BAB II TINJAUAN TEORI -...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI -...
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah suatu penilaian diri yang kurang berkepanjangan
pada seseorang atas dirinya atau kemampuannya. Harga diri rendah adalah suatu
keadaan individu mengalami untuk beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang
kemampuan atau diri. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan
tentang diri atau kemampuan diri negatif untuk dapat di ekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
penelitian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri adalah persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. (Keliat, 1998,
Carpenito 1997, Townsend, 1998, Stuart dan Sundeen, 1991, Beck William dan
Rewlin, 1986)
Dapat disimpulkan bahwa, harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak
orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Dapat
disimpulkan bahwa, konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang
terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan.
B. Rentang Respon Konsep Diri
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisas Diri positif rendah identitas
Skema 1 : Rentang Respon Konsep Diri
( Sumber: Stuart dan Sundeen, 1991 )
Keterangan :
1. Aktualisasi diri
pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalamam
nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri
Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan Identitas
Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-
kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian
pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain (Keliat, 1998).
Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu :
1. Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar (Stuart dan sundeen, 1991). Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu.
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi dari
tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi
lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan.
Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologisnya, pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan menyukai
bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri.
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi (Stuart dan Sundeen, 1991). Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau sejumlah aspirasinya, cita-cita
dan harapan pribadi berdasarkan nilai sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia
ingin lakukan.
Ideal diri mulai berkembang pada masa anak-anak yang dipengaruhi oleh
orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan atau harapan. Pada usia
remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi ada orang tua, guru dan
teman.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri :
a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas
kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan
ideal diri kemudian standar ini ditetapkan dengan standar kelompok teman.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil,
kebutuhan yang realitas, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1991).
Jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi, jika individu
gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, manusia cenderung
bersikap negatif, walaupun cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun
jarang mengekspresikannya, sebagai seorang perawat sikap negatif harus dikontrol
sehingga setiap orang yang bertemu perawat dengan sikapnya yang positif merasa
dirinya berharga, harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain.
Menurut Stuart dan Sundeen 1991 menguraikan empat cara meningkatkan
harga diri pada anak-anak :
a. Memberikan kesempatan berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan, kemudian beri pengetahuan dan
pujian akan keberhasilannya.
b. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreatifitas anak untuk berkembang.
c. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan pendapat anak perlu ditanggapi dengan memberi
penjelasan yang sesuai. Berikan pegetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang
positif dan bermakna.
d. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang
harus diselesaikan.
Anak akan merasa berhasil jika diterima dan diakui orang lain; merasa mampu
menghadapi kehidupan; merasa dapat mengontrol dirinya. Harga diri yang rendah
berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol
pada klien Skizofrenia dan depresi (Stuart dan
Sundeen, 1991).
4. Peran
Peran adalah pola sikap perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Beck, dkk, 1984).
Sikap peran terdiri dari :
a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu
atau dua peran yang konflik satu samalain
b. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal
perilaku dan penampilan yang diharapkan.
Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi merubah
nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk kedalam satu profesi dimana terjadi
konflik antara nilai individu dan provesi.
Peran berlebih, terjadi jika seorang individu menerima banyak peran misalnya
sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu. Individu dituntut melakukan
banyak hal terjadi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran
yang harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991):
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon orang yang berartti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian berperilaku peran
5. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
peniIaan, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan
dan penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Dari rentang respon individu terhadap konsep dirinya terdapat harga diri rendah
yang terletak diantara respon adapatif dan respon mal adaptif. Harga diri rendah
adalah suatu kondisi penilaian diri yang negatif berkepanjangan pada seseorang atas
diriinya atau kemampuannya. Perasaan negatif pada diri sendiri termasuk rasa
percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan
dan putus asa.
C. Faktor Predisposisi
Menurut (Keliat, 1992) yang menjadi faktor predisposisi adalah:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
Pengalaman masa kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat
menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap
perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang
kasar, membenci dan tidak menerirna akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian
diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan,
gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain
serta gagal rnengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak
dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak
lahir menilai dirinya negatif.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh rnasyarakat, misalnya
: wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang objektif dan kurang
rasional dibanding pria. Sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat,
kurang ekspresif dibanding wanita. Sesuai dengan standart tersebut jika wanita dan
pria tidak berperan seperti lazimnya maka akan dapat menimbulkan konflik diri
maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menjadikan kurang percaya diri
pada anak. Anak akan ragu apakah yang ía pilih tepat dan jika tidak sesuai dengan
keinginan orang tua maka akan timbul rasa bersalah (Keliat,1992).
D. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor
dapat mernpengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua
yang berarti : pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terIalu dilarang, dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang
tdak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri. (Stuart Sundeen,
1991).
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang dapat
menimbulkan stres tersendiri bagi individu. Stuart dan Sundeen, 1991
mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Transisi Perkembangan.
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan
yang herbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
b. Transisi Peran situasi.
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau
berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri
menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan
peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau
peran berlebihan.
c. Transisi Peran Sehat-Sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
E. Tanda dan Gejala
Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
1. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah.
Ada 10 (sepuluh) cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri
rendah (Stuart dan Sundeen 1991) :
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
b. Merendahkan / mengurangi martabat.
c. Rasa bersalah dan khawatir.
d. Manifestasi fisik.
e. Menunda keputusan.
f. Gangguan berhubungan.
g. Menarik diri dari realitas.
h. Merusak diri.
i. Merusak / melukai oranglain.
j. Menolak tekanan.
2. Perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas terjadi karena
Kegagalan mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-kanak secara
selaras dan harmonis. Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah
hubungan interpersonal yang kacau atau masalah hubungan intim. Klien
mengalami kesukaran tampil sesuai dengan jenis kelaminnya.
3. Perilaku berhubungan dengan depersonalisasi
Jika individu mengalami tingkat panik dan kecemasan maka respon
maladaptif terhadap masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan klien
menarik diri dari realitas.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart dan Sundeen,
1991). Ini merupakan persaan asing akan diri sendiri. Klien sukar membedakan
dirinya dengan orang lain atau lingkungan.
Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif yang dapat merusak ego.
Depersonalisasi dapat terjadi pada depresi, skizofrenia, mania, dan gangguan
mental organik.
F. Proses Terjadinya Masalah
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada
orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi
tidak sabar, kasar, dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang di
tetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai,
gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang
tidak konstruktif atau kopingnya maladaptif.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah
adalah : isolasi sosial : menarik diri karena adanya perasaan malu kalau
kekurangannya diketahui oleh orang lain.
Stuart dan Sundeen, 1991, mengemukakan sepuluh cara individu
mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri, klien menghukum dirinya sendiri, klien
mempunyai pandangan negatif tentang dirinya, klien sering mengatakan dirinya
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
2. Merendahkan atau mengurangi martabat, klien menghindari, mengabaikan atau
menolak kemampuan yang nyata dimiliki.
3. Rasa bersalah dan khawatir, klien menghukum dirinya sendiri, ini dapat
ditampilkan berupa fobia, obsesi, klien menolak dirinya sendiri.
4. Manifestas fisik : tekanan darah meningkat, penyakit psikosomatis, dan
penyalahgunaan obat.
5. Menunda keputusan, klien sangat ragu-ragu dalam mengambil keputusan, rasa
aman terancam, seseorang mungkin tidak melaporkan perilaku kasar terhadap
dirinya.
6. Gangguan berhubungan karena keakutan penolakan dan harga diri rendah, klien
menjadi kejam, merendahkan diri atau mengeksploitasi orang lain, perilaku ini
adalah menarik diri dan sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga.
7. Menarik diri dari realitas, bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri
sendiri mencapai tingkat berat atau panik. Klien mungkin mengalami asosiasi,
halusinasi, curiga, cemburu atau paranoid.
8. Merusak diri, harga diri rndah dapat mendorong klien mengakhiri kehidupannya.
9. Merusak atau
10. Melukai orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991).
G. Mekanisme Koping
Mekanisme pada gangguan konsep diri dapat dibagi menjadi 2 yaitu koping
jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart dan Sundeen, 1991).
1. Koping jangka pendek
Logan membagi empat kategori koping jangka pendek. Khususnya pada krisis
identifikasi, yaitu :
a. Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dan krisis
Misalnya : Pemakaian obat, olahraga berat.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas
Misalnya : Ikut kelompok tertentu untuk mendapatkan identitas yang sudah
dimiliki kelompok.
c. Aktivitas yang memberi kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep
diri/identitas yang kabur.
Misalnya : Aktifitas yang kompetitif, olahraga, prestasi akademik, kelompok
anak muda.
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan
Misalnya : Penjelasan tentang keisengan menurunkan kegairahan dan tidak
berarti pada diri sendiri dan orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego. Identitas dan keunikan
individu. Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi antisosial. Ini dapat disebabkan karena ia
tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini
mengatakan : “Saya lebih baik menjadi anak tidak baik dari pada tidak jadi
apapun”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia selanjutnya dapat
menggunakan ego-oriented reaction (Mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi
untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping sering di pakai adalah fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, mengisar. Dalam keadaan yang semakin berat dapat
terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti berikut :
a. Psikosis
b. Neurosis
c. Obesitas
d. Aneroksia Nervosa
e. Bunuh diri
f. Persetujuan dengan siapa saja
g. Kriminal
h. Kenakalan
i. Penyalahgunaan zat
j. Perkosaan
k. Inses
l. Penganiayaan
3. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah adalah :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional/kronik
b. Gangguan citra tubuh
c. Perubahan Penampilan peran
d. Ideal diri tidak realistik
e. Ketidakberdayaan
f. Isolasi sosial : Menarik diri (Keliat, 1998).
H. Penyebab Terjadinya Masalah
1. Gangguan citra tubuh
Mekanisme : gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh
yang di akibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan
makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh, klien biasanya tidak dapat
menerima kondisinya merasa kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri
rendah.
2. Ideal diri tidak realistik
Mekanisme : ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan tidak realitas, ideal
diri yang suram dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan-kegagalan yang
dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat dicapai membuat frustasi
dan timbul harga diri rendah ( Keliat, 1998 ).
I. Akibat Terjadinya Masalah
1. Perubahan penampilan peran
Mekanisme : berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan
oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.
2. Keputusasaan
Mekanisme merupakan persepsi bahwa tindakan sesorang tidak akan
mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya karena
menganggap dirinya tidak mampu.
3. Menarik diri
Mekanisme : perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di
lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari rga diri rendah (Keliat, 1998).
J. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
K. Pohon Masalah
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Isolasi sosial: Menarik diri
Koping individu tidak efektif
Core problem
Skema 2 : Pohon Masalah
(Sumber : Keliat, 1998)
L. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
M. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial, menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah.
Tujuan :
a. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkan rasa senang
3) Ada kontak mata
4) Mau berjabat tangan dan menyebutkan nama
5) Mau menjawab salam
6) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
7) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal
b. Perkenaikan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
a. Memberi pendekatan pada klien suatu cara untuk membina hubungan saling
percaya
b. Diskusikan pada klien tentang bagaimana membina hubungan yang baik
2. Klien dapat niengidentifikasi keinampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria evaluasi
a. Daftar kemampuan yang dimiliki klien di Rumah Sakit, rumah, sekolah dan
tempat kerja
b. Daftar positif keluarga klien
c. Daftar positif lingkungan
Intervensi :
a. Diskusikan kemampuan dari aspek positif yang dimiliki klien. Buat daftar.
b. Setiap bertemu klien dihidarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberi pujian yang realistis pada kemampuan dan aspek positif
klien
Rasional :
a. Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti realistas, kontrol diri atau
integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan
b. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri rendah
c. Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapatkan pujian
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria evaluasi :
a. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di Rumah Sakit
b. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah
Intervensi keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di Rumah
Sakit
c. Berikan pujian.
Rasional :
a. Diskusikan pada klien tentang kemmapuan yang dimiliki adalah prasyarat
untuk berubah
b. Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap
mempertahankan penggunaannya
4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi
a. Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih
b. Klien mencoba
c. Susun jadwal harian
Intervensi keperawatan
a. Minta klien untuk memilih 1 kegiatan yang mau dilakukan di Rumah
Sakit
b. Bantu klien melakukannya jika perlu diberi contoh
c. Beri pujian atas keberhasilan klien
d. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih
Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya selesai
e. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan. buat jadwal
1) Kegiatan mandiri
2) Kegiatan dengan bantuan sebagian
3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
f. Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
g. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang telah klien lakukan
Rasional :
a. Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
b. Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya
c. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan
kegiatan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Kriteria evaluasi :
a. Klien melakukan kegiatan yang telali dilatih. (mandiri dengan bantuan atau
tergantung)
b. Klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri
Intervensi keperawatan :
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang tidak
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional :
a. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
b. Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria evaluasi
a. Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian
b. Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien
lntervensi keperawatan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah
e. Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil
Rasional :
a. Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses
penyembuhan klien
b. Meningkatkan peran serta keluarga dalam mera-wat klien di rumah