BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Remaja a...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Remaja a...
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Remaja
a. Pengertian
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere”
artinya “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence
berasal dari bahasa inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Proverawati
& Misaroh 2009, p.1)
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Istilah ini menunjukan masa dari awal pubertas
sampai tercapainya kematangan , biasanya mulai dari usia 14 tahun pada
pria dan usia 12 tahun pada wanita. Pada masa pubertas organ-organ
reproduksi telah mulai berfungsi. Salah satu ciri masa pubertas adalah
mulai terjadinya menstruasi pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki
mulai mampu menghasilkan sperma (Proverawati & Misaroh, 2009, p.2)
b. Pembagian Masa Remaja
Menurut Widyastuti, (2009, p.8) masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun)
a) Cenderung tampak dan memang dekat dengan teman sebaya
b) Tampak dan merasa ingin lebih bebas
9
c) Cenderung lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan
mulai berfikir yang khayal (abstrak)
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
c) Tumbuh perasaan cinta yang mendalam
d) Kemampuan untuk berfikir abstrak (berkhayal) semakin
berkembang
e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a) Merupakan pengaruh kebebasan diri
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c) Memiliki gambaran, keadaan, peran terhadap dirinya
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta
e) Memiliki kemampuan berfikir yang khayal atau abstrak.
2. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan
siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Menstruasi terjadi karena sel telur yang di keluarkan oleh salah satu
ovarium tidak mengalami pembuahan (Proverawati & Misaroh, 2009,
p.35). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2007, p.103) menstruasi atau
10
haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Menurut Kinanti (2009, p.21) menstruasi atau haid adalah
pengacau kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Biasnya menstruasi
dimulai antara usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat badan relatif terhadap
tinggi badan.
Pada umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap
28 hari (ada pula yang setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut :
pada hari pertama sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan
perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH
(Proverawati & Misaroh, 2009, p.38)
b. Siklus menstruasi
Menurut Prawirohardjo (2007, p.112) pada masa reproduksi
dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami
perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas
ovarium. Siklus menstruasi dapat dibedakan menjadi 4 fase endometrium
dalam siklus menstruasi.
1) Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus
disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah
11
haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah
dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang
mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterrus, serviks,
dan kelenjar-kelenjar vulva. Vase ini berlangsung 3-4 hari.
2) Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru
yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.
3) Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase
poliferasi dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu:
a) Fase proliferasi dini
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Dapat dikenali dari
epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama
dari mulut kelenjar.
b) Fase proliferasi madya
Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel
permukaan yang berbentuk torak dan tinggi, berlangsung antara
hari ke-8 sampai hari ke-10.
12
c) Fase proliferasi akhir
Fase ini dikenali dari permukaan kelenjaryang tidak rata dan
dengan banyak mitosis, berlangsung pada hari ke-11 sampai hari
ke-14.
4) Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai
ke 28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi
bentuk kelenjar berubah menjadi panjang.
3. Dismenorea
a. Pengertian
Dismenore adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi
dan produksi prostaglandin (Proverawati & Misaroh, 2009, p.83).
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kontraksi uterus
berlebih dan terjadi selama menstruasi (Saraswati, 2010, p.27).
Dismenorea adalah rasa nyeri menyertai menstruasi, yang dapat
mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari (Manuaba, 2010, p.57).
Dismenorea merupakan keluhan yang sering dirasakan di
masyarakat sehingga menjadi penyebab yang paling banyak hilangnya
waktu kerja atau absen masuk sekolah (Manuaba, 2010, p.631). Menurut
Nugroho & Setiawan (2010, p.47) Dismenorea ialah nyeri sebelum,
selama atau sesudah haid.
13
Dismenorea menurut Prawirohardjo (2007, p.229) adalah rasa
tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid dan seringkali
rasa mual, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau
beberapa hari. Sedangkan menurut Baradero, Wilfrid dan Siswadi (2007,
p.107) Dismenore adalah nyeri uteri pada saat menstruasi.
b. Klasifikasi Dismenorea
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer disebut juga dismenorea idiopatik, esensial,
intrinsik, adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan reproduksi atau
ginekologik, tapi murni karena kontraksi uterus yang berlebih. Terjadi
sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan.
Nyeri ini dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha,
terkadang disertai mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi
juga menjadi labil (Proverawati & Misaroh, 2009, p.85).
2) Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder, (disebut juga sebagai dismenorea ekstrinsik)
adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik,
misalnya endometriosis, fibroids dan adenomyosis. Terjadi pada
wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea (Proverawati &
Misaroh, 2009, p.88).
14
c. Penyebab Dismenorea
Penyebab dismenorea dibedakan berdasarkan jenis dismenoreanya.
1) Penyebab dismenorea primer
Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor peranan sebagai
penyebab dismenorea primer, antara lain :
a) Faktor kejiwaan
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenorea.
b) Faktor konstitusi (kebiasaan fungsional dari tubuh)
Faktor ini erat kaitannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.
c) Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya
dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.
d) Faktor endokrin
Faktor ini mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraksi otot
usus.
15
e) Faktor alergi
Teori ini dikemukakansetelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale
bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
2) Penyebab dismenore sekunder
Menurut Prawiroharjo (2007, 229), dismenorea sekunder (ekstrinsik,
yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh kelainan ginekologik
(salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis
servisis uteri, dan lain-lain).
a) Endometriosis yaitu pertumbuhan jaringan dan dinding rahim
pada daerah diluar rahim seperti tuba fallopi atau ovarium.
b) Peradangan tuba fallopi
c) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut.
d) Pemakaian kontrasepsi dalam rahim (IUD)
e) Penyakit rongga dalam daerah kemaluan.
d. Faktor Resiko
Menurut Proverawati & Misaroh (2009, p.87-88) faktor resiko dari
dismenorea sebagai berikut:
1) Menarche atau menstruasi petama di usia dini (kurang dari 12 tahun)
2) Wanita belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara)
3) Darah menstruasi berjumlah banyak, atau masa menstruasi yang
panjang.
4) Wanita perokok (smooking)
16
5) Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga.
6) Obesitas atau kegemukan/kelebihan berat badan.
e. Tanda Gejala Dismenorea
Gejala yang ditimbulkan yang paling umum ditemukan adalah
nyeri perut seperti kram bagian bawah yang kemudian menyebar ke
bagian punggung dan kaki. Gejala lain yang ditimbulkan diantaranya
mual, muntah, diare, sakit kepala, cemas, lelah, pusing, dan rasa
kembung. Biasanya timbul sebelum dan berlangsung beberapa hari
selama menstruasi, adapila yang merasa lebih baik setelah perdarahan
menstruasi yang berupa gumpalan jaringan telah keluar, ada pula yang
terasa hilang setelah satu atau dua hari menstruasi (Prawirohardjo, 2007,
p.31)
Menurut Proferawati & Misaroh (2010, p.87) ciri-ciri
dismenorea antara lain yaitu :
1) Terjadi beberapa waktu 6-12 bulan sejak menstruasi pertama
(menache)
2) Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau diawal menstruasi
berlangsung beberapa jam adapula yang beberapa hari.
3) Datangnya nyeri : hilang-timbul, menusuk-nusuk, pada umumnya
diperut bagian bawah, kadang menyebar sampai ke pinggang paha
depan.
4) Nyeri ini juga kadang disertai mual, muntah, diare, dan sakit kepala.
17
f. Penanganan Dismenorea
Dismenorea bukanlah gangguan tidak berbahaya untuk
kesehatan, sehingga penderita hanya perlu di berikan nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat cukup, dan olahraga teratur. Kadang-kadang
juga perlu psikoterapi (Prawirohardjo, 2007, p.231).
Obat-obat yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri
menstruasi, diantaranya : pereda nyeri (analgesik) golongan Non Steroid
Anti Inflamasi (NSAI), misalnya: paracetamol atau asetamonofen
(sumagesic, panadol, dll), asam mefenamat, (Ponstelax, Nichostan, dll)
ibuprofen (Ribunal, Ostarin, dll), metamizon atau metampiron (Pyronal,
Novalgin, dll), obat yang dikombinasikan dengan coffeine dan obat-obat
pereda nyeri lain. Obat hormonal ditujukan untuk menekan ovulasi dan
penggunaanya hanya atas saran dari dokter. Selain itu jika nyeri dirasa
sangat mngganggu sebaiknya istirahat dan dapat juga menambahkan
kompres air hangat untuk mengutangi nyeri.
Adapula tips untuk mencegah nyeri saat menstruasi
diantaranya : olahraga teratur terutama jalan kaki, hindari konsumsi
alkohol kopi, dan juga coklat karena dapat meningkatkan kadar esterogen
yang nantinya dapat memicu lepasnya prostaglandin, es krim, konsumsi
vitamin E, vitamin B6, atau minyak ikan, dan hindari konsumsi makanan
berlemmak. Sebaiknya banyak minum air putih, konsumsi sayuran dan
buah-buahan serta makanan rendah lemak (Proverawati & Misaroh,
2009, p.90).
18
4. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan terjadi setelah manusia memperoleh sesuatu dari
hasil penginderaannyaa seperti mata, hidung, telinga, dan sebagainya,
atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007, p.139).
Padawaktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek,
(Dewi & Wawan, 2010, p.11).
Menurut teori WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007,
p.79), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang
melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya
baik secara formal maupun informal.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi, (2010, p.12-14) ada 6 tingkatan
pengetahuan, antara lain yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu adalalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Atau dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
19
2) Memahami (Comprehention)
Memahami atau kemampuan sesorang untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Dengan cara menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu
objek yang telah dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi juga dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menyatakan suatu materi atau
suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dapat diartikan juga suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada. Penilaian ini itu berdasarkan
suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang sudah ada.
20
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang menurut Wawan & Dewi (2010, p.16-18), yaitu :
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan merupakan pelatihan atau bimbingan yang diberikan
seseorang untuk mencapai sebuah tujuan atau mimpi dan cita-cita
sesorang untuk kehidupan yang lebih baik dan mencapai
kebahagiaan dan keselamatan. Menurut YB mantra yang dikutip
oleh Notoatmojo (2003, p.43), pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam pola hidup
terutama dalam memotivasi diri untuk bersikap dan berperan serta
dalam pembangunan. Menurut Nursalam yang dikutip oleh
Wawan dan Dewi (2010, p.16) pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah pula seseorang dalam
menerima informasi.
b) Mass media / informasi.
Informasi yang dapatkan baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Kemajuan teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
21
media massa sebagai media informasi seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan pendapat dan kepercayan orang (Wawan dan Dewi,
2010, p.17). Menurut Wied yang dikutip Notoatmojo (2007,
p.146), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka hal itu akan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang disukai maupun tidak tetapi harus
tetap dilakukan untuk menunjang kehidupan baik dirinya sendiri
maupun keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan
tetapi suatu cara atau kegiatan yang membosankan dan banyak
tantangan untuk mencari nafkah. Bekerja secara umum adalah
kegiatan yang menyita waktu banyak.
d) Umur
Menurut Elisabeth BH usia adalah umur individu yang dihitung
mulai dari saat lahir sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclok yangdikutip Wawan & Dewi (2010, p.17), semakin cukup
umur, kekuatan, dan tingkat kematangan seseorang maka
kemampuan befikir nya makin matang dan kulitas pekerjaanya
makin tinggi. Kemudian dari penilaian dan kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih tua akan lebih dipercaya oleh
22
masyarakat karena masyarakat menilai dari segi pengalaman dan
kematangan jiwa sesorang.
2) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip Wawan dan Dewi (2010, p.18)
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
maka pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang
atau kelompok.
b) Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
d. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Nursalam (2008, p.123-124). Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
23
1) Tingkat pengetahuan dikategorikan baik bila responden menjawab
pertanyaan dengan benar > 75% - 100% maka skornya ≥ 91.
2) Tingkat pengetahuan dikategorikan cukup bila responden
menjawab pertanyaan dengan benar 56% - 75% maka skor
pengetahuannya 14-18.
3) Tingkat pengetahuan kurang bila responden menjawab pertanyaan
benar < 56% maka skornya < 14.
5. Sikap
a. Pengertian
Menurut Eagly & Chaiken yang dikutip oleh Wawan dan Dewi
(2010, p.20), sikap merupakan hasil evalusi terhadap objek sikap, yang
diekspresikan kedalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku.
Melalui sikap maka seseorang dapat memahami proses kesadaran yang
menetukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan
individu dalam kehidupan sosialnya. Sedangkan menurut Notoatmojo
(2005, p.142), adalah respon tertutup terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak
baik, dan sebagainya). Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor
predisposisi perilaku (reaksi tertutup).
24
b. Komponen Pokok Sikap :
Baron & Byrne juga Myers dan Gerungan yang dikutip oleh Wawan dan
Dewi (2010, p.32) mengemukakan sikap itu terdiri dari 3 komponen,
yaitu :
1) Komponen kognitif (perseptual)
Merupakan komponen yang ada kaitanya dengan pengetahuan
seseorang, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang memiliki persepsi terhadap suatu sikap.
2) Komponen afektif (emosional)
Adalah komponen yang berkaitan dengan rasa senang atau tidak
senang terhadap objek sikap. Rasa senang atau tidak senang pada
suatu objek sikap. Rasa senang merupakan suatu hal yang bernilai
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan suatu hal yang berarti
negatif.sehingga komponen ini menunjukan arah dari suatu sikap yang
bermakna positif dan negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)
Yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang
untuk menentukan sebuah tindakan terhadap objek sikap. Komponen
ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar atau kecilnya
kecenderungan seseorang untuk bertindak atau berperilaku terhadap
suatu objek sikap.
25
c. Tingkatan sikap
Menurut Notoatmojo (2007, p.144), seperti halnya pengetahuan, sikap
juga memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
1) Menerima (Receiving)
Diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil
dapat diketahui dan diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan
penyuluhan di lingkungannya. Menurut Notoatmojo yang dikutip
Wawan dan Dewi (2010, p.33) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.
2) Menanggapi (Responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu
yang mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta menanggapi
oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapainya.
3) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil
26
sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus beranni
mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya
risiko lain.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap
antara lain (Wawan & Dewi, 2010, p.35-36) :
1) Pengalaman pribadi
Agar dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, sesorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek (Azwar, 2011,
p.30).Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional(Wawan &
Dewi, 2010, p.35).
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang diangap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafilisasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang di anggap penting tersebut(Wawan & Dewi, 2010,
p.35).seseorang saat mengalami kebimbangan dalam bersikap, maka
biasanya peniruan sikap atasan jalan yang dianggap terbaik (Azwar,
2011, p.33).
27
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan disuatu tempat dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan sikap
kita (Azwar, 2011, p.33).Tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlahyang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya (Wawan & Dewi, 2010, p.36).
4) Media massa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang
yang kemudian juga akan membentuk suatu sukap tertentu (Azwar,
2011, p.33). Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap(Wawan & Dewi, 2010, p.36).
5) Lembaga Pendidikan dan agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral pada jati diri
seseorang (Azwar, 2011, p.35-36). Konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sitem
28
kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap (Wawan & Dewi, 2010, p.36).
6) Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego(Wawan & Dewi, 2010, p.36).
Prasangka seseorang yang timbul dari sebuah emosi merupakan
bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan kepribadian pada
orang-orang yang frustasi (Azwar, 2011, p.37).
e. Pengukuran sikap
Menurut Notoatmojo (2005, p.57)Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan tentang
stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga
dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunkana
kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan - pernyataan objek
tertentu, dengan menggunakan skala lickert, misalnya dengan
mengajukan pernyataan-pernyataan kemudian diberi penilaian dengan
kriteria sebagai berikut:
Nilai 4 bila sangat setuju, nilai 3 bila setuju, nilai 2 bila tidak setuju, nilai
1 bila sangat tidak setuju.
29
6. Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian
Menurut WHO yang dikutip oleh Ircham, Eko, Sutrisno, dan Santosa
(2005, p.45), penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan positif yang
berkesinambungan (sustainable), dalam hal ini perilaku sehat yang
terjadi sebagai hasil promosi kesehatan harus berlangsung terus menerus
sambung menyambung, dari orang, kelompok atau masyarakat pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya karena peserta didik yang telah berhasil
mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat yang kemudian
menularkan pendidikan kesehatannya kepada orang lain, kelompok lain
atau masyarakat lain. Pada penyuluhan, maka bila pendidikan masyarakat
telah berhasil mengubah perilaku pesertadidik menjadi perilaku sehat,
maka tugas seorang petugas kesehatan selesai. Dan pendidikan kesehatan
ini akan diulang lagi pada tempat lain yang berbeda.
b. Penyuluhan di lapangan dan di sekolah-sekolah
Penyuluhan kesehatan menurut Azwar yang dikutip oleh
Ircham, dkk (2005, p.46-47), adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan-pesan, menananmkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
Untuk teknik pendidikan kesehatan bagi siswa dengan teori
penyuluhan kesehatan seperti cara yang telah bisa dilakukan melalui
30
UKS, atau pelajaran kesehatan disekolah oleh guru ilmu kesehatan,
sebenarnya telah cukup. Akan tetapi beberapa kasus siswa yang belum
dapat mengubah perilaku sehatnya melalui cara-cara yang bisa bisa
dilakukan seperti diatas, termasuk siswa bermasalah, tentunya akan
menggunakan sistem bimbingan dan konseling, yaitu suatu sistem
pendidikan untuk siswa di sekolah yang lebih kuat. (Ircham, dkk, 2010,
p.47).
Disini diharapkan siswa yang bermasalah, dengan perilaku
yang tidak sehat, setelah mengikuti penyuluhan dapat mengubah
perilakunya menjadi perilaku yang sehat dan memperoleh konsep diri
dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki perilaku pada saat ini
dan mungki pada masa yang akan datang. Menurut Natawijaya yang
dikutip Ircham, dkk, (2010, p.48) Sementara bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, agar individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat juga kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian dia dapat menikmati kebahagiaan dalam
kehidupannya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada
kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial
(Ircham, dkk, 2010, p.49).
31
c. Metode penyuluhan kesehatan
Menurut Machfoedz (2005, p.45), metode yang digunakan pada aplikasi
pendidikan kesehatan adalah belajar-mengajar. Pada garis besarnya
metode tersebut dibagi 2 macam, antara lain :
1) Metode didaktik
Metode ini didasarkan pada cara satu atau one way method. Pendidik
aktif dan peserta didik pasif. Kelemahannya, sulit dievaluasi
keberhasilannya. Contohnya siaran radio, tulisan dimedia cetak, tv,
film.
2) Metode sokratik
Metode ini adalah metode dua arah atau two-way trafic method.
Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Contohnya
diskusi kelompok, diskusi panel, role playing, demonstrasi dan lain-
lain.
d. Media pendidikan kesehatan
Menurut Machfoedz (2005, p.45), media pendidikan kesehatan adalah
alat bantu pendidikan untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat
tersebut dapat digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya media pendidikan
kesehatan dibagi menjadi 3, antara lain :
1) Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi kesehatan sangat bervariasi antara lain booklet, leaflet, flyer
32
(selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik (tulisan pada surat kabar
atau majalah), poster, foto.
2) Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan
atau informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain : televisi,
radio, video dan slide.
3) Media papan (Bill board)
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi
dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan
diisi juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng
yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.
e. Langkah-langkah merencanakan penyuluhan
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI,
menyusun model langkah-langkah merencanakan penyuluhan tujuannya
adalah agar dapat membandingkan dan apakah tehnik yang telah
digunakan tersebut masih relevan untuk dilaksanakan saat ini tau
tidak.(Ircham, dkk, 2010, p.49)
1) Menyusun program sebelum perencanaan penyuluhan,
2) Melibatkan beberapa orang atau kelompok (team) dan penyusunsn
tingkatan pengurus seperti dalam struktur organisasi,
3) Perencanaan didasarkan atas pengetahuan yang cukup,
4) Penilaian penyuluhan termasuk sebagai evaluasi tehnik yang
digunakan.
33
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan
kesehatan.
Sumber : Pendidikan dan perilaku kesehatan dalam Notoatmojo (2003)
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Predisposisi factor :
pengetahuan dasar,
kepercayaan pada pengajar, sikap
Enabling factor :
Ketersediaan sarana
dan prasarana/fasilitas
Reinforcing factor :
Dukungan, pengetahuan,
sikap dari keluarga,
petugas kesehatan dan
tokoh masyarakat
Perilaku
Proses perubahan
Penyuluhan tentang
dismenorea
1. Sebelum
2. sesudah
Sikap terhadap
dismenorea
Pengetahuan terhadap
dismenorea
Training
Pemberdayaan
masyarakat,
pemberdayaan sosial
Pendidikan kesehatan
(promosi kesehatan)
Komunikasi /
penyuluhan
34
D. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang dismenorea
sebelum dan sesudah diberi penyuluhan
2. Ada perbedaan sikap remaja putri terhadap dismenorea sebelum
dan sesudah penyuluhan.