BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Saluran Distribusi II.pdfbahwa cakupan saluran distribusi...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Saluran Distribusi II.pdfbahwa cakupan saluran distribusi...
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Saluran Distribusi
Memahami perilaku masyarakat dalam pembelian barang dan jasa tersebut
di butuhkan studi tersendiri. Perusahaan berkepentingan dengan hampir setiap
kegiatan manusia yang hanya dalam lingkup yang lebih terbatas. Perilaku
konsumen sangat komplek dan sulit di prediksi. Pendekatan-pendekatan yang
selama ini banyak digunakan untuk menyingkap sikap, minat, dan perilaku
konsumen mengansumsikan bahwa konsumen bersikap rasional dalam setiap
keputusan pembelian.
Menurut Djaslim Saladin (2006: 153)
“Saluran Distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi”
Menurut Philip Kotler (2007: 122)
“Saluran Distribusi adalah organisasi – organisasi yang saling tergantung
yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia
untuk digunakan atau dikonsumsi.”
Berdasarkan definisi diatas dapat tergambar bahwa saluran distribusi
merupakan suatu lembaga pemasaran baik itu milik produsen maupun bukan
yang bertugas untuk menyalurkan produk baik ke konsumen maupun ke
konsumen industri berdasarkan prinsip manajemen perusahaan yang telah
ditetapkan.
-
8
Kedudukan saluran distribusi di dalam saluran pemasaran bahwa saluran
distribusi merupakan bagian dari saluran pemasaran yang berfungsi dalam
membantu produsen menyalurkan hasil produksinya untuk bisa ke tangan
konsumen dimana tugasnya mencakup penyebaran promosi transportasi dan
sebagainya tetapi saluran distribusi tidak melakukan tugas yang seperti
dilakukan fungsi saluran pemasaran, dimana tugasnya melakukan seluruh tugas
yang dilakukan saluran distribusi ditambah sebagai fasilitator, artinya orang atau
lembaga yang memfasilitasi kegiatan atau operasional kegiatan perusahaan
diantaranya pelayanan perbaikan dan sebagainya sehingga dapat diketahui
bahwa cakupan saluran distribusi relatif lebih kecil daripada saluran pemasaran.
2.1.1. Fungsi Saluran Distribusi
Fungsi Saluran Distribusi mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Informasi (Information) adalah sebagai pengumpul dan penyebar
informasi riset pemasaran tentang potensi dan kemampuan pasar,
pesaing, dan kekuatan – kekuatan lain dalam lingkungan pemasaran.
2. Promosi (Promotion) adalah sebagai pengembangan dan penyebaran
komunikasi
3. Negosiasi (Negotiation) adalah usaha untuk mencapai persetujuan akhir
mengenai harga dan hal – hal lain yang berhubungan dengan perpindahan
hak milik.
-
9
4. Pemesanan (Ordering) adalah komunikasi saluran ke belakang
mengenai minat membeli oleh anggota saluran pemasaran ke produsen.
5. Pembiayaan (Financiang) adalah permintaan dan penyebaran dana
untuk menutup biaya saluran pemasaran tersebut.
6. Pengambilan Risiko (Risk Taking) adalah perkiraan besar resiko
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.
7. Kepemilikan Fisik (Physical Possession) adalah milik dari
penyimpangan dan pergerakan barang secara fisik dari bahan mentah
sampai ke konsumen akhir.
8. Pembayaran (Payment) adalah arus pembayaran atau uang kepada penjual
atas jasa atau produk atau jasa yang telah diserahkan.
9. Kepemilikan (Tittle) adalah arus kepemilikan dari suatu lembaga
pemasaran ke lembaga pemasaran lainnya.
-
10
2.1.2. Tingkat Saluran Distribusi
William J. Stanton yang diterjemahkan oleh Sadu Sundarto (1996:
81) mengemukakan beberapa bentuk saluran distribusi yang biasanya
digunakan untuk barang – barang konsumsi, sebagai berikut:
1. Saluran Distribusi untuk barang konsumsi a. Saluran 0 tingkat
Produsen Konsumen
Disebut juga sebagai saluran distribusi langsung (lebih pendek) dan
system penjualan yang dilakukan untuk produsen bisa dengan cara
door to door atau pasaran lewat pos (mail order system)
b. Saluran 1 tingkat Produsen Pedagang Eceran Konsumen
Dalam hal ini pedagang eceran berfungsi sebagai wadah penyalur
dari produsen yang dihasilkan produsen kepada konsumen akhir,
dan juga secara tidak langsung membantu dalam proses pemasaran.
c. Saluran 2 tingkat Produsen Pedagang Besar Pedagang Eceran Konsumen
Dikatakan pula sebagai saluran tradisional, bentuk saluran ini
banyak digunakan oleh pengecer kecil dan produsen industri kecil
karena dianggap paling ekonomis.
d. Saluran 3 tingkat Produsen Agen Pedagang Besar Pedagang Eceran
Konsumen
Merupakan bentuk yang terpanjang, karena dalam bentuk ini
produsen berkeinginan untuk mencapai pengecer – pengecer kecil.
2. Saluran Distribusi untuk barang industri a. Saluran 0 tingkat
Produsen Pemakai Industri
Biasanya hubungan langsung ini produk industrial yang disalurkan
menggunakan nilai dolar yang lebih dominan. Bentuk saluran ini
cocok untuk digunakan untuk produksi, instansi – instansi besar,
kapal terbang, generator dan instalasi pemasaran.
-
11
b. Saluran 1 tingkat Produsen Distributor industrial Pemakai Industri
Biasanya digunakan untuk produsen yang memasarkan produk –
produk seperti perlengkapan operasi peralatan, asesoris kecil,
produk material bangunan, dan sebagainya. Untuk perusahaan yang
tidak memiliki bagian pemasaran sendiri menganggap saluran ini
penting untuk digunakan dan juga bagi perusahaan yang ingin
memasuki pasaran baru.
c. Saluran 2 tingkat Produsen Agen Distributor Industrial Pemakai Industri
Jumlah persediaan produk di berbagai pasar perlu dikontrol agar
bagi pemakai dapat dengan cepat tersedia barang yang
dibutuhkannya. Dalam keadaan ini ada 2 pergudangan distributor
industrial yang diperlukan.
Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Jaka wasana (2000: 175)
bahwa kegiatan saluran pemasaran terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
“a zero level, a one level, a two level, three level, serta jenisnya
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu saluran pemasaran untuk konsumen
akhir (consumer marketing channels) serta saluran pemasaran untuk
konsumen industri/konsumen bisnis.”
Zero level biasanya disebut direct marketing channel terdiri atas
produsen yang menjual produknya secara langsung ke konsumen akhir.
Contoh utamanya adalah penjualan door to door, mail order, telemarketing,
penjualan lewat internet, tv media, demo alat rumah tangga, dan toko milik
produsen. One level terdiri atas satu perantara penjualan, seperti pengecer.
Two level terdiri atas dua perantara, dalam pasar konsumen mereka
memiliki tipe seperti grosir dan pengecer. Three level terdiri atas tiga
perantara. Dalam industri pengemasan grosir menjual ke pedagang besar
yang menjual ke pedagang kecil. Saluran pemasaran yang pada umumnya
-
12
digunakan dalam pemasaran industri, atau biasanya menjualnya melalui
distributor industrial, yang menjual produknya ke pelanggan industri, atau
produsen dapat pula menjuualnya melalui cabang penjualan yang
dimilikinya secara langsung ke konsumen industri atau secara tidak
langsung ke pelanggan industrinya melalui saluran pemasaran yang sangat
umum dalam pemasaran barang industri.
2.1.3. Perkembangan Sistem Saluran Distribusi
Sistem Pemasaran Konvensional (SPK) adalah sistem yang
menggambarkan saluran pemasaran sebagai jaringan yang terpisah – pisah,
dimana hubungan antara produsen, grosir, dan pengecer sangat longgar atau
berdiri sendiri. Jadi, sistem pemasaran konvensional tidak menggambarkan
suatu keterpaduan antara produsen, grosir, dan pengecer, tetapi masing –
masing terpisah – pisah.
1. Sistem Pemasaran Saluran Vertikal ( Vertical Marketing System )
Sistem pemasaran dengan saluran vertikal yaitu saluran sistem dimana
produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam suatu keterpaduan. SPV
bisa dikuasai oleh produsen, grosir, ataupun pengecer.
2. Sistem Pemasaran Saluran Horizontal
Disini ada kerja sama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung
untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul.
-
13
3. Sistem Pemasaran Saluran Ganda
Menggunakan dua saluran untuk meraih satu atau dua segmen konsumen.
Jadi, sistem pemasaran saluran ganda terjadi jika perusahaan mendirikan
dua saluran pemasaran atau lebih untuk perusahaan satu segmen
konsumen atau lebih.
4. Sistem pemasaran Multi Saluran
Apakah perusahaan menggunakan dua atau lebih saluran pemasaran
untuk mencapai satu atau beberapa segmen pelanggan.
2.1.4. Jenis Konflik Dalam Saluran Distribusi
Produsen membentuk saluran vertikal yang terdiri atas pedagang
besar dan pengecer. Produsen tersebut mengharapkan kerja sama saluran
yang akan menghasilkan laba yang lebih besar bagi masing – masing
anggota saluran. Namun, konflik vertikal, horizontal, dan multi saluran
dapat terjadi.
Konflik saluran vertikal berarti konflik antara tingkat – tingkat yang
berbeda dalam saluran yang sama. Misal, Supermarket sekarang telah
menampilkan atau menjual pula alat – alat kecantikan, obat – obatan,
pakaian, majalah dan berbagai macam makanan lainnya. Akibatnya, para
pengecer lain menjadi terjepit, sehingga timbullah konflik yang tidak
diinginkan. Konflik bisa juga terjadi antara produsen dengan perantara.
Perantara selalu berusaha menambah jenis barang baru untuk menarik
pelanggan lebih banyak dan menambah laba, sedang produsen selalu
-
14
berusaha menambah para penyalur atau perantara untuk memperluas pasar
sasaran.
Konflik saluran horizontal adalah konflik antara anggota – anggota
pada tingkat yang sama dalam saluran tersebut. Konflik multi saluran
terjadi apabila produsen tersebut menciptakan dua atau lebih saluran yang
melakukan penjualan ke pasar yang sama.
2.1.5. Biaya Distribusi
Djaslim Saladin (2002: 107) dalam buku Manajemen Pemasaran
mengemukakan bahwa:
”Biaya distribusi adalah jumlah total biaya saluran distribusi yang
meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk
menyampaikan barang – barang produksi ke suatu perusahaan dari
produksi kepda para pembeli atau calon pembeli”.
Saluran distribusi akan menghasilkan tingkat penjualan dan biaya
yang berbeda, biasanya perusahaan mempunyai anggaran tersendiri setiap
tahunnya untuk menyalurkan barangnya kepada konsumen. Untuk
mendistribusikan produksinya perusahaan mengeluarkan banyak dana.
Karena hal ini menyangkut pelayanan terhadap konsumen yang akan
menimbulkan kepuasan konsumen. Semakin cepat produk sampai ke tangan
konsumen maka akan semakin baik. Untuk mencapai semua itu, perusahaan
harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
-
15
2.2. Pasar Modern dan Pasar Tradisional
Pasar merupakan tempat dimana sekelompok perusahaan (penjual)
bertemu dengan sekelompok pembeli untuk melakukan transaksi jual beli
barang atau jasa. Ada lima fungsi pasar, yaitu:
a. Menetapkan nilai (sets value)
b. Pendistribusi barang
c. Pengorganisir produksi
d. Penyelenggara penjatahan (rationing)
e. Mempertahankan dan mempersiapkan kebutuhan di masa depan.
Sinaga (2006: 43) mengatakan bahwa
“Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,
umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa
dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota
masyarakat kelas menengah ke atas).”
Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping
centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam.
Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan
barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih
terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga
barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara
kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang
yang terukur. Pasar modern juga memiliki label harga yang pasti (tercantum
harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).
-
16
Adanya penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik
kepada konsumen menyebabkan banyak orang mulai beralih ke pasar modern
untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Macam-macam pasar modern
diantaranya (Philip Kotler, 2000: 18)
a. Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang
minimarket adalah antara 50 m sampai 200 m.
b. Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, dan luas ruangan, dan
lokasi. Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m
hingga 450 m dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang
lebih mahal dari harga minimarket.
c. Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu
harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.
d. Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan,
membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor
satu.
e. Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi
sendiri.
f. Supermarket: mempunyai luas 300-1100 m2 yang kecil sedang yang besar 1100-2300 m2.
g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau
pemakaian bisnis.
h. Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket.
i. Hipermarket: luas ruangan di atas 5000 m2. j. Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.
Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang
lebih tradisional dan simpel daripada pasar modern, umumnya pasar
tradisional tersebut terdapat di pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan
perumahan. Pasar tradisional diantaranya yaitu warung rumah tangga, warung
kios, padagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual disini hampir
-
17
sama seperti barang-barang yang dijual di pasar modern dengan variasi jenis
yang beragam, tetapi pasar tradisional cenderung menjual barang-barang
lokal saja dan jarang ditemui barang impor. Karena barang yang dijual dalam
pasar tradisional cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang
dijual pun mempunyai kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-
barang di pasar modern. Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya
mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal
yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen. Pasar tradisional tidak
memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya
keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain
itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila menggunakan label harga
lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga sesuai dengan
perubahan harga yang ada dipasar.
2.3. Konsep Penjualan
Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan
menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, memperoleh
laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sebenarnya pengertian penjualan
sangat luas, beberapa ahli mengemukakan tentang definisi penjualan.
Menurut Basu Swastha (1998:48)
“Penjualan adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan
oleh penjual, untuk mengajak orang lain bersedia membeli barang atau jasa
yang ditawarkan”
-
18
Moekijat (2000:48)
“Melakukan penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mencari pembeli, mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembelian
dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta
mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua belah
pihak”
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan
adalah suatu kegiatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi
pembelian (penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan, berdasarkan harga
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut.
Peningkatan penjualan dalam berbagai pandangan para ahli, secara
eksplisit memberikan pengertian bahwa pemasaran suatu produk sangat
berkaitan dengan besarnya jumlah penawaran yang ditawarkan kepada
konsumen sesuai tingkat kepuasan atas produk yang digunakannya.
Fandy Tjiptono (2002:118) mendefinisikan
“Peningkatan penjualan yang esensinya diterapkan dalam tiga apresiasi
yaitu: pertama, tingkat penjualan yang ingin dicapai, kedua, pasar yang
ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau tempat melakukan
transaksi dan ketiga, adalah keuntungan atas penjualan.”
Ketiga esensi tersebut pada dasarnya memberikan batasan bahwa
peningkatan penjualan diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang
ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan
industri yang menawarkan pembelian kepada konsumen.
-
19
McDaniel (2010:26) mengemukakan bahwa
“Peningkatan penjualan menunjukkan nilai penawaran yang memiliki
kesan sesuai dengan tingkat kemampuan konsumen untuk membeli dan
memiliki suatu produk yang dinyatakan dengan nilai finansial atau nominal.”
Annisa Andriyani (1999:19) memberikan definisi
“Peningkatan penjualan yang berorientasi pada pertambahan omzet
adalah hasil keuntungan yang diperoleh atau dicapai sesuai dengan
banyaknya produk yang ditawarkan dan dibutuhkan oleh konsumen,
banyaknya jumlah transaksi yang terjadi dan banyaknya penawaran yang
dilakukan sehingga menghasilkan keuntungan. Tentu peningkatan penjualan
akan terjadi apabila jasa yang ditawarkan tersebut didistribusikan oleh
pihak-pihak yang melakukan transaksi penjualan produk.”
Banyak perusahaan menerapkan tingkat penawaran optimal (omzet yang
menguntungkan) apabila memahami tiga hal yaitu penerapan positioning
penjualan, targeting penjualan dan segmentasi penjualan. Ketiga hal ini
merupakan bentuk yang sangat diperlukan dalam melakukan proses aktivitas
penjualan suatu produk yang dipromosikan.
Reni Damayanti (2008:148) menyatakan bahwa
“Kebanyakan manajer perusahaan selalu berharap agar perusahaan yang
dipimpinnya mengalami peningkatan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan lainnya. Harapan tersebut tidak akan menjadi kenyataan apabila
para manajer tidak bertindak dengan jeli dan konsisten dalam memecahkan
persoalan strategi pemasaran yang harus diterapkannya, agar omzet
penjualan ditingkatkan.”
-
20
Menghadapi persaingan yang semakin ketat, Kartanegara (2009:46)
menyatakan bahwa
“Setiap perusahaan dipaksa untuk mampu berkompetitif secara sehat
dalam mempertahankan peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan
tersebut seyogyanya diperlukan dan diperkokoh berdasarkan posisi
perusahaan dalam meningkatkan trend penjualannya yang sesuai dengan
segmentasi, targeting dan positioning pasar.”
Triyadi (2002:133) menyatakan bahwa
“Tujuan dari suatu perusahaan adalah mempertahankan dan
meningkatkan peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan tersebut akan
komparatif dengan jumlah total penerimaan yang diperoleh dalam mencapai
profit (keuntungan) yang diinginkan oleh perusahaan.”
Peningkatan penjualan bagi perusahaan sangat penting untuk mengukur
keberhasilan para manajer atau merupakan indikasi berhasil tidaknya
perusahaan dalam persaingannya. Pemasaran yang tidak berhasil akan
mengakibatkan fungsi-fungsi lain dalam perusahaan tidak berarti. Karena itu,
menjadi suatu tujuan dari setiap perusahaan dalam meningkatkan
penjualannya. Dan salah satu yang sangat berpengaruh terhadap penjualan
adalah adanya faktor-faktor distribusi yang memengaruhi peningkatan
penjualan produk perusahaan dalam melakukan suatu pengambilan
keputusan.
Peningkatan penjualan yang meningkat akan menggambarkan adanya
keuntungan atau perolehan manfaat dalam mengembangkan perusahaannya
atau meningkatkan suatu produk ke jenjang pemenuhan tingkat pencapaian
hasil yang diraih oleh perusahaan.
-
21
Kotler (2007:168) menyatakan bahwa
“Perolehan peningkatan penjualan yang tinggi akan terpenuhi apabila: (i)
kekuatan-kekuatan dari luar perusahaan dapat memberikan keuntungan, (ii)
kinerja perusahaan secara rata-rata mengalami peningkatan setiap periode
waktu, (iii) setiap peningkatan penjualan perusahaan tidak mengalami
penurunan, (iv) setiap omzet perusahaan meningkat sesuai dengan besarnya
jumlah konsumen, (v) tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang kurang
komparatif dalam memengaruhi peningkatan penjualan yang diterima.”
Mengukur peningkatan penjualan dengan menggunakan metode aplikasi
terhadap total penjualan yang diterima adalah total penjualan yang diterima
oleh perusahaan berbanding dengan total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam proses pengoperasian produk tersebut sampai ke tangan
konsumen. Hasil akumulasi antara total penerimaan berbanding dengan
pengeluaran x 100% merupakan nilai penjualan yang diterima oleh
perusahaan.
Menggunakan metode perhitungan bahwa peningkatan penjualan yang
diterima adalah besarnya total pengeluaran dibanding dengan total
penerimaan x 100% adalah jumlah penjualan yang diterima oleh suatu
perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diketahui bahwa peningkatan penjualan
yang diterima oleh suatu perusahaan sangat ditentukan oleh besarnya jumlah
total penerimaan yang diterima dari transaksi produk berbanding dengan
besarnya jumlah pengeluaran dari biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
-
22
2.4. Keuntungan
Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya
berbeda pada setiap jenis industri, baik perusahaan yang bergerak di bidang
tekstil, baja, farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain-lain. Terdapat
beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut (Arifin Sitio,
2001:77-79):
a. Teori Laba Menanggung Resiko (Risk-Bearing Theory of Profit). Menurut teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan
dengan resiko di atas rata-rata.
b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit). Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dari friksi
keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium).
c. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit). Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi
output dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan
beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna. Dengan demikian
perusahaan menikmati keuntungan. Kekuatan monopoli ini dapat
diperoleh melalui:
o Penguasaan penuh atas supply bahan baku tertentu o Skala ekonomi o Kepemilikan hak paten, atau o Pembatasan daerah Pemerintah
d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit). Menurut teori ini, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam melakukan inovasi.
e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory of Profit). Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien
akan memperoleh laba diatas rata-rata laba normal.
Keuntungan yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untuk
meningkatkan outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya, laba yang rendah
atau rugi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dari
produk/komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak efisien.
Keuntungan diperoleh dari hasil mengurangkan berbagai biaya yang
dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh (π = TR - TC). Keuntungan
-
23
yang diperoleh seorang pemilik usaha setiap hari, minggu, bulan bahkan
tahun selalu mengalami perubahan. Perubahan pada keuntungan tersebut bisa
perubahan keuntungan yang meningkat atau perubahan keuntungan yang
menurun. Pada penelitian ini perubahan keuntungan yang terjadi di warung
tradisional adalah perubahan keuntungan yang menurun akibat dari
munculnya minimarket disekitar mereka. Perubahan keuntungan warung
tradisional dipengaruhi oleh beberapa hal seperti perubahan omset penjualan
dan jarak.
2.5. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Jenis Analisis Hasil
Marthin
Rapael
Hutabarat,
(2009)
Dampak
Kehadiran Pasar
Modern Brastagi
Supermarket
Terhadap Pasar
Tradisional Sei
Sikambing di Kota
Medan
Analisis Uji-t
berpasangan
(paired ttest)
tidak terdapat perbedaan
yang nyata antara jumlah
jam buka, rata-rata
sirkulasi barang, rata-rata
margin laba pedagang
buah-buahan, dan rata-
rata margin laba
pedagang sayur-sayuran
di pasar tradisional Sei
Sikambing sebelum dan
setelah berdirinya pasar
modern Brastagi
-
24
Supermarket. Selain itu,
terdapat perbedaan yang
nyata antara pendapatan
bersih pedagang buah-
buahan dan pedagang
sayur-sayuran di pasar
tradisional Sei Sikambing
antara sebelum dan
setelah berdirinya pasar
modern Brastagi
Supermarket
Daniel
Suryadarma
, Adri
Poesoro, Sri
Budiyati,
Akhmadi,
dan
Meuthia
Rosfadhila
(Lembaga
Penelitian
SMERU),
Dampak
Supermarket
Terhadap Pasar
dan Pedagang
Ritel Tradisional
di Daerah
Perkotaan di
Indonesia.
Menggabungkan
metode kuantitatif
dan kualitatif.
Evaluasi dampak
kuantitatif
menggunakan
metode
difference-in-
difference dan
model
ekonometrik.
Evaluasi dampak
melalui metode
kuantitatif secara statistik
tidak menemukan
dampak signifikan pada
pendapatan dan
keuntungan, tetapi
terdapat dampak
signifikan supermarket
pada jumlah pegawai
pasar tradisional.
Temuan-temuan kualitatif
menunjukkan bahwa
-
25
(2007) kualitatif
dilakukan dalam
bentuk wawancara
mendalam dengan
informan kunci.
kelesuan yang terjadi di
pasar tradisional
kebanyakan bersumber
dari masalah internal
pasar tradisional yang
memberikan keuntungan
pada supermarket.
2.6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh perubahan keuntungan usaha
warung tradisional dengan munculnya minimarket di kelurahan Gendongan
Salatiga. Pengaruh tersebut dilihat dari segi perubahan omset penjualan yang
nantinya mempengaruhi besarnya perubahan keuntungan usaha dari warung
tradisional.
Variabel dependen dalam model ini yaitu penjualan dan keuntungan
warung tradisional. Penjualan yang diperoleh pemilik warung dapat
meningkatkan keuntungan usaha karena penjualan diperkirakan mempunyai
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap keuntungan usaha sehingga
pemilik warung dapat memaksimumkan keuntungannya. Keuntungan terdapat
dua jenis, yaitu keuntungan bisnis dan keuntungan ekonomis. Keuntungan
bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan suatu perusahaan setelah dikurangi
biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan ekonomis adalah total
penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-
-
26
biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama dari
produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima.
Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran teoritis tersebut, secara skema
kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran dalam Penelitian
Penjualan dan Keuntungan
Warung Tradisional
o Harga
o Kenyamanan
o Ketersediaan Barang
Munculnya Minimarket