BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Keperawatan Standard praktik keperawatan professional merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan Nursalam (2001). Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat, 2000). Standard proses keperawatan terdiri dari 5 standard yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Adapun yang termasuk 5 standard menurut Nursalam (2001) adalah : 1. Standard I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh akurat, singkat dan berkesinambungan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu : a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (pengumpulan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Keperawatan

Standard praktik keperawatan professional merupakan pedoman bagi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan Nursalam (2001). Proses keperawatan merupakan cara yang

sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan

diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan

tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan

berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi

ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat, 2000).

Standard proses keperawatan terdiri dari 5 standard yaitu pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Adapun

yang termasuk 5 standard menurut Nursalam (2001) adalah :

1. Standard I: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh akurat, singkat dan berkesinambungan. Tahap ini

mencakup tiga kegiatan, yaitu :

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (pengumpulan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

9

data diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, dan mempelajari catatan klien lainnya).

b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan,

rekam medis dan catatan lain.

c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

1). Status kesehatan klien saat ini

2). Status kesehatan klien masa lalu

3). Status fisiologi, psikologis, sosial, spiritual

4). Respon terhadap terapi

5). Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

6). Resiko-resiko tinggi masalah.

2. Standard II: Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan

diagnosis keperawatan. Perumusan diagnosa keperawatan meliputi :

a. Proses diagnosis terdiri dari analisia, interpretasi data, identifikasi

masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan

b. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), penyebab

(E), dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab

(PE).

c. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain

untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data

terbaru.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

10

3. Standard III : Perencanaan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Tahap ini meliputi :

a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan

rencana tindakan keperawatan.

b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

c. Perencanaan bersifat individual individual sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien.

d. Mendokumentasikan rencanan keperawatan

4. Standard IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

dalam rencana asuhan keperawatan. Adapun kegiatan dalam standard IV

meliputi :

a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

b. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status

kesehatan klien.

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan

lain.

d. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah

tanggung jawabnya.

e. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk

mencapai tujuan kesehatan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

11

f. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

g. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakannya.

h. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

5. Standard V : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam

pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kegiatan

dalam evaluasi ini adalah :

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan kearah pencapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.

d. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan.

e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

B. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi adalah informasi yang diperoleh dari klien yang

dituangkan dalam bentuk tertulis maupun elektronik yang menguraikan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

12

tentang pelayanan atau tindakan yang diberikan pada klien. Catatan kesehatan

adalah suatu dokumen dalam bentuk kertas atau elektronik. Melalui

dokumentasi, perawat mengkomunikasikan observasi, keputusan, tindakan

dan hasil dari tindakan pada klien. Dokumentasi adalah suatu tanggung jawab

akurat dari apa yang terjadi dan kapan terjadi (CRNBC, 2007).

Nursing Board of Tasmania (2003) menyebutkan bahwa dokumentasi

keperawatan adalah catatan atau dokumen yang dibuat oleh perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau media komunikasi dan

informasi yang berhubungan dengan perawatan klien.

Menurut College of Nurses of Ontario (2005) dokumentasi

keperawatan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat

berguna untuk membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan

oleh tim kesehatan dan mencegah informasi yang berulang terhadap klien

atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama

sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan

ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Selain itu

membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan

keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat

dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

13

tindakan yang dilakukan terhadap klien. Hal ini penting berkaitan dengan

langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan klien terhadap pelayanan yang

diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle

concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab

ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.

3. Sebagai Informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu

merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana,

prasarana dan teknis.

4. Sebagai Sarana Pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan

benar akan membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan

lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan

dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.

5. Sebagai Sumber Data Penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai

sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian

dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif

dan etis.

6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar,

diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

14

jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan

pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa

dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh

perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas

membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan

dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.

7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten

mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan

kegiatan proses keperawatan.

Menurut Handayaningsih (2007) prinsip pencatatan ditinjau dari dua

segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan.

a. Isi Pencatatan

1). Mengandung Nilai Administratif

Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan

keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi

gugatan.

2). Mengandung Nilai Hukum

Misalnya catatan medis kesehatan keperawatan/kebidanan dapat

dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas

kesehaan, maupun klien.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

15

3). Mengandung Nilai Keuangan

Kegiatan pelayanan medis keperawatan/kebidanan akan

menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang merupakan

sumber perencanaan keuangan rumah sakit.

4). Mengandung Nilai Riset

Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau bahan yang dapat

digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan

informasi yang terjadi di masa lalu.

5). Mengandung Nilai Edukasi

Pencatatan medis keperawatan/kebidanan dapat digunakan sebagai

referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi si pemakai.

b. Teknik Pencatatan

1). Menulis nama klien pada setiap halaman catatan perawat.

2). Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam

3). Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu

dan dapat dipercaya secara faktual

4). Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat

dipakai.

Contoh : Kg untuk Kilogram

5). Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau

6). Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian

tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

16

dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan

akan rusak jika ada penghapusan.

7). Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda

tangan

8). Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis

kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.

Beberapa jenis atau tipe pendokumentasian catatan asuhan

keperawatan yang digunakan dalam praktek keperawatan adalah:

a). Catatan Klien secara Tradisional

Catatan klien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi

pada sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber

bisa didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan

perawat terpisah dari catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya

catatan ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi yang berorientasi

pada sumber yang ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan

keadaan yang benar sesuai perkembangan klien. Catatan tradisional

umumnya mempunyai enam bagian, yaitu : catatan khusus, lembar catatan

dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan, dan

laporan khusus lainnya.

b). Catatan Berorientasi pada Masalah

Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah

yang sedang dialami klien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr.

Lawrence Weed dari USA, dimana dikembangkan satu sistem pencatatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

17

dan pelaporan dengan penekanan pada klien tentang segala

permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama

“Problem Oriented Method”.

Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif

untuk membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah klien,

merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan

mengkaji perkembangan klien. POR adalah suatu konsep, maka

disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat

menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

setempat.

Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian, yaitu :

(1). Data Dasar; identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan

sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik,

laboratorium, dan lain-lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit

atau jenis asuhan yang akan diberikan, misalnya: data dasar unit

kebidanan akan berbeda dengan unit bedah.

(2). Daftar Masalah; masalah klien didapat dari hasil kajian. Pencatatan

dasar masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil

laboratorium yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah sosial.

Masalah yang ada mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut

prioritas masalah dengan memberi nomor, tanggal pencatatan, serta

menyebutkan masalahnya. Daftar memberikan keuntungan bagi

perawat sebagai perencana keperawatan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

18

(3). Rencana. Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan

demikian perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan klien.

(4). Catatan Perkembangan Klien. Adalah semua catatan yang

berhubungan dengan keadaan klien selama dalam perawatan. Pada

umumnya catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain

catatan Berkesinambungan (Flow Sheet)Digunakan untuk mencatat

hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan klien

yang sering berubah-ubah dengan cepat, catatan secara Naratif (Notes)

dan catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes) dimana dokter

maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan klien selama

dirawat, baik mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang

dibutuhkan

Ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat

digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah

klien antara lain :

(a). S O A P

Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal klien.

S : Subjective, berisi tentang pernyataan atau keluhan dari klien

O: Objective, berisi tentang data yang diobservasi oleh perawat

atau keluarga.

A : Analisys, berisi tentang kesimpulan dari objektif dan subjektif

P : Planning, berisi tentang rencana tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan analisis

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

19

(b). S O A P I E R

Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana klien ada

yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.

S : Subjective, berisi tentang pernyataan atau keluhan klien

O : Objective, berisi tentang data yang diobservasi

A : Analisis, berisi tentang kesimpulan berdasarkan data

objektif dan subjektif

P : Planning, berisi tentang apa yang dilakukan terhadap

masalah

I : Implementation, berisi tentang bagaimana dilakukan

E : Evaluation, berisi tentang respons klien terhadap tindakan

keperawatan

R : Revised, berisi tentang apakah rencana keperawatan akan

dirubah

(c). D . A . R.

Format dokumentasi D. A. R membantu perawat untuk mengatur

pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan

pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur

akan mempermudah konsistensi penyelesaian masalah di antara tim

kesehatan.

D : Data yaitu data objektif dan subjektif yang mendukung

masalah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

20

A : Action yaitu tindakan yang segera harus dilakukan untuk

mengatasi masalah

R : Respons yaitu respons klien terhadap tindakan perawat

sekaligus melihat tindakan yang telah dilakukan berhasil/tidak

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau

rangsangan yang berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan,

sosial, budaya dan sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan ini bersifat internal

dan eksternal, dan diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi

perilaku yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin

(enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcement factors).

Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada diri

individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu

untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi dan karakteristik

individu. Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan individu

berperilaku, karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan dan ketrampilan.

Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku seperti sikap dan

ketrampilan petugas kesehatan, teman sebaya dan lainnya (Suliha, dkk, 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan

keperawatan meliputi :

1. Karakteristik Perawat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

21

Faktor internal dari perawat yang mempengaruhi dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu :

a. Usia

Menurut Verner dan Davison yang dikutip oleh Lunardi dalam

Notoatmodjo (2003) dengan bertambahnya usia akan mempengaruhi

tingkat penglihatan, persepsi maupun kemampuan seseorang didalam

menerima informasi. Sehingga akan mempengaruhi pengambilan

keputusan. Ahmadi (2002) menyebutkan bahwa usia berhubungan

dengan sifat kedewasaan dan akan berdampak pada tanggung jawab.

Usia lebih dewasa umumnya lebih bertanggung jawab, lebih tertib,

lebih teliti, lebih bermoral dan lebih berbakti daripada usia muda.

b. Jenis Kelamin

Money dan Ehrhardt (1972) dalam Priharjo (2003) menunjukkan

kromosom seks diturunkan dari orangtua, perkembangan dari testis

maupun ovarium, sekresi dari hormon pria dan wanita dan

perkembangan genetalia pria dan wanita semuanya terlibat dalam

proses perkembangan yang kompleks yang mengarah pada

pembentukan jenis kelamin saat lahir.

Menurut BPPSDM Depkes (2007) menyebutkan bahwa pengaruh

jenis kelamin dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan

yang akan dikerjakan. Ada pekerjaan yang secara umum lebih baik

dikerjakan oleh laki-laki akan tetapi pemberian ketrampilan yang

cukup memadai pada wanitapun mendapatkan hasil pekerjaan yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

22

cukup memuaskan. Ada sisi lain yang positif dalam karakter wanita

yaitu ketaatan da kepatuhan dalam bekerja. Hal ini akan

mempengaruhi kerja personal.

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga

keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan

perbaikan mutu pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan

perkembangan kehidupan profesi keperawatan (Gartinah dkk, 2006)

d. Lama Kerja

Lama kerja seseorang mempengaruhi kualitas pekerjaan

seseorang karena adanya kejenuhan. Keberadaan orang baru lebih

mudah untuk mengadakan pembaharuan dalam ketrampilan

dokumentasi keperawatan. Semangat yang dimuliki dapat

meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan. Motivasi yang kuat akan

berdampak pada perubahan yang lebih baik (Hidayat, 2000).

e. Status Kerja

Adanya perbedaan status kepegawaian antara pegawai negeri

sipil dengan bukan pegawai negeri sipil menyebabkan kesenjangan

antar tenaga perawat yang bekerja pada satu sarana pelayanan

kesehatan dengan status dan penggajian yang berbeda. Selain itu bagi

perawat yang tidak honorer peluang ini makin terasa dengan

pemberlakuan angka kredit bagi perawat Sehingga hal ini akan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

23

berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat. (BPPSDM Depkes, 2002).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2003). Pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting

dalam tindakan seseorang.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Roger (1974) dalam Machfoedz dkk

(2005) mengungkapkan bahwa seseorang sebelum mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru), di dalam diri orang itu terjadi proses yang

berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

24

5) Adaptation, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran atau sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung. Seperti halnya penanggulangan

penyakit diare apabila tidak didasari oleh pengetahuan dari masyarakat

tentang pencegahan dan penanggulangan diare, maka peran serta

masyarakat pasti tidak akan berlangsung lama.

a. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

menurut Notoatmodjo (2003), yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah dierima. Oleh

karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat

menyebutkan tanda dan gejala diare.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

25

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan atau menyebutkan.

Contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa diare

perlu dicegah dan ditanggulangi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan, seperti kasus diare.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat diketahui dari penggunaan kata

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

26

kerja, seperti dapat menggambarkan atau membuat bagan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang sehat

dengan anak yang terserang diare, dapat menanggapi munculnya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan faktor-faktor penyebab

diare yang muncul di tempat tersebut dan sebagainya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan (knowledge) dalam

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Sosial Ekonomi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

27

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya tingkat

pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan

pendidikan. Ekonomi baik, pendidikan akan tinggi sehingga tingkat

pengetahuan yang dimiliki akan tinggi juga.

2) Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira

sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan lebih mudah

menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan

perubahan yang baru tersebut.

4) Pengalaman

Disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.

Maksudnya adalah pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan

luas, sedangkan makin tua umur seseorang maka pengalaman akan

semakin banyak.

5) Paparan Media Massa

Melalui berbagai media cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang

lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet,

dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak. Ini

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

28

berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan

yang dimiliki oleh seseorang.

6) Hubungan Sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu

sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media. Dengan demikian hubungan sosial dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

c. Sumber atau Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) ada berbagai cara untuk

mendapatkan kebenaran dari suatu pengetahuan, cara tersebut antara

lain sebagai berikut :

1) Cara traditional atau non-ilmiah

Cara kuno atau tradisional yang dipakai untuk menemukan

kebenaran dari pengetahuan sebelum ditemukan metode ilmiah

atau metode penelitian secara sistemik dan logis. Cara-cara

penemuan pengetahuan pada periode ini adalah sebagai berikut :

a) Cara-coba salah (Trail and Error)

Merupakan cara paling sederhana yang pernah digunakan

oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan yaitu dengan

cara mencoba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam pemecahan masalah, dan

apabila kemungkinan itu tidak berhasil, dicoba kemungkinan

lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula, maka dicoba

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

29

kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

masalah tersebut terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut

trail and error (gagal atau salah) atau metode coba-coba.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan itu baik

atau tidak. Kebiasaan tersebut diteruskan turun-temurun kepada

generasi berikutnya. Sampai pada jaman modern sekarang ini

tradisi masih menjadi kebiasaan yang sudah mendarah daging.

Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima sebagai

kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,

ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan

kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas

atau kekuatan baik tradisi, agama, pemerintah maupun ilmu

pengetahuan.

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan,

tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama dalam penemuan

pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

30

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta maupun penalaran sendiri. Hal ini

disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa apa yang dikemukakannya sudah benar.

c) Berdasarkan pengalaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik, maksudnya bahwa

pengalaman ini merupakan suatu sumber pengetahuan, atau

pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi

pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan

tersebut dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka

untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula

menggunakan cara tersebut. Tetapi bila cara tersebut gagal, ia

tidak akan mengulangi cara tersebut dan akan berusaha mencari

cara lain untuk mengatasinya.

d) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia. Dengan kata lain dalam

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

31

memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik induksi maupun deduksi

Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari

hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan melalui

pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan

induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

2) Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi

langsung, dan membuat catatan-catatan yang berisi fakta

sehubungan dengan objek yang diamati. Ada tiga hal yang perlu

diamati yaitu segala hal yang positif, hal yang negatif dan gejala-

gejala yang muncul secara bervariasi.

Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri

atau unsur-unsur yang pasti pada suatu gejala. Selanjutnya hal

tersebut dijadikan sebagai dasar pengambilan kesimpulan atau

generalisasi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

32

d. Cara Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan diberikan

pertanyaan- pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian. Kemudian

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang

(Nursalam, 2003).

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Sikap

adalah kesiapan seseorang untuk bertindak (G.W.Alport, 1953 dalam

Ahmadi, 2002). Sedangkan menurut John H. Harvey dan William P. Smith

juga dalam Ahmadi (2002), sikap merupakan kesiapan merespon secara

konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap suatu objek atau

situasi.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Berikut merupakan

penjelasan tentang sikap.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

33

a. Struktur Sikap

Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur

dari sikap itu sendiri (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

1). Komponen kognitif (komponen perseptual)

Merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan, kepercayaan terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan cara seseorang mempersepsikan suatu objek

sikap.

2). Komponen afektif (komponen emosional)

Merupakan komponen yang menunjukkan dimensi emosional dari

sikap yaitu emosi yang berhubungan dengan objek berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek dari sikap itu

sendiri. Rasa senang merupakan hal yang positif dan rasa tidak

senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan

arah dari sikap, yaitu positif atau negatif.

3). Komponen konatif (komponen perilaku)

Merupakan komponen yang menunjukkan intensitas sikap, yaitu

yang menunjukkan besar kecilnya kecenderungan didalam dirinya

untuk bertindak atau berperilaku terhadap suatu objek sikap.

b. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap dikemukakan oleh Purwanto (1999), menyatakan

beberapa sikap yaitu :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

34

1). Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan

objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2). Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

sikap pada orang itu.

3). Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek . Dengan kata lain, sikap itu

terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan

suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4). Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5). Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah

yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

c. Tingkatan Sikap

Notoatmodjo (2003) menjelaskan tingkatan-tingkatan sikap,

yaitu :

1). Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

35

2). Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3). Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4). Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pertanyaan responden terhadap suatu objek. Sedangkan secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

36

D. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Green (1988) dalam Suliha dkk (2001), Notoatmodjo (2003)

Faktor Predisposing (Predisposing Factor)

- Usia - Jenis kelamin - Lama Kerja - Pendidikan - Status Kerja - Tingkat

Pengetahuan

Faktor yang memperkuat (Reinforcing Factor)

- sikap dan perilaku perawat

Faktor yang memungkinkan (Enabling Factor) - format dokumentasi

PERILAKU PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

37

E. Kerangka Konsep

Untuk sampai pada masalah dalam penelitian dapat dijelaskan pada gambar

Mutu Pelayanan RS Akreditasi Baik

Gambar 2. Kerangka Konsep

Sumber: Sugiyono (2005), Potter&Perry (2002), Purwanto (1999)

Karakteristik - Tingkat

pendidikan - Lama kerja - Status kerja - Jenis kelamin - Usia

Sikap Tingkat Pengetahuan

- Tinggi - Sedang - Buruk

Proses Keperawatan

- Pengkajian Keperawatan

- Diagnosa keperawatan

- Perencanaan - Implementasi - Evaluasi

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ernakartik... · rekam medis dan catatan lain. c ... dituangkan dalam bentuk tertulis

38

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas meliputi karakteristik, tingkat pengetahuan dan sikap

perawat tentang proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2. Variabel terikat meliputi hasil pendokumentasian asuhan keperawatan.

G. Hipotesis

1. Ha (Hipotesis alternatif) : Ada hubungan antara karakteristik, tingkat

pengetahuan dan sikap perawat tentang proses keperawatan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kota

Semarang.

2. Ho (Hipotesis null) : Tidak ada hubungan antara karakteristik, tingkat

pengetahuan dan sikap perawat tentang proses keperawatan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kota

Semarang.