BAB II LANDASAN TEORI 2.1 -...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 -...
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lingkungan sekolah
2.1.1 Pengertian Lingkungan
Menurut Supardi (2003:2) mengatakan bahwa lingkungan adalah semua benda hidup dan
mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati.
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi
dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan perkembangan atau life processes.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang pengertian lingkungan dapat disimpulkan
bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia baik benda hidup maupun
benda mati, seluruh kondisi yang mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan kehidupan
manusia serta mahluk hidup lainnya.
2.1.2 Pengertian Sekolah
Yusuf (2001:54) mengungkapkan bahwa sekolah merupan lembaga pendidikan formal
yang secara sistematis melaksanakan program bombingan, mengajar, dan latihan dalam ragka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral,
spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Menurut Soedjiarto (2000:46), sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan
sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilaku hanya
hanya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan
lingkungan yang sesuai.
13
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistem matis melaksanakan
program pembelajaran yang bermakna dalam rangka membantu mengembangkan segala
potensinya.
2.1.3 Pengertian Lingkungan Sekolah
Menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN) (Tulus Tu’u 2004:11) lingkungan sekolah
diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai kegiatan
pembelajaran sebagai bidang studi yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya.
Menurut Tulus Tu’u (2004:1) dalam buku Peran disiplin pada perilaku dan prestasi
siswa.Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana ditempat inilah
kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkankepada
anak didik.
Berdasarkan pengertian lingkungan, pengertian sekolah, dan pengertian lingkungan
sekolah, maka dapat disimpulkan pengertian lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda
hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan untuk membantu
siswa mengembangkan potensinya dengan program pendidikan untuk membantu siswa
mengembangkan potensinya dengan dibiasakan nilai-nilai tata tertip sekolah serta nilai-nilai
kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidik
yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh
peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi.
Menurut Sumitro, “Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan
meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil & bertingkah laku
14
baik” (Sumitro 2006:81). Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-
temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan
belajar dilaksanakan secara formal.“Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal.
Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan
terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas”.
Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan
kebisingan/jalan ramai dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan
sekolah (Sumadi Suryabrata,2006:233) lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi
dan teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat
menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.Teman-teman yang rajin belajar
dapat mendorong seorang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2004:164), lingkungan sekolah meliputi:
a. lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar
dan media belajar
b. lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-
gurunya, keluarga, dan staf sekolah yang lain.
c. Lingkungan akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dan berbagai kegiatan ekstra kulikuler.
Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah.Lingkungan sekolah mencakup keadaan
lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan
fasilitas-fasilitas sekolah.Seperti pula dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono bahwa dalam
15
prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang
ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga.Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para
siswanya.Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah,
sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan
sebagainya.Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, keluarga
(orang tua), guru-guru serta staf sekolah lainnya.Lingkungan sekolah juga menyangkut
lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai
kegiatan kokulikuler dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan
tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer
pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa
dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru
dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas
sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
2.1.4 Unsur-unsur Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan
fungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan salah satu sistem
sosial yang mempunyai organisasi dan pola relasi sosial diantara para anggotanya.
Menurut Ahmadi (1991:187) menyatakan bahwa kebudayaan sekolah mempunyai
beberapa unsur penting, yaitu:
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah
16
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang
menjadi program keseluruhan pendidikan.
3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yan terdiri atas siswa, guru,kepala
sekolah dan tenaga administrasi.
4. Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Dalam buku Syah (2003: 152) menggolongkan lingkungan sekolah menjadi dua, yaitu:
Lingkungan Sosial dan Lingkungan Nonsosial. Lingkungan sekolah siswa tersebut dapat d i
uraikan sebagai berikut:
1. Lingkungan Sosial
Untuk ligkungan sekolah, yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah seluruh warga
sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya berkaitan dengan
semangat belajr siswa.para guru yang dapat menunjukan sikap dan perulaku yang baik dan
juga dapat memperlihatkan teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti misalnya
rajin membaca. Hal tersebut dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar
siswa.demikian halnya apabila teman-teman disekolah mempunyai sikap dan perilaku yang
baik serta memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya belajar akan
berpengaruh positif terhadap belajar siswa.
2. Lingkungan Nonsosial
Lingkungan nonsosial yang berkaitan dengan belajarnya di antaranya adalah gedung sekolah
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan juga mass media.
Untuk menyelenggarakan pendidikan disekolah, gedung merupakan prasyarat paling utama
yang harus dipenuhi oleh sekolah harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan
siswa.
17
Menurut Slameto (2003:64) menyatakan faktor sekolah yang mempengaruhi belajar
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standart pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator dari lingkungan sekolah siswa adalah
sebagai berikut:
1. Lingkungan Sosial
a. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. proses tersebut dipengaruhi
oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi
oleh relasinya dengan gurunya. Didalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka
akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik, hal
tersebut juga sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka, ia segan mempelajari
mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
b. Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang memilki sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan akan
diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk
sekolah karena disekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari
teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberikan layanan bimbingan
dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali di kelompoknya.
2. Lingkunga Nonsosial
c. Metode Mengajar
18
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Metode guru mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula, misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap
siswa dan atau terhadap pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap guru dan pelajarannya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan
dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. Selain
itu guru juga perlu mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
d. Disiplin Sekolah
Kedisiplann sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan
juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam
mengajar dan melakukan tata tertip, kedisiplinan pengawai/karyawan dalam
pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman
dan lain-lain, dan disiplin Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta
siswa-siswanya, karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
e. Fasilitas Sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajran yang
dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima
bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
19
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. jika siswa sudah menerima
pelajaran dan menguasainya, maka pelajarannya akan menjadi lebih biat dan lebih
maju.
Kenyataannya saat ini yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang
membantu lancarnya belajar siswa dengan jumlah siswa yang besar pula, seperti
buku-buku diperpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah
masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
f. Waktu Sekolah
Waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar,
jasmani dan kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada
pelajaran.
g. Keadaan Gedung
Untuk dapat mendukung proses belajar siswa disekolah,terlebih lagi jumlah siswa
yang cukup banyak yang memilki beragam karakteristik menuntut adanya suasana
sekolah yang dapat membantu proses belajar mereka. Dengan jumlah siswa yang
banyak serta berfariasi berkarakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan
gedung dewasa ini harus memadai didalam setiap kelas. Keadaan sekolah pada
umumnya dan kelas pada khususnya yang terlihat rapi akan membuat suasana
menjadi lebih nyaman untuk belajar.
2.2. Peran Guru
2.2.1. Pengertian Peran Guru
Guru adalah tenaga profesional dalam bidang pembelajaran wajib memiliki kualitas yang
sesuai dengan syarat-syarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan
20
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Prinsip profesi sendiri adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya
memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memilki dedikasi yang tinggi dalam menyikapi
pekerjaan dan berorientasi pada pelayanan yang baik. Artinya bahwa profesi guru dapat
dikategorikan suatu pekerjaan ideal memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang
membutuhkannya dan memberitauladan yang baik.
Seperti yang telah dijelaskan sebelunya, guru bermakna sebagai pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta dengan jalur formal. Sejalan dengan itu guru memilki peran yang bersifat
multi fungsi, lebih dari sekedar yang tertuang pada produk hukum tentang guru.
Peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan dalam buku Sardiman A.M
(2006:143), antara lain:
1. Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembmbing dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang
yang menguasai bahan yang diajarkan.
2. James W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai
dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
3. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peran
guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
21
Slameto (1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran
hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses
dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa, secara lebih terperinci tugas guru
terpusat pada:
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.
3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.
Beberapa peran yang dianggap dominan menurut adam& Deccey (Usman, 1990), yaitu:
1. Guru sebagai demonstator
Dalam perannya sebagai demonstator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pengajaran yang akan diajarkannya serta
mengembangkannya, dalam arti meningkatkan hasil belajar yang tercapai oleh siswa.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Tujuan umum pengelola kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi
nermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang
baik.Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa untuk berkarya dan belajar, serta membantu siswa untuk mendapat
hasil yang diharapkan.Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan
22
fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan dan
membimbing proses-proses intelektual dan dan sosial didalam kelas.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untk
lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Selain itu guru juga harus memiliki
keterampilan untuk memilih, menggunakan dan mengusahakan media itu dengan baik.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mengusahaan sumber belajar yang berguna serta
dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar.
4. Guru sebagai Motivator
Motivasi belajar sebagai motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri
dan mencapai prestasi. Salah satu tugas guru adalah membangkitkan motivasi belajar itu
pada siswa, terutama motivasi untuk memperkarya diri sendiri. Untuk motivasi seorang
siswa, guru harus melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menumbuhkan
dorongan untuk mengembangkan diri.
5. Guru sebagai Evaluator
Evaluasi dilakukan agar guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswanya.
Dari beberapa pendapat tentang guru, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga
profesioanal yang membutuhkan pendidikan khusus untuk menjalankan peran atau tugas
utamanya yaitu sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik,
membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manuasia yang berkualitas.
23
Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah
kepada peningkatan motivasi belajar siswa.Melalui peranannya guru diharapkan mampu
mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber
dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa secara efekktif dapat
mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar. Hal ini
berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-
baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga
siswa dapat belajar secara efektif. Peran guru juga harus menciptakan guru yang berkualitas.
Guru berkualitas adalah guru dalam kegiatan belajar mengajar guru sangat penting, jika guru
mengajar terlalu cepat, suara keras, penguasaan materi kurang baik, penguasaan kelas rendah,
motivasi rendah, maka itu akan menghambat semangat belajar siswa dan motivasi siswa untuk
bertanya, dan mengulangi pelajaran kembali dirumah akan berkurang.
2.2.2. Kompetensi Guru
Tugas dan peran guru dapat terlaksana apabila memilki kopetensi di dalam dirinya.
Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas kerja guru.
Berdasarkan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standard Kualitas Akademi dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa Standar
Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama (departemen pendidikan
nasional, 2008), yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional dan
24
intektual.Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memilki karakter, sifat, dan interest yang
berbeda. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik
untukmengaktualisasikan kemampuannya dikelas dan harus mampu melakukan kegiatan
penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Kompetensi Kepribadian
Dalam hal ini guru harus mampunyai kemampuan yang bekaitan dengan kemantapan dan
integritas kepribadian seorang guru. Guru sebgai pendidik harus dapat mempengaruhi
proses perkembangan dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat.
Guru harus mampu membelajarkan siswa tentang disiplin diri, belajar membaca,
mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana belajar, mematuhi aturan/tata
tertib, dan belajar bagaiman aharus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila guru juga
disiplin melaksanakan tugas dan kewajibannya.
3. Kompetensi Sosial
Guru dimata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan
merupakan suri tauladandalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu memilki kemampuan
sosial dengan masyarakat, dalam rangka melaksanakan proses pembalajaran yang efektif.
Kemampuan sosial merupakan kemampuan yang meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerjasama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang harus dimilki guru dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Guru memiliki tugas untuk
25
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru
dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.
Guru juga harus mampu menciptakan susana mengajar yang menyenangkan agar siswa
semakin termotivasi dengan apa yang sudah diberikan oleh guru. Dalam buku Quantum
Teaching, Bobbi De Poter (2000:10), mengatakan pembelajaran yang berhasil haruslah dalam
suasana yang menyenangkan dan menggembirakan. Untuk mencapai suasana itulah dipakai
tahapan sebagai berikut:
a. Ambak (apa manfaat bagi aku). Guru menumbuhkan minat dan manfaat belajar
b. Alami. Guru mengajak siswa mengalami dalam kegiatan atau permainan
c. Namai. Guru mengajak siswa dengan memberi nama, konsep, model, rumus, kata kunci
yang mereka temukan.
d. Demontrasikan. Guru mengajak siswa untuk menunjukan apa yang mereka ketahui
e. Ulangi. Guru memberikan kesempatan siswa mengatakan bahwa “aku tau bahwa aku
memang tahu ini”
f. Rayakan. Guru memberi pujian dan penghargaan dengan tepuk tangan atau cara lain atas
partisipasi dan pendapat para siswa.
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa,peran guru adalah:
1. Sebagai indikator, guru sebagai pelaksana mengajar informatife, laboratorium,studi
lapangan dan informasi kegiatan maupun umum.
2. Sebagai organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,
jadwal pelajaran, dan lain-lain.
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengatur dan mengelola sumber-sumber
pembelajaran yang tersedia. Dengan demikian, peserta didik dapat memanfaatkan
26
sumber-sumber tersebut sebagai media pembelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan proses pembelajaran dengan efektif dan efisien. Seperti langkah-langkah
proses pembelajaran, jadwal pembelajaran, kegiatan ekstra, dan lain-lain, hal ini
dimaksudkan agar proses pembelajaran tersebut berjalan dengan baik.
3. Sebagai motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk
mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta, sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran,
dorongan yang diberikan mungkin berupa penghargaan seperti pujian, bahkan seandainya
diperkirakan hasilnya akan positif hukuman pun dapat dilakukan dengan catatan tidak
memberikan hukuman fisik seperti menampar, manajemen, dan sebagainya. Sebagai
penilai evalator, guru bertugas mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis,
menafsirkan data yang valid, reliabel dan objektif, dan akhirnya memberikan
pertimbangan judgement atas tingkat keberhasilan pembelajaran berdasarkan kreteria
yang ditetapkan, baik mengenai program, proses, maupun hasil (produk). Evaluasi
terhadap produk selain berguna untuk bahan pertimbangan dalam kepuusan, juga
bermanfaat sebagai umpan balik (feedback)bagi proses masukan (input)serta tindak
lanjutnya.
4. Sebagai direktor guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Sebagai inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
didiknya dalam proses belajar.
Ide yang dikemukakan adalah ide-ide yang kreatif dan dapat memotivasi peserta didik
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.Peran guru sebagai inisiator sebenarnya
27
telah lama sekali diakui. Hal ini sejalan dengan semboyan ‘ing ngarso sung tulodo’
artinya ditengah-tengah guru harus dapat membangun inisiatif.
6. Sebagai fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar. Guru hendaknya memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran, misalnya dengan menciptakan suasana yang menyenagkan dan
menimbulkan keaktifan dan kreatifitas pada diri siswa sehingga pembelajaran
berlangsung efektif dan efisien.
7. Sebagai mediator, guru sebagai peneguh dalam kegiatan belajar siswa, guru hendaknya
memilki pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan baik jenis dan bentuknya, baik
media material maupun nonmaterial.
8. Sebagai evaluator, Guru dituntut menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyangkut intrinsik maupun ekstrinsik. Guru tidak hanya
menilai produk tetapi juga menilai proses. Guru harus mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
2.3. Motivasi Pembelajaran
2.3.1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang paling penting dalam mendukung seseorang dalam
mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga mempengaruhi seseorang dalam mencapai
sebuah prestasi belajar.Istilah motivasi sering disamakan dengan istilah motif, M. Nagalim
Purwanto (2006:60),menyatakan motif adalah sesuatu yang mendorong sesorang untuk
bertindak atau melakukan sesuatu.
28
Namun menurut Ghuatherie yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206)motivasi
hanyalah menimbulkan variasi respon pada individu, dan apabila dihubungan dengan belajar
hanyalah penyebab dari variasi reaksi.Berdasarkan definisi motivasi yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kondisi untuk memberikan
dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapakan.
Menurut Sugihartono (2007:78) motivasi belajar memegang peranan yang sangat
penting untuk pencapaian prestasi belajar siswa, karena motivasi belajar yang tinggi akan
terlihat dalam ketekunan yang tidak mudah menyerah meskipun dihadapkan oleh beberapa
kendala. Motivasi tersebut dapat ditemukan dalam sikap siswa, antara lain: (1) tinggi keterlibatan
efektif siswa dalam belajar, (2) tingginya keterlibaran siswa dan efektif siswa dalam belajar.(3)
tingginya upaya siswa untuk menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar. Menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2006:80) motivasi adalah dorongan meental yang mengarahkan dan
menggerakkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.Motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengatifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku
individu pelajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu: 1) kebutuhan; 2) dorongan;
3) tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas dengan demikian motivasi belajar adalah sebuah dorongan
untuk melakukan sesuatu hal yang diwujudkan dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan
belajar dalam mencapai sebuah tujuan yang diharapkan.
2.3.2. Teori Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang has
adalah untuk menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi belajar
29
menurut M. Sobry Sutikno dalam (http://www.buderfic.or.id/h-129) menyebutkan bahwa
motivasi ada dua, yaitu:
1. Motivasi intrinsik, motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam
individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain. Misalnya
seorang yang menghadapi ujian karena dia senang dengan mata pelajaran yang di
ujikannya itu. Individu tersebut termotivasi untuk belajar saat mereka diberi
pilihan, senagng menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan nilai
infoermasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan
pujian kepada peserta didik.
2. Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain sehingga individu
tersebut mempuanyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi
ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya, sesorang akan belajar keras dalam mengahadapi ujian demi
mendapatkan nilai yang baik.
Kedua motivasi tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan belajar
siswa dan mempunyai keterkaitan keduanya
Motivasi-motivasi untuk belajar yang muncul dari dalam diri sesorang terdapat berbagai
macam hal.Apabila dilihat dari beberapa sudut pandang, para ahli phisikologi berusaha untuk
menggolongkan motif-motif yang ada di dalam diri individu kedalam beberapa golongan.
Menurut Setain yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006-62) membagi motif-motif tersebut
menjadi dua golongan, yaitu: (1) physiological drive, (2) sosial motives, physiological drive
adalah sebuah dorongan yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya.
30
Sedangkan sosial motives adalah dorongan-dorongan yang hubungannya manusia dengan
manusia yang lain dalam masyarakat, seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat
baik (etika) dan sebaginya. Jadi kedua golongan motif tersebut saling berhungan dengan yang
lain. Woodwort yang dikutip oleh M.Ngalim Purwanto (2006:63) menyatakan bahwa motif-
motif pada seseorang berkembang melalui kematangan, latihan dan belajar.
Menurut Wasty Soemanto (2006:207) mengemukakan bahwa motivasi memilki dua
elemen, yaitu elemen dalam (inner component), elemen luar (outer component). (inner
component) adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri sesorang, perubahan
ini berupa keadaan ketidak puasan atau ketegangan phisikologis. Elemen luar(outer component)
adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri sesorang yang berada di luar diri
sesorang tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kedua motivasi tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan
motivasi siswa, dan mempunyai keterkaitan satu dan yang lain.
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Brocy (2004), (dalam http://www.repository.usu.ac.pdf) terdapat lima faktor
yang dapat mempenaruhi motivasi belajar siswa, yaitu:
a. Harapan Guru
Haraan guru berkaitan denga memperjelas tujuan belajar.Peran motivasi dalam
memperjelas tujuan belajar erat kaitannyadengan kemaknaan belajar. Warga belajar akan
termotivasi belajar membaca karena belajar membaca dapat melahirkan kemampuan
warga belajar dalam membaca dan itu sangat penting dalam kehidupan.
b. Instruktur langsung/ perintah langsung
c. Umpan balik (feedback) yang tepat
31
Mutu hasil belajar akan meningkatbila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan
balik dari mengajar kepada warga belajar merupakan salah satu bentuk interaksi antara
mengajar dan warga belajar.Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari
pada kelemahan. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal
ini dimaksudkan agar warga belajar agar lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas
belajar selanjutnya.
d. Penguatan atau hadiah
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang yang belajar
dihadapan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahannya dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
e. Hukuman.
Seseorang akan termotivasi untuk belajar untuk menghindari sebuah hukuman, yaitu nilai
yang rendah.
Siswa yang masih duduk dibangku sekolah dasar (SD) lebih dipengaruhi oleh motivasi
ekstrinsik, sedangkan siswa yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
seharusnya lebih dipengaruhi oleh motivasi instrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai
kesadaran pentingnya belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang
belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut.Berdasarkan hal-hal tersebut, guru
mempunyai peran penting untuk mengembang motivasi intrinsik tersebut.
2.3.4. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar
Pentingnya motivasi untuk belajar dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh siswa,
maka motivasi merupakan hal yang utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa.Motivasi ini
harus dimulai dari diri siswa itu sendiri.Motivasi dari dalam diri siswa merupakan yang paling
32
penting, karena apabila siswa tersebut tidak mempunyai kesadaran dalam belajar, motivasi itu
tidak akan tumbuh walaupun faktor dari siswa sudah mendukung. Membangkitkan motivasi
belajar siswa tidaklah mudah, Guru merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, karena guru merupakan orang yang berperan penting dalam proses belajar siswa
ketika berada lingkungan sekolah. Namun apabila guru tidak paham dengan hal yang diinginkan
siswa, maka motivasi tersebut dapat ditumbuhkan dari dalam diri siswa.
Sardirman (2010:92-95), cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar adalah:
1. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama
yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
2. Hadiah, namun dengan pemberian hadiah tidak tidak semua senang, karena hadiah
tersebut akan menarik bagi siswa yang tidak terdapat dalam suatu pekerjaan.
3. Persaingan/kopetisi, dengan persaingan individual maupun kelompok dapar
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri.
5. Memberikan ulangan, hal ini disebabkan para siswa akan menjadi giat belajar jika tau
akan ada ulangan.
6. Memberi tahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama
kalau terjadikemajuan.
7. Pujian, jika ada siswayang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini
merupakan bentuk penguatan positif.
33
8. Hukuman, dengan memberikan hukuman yang tepat dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar.
9. Hasrat belajar, dengan adanya hasrat belajar yang tumbuh daridalam diri siswa itu
sendiri, maka hasil belajar akan lebih baik.
10. Minatadalah motivasi pokok yang timbul karena kebutuhan.
11. Tujuan yang dicapai, maka dengan memahami tujuan yang akan dicapai, maka akan
mempermudah untuk menimbulkan gairah belajar siswa.
2.3.5. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Menurut Sudirman (2009:83) teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan
pada untur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena
adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego tokoh dariteori ini adalah freud. Selanjutnya
untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan
adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memilki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tekun mengahadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
berhenti sebelum selesai).
2. Ulet mengahadi kesulitan (tidak lepas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak pernah puas dengan prestasi yang telah
dicapai)
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untukorang dewas (misalnya
masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi,
penentangan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral, dan sebagainya).
34
4. Lebih senang belajar mandiri.
5. Cepat bosandengan tugas-tugasyang rutin (hal-hal yang bersikap mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang tersebut selalu memiliki
motivasi yang kuat. Karena motivasi itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajarnya, dan akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam
memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik
tidak akan terjebak pada sesuatu rutinitas dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan
pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional, bahkan lebih lanjut siswa
harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum dan bagaimana memikirkan
pemecahanya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan
siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.Menurut Elida Prayitno (1989:11)
didalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya
yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai
tujuan belajar yang sebenarnya.
Tujuan belajar yang sebenarnya adalah untuk menguasai apa yang sedang dipelajari,
bahkan karena ingin mendapat pujian dari guru. Siswa yang termotivasi secara intrinsik
aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.Siswa
yang memiliki motivasi ekstrinsik menunjukan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam
belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah
35
pelajaran dengan benar, dan jika mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari/mengerjakan
tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya dan ia terpaut tanpa terpaksa terhadap
tugas-tugas belajar tersebut. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang
siswa yang termotivasi pasti akan mencapai kepuasannya. Secara intrinsik, aktivitasnya lebih
baik dalam belajar dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dhewanti Indra Murti 2012 dengan tujuan
memperoleh bukti empiris mengenai lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran terhadap
motivasi belajar, dampak dalam hasil belajar siswa di SMK Tamansiswa Yogyakarta lingkungan
sekolah dan peran guru terdapat hubungan positif dan signifikasi terhadap motivasi belajar siswa.
Potensi yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara mengembangkan potensi
yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada keinginan yang dimiliki oleh setiap
siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasisetiap pribadi masing-masing. Motivasi merupakan
suatu kondisi yang dimiliki oleh setiap siswa untuk bertingah laku. Ada pun penelitian yang
dilakukan oleh Muhamad Akbar Ridho di SMK Muh. Kutowinangun Kebumen tahun
2011/2012.motivasi dalam belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk memahami arti dalam
kegiatan belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginanuntuk mempelajari yang seharusnya
dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam belajar harus didukung oleh bimbingan yang sesuai
maka motivasi siswa dalam belajar pun akan semakin meningkat sehingga tujuan dari motivasi
pun juga akan tercapai, yaitu prestasi belajar.
2.5. Kerangka Berpikir
36
Kerangka berfikir dalam penelitian ini berfungsi sebagai pedoman yang menjelaskan
jalan arah tujuan penelitian yang akan membantu pemilihan konsep-konsep yang diperlukan
guna dalam pembentukan hipotesis. Kerangka ini akan menjadi landasan untuk menjelaskan
bagaimana lingkungan sekolah dan peran guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
kelas XI SMK Pelita Salatiga.
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukanlah satu
tujuan, akan tetapi merupakan satu proses untuk mencapai tujuan. Dari belajar bukan merupakan
suatu peristiwa secara otomatis terjadi dari menyampaikan sejumlah informasi dan sumber
belajar kedalam diri peserta didik, akan tetapi memerlukan suatu proses keterlibatan mental dan
tindakan nyata dari peserta didik itu sendiri.
Secara fisik fasilitas di lingkungan sekolah juga sangat mendukung kelancaran proses belajar dan
mengajar. Dengan sarana dan fasilitas yang memadai, siswa akan lebih bersemangat dalam
belajar. Sehingga akan memacu dirinya untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
Lingkungan sekolah sangat erat kaitannya dengan motivasi belajar. Banyak faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar. Kutikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah. Dari lingkungan sekolah yang
baik akan menimbulkan dan mendorong motivasi siswa SMK Pelita Salatiga semakin baik.
Guru adalah tenaga profesional dalam bidang pembelajaran wajib memiliki kualitas yang
sesuai dengan syarat-syarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
37
melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Guru juga harus mampu
menciptakan susasana belajar yang menyenangkan di dalam kelas, jika guru berhasil
menciptakan suasana, siswa akan merasa senang baik dengan guru itu sendiri dan dengan mata
pelajarannya.
Peran guru dalam lingkungan sekolah SMK Pelita harus bisa membangun hubungan
relasi yang baik dengan siswa, terutama hubungan komunikasi terhadap siswa, siswa yang dekat
dengan guru, dan sering berkomunikasi dapat membangun motivasi ekstrisik dari dalam siswa.
Hubungan guru dengan motivasi sangat berpengaruh erat dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, siswa akan bersemangat dalam belajar karena siswa sudah menyenangi guru dan mata
pelajaran yang sudah diberikan.
Motivasi merupakan kebutuhan yang memberikan dorongan dari seseorang atau dari diri
sendiri untuk melakukan hal-hal yang baik dalam berbagai hal kehidupan dan membuat dirinya
berharga.Motivasi berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan memelihara
semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras, baik didorong karena adanya
harapan untuk sukses ataupun karena takut kegagalan.
Oleh sebab itu bila seseorang siswa berada di lingkungan sekolah yang baik, dan dengan
peran guru yang baik dalam memotivasi belajar, siswa akan mempunyai motivasi atau semangat
belajar yang tinggi siswa akan menghasilkan pencacapain yang terbaik dan optimal.
Gambar 2.1 Kerangka berfikir hubungan motivasi belajar antara lingkungan sekolah, dan
hubungan motivasi belajar dengan peran guru.
Lingkungan
Sekolah
(X1)
Peran Guru
(X2)
Motivasi
Belajar (Y)
38
2.6. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah di nyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Hipotesis tersebut akan di uji menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga akan
diketahui kebenaranya secara empiris. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan kerangka
berfikir yang telah dibuat peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Motivasi Belajar (Y)
Hipotesis kerja
Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah rendah.
Artinya berdasarkan nilai ketuntasan, motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita
Salatiga dikatakan rendah jika kurang dari 75%.
H0 : Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah tinggi yaitu
lebih dari sama dengan 75%.
H1 : Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah rendah yaitu
kurang dari 75%
Hipotesis Statistik
H0 : µ ≥ 75%
H1 : µ < 75%
2. Hipotesis hubungan antara lingkungan sekolah (X1) dengan motivasi belajar (Y)
39
Terdapat hubungan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI di
SMK Pelita Salatiga. Artinya berdasarkan teori dalam penelitian ini lingkungan
sekolah dapat dikatakan berhubungan dengan motivasi belajar apabila koofisien
korelasi kedua variabel tersebut tidak sama dengan 0.
H0 : Tidak ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa
kelas XI di SMK Pelita Salatiga.
H1 : Terdapat hubungan antaran lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa
kelas XI di SMK Pelita Salatiga.
Hipotesis Statistik
H0 : ρxy = 0
H1 : ρxy ≠ 0
3. Hipotesis hubungan antara peran guru (X2) dengan motivasi belajar (Y)
Terdapat hubungan peran guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita
Salatiga. Artinya berdasarkan teori dalam penelitian ini lingkungan sekolah dapat
dikatakan berhubungan dengan motivasi belajar apabila koofisien korelasi kedua
variabel tersebut tidak sama dengan 0.
H0 : Tidak ada hubungan antara peran guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI di
SMK Pelita Salatiga.
H1 : Terdapat hubungan antaran peran guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI di
SMK Pelita Salatiga.
Hipotesis Statistik
H0 : ρxy = 0
H1 : ρxy ≠ 0
40