BAB II TINJAUAN PUSTAKA Inovasi Produk -...
-
Upload
nguyenlien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA Inovasi Produk -...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inovasi Produk
2.1.1 Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan dari perusahaan, melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Para
ahli mendefinisikan produk sebagai berikut: Menurut Kotler dan Keller (2012)
menyatakan bahwa: “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan”, sedangkan definisi produk menurut
Saladin (2007: 71): “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi, dan yang dapat
memuaskan keinginan dan kebutuhan”.
Jadi pengertian produk adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dan ditawarkan ke pasar sehingga dapat memenuhi kebutuhan serta
keinginan konsumennya.
2.1.2 Inovasi
Mempertahankan produk untuk selalu diminati konsumen memerlukan usaha
yang kreatif seperti membuat inovasi-inovasi dari produk yang ditawarkan, dengan
harapan dapat membuat konsumen tidak berpindah keproduk lain yang sejenis.
Inovasi itu sendiri merupakan salah satu faktor penentu dari sukses perusahaan yang
10
diperlukan agar tetap bertahan, atau menjadi lebih kompetitif. Hubeis (2012: 67)
mendefinisikan inovasi sebagai suatu perubahan atau ide besar dalam sekumpulan
informasi yang berhubungan antara masukan dan luaran. Dari definisi tersebut
didapat dua hal, yaitu inovasi produk dan inovasi proses yang dalam pengertian
ekonomi disebut inovasi apabila produk atau prosesnya ditingkatkan, selanjutnya
dapat menjadi awal dari proses penjualan di pasar.
Jadi, inovasi baik proses maupun produk merupakan suatu perubahan pada
sekumpulan informasi yang berhubungan dan terkait dengan upaya meningkatkan
atau memperbaiki sumber daya yang ada. Memodifikasi untuk menjadikan sesuatu
yang bernilai, menciptakan hal-hal baru dan berbeda, merubah suatu bahan menjadi
sumber daya dan menggabungkan sumber daya-sumber daya menjadi suatu
konfigurasi baru atau spesifikasi produk yang lebih produktif, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dipengaruhi oleh kepastian untung maupun rugi atau
proses waktu melaksanakannya, dalam rangka meraih keunggulan kompetitif. Ahli
lain Tjiptono (2008: 438) mendefinisikan bahwa inovasi sebagai implementasi
praktis sebuah gagasan ke dalam produk atau proses baru.
2.1.3 Inovasi Produk
Mengingat perubahan selera yang cepat dalam teknologi dan persaingan,
perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan produk yang ada untuk mempertahankan
pertumbuhan atau untuk mempertahankan laba. Perusahaan yang memiliki harapan
untuk mempertahankan pasar dan laba kinerja bisa dengan melakukan inovasi produk
11
yang berkelanjutan. Inovasi produk meliputi berbagai kegiatan pengembangan
produk - perbaikan produk, pengembangan yang seluruhnya baru, dan perluasan yang
meningkatkan jangkauan atau jumlah lini produk yang dapat ditawarkan perusahaan.
Inovasi produk tidak dapat disamakan dengan penemuan. Sebuah inovasi
didefinisikan sebagai suatu ide, produk atau bagian dari teknologi yang telah
dikembangkan dan dipasarkan untuk pelanggan yang dirasa sebagai sesuatu yang
baru. Kita mungkin menyebutnya sebagai proses identifikasi, menciptakan dan
memberikan nilai-produk baru atau manfaat yang tidak ditawarkan sebelumnya di
pasar. Dengan produk baru atau yang dimaksud dengan produk asli, perbaikan
produk, memodifikasi produk dan merek baru dari perusahaan yang berkembang
melalui penelitian sendiri dan upaya pengembangan. (Kotler dan Amstrong, 2008 :
603-604).
Saat ini produk yang ditawarkan setiap perusahaan semakin beragam dengan
kelebihan masing-masing. Hal tersebut menyebabkan para konsumen lebih selektif
dalam memilih produk yang sesuai. Maka dari itu perusahaan berlomba – lomba
untuk melakukan inovasi produk dalam rangka menarik minat konsumen dan untuk
mempertahankan pelanggannya, demi mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Menurut Hubeis (2012: 76) inovasi ini diperlukan oleh perusahaan, agar
tetap bertahan, atau menjadi lebih kompetitif
12
2.1.4 Jenis – Jenis Inovasi
Menurut Hubeis (2012: 75) inovasi produk merupakan pengetahuan produk
baru, yang seringkali dikombinasikan dengan hal baru untuk membentuk metode
produksi yang tidak diketahui. Sehingga inovasi produk terbagi menjadi dua jenis
yaitu:
1. Inovasi Produk Baru yaitu produk radikal
2. Inovasi Pengembangan Produk yaitu produk bertahap
Chandy and Yellis (1998) dalam Jamil Bojei and Wong Chee Hoo:
“On the other hand, innovation is to produce something new to the market. Innovation can be incremental where the newness doesn’t generally destroy the product, while radical innovation supersedes the existing invention”.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa di sisi lain, inovasi adalah untuk menghasilkan
sesuatu yang baru ke pasar. Inovasi bisa bertahap dimana hal yang baru tersebut
umumnya tidak merusak produk, sedangkan inovasi radikal menggantikan penemuan
yang ada.
Inovasi yang sukses adalah sederhana dan terfokus. Ia harus terarah secara
spesifik, jelas, dan memiliki desain yang dapat diterapkan. Dalam prosesnya, ia
menciptakan pelanggan dan pasar yang baru. Dalam buku Lupiyoadi (2004: 155)
terdapat jenis – jenis inovasi berdasarkan para ahli: Menurut Schumpter inovasi yang
dapat dilakukan wirausaha adalah:
1. Pengenalan suatu barang baru, atau perbaikan dari barang yang sudah ada
2. Pengenalan metode produksi baru
13
3. Pembukaan pasar baru, khususnya pasar ekspor pada daerah baru
4. Penciptaan atau pengadaan persediaan bahan mentah atau setengah jadi baru
5. Penciptaan suatu bentuk organisasi industri baru
Wirausaha yang dapat menciptakan jenis barang baru akan memberi
keuntungan bagi pasar hingga banyak terdapat pilihan konsumsi. Kemudian
pengenalan metode produksi dan bentuk organisasi industri baru juga menciptakan
efisiensi yang dapat menguntungkan perusahaan. Efisiensi juga dapat dicapai dengan
ditemukannya persediaan (supply) baru untuk bahan produksi. Terakhir terbukanya
pasar baru dapat terjadi karena terciptanya produk baru untuk dikonsumsi, sementara
pasar eksport baru dapat menghasilkan devisa bagi perekonomian suatu negara.
Sedangkan menurut Kuratko terdapat 4 jenis inovasi yaitu:
1. Invensi (penemuan)
2. Ekstensi (pengembangan)
3. Duplikasi (penggandaan)
4. Sintesis
Seperti yang dijelaskan pada tabel 2.1 berikut:
14
Tabel 2.1 Jenis- jenis Inovasi dalam Praktik
Jenis Keterangan Contoh
Penemuan Produk, jasa, atau proses yang
benar-benar baru
Wright bersaudara (pesawat
udara), Alexander Graham Bell
(telepon), Thomas Edison (lampu
pijar)
Pengembangan Pemanfaatan baru atau
penerapan lain pada produk,
jasa atau proses yang ada.
Ray Coc (McDonald’s)
Duplikasi Replikasi kreatif atas konsep
yang telah ada
Wallmart (department store)
Sintesis Kombinasi atas konsep dan
faktor-faktor yang telah ada
dalam penggunaan atau
formula baru
Fred Smith (Federal Express),
Meril Lynch (Lembaga
Keuangan).
Sumber : Lupiyoadi (2004: 165)
2.1.5 Karakteristik Inovasi
Menurut Roger (1995) dalam Hsun Ho and Wu (2011: pp 259-260)
“Innovative characteristics, especially those perceived by adopters, can increase the
acceptability of a new product”. Karakteristik inovatif, terutama yang dirasakan oleh
pemakai, dapat meningkatkan penerimaan produk baru.
15
“Rogers (1983) regarded the innovative product’s character itself will determine the speed of diffusion supported by its five factors, namely 'Relative Advantage', 'Compatibility', 'Complexity', ' Trialability' and 'Observability'. Rogers’ assertion is supported by many practical studies (Tornatsky and Klein, 1982), including the study on relative advantage and compatibility of 19 household goods by Holak and Lehmann (1990) which proves direct influence on consumption of innovative product (Kim and Nam, 2003)”. dalam Hwang, Min Woo (2005).
Hal tersebut menerangkan bahwa Rogers (1983) mengatakan karakter inovatif produk
itu sendiri akan menentukan kecepatan difusi yang didukung oleh lima faktor, yaitu '
Keuntungan Relatif ', 'Kesesuaian', 'Kesulitan', 'Percobaan' dan 'Ketampakan'.
Penegasan Rogers tersebut didukung oleh banyak studi praktis (Tornatsky dan Klein,
1982), termasuk studi pada keunggulan relatif dan kompatibilitas dari 19 barang
rumah tangga oleh Holak dan Lehmann (1990) yang membuktikan pengaruh
langsung pada konsumsi dari produk yang inovatif (Kim dan Nam, 2003).
Kelima karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Relative advantage
Keuntungan relatif adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap lebih baik
daripada mengganti produk. Hal ini tidak mengacu pada tujuan untuk mendapatkan
keuntungan pada produk baru tetapi dengan persepsi subyektif adopter terhadap
keuntungan. Sebuah inovasi yang menawarkan keuntungan yang lebih besar diyakini
memiliki penerimaan yang lebih besar, kecepatan difusi yang lebih tinggi. Dalam
penelitian sebelumnya atribut inovasi yang memiliki keuntungan relatif secara positif
memiliki hubungan dengan penerimaan, dan itu juga salah satu faktor yang paling
efektif untuk memprediksi penerimaan. Hsun Ho dan Wu., 2011: pp 259-260
16
menyatakan bahwa dari penelitian di masa lalu menyarankan secara positif relative
advantage sebagai salah satu faktor yang paling efektif untuk memprediksi
penerimaan inovasi.
2. Compatibility
Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap kompatibel dengan
sistem nilai konsumen yang ada, pengalaman, dan kebutuhan. Konsumen lebih
cenderung untuk mengadopsi produk baru awal jika produk tersebut lebih kompatibel
dengan nilai-nilai dan kebutuhan yang ada, dan mereka tidak perlu mengubah apa
pun untuk menggunakan produk. Untuk adopsi potensial, kompatibilitas produk yang
lebih tinggi juga berarti ketidakpastian kurang dan kesenjangan yang lebih kecil
antara atribut produk dan kebutuhan konsumen. Sebuah inovasi kompatibilitas secara
positif terkait dengan penerimaan tersebut.
3. Complexity
Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi tampak sulit untuk
dimengerti dan digunakan serta merupakan persepsi subyektif. Beberapa produk baru
akan lebih mudah dipahami bagi kebanyakan orang di masyarakat, tetapi yang
lainnya tampak sangat kompleks dan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dipahami. Sebuah inovasi yang kurang kompleks dapat menyebar lebih cepat.
Sebuah inovasi membutuhkan proses adopsi untuk belajar keterampilan baru atau
meningkatkan pemahaman mereka karena tidak mungkin diterima dengan cepat.
Sehingga, adopsi inovasi mungkin tertunda.
17
4. Trialability
Tingkat di mana inovasi bereksperimen secara terbatas. Inovasi dapat diuji coba
dengan tahap yang berbeda. Inovasi biasanya lebih cepat diadopsi dibanding yang
tidak melakukan uji coba. Dalam pemasaran, trial ability berarti bersedian melakukan
percobaan secara bebas untuk pengalaman produk baru.
5. Observability
Observability adalah sejauh mana hasil inovasi ini terlihat. Semakin terlihat hasil
inovasinya maka akan semakin baik penerimaannya oleh responden. Observability
inovasi ini dapat menimbulkan pertanyaan dan mendorong untuk berdiskusi tentang
inovasi bersama kerabat, termasuk pengadopsi yaitu teman dan kolega.
2.1.6 Sumber Inovasi
Menurut Howell dan Higgins (1990) dalam Lupiyoadi (2004: 166) ada
beberapa hal yang menjadi sumber inovasi yaitu:
1. Kejadian yang tidak diharapkan: Ada kesuksesan dan kegagalan yang lahir
begitu saja tanpa pernah diantisipasi dan diramalkan, hal ini akan menjadi
dasar yang kuat bagi perusahaan.
2. Ketidakharmonisan: hal ini terjadi bila ada jurang pemisah antara yang
diharapkan dengan yang sebenarnya terjadi.
3. Proses sesuai kebutuhan: hal ini bila terjadi permintaan khusus terhadap para
wirausaha untuk menciptakan inovasi tertentu karena ada kebutuhan khusus.
18
4. Perubahan pada industri dan pasar: Pasar dan industri selalu berkembang dan
berubah –ubah secara struktur, desain dan definisi. Seorang wirausaha harus
peka mengantisipasi hal ini untuk menarik kesempatan yang mungkin akan
muncul.
5. Perubahan Demografi: Inovasi ini muncul karena adanya perubahan pada
masyarakat akan jumlah penduduk, umur, pengetahuan, pekerjaan, lokasi
geografi dan faktor-faktor lainnya.
6. Perubahan persepsi: Ini timbul karena perubahan intepretasi yang terjadi di
masyarakat akan fakta yang ada dan konsep yang berlaku. Ia tidak berbentuk
tetapi memiliki arti tersendiri.
7. Konsep pengetahuan dasar: Ada beberapa prinsip yang mendasari kreasi atau
pengembangan suatu hal baru. Invensi merupakan salah satu konsep
pengetahuan dasar, karena ia merupakan produk dari pemikiran baru, metode
baru dan pengetahuan baru.
2.2 Minat Beli Ulang Konsumen
Minat pembelian ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada
kesempatan mendatang (Kinnear & Taylor) dalam Saidani dan Arifin (2012).
Menurut Lacey and Morgan (2007) dalam Kaveh, 2012. “Repurchase intention refers
to the individual’s judgement about buying again a designated service from the same
company, taking into account his or her current situation and likely circumstances”.
19
Yaitu minat pembelian ulang mengacu pada penilaian individu tentang membeli
ulang layanan yang ditunjuk dari perusahaan yang sama, dengan mempertimbangkan
situasi saat itu dan situasi yang mungkin terjadi. Sementara itu (Seiders et al.,2005)
dalam Kaveh (2012) menjelaskan “Repurchase intentions represent the customer’s
self-reported likelihood of engaging in further repurchase behavior”. Minat
pembelian ulang menunjukan bahwa pelanggan dengan sendirinya menarik
kemungkinan untuk melakukan perilaku pembelian ulang selanjutnya. Jadi minat beli
ulang merupakan minat dari masing-masing individu untuk melakukan pembelian
ulang setelah mempertimbangkan segala situasinya.
“The study of repurchase intention was said to be important due to their long term implications. Repurchase intention is similar with purchase intention except with the element of experience”. (Ritti & Silver, 1986) dalam Jamil Bojei and Wong Chee Hoo.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa studi tentang minat pembelian ulang dikatakan
penting karena melibatkan jangka panjang. Minat beli ulang mirip dengan minat beli
kecuali unsur pengalaman. Studi lain mengatakan “Customers’ repurchase intention
or customer retention is referred to as a key to Defensive Marketing strategies and
business success in general” (Cronin et al., 2000) dalam Kitchatorn. Yang
mengatakan bahwa minat pembelian ulang pelanggan atau retensi pelanggan disebut
sebagai kunci untuk mempertahankan strategi pemasaran dan kesuksesan bisnis
secara umum.
20
Menurut Ferdinand (2002: 25-26) dalam Saidani dan Arifin (2012) minat
membeli ulang merupakan fungsi dari sikap individual terhadap produk atau jasa.
Minat beli ulang dapat didefinisikan melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1. Minat transaksional
Menggambarkan perilaku seseorang yang beringinan untuk membeli ulang
produk yang telah dikonsumsinya.
2. Minat referensial
Perilaku seseorang untuk mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar
juga dibeli oleh orang lain, dengan referensi pengalaman konsumsinya.
3. Minat preferensial
Yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu memiliki
preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi. Preferensi ini hanya
dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
4. Minat eksploratif
Minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi
mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung
sifat-sifat positif dari produk yang dilangganinya.
Tujuan melakukan pembelian ulang merupakan suatu tingkat motivasional
seorang konsumen untuk mengalami perilaku pembelian suatu produk pada saat
konsumen memiliki tujuan untuk melakukan pembelian ulang suatu produk dengan
21
merek tertentu, maka pada saat itu pula secara tidak langsung konsumen tersebut
telah memiliki perilaku loyal serta puas terhadap merek tersebut.
2.3 Pengaruh Inovasi Produk terhadap Minat Beli Ulang Konsumen
Semakin banyaknya pesaing yang menawarkan produk sejenis membuat para
konsumen lebih selektif untuk memilih produk yang di butuhkan. Setiap perusahaan
berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang
ditawarkan, sedangkan konsumen mencari produk yang terbaik. Hal tersebut menjadi
faktor pendorong bagi setiap perusahaan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dengan melakukan inovasi terhadap produk. Menurut Hubeis (2012: 76) inovasi ini
diperlukan oleh perusahaan, agar tetap bertahan, atau menjadi lebih kompetitif.
Inovasi produk meliputi berbagai kegiatan pengembangan produk - perbaikan produk,
pengembangan yang seluruhnya baru, dan perluasan yang meningkatkan jangkauan
atau jumlah lini produk yang dapat ditawarkan perusahaan (Kotler dan Amstrong,
2008 : 603-604).
Strategi tersebut merupakan suatu langkah yang dapat membuat produk
menjadi lebih maju dibandingkan dengan produk pesaing, apalagi bila para pesaing
tidak mengalami perubahan dan cenderung statis. Keadaan tersebut menguntungkan
bagi perusahaan yang menerapkan strategi inovasi produk, karena akan menjadi nilai
tambah bagi para konsumennya. Minat pembelian ulang adalah niat untuk melakukan
pembelian kembali pada kesempatan mendatang (Kinnear & Taylor) dalam Saidani
dan Arifin (2012). Menurut Ferdinand (2002: 25-26) dalam Saidani dan Arifin
22
(2012) minat beli ulang dapat didefinisikan melalui indikator-indikator yaitu minat
transaksional, minat referensial, minat preferensial, dan minat eksploratif.
Para konsumen melihat produk tersebut menarik dengan adanya perubahan
yang terjadi pada produk yang akan mereka beli. Jadi, inovasi yang terdapat pada
suatu produk mengidentifikasi siapa penjual atau pembuat barang tertentu untuk
memberikan tampilan manfaat tertentu untuk pembeli. Konsumen memandang
inovasi produk sebagai bagian yang penting dari suatu produk, karena itu penjual
berusaha keras untuk merancang, menciptakan kemudian merealisasikan ide- ide
menjadi sebuah produk yang inovatif dalam rangka menarik minat beli konsumen.
Dalam penelitian Hwang, Min Woo (2005) menjelaskan: “There has been similar
analysis that purchase intention and purchase action starts from customer
satisfaction” (Uncles and Laurent; Sharp and Sharp 1997). Bahwa terdapat analisis
serupa antara minat beli dan tindakan pembelian awal dalam kepuasan konsumen.
Maka dari itu untuk mengukur seberapa besar inovasi produk yang dilakukan dalam
meningkatkan kepuasan pelanggan perlu mengukur minat beli ulang konsumen.
Seperti yang dikatakan Hsun Ho dan Wo, (2011: pp 259-260) dalam penelitiannya
bahwa minat beli untuk mengukur inovasi produk sudah sangat handal. Karena nilai-
nilai dan inovasi yang diharapkan oleh konsumen dari barang ataupun jasa
berpengaruh terhadap minat beli konsumen untuk melakukan pembelian ulang yang
ditawarkan perusahaan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Yeh, Pei-jung (2008)
antara inovasi dan minat beli ulang memiliki korelasi yang sangat positif bagi
23
konsumen dan memiliki pengaruh timbal balik terhadap keduanya. Dan didukung
oleh penliti lain yaitu Wang Ke Yi (2010) yang menegaskan bahwa inovasi akan
meningkatkan minat beli ulang pelanggan sampai batas tertentu. Selain itu terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Naved, Tahir, et.,al (2010) yang menegaskan bahwa
jika sebuah perusahaan ingin bertahan hidup untuk jangka panjang, harus bekerja
untuk loyalitas pelanggan, dan inovasi dianggap sebagai elemen penting untuk
menarik minat beli ulang pelanggan di masa yang akan datang. Rogers (1983) dalam
Mascarenhas (2009)
“Identifies six characteristics of innovations from the viewpoint of their diffusion or adoption by consumers:”
1. Relative advantage, 2. Compatibility, 3. Trialability, 4. Observability, 5. Complexity, and 6. Perceived risk.
The first four characteristics are positively related, while the latter two are negatively related, to innovation-adoption (Gatignon and Robertson: 1985).
Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Cheng-Hsun Ho
dan Wenchieh Wu (2011) yang menyatakan konsumen lebih cenderung untuk
mengadopsi produk baru yang mereka anggap memiliki relative advantages,
compatibility, trialability, dan observability. Berdasarkan penelitian tersebut maka
hanya digunakan empat dari enam karakteristik inovasi dalam teori Roger tersebut
yaitu Relative advantage, Compatibility, Trialability, Observability.
24
Berdasarkan uraian diatas, maka keterkaitan variabel bebas (Inovasi Produk)
dengan variable terikat (minat beli ulang) yang merupakan kerangka konsep dalam
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Inovasi Produk
1. Relative Advantage
2. Compatibility
3. Trialability
4. Observability
Sumber : Menurut Roger (1995) Sumber : Ferdinand (2002) dalam Hsun Ho and Wu dalam Saidani dan (2011: pp 259-260) Arifin (2012)
2.4 Penelitian Terdahulu
Cheng-Hsun Ho & Wnechieh Wu (2011) melakukan penelitian dengan judul
Role Of Innovativeness Of Consumer In Relationship Between Perceived Attributes If
New Products And Intention To Adopt. Menguji hubungan antara inovasi dengan
minat untuk mengadopsi produk baru dan menguji operasional dari inovasi yaitu
relative advantage, compatibility, complexity, trialability dan obsevability terhadap
minat untuk mengadopsi produk baru. Obyek penelitian yang digunakan adalah para
pengguna iPad di Taiwan. Metode yang digunakan dengan menyebarkan 288
kuesioner, tetapi hanya 255 kuesioner yang valid. Hasil analisis regresi berganda dan
koefisien determinasi menunjukkan setiap operasional dalam inovasi saling
Minat Beli Ulang Konsumen
1. Minat Transaksional
2. Minat Referensial
3. Minat Preferensial
4. Minat Eksploratif
25
mempengaruhi minat untuk mengadopsi produk baru, dan dinyatakan bahwa minat
merupakan alat ukur yang handal untuk mengukur inovasi.
Pei-jung Yeh (2008) melakukan penelitian dengan judul A Study Of
Relationship Among Innovation, Customer Satisfaction And Repurchase Intention In
Travel Agencies. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara inovasi,
kepuasan pelanggan dan minat beli ulang di Agen Perjalanan di Taiwan.
Menggunakan wawancara semi terstruktur dengan para staf agen perjalanan dan
menyebarkan 400 kuesioner ke pelanggan agen perjalanan, namun hanya 317
kuesioner yang valid. Hasil menunjukan bahwa antara inovasi dan kepuasan
pelanggan memiliki korelasi positif yang tinggi. Antara inovasi dan minat beli ulang
memiliki korelasi yang sangat positif bagi konsumen. Antara kepuasan pelanggan dan
minat beli ulang memiliki dampak yang signifikan. Terakhir antara inovasi, kepuasan
pelanggan dan minat beli ulang memiliki pengaruh timbal balik antara ketiganya dan
memiliki relevansi yang tinggi.
Wang Ke Yi (2010) melakukan penelitian dengan judul An Empirial Study of
Service Innovation’s Effect On Customers Repurchase Intention In
Telecommunication Industry. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
menyelidiki dampak inovasi layanan terhadap minat beli ulang. Inovasi layanan ini
menggunakan lima konsep yaitu norma subyektif, relative advantage, sikap dan
minat beli ulang. Menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan wawancara dan
kuesioner dengan lima poin skala likert terhadap 400 pelanggan telekomunikasi
26
selular, namun hanya 245 kuesioner yang valid. Hasil menunjukan bahwa inovasi
layanan memiliki efek positif pada norma subyektif, relative advantage, sikap
sehingga meningkatkan minat beli ulang pelanggan sampai batas tertentu.
Naved, Tahir, Irum Akhtar dan Khaliq ur Rehman Cheema (2010) melakukan
penelitian dengan judul The Impact Of Innovation On Suctomer Satisfaction And
Brand Loyalty: A Study Of The Students Of Faisalabad. Penelitian ini
menggambarkan hubungan inovasi dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan
terhadap siswa untuk produk – produk baru di pasar ponsel. Hasil menunjukan bahwa
hubungan ini sangat kuat. Hipotesis pertama untuk teknologi dan produk menarik
signifikansi pasar tertentu untuk produk mobile. Hipotesis kedua menunjukan bahwa
inovasi juga memiliki hubungan dengan loyalitas merek terhadap produk untuk
jangka waktu yang panjang. Hipotesis ketiga dijelakan bahwa adanya hubungan yang
kuat antara kepuasan pelanggan dan loyalitas merek. Hal ini menunjukan bahwa para
siswa sebagian besar memiliki minat untuk membeli kembali merek yang memenuhi
kebutuhan mereka, dan ridak mengambil resiko untuk beralih ke merek lain.
Kesimpulannya jika sebuah perusahaan ingin bertahan hidup untuk jangka panjang,
harus bekerja untuk loyalitas pelanggan, dan inovasi dianggap sebagai elemen
penting untuk menarik minat beli ulang pelanggan di masa yang akan datang.