BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang definisi belajar. Menurut
Bloom (1988) definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai proses
memperoleh informasi. Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana
manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari
pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui praktek atau latihan. Ani (2004) berpendapat bahwasuatu
organisme yang mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman disebut
dengan belajar. Menurut, Slameto (2010:2) belajar adalah suatu rangkaian upaya
untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan yang
dilakukan seseorang melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Sedangkan Nashar (2004) berdefinisi bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang mengarah ke arah yang lebih baik, yang terjadi melalui latihan
dan pengalaman. Sejalan dengan Nashar, Sardiman (2007) mendefinisikan bahwa:
”belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, medengarkan,
meniru dan lain sebagainya”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara
sadar dalam menambah pengetahuan atau kecakapan yang dapat berguna bagi diri
pribadi dan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
formal dan lingkungan nonformal. Lingkungan formal meliputi sekolah,
sedangkan lingkungan nonformal yakni lingkungan sekitar dimana seseorang
berinteraksi. Jika seseorang tidak mengalami peningkatan perilaku, keterampilan
7
dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut belum mengalami suatu proses
belajar. Seseorang yang belum dapat mengalami proses belajar disebabkan oleh
beberapa hal yang meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu
faktor yang timbul dari diri seseorang itu sendiri, dapat berupa rasa bosan, rasa
sakit, maupun rasa lelah yang ditimbulkan dari segi jasmani. Sedangkan faktor
ekstern yaitu di luar jasmani seseorang, dapat meliputi keluarga, masyarakat,
teman bergaul, dan juga sekolah.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah
mengalami suatu pembelajaran atau setelah mengalami pengalaman belajar.
Soedijarto dalam (Masnaini, 2003:6) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah
tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini
meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang
pelajar. Sedangkan Keller dalam (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil
belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil belajar
dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-
tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Sejalan dengan pendapat Soedijarto dan Keller, hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam
bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan
dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita
(Sudjana, 2004:22).
Menurut pendapat Soedijarto, Keller, dan Sudjana definisi hasil belajar
difokuskan pada sisi pelajar atau anak, lain halnya dengan pendapat Dimyati dan
Mudjiyono (2006:3) yakni hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua
sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar, sedangkan dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan
pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
8
Menurut Slameto (2010:54) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu:
a. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar,
yang termasuk di dalamnya:
1) Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh).
2) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan).
3) Faktor kelelahan.
b. Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk di
dalamnya:
1) Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar
belakang kebudayaan).
2) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan
tugas rumah).
3) Faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Dari pengertian para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran
yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
seseorang penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.
2.1.3 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1) Hakekat Pembelajaran Matematika
Belajar matematika bagi para siswa merupakan alat untuk memahami atau
menyampaikan informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan, atau table-
tabel dalam pembelajaran matematika. Dalam mempelajari matematika terjadi
proses pembentukkan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun
9
penalaran suatu hubungan. Matematika berasal dari bahasa Yunani atau Latin
“Thanein” atau “Maathein” yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, dalam
bahasa Belanda disebut “Wiskunde” yang berarti ilmu pasti yang berkaitan
dengan penalaran (Depdiknas, 2006:2)
Menurut pendapat Karso (2007:14) matematika merupakan ilmu yang
deduktif, aksiomatik, formal, hirakis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan
semacamnya. Terdapatnya perbedaan karakteristik, maka diperlukan adanya
kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia siswa
yang belum berpikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang
bersifat deduktif.
Herman Hudojo (1988:3) berpendapat bahwa matematika dapat diartikan
dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur dan hubungannya diatur secara logik
sehingga matematika berkaitan dengan konsep abstrak. Dan kebenaran dalam
matematika muncul dari alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif.
Sebagai standar kompetensi pembelajaran matematika menurut Yuliawati
(2004:133), terdapat dua hal penting yang perlu dipelajari dalam belajar
matematika untuk usia sekolah dasar seperti berikut.
a. Pengetahuan algoritmik: strategi umum dalam pemecahan masalah dengan
menggunakan langkah, aturan-aturan atau rumus-rumus matematika,
b. Pengetahuan koseptual: memadukan pemahaman verbal (soal cerita) dengan
aturan-aturan atau rumus-rumus matematika.
Berdasarkan pengertian para ahli matematika, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu yang tidak sempurna karena dirinya sendiri. Perlu
adanya kemampuan untuk menganalisis sehingga jawaban dari masalah-masalah
yang terdapat di dalamnya dapat muncul. Matematika dapat membantu manusia
menghadapi permasalahan di bidang sosial, ekonomi, dan alam. Matematika
adalah konsep yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, dan lebih
memahami konsep yang terdapat dalam materi tersebut.
2) Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada
SD/MI (Depdiknas, 2006:417), sebagai berikut.
10
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yakni
memiliki rasa ingin taahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3) Ruang Lingkup Materi Matematika Sekolah Dasar
Ruang lingkup pembelajaran matematika di SD meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
a. Bilangan : malakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan
dalam pemecahan masalah dan menaksir operasi hitung.
b. Geometri : mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat,
unsur, dan kesebangunannya. Namun di SD, istilah geometri tidak
diperkenankan. Bangun-bangun geometri diperkenalkan melalui proses non
formal, konkret, dan diawali dengan bangun-bangun yang dijumpai para siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Bangun-bangun datar yang diperkenalkaan
seperti segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, trapezium, jajar genjang,
dan macam-macam sudut. Sedangkan bangun ruang seperti kubus, balok,
limas, kerucut, bola, tabung, dan berbagai macam prisma.
c. Pengukuran : Pengukuran diperkenalkan sejak kelas I sampai kelas VI diawali
dengan pengukuran tanpa menggunakan satuan baku. Di kelas-kelas yang
lebih tinggi baru diperkenalkan pengukuran dengan satuan baku. Adapun
konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup, melakukan
11
operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan pengukuran,
menaksir ukuran (panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri,
menentukan dan menggambarkan letak titik atau benda dalam kordinat.
d. Pengolahan data : pembahasan materi statistik secara sederhana di SD. Hanya
diberikan di kelas V dan VI. Terdapat topik kegiatan pengumpulan data,
menyususn data, dan menyajikan data secara sederhana, dan membaca data
yang telah disajikan dalam bentuk diagram. Data yang dikajipun diambil dari
lingkungan sehari-hari siswa.
Dalam pencapaian materi matematika SD diperlukan suatu kurikulum
yang menjadi pegangan guru.Saat ini kurikulum yang digunakan adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Termuat Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD).SK dan KD yang termuat dalam standar isi
merupakan tujuan minimum yang harus dicapai oleh siswa, dan merupakan
acuan untuk mengembangkan kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan. SK
dan KD dapat tercapai berdasarkan pada kemampuan guru memfasilitasi siwa
dalam proses pembelajaran.
2.1.4 Pembelajaran Bilingual pada Matematika
1) Pembelajaran Bilingual
Bilingual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:151) adalah
mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan
atau mengandung dua bahasa. Menurut Hurlock (1993), dwibahasa (bilingualism)
adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam
berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang
dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki
kemampuan dwi bahasa memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya
pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu berbicara, membaca dan
menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama. Pelaksanaan
pembelajaran secara bilingual menjadikan anak dapat memiliki pemahaman
berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa. Berdasarkan dua
pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bilingual adalah
kempuan menggunakan dua bahasa sekaligus dengan kombinasi yang baik.
12
Colin Baker (2006:213) mengemukakan bahwa “bilingual education is
education that uses and promotes two languages” yang berarti bahwa
pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang menggunakan dan
mengembangkan dua bahasa. Colin Baker dan Sylvia Prys Jone (1998:464)
mengemukakan bahwa “bilingual education would seem to describe a situation
where two languages are used in school” yang berarti bahwa pembelajaran
bilingual ditujukan untuk menggambarkan pembelajaran yang menggunakan dua
bahasa.
Carlos J Ovando (2000:9) mengemukakan karakteristik pembelajaran
bilingual sebagaimana pernyataannya, yaitu “In its most basic form a bilingual
education programs is one that include these characteristics:1) The continued
development of the students primary language; 2) Acquicition of the second
language;3) Instruction in the content areas utilizing both primary language and
second language (Karakteristik pembelajaran bilingual meliputi: 1) Melanjutkan
pengembangan bahasa asli; 2) Mengembangkan bahasa kedua (asing); 3)
Komunikasi dengan menggunakan kombinasi bahasaasli dan bahasa kedua
(asing)).
2) Pembelajaran Matematika dalam Bahasa Inggris
Pembelajaran matematika dalam bahasa Inggris berdasarkan panduan dari
Depdiknas (2008:171) dan menurut Karnadi, dkk (2008:137) adalah pembelajaran
yang materi pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan
dalam bahasa Inggris dengan tujuan sebagai berikut.
a. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam
matematika sesuai dengan perkembangannya.
b. Menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris.
c. Meningkatkan penguasaan matematika dalam bahasa Inggris sesuai
dengan perkembangan internasional.
d. Meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang
ilmu matematika sebagai ilmu dasar bagi perkembangan teknologi.
e. Menghubungkan Indonesia dalam perkembangan internasional di
bidang matematika.
13
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika dalam bahasa Inggris diimplementasikan untuk pencapaian
kompetensi mata pelajaran matematika dan kompetensi pelajaran bahasa Inggris.
Pembelajaran matematika dalam bahasa Inggris adalah pembelajaran matematika
yang materinya disajikan dalam bahasa Inggris, bahasa pengantar dalam
pembelajaran menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran matematika tidak hanya
sekedar penyampaian materi yang berupa angka.
2.1.5 Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah Sekolah Dasar
Menurut Supandi (1992:44) di sekolah dasar terdapat dua tingkatan kelas,
yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan
tiga, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di
Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun.
Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun.
Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini.
Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Menurut Akhadiah (1994:8-9), perkembangan kognitif serta
perkembangan bahasa pada anak usia lima sampai dengan delapan tahun atau
anak kelas awal SD mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Kemampuan kognitif dan bahasa anak usia tersebut telah memadai untuk
belajar dalam situasi yang lebih formal,
b. Anak-anak seusia itu masih memandang sesuatu lebih sebagai keseluruhan
c. Sesuatu lebih mudah mereka paham jika diperoleh melalui interaksi sosial
dengan mengalaminya secara nyata dalam situasi yang menyenangkan,
d. Situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan kasih sayang, serta
lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat membantu proses belajar
yang efektif.
2.1.6 Pembelajaran Diskusi
Menurut Roestiyah (2008) pembelajaran diskusi di dalam kelas biasanya
bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman
14
diantara siswa. Sehinggan dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Untuk mencapau kesepakatan tersebut, sisea saling beradu
argumentasi untuk meyakinkan siswa lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang
kemudian menjadi hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan
(ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permaianan, dan lain-lain.
Sejalan dengan pendapat Roestiyah, Putra (2004) berpendapat bahwa
pembelajaran diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian
materinya memalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan
berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.
Dari pendapat para ahli, makan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran diskusi adalah cara pelaksanaan proses belajar dimana guru
memberikan kesempatan perbincangan ilmiah, saling bertukar pendapat dan
membuat kesimpulan untuk memcahkan masalah tertentu.
Tujuan dari diskusi adalah untuk melatih siswa mengemukakan
pendapatnya secara teratur dalam forum bersama-sama dan memecahkan masalah
atau persoalan tertentu. Forum diskusi dapat berasal dari semua siswa di dalam
kelas atau dapat pula berupa kelompok-kelompok kecil. Hal yang perlu
diperhatikan adalah, hendaknya siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam
forum diskusi.Semakin banyak siswa yang terlibat menyumbangkan pikirannya,
semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari.
Menurut Davies (1984:239) keunggulan metode diskusi terletak pada
efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan
tujuan pembelajaran ranah efektif. Metode diskusi adalah metode pembelajaran
yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan.
2.1.7 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil
15
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orangdengan
struktur kelompok yang heterogen.
Menurut Slavin (dalam Robert E. Salvin 2008:8) Pembelajaran Kooperatif
adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan
empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru.
Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa
berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dansaling
memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa
dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,
pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat
bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.
Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya unggul dalam
membantusiswa memahami kosep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama dan membantu teman.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran
Menurut Suprijono (2009:58) Roger dan David Johnson mengatakan
bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
e. Group processing (pemrosesan kelompok)
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran
kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi peserta didik dalam struktur
tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya.
16
2.1.8 Metode Pembelajaran Picture and Picture
Hamdani (2011:89) berpendapat bahwa metode picture and picture adalah
sebuah metode pembelajaran yang menggunakan gambar yang dipasang-
pasangkan atau diurutkan sehingga hubungan antar gambar satu dengan yang
lainnya menjadi logis. Diharapkan dengan adanya metode picture and picture
kegiatan pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Gambar adalah media utama dalam metode pembelajaran ini. Karena gambar-
gambar ini adalah faktor utama berlangsungnya kegiatan pembelajaran maka guru
harus mempersiapkan terlebih dahulu gambar yang akan ditampilkan baik dalam
bentuk kartu maupun carta ukuran besar atau dengan media Power Point jika
sekolah sudah memiliki sarana ICT.
Klinger ( 1999, 1998) dalam artikelnya yang berjudul “Effects Of Pictures on
Memory & Learning” mengatakan: “The pictures often enough did prompt the
gist of the sentence, if not the exact grammatically correct sentence, so to that
extent the pictures had some effect on memory”.
Gambar-gambar sering kali cukup mendorong inti dari kalimat, jika tidak
tepat kalimat tata bahasa yang benar, sehingga sampai batas bahwa gambar-
gambar memiliki beberapa efek pada memori.
Hal ini memperjelasbahwa penggunaan gambar dapat mempengaruhi daya
ingat anak dalam kalimat dengan tata bahasa yang benar dan tepat.
Sejalan dengan Klinger, Peeck (1993: 228) mengemukakan bahwa:
“Pictures can be understood very quickly. The global meaning or the gist of a
picture can generally be attained in an easy and rapid way, in as little as 300 ms
(Peeck 1993:228).
Gambar dapat sangat cepat dipahami. Arti umum atau maksud utama dari
sebuah gambar biasanya dapat diperoleh dengan mudah dan secara cepat, tidak
lebih dari 300 mili detik (Peeck 1994:228).
Dari uraian yang dikemukakan oleh Peeck, dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan gambar siswa dapat dengan cepat belajar dan memahami
apa makna dari materi yang diberikan melalui gambar.
17
Timothy Gangwer (2009:2) berpendapat bahwa:
“Visual literacy in the classroom has become increasingly important as more as information and entertainment is accessed through technology. Students must maintain the ability to think critically and visually about the images presented to them in today’s society. The Dale Cone of Experience model based on the concept that learning evolves from the concrete to the abstract; visual symbols are nonverbal representations that precede verbal symbols (Sinatra, 1986). Because pictures or actual events, several representations may be able to capture and communicate the concrete experience in various ways.”
Melek (mengerti) visual di dalam kelas telah menjadi semakin penting
sebagaimana lebihnya informasi dan hiburan yang diakses melalui
teknologi.Siswa harus mempertahankan kemampuan untuk berpikir secara kritis
dan secara visual tentang gambar yang disajikan kepada mereka di masyarakat
saat ini. Model The Dale Cone of Experience didasarkan pada konsep bahwa
belajar berkembang dari konkrit ke abstrak; simbol-simbol visual adalah
representasi dari tidak verbal yang mendahului simbol-simbol verbal (Sinatra,
1986). Karena gambar-gambar atau kejadian nyata, beberapa representasi
mungkin mampu untuk menangkap dan mengkomunikasikan kekonkritan
pengalaman dalam beberapa cara.
Pendapat Gangwer dapat diartikan lebih lanjut bahwa, representasi gambar
pada saat ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa di kelas. Dikarenakan
kemajuan teknologi dan hiburan yang semakin pesat, siswa harus mampu
berpikir secara kritis dan visual tentang beberapa gambar yang disajikan pada
mereka saat ini. Karena beberapa gambar mampu untuk menangkap dan
mengkomunikasikan pengalaman secara konkret dengan berbagai cara.
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan metode picture and picture ini
menurut Istarani (2011:7) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan
materi).
18
4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan
gambar-gambar yang ada.
5. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan
urutan gambar.
6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan
7. Guru menyampaikan kesimpulan.
Menurut Istarani kelebihan dan kekurangan picture and pictureadalah :
Kelebihan metode pembelajaran picture and picture:
1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-
gambar mengenai materi yang dipelajari.
3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru
untuk menganalisa gambar yang ada.
4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan
siswa mengurutkan gambar.
5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru
Kelemahan metode pembelajaran picture and picture:
1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai
dengan materi pelajaran.
2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
3. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai
bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-
gambar yang diinginkan.
Menurut Djamarah (2002:137) teknik penggunaan picture and picture
turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
19
2.1.9 Media Pembelajaran
Sukiman (2012:29) beranggapan bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai penyalur pesan dari
pengirim ke penerima sehingga terjadi perangsangan pikiran, perasaan, perhatian
dan minat dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif. Pengertian media pembelajaraan menurut
Sukiman didasarkan pada asumsi bahwa proses pendidikan/ pembelajaran identic
dengan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi terdapat komponen-
komponen di dalamnya seperti sumber pesan, pesan, penerima pesan, media, dan
umpan balik.
Menurut Indriana (2011:13) media adalah sebuah alat untuk menyalurkan
komunikasi.Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni definisi dari bentuk
jamak kata medium. Dari segi kebahasaan, media merupakan perantara antara
sumber pesan dan penerima pesan. Beberapa contoh dari media diantaranya
adalah film, televisi, media cetak, komputer, instruktur. Contoh-contoh tersebut
dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat mengangkut pesan-pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, harus ada kecocokan antara
media, metode, dan pesan yang akan dikirim.
Sejalan dengan pendapat Indriana, Briggs (dalam Indriana 2011:2)
mengutarakan bahwa media pembelajaran adalah alat fisik untuk menyampaikan
materi dalam bentuk film, rekaman video, gambar, dan sebagainya. Penggunaan
media dapat merangsang peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Sujana dan Rivai (1990) memberikan pendapat bahwa media pembelajaran
adalah suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran
adalah:
a. Ketepatannya terhadap tujuan pembelajaran,
b. Dukungan terhadap isi meteri pelajaran,
c. Kemudahan memperoleh media,
d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya,
e. Ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya,
20
f. Sesuai dengan taraf belajar siswa.
Dari pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan
menggunakan media pembelajaran dapat membantu siswa untuk menyerap materi
dengan baik dalam proses belajar. Media pembelajaran diyakini dapat memicu
rangsangan pada siswa untuk memahami materi atau subjek yang sedang
dipelajari dalam cara yang lebih efisien dan efektif. Alat ini berguna untuk
memfasilitasi siswa untuk meraih tujuan pembelajaran.
2.1.10 Media gambar
Dalam pendidikan, media merupakan salah satu sarana yang digunakan
untuk menyampaikan materi pelajaran. Gambar atau foto merupakan media yang
paling umum dipakai. Hal tersebut dikarenakan gambar atau foto merupakan
media yang dapat diartikan sebagai bahasa umum yang dapat dimengerti dan
dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu ada sebuah pepatah Cina mengatakan
sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. (Sadiman, 2008).
Sejalan dengan pendapat Sadiman, media gambar atau bisa disebut media
gambar diam adalah media visual yang dihasilkan melalui proses fotografi
(Indriana, 2011:64-65).
Menurut Indriana (2011:66) syarat media pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa aspek dibawah ini:
a. Harus bersifat asli dan dapat dipercaya,
b. Harus sederhana agar mudah dipahami,
c. Ukuran harus menyesuaikan keadaan pebelajar,
d. Mengandung sebuah aktivitas gerak dan perbuatan,
e. Pemilihan gambar harus tepat, jangan sampai terlalu rumit atau terlalu
sederhana.
Rohani (1997:6-7) menyatakan bahwa media gambar memiliki fungsi
praktis, sebagai berikut:
a. Dapat mengatasi perbedaan pengalaman antar peserta didik,
b. Menghindari dari keterbatasan ruang dan waktu, jadi bisa dipergunakan di
mana saja serta kapan saja,
21
c. Materi yang rumit dapat disederhankan dengan gambar.
Kelebihan penggunaan media gambar menurut Sadiman (1996:31) adalah:
a. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika
dibandingkan dengan bahasa verbal,
b. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu,
c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita,
d. Memperjelas masalah bidang apa saja,
e. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.
Kelemahan media gambar menurut Rahadi (2003:27) diantaranya adalah:
a. Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat
dilihat oleh sekelompok siswa.
b. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subjektif.
c. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif
dalam pembelajaran.
2.1.11 Flashcard
Flashcard sering dikenal dengan sebutan education card. Flashcard
adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh
Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania
(Domba, 2009). Flashcard termasuk ke dalam media yang digunakan dalam
pembelajaran berupa media visual. Doman beranggapan bahwa flashcard
merupakan media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk kartu bergambar
yang dilengkapi huruf. Gambar-gambar pada flashcard dikelompok-kelompokkan
antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk, angka,
dan sebagainya.
Proses dasar penggunaan flashcard dalam pembelajaran menurut Indriana
(2011:136):
a. Proses Pembuatan Flashcard.
1) Siapkan kertas tebal sebagai menyimpan atau menempelkan gambar-gambar
yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
2) Tandai dengan menggunakan pensil dan penggaris ukuran 25 x 30 cm,
22
3) Potong kertas sesuai tanda lalu tempelkan gambar yang sesuai dengan materi
yang diajarkan,
4) Berikan tulisan atau pesan pada bagian belakang kartu tersebut sesuai dengan
objek yang ada di bagian depannya yang menjelaskan tentang isi atau materi
yang diajarkan.
b. Proses Persiapan
1) Kuasai dan latih terlebih dahulu materi yang akan diajarkan kemudian asah
ketrampilan untuk menggunakan flashcard. Siapkan pula bahan dan alat-alat
pendukung yang diperlukan. Periksa media terlebih dahulu agar tidak ada hal
yang terlewatkan dalam presentasi.
2) Siapkan jumlah flashcard yang cukup dan susun sesuai urutannya.
Penggunaan media lainnya juga harus ditentukan terlebih dahulu jika
diperlukan.
3) Siapkan tempat atau setting tempat duduk dimana guru dapat menyampaikan
pesan dengan jelas dan dapat disimak oleh seluruh siswa.
4) Atur kondisi agar siswa yang terdapat pada posisi duduknya dapat melihat
media dengan jelas. Posisi duduk melingkar adalah posisi yang baik dan dapat
mendukung kegiatan guru dalam menyampaikan pesan dengan menerangkan
dengan cara memutar pada poros lingkaran.
c. Proses Pengoprasian Flashcard
1) Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke arah
siswa,
2) Cabut satu-persatu kartu setelah guru selesai menerangkan,
3) Berikan kartu-kartu pada siswa yang berada di dekat guru, mintalah untuk
mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga seluruh
siswa mendapat bagiannya masing-masing,
4) Padukan dengan permainan yang kreatif.
Flashcard adalah kartu permainan yang dilakukan dengan cara
menunjukkan gambar secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat menerima
informasi yang ada di hadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak
23
belajar membaca, mengenal angka, mengenal huruf di usia sedini mungkin.
Adapun manfaat dari metode flashcard antara lain (Kaskus, 2010)adalah :
1. Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin.
2. Mengembangkan daya ingat otak kanan.
3. Melatih kemampuan konsentrasi anak.
4. Memperbanyak perbendaharaan kata dari anak.
Kelebihan flashcard (Ulah, 2012) antara lain :
1. Mudah dibawa kemana-mana
Dengan ukuran yang kecil flashcard dapat disimpan di tas bahkan di saku,
sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas. Dapat diaplikasikan dimana
saja, di kelas maupun di luar kelas.
2. Praktis
Dilihat dari cara pembuatan dan dari segi penggunaannya, media flashcard
sangat praktis. Tidak perlu memiliki keahlian khusus dalam menggunakan dan
mengaplikasikan media ini. Media ini tidak memerlukan sumber daya energi
lainnya seperti halnya menggunakan listrik. Kita dapat menyusun urutan
gambar sesuai keinginan. Pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.
3. Mudah diingat
Flashcard memiliki karakteristik yakni menyajikan pesan-pesan pendek di
setiap kartu. Misalnya mengenal huruf, mengenal angka, mengenal bentuk,
mengenal nama binatang dan sebagainya. Sajian pesan pendek di dalam
flashcard akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan yang terkandung di
dalamnya. Gambar dan teks yang dikombinasikan cukup membantu siswa
untuk mengenali konsep sebuah materi, misalnya untuk mengetahui nama
sebuah benda dapat dibantu dengan gambar yang ditunjukkan, begitu juga
sebaliknya.
4. Menyenangkan
Permainan merupakan cara yang efektif dalam mengaplikasikan media
flashcard. Sebagai contoh, siswa berlomba-lomba mencari satu benda atau
nama-nama tertentu dari flahcard yang disimpan secara acak, dengan berlari
siswa berlomba untuk mencari sebuah perintah.Hal tersebut membuktikan
24
bahwa media flashcard selain dapat mengasah kemampuan kognitif juga dapat
melatih ketangkasan siswa (fisik).
2.1.12 Flashcard Bangun Datar
Flashcard bangun datar atau shape flahcard (Have Fun Teaching, Online,
2013) terdiri dari rangkaian kartu yang memuat 21 gambar bangun datar yang
berbeda-beda jenis, yang terdiri dari bangun kotak/ persegi (square), segitiga
(triangle), lingkaran (circle), persegi panjang (rectangle), belah ketupat
(diamond/ rhombus) , hati (heart), lonjong (oval), bintang (star), panah (arrow),
jajar genjang (parallelogram), segi lima (pentagon), hexagon (segi enam),
trapezium (trapezoid), segi delapan (octagon), palang (cross). Contoh rangkaian
flashcardseribangun datar dapat dilihat dari gambar 2.1.
Gambar 2.1
Rangkaian Flashcard seri Bangun Datar
Di dalam implementasinya pada pembelajaran matematika di kelas 2
bilingual dengan Standard Kompetensi mengenal unsur-unsur bangun datar,
mengulas lebih dalam tentang 3 bentukdasar bangun datar, yakni bangun segi
empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar gentang, trapesium), segitiga,
dan lingkaran.
2.2 Sintaks Metode Picture and Picture dengan Media Gambar Flashcard
Dalam Proses Pembelajaran
MenurutIstarani (2011:7) secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan
melalui tiga tahapan yakni:
(1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir.
1. Kegiatan pendahuluan
25
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Guru menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata
pelajaran yang bersangkutan.Dalam penelitian ini, Kompetensi Dasar yang
digunakan adalah mengelompokkan bangun datar sesuai bentuk.Dengan
demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang harus
dikuasainya mengenai pengenalan bangun datar sebelum mengarah ke dalam
pengelompokkannya.Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-
indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
b. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
Penyajian materi sebagai pengantar merupakan hal yang sangat penting,
dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan
dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat
memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum
siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan
menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
c. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan
materi).
Eksplorasi:
Guru dapat menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar yang
bersangkutan dengan materi dengan menggunakan media gambar flashcard
dan ikut melibatkan siswa agar aktif dalam proses pembelajaran dengan
mengamati setiap gambar oleh guru terhadap siswa.
2. Kegiatan Inti
Elaborasi;
a. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan
gambar-gambar yang ada.
Dalam langkah ini guru melakukan inovasi dengan membagi siswa dalam
kelompok kemudian mengundi siswa, siswa yang mendapat giliran maju
memasangkan gambar (media gambar flashcard) pada tempat yang sudah
disediakan.
26
b. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan
urutan gambar.
Guru mengajak siswa menanyakan mengapa siswa memasangkan gambar
pada tempat yang dipilih, sehingga guru merujuk pada tuntutan KD dengan
indikator yang dicapai.
3. Kegiatan Penutup
Konfirmasi;
a. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan
Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru memberikan penekanan-penekanan dengan meminta siswa lain
untuk mengulangi, menuliskan ke dalam buku dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator
yang telah ditetepkan. Pastikan siswa telah menguasai indikator yang telah
ditetapkan.
b. Guru menyampaikan kesimpulan.
Guru bersama dengan siswa mengambil keputusan sebagai penguatan
materi pelajaran.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian “Pengaruh Penggunaan Metode Picture and Picture dengan Media
Gambar Flashcard terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas II SD” adalah:
a. “Efektivitas Penggunaan Media Gambar Flash Card dalam Meningkatkan
Penguasaan Vocabulary Bahasa Inggris Siswa Kelas II SDN Salatiga 06 Kota
Salatiga”, oleh Ardi Bangkit Purwoko salah satu mahasiswa PGSD UKSW
yang diterbitkan tahun 2012. Di akhir penelitiannya Bangkit berhasil
membuktikan bahwa pengguaan flashcard efektif dalam meningkatkan
penguasan vocabulary pada pelajaran Bahasa Inggris siswa. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan variabel terikat hasil belajar Bahasa
Inggris dan variabel bebasnya adalah penggunaan media gambar flashcard.
Subjek penelitian sebanyak 53 siswa yang terdiri dari 28 siswa kelas II B SDN
27
Salatiga 06 sebagai kelas eksperimen, dan 25 siswa dari kelas kontrol SDN
Salatiga 06 sebagai kelas kontrol. Instrumen pengumpulan data terdiri : (1)
nilai awal dari pre-test kelas eksperimen dan nilai pre-test kelas kontrol, (2)
nilai akhir setelah diberi perlakuan yaitu nilai post-test kelas eksperimen dan
nilai post-test kelas kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan analisis
independent sample t-test pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program
penghitungan statistik SPSS for windows version 17, uji t ini digunakan untuk
mengetahui perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan rata-rata kelas
kontrol.
b. “Penggunaan Metode Picture and Picture dengan Media Gambar untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di Kelas IV
SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II
Tahun 2011/2012”, oleh Fida Reni Susanti salah satu mahasiswi PGSD UKSW
yang diterbitkan tahun 2012. Di akhir penelitiannya Fida berhasil membuktikan
bahwa penggunaan metode picture and picture dengan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di kelas IV
SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II
tahun 2011/2012. Berdasarkan analisis data dipreroleh peningkatan hasil
belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang sudah mencapai KKM 65
sebanyak 5 siswa dengan persentase 33,33% dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 10 siswa dengan persentase 66,67%. Pada pelaksanaan siklus I siswa
yang sudah tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 53,33% dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 46,67%. Pada pelaksanaan
siklus II jumlah siswa yang sudah tuntas meningkat sebanyak 15 siswa dengan
persentase 100%.
2.4 Kerangka Pikir
Dalam penelitian, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas
biasa(tidak menggunakan metode picture and picture dengan media gambar
flashcard) dengan kelas yang menggunakan metode picture and picture dengan
28
media gambar flashcard dimana pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan
seperti biasa dan kelas eksperimen pembelajaran menggunakan metode picture
and picture dengan media gambar flashcard. Jika siswa belajar dengan diberikan
perlakuan menggunakan metode picture and picture dengan media gambar
flashcard memperoleh penguasaan materi bangun datar pada mata pelajaran
matematika yang lebih tinggi daripada kelas kontrol maka penggunaan metode
picture and picture dengan media gambar flashcard dirasa berpengaruh dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas 2
bilingual SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka berfikir, peneliti mengemukakan hipotesis
penelitian yaitu terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika yang menggunakan metode picture and picture dengan media gambar
flashcard sebagai berikut:
1) Hipotesis nol
H0 : X1 = X2 dan nilai sig > 0,05. Yaitu “Rata-rata hasil belajar matematika
kelas eksperimen (Kelas 2A SD Kristen Satya Wacana Salatiga) sama dengan
rata-rata hasil matematika kelas kontrol (Kelas 2B SD Kristen Satya Wacana
Salatiga). Artinya tidak ada perbedaan pengaruhpembelajaran pada penggunaan
metode picture and picture dengan media gambar flashcard dengan pembelajaran
biasanya.
2) Hipotesis alternatif
H1 : X1 > X2 dan nilai sig < 0,05. Yaitu “Rata-rata hasil belajar matematika
kelas eksperimen (Kelas 2A SD Kristen Satya Wacana Salatiga) lebih besar dari
rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol (Kelas 2B SD Kristen Satya
Wacana). Artinya ada pengaruh pembelajaran pada penggunaan metode picture
and picture dengan media gambar flashcard dibanding dengan pembelajaran
biasanya.