BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching...
-
Upload
nguyentuyen -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Quantum Teaching Kerangka TANDUR
2.1.1.1. Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam
pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya
Dr. Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen
dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
hasil belajar. Quantum Teaching dimulai di Super Camp, lembaga
pendidikan yang menekankan ketrampilan akademis dan ketampilan
pribadi. Super Camp berhasil meningkatkan potensi siswa. Antara lain
meningkatkan motivasi 68%, meningkatkan nilai 73%, meningkatkan
rasa percaya diri 81%, meningkatan harga diri 84%, dan melanjutkan
penggunaan keterampilan 98% (DePorter, 2003: 4). Persamaan
Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep fisika quantum,
yaitu: E= mc2. Keterangan dari konsep tersebut ialah: E adalah energi,
antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat; M adalah massa,
semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik; dan c adalah
interaksi (hubungan yang tercipta di kelas). Berdasarkan persamaan ini
dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan
berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar
pada siswa. Kata quantum sendiri mempunyai arti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching pengubahan
belajar yang menciptakan lingkungan belajar efektif, meriah dengan
cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Quantum Teaching bersandar pada asas “Bawalah dunia mereka ke
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini
8
menunjukkan, setiap bentuk interaksi dengan siswa, setiap rancangan
kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas
prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk
memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama pembelajaran selain
juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik
memasuki kehidupan mereka. Untuk itu, guru dapat memanfaatkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa sebagai bekal masa
depannya. Guru akan mudah mengajarkan siswa melalui langkah ini,
baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan belajar
menuju kesadaran yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan,
maka baik siswa maupun guru akan memperoleh pemahaman baru. Di
samping dunia siswa diperluas, hal ini juga berarti dunia guru diperluas.
Di sinilah dunia kita menjadi dunia bersama guru dan siswa.
Quantum Teaching dengan demikian dapat dipahami suatu
pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya di dalam dan
di sekitar momen belajar. Belajar yang meriah ditekankan pada kegiatan
pembelajaran yang mudah, menyenangkan, tidak membosankan, dan
memberdayakan. Setiap siswa yang belajar dikondisikan untuk saling
mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan
bekerjasama guna mencapai kompetensi yang diharapkan demi
kesuksesan bersama. Pembelajaran Quantum Teaching lebih
menekankan pada kerangka belajar TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
2.1.1.2. Kerangka TANDUR dalam Pembelajaran
Pembelajaran TANDUR merupakan metode pembelajaran yang
dirancang untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran. Rancangan ini mengutamakan penanaman dasar
materi yang akan dipelajari kepada siswa. Penanaman dasar ini tidak
hanya bersumber dari guru saja melainkan siswa yang mengalami
sendiri dari objek yang mereka pelajari dan lebih interaktif dalam
9
memahami objek yang mereka pelajari. Menurut DePorter (2003: 10)
kerangka belajar TANDUR dan maknanya adalah:
1) Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan
“Apakah Manfaat bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan
kehidupan pelajar.
2) Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang
dapat dimengerti semua pelajar.
3) Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus,
strategi sebuah “masukan”.
4) Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk
„menunjukkan bahwa mereka tahu”.
5) Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi
dan menegaskan, “Aku tahu dan memang tahu ini”.
6) Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Kerangka TANDUR terbagi menjadi enam tahapan pembelajaran,
yaitu: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan.
Tahap tumbuhkan adalah langkah untuk menciptakan kemampuan
untuk saling memahami apa yang dipelajarinya. Tumbuhkan minat
dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKu” (AMBAK) dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tugas guru dalam tahap
ini adalah menumbuhkan kembangkan kreativitas siswa dengan cara
memberikan dan membangkitkan motivasinya. Motivasi ini dikaitkan
dengan minat, konsep diri, dan sikap dalam menampakkan kreativitas
berfikir dalam pembelajaran matematika. Dengan kreativitas ini akan
menjajikan manfaatnya bagi siswa di masa sekarang atau masa yang
akan datang.
Tahap alami adalah kegiatan yang merupakan usaha untuk
memberikan peserta didik pengalaman umum agar mereka dapat
menggali dan membangun pengetahuan yang dimilikinya serta
memunculkan rasa keingintahuan yang tinggi.
Tahap namai merupakan langkah pemberian nama merupakan
kelanjutan dari kegiatan yang membuat siswa penasaran dari apa yang
sedang mereka pelajari. Penamaan akan memuaskan hasrat alami otak
10
untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan dasar
materi yang dipelajari. Penamaan dibangun diatas sejumlah
pengetahuan dan keingintahuan siswa, membuat mereka penasaran,
penuh pertanyaan, dan disinilah saatnya mengajarkan konsep,
keterampilan berfikir dan strategi belajar.
Tahap demonstrasikan merupakan langkah yang memberikan
kesempatan siswa untuk mengaitkan dan berlatih dari pengetahuan baru
yang mereka dapatkan ke dalam pembelajaran. Sehingga siswa mampu
menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
Mendemonstrasikan sama maksudnya dengan memberi peluang seluas-
luasnya kepada siswa untuk menerjemahkan apa yang diterimanya
dalam pengajaran. Kemudian dengan beberapa percobaan, akhirnya
kesuksesan itu dapat diraih. Semuanya itu menunjukkan satu penjelasan
bahwa latihan dengan praktik menjaga keadaan fisik dan emosi terus
bergerak sehingga bermanfaat sebagai sebuah pengalaman yang penuh
makna.
Tahap ulangi adalah langkah yang menumbuhkan rasa “Aku tahu
dan memang tahu ini”. Belajar dengan menggulangi dapat dibantu
dengan menunjukkan cara-cara mengulang yang tepat untuk
memudahkan peningkatan kualitas pemahaman. Pengulangan dapat
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan kemampuan siswa bahwa
mereka sebenarnya tahu. Maka pengulangan harus dilakukan dengan
mengikutsertakan multi kecerdasan (Multiple Intelegence) disatu pihak
dan multi modalitas (Multiple Modality) dipihak lain, mengeksplorasi
multi kecerdasan termasuk didalamnya kecerdasan spasial-visual,
verbal linguistik, interpersonal, musical-ritmik, naturalisasi, kinestetik,
intrapersonal, dan logis matematik, menggunakan kecerdasan berganda
dalam pembelajaran membantu siswa mendapatkan lebih banyak makna
dan rangsangan otak dalam proses belajar, sekaligus memberi mereka
lebih banyak variasi dan kesenangan, serta mengembangkan dan
memperkuat kecerdasan mereka.
11
Tahap rayakan merupakan pengakuan untuk penyelesaian,
partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Perayaan memberikan rasa menghormati dan menghargai, ketekukan,
dan kesuksesan atas usaha yang dilakukan siswa. Perayaan dapat berupa
pujian, bernyanyi dan lain sebagainya yang membuat siswa senang.
Perayaan itu merupakan sesuatu yang sangat berharga dan perlu
diberikan pujian dengan merayakannya, tidak harus dengan wujud
kegiatan perayaan yang perlu kemegahan, dapat juga dalam bentuk
ungkapan perasaan, baik secara individual maupun bersama-sama.
Maksud dari ganjaran itu adalah supaya dengan ganjaran itu siswa lebih
giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan mempertinggi prestasi yang
telah dapat dicapainya. Dengan kata lain, siswa menjadi lebih keras
kemauannya untuk bekerja dan berbuat lebih baik lagi.
Pemahaman langkah-langkah TANDUR dalam pembelajaran maka
metode ini cocok diimplementasikan dalam pembelajaran matematika
untuk meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini disebabkan dalam
kerangka belajar TANDUR memberi kesempatan siswa untuk
menerjemahkan apa yang diterimanya dalam pengajaran melalui
percobaan yang berawal dari penanaman dasar materi.
2.1.1.3. Prinsip–prinsip Pembelajaran Tandur
Dalam Quantum Teaching ada lima prinsip dasar yang dapat
mempengaruhi terciptanya lingkungan belajar TANDUR yang kondusif
(DePorter, 2003: 7), yaitu:
1) Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh,
dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan
tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan
mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3) Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru
dan siswa diperoleh banyak konsep.
4) Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil
apapun.
12
5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus
memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada
pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk
tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip
pembelajaran TANDUR dalam Quantum Teaching ada 5, yaitu:
segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum
pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari, maka
layak pula dirayakan.
1) Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan
pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar. Prinsip
segalanya berbicara berarti seluruh lingkungan kelas membawa
pesan kepada siswa dan guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
2) Segalanya bertujuan
Siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang
diajarkan. Tujuan dalam pembelajaran yang akan dicapai harus
disampaikan dengan jelas kepada siswa.
3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama
Dalam proses belajar siswa perlu mendapatkan pengalaman
terlebih dahulu, sebelum mereka mengetahui apa yang sebenarnya
sedang mereka pelajari. Berarti sebelum kegiatan pembelajaran
seperti mendefinisikan, membedakan, atau menggolongkan, siswa
terlebih dahulu telah memiliki atau telah diberikan pengalaman
informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
Dengan pengalaman ini dapat membangun keingintahuan siswa
lebih tinggi.
4) Akui Setiap Usaha
Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh perubahan yang
baru dari hasil pengalamannya sendiri. Pada saat siswa melakukan
13
suatu usaha baik kecil atau besar mereka patut mendapat
pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Perayaan merupakan umpan balik atas usaha yang dilakukan
siswa dalam setiap perubahan tingkah lakunya. Dengan perayaan
pula dapat memberikan perasaan positif dengan belajarnya dan
membangun keinginan untuk sukses. Perayaan itu misalnya:
tepuk tangan, Hore! Hore!, catatan pribadi, kejutan, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip pembelajaran kerangka TANDUR terdapat
delapan keunggulan pembelajaran. Keunggulan ini bermanfaat untuk
mendapatkan suatu keselarasan dalam proses belajar. Delapan kunci
keunggulan dalam TANDUR adalah mengupayakan penciptaan suasana
pembelajaran yang menantang dan menyenangkan sehingga siswa dapat
lebih nyaman, aktif, bersemangat, mampu bekerjasama saat belajar
kelompok, lebih menghargai siswa lain dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran. Delapan kunci tersebut adalah : integritas (kejujuran),
bersikap jujur dan tulus dalam melakukan pembelajaran; Kegagalan
awal kesuksesan bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk sukses; Bicaralah dengan niat baik, yaitu
berbicaralah dengan pengertian positif, dan bertanggung jawablah untuk
berkomunikasi yang jujur dan lurus; Hidup di saat ini, yaitu pusatkan
perhatian pada saat ini dan kerjakan dengan sebaik-baiknya; Komitmen
dengan memenuhi janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan; Tanggung Jawab atas
tindakan; Sikap luwes dan fleksibel adalah bersikap terbuka terhadap
perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu guru
memperoleh hasil yang diinginkan; Keseimbangan merupakan menjaga
keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa.
14
2.1.1.4. Penerapan TANDUR dalam Pembelajaran
Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa
rencana pelaksanaan pembelajaran terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu:
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru:
a. menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti
pembelajaran. b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Tabel 2.1. Proses Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Pembelajaran
Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi
melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber
membiasakan peserta
didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas
tertentuyang bermakna
memberikan umpan
balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan
sumber belajar lain
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian
tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis
hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
memfasilitasi terjadinya memberi kesempatan memberikan
15
interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya
untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui
berbagai sumber
melibatkan peserta didik
secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta
didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif
memfasilitasi peserta
didik melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan
di laboratorium, studio, atau
lapangan
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara
sehat untuk
meningkatkan prestasi
belajar
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang
bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar
Kutipan: Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan
refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.
Berdasarkan rencana pembelajaran di atas dapat diuraikan bahwa
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan TANDUR merupakan
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada tahap-tahap tumbuhkan,
alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan. Selain itu TANDUR
juga menekankan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu: segalanya
berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama,
akui setiap usaha, dan perayaan. Langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran TANDUR yang disesuaikan standar proses meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari elaborasi,
eksplorasi, dan konfirmasi, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran TANDUR
meliputi kegiatan;
a. Guru menumbuhkan motivasi dengan menyebutkan manfaat
dan akibat dari apa yang siswa pelajari;
b. Melakukan apersepsi dari pembelajaran sebelumnya;
c. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.
16
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran TANDUR yang terdiri dari
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, yaitu:
1. Guru memberikan pengalaman umum dengan
mengintegrasikan suatu materi pelajaran dengan
pengalaman dan aktivitas sehari-hari siswa;
2. Guru menanamkan konsep dasar dari suatu materi agar
rasa ingin tahu siswa lebih tinggi;
3. Guru meminta siswa untuk mendefinisikan,
membedakan, atau menggolongkan benda atau gambar
berdasarkan klasifikasi dari sifat bangun ruang.
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menerjemahkan apa yang diterimanya dalam
pembelajaran dengan mengamati demonstrasi atau
melakukan percobaan sederhana.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, yaitu;
1. Guru memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi sifat
atau menghasilkan bentuk baru dari bangun ruang
dengan cara menggabungkan dua bangun ruang secara
sederhana;
2. Guru memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi contoh
dari ide yang dibuatnya;
3. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat laporan hasil
diskusi siswa;
4. Guru memfasilitasi siswa untuk mendemonstrasikan dan
mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, yaitu:
17
1. Guru memberi penguatan dari hasil diskusi mengenai
bantuk bangun dan sifat-sifat bangun;
2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar hasil
diskusi;
3. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dalam pembelajaran TANDUR, yaitu:
a. Guru dan siswa mengulang materi yang sudah dipelajari agar
pemahaman siswa lebih tinggi;
b. Guru memberikan refleksi mengenai karakter bangsa yaitu:
Kreatif (membuat bangun atau menemukan sifat baru dari
bangun ruang); Komunikatif (memberikan pendapat dalam
kerja kelompok, mendengarkan pendapat dari teman); Kerja
keras (menyelesaikan tugas tepat waktu, bekerja sungguh-
sungguh atas tugas yang diberikan);
c. Guru memberikan penghargaan atau perayaan.
Berdasarkan penjelasan di atas pembelajaran TANDUR yang sudah
disesuaikan dengan standar proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 menghasilkan beberapa kegiatan pembelajaran yang dapat
dilaksanakan guru dengan tuntutan adanya kegiatan EEK (eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi) dalam kegiatan inti pembelajaran.
Penambahan kegiatan pembelajaran tersebut dapat membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mudah dan
terperinci sehingga indikator yang akan tercapai akan lebih jelas.
2.1.2. Kreativitas
2.1.2.1. Pengertian Kreativitas
Menurut Utami Munandar (2004: 25) kreativitas adalah sebagai
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
18
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Slameto (2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas
berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang
menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang
telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah
laku, bangunan, dan lain-lain.
Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam
kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui
orang sebelumnya,melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu
yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang
guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah
ia pakai.
Berdasarkan pengertian kreativitas di atas kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru dalam
pemecahan problem, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
seni sastra atau seni lainnya, yang mengandung suatu hasil yang baru
bagi dirinya sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi
orang lain. Penemuan sesuatu yang baru dapat berupa ide, perbuatan,
tingkah laku, karya seni dan lain-lain dimana penemuan ini diperoleh
dari pengalamannya baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari
lingkungan masyarakat.
2.1.2.2. Ciri-Ciri Kreativitas
Orang kreatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai orang
yang kreatif. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat orang ahli
tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Menurut Munandar (1992: 88-90)
menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif seperti berikut ini:
1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu: (a) mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, (b)
19
memberikan banyak memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal, (c) selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.
2) Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel), yaitu: (a) menghasilkan
gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c)
mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda-beda, (d)
mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
3) Keterampilan berpikir rasional, yaitu: (a) mampu melahirkan
ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak
lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat
kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
4) Keterampilan memperinci atau mengelaborasi, yaitu: (a) mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b)
menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
5) Keterampilan menilai (mengevaluasi): yaitu, (a) menentukan
patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan
bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang
terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga
melaksanakannya.
Sedangkan menurut Slameto (2003: 147-148) menyatakan bahwa
individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-
ciri sebagai berikut ini:
1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
2) Besikap terbuka terhadap pengalaman baru;
3) Panjang akal;
4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;
20
6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan;
7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan
tugas;
8) Berpikir fleksibel;
9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban lebih banyak;
10) Kemampuan membuat analisis dan sitesis;
11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
13) Memililki latar belakang membaca yang cukup luas.
2.1.2.3. Pengertian Anak Kreatif
Anak kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya
untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang
mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak
mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta,
berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, maka kita dapat
mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif. Munandar
(1992: 52) mengatakan bahwa kreativitas dapat terwujud dimana saja
dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-
ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Individu kreatif dengan
sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau motivasi intrinsik yang
kuat untuk menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan diri bukan
karena tekanan dari luar. Motivasi dalam diri atau intrinsik tercipta
dengan sendirinya yang mendorong timbulnya kreativitas dan itu akan
berlangsung dalam kondisi-kondisi mental tertentu.
Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai
cara seperti bereksplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan
pertanyaan pada orang lain. Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk
dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan
memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.
21
Fenomena yang ada selama ini kreativitas yang dimiliki oleh
masyarakat pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui
dengan masih banyaknya orang–orang yang belum mampu
menghasilkan karyanya sendiri, mereka masih meniru karya milik
orang lain. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya
pengembangan kreativitas sejak usia awal sekolah. Anak–anak usia
awal sekolah juga masih memiliki daya kreativitas yang rendah. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan anak sehari-hari dimana anak cepat
mengatakan tidak bisa dan sulit dalam memecahkan suatu masalah
dalam pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika.
Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru.
Pengalaman yang berkesan akan diperoleh secara langsung melalui
eksperimen yang dilakukan. Anak harus diberikan banyak bekal
pengalaman melalui kegiatan pembelajaran. kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada diri anak akan meningkatkan kreativitas anak
dalam menghasilkan sesuatu karya yang baru. Misalnya anak dapat
mengidentifikasi ciri-ciri baru dari bangun prisma segi tiga,
membangun bentuk dari gabungan bangun ruang.
Pengetahuan dan pengalaman yang dialami anak akan lebih
bermakna dan akan bertahan lama jika dapat diperoleh secara langsung.
Untuk itu diperlukan berbagai macam kegiatan eksperimen dan
eksplorasi yang dapat dilakukan anak. Guru, orang tua dan orang-orang
yang dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi
anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan nyata yang sangat
diperlukan bagi kehidupannya kelak.
2.1.2.4. Kreativitas Berfikir Divergen
Kreativitas melibatkan berfikir divergen yang merupakan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan
bervariasi. Melalui ciri-ciri kreativitas, indikator berpikir divergen
yaitu: fluence (kemampuan menghasilkan banyak ide); flexibility
22
(kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi); originality
(kemapuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada);
dan elaboration (kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-
ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail). Siswa yang kreatif,
jika mempunyai pribadi dan lingkungan yang menunjang atau
lingkungan yang memberi kesempatan untuk dapat menghasilkan
sesuatu secara individu secara kreatif maka diprediksi produk
kreativitasnya akan muncul. Pemikir divergen mampu menggabung
suatu unsur dengan cara yang kreatif. Dengan adanya produk yang
dihasilkan maka kita dapat melihat kreativitas anak.
Proses berfikir divergen hanya mengolah bahan berupa figural dan
simbolik. Berfikir divergen sendiri adalah kemampuan untuk
mengadakan gagasan baru yang menghasilkan sebanyak mungkin
penyelesaian untuk masalah tertentu. Berfikir divergen sebagai operasi
mental yang menuntut penggunaan kemampuan berfikir kreatif, yang
meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi.
Menurut Guilford (Purwanto, 2008: 859) tes untuk mengukur
kreativitas berfikir akan berbentuk figural dan simbolik dengan jenis tes
unit, kelas, hubungan, sistem, dan transformasi. Dalam pengukuran
kreativitas berfikir secara visual/ figural, kreativitas berfikir diukur
menggunakan butir-butir yang berisi gambar-gambar visual, sedangkan
dalam pengukuran kreativitas berfikir simbolik dilakukan dengan
menghadapkan peserta didik dengan pertanyaan masalah berupa simbol.
Simbol dapat berupa angka, huruf, kata, dan sebagainya.
Menurut Purwanto (2008: 860) pengukuran kreativitas berfikir
secara visual/ figural dan simbolik mempunyai jenis produk yaitu: unit,
kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi.
1) Unit adalah pertanyaan tugas yang dilakukan dengan memberi
bahan dasar yang darinya sebanyak mungin objek nyata diminta
dibuat.Dalam bentuk figural pertanyaan dapat dilakukan dengan
meminta siswa membuat sebanyak mungkin objek nyata dari
23
sebuah benda dalam waktu tertentu. Dalam bentuk simbolik,
kemampuan ini diukur dengan meminta siswa membuat sebanyak
mungkin kata dengan aturan tertentu.
2) Kelas adalah kemampuan membuat perubahan dari satu kelas atau
golongan ke kelas atau golongan lain. Secara figural kemapuan ini
dapat diukur dengan memberikan dua atau lebih garis dan meminta
siswa membuat kombinasi gambar sebanyak mungkin. Dalam
bentuk simbol, kemampuan ni diukur dengan memasangkan
beberapa bangun ruang dengan sifat-sifatnya sebanyak mungkin
dalam waktu tertentu.
3) Hubungan dilakukan dengan melengkapi struktur dan hubungan
dari dua hal. Misalnya dari angka 1, 2, 3, 4, dan 5 kombinasikan
dengan sebanyak cara sehingga hasil jumlahnya 7.
4) Sistem melibatkan urutan rasional dari langkah-langkah yang
bermakna. Mengukur kemampuan secara figural dapat dilakukan
dengan mengorganisasikan beberapa gambar visual sehingga
membentuk objek nyata. Pengukuran secara simbolik dapat
dilakukan dengan menyusun kalimat sebanyak mungkin
denagnkata-kata yang ditentukan huruf awalnya.
5) Transformasi melibatkan kemamuan mengubah strategi ketika
suatu strategi mengalami jalan buntu. Kemampuan ini dapat diukur
dengan memanipulasi objek yang diberikan dari berbagai cara.
6) Implikasi adalah kemampuan membuat antisipasi dan prediksi
terhadap keadaan-keadaan tertentu di masa yang akan datang.
Implikasi diukur secara figural dengan membuat dekorasi
tambahan dari suatu bangun. Secara simbolik kemampuan
implikasi diukur dengan menghadapkan dua persamaan matematika
dan memintanya membuat kombinasi sebanyak mungkin yang
menjadi persamaan baru.
Pembelajaran untuk mengukur kreativitas berfikir divergen siswa
dapat menggunakan indikator berfikir divergen yaitu kemampuan
24
menghasilkan banyak ide, kemampuan menghasilkan ide-ide yang
bervariasi, kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang
sebelumnya tidak ada, dan kemampuan mengembangkan atau
menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.
Melalui indikator tersebut maka penyusunan produk kreativitas berfikir
divergen dapat mengacu pada tes kreativitas dalam bentuk figural atau
simbolik. Hasil dari tes kreativitas ini berupa nilai. Nilai dari tes ini
merupakan salah satu hasil prestasi belajar siswa dalam bentuk nilai
karakter.
2.1.3. Gender
2.1.3.1. Pengertian Gender
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.
Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara
laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Menurut Jhon W. Santrock (2007: 84) bahwa gender adalah
dimensi psikologis dan sosiokultural yang dimiliki karena seseorang
adalah lelaki atau perempuan.
Ada dua aspek dalam gender yaitu: identitas gender dan peran
gender. Identitas gender adalah perasaan menjadi laki-laki atau
perempuan, yang biasanya dicapai ketika anak berusia 3 tahun. Peran
gender adalah gambaran bagaimana pria atau wanita berfikir, bertindak,
atau merasa.
Berdasarkan pengertian di atas gender merupakan perbedaan jenis
kelamin (laki-laki dan perempuam) berdasarkan identitas gender,
konstruksi sosial atau konstruksi masyarakat. Hubungan laki-laki dan
perempuan secara sosial dalam pergaulan hidup sehari-hari dapat
dibentuk dan dirubah sesuai faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Gender dalam penelitian ini hanya terbatas pada identitas gender, yaitu:
perbedaan jenis kelamin antara laki-laki atau perempuan berdasarkan
prestasi.
25
2.1.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Gender
Ada tiga faktor yang mempengaruhi gender diantaranya adalah:
pengaruh biologis, pengaruh sosial, dan pengaruh kognitif (Santrock,
2007: 85).
1) Pengaruh Biologis
Faktor biologis tidak terlepas dari hormon. Hormon yang paling
mempengaruhi gender adalah hormon androgen dan estrogen.
Kedua hormon ini ada pada laki-laki dan perempuan.
2) Pengaruh Sosial
Banyak ilmuwan sosial, seperti Alice Eagly; Eagly & Diekman;
Wood & Eagly (Santrock, 2007: 90), menyatakan bahwa
perbedaan psikologis antara jenis kelamin bukan disebabkan
oleh disposisi evolusi biologis, tetapi adanya perbedaan peran
dan posisi sosial antara laki-laki dan perempuan. Pernyataan ini
sepaham dengan teori gender kognitif-sosial yang menekankan
bahwa perkembangan gender anak-anak terjadi melalui
observasi dan imitasi dari perilaku gender, dan melalui proses
pemberian imbalan dan hukuman yang dialami oleh anak untuk
perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gender tertentu
(Santrock, 2007: 92). Perkembangan gender tidak terjadi secara
pasif karena perkembangan ini dipengaruhi dari observasi dan
imitasi yang didapat dari teman bermain di rumah, sekolah, dan
lingkungan sekitar.
3) Pengaruh Kognitif
Teori perkembangan kognitif gender menyatakan bahwa
pembagian gender anak terjadi setelah anak berfikir bahwa
dirinya laki-laki atau perempuan. Setelah mereka mengetahui
bahwa dirinya laki-laki atau perempuan, anak akan memilih
aktivitas, objek, dan sikap yang sesuai dengan identitas dirinya.
26
Berdasarkan pengertian dan faktor yang telah diurakan di atas dapat
dipahami bahwa pandangan mengenai gender dipengaruhi oleh faktor
biologis, sosial, dan kognitif.
2.1.3.3. Perbedaan Kognitif
Pembahasan klasik mengenai perbedaan gender, laki-laki memiliki
kemampuan matematika dan visuospasial yang lebih baik, sedangkan
perempuan lebih baik dalam kemampuan verbalnya. Beberapa ahli di
bidang gender, percaya bahwa perbedaan kognitif pada laki-laki dan
perempuan adalah hal yang terlalu dilebih-lebihkan. Meskipun
demikian, penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki
kemampuan visual-spasial yang lebih baik dibandingkan dengan
perempuan. Penelitian nasional oleh departemen pendidikan AS 2000
(Santrock, 2007: 99), anak laki-laki sedikit lebih baik dibandingkan
perempuan dalam matematika dan sains. Meskipun begitu, secara rata-
rata, anak perempuan adalah pelajar yang lebih baik dan mereka secara
signifikan lebih baik dari anak laki-laki dalam membaca.
2.1.3.4. Perbedaan Sosioemosional
Dalam sosioemosional akan dibahas mengenai perbedaan prestasi
laki-laki dan perempuan. Meskipun perempuan sudah membuat
kemajuan yang pesat dalam pencapaian status yang tinggi di berbagai
bidang, mereka masih kurang memiliki perwakilan di bidang teknologi,
matematika, dan sains (Wigfield, dkk dalam buku Santrock, 2007: 102).
Meskipun begitu, beberapa pengukuran perilaku yang berhubungan
dengan prestasi tidak menunjukkan adanya perbedaan gender. Bisa
dilihat, meskipun banyak anak laki-laki yang berada pada tingkat rata-
rata maupun di atas, tetapi anggota kelompok 50 persen ke bawah
dalam bidang akademis kebanyakan terdiri dari laki-laki. Anak laki-laki
lebih mungkin untuk diharuskan mengikuti kelas pendidikan tambahan
atau perbaikan. Anak perempuan lebih merasa terlibat dengan materi
akademis, lebih memperhatikan di kelas, berusaha lebih giat dalam
27
bidang akademis, dan lebih berpartisispasi di dalam kelas dibandingkan
anak laki-laki (Dezolt & Hull dalam buku Santrock, 2007: 102). Dari
uraian di atas maka dalam penelitian ini akan diteliti gender siswa yang
berpengaruh terhadap kreativitas siswa kelas V dalam mata pelajaran
matematika.
2.1.4. Matematika
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Suherman (2003)
mengatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang
yaitu aljabar, analisis, geometri matematika tumbuh dan berkembang
karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk
terbentuknya matematika.
Pembelajaran matematika menurut Ruseffendi (1988) adalah
suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk
memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam
matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat dimengerti bahwa
pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar mengajar untuk
memperoleh pengetahuan yang berhubungan tentang konsep-konsep
dan struktur-struktur abstrak serta hubungan diantara berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam
tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
28
2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan mata pelajaran matematika yang sesuai dengan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran
matematika agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran matematika yang begitu penting oleh karena
itu pembelajaran matematika khususnya di tingkat SD perlu
ditingkatkan. Padahal dalam kenyataannya pembelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Oleh sebab
itu, perlu adanya perubahan dalam pembelajaran matematika, yaitu
dengan menekankan output yang tidak semata-mata hanya nilai
akademis melainkan kreativitas melalui pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan dengan kerangka belajar TANDUR.
2.1.4.3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika SD
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI
meliputi aspek-aspek, yaitu: bilangan, geometri dan pengukuran, dan
pengolahan data. Pembelajaran matematika dalam penelitian ini lebih
menekankan pada ruang lingkup geometri di kelas V SD. Pokok
bahasan yang dijadikan penelitian adalah bangun ruang yang dipelajari
di semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Standar kompetensi (SK) dari
29
bahasan tersebut adalah memahami sifat-sifat bangun dan hubungan
antar bangun.
2.1.4.4. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang memiliki
obyek kajian abstrak. Siswa memerlukan alat bantu dan alat peraga
yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga
lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Pembelajaran
matematika di mulai dari yang konkrit, ke semi konkrit, dan berakhir
pada yang abstrak.
Konsep yang abstrak perlu diberi penguatan ke bentuk yang
kongkrit, agar apa yang dipelajarinya dapat bertahan lama dalam
memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan
tindakannya. Pembelajaran yang dimulai dari konsep yang sederhana
menuju ke konsep yang lebih sukar dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.5. Belajar dan Pembelajaran
2.1.5.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 23).
Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung
dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
dan nilai sikap.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa belajar
adalah suatu proses aktivitas baik mental atau psikis yang berinteraksi
secara aktif dilakukan untuk mendapatkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, tingkah laku dan nilai sikap.
30
2.1.5.2. Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal
dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan
akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan,
cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik.
Pembelajaran adalah serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal dimana perubahan
perilaku sebagai hasil dari belajar dan pembentukan karakteristik siswa.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Tatik Harwining dengan penelitian yang berjudul penerapan model
Quantum Teaching pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil
belajara siswa kelas IV Semeseter II Kecamatan Mojotengah Kabupaten
Wonosobo Tahun Ajaran 2010/2011 mampu meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas IV. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi
peningkatan ketuntasan hasil evaluasi dari tiap siklus. Peningkatan
ketuntasan belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada
kondisi awal dengan KKM 60, ketuntasan siswa hanya mencapai 22,72%
yaitu dari 22 siswa hanya terdapat 5 siswa yag tuntas dalam belajar dengan
rata-rata nilai 53. Pelaksanaan siklus I ketuntasan siswa dapat mencapai
86,36% dengan rata-rata nilai 80,45. Pada siklus II, ketuntasan belajar
mencapai 100% dengan rata-rata nilai 82,95.
31
Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum
Teaching terbukti dapat mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar
peserta didik, karena pembelajaran ini memusatkan perhatian pada
pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan
prestasi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti merasa perlu
untuk mengembangkan penelitian supaya Quantum Teaching dapat
digunakan sebagai metode pembelajaran yang inovatif guna
mengembangkan potensi siswa.
Hasratuddin dengan penelitian yang berjudul meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa SMP melalui
pembelajaran matematika realistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara
yang diberi pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran biasa,
2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
berdasarkan peringkat sekolah, 3) terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gender, 4) tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, 5) tidak terdapat interaksi
antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa, 6) terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan
emosional siswa berdasarkan pembelajaran, 7) tidak terdapat perbedaan
peningkatan kecerdasan emosional siswa berdasarkan peringkat sekolah, 8)
tidak terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa
berdasarkan gender, 9) tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap peningkatan kecerdasan
emosional, 10) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran
dengan gender terhadap kecerdasan emosional, 11) tidak terdapat korelasi
antara kemampuan berpikir kritis dengan kecerdasan emosional, dan 12)
siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika
realistik. Secara umum, melalui pembelajaran matematika realistik dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa.
32
Dari hasil penelitian di atas terutama hasil yang pertama, ketiga, dan kelima
dapat dilihat bahwa ada peningkatan berpikir kritis yang menunjukkan
kreativitas lebih baik dengan pembelajaran matematika realistik,
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis berdasarkan
gender dan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian di atas terdapat perbedaan antara penelitian yang sudah
dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang ini,
diantaranya adalah perbedaan variabel yang dipengaruhi, pembelajaran yang
dikenai pengaruh, dan metode penelitiannya. Variabel yang dipengaruhi
dalam penelitian terdahulu adalah variabel hasil belajar dan berfikir kritis,
sedangkan yang akan diteliti adalah kreativias berfikir siswa. Kreativitas
dipengaruhi oleh pembelajaran Quantum Teaching kerangka TANDUR
pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan bangun ruang. Hasil
kreativitas ini akan ditinjau dari identitas gender (laki-laki dan perempuan)
siswa SD kelas V. Penelitian ini akan menggunakan penelitian eksperimen.
Jadi, dalam penelitian ini penulis lebih menekankan kreativitas berfikir
siswa pada pembelajaran matematika berdasarkan gender siswa SD kelas V
melalui pembelajaran Quantum Teaching kerangka TANDUR.
2.3. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan. Kompetensi yang diinginkan dalam penelitian
ini adalah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan siswa menemukan
cara-cara baru atau memberikan ide-ide baru dalam pemecahan suatu
masalah.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel ini adakan digambarkan dalam model kerangka berfikir sebagai
berikut.
33
Tabel 2.2. Data Kreativitas Berdasarkan Pembelajaran dan Gender
Siswa SD Kelas V Gugus Diponegoro Tahun 2011/2012
Pembelajaran
Konvensional
(K)
TANDUR
(T)
Gender Laki-laki (l) Kl Tl
Perempuan (p) Kp Tp
Tabel 2.2 menunjukkan model kerangka 2 x 2 faktorial desain. Model
kerangka tersebut merupakan interaksi pembelajaran dan gender siswa
terhadap kreativitas. Terdapat dua interaksi dalam model diatas, yaitu
pembelajaran dan gender. Pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu
pembelajaran konvensional (K) dan pembelajaran TANDUR (T). Gender
siswa dibedakan menjadi kelompok siswa laki-laki (l) dan kelompok siswa
perempuan (p). Interaksi antar keduanya akan berpengaruh terhadap
kreativitas siswa baik laki-laki atau perempuan yaitu Kl, Kp, Tl dan Tp.
Kreativitas siswa diperoleh ketika pembelajaran matematika materi
bangun ruang di kelas V. Model kerangka diatas ingin mengetahui
perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dan perempuan yang
menggunakan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran TANDUR,
mengetahui perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dan
perempuan serta untuk mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran
TANDUR pada pembelajaran matematika kelas V berdasarkan gender siswa
terhadap kreativitas.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, hipotesis
penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Hipotesis : Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran
kerangka TANDUR terhadap kreativitas pada matematika
berdasarkan gender siswa SD kelas V di Gugus Diponegoro Kota
Salatiga semester 2 tahun 2011/2012.
34
Ho : tidak ada perbedaan pengaruh pembelajaran kerangka
TANDUR terhadap kreativitas pada matematika berdasarkan
gender siswa SD kelas V di Gugus Diponegoro Kota Salatiga
semester 2 tahun 2011/2012.
H1 : ada perbedaan pengaruh pembelajaran kerangka TANDUR
terhadap kreativitas pada matematika berdasarkan gender siswa
SD kelas V di Gugus Diponegoro Kota Salatiga semester 2
tahun 2011/2012.
2) Hipotesis : Ada perbedaan kreativitas pada kelompok siswa
yang menggunakan pembelajaran melalui kerangka TANDUR
dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Ho : tidak ada perbedaan kreativitas pada kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran kerangka TANDUR dengan
kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
H1 : ada perbedaan kreativitas pada kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran kerangka TANDUR dengan
kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
3) Hipotesis : Ada perbedaan hasil kreativitas yang signifikan
antara kelompok siswa laki-laki dan perempuan.
Ho : tidak ada perbedaan hasil kreativitas yang signifikan antara
kelompok siswa laki-laki dan perempuan.
H1 : ada perbedaan hasil kreativitas yang signifikan antara
kelompok siswa laki-laki dan perempuan.