BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDULabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812008_bab2.pdf ·...
Transcript of BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDULabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812008_bab2.pdf ·...
8
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
Pengertian judul ”Desain Interior Fashion Store Zara dan Berskha di
Yogyakarta dengan Konsep Kontemporer”, adalah sebagai berikut :
1. Desain mempunyai beberapa pengertian: pertama, desain sebagai proses
pemecahan masalah yaitu tindakan mendesain; kedua, hasil dari
tindakan tersebut (berupa rancangan, model, atau gambar); Ketiga,
produk yangg dimanufaktur dengan bantuan desain (benda jadinya), dan
keempat, pengertian umum sebagai pengganti kata pola atau juga gaya.
Sebagai benda, desain berkonotasi pada nilai kegunaan, nilai budaya,
nilai ekonomi, nilai sosial, nilai teknis, nilai etis dan nilai ekologis;
Sedangkan sebagai proses, desain mempunyai konotasi pada kreatifitas,
kemam- puan, mentalitas, integritas, dan inovasi (Imam BZ, 2001:1).
2. Interior adalah bagian dalam gedung (ruang dan sebagainya). (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008:560).
3. Fashion yang merupakan kata dari bahasa inggris yang artinya mode.
Fashion adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara
umum, fashion termasuk masakan, bahasa, seni, dan arsitektur.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Mode)
4. .Toko adalah sebuah bisnis store yang menjual barang- barang konsumsi
dan juga jasa. Pengunjung datang untuk melihat - lihat dan biasanya
membeli barang. (https://id.wikipedia.org/wiki/Toko_serba_ada).
5. Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa
Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia
yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta. Daerah
Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan
berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta)
6. Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih
9
tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau
saat ini; jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-
aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang.
Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan
situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat
pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer)
Maka fashion store merupakan sebuah bangunan yang difungsikan
untuk menjual pakaian wanita, pria, dan anak-anak yang dilengkapi
fasilitas dan area pendukung dengan konsep kontemporer di Yogyakarta
B. KAJIAN TEORI
1. Tinjauan Tentang Fashion
a. Sejarah Fashion
Berdasarkan analisis Arghya Narendra manusia sudah mengenal
fashion dari berabad-abad lalu. Diawali dengan pakaian-pakaian
sederhana yang terbuat dari kulit kayu ataupun kulit binatang.
Kemudian seiring dengan perkembangan peradaban manusia, maka
cara berpakaian mereka pun semakin berubah dan menjadi lebih baik
dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Manusia mulai mengenal kain dan
menciptakan sebuah baju yang lebih layak dan lebih bisa melindungi
mereka dari cuaca.
Masyarakat Eropa dan Amerika adalah masyarakat yang sangat
concern dengan perkembangan fashion mereka. Meski pada awalnya
fashion Eropa dan Amerika lebih menitikberatkan pada perkembangan
baju para laki-laki namun, kedepannya perkembangan fashion wanita
ternyata jauh lebih pesat dari yang dibayangkan. Semakin lama fashion
wanita menjadi terpengaruh pada image kecantikan yang terjadi pada
masa tertentu.
10
Gambar 2.1 Fashion tahun 1800
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Pada abad XV, citra wanita keibuan menjadi tolok ukur kecantikan,
sehingga fashion yang berkembang pada masa itu adalah model gaun
yang bertumpuk-tumpuk, dengan garis bulat melingkar tubuh dan
menekankan perhatian utama pada dada dan perut, serta di dominasi
warna-warna kuat dan terang. Fashion berkembang pada abad ke XIX,
dimana kain bertumpuk-tumpuk dan warna terang mulai ditinggalkan.
Wanita pada jaman tersebut akan dikatakan cantik apabila mereka
memiliki image rapuh. Maka tumbuhlah fashion yang menggambarkan
kerapuhan wanita. Dengan pemilihan kain tipis yang mudah rusak
beserta warna-warna pucat, benar-benar menggambarkan kerapuhan
wanita yang sesungguhnya
Ditambah lagi belahan dada yang sangat rendah yang membuat
wanita gampang sekali terserang flu pada saat musim dingin. Sekitar
tahun 1830-an munculah fashion yang bermaksud hendak melindungi
wanita dari cuaca, maka lahirlah korset pada masa itu. Korset sebagai
pakaian yang berfungsi sebagai pakaian dalam wanita memang dapat
melindungi wanita dari cuaca, tapi dampaknya, si pemakai akan sangat
tersiksa dengan ketatnya korset yang mereka pakai. Korset pun
sebenarnya memiliki perkembangannya sendiri, di mulai dari korset
yang memiliki penyangga dari besi, hingga kemudian berubah menjadi
tulang ikan hiu, namun kesemuanya adalah bahan-bahan yang tidak
benar-benar membuat wanita merasa nyaman.
11
Gambar 2.2 Fashion tahun 1830
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Wanita cantik pada masa ini masih digambarkan wanita yang
lemah dan tidak berdaya, wanita dengan perut yang sangat langsing
dengan korset yang menekan, dan wanita yang mudah pingsan untuk
menarik perhatian lawan jenisnya. Hal ini juga yang digambarkan
Margaret Mitchell pada novel-nya Gone with the Wind. Yang mana
sosok wanita cantik dan menarik perhatian adalah wanita yang lemah
dan tidak berdaya.
Namun sebenarnya tidak semuanya, itu hanya penggambaran
sosok wanita Amerika awal abad ke-20 yang tinggal di Amerika bagian
Selatan. Sementara untuk para wanita Amerika yang tinggal pada
Amerika bagian Utara tidak memiliki streotipe seperti demikian. Hal
ini dikarenakan kultur Amerika Utara yang mana masyarakatnya adalah
masyarakat pekerja, begitu pula dengan para wanitanya. Hal ini terlihat
pada penggambaran karakter pada novel Little House on the Prairie,
karya Laura Ingalls Wilder. Di sini digambarkan bahwa para wanitanya
cukup mengenakan baju kerja seadanya dan hanya menggunakan baju-
baju indah yang dirasa perlu hanya pada saat moment-moment tertentu.
Tahun 1920 (Melindrosa)
Amerika memainkan peran penting pada gaya berbusana tahun
1920. Di masa setelah Perang Dunia I, Amerika sebagai salah satu pusat
mode dunia memasuki era makmur yang mempengaruhi gaya fashion
mereka. Music Jazz dan tarian glamor muncul pada tahun tersebut.
Perempuan mendapat suara pada tahun 1920 dan memasuki angkatan
12
kerja dalam jumlah besar. Tahun-tahun 1920an juga ditandai dengan
maraknya bisnis ilegal, salah satu cartel yang terkenal di dunia saat itu
adalah Al Copone.
Gambar 2.3 Fashion tahun 1920
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Fashion gaya Melindrosa (Flapper) yang berarti New Breed
muncul. Style penggunaan make-up yang berlebihan, berdandan
glamor, minum alcohol, mengendarai mobil, dan merokok menjadi hal
yang mendampingi gaya berbusana glamor seperti ini. Bukan hanya itu,
gaya berbusana tahun 1920 juga menunjukkan adanya milenia baru
setelah sebelumnya gaya berbusana lebih condong pada zaman
Victoria.
Tahun 1930 (Calca Comprida)
Gambar 2.4 Fashion tahun 1930
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
13
Ekonomi Amerika Serikat yang sedang mengalami depresi.
Dikarenakan hal-hal sosial dan politik yang sedang dalam masalah
seperti diatas, Gaya berbusana pun mangalami perubahan menjadi lebih
casual, dan tidak glamour layaknya pada masa 1920 atau pada dekade
sebelumnya. Baju yang lebih longgar dari bahan kain tebal dan tertutup
menjadi pilihan.
Gambar 2.5 Fashion tahun 1935
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Tahun 1940 (War and Working Class)
Adanya WW II atau Perang Dunia ke-2 menyebabkan
terpengaruhnya gaya busana dunia. Pabrik-pabrik baju digunakan untuk
sarana pembuatan senjata. Bahan pembuatan kain wool digunakan
untuk mendanai perang, sehingga munculah produk-produk sintetis
seperti stocking dan pakaian dalam yang terbuat dari nilon.
Gambar 2.6 Fashion tahun 1940
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
14
Nuansa baju juga dibuat bewarna hitam dan nuansa navy dengan
warna coklat dan hijau kehitaman. Pakaian yang digunakan kebanyakan
merupakan pakaian yang fleksible digunakan dan mayoritas
mengkombinasikan dengan pakaian di era 1930-an. hal ini dikarenakan
kebanyakan pabrik pembuat tekstil digunakan untuk pembuatan
perlengkapan perang. Selain itu, yang menjadi trend fashion pada tahun
1940 adalah ikat kepala penutup rambut untuk kalangan perekerja
wanita.
Gambar 2.7 Fashion tahun 1945
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Pada masa ini juga ditandai dengan banyaknya buruh wanita yang
digunakan sebagai tenaga kerja, sehingga wanita mulai menggunakan
pakaian yang sering digunakan pria, semacam pakaian kerja atau
perpaduan mantel bengkel dengan bawahan wanita.
Tahun 1950 Awal (New Look)
Setelah WW II atau Perang Dunia ke-2 usai, mulai menggeliat
teknologi tekstil buatan. Baju-baju dibuat dengan kain nilon, orlon, dan
dacron. Pasca perang, Fashion pada tahun ini lebih merujuk pada citra
yang lebih segar namun tidak semewah pada tahun 1920.
15
Gambar 2.8 Fashion tahun 1950
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Pendekatan fashion pada remaja putri juga mulai diperkenalkan
pada tahun-tahun 1950an, sehingga baju dan fashion remaja mulai
berkembang untuk bersaing dengan fashion dewasa. Gaya berbusana
populer pada tahun tersebut adalah perpaduan yang khas antara
penggunaan spandek, kaos ketat panjang, dan topi lebar.
Tahun 1950 Akhir (Pin Up)
Gambar 2.9 Fashion tahun 1950
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Selain gaya berbusana New Look. Tahun 1950 juga dihiasi dengan
berkembangnya pakaian yang lebih urban namun tetap modis.
16
Dipengaruhi oleh lagu-lagu Elvis Presley yang bernuansa Rock and
Roll dan juga gaya berbusana Merlyn Monroe. Gaya urban dan pop
culture ini dikenal dengan sebutan Pin Up. Gaya busana Pin Up lebih
cenderung ringan dan semi terbuka.
Tahun 1960 (Futurismo)
Tahun 1960 awal ditandai dengan adanya invasi teknologi rumah
tangga yang dapat dijangkau semua kalangan. Televisi mulai digunakan
di setiap rumah tangga, mesin cuci, mobil, hingga strika sudah mulai
digunakan secara luas dengan harga terjangkau.
Gambar 2.10 Fashion tahun 1960 futurismo
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Era ini adalah era “Masa Depan” yang lebih dikenal dengan
istilah Futurismo di dunia fashion. Mode fashion juga berubah dengan
pengaruh invasi teknologi. Fashion tahun 1960an di dominasi busana
minimalis dengan motif garis atau bintik yang mengesankan
moderenitas dan arti teknologi tinggi pada zamannya.
Tahun 1960 (Camiseta)
Tahun 1960 juga dihiasi dengan sering munculnya gerakan-
gerakan pemuda yang menentang pemerintah. Peran dan dominasi anak
muda dalam perkembangan dunia diawali pada tahun 1960 ini. Tidak
dapat dihitung lagi banyak pemuda yang menjadi milyader melewati
masa mudanya pada tahun 1960, seperti Steve Job dan Bill Gates.
17
Gambar 2.11 Fashion tahun 1960 camiseta
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/ sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Dominasi anak muda secara tidak langsung juga mempengaruhi
gaya berbusana masyarakat umum. Budaya memakai celana jeans dan
kaos oblong pertama kali populer pada tahun-tahun
ini. Camiseta sendiri berarti Kaos dalam bahasa Spanyol.
Tahun 1960 (Hippie)
Akibat perang Vietnam yang berkepanjangan, kondisi politik yang
ramai dengan terbunuhnya Presiden JFK, dan arus informasi yang
begitu masive dari sebelumnya, menyebabkan semua kalangan
mengerti masalah kejamnya perang Vietnam, munculah gerakan anti
pemerintah yang dikenal dengan sebutan Hippie.
Gambar 2.12 Fashion tahun 1960 hippie
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
18
Kaum Hippie terpengaruh gaya berbusana Bohemian Style pada
tahun 1950an. Kaum Hippie identik dengan pakaian longgar yang
menunjukkan kedekatan mereka dengan alam.
Tahun 1970 (Disco)
Gambar 2.13 Fashion tahun 1970
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Tahun 1970an terkenal dengan budaya musik disco. Gaya
berbusana yang mencirikan budaya disco berkembang pesat. Sekali
lagi, tahun-tahun ini didominasi oleh anak-anak muda. Gaya berbusana
ditunjukkan dengan penggunaan celana pendek ketat / hot pants , sepatu
beralas rata, dan tentunya celana komprang.
Gambar 2.14 Fashion tahun 1970 disco
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
19
Artis populer pada saat itu adalah John Travolta dengan filmnya
yang terkenal “Saturday Night Fever”, tentu saja dengan gaya disco.
Celana komprang dan rambut ditarik ke belakang menjadi sangat tren
tahun 1970an.
Tahun 1970 (Split)
Tahun 1970an akhir juga diramaikan dengan gaya berbusana Split.
Gaya berbusana Split berasal dari Inggris yang kemudian menyebar di
Amerika Serikat dan Dunia. Awal mula budaya Split diramaikan
dengan munculnya grup band beraliran Split bernama Sex Pistols
dengan lagunya yang populer pada saat itu yaitu “God Save The
Queen”.
Gambar 2.15 Fashion tahun 1970 split
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Kaum-kaum urban yang menentang kondisi politik identik dengan
sebutan kaum Split. Split merupakan budaya subculture yang secara
eksplisit menentang politik kotor, menerapkan kehidupan mandiri,
lugas, dan kebebasan. Gaya berbusana Split identik dengan rambut
spaik tajam, baju hitam dengan ornamen metal tajam dan make-up yang
mencolok.
20
Tahun 1980 (New Wave)
Gambar 2.16 Fashion tahun 1980 New Wave
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Kaos dan cenala jeans menjadi begitu populer dikalangan
remaja. Pada masa ini, lagi, musik menjadi bagian penting dari gaya
berbusana urban pada tahun 1980an awal. Masih dipengaruhi oleh
budaya Split, New Wave menawarkan gaya berbusana yang lebih
diterima khalayak umum ketimbang Split. Pengaruh televisi dan film
yang lebih mudah terjangkau menyebabkan budaya ditahun 1980 lebih
cepat tersebar. Pengaruh musik dari Inggris masih mendominasi,
semacam Elastica dan grup beraliran Britpop lain.
Tahun 1980 (Madonna Dan Aerobic)
Tahun 1980an juga ditandai dengan berkembangnya teknologi
portable seperti radio. Musik mulai didengar di jalan raya, taman
bermain dan juga tempat umum lain melalui radio jinjing. Musik
bergaya jalanan dengan baju kedodoran dan nuansa outdoor bernama
Musik Rap mulai digandrungi.
Gambar 2.17 Fashion tahun 1980 Madonna dan Aerobic
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
21
Bersamaan dengan itu, Gaya berbusana outdor semacam outfit
fitness dan olah raga menjadi populer, khususnya wanita yang sering
menggunakan legging sebagai perpaduan outfit celana mereka.
Tahun 1980 (Yuppie)
Berkembangnya teknologi juga menyebabkan perubahan lifestyle.
Kalkulator saku dan jam digital sudah mulai banyak digunakan yang
merembet pada kegiatan dunia kerja yang semakin tegas dan
profesional. Kalangan Pekerja tidak lagi bergelut dengan mesin sebagai
buruh, banyak kelas pekerja yang bekerja di dalam ruangan dengan
perangkat elektronik di hadapan mereka. Para kelas pekerja juga tidak
hanya melulu kaum pria. Wanita pun mulai menapaki dunia karier
sehingga julukan wanita karir dan Independen mulai dikenal dunia.
Gambar 2.18 Fashion tahun 1980 Yuppie
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Tata busana akhir tahun ini 1980an menjadi akibat
merebaknya kalangan pekerja kantoran yang biasa disebut Yuppie.
Singkatan dari “young urban professional” atau “young upwardly-
mobile professional”. Gaya berbusana Yuppie dikenal dengan pakaian-
pakaian kantoran yang rapi dengan aksen minimalis. Tak terkecuali
perempuan yang mulai menggunakan Jas dipadu dengan rok atau celana
panjang dari kain.
22
Tahun 1990 (Grunge)
Pada masa ini muncul grup band macam Nirvana dan OASIS yang
menggemparkan dunia. Aliran musik Grunge berawal dari
Amerika yang kemudian menyebar ke Inggris.
Gambar 2.19 Fashion tahun 1990 Grunge
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Musik Grunge menjadi simbol fashion tahun 1990an. Meskipun
begitu, tahun 1990 dikenal sebagai tahun terburuk dalam sejarah
fashion dunia atau dikenal dengan sebutan “The decade fashion has
forgotten”. Style Grunge ini mirip gaya Split namun tidak begitu
radikal. Celana jeans, kaos, dan perpaduan dengan baju bermotif kotak-
kotak lebar menjadi ciri identik gaya berbusana masa ini, selain tentu
saja rambut gondrong dan berantakan sebagai pelengkap.
Tahun 1990 (Mix Up)
Gambar 2.20 Fashion tahun 1990 Mix Up
(Sumber :
https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-perkembangan-
fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
23
Blue jeans dengan denim jackets in acid wash, baby doll dresses, t-
shirts kedodoran, pakaian olah raga, pakaian basket, pakaian baseball,
sweatshirt dan sweater, dengan perpaduan sepatu sneakers and keds.
Gaya busana tahun 1960s and 1970s juga berkembang lagi di tahun
1990s dengan pakaian floral dan gaya hippie.
Tren tahun 1990an lebih pada mengkombinasikan gaya busana
tahun 1960-1980. Namun demikian, pada tahun tahun 1990an, celana
jeans dan pakaian longgar yang dimasukkan menjadi simbol umum
berbusana.
Tahun 2000 (New Millenia)
Gambar 2.21 Fashion tahun 2000 New Millenia
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Milenium baru memberikan nuansa serba silver bagi
perkembangan fashion. Nuansa futuristik namun tetap glamor menjadi
awal dari perkembangan fashion awal tahun 2000an.
Tahun 2000 (Emo)
Gambar 2.22 Fashion tahun 2000 Emo
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
24
Pertengahan tahun 2000-an juga diwarnai dengan gaya
berbusana emo. Gaya berbusana emo yang serba gothic, hitam, eye
shadow hitam, dengan ciri khas rambut lurus kesamping hingga hampir
menutupi mata menjadi populer. Potongan rambut jabrik tajam namun
masih tetap panjang juga menjadi gaya rambut wanita pada pertengahan
tahun 2000. Grup band macam My Chamical Romance menjadi salah
satu tren dan panutan.
Tahun 2000 (Indie)
Mirip pada tahun-tahun sebelumnya, budaya sub-culture juga
memainkan peran. Mirip dengan budaya Grunge, Split, dan Hippie,
budaya indie bertitik-berat pada simbol pertentangan budaya
konservatif yang berkembang. Kata indie standout for Independen atau
bisa disebut mandiri. Ini mencerminkan cara fashionista indie memilih
baju yang cenderung mandiri dan tidak terpengaruh dengan model
fashion umum.
Gambar 2.23 Fashion tahun 2000 Indie
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Gaya berbusana indie terkenal dengan celana jeans pensil ketat,
perpaduan celana pendek degan sepatu, Kaos berbentuk V-neck, baju
bentuk Bill Cosby, atau sweter kedodoran, perpaduan retro, vintage,
modern, sepatu canvas warna dengan tali sepatu colourful adalah
beberapa ciri karakter. Gaya berbusana indie lebih cenderung kepada
perpaduan fashion segala jenis baju namun masih terkesan modern.
25
Tahun 2010 (Hipster)
Gambar 2.24 Fashion tahun 2010 Hipster 1
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Tahun ini muncul budaya pop culture lain, yang disebut Hipster.
Budaya ini berasal dari Amerika Serikat dan sedang mewabah ke anak
muda seluruh dunia. Sama seperti budaya Sub-Culture sebelumnya,
budaya berpakaian Hipsterkebebasan menekankan pada kegiatan self-
sustaining, DIY (Do It Yourself), dan anti konserfatif. Awal mula
budaya Hipster muncul, budaya ini menekankan pada model busana
yang dimiliki oleh para Tunawisma dan orang urban miskin di Amerika
Serikat.
Gambar 2.25 Fashion tahun 2010 Homeless
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Budaya Hipster menekankan pada kegiatan mereka yang tidak bisa
lepas dari gedget pribadi, smartphone, laptop, dan hardwere personal
lain. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010 awal, produk elektronik
26
semacam smartphone telah masuk ke hampir setiap negara dan dapat
dimiliki hampir setiap manusia di bumi.
Gambar 2.26 Fashion tahun 2010 Hipster 2
(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-
perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)
Skinny jeans, kacama besar, rambut tidak terurus rapi, Baju
kedodoran, sepatu boots tinggi, Penutup kepala, syal, jaket kedodoran,
membawa smartphone atau laptop Apple, naik sepeda, pakai tas
vintage, dan minum kopi latte di pojokan cafe jadi ciri khas gaya
berbusana wajib hipster.
2. Tinjauan Tentang Toko
a. Fungsi Toko
Fungsi penting ruang niaga atau lebih dikenal dengan sebutan toko
saat ini adalah untuk memamerkan dan menjual barang dagangan
namun yang paling penting adalah hubungan antara pengunjung dan
display barang dagangan serta antara pengunjung, display dan personil
penjualan. (Panero, 2003: hal. 196)
b. Jenis dan Kategori Toko
1) Jenis toko berdasarkan tata letak
a) Shopping Street
Shopping street adalah toko yang berdiri sendiri dan
berderet di sepanjang jalan, baik jalan dalam bangunan besar
maupun kecil. Biasanya untuk menjual barang kebutuhan
sehair-hari. Letak berdekatan dengan perumahan sehingga
27
memudahkan pelayanan. Bangunannya sendiri bebas untuk
direnovasi.
b) Shopping Center
Shopping center adalah toko yang berada dalam satu
gedung dan memiliki area parkir sendiri.
c) Shopping Arcade
Shopping arcade terdapat di hotel dan sifatnya lebih
eksklusif, misalnya toko perhiasan, butik dan lain-lain.
2) Jenis toko berdasarkan kuantitas barang yang dijual
1. Wholesale (penjualan grosiran)
Penjualan grosiran adalah penjualan barang dalam jumlah
besar, dilakukan denagn cara memesan dan biasanya diantar
sampai tujuan.
2. Penjualan retail
Penjualan barang dalam jumlah kecil atau satuan,
konsumen langsung membeli barang di tempat dan biasanya
tidak disertai dengan pengiriman.
3) Jenis toko berdasarkan karagaman barang yang diperjual-belikan
1. Speciality Shop
Toko yang hanya menjual barang yang sejenis saja, misal
toko sepatu, toko kaset, toko pakaian, toko buku dan lainnya
2. Variety Shop
Toko yang menjual berbagai jenis barang dagangan, misal
supermarket, department store.
4) Jenis toko berdasarkan tingkat kebutuhan jenis barang yang
diperjual-belikan:
1. Convenience Store
Convenience store merupakan toko yang menjual barang
kebutuhan sehari-hari.
2. Demand Store
Demand store adalah toko yang menjual barang tertentu
yang dibutuhkan konsumen.
28
3. Implus Store
Implus Store adalah toko yang menjual barang mewah
seperti perhiasan.
5) Jenis Toko Berdasarkan Cara Pelayanan
1. Personal Service
Personal Service merupakan pelayanan khusus yang
dilakukan perorangan kepada pelanggan yang cukup istimewa,
sehingga pelanggan dapat lebih mudah, mendapatkan barang
yang diinginkan. Biasanya harga barang tersebut mahal dan
eksklusif. Misalnya : toko perhiasan, showroom mobil.
2. Self Service
Self Service merupakan pelayanan yang dilakukan sendiri
oleh konsumen.Contohnya: supermarket, toko buku, toko
pakaian.
3. Assisted Service
Pelayanan yang dilakukan oleh pegawai-pegawai kepada
pembeli. Pembeli yang didampingi dan dibantu dalam mencari
barang yang diinginkan. Contohnya: toko sepatu.
4. Mechanic
Penjualan barang dibantu dengan mesin otomatis atau alat
mekanik dengan cara menerima barang setelah memasukkan
uang koin ke dalam mesin. Contohnya: mesin penjual
minuman kaleng.
5. Order System
Konsumen dapat membeli barang yang diinginkan
melalui telepon dan barang tersebut diantar ke tujuan dengan
tambahan ongkos kirim. Umumnya sistim ini diterapkan pada
restoran.
c. Teori Perencanaan Toko Retail
1) Tampilan depan toko
Tampilan depan toko atau storefront meliputi:
29
1. Main Entrance
Entrance merupakan bagian pintu masuk yang memiliki
peranan penting karena berada di bagian terdepan dari sebuah
toko, member informasi pertama bagi pengunjung. Maka dari
itu harus didesain agar berkesan menyambut sehingga
pengunjung berminat untuk masuk. Pertimbangan menciptakan
main entrance di antaranya:
i. Desain dari entrance
Bagaimana dengan desainnya, kesan apa yang ingin
disampaikan kepada pengunjung dan sebagainya sehingga
dapat menarik perhatian konsumen.
ii. Ergonomic Factor
Ukuran dari main entrance juga mempertimbangkan
faktor ergonomic dimana ukuran pintu sebaiknya tidak
terlalu sempit sehingga tidak menyebabkan pengunjung
berdesak- desakan untuk masuk ke dalam toko.
2. Shop Window
Disebut juga window display yang berfungsi sebagai tempat
peragaan barang-barang yang ditawarkan. Window display
ditata semearik mungkin agar pengunjung berminat dan dapat
dilihat dari jauh serta jelas. Window display mengalami
perubahan tergantung pada tema barang yang ditawarkan atau
barang-barang keluaran terbaru. Untuk itu, ada 3 jenis front
of the shop atau window display , yaitu:
1) Closed yaitu jenis front of the shop yang sifatnya tertutup,
dalam arti orang tidak bisa melihat isi toko dari luar. Jenis
ini cocok untuk toko perhiasan.
2) Semi transparent adalah jenis front of the shop yang
bersifat terbuka. Orang bisa melihat isi toko dari luar,
tetapi tidak secara keseluruhan. Pandangan kita dibatasi
oleh penataan window display.
3) Transparent adalah jenis front of the shop yang
30
bersifat terbuka, jadi orang bisa melihat isi toko dari luar.
3. Display
Untuk meletakkan merchandise di dalam toko, kita
membutuhkan display agar merchandise itu tersusun rapi
dan mudah dijangkau oleh konsumen. Ada 4 macam display
yang dikenal yaitu:
1) Open display yaitu display yang bersifat terbuka, misalnya
untuk bag shop. Tas-tas yang beraneka ragam ukurannya
disusun tanpa menggunakan rak khusus, tetapi tetap
menciptakan suatu penataan yang baik.
2) Island display merupakan display yang letaknya di tengah-
tengah toko. Barang-barang yang ingin ditampilkan
diletakkan ditengah- tengah, agar konsumen mudah untuk
melihat-lihat.
3) Wall display merupakan display yang menempel pada
dinding toko, jadi barang-barang yang ingin ditampilkan
diletakkan pada sisi- sisi dinding. Misalnya pada shoes shop.
4) Accent display yaitu display yang diperuntukkan untuk
barang-barang baru, yang merupakan sesuatu yang ingin
ditonjolkan untuk menarik perhatian konsumen.
5) Close display adalah jenis display yang tertutup, sehingga
tidak terlihat jelas dan tidak dapat disentuh ataupun diganggu
oleh pengunjung. Biasanya untuk barang yang berukuran
kecil dan mahal. Misal: vitrine, show case, built-in.
6) Special display adalah jenis display yang dirancang khusus
untuk produk yang tidak dapat disentuh, dipegang tanpa
pengawasan dan pelayanan dari pegawai toko. Sering
disebut sebagai “point of purchase‟ atau pusat visual
merchandising.
Hal yang perlu diperhatikan pada display di antaranya:
1) Tekstur
2) Tata cahaya (lighting)
31
Penggunaan jenis lampu seperti highlight, spotlight dan
sebagainya didasarkan pada kesan apa yang ingin kita
tampilkan karena tiap-tiap lampu mempunyai karakter
cahaya yang berbeda-beda.
3) Warna atau aksen
Hal pertama yang kita lihat dalam cahaya adalah warna.
Oleh karena itu untuk menampilkan sesuatu kita
menggunakan warna. Untuk toko mainan atau hobi kita
harus jeli dalam menggunakan warna yang atraktif untuk
menarik minat perhatian pengunjung tertutama anak-anak.
4) Teknik display
Terbagi menjadi presentasi produk, pendukung produk,
dan integrasi produk. Produk-produk tersebut dapat
ditunjukkan secara tunggal atau kelompok dimana produk
lain saling berhubungan
d. Tipe dan Kategori Barang
1) Implus goods (tertier) adalah barang yang merupakan kategori
barang mewah. Tipe ini biasanya diletakkan di bagian depan toko
untuk menarik perhatian.
2) Convenience goods (sekunder) adalah barang diantara implus good
dan demands good, barang tipe convenience good berfungsi
sebagai tambahan. Biasanya diletakkan di bagian tengah toko karena
barang tipe ini tidak harus dipenuhi.
3) Demand goods merupakan barang kebutuhan pokok manusia, maka
barang tersebut biasanya diletakkan di bagian belakang/ bagian
paling jauh. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menarik perhatian
pengunjung.
e. Area Penjualan
1) Sistem Penjualan
Berkaitan dengan aktivitas manusia didalamya yaitu pengunjung
dan pengelola :
32
- Pengunjung, yaitu konsumen yang datang untuk melihat-lihat
saja, melihat-lihat dan membeli, dan datang untuk konsultasi
fashion.
- Pengelola, yaitu terdiri dari manager, supervisor, pelayan pria/
pelayan wanita.
2) Sistem Display
Sistem display yang baik dan benar bermanfaat untuk
memberikan informasi kepada konsumen yang berbelanja atau
sebagai alat promosi. Ada beberapa tipe yaitu :
- Assortment display : pajangan yang berisi beragam produk barang
- The theme setting display : pajangan yang menggunakan tema
khusus untuk menciptakan suasana tertentu
- Ensemble display : yang memberikan rangkaian lengkap berbagai
produk seperti pemasangan produk baju dan aksesorisnya pada
manekin
- Rack display : yang menggunakan pajangan fungsional
- Cut case display : bentuk pajangan pada karton, biasanya
digunakan di supermarket dan toko diskon (Astrid, 2010 : 82).
1. Ruang penjualan
Ruang penjualan merupakan ruang yang fungsi utamanya
adalah memamerkan dan menjual barang. Desain dari ruang ini
meliputi koordinasi dari arsitektural, desain interior dan elemen
penjualan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
klien/konsumen (Panero, 2003).
2. Furnitur
Pada dasarnya furniture pada toko dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya:
1) Vitrine
Vitrine merupakan lemari khusus sebagai tempat
benda-benda yang membutuhkan penataan khusus dan
biasanya juga sebagai pajangan. Barang-barang pada
vitrine tidak bisa dijamah langsung oleh pengunjung.
33
Contohnya: toko emas, toko jam, optik dan sebagainya.
2) Counter
Furniture yang digunakan untuk sarana pelayanan
antara customer dan pemilik toko. Contohnya meja kasir.
3) Cupboard
Furniture pada toko yang berbentuk lemari, ada yang
tertutup dengan lapisan kaca, ada juga yang tidak ditutup.
3) Unsur Ruang
1. Lantai
Lantai adalah salah satu pembentuk ruang yang harus
diperhatikan mengingat dimana sirkulasi kegiatan berlangsung.
Syarat-syarat bentuk lantai antara lain:
- Kuat, lantai harus dapat menahan beban.
- Mudah dibersihkan.
- Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup ruang bagian
bawah.
Oleh sebab itu dilihat dari pertimbangan-pertimbangan akustik,
pelindung terhadap panas dan dingin dari luar. Fungsi lainnya
adalah untuk mendukung beban-beban perabot, manusia yang ada
dalam ruang (Ching, 1996 :162).
2. Dinding
Dinding merupakan elemen yang tidak kalah penting dari
lantai. Dinding di desain sedemikian rupa agar dapat berfungsi
tidak hanya sebagai struktur pemikul lantai diatas permukaan
tanah, langit-langit dan atap. Dinding bisa berfungsi sebagai jalur
pernapasan sebuah bangunan. Dengan menggunakan material
kaca sebagai jalur cahaya alami. Langit-langit (ceiling)
merupakan unsur terpenting dan merupakan pelindung fisik yang
ada di dalam bangunan. Desain ceiling dapat menambah elemen
estetis dan menimbulkan kesan pada suatu ruangan.
3. Signage
Signage dapat menarik perhatian konsumen untuk berhenti
34
dan mengamati display yang dipajang. Semua desain grafis yang
digambarkan mempunyai peranan penting dalam membangun
image dan kepribadian toko, bahkan ikut mempengaruhi posisi
di pasar. Semakin tinggi kualitas tokonya, semakin sedikit sign
yang digunakan. Jika bagian interiornya dirancang dengan baik
dan terintergrasi dengan presentasi barangnya, maka karakter
toko akan terlihat secara spontan dan dramatis. Nama dan logo
adalah tanda eksterior toko yang dominan, simbol yang
menyambut pelanggan. Penggunaan logo yang inovatif dan
imajinatif akan menjadi asset tambahan. Fungsi signage di
antaranya menekankan identitas toko, juga untuk mengarahkan
serta membantu pengunjung melakukan pembelian. Syarat
penempatan signage yaitu:
1) Papan nama harus cukup tinggi untuk dilihat dari jauh.
2) Tidak tertutup oleh pengunjung lain yang berdiri di depan toko.
3) Tidak menutupi pemandangan di dalam toko.
Jenis-jenis signage di antaranya:
1) Individual letter signs
Umumnya menggunakan material dari plastik, kayu atau
logam. Tulisan dan background-nya terpisah.
2) Panel signs
Material background jelas, tembus cahaya atau tidak
tembus cahaya. Tulisannya dapat dicat, berupa cetakan yang
digambarkan pada permukaan background atau dapat
berupa potongan tulisan setebal ¼ inci yang terbuat dari
material kayu, plastik atau logam yang melekat pada
permukaan background. Tulisan background dapat menjadi
satu kesatuan.
3) Institutional signs
Menggambarkan filosofi dan tujuan yang dibuat
perusahaan yang menyangkut moral dan visi, sosial dan
tanggung jawab terhadap komunitas serta integritas.
35
4) Department signs
Merupakan identifikasi segala jenis dan lokasi bagian
yang selalu menjadi perhatian manajemen toko.
Kebanyakan toko beranggapan dengan memiliki
pengelompokan display yang baik sudah menjawab segala
kebutuhan tersebut. Namun strategi menyeluruh yang
dibutuhkan untuk mendukung pendapat ini sehingga
membantu pelanggan untuk menemukan bagian atau barang
yang dicari.
5) Classification and brand name signs
Dalam sebuah toko yang besar terdapat beberapa divisi
dimana masing-masing membutuhkan identifikasi yang
jelas. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan dengan
presentasi maupun display. Oleh karena itu, penggunaan
brand name signs ke dalam elemen desain interior sanaat
diperlukan. Pengaturan dan skala elemen tembok dapat
meningkatkan atau membatasi penggunaan signage.
6) Point of purchase signs
Jenis signage ini akan segera terlihat dan dibaca oleh
pelanggan karena diletakkan di titik pembelian. Di dalamnya
termasuk ticketing, sizing, pricing dan informasi promosi
yang diletakkan pada fixture penjualan. Signage ini bersifat
sementara dan tergantung dari event yang ada, seperti
signage yang menginformasikan potongan harga pada saat
event tertentu. Oleh karena itu, signage ini tidak termasuk
signage yang direnanakan pada saat mendesain sebuah
toko. Namun ketika signage ini dipasang, prinsip desainnya
harus tetap mengacu pada konsep, karakter interior dan
desain toko secara menyeluruh.
7) Building signs
Building signs haruslah mempunyai arti tersendiri
yang mampu mencerminkan produk yang dijual dan harga
36
yang ditawarkan, ada yang menggunakan lampu neon dan
ada yang tidak.
8) Product information, promotion dan price signs
Sign yang terdapat di dalam toko, yang didalamnya
termasuk kategori signs, promosi, harga-harga dan acara-
acara yang ditawarkan.
9) Directories
Sign yang berfungsi sebagai petunjuk arah di dalam
sebuah toko dan dapat berupa peta (Green, 1986).
f. Perencanaan Sistem Sirkulasi
1) Jenis Sirkulasi
1. Grid (space efficiency), merupakan pola sirkulasi yang tidak
membutuhkan banyak jarak untuk bergerak, sehingga jarak yang
dibutuhkan lebih efisien.
2. Free flow, merupakan alur sirkulasi yang membutuhkan banyak
jarak untuk bergerak, biasanya diterapkan untuk ruangan yang
bersifat luxury dan besar seperti ruang pameran
(Panero,1979 :268.274).
g. Prinsip Desain Sarana Penjualan
Desain sarana penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan.
Dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih menarik
perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan
melemahkan penjualan (Spence, 1979).
Sistem display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal,
diantaranya:
1) Faktor pengelihatan
Menurut Natahamijaya (1979), penampilan materi selain
dipengaruhi faktor teknis, juga dipengaruhi faktor penglihatan
yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini
dipengaruhi oleh:
a) Ukuran barang detail krisisnya.
b) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras
37
sekitarnya.
c) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.
d) Warna cahaya yang menerangi benda tersebut
e) Waktu saat melihat.
f) Sistem penyajian materi koleksi dan penjualan
Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya
dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai.
Seperti berdasarkan jenis, usia dan lain-lain. Berapa banyak
yang perlu untuk setiap kelompok tergantung dari jumlah benda
yang ada atau yang akan ada.
2) Faktor Penarik Konsumen
Menurut Triyono (2006:143), ada lima faktor yang
perlu diperhatikan secara seksama dan dapat menarik konsumen,
yaitu:
a) Citra toko (store image)
Pelanggan akan mempunyai kesan mendalam terhadap
suatu toko berdasarkan pada pengalamannya. Semakin banyak
kesukaan akan citra toko yang pernah dilihatnya, semakin
memungkinkan bagi pelanggan untuk loyal. Kesan pertama
adalah kesan yang paling lama bertahan dalam benak
pelanggan. Setiap sudut di dalam toko juga memerlukan
sentuhan khusus guna membangun citra toko. Dari setiap
sudutlah kesan secara personal dapat dibangun. Sudut yang
dioptimalkan dengan presentasi yang mengesankan akan
semakin membuat pelanggan merasakan hal posittif terhadap
citra toko.
b) Pajangan depan (window display)
Pajangan di depan toko yang mengesankan akan jendela
samping (kiri dan kanan) sangat berpengaruh dalam
menciptakan kesan positif pelanggan. Bahkan, banyak fakta
menunjukkan bahwa pajangan di depan sangat mempengaruhi
perhatian pelanggan dan dapat mengundang mereka untuk
38
masuk ke toko.
Pajangan di depan juga dianjurkan memakai warna yang
harmonis dan dioptimalkan dengan penyinaran lampu yang lux.
Kebersihan kaca-kaca dan bagian dalam harus terus dijaga.
Secara periodik pajangan depan harus diganti sesuai dengan
jangka waktu yang dijadwalkan dan tema yang ditentukan.
c) Bagian dalam toko
Riset menunjukkan bahwa ketika pelanggan berjalan di
toko, mereka melihat dan mengamati hal-hal berikut:
1) Bagian depan saja
2) Melihat sejauh yang bisa dijangkau mata
3) Selalu dari kiri ke kanan
4) Sekedar menenangkan hati dan membebaskan kecurigaan
5) Sesuai garis horisontal dan berhenti di garis vertical
6) Dari besar ke kecil, atas ke bawah dan dari terang ke gelap
Pelanggan sangat sensitif terhadap space, mereka
membutuhkan ruang untuk privasi dalam rangka melihat-lihat.
Apabila toko terlihat penuh dan semrawut, pelanggan merasa
tidak nyaman dan akan pergi. Jika toko terlihat sepi dan
kosong (kurang stok merchandise), pelanggan mungkin enggan
masuk toko. Toko harus dibuat bersuasana penuh
merchandising (item barang lengkap, keluasan, dan
kedalamannya baik jenis maupun ukurannya), namun tidak
semrawut, cukup space untuk tempat konsumen melihat-lihat
dan berkesan mengundang rasa ingin tahu serta
membangkitkan minat beli.
d) Penerangan untuk menciptakan semangat membeli
Penerangan atau lighting memainkan peranan yang sangat
penting dalam hal visualisasi merchandising. Penerangan bisa
diartikan memperlihatkan. Ini untuk menuntun pelanggan
masuk ke seluruh bagian toko. Penerangan yang baik sangat
efektif dalam membangkitkan perhatian pelanggan.
39
Penerangan bahkan terbukti mampu manciptakan semangat
membeli pelanggan. Pelanggan yang semula tidak bersemangat
membeli, dengan lighting yang efektif, bisa tergerak hatinya
untuk membeli. Penerangan juga memiliki kualitas dan warna
untuk memberikan gambaran terbaik bagi merchandise toko.
Bahkan, penerangan bisa dikatakan sebagai tenaga penjual yang
diam di dalam toko (Artiani, 2014).
3. Lobby (Ruang Tunggu)
Lobby atau lobi adalah ruang masuk gedung (M. Echols dan Hasan
Shadily, 1997) pengertian lobi lebih dikenal dengan ruangan atau teras di
dekat pintu masuk sebuah bangunan yang biasanya dilengkapi dengan
berbagai perangkat meja dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau
ruang tunggu. Kata lobi digunakan pada tahun 1640 yang berarti ruangan
masuk yang besar dalam gedung umum.
Lobi harus dibayangkan sebagai ruang multi guna yang dinamis. Banyak
proyek bangunan akan menawarkan kesan pertama dan kesan pertama pasti
akan dibuat mencolok. Lobi pintu masuk menjadi hal pertama yang dilihat
oleh pengunjung. Karena area ini sering menjadi tempat pertemuan. Jadi,
lobi harus menyediakan ruang multiguna baik itu untuk pembicaraan santai
maupun formal, dan juga saat bekerja di depan laptop dan menghubungkan
berbagai perangkat seperti ponsel dan iPod ke perangkat laptop.
Sediakanlah zona intim dan zona sosial dan juga jangan melupakan furniture
untuk memberikan kenyamanan dan fungsionalitas kepada tamu.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan aktivitas dalam lobby, sebaiknya
lobby harus tersedia ruang pengecekan dan meja informasi, ruang
pengecekan berada dikanan pintu masuk, dekat pintu tetapi tidak menutupi
lalu lintas. Meja informasi ada di kiri pintu masuk, karakter meja ini
tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya dapat digantikan dengan papan
buletin atau kalender peristiwa. Tersedianya fasilitas telepon. Tersedianya
counter penjualan (bisa dilakukan di meja informasi) Tersedianya tempat
display majalah dan barang-barang cetak. Tersedianya fasilitas pameran,
40
susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan, dan sirkulasi
pengunjung (Sumber : kutipan tugas akhir Efendi Setiyawan C0800019).
a. Fungsi Lobby
Sebagai fungsi ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobi dan tanpa harus pergi ke tempat
lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya. Sebagai fungsi sosial, yaitu
lobi dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-
fasilitas yang disediakan di lobi agar pengunjung dapat saling
berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta karyawan. Lobi
sebagai tempat penghubung, yaitu memberikan informasi serta fasilitas
sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.
4. Cafe
Ruang atau area yang ada di dalam suatu restoran dibagi ke dalam
dua bagian yang memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda,
yaitu:
a. Ruangan Depan (front area)
Ruangan depan yang dimaksud disini adalah ruangan-ruangan yang
mempunyai fungsi dan kegunaan diperuntukkan bagi pelanggan
restoran sebagai daerah pelayanan. Persyaratan ruang restoran:
- Luas area memenuhi standar
- Penyekat antara restoran dan dapur harus tahan terhadap api
- Selalu terpasang alat deteksi kebakaran
- Sirkulasi udara memadai dan tersedia pengatur suhu udara
- Bersih, rapi dan sanitasi (memenuhi syarat kesehatan)
- Mudah untuk dibersihkan dan dirawat
Jarak antara meja bar sebelah depan dan meja bar sebelah belakang
harus memungkinkan tersedianya ruang kerja yang memadai.
Sehubungan dengan kursi bar (stool) jarak bersih antar kursi bar kebih
penting untuk diperhatikan daripada jarak antar garis tengahnya dan
jarak bersih ini harus memungkinkan para pelanggan yang bertubuh
lebih besar untuk mendekat kesamping dengan nyaman serta bangkit
dari kursi tanpa bersinggungan dengan orang disebelahnya.
41
b. Ruangan Belakang (back area)
Ruang belakang adalah ruangan ruangan yang mempunyai
fungsi dan kegunaan sebagai area penyimpanan, penyiapan,
pengolahan produk makanan dan minuman yang mana sebagai
tempat aktifitas kerja bagi karyawan restoran dan sebagai daerah
terlarang bagi para pelanggan untuk masuk di dalamnya, seperti
dapur, gudang, tempat penumpukan sampah, steward area dan lain
sebagainya.
Syarat-syarat back area:
- Cukup penerangan
- Gudang penyimpan bahan makanan terpisah sesuai jenisnya
- Lantai tidak licin dan dibuatkan selokan-selokan saluran
pembuangan air yang memadai dan lancar
- Terpasang alat penghisap dan saluran pembuangan asap dapur
- Saluran air bersih cukup lancar dan mencukupi
- Dan lain-lain seperti yang terdapat dalam persyaratan restoran
c. Unsur Ruang
i. Lantai
Lantai adalah salah satu pembentuk ruang yang harus
diperhatikan mengingat dimana sirkulasi kegiatan berlangsung.
Untuk itu pemilihan bahan yang tepat yang sesuai dengan fungsi
ruang sangat diperlukan. Selain berfungsi sebagai penutup ruang
bagian bawah, pada sebuah ruang lantai juga berfungsi sebagai
pendukung beban dan benda-benda yang ada di atasnya seperti
perabot, manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut
agar selalu memikul beban mati atau beban hidup berlalu lalang di
atasnya serta hal-hal lain yang ditumpahkan diatasnya
(Mangunwijaya, 1980 : 329).
ii. Dinding
Dinding adalah suatu elemen arsitektur yang penting untuk setiap
bangunan, yang berfungsi sebagai struktur pemikul lantai diatas
permukaan tanah, langit-langit dan atap.
42
iii. Langit-Langit (ceiling)
Ceiling memiliki berbagai kegunaan yang lebih besar
dibandingkan dengan unsur unsur pembentuk ruang (space) yang
lain (seperti dinding atau lantai). Elemen yang menjadi perlindungan
fisik maupun psikologis untuk semua yang ada dibawahnya.
5. Tinjauan Tentang Kontemporer
a. Pengertian kontemporer
Pengertian tentang kontemporer sendiri adalah desain yang dibuat
pada masa itu. Sedangkan menurut istilah kontemporer berarti waktu
yang berubah-ubah, dengan kata lain desain itu bersifat present atau
sedang digemari (Wibowo dalam Liem, 2015)
b. Karakteristik kontemporer
Gambar 2.27 Rumah dengan konsep kontemporer
(Sumber : http://desaininterior.me/2012/12/desain-interior-
kontemporer-rumah-huni-terbuka//Diakses pada tanggal 28 maret 2017)
i. Lantai polos dan sederhana
Desain kontemporer menggunakan lantai polos, maka akan
lebih terlihat baik dan tentu saja sebagai pemaksimalan cahaya
yang masuk keruangan.
ii. Kombinasi warna cerah dan netral
43
Biasanya menggunakan warna cerah dan terang. pemilihan
kombinasi warna yang baik akan membuat ruangan terlihat indah.
iii. Furnitur yang simpel
Penggunaan furnitur yang sederhana merupakan ciri khas dari
desain interior ini. Layout dari Furnitur furnitur tersebut juga
mengikuti garis lurus di dalam ruangan.
iv. Penggunaan material alami
Ciri khas lain dari konsep kontemporer adalah furnitur,
dekorasi serta ornamen yang digunakan dalam suatu ruangan
biasanya terbuat dari alam seperti kayu jati, batu alam dan lain
sebagainya (Simplyland, 2016).