BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/1771/3/BAB II.pdf · erung...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/1771/3/BAB II.pdf · erung...
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kebahagiaan
1. Pengertian
Kebahagiaan sering digunakan sebagai sinonim untuk kesejahteraan
lansiatif dalam literatur psikologi. Hampir tanpa kecuali, kebahagiaan
menjadi kata pengganti yang digunakan dalam istilah kesejahteraan
lansiatif (dalam Synder & Lopez, 2007). Kebahagiaan adalah keadaan
emosi yang positif yaitu secara lansiatif didefinisikan oleh setiap orang
(Synder & Lopez, 2007). Menurut Papalia (2008) semakin lansia mampu
mengatur emosinya maka mereka akan cenderung lebih bahagia dan ceria
karena jarang mengalami emosi negatif.
Menurut Muhadjir (2013) kebahagiaan merupakan emosi rasa senang,
puas, dan tampil fisik maupun mental. Kebahagiaan itu lebih lansiatif,
meskipun ada tampilan sehat fisik maupun mental. Kebahagiaan adalah
berbahagia karena mampu membuat judgement dan mampu mengevaluasi
diri tampil dalam hidup yang lebih bermakna, bagi diri sendiri, dan bagi
kehidupan prososial, dan afek altruistiknya.
Menurut Seligman (dalam Mardiah, 2011) kebahagiaan adalah kondisi
dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu,
masa depan, dan masa sekarang. Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan diartikan sebagai perasaan positif atau emosi positif dan
kegiatan positif yang tidak lepas dari pengaruh eksternal maupun internal.
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
14
Menurut Rusydi (2007) kebahagiaan adalah sebongkah perasaan yang
dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki
kedamaian.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kebahagiaan adalah suatu emosi positif seperti perasaan puas, senang,
tampil sehat fisik maupun mental di masa lalu, masa depan, dan masa
sekarang yang tidak terlepas dari pengaruh internal maupun eksternal.
2. Aspek-aspek Kebahagiaan
Aspek-aspek kehabagiaan menurut Seligman (2005) yaitu :
a. Kepuasan akan masa lalu
Emosi positif tentang masa lalu adalah kepuasan, kelegaan,
kesuksesan, kebanggaan, dan kedamaian. Emosi tentang masa lalu
mulai dari kelegaan, kedamaian, kebanggaan, dan kepuasan, sampai
pada kegetiran yang tidak terpendamkan dan kemarahan penuh
dendam, sepenuhnya ditentukan oleh pikiran pada masa lalu.
Pemahaman dan penghayatan yang tidak memadai atas peristiwa
baik pada masa lalu dan terlalu menekankan peristiwa buruk adalah
hal yang dapat menurunkan ketenangan, kelegaan, dan kepuasan. Ada
dua cara untuk membawa perasaan-perasaan tentang masa lalu ini
kearah kelegaan dan kepuasan. Bersyukur menambah penghayatan
dan pemahaman terhadap peristiwa baik pada masa lalu dan menulis
ulang sejarah dengan disertai rasa maaf mengurangi kegetiran
peristiwa buruk (dan bahkan bisa mengubah kenangan buruk menjadi
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
15
kenangan indah). Alasan mengapa rasa syukur berhasil menambah
kepuasan hidup adalah bahwa rasa ini menambah intensitas,
kekerapan, maupun kesan dari kenangan yang baik tentang masa lalu.
Cara yang kedua adalah dengan memaafkan, tindakan yang
membiarkan memori tetap utuh, tetapi dengan membuang atau
mentransformasikan kepedihan.
b. Optimis akan masa depan
Emosi positif mengenai masa depan mencangkup keyakinan,
kepercayaan, kepastian, harapan, dan optimisme. Orang yang
optimistis menerangkan peristiwa dengan mengaitkannya dengan
penyebab permanen, contohnya watak dan kemampuan. Orang yang
pesimistis menyebutkan penyebab sementara seperti suasana hati dan
usaha. Orang yang dapat memanfaatkan keberhasilan dan terus
bergerak maju begitu segala sesuatu mulai berjalan dengan baik
adalah orang yang optimis (Seligman, 2005). Kebahagiaan adalah
perasaan optimistis dan harapan akan masa depan, keinginan untuk
berada di dekat orang lain (kehidupan sosial), pernikahan, religiusitas,
serta sehat secara fisik dan psikologis (dalam Rahmawati, 2013).
c. Kebahagiaan akan masa sekarang
Kebahagiaan masa sekarang mencangkup dua hal yang sangat
berbeda yaitu :
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
16
1. Kenikmatan
Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen
indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut
oleh para filosof sebagai “perasaan – perasaan dasar”: ekstase,
gairah, orgasme, rasa senang, riang, ceria dan nyaman. Hal ini
bersifat sementara hanya melibatkan pikiran, atau malah tidak
sama sekali
2. Gratifikasi
Gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat di
sukai, tetapi sama sekali tidak mesti disertai oleh perasaan dasar.
Gratifikasi membuat seseorang terlibat sepenuhnya, ikut tegelam
merasakannya dan kehilangan kesadaran diri. Menikmati
percakapan yang bermanfaat, memanjat tebing, membaca buku
bagus, menari adalah contoh kegiatan yang didalamnya waktu
bagi seseorang seakan berhenti. Gratifikasi bertahan lebih lama
daripada kenikmatan karena melibatkan lebih banyak pemikiran
serta interpretasi. Gratifikasi tidak begitu saja menjadi terasa
datar karena ditompang oleh kekuatan dan kualitas seseorang.
3. Faktor-faktor Kebahagiaan
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
seseorang :
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
17
a. Uang
Seligman (2005) menjelaskan bahwa di negara-negara yang
sangat miskin, yang disana kemiskinan dapat mengancam nyawa,
memang kaya bisa berarti lebih berbahagia. Namun dinegara yang
lebih makmur, tempat hampir semua orang memperoleh kebutuhan
dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada
kebahagaiaan pribadi. Namun menurut Wenas, dkk (2015) bahwa
terdapat hubungan antara kebahagiaan dengan status sosial ekonomi.
Menurut Sterns (dalam Papalia, 2014) banyaknya perubahan
suasana ekonomi membuat banyak pekerja yang lebih tua sekarang
terpaksa bekerja bukan karena mereka ingin melainkan mereka di
paksa oleh situasi keuangan mereka dan meningkatnya biaya medis.
b. Perkawinan
Perkawinan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan.
Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan
besar penghasilan dan ini berlaku baik pada laki-laki maupun
perempuan (Seligman, 2005). Orang yang menikah lebih sehat dan
hidup lebih lama dibandingkan dengan orang yang tidak menikah,
tetapi hubungan antara pernikahan dengan kesehatanmungkin berbeda
antara suami dan istri pernikahan memiliki manfaat terhadap
kesehatan bagi laki-laki namun bagi lansia perempuan yang lebih
mempengaruhi kesehatan adalah kualitas pernikahan tersebut (Papalia,
2014).
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
18
c. Kehidupan sosial
Orang yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-rata
dan orang yang tidak bahagia yaitu mereka menjalani kehidupan
sosial yang kaya dan memuaskan. Orang-orang yang sangat bahagia
paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari
mereka bersosialisasi. Berdasarkan penilaian sendiri maupun teman,
mereka mendapatkan nilai tertinggi dalam berinteraksi.
Orang yang lebih berbahagia sejak awal memang lebih disukai
dan karena itu mereka memiliki kehidupan sosial yang lebih kaya dan
lebih cenderung untuk menikah. Atau orang yang lebih terbuka atau
menjadi pembicara yang mengagumkan akan mengakibatkan
kehidupan sosial yang kaya sekaligus mendatangkan lebih banyak
kebahagiaan.
d. Emosi negatif
Seligman (2005) menjelaskan bahwa orang-orang yang
mengalami banyak emosi negatif adalah orang yang mengalami sangat
sedikit emosi positif, dan sebaliknya. Meskipun demikian, tidak
berarti orang dengan emosi positif yang sedikit terhindar dari
kehidupan riang gembira. Demikian pula, meskipun orang memiliki
banyak emosi positif dalam hidup, tidak berarti sangat terlindungi dari
kepedihan.
e. Usia
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
19
usia, afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak
berubah. Yang berubah ketika menua adalah intensitas emosi kita.
Perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam
keputusasaan” menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya umur
dan pengalaman.
f. Kesehatan
Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan
kebahagiaan yang terpenting yaitu persepsi lansiatif kita terhadap
seberapa sehat diri kita. Masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas
menyebabkan ketidakbahagiaan, tetapi sakit yang parah memang
menyebabkannya. Menurut Pratama (2015) salah satu faktor
kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan,
adalah memiliki kesehatan.
g. Agama
Orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap
kehidupan daripada orang yang tidak religius. Hubungan antara
harapan akan masa depan dengan keayakinan beragama mungkin
merupakan landasan mengapa keimanan begitu efektif melawan
keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan. Sejalan dengan
pendapat Mardiah (2011) bahwa selain family support dan jenis
kelamin, religiusitas ikut berpengaruh terhadap kebahagiaan pada
lansia.
Berbagai penelitian lain telah menemukan beberapa faktor-faktor
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
20
kebahagiaan, salah satunya yaitu penelitian Nanthamongkolchai et.al
(2009), faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Harga diri
Orang tua dengan harga diri yang tinggi termotivasi untuk
mengurus diri mereka sendiri dan yang menyebabkan kualitas hidup
yang lebih baik. Sejalan dengan hasil studi Keiter KJ dan Blixen CE,
dan Quinapril et.al yang menemukan bahwa harga diri memiliki
pengaruh pada kualitas hidup pada orang tua.
2. Dukungan sosial
Hasil dari studi Uskup AJ et.al yang menemukan bahwa
dukungan sosial mempengaruhi kebahagiaan pada orang dewasa yang
lebih tua. Dukungan sosial merupakan kebutuhan penting dalam
kehidupan lansia. Hal ini meningkatkan kesehatan fisik dan mental
mereka dan membantu untuk secara tepat menyesuaikan diri untuk
hidup bahagia.
3. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga juga ditemukan mempengaruhi kebahagiaan
dalam kehidupan. Perubahan fisik, mental, emosional, dan sosial,
orang tua membutuhkan lebih banyak perawatan dan dukungan dari
anggota keluarga. Oleh karena itu, hubungan keluarga yang baik
berkontribusi pada harga diri yang sehat dari anggota keluarga lansia
untuk kebahagiaan hidup mereka. Hasilnya konsisten dengan Saeng
Thian Chai Et al, yang menemukan dukungan dari anggota keluarga
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
21
yang mempengaruhi kebahagiaan mental lansia.
Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan adalah agama, dukungan keluarga, jenis kelamin,
perkawinan, emosi negatif, dukungan sosial, usia, status sosial ekonomi,
dan kesehatan.
B. Lanjut Usia
1. Pengertian
Suntrock (2002) mengungkapkan bahwa masa lanjut usia dimulai
ketika seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. Sejalan dengan pendapat
Hurlock (2012) yang menjelaskan bahwa yang disebut lanjut usia adalah
orang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Hurlock (2012) usia tua
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode
dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Begitu juga menurut UU RI No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia, pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Lanjut usia dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu lanjut usia
muda berusia 65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital, dan bugar.
Lanjut usia tua berusia 75 sampai 84 tahun, dan lanjut usia tertua berusia
85 tahun keatas, berkecenderungan lebih besar lemah dan tidak bugar serta
memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas keseharian (Papalia, 2008).
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
22
2. Permasalahan-Permasalahan Pada Lanjut Usia
Permasalahan yang dihadapi lanjut usia menurut Suardiman (2011) di
kelompokkan ke dalam masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah
kesehatan dan masalah psikologis.
a. Masalah ekonomi
Masalah ekonomi pada lanjut usia biasanya ditandai dengan
menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun, atau
berhentinya pekerjaan utama yang berakibat pada menurunnya
pendapatan terkait dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan kebutuhan dimasa tua justru semakin meningkat, salah
satunya untuk perawatan kesehatan. Perubahan suasana ekonomi
membuat banyak pekerja yang lebih tua sekarang terpaksa bekerja
bukan karena mereka ingin, tetapi karena mereka dipaksa oleh situasi
keuangan mereka dan meningkatnya biaya medis (Papalia, 2014).
Sedangkan idealnya masa usia lanjut adalah masa yang tidak
direpotkan oleh urusan mencari uang, tetapi menikmati jerih payah
pada masa mudanya, sehingga hidup tenang, sejahtera dan bahagia
(Suardiman, 2011).
b. Masalah sosial budaya
Masalah sosial yaitu berkurangnya kontak sosial, baik dengan
keluarga, masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya
hubungan kerja karena pensiun. Kemudian meluasnya keluarga inti
atau batih dari pada keluarga luas dan adanya perubahan nilai sosial
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
23
masyarakat. Hal itu yang mengakibatkan lanjut usia kurang
mendapatkan perhatian, sehingga merasa kesepian, murung, tersisih
dari kehidupan masyarakat dan terlantar (Suardiman, 2011).
c. Masalah kesehatan
Menurut Suntrock (2002) semakin kita tua, kemungkinan kita
akan memiliki beberapa penyakit atau dalam keadaan sakit meningkat.
Misalnya, sebagian besar orang dewasa yang masih hidup pada usia
80 tahun tampak memiliki beberapa penurunan kondisi tubuh.
Penurunan kondisi tubuh itu terjadi karena adanya kemunduran sel-sel
karena proses penuanan yang biasanya menimbulkan berbagai macam
penyakit terutama penyakit degeneratif. Kerentanan terhadap penyakit
ini disebabkan oleh menurunya fungsi berbagai organ tubuh. Sehingga
diperlukan pelayanan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan
dan untuk tercapai masa tua yang bahagia serta berguna dalam
kehidupnya (Suardiman, 2011).
d. Masalah psikologis
Masalah psikologis yaitu kesepian, terasing dari lingkungan,
ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri,
ketergantungan, ketelantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin
dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan
sosial biasanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan
yang menimbulkan konflik atau keguncangan. Kebutuhan psikologis
merupakan kebutuhan akan rasa aman yang meliputi kebutuhan akan
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
24
keselamatan (seperti bebas dari rasa takut, kecemasan, kekalutan dan
sebagainya), kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan
rasa kasih sayang, kebutuhan akan aktualisasi diri. Sering kali
menurunnya atau tiadanya pekerjaan/ penghasilan menimbulkan
ketakutan. Oleh karena itu adanya aktivitas pekerjaan merupakan
salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan rasa aman karena dengan
bekerja seseorang mampu memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan rasa
aman, tentram, dan kepastian tentang hari-hari yang akan datang.
Selama kegiatan favorit seperti membaca buku, mengejar hobi
ataupun berkebun dapat dipertahankan maka lansia cenderung lebih
bahagia karena adanya perasaan keterlibatan dalam hidup (Papalia,
2014). Dengan bekerja juga memungkinkan berinteraksi dengan orang
lain yang menimbulkan rasa senang dan tidak kesepian (Suardiman,
2011).
3. Perubahan - Perubahan Pada Lanjut Usia
Usia lanjut membawa seseorang pada penurunan yang lebih besar
dibadingkan periode-periode usia sebelumnya. Rentetan perubahan-
perubahan dalam penurunan kondisi tubuh yang terkait dengan penuaan
dengan penekanan pentingnya perkembangan-perkembangan baru dalam
penelitian proses penuaan yang mencatat bahwa kekuatan tubuh perlahan-
lahan menurun dan hilangnya fungsi kadangkala dapat diperbaiki
(Santruck, 2002). Berbagai permasalahan yang di hadapi lansia tidak
terlepas dari perubahan-perubahan fungsi fisik, kognitif, sosio-emosional
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
25
sebagai akibat proses penuaan yaitu sebagai berikut :
a. Penurunan fisik
Penurunan fisik yang dialami oleh lansia biasanya diasosiasikan
dengan penuaan yang dapat di lihat dari kulit yang sudah menua
menjadi pucat, kurang elastis dan mengkerut. Pembengkakan
pembuluh darah di kaki menjadi hal yang umum. Rambut dikepala
berwarna putih, menjadi semakin tipis, dan semakin jarang rambut
yang tumbuh. Selain itu perubahan fisik lainnya seperti lansia menjadi
lebih pendek seiring dengan melemahnya tulang veterbrate, dan
postur bungkuk menjadikan mereka semakin kecil (Papalia, 2008).
Selain itu terjadi penurunan fungsi inderawi seperti penglihatan
mulai menurun misalnya untuk melihat objek pada tingkat penerangan
rendah dan menurunnya sensivitas terhadap warna, pendengaran
menurun misalnya kehilangan kemampuan mendengar bunyi nada
yang sangat tinggi, perasa, penciuman, perabaan, dan sensivitas pada
rasa sakit juga menurun (Hurlock, 2012). Penurunan fisik tersebut
kemudian akan menghadirkan berbagai gangguan fungsional dan
penyakit pada usia lanjut tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik
namun juga akan mempengaruhi kondisi psikisnya seperti perasaan
rendah diri, terasing, tidak berguna, tak berdaya, kesedihan, kesepian,
dan sebagainya. Kondisi psikis yang tidak menguntungkan ini tentu
saja akan mengurangi nilai kebahagiaan yang dirasakan oleh lanju
usia, sebab rasa bahagia dan kepuasan hidup hanya dapat dinikmati
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
26
ketika lansia dalam kondisi sehat (Suardiman, 2011).
b. Penurunan kognitif
Menurut departemen Kesehatan RI (dalam Suardiman, 2011)
perubahan kognitif yang di alami lansia yaitu mudah lupa, ingatan
pada masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru terjadi,
orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan tempa mundur, dan
tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Selain itu
kemampuan pengolahan seperti kecepatan pengolahan dalam mencari
nomor telepon dan mencatatnya kembali telah menurun, kemampuan
mengalihkan perhatian dari satu tuga ke tugas yang lain cenderung
melambat, serta kecepatan dalam memproses informasi juga
cenderung menurun (Papalia, 2014).
c. Penurunan sosio-emosional
Perubahan sosio-emosional pada lanisa yaitu emosi dan usia
lanjut di dominasi dengan tema „kehilangan‟. Usia lanjut dipandang
sebagai suatu penurunan, kaku/ sukar, emosi yang datar, rendahnya
energi efektif, rendahnya semangat, dan kecilnya perhatian emosi
(Suardiman, 2011). Dalam penelitian longitudinal (dalam Papalia,
2014) menjelaskan bahwa emosi negatif seperti kegelisahan,
kebosanan, ketidakbahagiaan, dan depresi menurun seiring dengan
usia. Pada saat yang sama, emosi positif seperti kegairahan, minat,
kebanggaan, dan perasaan pencapaian terhadap sesuatu cenderung
tetap stabil hingga masa lansia, kemudian menurun sedikit dan
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
27
bertahap.
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Hurlock (2012) usia tua adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh
dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu
yang penuh dengan manfaat. Pada periode ini akan terjadi perubahan fisik
maupun psikologis kondisi sosial yaitu dalam hubungan dengan orang lain
(Mardiah, 2011).
Keadaan penurunan dan perubahan lansia, secara langsung ataupun tidak
langsung dapat mempengaruhi kondisi psikologis lanjut usia. Sehingga,
ketidaksiapan dan upaya untuk melawan perubahan-perubahan yang dialami
masa lansia justru akan menempatkan lansia berada pada posisi serba kalah
yang akhirnya hanya menjadi sumber akumulasi stress dan frustasi belaka
(Indriana, 2008 dalam Indriana, 2010). Berbagai permasalahan dan perubahan
yang dialami lanjut usia baik fisik-kognitif, sosial, maupun psikologis
membuat lanjut usia tidak dapat menemukan kebahagiaannya, sedangkan
kebahagiaan itu sendiri sebenarnya dapat dicapai dengan terpenuhinya
kebutuhan hidup.
Kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang
dirasakan lansia serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai lanjut usia
(Seligman, 2005). Kebahagiaan akan tercapai jika aspek-aspek kebahagiaan
seperti kepuasan akan masa lalu, kebahagiaan akan masa sekarang, dan
optimisme pada masa depan dapat terpenuhi. Namun dalam memenuhi
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
28
kebutuhan dan aspek-aspek dalam kebahagiaan tersebut tidak terhindar dari
faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan itu sendiri seperti agama,
dukungan keluarga, jenis kelamin, perkawinan, emosi negatif, dukungan
sosial, usia, status sosial ekonomi, dan kesehatan.
Lanjut usia yang merasa tidak bahagia berusaha untuk mencari cara
bagaimana agar dapat merasakan kebahagiaan, begitupun juga sebaliknya
lanjut usia yang sudah bahagia akan berusaha mencari cara bagaimana
mempertahankan kebahagiaannya. Kebahagiaan lansia terletak dalam sikap
mental dalam diri yang bersangkutan, yaitu sikap menerima kehidupan hari
tua sebagai suatu kenyataan yang harus dihadapi dengan jiwa yang jernih
(dalam Surya, 2003).
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
29
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan dalam skema di bawah
ini:
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Lansia
Kebahagiaan :
1. Kepuasan masa lalu
2. Kebahagiaan di masa
sekarang
3. Optimisme akan masa
depan
Fisik Psikologis Sosial
Faktor-faktor kebahagiaan :
1. Agama
2. Dukungan keluarga
3. Jenis kelamin
4. Perkawinan
5. Emosi negatif
6. Dukungan sosial
7. Usia
8. Status sosial ekonomi, dan
9. Kesehatan
Kebahagiaan Pada Lanjut..., Isna Putranti, Fakultas Psikologi, UMP, 2016