BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan
Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi atau liburan. Hal ini dilakukan untuk menyegarkan kembali pikiran yang
telah bekerja rutin di setiap harinya. Untuk penjelasan yang lebih jelas dalam hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan akan dijelaskan pada sub bab berikut
ini:
2.2 Pengertian Pariwisata
Sihite (2000) menyatakan bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang
direncanakan oleh seseorang yang bertujuan tidak untuk mencari nafkah atau untuk
menetap ditempat yang dituju. Perjalanan yang dilakukannya seperti kegiatan rekreasi
atau tamasya dan durasi dari kegiatan tersebut dilakukan untuk sementara waktu.
Sedangkan Wahab (dalam Pendit, 2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah
industri yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru, baik dari sisi
penyediaan fasilitas seperti akomodasi dan restoran maupun sektor industri kerajinan
tangan.
Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan yang dilakukan
sementara oleh manusia yang bertujuan untuk keluar dari kegiatan rutinitas dan
meninggalkan tempat kediamannya. Murphy (dalam Pitana, 2005) menjelaskan bahwa
pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait yaitu wisatawan,
daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain, yang merupakan akibat
dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak
permanen.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan diluar rumah dalam durasi yang
singkat dan bertujuan untuk menikmati keindahan tempat-tempat wisata atau
berekreasi, kegiatan bisnis ataupun kegiatan lainnya.
2.3 Pengertian Wisatawan
Peters (1969) dalam Wardiyanto dan Baiquni (2011) menerangkan bahwa
wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata atau melakukan
perjalanan rekreatif.
Sedangkan menurut Cohen menerangkan bahwa wisatawan adalah orang
yang melakukan perjalanan secara sukarela hanya sementara waktu dan
mengharapkan perjalanan yang relatif panjang dan tidak akan terulang lagi (dalam
Marpaung, 2002).
Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) (dalam
Marpaung, 2002) menetapkan beberapa batasan mengenai wisatawan. Secara
umum, seseorang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dengan
maksud apapun kecuali untuk menetap dan mencari nafkah disebut dengan
pengunjung (visitor). IUOTO membagi pengunjung menjadi dua kategori, yaitu:
1. Wisatawan (tourist) adalah pegunjung sementara yang tinggal sekurang-
kurangnya 24 jam di negara atau tempat yang dikunjungi, dengan tujuan
untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan
dan olahraga), atau bisnis, keluarga, dan rapat.
2. Pelancong (excursionist) adalah orang yang merupakan pengunjung
sementara yang kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang
dikunjungi.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
wisatawan secara umum dapat diartikan sebagai pengunjung, akan tetapi dengan
syarat ketika melakukan perjalanan tidak mempunyai tujuan untuk menetap ataupun
mencari nafkah ditempat yang akan dikunjungi. Terdapat perbedaan antara wisatawan
(tourist) dengan pelancong (excursionist), perbedaan tersebut dapat dilihat dari durasi
tinggal di tempat yang dikunjungi. Dikatakan sebagai wisatawan apabila lama
kunjungan lebih dari 24 jam, sedangkan pelancong durasi kunjungannya kurang dari
24 jam.
2.4 Motivasi Wisata
Menurut Abraham Maslow, dalam Mc.Intosh (1990) menyatakan bahwa
secara umum motivasi seseorang mengadakan perjalanan wisata dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Motivasi Fisik
Tujuan wisatawan melakukan aktivitas pariwisata adalah untuk
memperoleh sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk:
mengembalikan kondisi fisik, istirahat, santai, berolah raga atau
pemeliharaan kesehatan. Dengan berwisata wisatawan berharap agar
kegairahan bekerja timbul kembali setelah disibukkan dengan rutinitas
kerja yang dijalaninya. Pada umumnya, orang yang waktu kerjanya sangat
ketat, mereka akan mengalami situasi yang sangat menekannya, sehingga
mereka perlu untuk istirahat;
2. Motivasi Kultural
Dalam hal ini tujuan wisatawan melakukan aktivitas pariwisata adalah ada
kaitannya dengan keinginan pribadi seseorang yakni supaya dapat melihat
dan mengetahui negara/daerah lain, terutama mengenai penduduk dan
kebudayaannya, yakni mengenai tata cara hidup serta adat istiadatnya
yang berbeda dengan budayanya;
3. Motivasi Interpersonal
Dalam hal ini motivasi yang mendorong wisatawan melakukan kegiatan
pariwisata adalah keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak keluarga,
kawan-kawan atau ingin menghindari lingkungan kerja, ingin mencari
teman baru dan lain-lain. Motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan
seseorang untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari;
4. Motivasi Status Dan Harga Diri
Dalam hal ini motif yang mendorong wisatawan adalah suatu pamer,
maksud dari perjalanannya adalah untuk memperlihatkan “siapa dia”,
yakni untuk menunjukkan; kedudukannya, statusnya dalam masyarakat
tertentu demi prestige pribadinya. Sifat dari perjalanan yang dilakukan
wisatawan adalah emosional namun ada kalanya dihubungkan dengan
perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi dan lain-lain.
Menurut Soekadijo (2000) menerangkan bahwa motivasi wisata adalah hasrat
pembawaan dalam bentuknya yang konkret, berupa keperluan, dorongan atau alasan
tertentu yang membuat seseorang melakukan kegiatan wisata. Pada hakikatnya motif
orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi.
Di bawah ini tercantum sejumlah motif wisata serta tipe wisatanya yaitu:
1. Motivasi bersenang-senang atau tamasya
Motivasi ingin mengumpulkan pengalaman dan menikmati apa saja yang
menarik perhatian, seperti pemandangan alam, adat kebiasaan setempat,
pesta rakyat, peninggalan sejarah, monumen, dan sebagainya.
2. Motivasi rekreasi
Motivasi untuk melakukan kegiatan yang dapat memulihkan kesegaran
jasmani dan rohani. Kegiatannya dapat berupa olahraga, membaca,
mengerjakan hobi dan sebagainya.
3. Motivasi kebudayaan
Motivasi untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan
setempat. Atraksinya tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga berupa
keindahan alam, seniman, guru yang terkenal, untuk mengadakan
wawancara, atau bertukar pikiran.
4. Motivasi olahraga
Motivasi di mana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif
olahraga, seperti menyaksikan pertandingan internasional, kejuaraan sepak
bola, atau pesta olahraga regional seperti Asean Games.
5. Motivasi bisnis
Motivasi yang berhubungan dengan urusan bisnis, seperti kunjungan bisnis,
pertemuan, atau pameran bisnis.
6. Motivasi konvensi
Motivasi untuk membicarakan bermacam-macam masalah seperti
pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, atau pertemuan tahunan
para ahli di bidang tertentu.
7. Motivasi spiritual
Motivasi yang merupakan salah satu kegiatan untuk keperluan keagamaan
seperti berziarah, mengunjungi tempat-tempat berziarah di Palestina, Roma,
Mekah dan Madinah.
8. Motivasi interpersonal
Motivasi untuk mengadakan perjalanan bertemu dengan orang lain yang
kedudukannya istimewa, berpengaruh besar, mempunyai prestasi dalam
bidang kesenian, dan olahraga.
9. Motivasi kesehatan
Motivasi untuk melakukan perjalanan yang berhubungan dengan kesehatan,
misalnya penyembuhan penyakit.
10. Motivasi sosial
Motivasi untuk berekreasi, mengisi waktu libur, dan bersenang-senang.
Biasanya perjalanan ini dilaksanakan dengan bantuan pihak-pihak tertentu
yang diberikan secara sosial.
Sedangkan menurut McIntosh dan Murphy (dalam Pitana, 2005)
menyatakan bahwa motivasi wisata dapat dikelompokan menjadi empat kelompok
besar, yaitu sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau
fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi
dalam kegiatan olah raga, bersantai, dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui
budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan
akan berbagai objek tinggalan budaya (monument bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat
sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR, Visiting friends and
relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap
mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari
situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa
di daerah lain seseorang akan bias lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis.
Disebut juga sebagai status and prestige motivation.
2.5 Jenis-jenis Wisatawan
Cohen dalam Pitana (2009) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat
familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian
perjalanan wisatanya. Atas dasar ini Cohen menggolongkan wisatawan menjadi
empat, yaitu:
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali
belum pernah diketahuinya, yang bepergian dalam jumlah kecil.
2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalanannya sendiri ia tidak ingin mengetahui jalan-jalan wisata yang sudah
umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track).
Wisatawan seperti ini biasanya bersedia memanfaatkan fasilitas dengan
standar lokal dan tingkat interaksinya dengan masyarakat lokal juga tinggi.
3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan
perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata
yang sudah terkenal.
4. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi
tempat wisata yang telah terkenal, dengan fasilitas seperti yang ada di tempat
tinggalnya, dan selama perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata.
Menurut Sugiama (2011) pengkalisifikasian wisatawan dapat dibagi-bagi
jenisnya berdasarkan beberapa kategori di bawah ini:
1. Berdasarkan asalnya:
a. Inbound tourist, yaitu wisatawan yang berasal dari dalam negeri.
b. Outbond tourist, yaitu wisatawan yang berasal dari luar negeri.
2. Berdasarkan produk:
a. Mass tourism
b. Alternative tourism
3. Berdasarkan aktivitasnya:
a. Active tourism antara lain:
1) Adventure tourism
2) Ecotourism
3) Golf
b. Passive tourism antara lain:
1) Sightseeing
2) Beach holiday
3) Cruise
4. Berdasarkan pilihan lokasi antara lain:
a. Pedalaman atau pedesaan
b. Perkotaan
c. Pegunungan
d. Danau
5. Berdasarkan lama perjalanan dan jarak perjalanan:
a. Day trip untuk wisatawan lokal
b. Weekend break untuk wisatawan nasional dan domestik
c. Annual holiday
6. Berdasarkan tujuan perjalanan:
a. Business
b. Pleasure yaitu mencari suatu pengetahuan baru antara lain berupa
kebudayaan, sejarah, rekreasi, mengunjungi keluarga atau teman,
kesehatan, social status.
7. Berdasarkan usia atau socio-economic group:
a. Backpackers yaitu seseorang yang berumur18-24 tahun, belum memiliki
anak, yang tertarik melakukan perjalanan petualangan. Biasanya para
backpackers memilih layanan yang berbiaya rendah.
b. Double Income No Kids (DINKS) yaitu wisatawan yang berumur antara
23-35 tahun, belum memiliki anak, dan suami atau istri telah memiliki
pendapatan.
c. Single Income No Kids (SINKS) yaitu wisatawan yang berumur antara 23-
35 tahun, belum memiliki anak, dan hanya salah seorang yang memiliki
pendapatan, mungkin suaminya atau istrinya.
d. Early/Active Retriees yaitu wisatawan yang berpenghasilan tinggi, telah
memiliki anak, dan berusia antara 45-55 tahun dan memiliki tingkat
pendidikan yang baik.
e. Youth yaitu wisatawan yang berumur 18-25 tahun, belum berpendidikan
baik, dan berpenghasilan rendah.
Pendapat lain mengenai wisatawan dikemukan oleh Cooper (dalam Ismayanti,
2010).
1. Wisatawan penjelajah atau explorer
Wisatawan ini merupakan seseorang yang melakukan perjalanan wisata
untuk menemukan pengetahuan atau sesuatu yang baru. Biasanya mereka
tinggal di daerah tujuan wisata dan bergabung bersama masyarakat
setempat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang ada.
2. Wisatawan elite
Wisatawan elite adalah seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke
berbagai tempat wisata dimanapun dan demi memenuhi kebutuhannya ia
rela mengeluarkan biaya sampai semahal mungkin. Wisatawan ini
biasanya berasal dari golongan yang berkecukupan bahkan berlebihan.
3. Wisatawan di luar jalur atau off-beat
Wisatawan ini biasanya mengunjungi tempat wisata yang jarang
dikunjungi oleh wisatawan lain. Mereka mencari tempat yang tidak ramai.
Wisatawan ini cepat beradaptasi dengan masyarakat lokal atau penduduk
setempat dan bersedia untuk tinggal di tempat dan fasilitas sederhana.
4. Wisatawan luar biasa atau unusual tourist
Wisatawan ini lebih memilih perjalanan wisata dengan membeli suatu
paket wisata dan berbelanja dipertokoan setempat. Ia tidak canggung
untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat, dapat memilah budaya
setempat mana yang sesuai atau tidak dan menyesuaikan dengan
kebiasaanya.
5. Wisata masal tingkat pemula (incipient mass tourists)
Wisatawan yang mengunjungi suatu tujuan wisata secara rutin baik
individu maupun kelompok. Mereka lebih memilih mengunjungi tempat
wisata yang sudah dikenal demi keselamatan dan keamanan. Biasanya
menggunakan fasilitas yang ada seperti menyewa pemandu wisata lokal,
bus yang nyaman, dan hotel yang modern. Wisatawan ini juga bersedia
berinteraksi dengan masyarakat setempat.
6. Wisatawan massal
Wisatawan yang melakukan kegiatan wisata ke daerah tujuan wisata yang
sudah biasa dikunjungi. Mereka berasal dari golongan menengah kebawah
sehingga biaya menjadi salah satu pertimbangan yang harus
diperhitungkan dengan baik, tetapi biasanya mereka dapat menerima
segala fasilitas yang ada selama fasilitas tersebut memberikan kebutuhan
dan kenyamanan.
7. Wisatawan borongan
Wisatawan ini memiliki ciri-ciri:
a. Malas terlibat dan enggan berinteraksi dengan masyarakat sekitar
b. Memilih menginap di hotel dan menggunakan fasilitas sesuai
dengan kebutuhan
c. Tidak melakukan perjalanan wisata ke tempat yang belum dikenal
d. Melakukan kegiatan wisata yang terencana dan lama tinggal
sebentar
e. Menginginkan pengalaman baru di tempat wisata yang
keamanannya terjamin dan memiliki fasilitas yang memadai.
Berdasarkan pembagian jenis-jenis wisatawan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap wisatawan dapat melakukan kegiatan wisatanya sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya masing-masing. Dari kegiatan kepariwisataan
tersebut wisatawan dapat melakukan interaksi langsung dengan masyarakat setempat.
2.6 Jenis-jenis Perjalanan Wisata
Jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh wisatawan dipengaruhi oleh motif
dari wisatawan. Menurut Kesrul (2003) perjalanan wisata dapat diklasifikasikan
berdasarkan aktivitasnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pleasure Tourism: Berlibur, menikmati udara segar, ingin mengetahui suatu
negara.
2. Recreational Tourism: Pemanfaatan hari libur, beristirahat, memulihkan
kesegaran jasmani dan rohani.
3. Cultural Tourism: Mempelajari adat istiadat dan tata cara hidup suatu
kaum, peninggalan sejarah, festival musik atau tari-tarian.
4. Adventure Tourism: Kegiatan tur yang dilakukan di alam terbuka, bahkan
ada yang memerlukan keahlian khusus dan kondisi fisik, serta stamina
yang fit.
5. Sport Tourism: Melihat pertunjukan akbar olahraga, seperti Olimpiade,
World Cup, Sea Games, serta kegiatan olahraga lainnya, seperti berburu
dan memancing.
6. Business Tourism: Berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan, seperti
Incentive tour, dan segala kegiatan yang berhubungan dengan bisnis.
7. Convention Tourism: Tur untuk menghadiri suatu konvensi, seminar, rapat,
dan kongres.
8. Special Interest Tourism: Acara perjalanan khusus dengan asumsi peserta
terbatas, karena tur ini tidak umum, contohnya ziarah.
Dari penjelasan jenis-jenis perjalanan wisata diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegiatan pariwisata memiliki beranekaragam jenisnya, tergantung
dari tujuan, minat, ataupun kebutuhan dari setiap wisatawan. Kebutuhan utama yang
mempengaruhi seseorang melakukan kegiatan wisata, yaitu berupa kebutuhan fisik
seseorang sampai kebutuhan yang sangat spesial. Kebutuhan fisik tersebut dapat
dipenuhi dengan melakukan aktivitas wisata lainnya yang unik, yaitu dengan
mengunjungi tempat yang tidak umum atau jarang dikunjungi oleh wisatawan lain.
Hal tersebut tidak terlepas dari daya tarik.
Sedangkan jika menurut Ismayanti (2010), dinamika dalam pariwisata
disebabkan oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1. Pengembangan dan peningkatan penggunaan perantaraa perjalanan seperti
biro perjalanan wisata sehingga memudahkan wisatawan untuk melakukan
perencanaan perjalanan.
2. Pertumbuhan bauran pemasaran dalam menawarkan produk wisata
sehingga peluang penjualan dan transaksi wisata semakin besar.
3. Jumlah pemain di industri yang menjanjikan semakin banyak sehingga
semakin besar. Beberapa di antaranya menjalankan persaingan tidak sehat
sehingga perlu ditegakkan kode etik pariwisata.
2.7 Usaha Wisata Tirta
Ismiyanti (2010) menjelaskan bahwa usaha jasa wisata tirta merupakan usaha
yang menyelenggarakan kegiatan wisata dan olahraga air, kegiatan tersebut termasuk
penyediaan sarana dan prasarana dan jasa lainnya yang dikelola secara komersil di
wilayah perairan seperti pantai, sungai, danau dan waduk dan kegiatan laiinya yang
berhubungan dengan kegiatan marina. Usaha ini meliputi pembangunan dan
pengelolaan dermaga serta fasilitas olahraga air untuk keperluan olahraga air seperti
selancar air, selancar angin, berlayar, menyelam, dan memancing.
Beberapa contoh usaha jenis wisata tirta di antaranya :
a. Gelanggang renang atau kolam renang
Usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berenang, taman dan
arena bermain anak-anak yang berfungsi sebagai usaha pokok dan dapat
dilengkapi dengan menyediakan jasa pelayanan bidang makanan dan
minuman.
b. Pemandian Alam
Usaha ini menyediakan tempat dan fasilitas untuk mandi dengan
memanfaatkan sumber air, air panas atau air terjun sebagai usaha pokok
dan dapat dilengkapi dengan pelayanan bidang makanan dan minuman
serta akomodasi.
c. Kolam Pemancingan
Usaha ini menyediakan tempat dan fasilitas untuk memancing ikan
sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa
makanan dan minuman
.
d. Usaha Marina
Menyediakan sarana dan prasarana tambat untuk kapal pesiar (yacht),
kapal wisata (boat atau ship).
e. Usaha Wisata Selam
Menyediakan sarana selam baik untuk rekreasi maupun olahraga secara
komersial.
f. Usaha Rekreasi Air
Berbagai sarana rekreasi pantai, air, sungai, waduk, danau, seperti
penyewaan perahu, pemancingan, selancar angin, parasailing, power
boating dan arung jeram.
2.8 Komponen Pariwisata
Komponen kepariwisataan merupakan pendukung dari kegiatan wisata,
menurut Sugiama (2010) menjelaskan komponen-komponen kepariwisataan tersebut
yaitu:
1. Attraction atau atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik
wisata. Daya tarik ini diperlukan untuk menarik wisatawan agar
mengunjungi daerah tujuan wisata. Jenis daya tarik tersebut dapat
berupa daya tarik alam, daya tarik kebudayaan, daya tarik masyarakat
dan daya tarik sejarah.
2. Accessibility atau aksesibilitas yaitu berupa sarana dan prasarana
yang dibutuhkan agar wisatawan dapat dengan mudah mencapai ke
tempat tujuan wisata yang ingin dikunjunginya. Contohnya seperti
transportasi dan jalan raya,
3. Amenities atau ameniti merupakan fasilitas yang disediakan oleh
daerah tujuan wisata, fasilitas ini bertujuan agar wisatawan dapat
tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata.
4. Ancilarry merupakan suatu organisasi yang aktif mengelola suatu
atraksi wisata sehingga dapat menjamin keamanan dan kenyamanan.
wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata. Organisasi ini
seperti pihak pemerintahan, departemen kepariwisataan, dan biro
perjalanan wisata.
Sedangkan Suyitno (2001) berpendapat bahwa komponen pariwisata terdiri
dari:
1. Sarana Transportasi, yaitu sarana yang dapat membawa wisatawan dari
tempat awal ke tempat daerah tujuan wisata. Sarana transportasi ini terbagi
menjadi 3 macam yaitu transportasi darat, transportasi laut dan
transportasi udara.
2. Sarana Akomodasi, yaitu salah satu fasilitas yang disediakan apabila
wisatawan membutuhkan tempat tinggal selama berada di daerah tujuan
wisata.
3. Sarana Makan dan Minum, komponen ini merupakan komponen yang
sangat penting, karena makanan dan minuman adalah kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi bagi setiap wisatawan.
4. Objek dan Atraksi Wisata, komponen ini memberikan dominasi dari
kualitas wisata yang diselenggarakan, dimana objek dan atraksi wisata
dapat dibagi menurut karakteristiknya menjadi :
a. Objek dan atraksi yang bersifat alam, seperti Pantai Parangtritis dan
Gunung Merapi.
b. Objek dan atraksi yang bersifat buatan manusia, seperti Dunia Fantasi
dan TMII (Taman Mini Indonesia Indah).
c. Objek dan atraksi yang bersifat perpaduan antara buatan manusia dan
keadaan alami, seperti Museum Geologi Bandung
5. Sarana Hiburan, hiburan adalah bentuk dari atraksi wisata dimana bisa
berupa entertainment maupun amusement. Entertainment bersifat khusus
dan adanya pungutan biaya dalam kegiatan hiburan tersebut, sedangkan
amusement bersifat massal dan tidak ada pungutan biaya dalam kegiatan
hiburannya.
6. Toko Cinderamata merupakan komponen yang melengkapi kegiatan
wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dapat merefleksikan
pengalamannya di daerah tujuan wisata tersebut dengan menyimpan suatu
benda berwujud apapun yang dapat mewakili daerah tersebut, seperti kain
batik, baju, asesoris dan lain-lain.
7. Pramuwisata dan Pengatur Wisata, suatu pekerjaan yang dapat melayani
dan membuat perjalanan wisata yang dilakukan menjadi lebih mudah dan
terencana dengan baik.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa komponen-komponen yang paling utama dalam pariwisata
adalah atraksi wisata, transportasi, akomodasi, infrastruktur, fasilitas pendukung, dan
institusi. Seluruh komponen yang ada bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan dari wisatawan.
2.9 Travel Agent dan Biro Perjalanan Wisata (BPW)
Darmadjati dalam Yoeti (2003) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan
Travel Agency adalah suatu perusahaan yang hanya mengatur dan menyelenggarakan
perjalanan sementara dan persinggahan orang-orang, termasuk kelengkapan
perjalanannya, dari suatu tempat menuju tempat lain, baik di dalam negeri maupun
dari dalam negeri ke luar negeri.
Menurut Browner dalam Marpaung (2002) travel agent adalah sebuah
perusahaan, dimana seseorang akan mendapatkan informasi wisata dari penasehat
ahli untuk menata perjalanannya melalui darat, laut dan udara kemanapun tujuan di
dunia.
Biro Perjalanan Wisata (BPW) menurut Ismayanti (2010) adalah perusahaan yang
menyelenggarakan kegiatan wisata dan jasa yang terkait dengan penyelenggaraan
perjalanan wisata baik dari dalam ke luar negeri maupun sebaliknya. Sedangkan jika
menurut Kesrul (2003), Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam
bidang perjalanan wisata, dimana perusahaan tersebut mengelola, memesan, merencanakan,
membuat dan menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata, baik untuk kepentingan bisnis,
berlibur, sosial, dan budaya.
2.10 Pemasaran Pariwisata
Krippendorf dalam Yoeti (2002) menjelaskan definisi dari pemasaran
pariwisata yaitu suatu sistem dan koordinasi yang dilakukan sebagai sistematika
bagi kelompok pengusaha industri pariwisata atau pemerintah dalam ruang lingkup
lokal, regional, nasional ataupun internasional. Tujuan utamanya dari kelompok
pengusaha tersebut adalah untuk mencapai kepuasan wisatawan dan untuk
mendapatkan keuntungan.
Sedangkan menurut Pitana dan Diarta (2009), pariwisata sebagai salah satu produk
pelayanan khusus, mencakup beberapa hal spesifik yang harus dipahami dengan baik, jika
suatu usaha pariwisata mau meminimalisasi potensinya untuk sukses. Sebagai salah satu
layanan atau jasa pariwisata mempunyai beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan
dimensi produk umum yang kita temui di pasaran sehari-hari, yaitu sebagai berikut :
1. Intangibility
Produk jasa atau layanan berarti produk yang ditawarkan tidak berbentuk seperti
barang nyata yang bisa kita temui dalam pengertian produk yang bisa dilihat dan
dipajang di pasar, toko, atau tempat penjualan lainnya. Konsekuensinya, produk
yang intangible ini tidak bisa dievaluasi atau di demo intangible ini tidak bisa di
evaluasi atau di demonstrasi sebelum dipakai atau dibeli. Salah satu solusi untuk
membantu pemasaran produk jasa pariwisata adalah dengan memuat brosur,
video dan berbagai sarana yang informasi mengenai jenis produk pariwisata
yang ditawarkan guna meningkatkan tangible produk tersebut.
2. Perishability
Produk jasa atau layanan pariwisata tidak seperti barang-barang pabrik, tidak
dapat disimpan untuk dijual dihari kemudian. Contohnya, tempat tidur hotel
atau kursi pesawat terbang yang tidak terjual dalam suatu periode tertentu yang
sudah lewat. Hal seperti ini menyebabkan industri pariwisata memiliki hal yang
cukup tinggi. Pemasar dalam industri pariwisata harus mengombinasikan
beragam kebijakan harga dan promosi dalam usaha menjual produk dalam masa
sepi (off season) dan membuat sinkronisasi yang lebih baik antara penawaran
dengan permintaan pasar.
3. Inseparability
Produk jasa atau layanan seperti pariwisata biasanya merupakan produk yang
dibentuk dari berbagai produk pendukung yang terpisah-pisah. Misalnya, mulai
dari tour and travel, airline, hotel, restoran dan sebagainya. Hal yang demikian
mengandung risiko, sebab setiap produk pendukung digerakan oleh organisasi
yang berbeda dan juga memiliki standard kualitas pelayanan yang berbeda.
2.11 Bauran Pemasaran Pariwisata
Menurut Middleton dan Clarke (2001) “Bauran pemasaran pariwisata terdiri
dari product, price, promotion, dan place”. Packaging sendiri dalam bauran
pemasaran jasa masuk kedalam salah satu komponen produk jasa dimana produk jasa
merupakan semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian,
penggunaan atau konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.
Marketing mix merupakan komponen yang menentukan permintaan untuk
suatu bisnis. Morisson dalam David Weaver & Laura Lawton (2006) menerangkan
bahwa marketing mix terdiri dari beberapa komponen yang terperinci dengan
membagi menjadi delapan komponen, yaitu place, product, people, price, packaging,
programming, promotion, dan partnerships.
David Weaver & Laura Lawton (2006) menyatakan bahwa keseluruhan
komponen marketing mix tersebut dibutuhkan untuk mencapai efektivitas maksimum.
1. Place
Place merupakan hal pokok dalam industri pariwisata karena wisatawan
harus melakukan perjalanan menuju destinasi untuk mengkonsumsi
produk wisata.
2. Product
Product adalah elemen kunci dalam penawaran pasarmerupakan
komponen yang meliputi hasil dari suatu barang dan jasa yang disediakan
untuk wisatawan.
3. People
People dalam jasa pariwisata merupakan penyedia jasa yang melayani
wisatawan. People sedikitnya memiliki tiga hal yaitu service personnel,
the tourist themselves, dan local resident.
4. Price
Harga merupakan elemen penting dalam marketing mix karena harga
merupakan factor yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu
destinasi.
5. Packaging
Packaging berarti mengelompokkan dua elemen atau lebih dari tourism
experience ke dalam satu produk.
6. Programming
Programming memiliki kaitan dengan packaging yang melibatkan even
special, aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya lebih
beraneka ragam dan lebih menarik.
7. Promotion
Promosi merupakan upaya untuk meningkatkan permintaan melalui
pertimbangan kebutuhan, nilai, dan sikap pasar atau segmen target pasar.
8. Partnerships
Suatu hubungan yang dijalani oleh bisnis sejenis maupun tidak sejenis
yang menciptakan benefit bagi pihak-pihak tersebut.
(Kotler dan Amstrong, 2008 : 62) menyatakan bahwa “Bauran pemasaran
pariwisata adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya dipasar sasaran”
2.12 Promosi Pariwisata
Promosi pariwisata dapat diartikan sebagai salah satu faktor dalam bidang
pemasaran pariwisata yang berperan penting dalam keberhasilan suatu produk
wisata yang ditawarkan. Soekadijo (2000) memberikan penjelasan bahwa kegiatan
promosi merupakan kegiatan intensif dalam waktu yang relatif singkat. Dalam
kegiatan promosi diadakan usaha untuk memperbesar daya tarik produk
sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli.
Mc Namara (2007), menjelaskan bahwa promosi merupakan salah satu
cara untuk mempertahankan suatu produk di dalam pikiran konsumen. Dalam
proses mempertahankan produk tersebut akan merangsang konsumen untuk
melakukan permintaan terhadap produk tersebut.
Menurut Yoeti (2003), menyatakan bahwa promosi pariwisata adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memberitahu, membujuk, atau mengingatkan calon
wisatawan. Kegiatan yang dilakukan tersebut hendaknya menggunakan promotion
materials (bahan-bahan promosi) yang baik agar kesan terhadap produk yang
dihasilkan dapat memenuhi keinginan potensial tourist (wisatawan potensial).
Potensial tourist tersebut diharapkan dapat menjadi actual tourist (wisatawan yang
jadi berangkat) dengan membeli atau mengunjungi daerah tujuan wisata yang
mereka pilih.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
promosi dilakukan untuk dapat menarik calon konsumen untuk membeli
produk wisata yang dipromosikan atau sekedar memberikan ingatan kepada
calon konsumen tentang produk yang ditawarkan. Dalam mempromosikan
produk wisata sebaiknya dilakukan menggunakan media promosi baik melalui
media cetak atau media elektronik.
2.13 Bauran Promosi Pariwisata
Yoeti (2003), menyatakan bahwa Promotion Mix adalah bermacam-macam cara
atau kegiatan promosi yang dilakukan untuk memenuhi target pasar. Yang dimaksid
kegiatan-kegiatan itu adalah personal selling, advertising, sales promotion dan public
relation.
1. Personal selling
Bentuk presentasi pesan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli, untuk
mempengaruhi sikap konsumen agar terjadi kegiatan penjualan.
2. Advertising
Bentuk presentasi berupa iklan dan promosi non pribadi tentang ide, barang
meupun jasa yang dibayar oleh sponsor untuk memberikan informasi kepada
masyarakat dengan calon pembeli, untuk mempengaruhi sikap konsumen agar
terjadi kegiatan penjualan.
3. Sales promotion
Kegiatan promosi selain dari penjualan perorangan, periklanan, dan publikasi
yang komunikasinya dilakukan secara non personal. Contohnya dapat berupa
kupon diskon, contoh produk dan hadiah. Tujuan dari sales promotion hanya
untuk jangka pendek.
4. Public relation
Tujuannya adalah membentuk citra positif bagi perusahaan dan pada waktu
yang bersamaan melakukan kegiatan promosi pada pelanggan. Fungsi dan
public relation bukan untuk menjual suatu produk tetapi untuk menemukan cara
bagi pemasaran agar produk yang ditawarkan dapat diterima oleh target pasar.
2.14 Media Publikasi
Soekadijo (2000) dalam Ginanjar (2011) menyatakan, publikasi dapat langsung
disampaikan kepada konsumen, melalui media massa, ataupun secara intern. Bentuk
dari publikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Publikasi Langsung
Bentuk-bentuk publiksi langsung sama dengan bentuk-bentuk yang
biasa digunakan dalam promosi yang ditunjukan langsung kepada
konsumen, contohnya:
a. Leaflet dan Folder, sebagai sarana publikasi tidak menawarkan
rabat atau pemberian hadiah, isinya berupa pesan-pesan yang
menarik konsumen agar menimbulkan keinginan untuk membeli
suatu produk tertentu.
b. Brosur perjalanan, untuk memberikan data dan uraian yang
menarik tentang perjalanan wisata yang ditawarkan lengkap
dengan rute, atraksi, hotel, transportasi dan harga.
c. Lain-lain yang dapat berupa pameran, pekan wisata, dan laporan
perjalanan.
2. Publikasi Dalam Media Massa
Dengan memanfaatkan media massa publikasi, dapat sekaligus
menyampaikan informasi tidak hanya kepada konsumen potensial
perorangan, tetapi juga kepada sebagian besar dari pasar. Media
massa ada yang berupa media cetak, harian dan majalah (mingguan,
bulanan, berkala), dan poster, sedangkan radio adalah media suara,
lalu film dan televisi termasuk dalam media gambar bersuara.
3. Publikasi Intern
Publikasi intern merupakan proses penyampaian informasi dengan
menceritakan langsung dari orang yang sudah mendapatkan pengalaman
kepada orang yang belum mendapatkan pengalaman, sehingga tertarik
mencobanya.
Weaver dan Opperman (2000), memberikan penjelasan bahwa dalam
kegiatan periklanan pihak travel agent dapat memilih beberapa media periklanan, yaitu :
1. Televisi
Televisi merupakan media yang paling efektif dari media-media
lainnya karena menyajikan tampilan yang realistik dari destinasi yang
diiklankan.
2. Radio
Walaupun keberadaan radio telah bergeser oleh adanya televisi,
namun media ini masih dirasa cukup efektif dan dapat dijadikan alat
promosi.
3. Koran dan majalah
Koran dan majalah memiliki kelebihan dimana pesan yang ingin
disampaikan dapat diakses oleh banyak orang dan penyebarannya
lebih merata.
4. Brosur
Brosur paket wisata merupakan bentuk periklanan yang kegunaannya
untuk mempromosikan produk wisata di suatu destinasi. Kelebihan
dari brosur adalah bentuknya yang lebih kecil dibanding koran atau
majalah sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana.
5. Internet
Seiring dengan berkembangnya teknologi internet menjadi media
yang dapat menyaingi televisi, radio, koran dan majalah. Kelebihan
internet adalah informasinya dapat diperbaharui kapan saja,
jangkauannya mendunia dan dapat diakses kapan saja oleh siapa saja
secara online yang memudahkan bagi calon pengunjung untuk
mendapatkan informasi mengenai suatu destinasi.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media publikasi
akan berpengaruh besar terhadap produk wisata yang ditawarkan. Pengguanaan
media yang tepat akan mempengaruhi unsur ketertarikan dari sebuah produk wisata
yang ditawarkan. Diharapkan dari penggunaan media publikasi yang tepat akan
mempermudah penjualan produk wisata yang ditawarkan. Selain contoh publikasi
yang telah dijelaskan diatas terdapat pula publikasi jenis lain yang dapat
dikategorikan dalam media gambar dengan tampilan yang menarik, yaitu Katalog.
2.15 Pengertian Perancangan
Perancangan secara umum dapat diartikan ssebagai langkah awal dalam
proses tahapan suatu produk atau system. Penjelasan di bawah ini akan
diterangkan mengenai pengertian perancangan yang ditinjau dari sudut pandang
ilmu komputer, yang dikemukakan oleh Pressman (2001). Perancangan merupakan
proses penggunaan berbagai prinisip dan teknik untuk tujuan pendefinisian suatu
perangkat proses atau sistem hingga tingkat detail tertentu yang memungkinkan
realisasi bentuk fisiknya. Tujuan dari perancangan adalah kegiatan untuk
menghasilkan suatu model yang berkualitas baik.
2.16 Katalog
Pada sub bab sebelumnya telah dibahas mengenai arti dari perancangan, selanjtnya
pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian dari katalog. Kedua sub bab ini akan
saling berhubungan dalam perancangan katalog yang akan dibahas pada bab tiga nanti.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian mengenai katalog yang
diperoleh dari beberapa sumber. Katalog sendiri berasal dari bahasa latin catalogus yang
berarti daftar barang, benda atau sesuatu yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan
Fathmi (2004) mengartikan katalog adalah daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang
disusun menurut sistem tertentu. Menurut Saladin (2006) dalam Ginanjar (2011)
mengungkapakan pemasaran melalui katalog adalah bentuk pemasaran langsung dimana
perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog kepada konsumen atau calon konsumen,
dengan harapan penerima katalog akan memesan. Pemesananan melalui katalog ini sangat
tergantung terhadap pengelolaan komputer terhadap pelanggan. Oleh karena itu katalog
merupakan salah satu media yang tepat untuk digunakan oleh Nata Tours untuk dapat
memasarkan produk tour nya secara langsung kepada konsumen tetap atau calon konsumen.
2.17 Pengertian Paket Wisata
RS. Damardjati dalam Suyitno (2001) mengartikan bahwa paket wisata adalah
suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap,
dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk
transfer/pengangkutan, fasilitas akomodasi/hotel, serta darmawisata/sight seeing di
kota/kota-kota, objek-objek wisata dan atraksi-atraksi yang telah tercantum dalam
acara itu. Biasanya harga tersebut akan lebih murah jatuhnya diandingkan dengan
tur yang direncanakan secara khusus atas permintaan. Paket tur biasanya
mempunyai paket laku atau jangka waktu penggunaan.
Sedangkan Desky (2001) menjelaskan paket wisata merupakan perpaduan
beberapa produk wisata, minimal dua produk, yang dikenal menjadi satu kesatuan
harga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sementara itu produk wisata
mempunyai pengertian totalitas pengalaman seorang wisatawan sejak ia
meninggalkan suatu tempat sampai kembali lagi ke tempat ia berangkat. Menurut
ismayanti (2010), paket wisata adalah perjalanan yang dibuat oleh biro perjalanan
wisata yang meliputi transportasi, akomodasi, serta konsumsi dalam satu harga.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah paket wisata merupakan sekumpulan
dari produk wisata yang didalamnya terdapat beberapa unsur berupa biaya tur, penginapan,
dan atraksi-atraksi yang telah ada didalamnya dan tidak dapat untuk dipisahkan.
2.18 Perancangan Paket Wisata
Menurut Desky (2001) dalam Ginanjar (2011), terdapat beberapa
pertimbangan yang harus ditentukan dalam pembuatan rencana sebuah paket
wisata antara lain:
1. Pemilihan daerah tujuan wisata.
2. Fasilitsas di daerah tujuan wisata.
3. Keunggulan daerah tujuan wisata.
4. Akses ke daerah tujuan wisata.
5. Musim di daerah tujuan wisata.
6. Situasi Politik & keamanan di daerah tujuan wisata.
7. Sistem bea cukai & keimigrasian di daerah tujuan wisata.
8. Kebijakan harga di daerah tujuan wisata.
9. Jarak tempuh daerah tujuan wisata
Di dalam perencanaan wisata memerlukan tahap-tahap dan seluruh tahapan
tersebut berkaitan erat dengan aspek-aspek di dalam perencanaan. Dari tahapan-
tahapan tersebut memerlukan instrument dalam observasi/penelitian. Perencanaan
yang baik haruslah didasarkan akan pertimbangan-pertimbangan rasional dan data-
data yang akurat. Suyitno (2001), menjelaskan mengenai tahapan-tahapan didalam
merencanakan kegiatan wisata. Berikut ini merupakan gambar tahap-tahap
perencanaan wisata yang dimaksud oleh Suyitno:
Gambar 2.1. Tahap-Tahap Perencanaan Wisata
(Sumber: Suyitno, 2001)
1. Diagnosis Pasar
Meneliti pasar dengan melihat gejala-gejala yang muncul dilakukan pada
tahap dalam perencanaan wisata karena karakteristik penyusunan
produk wisata yang harus consumer oriented. Diagnosis pasar pada
hakikatnya dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan
pasar.
2. Formulasi Tujuan
Pengetahuan yang didapat dari hasil diagnosis pasar dipakai
sebagai dasar untuk merumuskan tujuan. Rumusan tujuan ini pada
dasarnya adalah hipotesis akan tujuan yang hendak dicapai,
sedangkan tujuan tak lain adalah rumusan wisata yang akan di
Diagnosis Pasar
Analisis Data Penetapan
Rencana Pelaksanaan
Rencana
selenggarakan.
3. Observasi
Observasi pada dasarnya adalah pengejawantahan tujuan yang telah
dirumuskan dan menghubung-hubungkan antara hipotesis dengan
kenyataan di lapangan. Hal-hal yang diobservasi adalah seluruh
masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk
memperlancar pelaksanaan tahap ini maka digunakan instrumen-
instrumen tertentu.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam kegiatan observasi diolah dan
dianalisis. Analisis data dimaksudkan untuk:
a. Menentukan strategi pencapaian tujuan.
b. Mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul dalam proses
pencapaian tujuan.
c. Mencari alternatif-alternatif yang mungkin dapat ditempuh
5. Penetapan Rencana
Hasil analisis dipakai sebagai dasar untuk melakukan revisi tehadap
formulasi tujuan. Perbaikan dan olahan inilah yang pada akhirnya
menghasilkan rencana yang akan dilaksanakan.
6. Pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan rencana merupakan tahap akhir dalam perencanaan
wisata. Pelaksanaan rencana adalah kegiatan nyata. dalam mengawali
serta memantau pencapain tujuan yang telah ditetapkan (Suyitno,
2001).
2.18.1 Penyusunan Acara Wisata
Acara wisata menurut Suyitno (2001) dalam Ginanjar (2011) adalah
sebuah dokumen yang dapat dipakai untuk mengilustrasikan penyelenggaraan
sebuah wisata. Acara wisata dapat juga dikatakan sebagai produk bayangan,
karena memeberi bayangan atau gambaran tentang sebuah wisata.
Sedangkan menurut Robert T. dalam Suyitno (2001), menambahkan
pengertian dari acara wisata yaitu, suatu daftar dan jadwal acara tours dengan
data-data yang lengkap mengenai hari-hari, jam, tempat-tempat (objek-objek
wisata), hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan, tempat tiba, acara-acara
yang disuguhkan, sehingga dalam keseluruhannya akan menggambarkan jadwal
pelaksanaan maupun waktu-waktu dari keseluruhan acara tour (dari awal sampai
akhir).
Berdasarkan dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penyusunan acara wisata adalah serangkaian data kegiatan dari awal kegiatan
tur hingga kembali lagi ke tempat semula dan selama kegiatan tur tersebut
terdapat waktu kegiatan, objek-objek yang dikunjungi, penginapan dan unsur-
unsur lainnya.
2.18.2 Manfaat Perencanaan Wisata
Menurut Suyitno (2001) dalam Ginanjar (2011), menerangkan manfaat dari
perencanaan wisata, yaitu:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.
2. Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di luar
dugaan sekaligus alternatif pemecahaannya.
3. Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga
dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan
efisien.
4. Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata. Sebagai upaya pengawasan
atau evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan
wisata berikutnya (Suyitno, 2001).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat dapat diambil
kesimpulkan bahwa acara wisata sangat penting dalam perencanaan wisata.
Karena dari perencanaan wisata dapat mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan apabila terjadi dalam kegiatan wisata yang dilaksanakan,
sehingga dapat tercapai kegiatan wisata sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.18.3 Pendistribusian Waktu
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai Pendistribusian waktu yang
disertai dengan gambar tabel. Pendistribusian waktu dapat digunakan sebagai
alat bantu di dalam membuat suatu acara wisata. Berikut ini merupakan
contoh tabel pendistribusian waktu.
Tabe1 2.1
Pendistribusian Waktu
Pendistribusian Waktu
Nama Tur/Transfer : ................... (a) Durasi : ................... (b)
Uraian Perjalanan Tur Istirahat J
u
m
l
a
h
Jadwal
(c) (d) (e) M (
g
)
(h)
JUMLAH (h) (i) 0) (
k
)
(1)
(Sumber: Tabel Pendistribusian Waktu, Suyitno, 2001)
Tabel di atas menerangkan mengenai hal-hal yang harus direncanakan di dalam
melakukan acara wisata, yaitu :
a. Nama tur/transfer.
b. Lama penyelenggaraan.
c. Nama-nama objek kunjungan, dimulai dengan tempat pemberangkatan dan
diakhiri dengan tempat pengantaran. Tempat pemberangkatan dan pengantaran
ini biasanya adalah hotel. Dua hal yang harus ditulis adalah :
1. Objek antara (objek A-objek B), menunjukan waktu tempuh antara objek A
dan B.
2. Objek kunjungan, yaitu nama objek tertentu (objek B), menunjukan lama
kegiatan di objek B.
d. Waktu untuk kegiatan di peijalanan.
e. Waktu untuk kegiatan di objek.
f. Waktu untuk istirahat.
g. Jumlah kunjungan.
h. Jumlah waktu pada masing-masing kolom.
i. Jumlah seluruh waktu yang diperlukan untuk tur.
j. Transformasi ke dalam jadwal waktu sesuai dengan waktu keberangkatan
yang ditetapkan (Suyitno, 2001).
2.18.4 Penghitungan Harga Wisata
Suyitno (2001), memberikan definisi bahwa biaya wisata adalah semua
pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang untuk mengelola wisata. Sebagai faktor
pembentuk harga wisata, biaya wisata harus secara maksimal mencerminkan
seluruh pengeluaran dalam pengelolaan wisata.
Agar dapat memprediksi mengenai biaya yang timbul secara menyeluruh, perlu
dipahami jenis-jenis biaya. Suyitno (2001), mengklasifikasikan jenis-jenis biaya,
yaitu :
1. Biaya Induk
Biaya induk adalah biaya yang mula-mula muncul sebagai refleksi dari
penggunaan komponen wisata.
2. Biaya ikutan
Biaya ikutan adalah biaya yang muncul sebagai faktor ikutan biaya induk.
Untuk menghitung jumlah biaya yang diperlukan di dalam suatu
kegiatan wisata, maka diperlukan suatu tata cara perhitungan harga wisata
yang baik dan benar. Berikut ini merupakan tabel perhitungan harga
wisata.
Tabel 2.2
Perhitungan Harga Wisata
Nama tur/transfer : ………….. FOC/AC : …./….
Jumlah peserta : ………….. Mata uang : ……...
No Uraian Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap
(1) (1)
Jumlah Biaya (1) (1)
Biaya per Peserta
Surcharge (..%)
Harga per Peserta (nett
price)
Dibulatkan
(2)
(3)
(4)
(5)
(Sumber : Tabel Perhitungan Harga Wisata, Suyitno, 2001)
Tabel 2.2 di atas menjelaskan mengenai tata cara menghitung suatu
harga paket wisata, yakni meliputi :
1. Merinci dan menjumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
2. Menghitung jumlah biaya per orang.
3. Menghitung surcharge.
4. Menghitung harga wisata per orang (nett price/person) dengan cara
menambah jumalah biaya per orang dengan surcharge.
5. Melakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan secara bervariasi
tergantung kebijaksanaan pengelola wisata.
Cara Perhitungan Biaya Total Paket Wisata
Rumusnya adalah : (Harga paket /orang x Jumlah Peserta) + Total Biaya
Musiman (jika berlibur pada periode ramai)
Contohnya : misalkan harga paket wisata 250.000 IDR, jumlah peserta tur 5 orang,
dan total biaya tambahan musiman 200.000 IDR, maka perhitungannya sebagai
berikut : (250.000 x 5) + 200.000 = 1.450.000 IDR. (scribed.com, 2012)