BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Briket dan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Briket dan...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Briket dan Biobriket
Briket merupakan konversi dari sumber energi padat berupa
batubara yang dibentuk dan dicampur bahan baku lain sehingga memiliki
nilai kalor yang lebih rendah daripada nilai kalor batubara itu sendiri.
Batubara dan campuran lain yang digunakan untuk membuat briket akan
melalui proses pembakaran tidak sempurna sehingga tidak sampai menjadi
abu atau biasa disebut dengan proses pengarangan (karbonisasi).
Selanjutnya arang tersebut dicampur dengan perekat, dipadatkan dan
dikeringkan kemudian disebut sebagai briket. Kualitas briket yang baik
adalah yang memiliki kandungan karbon yang besar dan kandungan sedikit
abu. Sementara Briket kualitas rendah adalah yang berbau menyengat saat
dibakar, sulit dinyalakan dan tidak tahan lama. Jumlah kalori yang baik
dalam briket adalah 5000 kalori dan kandungan abunya hanya sekitar 8%.
(Yusuf, 2013)
Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan
untuk rumah tangga maupun industri. Biobriket mampu menyuplai energi
dalam jangka panjang. Biobriket didefiniskan sebagai bahan bakar yang
berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang mengalami
proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Biobriket dapat
menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya
dan berpotensi merusak ekologi hutan. Biobriket dapat dibuat dari
6
campuran bermacam-macam sisa bahan organik antara lain sekam padi,
tempurung biji jarakm serbuk gergaji, sabut kelapa, tempurung kelapa
(sudah diarangkan), jerami, bottom ash, bungkil jarak pagar, eceng gondok,
kulit kacang, kulit kayu dan lain-lain. Dalam pembuatan biobriket
memerlukan bahan pengikat. Bahan pengikat organik yang bisa digunakan
antara lain kanji, aspal, mollases, parafin dan lain-lain. (Sri, 2009)
Pada proses pembuatan, briket mampu menghasilkan kepadatan
diatas 1000 kg/m³, briket akan tenggelam dalam air (Merupakan tes
kualitas briket yang baik). Kepadatan briket diatur oleh sifat fisik dari
setiap bahan baku yang digunakan, untuk bahan mengandung lignin sekitar
1500 kg / m³. Kepadatan tiap briket tergantung pada proses tekanan tinggi
seperti menekan piston mekanik, menekan pelet dan beberapa sekrup
extruders membuat briket berada di kisaran kepadatan 1200 - 1400 kg/m³.
Bila menekan piston hidrolik kurang padat, kadang-kadang kepadatan
berada di bawah 1000 kg/m³. (Eriksson, 1990)
Sifat fisik dan kimia beberapa bahan briket dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.1 : Tabel sifat fisik dan kimia briket
Bahan
baku
Sifat briket arang
K.air (%)
K.abu (%)
K.zm (%)
K.kt (%)
Krpt (g/cm3)
Kt (kg/cm2)
Nkb (kal/g)
K 4,19 2,66 18,62 74,51 0,34 9,51 6648 B 5,61 5,59 17,33 71,45 0,58 13,11 6356 S 6,07 10,47 16,27 67,17 0,32 8,77 5953 T 5,55 1,75 16,93 75,75 0,71 17,78 6894 CKB 7,33 4,16 16,13 72,37 0,45 12,01 6694 CKS 9,20 6,11 16,24 68,44 0,38 6,57 6709 CKT 2,59 2,48 19,89 75,02 0,49 15,86 6735 CBS 9,31 7,52 13,45 69,71 0,45 8,37 6043 CBT 5,56 3,66 15,85 74,95 0,59 18,19 6906
7
CST 7,05 5,88 16,00 71,05 0,50 12,95 6314 CKBST 4,05 4,62 19,69 71,63 0,46 9,55 6338
(sumber : Hendra, 2003)
Keterangan (Remarks) : K = Kayu (Wood), B = Bambu (Bamboo), S = Sabut
kelapa (Coconut husks), T = Tempurung kelapa (Coconut shell), C =
Campuran (Mixs), K.air (%) = Kadar air (Moisture content, %), K.abu (%) =
Kadar abu (Ash content, %), K.zm (%) = Kadar zat menguap (Volatile matter,
%), K.kt (%) = Kadar karbon terikat (Fixed carbon, %), Krpt (g/cm3) =
Kerapatan (Density, g/cm3), Kt (kg/cm2) = Kuat tekan (Compressive strenght,
kg/cm2), Nkb (kal/g) = Nilai kalor bakar (Calor value, cal/g). (Hendra, 2003)
Menurut Sukandarrumidi (1995) dalam J.F. Gulton (2011) dikenal 2
jenis briket yaitu:
1. Tipe Yontan (silinder berlubang), biasanya digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Briket tipe ini berbentuk silinder dengan
garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai
lubang-lubang sebanyak ≤ 22 lubang.
(Sumber : Utami, 2013)
Gambar 2.1 : Briket Tipe Yontan
8
2. Tipe Mamentan (bantal/telur), biasanya untuk keperluan industri
dan rumah tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-40 mm, panjang
46-58 mm, dan tebal 20-24 mm.
(Sumber : Utami, 2013)
Gambar 2.2 : Briket Tipe Mametan
Selain itu, dikenal pula beberapa briket dengan bentuk
lainnya, seperti briket bentuk kenari, bentuk sarang tawon (honey
comb), bentuk hexagonal atau segi enam, bentuk kubus dan lain
sebagainya. Adapun keuntungan dari bentuk briket yang
bermacam-macam ini adalah sebagai berikut: (1) Ukuran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, (2) porositas dapat diatur untuk
memudahkan pembakaran, (3) mudah dipakai sebagai bahan bakar.
(Utami, 2013)
2.2 Sistem Hidrolik
Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan
fluida cair. Minyak mineral adalah jenis fluida yang sering dipakai. Prinsip
dasar dari sistem hidrolik adalah memanfaatkan sifat bahwa zat cair tidak
mempunyai bentuk yang tetap, namun menyesuaikan dengan yang
ditempatinya. Zat cair bersifat inkompresibel. Karena itu tekanan yang
diterima diteruskan ke segala arah secara merata.
9
Sistem hidrolik biasanya diaplikasikan untuk memperoleh gaya
yang lebih besar dari gaya awal yang dikeluarkan. Fluida penghantar ini
dinaikkan tekanannya oleh pompa yang kemudian diteruskan ke silinder
kerja melalui pipa- pipa saluran dan katup-katup. Gerakan translasi batang
piston dari silinder kerja yang diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang
silinder dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur maupun naik dan
turun sesuai dengan pemasangan silinder yaitu arah horizontal maupun
vertikal. (Mansur, 2013)
2.3 Dasar-Dasar Sistem Hidrolik
Prinsip dasar dari sistem hidrolik berasal dari hukum Pascal, pada
dasarnya menyatakan dalam suatu bejana tertutup yang ujungnya terdapat
beberapa lubang yang sama maka akan dipancarkan kesegala arah dengan
tekanan dan jumlah aliran yang sama. Dimana tekanan dalam fluida statis
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Tidak punya bentuk yang tetap, selalu berubah sesuai dengan tempatnya.
b. Tidak dapat dimampatkan.
c. Meneruskan tekanan ke semua arah dengan sama rata.
Gambar 2.3 memperlihatkan dua buah silinder berisi cairan yang
dihubungkan dan mempunyai diameter yang berbeda. Apabila beban F
diletakkan di silinder kecil, tekanan P yang dihasilkan akan diteruskan ke
silinder besar ( P = F/A, beban dibagi luas penampang silinder ) menurut
hukum ini, pertambahan tekanan dengan luas rasio penampang silinder
kecil dan silinder besar, atau F = P.A.
10
(sumber : Giles, 1986)
Gambar 2.3 : Fluida dalam pipa menurut hukum Pascal
Gambar diatas sesuai dengan hukum pascal, dapat diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Dimana :
F1 = Gaya masuk
F2 = Gaya keluar
A1 = Diameter piston kecil
A2 = Diameter piston besar
Persamaan diatas dapat diketahui besarnya F2 dipengaruhi oleh
besar kecilnya luas penampang dari piston A2 dan A1. Dalam sistem
hidrolik, hal ini dimanfaatkan untuk merubah gaya tekan fluida yang
11
dihasilkan oleh pompa hidrolik untuk menggeserkan silinder kerja maju dan
mundur maupun naik/turun sesuai letak dari silinder. Daya yang dihasilkan
silinder kerja hidrolik, lebih besar dari daya yang dikeluarkan oleh pompa.
Besar kecilnya daya yang dihasilkan oleh silinder hidrolik dipengaruhi besar
kecilnya luas penampang silinder kerja hidrolik. (Giles, 1986)
2.4 Komponen-Komponen Penyusun Sistem Hidrolik
a. Pompa Hidrolik
Pompa hidrolik ini digerakkan secara mekanis. Pompa hidrolik
berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi hidrolik
dengan cara menekan fluida hidrolik ke dalam sistem.
Dalam sistem hidrolik, pompa merupakan suatu alat untuk
menimbulkan atau membangkitkan aliran fluida (untuk memindahkan
sejumlah volume fluida) dan untuk memberikan daya sebagaimana
diperlukan.
Apabila pompa digerakkan pompa melakukan dua fungsi utama :
a. Pompa menciptakan kevakuman sebagian pada saluran masuk pompa.
Vakum ini memungkinkan tekanan atmospher untuk mendorong fluida
dari tangki (reservoir) ke dalam pompa.
b. Gerakan mekanik pompa menghisap fluida ke dalam rongga
pemompaan, dan membawanya melalui pompa, kemudian
mendorong dan menekannya ke dalam sistem hidrolik.
b. Katup (Valve)
Dalam sistem hidrolik, katup berfungsi sebagai pengatur tekanan
12
dan aliran fluida yang sampai ke silinder kerja.
c. Manometer (Pressure Gauge)
Biasanya pengatur tekanan dipasang dan dilengkapi dengan
sebuah alat yang dapat menunjukkan sebuah tekanan fluida yang
keluar. Prinsip kerja alat ini ditemukan oleh Bourdon. Oli masuk ke
pengatur tekanan lewat lubang saluran P. Tekanan didalam pipa
yang melengkung Bourdon (2) menyebabkan pipa memanjang.
Tekanan lebih besar akan mengakibatkan belokan radius lebih besar
pula. Gerakan perpanjangan pipa tersebut kemudian diubah ke suatu
jarum penunjuk (6) lewat tuas penghubung (3), tembereng roda gigi
(4), dan roda gigi pinion (5). Tekanan pada saluran masuk dapat
dibaca pada garis lengkung skala penunjuk (7). Jadi, prinsip
pembacaan pengukuran tekanan manometer ini adalah bekerja
berdasarkan atas dasar prinsip analog.
(sumber : Giles, 1986)
Gambar 2.4 : Pengukur tekanan (manometer) dengan prinsip kerja
Bourdon
13
d. Fluida Hidrolik
Fluida hidrolik adalah salah satu unsur yang penting dalam
peralatan hidrolik. Fluida hidrolik merupakan suatu bahan yang
mengantarkan energi dalam peralatan hidrolik dan melumasi setiap
peralatan serta sebagai media penghilang kalor yang timbul akibat
tekanan yang ditingkatkan dan meredam getaran dan suara.
Fluida hidrolik harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Mempunyai viskositas temperatur cukup yang tidak
berubah dengan perubahan temperatur.
b. Mempertahankan fluida pada temperatur rendah dan tidak
berubah buruk dengan mudah jika dipakai dibawah
temperatur.
c. Mempunyai stabilitas oksidasi yang baik.
d. Mempunyai kemampuan anti karat
e. Tidak merusak (karena reaksi kimia) karat dan cat.
f. Tidak kompresible (mampu merapat)
g. Mempunyai tendensi anti foatming (tidak menjadi busa) yang
baik.
h. Mempunyai kekentalan terhadap api.
14
e. Pipa Saluran Fluida
Pipa merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah sistem
hidrolik yang berfungsi untuk meneruskan fluida kerja yang bertekanan
dari pompa pembangkit ke silinder kerja. Mengingat kapasitas yang
mampu dibangkitkan oleh silinder kerja, maka agar maksimal dalam
penerusan fluida kerja bertekanan, sifat-sifat pipa saluran fluida:
a. Mampu menahan tekanan yang tinggi dari fluida.
b. Koefisien gesek dari dinding bagian dalam harus sekecil
mungkin.
c. Dapat menyalurkan panas dengan baik.
d. Tahan terhadap perubahan suhu dan tekanan.
e. Tahan terhadap perubahan cuaca.
f. Berumur relatif panjang.
g. Tahan terhadap korosi.
pipa-pipa harus memenuhi persyaratan diatas. (Giles, 1986)
2.5 Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu
beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan
tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi
sistem menjadi suatu obyek tinjauan utama. Sedangkan dalam perhitungan
kekuatan rangka, gaya-gaya yang diperhitungkan adalah gaya luar dan
gaya dalam.
15
Reaksi
Beban
Reaksi Reaksi
(sumber: Bayu, 2013)
Gambar 2.5 : Sketsa prinsip statika kesetimbangan
Pada gambar diatas terdapat sebuah batang, dimana pada ujung batang
terdapat tumpuan dan pada tengah batang mendapat gaya, maka untuk mengetahui
keamanan dari batang tersebut perlu diketahui nilai tegangan dan defleksi yang
terjadi pada batang tersebut. (Bayu, 2013)
2.5.1 Tegangan
Secara umum bila suatu benda yang memiliki bentuk, ukuran,
dan bahan tertentu dikenai beban luar (external force), yang bisa berupa
beban permukaan (surface force) seperti gaya tekanan suatu benda lain
yang berkontak dengannya atau dapat pula berupa beban body (body
force) yang berasal dari gaya gravitasi, gaya magnetik atau gaya
sentrifugal.
Dalam kasus seperti gambar 2.5, untuk mencari nilai tegangan
yang terjadi pada batang dapat digunakan persamaan berikut :
𝜎𝜎 =𝑀𝑀. 𝑐𝑐𝐼𝐼
Dimana : 𝜎𝜎 = Tegangan bending N/m2
M = Momen bending akibat gaya yang terjadi (Ncm)
16
c = Jarak antara titik pusat batang dengan bidang tekan luar(cm)
I = Momen inersia batang (cm4) (civorezan, 2012)
2.5.2 Defleksi
Defleksi adalah jarak lendutan suatu batang pada saat batang
tersebut menerima pembebanan dari luar. Untuk mencari besarnya defleksi
yang terjadi pada suatu batang dapat digunakan beberapa metode, salah satu
diantaranya ialah metode beban satuan (Unit Load). Persamaan yang
digunakan ialah sebagai berikut :
∆𝑖𝑖= � �𝑀𝑀.𝑚𝑚𝑖𝑖
𝐸𝐸. 𝐼𝐼� 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥2
𝑥𝑥1
Dimana : ∆𝑖𝑖 = Defleksi yang dicari (m)
M = Momen akibat beban yang sesungguhnya (Nm)
mi = Momen akibat beban satuan (Nm)
E = Modulus elastisitas bahan (kN/m2)
I = Momen inertia luas (m4). (Soejadi, 2014)