebagai persediaan di Depo. Penyimpanan obat di Depo diatur berdasarkan bentuk sediaan, baru kemudian diurutkan secara alfabetis. Penyimpanannya dibagi menjadi:

a. Sediaan oral

1. Tablet dan kapsul : generik, obat paten, obat bebas, askes, narkotika dan psikotropika.

2. Sirup : antibiotika, sirup paten dan obat bebas.

3. Drops

b. Salep dan krim

c. Obat tetes mata, nasal dan tetes telinga

d. Obat luar (rektal, vaginal)

e. Injeksif. Alat KesehatanPerhitungan harga obat dilakukan secara otomatis karena di IFRS telah tersedia database persediaan obat yang ada. Depo kemudian membuat faktur di komputer dan diserahkan ke pasien untuk kemudian membayar di kassa sambil membawa faktur yang dicetak oleh Depo. Setelah membayar di kassa, kassa memberi tanda lunas di faktur. Saat obat akan diserahkan, faktur ditandatangai pasien sebagai bukti bahwa pasien telah membayar obat tersebut.

Alur pelayanan resep di distribusi rawat jalan dibagi menjadi dua bagian, yaitu pelayanan resep umum dan alur pelayanan resep untuk kontraktor, anggota Askes dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Alur pelayanan resep umum seperti penjelasan berikut ini :

a. Petugas melakukan pengecekan kelengkapan resep yang diterima dan juga melakukan pengecekan ketersediaan obat di depo farmasi.

b. Resep yang masuk ke depo pada saat jam sibuk (peak hour) desertakan penomoran (nomor kendali resep) untuk antrian pelayanan, sedangkan diluar jam tersebut langsung dilayani tanpa disertakan penomoran.

c. Jika obat tersedia maka resep diberi harga dan dikonfirmasikan kepada pasien apakah akan diambil semuanya atau sebagian.

d. Setelah pasien memberikan keputusannya, harga obat-obat yang terdapat dalam resep dimasukan kedalam komputer dan duat faktur sebanyak tiga rangkap. Ketiga faktur tersebut diserahkan kepada pasien untuk dibayar di kassa. Sementara pasien membayar di kassa, obat disiapkan, diracik dan dikemas. Sebelum diserahkan, petugas melakukan pengecekan kembali terhadap jenis dan jumlah obat yang disiapkan.

e. Setelah faktur pembayaran lunas diserahkan kembali ke petugas di depo setelah ditandatangani pasien, obat diserahkan oleh petugas kepada pasien dengan disertai berbagai informasi yang perlu diperhatikan oleh pasien dalam mengkonsumsi obat-obat yang diserahkan tersebut.

f. Faktur rangkap tiga (warna putih, merah dan kuning) diserahkan satu rangkap (warna putih) kepada pasien, sedangkan faktur warna merah untuk arsip di depo dan faktur warna kuning nanti akan diserahkan ke bagian administrasi keuangan.

Alur pelayanan resep untuk pasien kontraktor, askes dan JPKM melalui tahapan yang sama dengan alur pasien umum, hanya berbeda untuk pasien kontraktor setelah pengecekan ketersediaan obat selesai, obat-obat yang terdapat dalam resep langsung disiapkan oleh petugas dan langsung diserahkan karena pembayaran dilakukan oleh instansi yang melakukan kerja sama dengan RSAI. Sedangkan untuk pasien anggota JPKM sedikit berbeda dengan alur tahapan untuk pasien umum karena adanya penambahan tahapan penghitungan potongan harga.3.2.6 Fasilitasi) Fasilitas ruangan di Instalasi Farmasi RSAI meliputi ruang:a. Satelit Farmasi Hall

b. Satelit Farmasi UGD

c. Kantor Farmasi: Ruang Kantor Kefarmasian dan Ruang perencanaan dan pengadaan

d. Satelit Rawat Inap Pusat

e. Satelit Rawat Inap Lantai 2f. Satelit Farmasi Hemodialisag. Satelit Farmasi Poliklinikh. Gudang Farmasi

ii) Fasilitas peralatan di Instalasi Farmasi RSAI meliputi:a. Sistem komputerisasib. Alat-alat racik

c. Rak dan lemari obat

d. Lemari pendingin

e. Lemari buku/lemari pustaka

f. Meja, kursi dan peralatan kantor lainnya3.2.7 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik di rumah sakit Al-Islam, meliputi:

i) Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmaseutika dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.a. Persyaratan administrasi meliputi :1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien2. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter3. Tanggal resep4. Ruangan/unit asal resepb. Persyaratan farmaseutika meliputi :1. Bentuk dan kekuatan sediaan2. Dosis dan Jumlah obat3. Stabilitas dan ketersediaan4. Aturan, cara dan tehnik penggunaanc. Persyaratan klinis meliputi :1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat2. Duplikasi pengobatan3. Alergi, interaksi dan efek samping obat4. Kontra indikasi5. Efek aditifii) KonselingMerupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.Tujuannya adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.

Kegiatan :a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question.c. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat.d. Bagaimana cara pemakaian.e. Efek yang diharapkan dari obat tersebut.f. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.g. Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.Faktor yang perlu diperhatikan :a. Kriteria pasien1. Pasien rujukan dokter2. Pasien dengan penyakit kronis3. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi4. Pasien geriatrik.5. Pasien pediatrik.6. Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas.b. Obat yang digunakan1. Obat-obat TBC

2. Obat-obat HIV

3. Obat dengan penggunaan khusus

iii) Pengkajian efek samping dan interaksi obat

iv) Evaluasi penggunaan obat3.2.8 Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Al-Islam (RSAI) Bandung dibentuk pada tahun 1997, yang diperbaharui berdasarkan Surat Keputusan Komite Eksekutif Staf Medik No. 895/RSAI/SK/KM/IV/2002 tentang pembentukan kembali panitia dan terapi.Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit Al-Islam (RSAI) Bandung diketuai oleh dokter spesialis, sekretaris di pegang oleh apoteker, dan anggota meliputi dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, apoteker dan perawat.a. Pertemuan diadakan setiap 3 bulan sekali untuk membahas:

b. Merevisi dan mengevaluasi formularium yang ada.

c. Membahas kebijakan mengenai obat antibiotika dan obat mahal.

d. Membahas monitoring efek samping obat.41