BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

23
BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-rata panjangnya adalah 10 cm. Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama di belakang sekum. Apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi, walaupun apendiksitis dapat terjadi setiap usia (Gruendemann, 2006). Apendiktomi menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) adalah operasi untuk mengangkat apendiksitis yang dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Jadi appendiktomi adalah Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks, harus segera dilakukan tindakan untuk menurunkan risiko perforasi apendiks, peritonitis. B. Etiologi Apendiksitis menurut Sjamsuhidajat (2004) merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat : 1. Hiperplasia dari folikel limfoid 2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks 3. Tumor appendiks 4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis 5. Erosi mukosa appendiks C. Patofisiologi Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari fese), tumor, atau benda asing.

Transcript of BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

Page 1: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

BAB II

TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

A. Pengertian

Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-rata panjangnya adalah 10 cm.

Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama di belakang sekum.

Apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi, walaupun

apendiksitis dapat terjadi setiap usia (Gruendemann, 2006).

Apendiktomi menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) adalah operasi untuk

mengangkat apendiksitis yang dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko

perforasi.

Jadi appendiktomi adalah Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk

mengangkat apendiks, harus segera dilakukan tindakan untuk menurunkan risiko

perforasi apendiks, peritonitis.

B. Etiologi

Apendiksitis menurut Sjamsuhidajat (2004) merupakan infeksi bakteri yang

disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :

1. Hiperplasia dari folikel limfoid

2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks

3. Tumor appendiks

4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis

5. Erosi mukosa appendiks

C. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau

tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari fese), tumor, atau benda asing.

Page 2: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen

atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di

kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus

(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010).

D. Manifestasi Klinis

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat (Sjamsuhidajat, 2004).

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,

mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney

bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri

tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada

beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum,

nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal; bila ujungnya ada pada pelvis,

tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi

menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.

Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi. Tanda Rovsing

dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial

menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila apendiks telah

ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik

dan kondisi klien memburuk.

Tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut

dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainya.

Klien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks.

Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari klien-

Page 3: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

klien ini mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat klien-klien lebih muda

(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010).

E. Pengkajian fokus

Pengkajian merupakan dasar utama dan yang terpenting didalam melakukan

asuhan keperawatan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit ataupun selama

pasien di rawat di rumah sakit.

1. Pengkajian demografi sangat berkaitan dengan masalah kesehatan pasien dengan

appendiktomi menurut Yayan (2008) meliputi:

a. Umur

Biasanya apendiksitis lebih sering terjadi pada usia 10-30 tahun.

b. Jenis kelamin

Laki-laki lebih sering terkena apendikssitis dari pada wanita.

c. Lingkungan

Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh penderita

akan lebih baik dari pada tinggal di lingkungan yang kotor. Hal itu akan

mencegah masuknya cacing askariasis ke dalam lumen apendiks.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama pasien post appendiktomi adalah merasakan nyeri di

sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti

hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah

Page 4: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah memounyai riwayat alergi

dan imunisasi yang pernah diderita.

3. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung tidak terlihat pada

pasien dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah dapat

dilihat pada masa atau abses periapendikular (Muttaqin & Kumala, 2011).

b. Palpasi

Pada abdomen kanan bawah akan didapatkan peningkatan respons

nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada regio iliaka kanan, dapat disertai nyeri

lepas. Kontraksi otot menunjukkan adanya rangsangan peritoneum perietale.

Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri diperut kanan bawah

yang disebut tanda Rovsing (Sjamsuhidayat, 2005).

c. Psoas Sign

Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.

Pasien disuruh aktif memfleksikan articulatiocoxae kanan, akan terasa nyeri

perut kanan bawah (cara aktif). Pasien miring ke kiri, paha kanan di

hiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa nyeri di perut bawah atau cara pasif

(Dermawan & Rahayuningsih, 2010).

d. Obturator Sign

Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulotio coxae pada posisi

supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak dengan m.obturator

internus, artinya appendiks terletak di pelvis (Dermawan & Rahayuningsih,

2010).

Page 5: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

e. Colok dubur

Diperlukan untuk mengevaluasi adanya peradangan apendiks, pertama-

tama tentukan diameter anus dengan mencocokkan jari. Apabila yang

diperiksa adalah pediatrik, maka jari kelingking diperlukan untuk melakukan

colok dubur. Pemeriksaan colok dubur dengan manifestasi nyeri pada saat

palpasi mencapai area inflamasi. Misalnya pada appendiksitis pelvika

(Sjamsuhidayat, 2005).

4. Perubahan pola fungsi

Data yang di peroleh dalam kasus apendisitis menurut Doenges (2000) adalah

sebagai berikut :

a. Aktivitas/istirahat : Malaise

b. Sirkulasi : Takikardi

c. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang),

distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada

bising usus.

d. Makanan/cairan : Anoreksia, mual/muntah.

e. Nyeri/kenyamanan : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus

yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak

antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkatkan karena berjalan,

bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau

infark pada appendiks).

Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi

appendiks, contoh : retrosekal atau sebelah ureter).

Tanda : perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau terlentang dengan

lutut ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi

Page 6: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga

inflamasi peritoneal.

f. Pernapasan :Takipnea, pernapasan dangkal.

g. Keamanan : Demam (biasanya rendah).

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.000 mn.

Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .

b. Pemeriksaan Radiologi

BOF, tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

c. USG

Menunjukkan densitas kuadran kanan bawah/kadar aliran udara terlokalisasi.

d. CT scan

Pemeriksaan CT scan pada abdomen mendeteksi apendiksitis dan adanya

kemungkinan perforasi.

F. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dari pembedahan (NANDA,

2012).

2. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan akibat

proses inflamasi (Monica, 2001).

G. Fokus Intervensi

Fokus intervensi keperawatan pada pasien post appendiktomi merujuk pada

NANDA NIC-NOC (2013) :

Page 7: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dari pembedahan

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Rasional : Mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan faktor yang

penting untuk menentukkan terapi yang cocok serta mengevaluasi keefektifan

dari terapi.

b. Kurangi faktor prepitasi nyeri

Rasional : Tindakan alternatife untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan

ketidaknyamanan.

c. Berikan tindakan kenyamanan, misal latihan nafas dalam, berikan aktivitas

hiburan, kompres

Rasional : Memnfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan

dapat meningkatkan koping. Tindakan alternatif mengontrol nyeri.

d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Rasional : Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri otot atau untuk

menghilangkan ansietas dan meningkat istirahat.

Page 8: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

2. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan akibat

proses inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam di harapkan

infeksi berkurang.

Kriteria hasil :

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi

penularan serta penatalaksanaannya

c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

d. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi :

a. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan

mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Rasional: Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses, peritonitis.

b. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/ drein (bila

dimasukkan), adanya eritema.

Rasional: Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan atau

pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.

c. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.

Rasional: Menurunkan resiko penyebaran infeksi.

d. Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada klien/ orang terdekat.

Rasional: Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi,

membantu menurunkan ansietas.

e. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Page 9: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

Rasional: Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah

mikroorganisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan

penyebaran dan pertumbuhanya pada rongga abdomen.

H. Manajemen Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial (Smeltzer, Bare, Hinkle &

Cheever, 2010).. Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

eksistensinya diketahui nila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Nyeri post operasi merupakan nyeri yang disebabkan oleh luka operasi, tetapi

kemungkinan sebab lain harus di pertimbangkan. Pencegahan nyeri sebelum operasi

sebaiknya direncanakan agar penderita tidak terganggu oleh nyeri setelah

pembedahan. Cara pencegahannya tergantung pada penyebab dan letak nyeri dan

keadaan penderitannya (Jong, 2002).

Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari

upaya untuk menhilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk

menghilangkan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang

klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri

yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu. Nyeri

merupakan sumber frustasi, baik klien maupun tenaga kesehatan (Potter dan Perry,

2006).

Page 10: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

Gambar 2.1 skala pengukuran nyeri

(Priyanto & Sumarji, 2009)

2. Klasifikasi nyeri

Menurut Tamsuri (2007), nyeri dapat di klasifikasikan berdasarkan: waktu,

tempat, organ.

a. Nyeri berdasarkan waktu :

1) Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari 1 detik

sampai dengan kurang dari enam bulan.

2) Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam

bulan.

Page 11: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

b. Nyeri berdasarkan tempat :

1) Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulusasi terhadap kulit

seperti laserasu, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri ini memiliki durasi

yang pendek, terkolalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.

2) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi

pada otot dan tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri

bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya peregangan dan

iskemia.

3) Nyeri viseral adalah nyeri yang di sebabkan oleh kerusakan organ

internal. Nyeri yang timbul bersifat difusi dan durasinya cukup lama.

Sensasi yang di timbulkan biasanya tumpul.

4) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal

ke jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti

berjalan atau bergerak dari daerah asal nyeri ke sekitar atau ke

sepanjang bagian tubuh tertentu. Nyeri dapat bersifat intermiten atau

konstan.

5) Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang

mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsi berada pada organ

yang telah di amputasi seolah-olah organnya masih ada.

6) Nyeri alih (referred pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri

viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga di rasakan nyeri pada

beberapa tempat atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena

masuknya neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam

medula spinalis dan mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang

Page 12: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

berada pada bagian tubuh lainnya. nyeri ini timbul biasanya pada

beberapa tempat yang kadang jauh dari lokasi asal nyeri.

c. Nyeri berdasarkan organ :

1) Nyeri organik adalah nyeri yang di akibatkan adanya kerusakan (aktual

atau potensial) organ. Penyebab nyeri umumnya mudah di kenali

sebagai akibat adanya cidera, penyakit atau pembedahan terhadap

salah satu atau beberapa organ.

2) Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat gangguan neuron. Nyeri ini dapat

terjadi secara akut amupun kronis.

3) Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologis.

Gangguan ini lebih mengarah pada gangguan psikologis dari pada

gangguan organ. Klien yang menderita memang benar-benar

mengalaminya. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik

seperti cemas dan takut timbul pada klien.

3. Penyebab rasa nyeri

Menurut Tamsuri (2007) penyebab rasa nyeri antara lain :

a. Respons fisik

Timbul karena pada saat impuls nyeri ditransmisikan oleh medula

spinalis menuju batang otak dan talamus, sistem saraf otonom terstimulasi,

sehingga menimbulkan respons yang serupa dengan respons tubuh terhadap

stres.

Pada nyeri skala ringan sampai moderat serta pada nyeri

superfisial,tubuh bereaksi membangkitkan “General Adaptation Syndrome”

(Reaksi Fight or Flight), dengan merangsang sistem saraf simpatis. Sedangkan

Page 13: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

pada nyeri yang berat dan tidak dapat di toleransi serta nyeri yang berasal dari

organ viseral, akan mengakibatkan stimulasi terhadap saraf parasimpatis.

b. Respons psikologis

Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien yang mengartikan

nyeri sebagai sesuatu yang “negatif” cenderung memiliki suasana hati sedih,

berduka, ketidak berdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa marah dan

frustasi. Sebaliknya pada klien yang memiliki persepsi nyeri sebagai

pengalaman yang “positif” akan menerima nyeri yang di alaminya.

Pemahaman dan pemberian arti bagi nyeri sangat di penaruhi tingkat

pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu, dan juga faktor sosial budaya.

4. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Tamsuri (2007) faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu :

1) Usia

Respon nyeri pada semua umur berbeda-beda dimana pada anak masih

belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon

nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah

patologis dan mengalami kerusakan fungsi.

2) Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespons

nyeri, justru lebih di pengaruhi faktor budaya (tidak pantas kalau laki-laki

mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).

Page 14: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

3) Budaya

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa

nyeri adalah akibat yang harus di terima karena mereka melakukan

kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4) Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan

bagaimana mengatasinya.

5) Kecemasan

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.

6) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lalu, dan saat ini

nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa

lalu dalam mengatasi nyeri.

7) Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

5. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri menurut Hidayat (2008), dapat dilakukan dengan cara:

P (pemacu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

Q (quality) dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.

Page 15: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.

T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

Intensitas nyeri adalah salah satu karakteristik yang paling subjektif dan paling

berguna dalam pelaporan nyeri adalah “kehebatannya” atau intensitasnya. Variasi

skala nyeri telah tersedia bagi klien untuk mengomunikasikan intensitas nyeri

mereka ( Potter & Perry, 2010).

6. Strategi penatalaksanaan nyeri

Strategi penatalaksanaan nyeri yaitu mencakup farmakologis dan non

farmakologis (Tamsuri, 2006).

a. Penatalaksanaan nyeri farmakologis

Strategi penatalaksanaan nyeri yaitu kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgesik dan anestesi. Analgesik merupakan metode yang

umum untuk mengatasi nyeri. Anestesi lokal dan regional, anestesi lokal

adalah suatu keadaan hilangnya sensasi pada lokalisasi bagian tubuh.

Analgesia epidural adalah suatu anestesi lokal dan terapi yang efektif

untuk menangani nyeri pasca operasi akut, nyeri persalinan dan

melahirkan, dan nyeri kronik (Potter & Perry, 2010).

b. Penatalaksanaan nyeri non farmakologis

Metode pereda nyeri non farmakologis biasanya mempunyai resiko

yang sangat rendah. Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan

pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut mungkin di eprlukan atau

tidak sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya

beberapa detik atau menit. Dalam hal ini terutama saat nyeri hebat yang

berlangsung berjam-jam atau berhari-hari, mengkombinasikan teknik non

Page 16: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

farmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri (Tamsuri, 2006).

Penatalaksanna nyeri secara non farmakologis untuk mengurangi nyeri

terdiri dari beberapa teknik yaitu :

1) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri

ke stimulus lain (Tamsuri, 2006).

2) Relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi

paru-paru dengan udara, menghembuskan secara perlahan,

melepaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta

mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga

didapat rasa nyama, tenang, dan rileks (Hidayat, 2006).

3) Kompres

Penggunaan panas dingin meliputi penggunaan kantong es,

masase mandi air hangat atau dingin. Kompres panas atau dingin

selain bisa menurunkan sensasi nyeri juga dapat meningkatkan

proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan

(Tamsuri, 2007).

4) Masase

Tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya

otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau

perubahan posisi sendi guan menurunkan nyeri, menghasilkan

relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi (Henderson, 2006).

5) Musik

Page 17: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

Musik dapat mengobati nyeri akut atau kronis, stres,

kecemasan, dan depresi. Musik mengalihkan perhatian seseorang

dari nyeri dan membangun respons relaksasi (Potter & Perry,

2010).

6) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang

dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai

efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010).

I. Relaksasi nafas dalam

1. Pengertian

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress,

karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik

relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman

atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2005).

Teknik relaksasi merupakan tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri

dengan cara merelaksasikan ketegangan otot (Tamsuri, 2007).

Teknik relaksasi adalah tindakan relaksasi otot rangka yang di percaya dapat

menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa

nyeri.Teknik relaksasi juga merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental

dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi

terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).

Tujuan teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi menyeluruh,

mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis,secara kognitif, dan secara

behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar

Page 18: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jatung

(sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah, penurunan

frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan otot,

metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada extermitas

(Rahmayati, 2010).

2. Prosedur teknik relaksasi nafas dalam

Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam menurut (Priharjo,

2002) adalah sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Usahakan tetap rileks dan tenang

c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui

hitungan 1, 2, 3

d. Perlahan-lahan udara dihembusakan melalui mulut sambil merasakan

ekstremitas atas dan bawah

e. Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali

f. Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara

perlahan-lahan

g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

h. Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil terpejam

i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

k. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernapas secara dangkal dan cepat.

Page 19: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

3. Efek teknik relaksasi nafas dalam

Menurut Tamsuri (2007) relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap

fungsi tubuh, antara lain: penurunan tekanan darah, nadi, dan frekuensi

pernapasan, penurunan konsumsi oksigen oleh tubuh, penurunan ketegangan otot,

meningkatkan kemampuan konsentrasi, menurunkan perhatian terhadap stimulus

lingkungan.

4. Penelitian tentang teknik relaksasi nafas dalam :

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam

menurunkan nyeri pasca operasi. Ini mungkin karena relatif kecilnya peran otot-

otot skeletal dalam nyeri pasca operatif atau kebutuhan pasien untuk melakukan

teknik relaksasi tersebut agar efektif. Teknik tersebut tidak mungkin dipratikkan

bila hanya diajarkan sekali, segera sebelum operasi. Pasien yang sudah

mengetahui teknik relaksasi mungkin hanya perlu diingatkan untuk menggunakan

teknik tersebut untuk menurunkan nyeri. Keefektifan pada kemauan pasien untuk

menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri (Smeltzer, Bare, Hinkle

& Cheever, 2010).

J. Relaksasi guided imagery

1. Pengertian

Relaksasi guided imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi

seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, &

Cheever, 2010). Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu

meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada

nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan

Page 20: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang

(Rahmayati, 2010).

Relaksasi guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan

tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan.

Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman

relaksasi ( Kaplan & Sadock, 2010).

Tujuan relaksasi guided imagery menimbulkan respon psikofisiologis yang

kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Potter & Perry, 2009). Menurut

Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever (2010), manfaat dari guided imagery yaitu

sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres dan nyeri. Imajinasi

terbimbing dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi

seperti menurunkan tekanan darah, nadi dan respirasi. Hal itu karena teknik

imajinasi terbimbing dapat mengaktivitasi sistem saraf parasimpatis.

2. Langkah-langkah melakukan guided imagery

Ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi pasien, usahakan tangan dan

kaki pasien dalam keadaan rileks, minta pasien untuk memejamkan mata dan

usahakan agar pasien berkonsentrasi, minta pasien untuk memejamkan mata dan

usahakan agar pasien berkonsentrasi, minta pasien menarik nafas melalui hidung

secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hirup, dua, tiga”, selama

pasien memejamkan mata kemudian minta pasien untuk membayangkan hal-hal

yang menyenangkan atau keindahan, minta pasien untuk menghembuskan udara

melalui mulut dan membuka mata secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam

hati “hembuskan, dua, tiga”, minta pasien untuk mengulangi lagi seperti prosedur

sebelumnya sebanyak tiga kali selama lima menit (Elizabeth, 2006).

Page 21: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

Langkah mengatasi nyeri atau stres, dorong subjek untuk membayangkan hal-

hal yang menyenangkan. Setelah itu membantu subjek merinci gambaran dari

bayangannya. Mendorong subjek untuk menggunakan semua indranya dalam

menjelaskan bayangan dan lingkungan bayangan tersebut. Langkah berikutnya

meminta subjek untuk menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan

oleh bayangan. Dengan mengarahkan subjek untuk mengeksplorasi respon

terhadap bayangan karena ini akan memungkinkan subjek memodifikasi

imajinasinya. Respons negatif dapat diarahkan kembali untuk memberikan hasil

akhir yang lebih positif. Selanjutnya memberikan umpan balik kontineu kepada

subjek. Dengan memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan ketenteraman.

Setelah itu membawa subjek keluar dari bayangannya. Setelah pengalaman

imajinasi dan mendiskusikan perasaan subjek mengenai pengalamannya tersebut.

Serta mengidentifikasi setiap hal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi.

Selanjutnya memotivasi subjek untuk mempratikkan teknik imajinasi (Kozier &

Erb, 2009).

3. Efek relaksasi guided imagery

Membuat responden menjadi rileks dan tenang saat mengambil oksigen di

udara melalui hidung, oksigen masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah menjadi

lancar, menyebabkan pasien mengalihkan perhatiannya pada nyeri ke hal-hal yang

membuatnya senang dan bahagia sehingga melupakan nyeri yang sedang

dialaminya. Inilah yang menyebabkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien post

operasi berkurang setelah dilakukan teknik relaksasi guided imagery (Elizabeth,

2006).

Page 22: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

4. Penelitian tentang teknik relaksasi guided imagery

Penelitian yang di lakukan oleh Syahriyani (2010), tentang pengeruh relaksasi

guided imagery terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi

apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK II Pelamonia Makassar,

menunjukkan bahwa intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah pemberian

teknik relaksasi guided imagery mengalami peningkatan penurunan nyeri dari nyeri

ringan 20,00% ke 16,67%, nyeri sedang 53,33% ke 20,00%, dan nyeri berat

26,67% ke 13,33%. Uji lebih lanjut membuktikan ada pengaruh pemberian teknik

relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi

di ruang perawatan bedah RSU TK II Pelamonia Makassar.

K. Kombinasi relaksasi nafas dalam guided imagery

Teknik relaksasi nafas dalam akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan

beberapa teknik lainnya, seperti guided imagery. Guided imagery merupakan teknik

yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu

(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Teknik ini dimulai dengan proses

relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup

matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan

pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang

(Rahmayati, 2010).

Efek relaksasi nafas dalam dan guided imagery membuat responden merasa

rileks dan tenang. Responden menjadi rileks dan tenang saat mengambil oksigen di

udara melalui hidung, oksigen masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah menjadi

lancar serta dikombinasikan dengan guided imagery menyebabkan pasien

mengalihkan perhatiannya pada nyeri ke hal-hal yang membuatnya senang dan

Page 23: BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian

bahagia sehingga melupakan nyeri yang sedang dialaminya. Inilah yang menyebabkan

intensitas nyeri yang dirasakan pasien post operasi appendiktomi berkurang setelah

dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery.

Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nikita

(2012) yang meneliti tentang pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan intensitas

nyeri pada paien post operasi apendiktomi, dengan hasil yaitu ada pengaruh yang

signifikan pada intensitas nyeri pasien post operasi apendiktomi sesudah dilakukan

teknik relaksasi, dari 4 orang yang mengalami nyeri hebat (40,0%) sesudah di lakukan

teknik relaksasi menjadi 2 orang (20,0%), nyeri sedang 5 orang (50,0%) menjadi 2

orang (20,0%), dan tidak nyeri yang semula 1 orang (10,0%) menjadi 6 orang

(60,0%). Namun yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan

Nikita (2012) adalah tempat penelirian, jumlah responden, tindakan relaksasi, dan

operasi yang dialami responden. Nikita (2012) melakukan penelitian di Irina A pada

10 responden post operasi apendiktomi dan hanya menggunakan teknik relaksasi

nafas dalam saja, sedangkan penelitian ini dilakukan di Irina D pada 20 responden

post operasi apendiktomi dan menggunakan relaksasi nafas dalam yang

dikombinasikan dengan guided imagery.