BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDULabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0811024_bab2.pdf ·...
-
Upload
trinhxuyen -
Category
Documents
-
view
222 -
download
3
Transcript of BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDULabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0811024_bab2.pdf ·...
10
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
1. Nama Proyek
“Desain Interior Stasiun Kereta Api Solo Balapan di Surakarta”
2. Definisi Proyek
Pengertian judul proyek ditelaah berdasarkan tiap kata yang
menyusunnya, adalah sebagai berikut :
a. Desain
1. Desain adalah seni terapan, arsitektur, dan berbagai
pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata
"desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun
kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti
"proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru".
Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil
akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah
rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. (Sumber :
www.wikipedia.org, 09 Maret 2014)
2. Desain menurut Alexander Desain merupakan temuan unsur
fisik yang paling objektif (Sumber : https://www.facebook.com/
songoDesign/posts/219947344873397 , 09 Maret 2014).
3. Desain menurut Asimow adalah pengembalian keputusan,
dalam menghadapi ketidaktentuan, dengan ganjaran yang berat
bagi kesalahan (Sumber : https://www.facebook.com/
songoDesign/posts/219947344873397 , 09 Maret 2014).
b. Interior
1. Interior adalah bagian dari gedung atau bangunan. (Sumber:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia ed.2, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, p.741)
11
2. Interior adalah tatanan perabot didalam ruang dalam dari
sebuah gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan 3,
1990, halaman 331)
3. Interior adalah bagian dalam dari bangunan apapun dan
bagaimanapun bentuk bangunan itu dibatasi oleh lantai,dinding
dan plafon (Suptandar 1999:9).
c. Stasiun
: “Station” : Building, etc, where a service organized, stopping
place for train, put something at a certain place (Oxford
Learners Pocket Dictionary). Dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai stasiun yang berarti bangunan yang
berfungsi sebagai tempat kereta api berhenti untuk sementara
(Kamus Inggris-Indonesia – Gramedia Jakarta).
: Tempat berkumpulnya penumpang dan barang yang
menggunakann moda angkutan kereta api. Di stasiun, orang
beristirahat dan menunggu baik penumpang maupun bukan
penumpang (penjemput, pengantar, dll). (Warpani,
Suwardjoko, Merencanakan Sistem perangkutan, Penerbit ITB,
Bandung).
d. Kereta Api
: Adalah suatu sarana angkutan darat yang terdiri dari dua
bagian pokok, yaitu tenaga penggerak yang disebut lokomotif
dan alat pengangkut yang disebut gerbong (Warpani.S.,1990)
: Menurut Undang Undang Perkeretaapian (UU 13 tahun
1992) Kendaraan dengan tenaga gerak , baik berjalan sendiri
mapun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan atau
sedang berjalan dan bergerak diatas rel (Sumber :
https://carapedia.com/perkeretaapian_thn_1992_info1351.html
,14Maret2014).
12
Stasiun Kereta Api merupakan elemen yang sangat vital bagi
perkembangan sebuah kota. Melalui keberadaan sebuah stasiun, yang
menghubungkan satu kota dengan kota lain, sehingga sebuah kota dapat
mengoptimalkan potensi yang di milikinya. Tidak jarang sebuah stasiun
menjadi magnet pertumbuhan ekonomi sebuah kota.
Dalam hal ini stasiun kereta api adalah wadah atau bangunan
yang berfungsi mewadahi suatu kegiatan yang berhubungan dengan
perkeretapian yang kegiatannya adalah tempat menurunkan dan
menaikkan penumpang maupun barang, tempat menunggu kereta api
dan tempat kereta api berhenti untuk istirahat maupun tersalip oleh
kereta api lainnya.
B. TINJAUAN KOTA SURAKARTA
1. Sejarah Kota Surakarta
Solo tidak lebih dari sebuah desa terpencil yang tenang, 10 km di
sebelah timur Kartasura, ibukota kerajaan Mataram. Pakubuwana II
yang menjadi Raja Mataram mendukung Cina melawan Belanda,
kemudian Pakubuwono II mencari tempat yang lebih menguntungkan
untuk membangun kembali kerajaannya, dan di tahun 1745 Kerajaan
dibongkar dan diarak menuju Kota Surakarta yang terletak di tepi Kali
(Sungai) Bengawan Solo.
18 Februari 1745 dianggap sebagai hari kelahiran kota resmi.
Dikatakan bahwa tempat itu ia memilih untuk menjadi istana baru itu
terletak di sebuah danau kecil. sejarawan itu "babad" atau catatan
13
pengadilan resmi masih menyebutkan bahwa danau itu dikeringkan
oleh mendukung mitos ratu laut selatan, Nyi Roro Kidul ( Sumber :
http://www.surakarta.go.id/konten/sejarah-kota , 2 Maret 2015)
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota
Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah
Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan
Kasunanan dan Mangkunegaran.
Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan penetapan
Pemerintah tahun 1946 Nomor 16 /SD, yang diumumkan pada tanggal
15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor histories
sebelumya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi
Pemerintah Kota Surakarta (http://www.surakarta.go.id/konten/sejarah-
pemerintahan , 2 Maret 2015)
2. Geografis Kota Surakarta
Secara geografis Kota Surakarta berada antara 110045'15'' -
110045'35'' Bujur Timur dan antara 7036'00''- 7056'00' 'Lintang
Selatan, dengan luas wilayah kurang lebih 4.404,06 Ha. Kota Surakarta
juga berada pada cekungan di antara dua gunung, yaitu Gunung Lawu
dan Gunung Merapi dan di bagian timur dan selatan dibatasi oleh
Sungai Bengawan Solo.
14
Gambar II.1 Peta Surakarta
(Sumber : Sumber : http://www.surakarta.go.id/konten/selayang-pandang , 18
Maret 2015)
Dilihat dari aspek lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi
Kota Surakarta tersebut berada pada jalur strategis yaitu pertemuan atau
simpul yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta
(JOGLOSEMAR), dan jalur Surabaya dengan Yogyakarta. Dengan
posisi yang strategis ini maka tidak heran kota Surakarta menjadi pusat
bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya.
Jika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi
oleh 3 kabupaten. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten
Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur dibatasi dengan kabupaten
Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan
kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten
Sukoharjo dan Karanganyar.
Sementara itu secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5
(lima) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar
15
Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi
menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan 2669 Rukun
Tetangga (RT). (Sumber : http://www.surakarta.go.id/konten/selayang-
pandang , 18 Maret 2015)
C. TINJAUAN UMUM KERETA API INDONESIA
1. Pengertian Kereta Api
Kereta api dalah suatu sarana angkutan darat yang terdiri dari dua
bagian pokok, yaitu tenaga penggerak yang disebut lokomotif dan alat
pengangkut yang disebut gerbong (Warpani.S.,1990). Kendaraan
dengan tenaga gerak baik berjalan sendiri mapun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya, yang akan atau sedang berjalan dan bergerak diatas
rel. (Kompas,1996, hal 6)
Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta
api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api
yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Untuk
daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun portabel dapat
dipergunakan sebagai halte kereta. Fasilitas stasiun kereta api umumnya
terdiri atas:
Pelataran parkir di muka stasiun
Tempat penjualan tiket, dan loket informasi
Peron atau ruang tunggu
Ruang kepala stasiun, dan
16
Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta
peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon,
telegraf, dan lain sebagainya.
2. Sejarah Stasiun Indonesia
Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan
pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat
tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh
"Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari
Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm.
Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10
Agustus 1867.Kereta listrik pertama beroperasi 1925,
menghubungkan Weltevredendengan Tandjoengpriok
(http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_kereta api , 19 November 2013)
.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA
antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10
Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110
Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA
di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang
jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867
17
baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880mencapai 405 km,
tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh
(1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera
Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun
jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang
pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya
Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di
Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA
Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di
pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan
jalan KA (http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_kereta api , 19
November 2013).
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia
mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang
menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena
dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur
1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang
dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang
(1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun
semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan
18
220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang
seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai
pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang,
25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa,
perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban
yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda
Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari
pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28
September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan
sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28
September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa
Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan
dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi
ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di
Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik
Indonesia" (DKARI).
Masa Pembangunan Stasiun
Berikut daftar stasiun besar:
1. Stasiun Karanganyar - 1875
2. Stasiun Jakarta Kota - diresmikan 1929
19
3. Stasiun Tanjung Priok - 1914
4. Stasiun Gambir (dulu Weltevreden) - 1914
5. Stasiun Jatinegara (dulu Meester Cornelis)
6. Stasiun Manggarai - 1969
7. Stasiun Pasar Senen - 1916
8. Stasiun Cikampek - 1894
9. Stasiun Bogor - 1880
10. Stasiun Bandung - 1887
11. Stasiun Yogyakarta - 1887
12. Stasiun Solo Balapan - 1876
13. Stasiun Semarang Tawang - 1873
14. Stasiun Cirebon - 1920
15. Stasiun Madiun - 1897
16. Stasiun Purwokerto - 1922
17. Stasiun Malang - 1941
18. Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi 1911
19. Stasiun Surabaya Gubeng - 1913
20. Stasiun Pasar Turi - 1938
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_kereta api , 19
November 2013)
20
4. Fungsi dan peranan stasiun
Kereta api sudah menjadi salah satu sarana transportasi yang vital
bagi masyarakat baik untuk penghubung antar kota maupun dalam kota.
Dalam hal ini, Stasiun Kereta Api memiliki peran yang tak kalah
penting dari fungsi kereta api itu sendiri. Fungsi Stasiun Kereta Api
tidak hanya sebagai halte pemberhentian belaka melainkan sebagai
fasilitas 'transit' atau tempat kegiatan datang dan pergi para penumpang,
sehingga bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap kota
yang dilalui perjalanan kereta api.
Banyaknya kota-kota di Indonesia yang dilalui jalur kereta api
diikuti pula dengan pembangunan stasiun-stasiun dengan rancangan
arsitektur yang menunjukkan berbagai era sejak jaman pemerintah
Hindia Belanda hingga saat ini. Dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia, bangunan stasiun kereta api menjadi salah satu fasilitas
publik dan aset bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Peranan dan fungsi stasiun sangatlah penting bagi kehidupan
masyarakat kini. Dimana transportasi murah dan cepat menjadi andalan
dan konsumsi masyarakat sehari-hari , salah satunya kereta-api.
Dalam hal ini stasiun Kereta Api memiliki peran yang tak kalah
penting dari fungsi Kereta Api sendiri. Fungsi stasiun Kereta Api tidak
hanya sebagai halte pemberhentian belaka melainkan sebagai fasilitas
“transit” atau tempat kegiatan datang dan pergi penumpang, sehingga
21
bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap kota yang dilalui
perjalanan Kereta Api. Selain sebagai tempat pemberhentian Kereta
Api, stasiun juga berfungsi apabila terjadi persimpangan antar Kereta
Api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan
langsir.
Perkembangan fungsi stasiun didorong oleh Peraturan Pemerintah
No. 69 tahun 1998 tentang prasarana dan sarana Kereta Api yang
membolehkan stasiun melakukan kegiatan penunjang berupa usaha
pertokoan, rumah makan, perkantoran atau akomodasi. Maka tidak
heran jika hampir semua stasiun Kereta Api di Jabodetabek memiliki
area komersial untuk usaha pertokoan, rumah makan dan jasa publik
lainnya. Stasiun Kereta Api juga memiliki daya tarik bagi pertumbuhan
bisnis lainnya, seperti bisnis properti, perdagangan, angkutan umum
dan jasa parkir. Maka tidak heran apabila pemerintah menjadikan
stasiun Kereta Api sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, sebab stasiun
memiliki potensi besar untuk menjadi cikal bakal kawasan ekonomi
terpadu. Hal ini didukung oleh banyaknya pengguna Kereta Api yang
keluar masuk stasiun dari pagi hingga malam hari, mengingat angkutan
Kereta Api biayanya lebih murah, keamanan lebih terjamin dan
mengurangi kepadatan lalu lintas jalan raya serta sekaligus mengurangi
kerusakan jalan.
22
5. Ketentuan Stasiun Kereta Api
a. Ketentuan Stasiun
Stasiun kereta api sendiri merupakan sebuah kesatuan sistem yang
kompleks. Pada dasarnya, sebuah bangunan stasiun terdiri dari dua
buah komponen , yaitu komponen utama dan komponen pendukung.
Komponen utama stasiun kereta api terdiri dari :
Jaringan rel, pusat control perjalanan kereta api, ruang administrasi
dan persinyalan
Peron / naik turunnya penumpang
Area sirkulasi , toilet , telepon umum dan tempat tunggu
penumpang.
Tempat penjualan tiket dan area sewa (retail space)
Tempat bongkar muat barang.
Area parkir.
Sedangkan komponen pendukung terdiri dari :
Tempat ibadah
Tempat istirahat bagi masinis dan pegawai
Restorasi
Tempat penitipan barang.
b. Ketentuan Khusus
1. Tipe-tipe Stasiun
Stasiun sebagai prasarana transportasi memiliki tingkat
kompleksitas yang sangat tinggi. stasiun dapat dibagi sesuai dengan tipe
dan karakteristik stasiun sebagai berikut :
a) Berdasarkan fungsi pelayanannya, stasiun dapat digolongkan
menjadi :
23
Stasiun Bandar Udara (Airport Statio)
Transportasi udara telah berkembang menjadi sebuah sektor yang
sangat tinggi pertumbuhannya dibidang ekonomi, dan menghubungkan
bandar udara ke pusat kota memakai jalur kereta api menjadi investasi
yang menguntungkan. Lokasi Bandar Udara yang jauh dipinggir kota
dapat langsung terhubung dengan pusat kota hanya dengan
menggunakan jalur kereta api. Pada umumnya stasiun ini terletak di
Negara yang telah memiliki sistem transportasi yang maju dan
sistematis.
Stasiun Internasional (International Station)
Kereta api yang digunakan pada jalur ini merupakan kereta api
cepat. Bahkan laut, gunung, sungai besar dan jurang tidak menjadi
halangan bagi jalur transportasi darat antarnegara.
Stasiun Kota (Town Station)
Stasiun dengan tipe seperti ini memiliki ukuran sedang dan
berfungsi di antara stasiun utama dan stasiun pinggiran kota (rural
station)
Stasiun Bawah Tanah (Underground Station)
Stasiun kereta api ini terletak dibawah tanah dan memiliki pintu
masuk menuju stasiun biasanya terletak dijalur pejalan kaki dan di
desain secara khusus agar mudah terlihat. Pada umumnya stasiun ini
melayani rute dalam kota.
24
b) Berdasarkan kedudukannya, stasiun dapat digolongkan menjadi :
Stasiun Akhiran / Awalan
Merupakan stasiun yang terletak pada awal maupun akhir tujuan
perjalanan kereta api. Jaringan rel berakhir di stasiun ini
Stasiun lanjutan / Antara
Stasiun ini terletak di tengah-tengah tujuan perjalanan kereta api
Stasiun Persilangan
Stasiun ini berfungsi membagi atau mengumpulkan 2 lintasan
kereta api dan terletak pada persimpangan jalur kereta api.
c) Berdasarkan ruang lingkupnya, stasiun dapat digolongkan menjadi
Stasiun Besar
Memiliki lingkup pelayanan , jumlah penumpang , rute yang
banyak. Terletak di kota besar, peron barang dan penumpang terpisah
dan dilalui semua jenis kereta api. Fasilitas yang ada di stasiun sangat
lengkap.
Stasiun Sedang
Terletak di kota menengah, jumlah penumpang dilayani tidak
terlalu banyak dan dilalui beberapa kereta api. Luas stasiun ini lebih
besar dari stasiun kecil namun lebih kecil dari stasiun besar.
Stasiun Kecil
Melayani rute tertentu dan pendek serta fasilitas yang ada
sederhan.
25
d) Berdasarkan letak dan bentuknya, stasiun dapat digolangkan
menjadi :
Stasiun kepala
Merupakan stasiun kereta api yang terletak pada akhir jalur kereta
rel dan posisi stasiun kereta api tegak lurus dengan jalan rel kereta.
Sering disebut sebagai stasiun akhir atau stasiun buntu.
Gambar II.2 Stasiun Kepala
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT.
Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Stasiun Terusan
Merupakan stasiun kereta api yang terletak pada tepi sebuah jalur
kereta api dan posisi stasiun kereta api sejajar dengan jalan kereta rel.
Gambar II.3 Stasiun Terusan
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT.
Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
26
Stasiun Pulau
Merupakan stasiun kereta api yang terletak diantara dua jalur rel
dan posisi stasiun kereta api sejajar dengan jalan kereta rel
Gambar II.4 Stasiun Pulau
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
2. Sistem Persinyalan (Signalling System)
Sistem persinyalan merupakan salah satu elemen penting. Di
Indonesia sistem persinyalan bersama sistem telekomunikasi
dimasukkan ke dalam satu divisi tersendiri. Sistem persinyalan
digunakan sebagai penunjuk bagi seorang masinis untuk menjalankan
rangkaian keretaq agar aman, nayaman dan selamat sampai tujuan
akhir.
3. Sistem Telekomunikasi
Selain sinyal, telekomunikasi juga merupakan suatu hal yang
sangat penting dan tidak dapat terpisahkan. Sistem telekomunikasi yang
digunakan di Indonesia saat ini terdiri dari 2 jalur, yaitu jalur
telekomunikasi melalui Telkom dan jalur intern PT.Kereta Api
Indonesia ( TOKA – Telepon Otomat Kereta Api) yang terhubung ke
semua stasiun.
27
4. Program Ruang Stasiun
a) Ruang Publik
Merupakan ruang atau area yang diperuntukkan atau
dipergunakan untuk umum. Jenis ruang publik yang terdapat pada
bangunan stasiun meliputi :
Entrance
Merupakan suatu area dalam memasuki bangunan stasiun.
Entrance memiliki akses pencapaian yang jelas dan mempunyai akses
pedestrian ke daerah parker dan memiliki tingkat aksesbilitas tinggi
bagi semua orang termasuk difabel.
Hall
Merupakan ruang depan yang berfungsi sebagai ruang penerima
baik pengelola, pengantar, penjemput, dan penumpang kereta api.
Lobby
Merupakan daerah yang sering digunakan oleh pengelola,
penjemput, maupun penumpang kereta api. Ruang lobby memerlukan
kedekatan dengan ruang tunggu, restoran, peron, informasi, agen
perjalanan dan pemesanan taksi.
Informasi
Merupukan pelayanan stasiun yang fungsinya memberikan
informasi kepada calon penumpang, penumpang atau pengantar yang
berkaitan dengan operasional atau pejalanan kereta api dan fasilitas
yang ada di stasiun. (Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta
Api Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
28
Ruang tunggu
Merupakan ruang yang berfungsi sebagai tempat tunggu
tambahan dari lobby. Ruang tunggu sangat diperlukan untuk menunggu
kedatangan kereta api. Pelayanan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu :
- Pelayanan Ruang Tunggu Umum
Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang kereta
api.
- Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif
Pelayanan ini diperuntukan untuk penumpang kereta api kelas
eksekutif
- Pelayanan Ruang Tunggu VIP
Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari
lembaga pemerintah dan tamu khusus.
Pelayanan ruang tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia
di stasiun besar, sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi
pelayanan ruang tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kecil hanya
mempunyai pelayanan ruang tunggu umum. (Sumber : “Pedoman
Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia
(Persero)2011)
29
Gambar II.5 Fasilitas Ruang Tunggu
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Restaurant , Pertokoan , ATM , Money Changer , TITAM ,
Counter Hotel & Travel
- Pelayanan Restoran
Merupakan pelayanan yang ada di stasiun yang melayani
penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh penumpang
dan menyediakan tempat untuk makan dan minum. Dimana jam
operasionalnya dapat disesuakian dengan jam operasional kereta api.
- Pertokoan
Adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman atau
kebutuhan yang lain. dengan jam operasional menyesuaikan jam
operasional kereta api.
- Pelayanan ATM
Pelayanan untuk dapat berstransaksi tunai atau non tunai yang ada
di stasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar dan sedang minimal
harus ada 1 ATM center dimana harus ada 3 merchant bank, dengan
30
jenis banknya disesuaikan dengan kebuthan di stasiun. Untuk stasiun
kecil pelayanan ATM disesuakian dengan accupancy penumpang.
- Money Changer
Pelayanan penukaran mata uang asing dimana layanan ini harus
disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan terhadap
penumpang bisa optimal.
- TITAM
Layanan tiket terpadu antar moda dimana penumpang dapat
menikmati layanan tiket tunggal yang dapat dipakai dua hingga tiga
jenis transportasi sekaligus sehingga penumpang kereta api yang akan
melanjutkan perjalanan dengan bus atau kapal tidak perlu membeli tiket
berkali-kali.
- Counter Hotel & Travel
Layanan di stasiun dimana penumpang dapat memilih layanan
penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.
Ketersediaan Titam , Counter Hotel & Travel di stasiun
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing stasiun. (Sumber :
“Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT. Kereta Api
Indonesia (Persero)2011)
Peron
Merupakan ruang atau area yang dipergunakan oleh penumpang
kereta api untuk naik dan turun kereta api. Hal-hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area peron adalah
sebagai berikut:
31
a. Area peron harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang
memadai, papan nama peron, papan nama jalur KA, papan
petunjuk arah, petunjuk waktu, tanda batas aman peron dan papan
peringatan/larangan.
b. Untuk memenuhi aspek kenyamanan, peron di stasiun besar,
stasiun sedang dan stasiun komuter harus dilengkapi dengan
overkaping.
c. Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang
harus dilengkapi dengan ramp sehingga aksesibel bagi penyandang
cacat dan memudahkan bagi orang yang membawa barang dengan
alat bantu angkut beroda.
Pelayanan Penitipan dan Pengantar Barang
Merupakan pelayanan tambahan yang harus ada di stasiun
sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya adalah untuk tempat
menitipkan barang sementara yang dapat dimanfaatkan oleh
penumpang kereta api, dengan membayar tariff sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di stasiun.
Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta
kedalam kereta api atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan
dikoordinasi oleh petugas stasiun agar keberadaannya dapat membantu
penumpang dan memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam
32
stasiun atau sebaliknya. (Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun
Kereta Api Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Pelayanan Untuk Penyandang Cacat dan Lansia
Pelayanan untuk penyandang cacat atau lansia yaitu layanan yang
dapat dimanfaatkan bagi penyandang cacat (difable) dan orang usia
lanjut untuk kemudahan atau aksesbilitasnya di dalam stasiun yang
tentunya sampai orang penyandang cacat dan lansia tersebut
mendapatkan pelayanan yang diperlukan di dalam stasiun atau sampai
masuk ke dalam kereta api.
Pelayanan ini dapat berupa kursi roda, dan prioritas untuk
menggunakan lift pada stasiun. Ramp harus tersedia di semua kelas
stasiun yang di desain sesuai dengan kebutuhan untuk membantu
memudahkan penyandang cacat dan lansia naik peron sehingga bisa
dengan mudah masuk ke dalam kereta api. (Sumber : “Pedoman
Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia
(Persero)2011)
Pelayanan untuk Ibu Menyusui
Pelayanan yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui adalah
ruangan khusus yang bisa disatukan dengan ruangan eksekutif dengan
ukuran minimal untuk 5 orang dengan dinding pembatas sehingga ibu
yang menyusui merasa aman. (Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun
Kereta Api Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
33
Pelayanan Smoking Area
Pelayanan smoking area adalah pelayanan tempat atau ruangan
khusus di stasiun yang disediakan bagi penumpang yang merokok,
sehingga tidak mengganggu penumpang lain yang tidak merokok.
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT.
Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Lavatory dan Mushola
Merupakan toilet yang diperuntukkan bagi pengelola, pengantar,
penjemput maupun penumpang kereta api untuk buang air besar , buang
air kecil dan sebagainya. Lavatory pada bangunan stasiun terdapat lebih
dari satu dan penggunaan antara pria dan wanita dipisahakan.
Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di
stasiun tanpa dipungut biaya atau jasa atas penggunaan pelayanan
tersebut yang dapat dipakai untuk buang air kecil dan air besar.
Gambar II.6 Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan
Kelas Stasiun
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
34
Pelayanan mushola yaitu pelayanan tempat untuk beribadah bagi
yang beragama islam dengan ketentuan minimal harus tersedia tempat
wudhu untuk pria dan wanita. Mushola minimal harus dilengkapi
pengeras suara, kipas angin atau pendingin udara dan perangkat sholat.
Mushola harus dapat digunakan oleh minimal 4 orang pria dan 4 orang
wanita untuk stasiun besar, 4 orang pria atau wanita untuk stasiun
sedang dan kecil. (Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api
Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
b) Ruang Privat
Jenis ruang privat yang terdapat pada bangunan stasiun terdiri
dari:
Ruang pengelola
Merupakan ruang yang dipergunakan oleh pengelola dalam
mengawasi dan mengelola kegiatan yang ada dalam stasiun.
Ruang pengelola dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
- Ruang pengelola non teknis
- Ruang pengelola teknis
Ruang administrasi
Merupakan ruang yang dipergunakan untuk mewadahi kegiatan
administrasi dalam stasiun.
Ruang Pertemuan
Merupakan ruang yang dipergunakan untuk mengadakan rapat,
acara pertemuan , atau acara-acara yang lain.
c) Ruang Kontrol / Pengendali
Merupakan ruang untuk mengendalikan kelancaran dan
keselamatan perjalanan kereta api. Dari ruang ini petugas stasiun
35
mengirimkan sinyal yang diteruskan kepada masinis kereta api, dengan
demikian masinis dapat mengatur kecepatan laju kereta api agar tepat
dan selamat sampai tujuan.
d) Ruang kereta api
Jenis area kereta api yang terdapat dalam bangunan stasiun
meliputi :
Ruang perbaikan dan perawatan kereta api
Ruang pembaharuan kereta api
Ruang peristirahatan kereta api
6. Pengelolaan Bangunan Heritage
Indonesia merupakan negara yang pernah dijajah oleh Belanda.
Dalam penjajahannya Belanda banyak memberikan dampak positif dan
negatif. Dampak positif yang dibawa oleh Belanda salah satunya adalah
berkembangnya pembangunan di Indonesia. Penjajahan tersebut telah
terjadi puluhan tahun silam.
Perkembangan pembangunan yang dilakukan oleh Belanda
menghasilkan karya karya arsitektur yang sangat menarik di jaman
sekarang. Banyak contoh bangunan yang dihasilakn seperti Stasiun,
Kantor , Benteng, dan lain-lain. Karya arsitektur yang masih ada di
jaman sekarang haruslah dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya,
karena merupakan salah satu bukti sejarah Negara Indonesia.
Stasiun merupakan salah satu bangunan yang mendapat sentuhan
Belanda pada masa penjajahannya. Sehingga hampir semua stasiun di
Indonesia merupakan bangunan bersejarah yang harus dilestarikan dan
36
dipertahankan keberadaannya. Tiap tiap bangunan perkereta-apian
memiliki keunikan dan keistimewaan sendiri, baik sejarah , karakeristik
bangunan, lokasi maupun kondisi pada saat ini.
Bangunan bersejarah tersebut memiliki pedoman teknis dalam
cara pelestariannya, berikut cara atau teknis melestarikan bangunan
bersejarah menurut PT.Kereta Api Indonesia
Pemeliharaan / Perawatan
Adalah upaya perawatan bangunan dan lingkungan agar tetap
lestari.
Preservasi
Adalah upaya menjaga dan merawat bangunan keutuhan
bangunan dan lingkungan pada kondisinya yang ada serta memastikan
tidak terjadi kerusakan yang berlanjut
Pelestarian/Konservasi
Adalah proses mempertahankan bangunan dan lingkungannya
agar cultural significance-nya (nilai budaya) tetap dapat dipertahankan.
Di dalamnya termasuk pemugaran, pemeliharaan, perawatan, yang
sesuai situasi dan kondisi yang ada
Restorasi
Adalah upaya mengembalikan kondisi bangunan seperti keadaan
masa lampau, upaya ini perlu pendokumentasian yang baik dengan
menyusun ulang komponen-komponen yang ada tanpa bahan baru
Rekontruksi
37
Adalah upaya mengembalikan bangunan dan lingkungannya
sedapat mungkin mendekati kondisi di masa lampau dengan
mengunakan bahan-bahan lama yang sesuai dari hasil rekomendasi
yang dikeluarkan oleh pemangku kebijakan cagar budaya.
Adaptasi / Renovasi / Rehabilitasi
Adalah upaya memodifikasi bangunan dan lingkungannya agar
memenuhi kebutuhan saat ini sesuai fungsi baru yang tepat (compatible
uses) namun tetap menjaga kualitas dan keaslian bangunan semaksimal
mungkin .
Pemanfaatan
Adalah pendayagunaan bangunan beserta lingkungannya untuk
kepentingan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
(Sumber : heritage.kereta-api.co.id)
38
D. TINJAUAN KHUSUS INTERIOR STASIUN KERETA API
1. Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan di Stasiun Kereta Api adalah :
a) Pengelola
Orang yang mengatur organisasi dan kegiatan dalam stasiun, baik
perawatan stasiun maupun urusan pengaturan perjalanan kereta api,
yang terdiri dari Kepala Stasiun Besar , Wakil Kepala Stasiun Besar ,
Staff, dan lain-lain.
Gambar II.7 Struktur Organisasian Stasiun
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
b) Konsumen / Pengunnjung
Konsumen atau pengunjung dalam stasiun kereta api terbagi
menjadi dua, yaitu :
39
Segmen Khusus
Masyarakat yang menggunakan jasa perkeretaapian yang daya
aktivitasnya cukup tinggi (masyarakat yang sering menggunakan jasa
kereta api saat berpergian)
Segmen Umum
Masyarakat luas yaitu pengguna jasa perkeretaapian dan para
pengantar maupun masyarakat biasa
Pengusaha
Pengusaha yang bergerak di bidang penjualan makanan ataupun
cindramata dan lain-lain yang ada dalam stasiun.
2. Aktivitas / Kegiatan Penghuni
a. Kegiatan Utama
1) Kegiatan Informasi
Fungsi
Suatu kegiatan yang berfungsi memberikan segala informasi
kepada masyarakat mengenai perjalanan kereta api pada khususnya.
Karakteristik Kegiatan Informasi
Dibutuhkan suasana terbuka, informatif, aman dan nyaman.
Pola Aktifitas Informasi
Informasi pada Stasiun Kereta Api ada dua macam , yaitu :
40
- Informasi Aktif
Informasi yang didapat langsung dari manusia atau informan
atau dengan wawancara atau konsultasi.
- Informasi Pasif
Informasi yang didapat dari media lain (media massa , internet
dan lain-lain)
2) Kegiatan Pemasaran
Fungsi
Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menjual atau
mengiklankan produk ataupun jasa yang berhubungan dengan
perkeretaapian pada khususnya kepada masyarakat.
Karakteristik Kegiatan Pemasaran
Kegiatan pemasaran ini merupakan proses kegiatan komunikasi
visual antara penjual dan pembeli secara langsung, maka diperlukan
suasana yang komunikatif, informatif, rekreatif , santai , aman dan
nyaman
3) Kegiatan Promosi
Fungsi
Adalah suatu kegiatan yang menginformasikan atau
memperkenalkan suatu jasa atau produk kepada masyarakat
41
Karakteristik Kegiatan Promosi
Dikarenakan kegiatan promosi ini merupakan proses kegiatan
konsultasi, pengamatan dan komunikasi visual antara pengamatan
dengan objek secara langsung, maka diperlukan suasana yang
komunikatif, informatif, rekreatif, santai, aman dan nyaman
b. Kegiatan Pengunjung
1) Kegiatan Pengolahan
Fungsi
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan yang berlangsung dalam wadah stasiun kereta api dengan
harapan agar aktivitas yang ada tetap dapat berlangsung dengan lancer
dan saling mendukung.
Karakteristik Kegiatan Pengelola
Karena Kegiatan ini adalah kegiatan pengawasan dan kordinasi
maka dibutuhkan suatu karakteristik ruang yang aman , nyaman ,
komunikatif serta mendukung proses kerja.
42
2) Kegiatan menunggu
Fungsi
Suatu kegiatan menanti kereta api yang datang ataupun akan
pergi.
Karakteristik kegiatan menunggu
Menunggu merupakan kegiatan yang menimbulkan kebosanan
dan kejenuhan, Dibutuhkan karakteristik ruang yang rekreatif,
komunikatif, aman dan nyaman.
3) Kegiatan Refreshing
Fungsi
Kegiatan menyegarkan badan ataupun pikiran untuk
menghilangkan kejenuhan ataupun kebosanan.
Karakteristik kegiatan Refreshing
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang harus membuat senang
maka dibutuhkan karakteristik ruang yang menyenangkan, komunikatif,
aman dan nyaman
43
3. Fasilitas Ruang dan Besaran Ruang
a. Ukuran dasar Ruang
Ukuran dasar ruang meliputi panjang , lebar , dan tinggi ,
digunakan sebagai pedoman untuk mendesain bangunan sehubungan
dengan pemenuhan asas aksesibilitas pada bangunan.
Ukuran dasar ruang di Stasiun mengacu kepada dua ukuran dasar
sebagai berikut :
- Ukuran Dasar Umum,
Meliputi ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang
digunakan, ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya
Gambar II.8 Ukuran umum orang dewasa
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
44
Gambar II.9Ruang Gerak Bagi Tuna Netra
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.10 Ukuran Kursi Roda
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
45
Gambar II.11 Ukuran Putar Kursi Roda
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.12 Belokan dan Papasan Kursi Roda
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
- Ukuran Dasar Khusus,
Disesuaikan dengan ukuran sarana dan prasarana
perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang
dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan sarana sehubungan
dengan kegiatan operasional kereta api di stasiun.
46
Gambar II.13 Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi
dan non Elektrifikasi
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.14Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
47
Gambar II.15 Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.16 Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk
Jalur Ganda
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
b. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun
Ruang-ruang di stasiun adalah tempat untuk berbagai aktifitas dan
fasilitas pelayanan jasa angkutan kereta api yang berada di stasiun.
Ruang-ruang ini merupakan bagian dari bangunan stasiun yang berupa
48
ruangan kerja, ruangan pelayanan, hall, teras, area terbuka, jalur kereta
api, peron, jalur pejalan kaki, pelataran parkir dan lain-lain.
Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan
aktifitas dan fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut.
Secara umum, pembagian ruang di stasiun berdasarkan fungsinya
meliputi:
Ruang Untuk Kegiatan Pokok
a. Ruang Petugas Operasional, yang meliputi:
1) Ruang Kepala Stasiun (KS), yaitu ruang yang diperuntukan
bagi Kepala Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur
kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.
2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS), yaitu ruang dinas Wakil
Kepala Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.
3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA), yaitu
ruangan khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan
bagi petugas untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh
masinis, serta bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini
harus memadai untuk penempatan peralatan operasional yang
diperlukan oleh PPKA.
4) Ruang Pengawas Peron (PAP), yaitu ruang pengawas petugas
stasiun yang berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta
dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk
memberika layanan informasi melalui pengeras suara kepada calon
49
penumpang kereta api.
5) Ruang Keuangan, yaitu ruang yang mempunyai fungsi utama
sebagai ruang administrasi dan perbendaharaan stasiun.
6) Ruang Serbaguna, yaitu ruang yang disediakan untuk
menunjang operasional stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk
keperluan petugas.
7) Ruang Peralatan, yaitu ruang yang disediakan untuk
menyimpan alat-alat yang digunakan untuk keperluan stasiun
missal alat kebersihan, dan sebagainya.
8) Ruang UPT Kru KA, yaitu ruang yang disediakan bagi Kru KA
yang berdinas untuk menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
9) Ruang Istirahat Kru KA, yaitu ruang khusus istirahat yang
dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan
atau selesai berdinas sehingga kondisinya selalu dalam keadaan
siap tugas.
10) Ruang Petugas Keamanan, yaitu ruang petugas keamanan
stasiun yang disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi
petugas keamanan termasuk tempat untuk istirahat petugas
keamanan stasiun.
11) Ruang Petugas Kebersihan, yaitu ruang yang disediakan bagi
petugas kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan
50
tugasnya di stasiun. (Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun
Kereta Api Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
b. Ruang Pelayanan dan Publik,meliputi:
1) Ruang Hall
2) Ruang Loket
3) Ruang Pelayanan Informasi
4) Ruang Tunggu VIP
5) Ruang Tunggu Eksekutif
6) Ruang Tunggu Umum
7) Ruang Peron
8) Ruang Pelayanan Kesehatan
9) Ruang Toilet Umum
10) Ruang Mushola
11) Ruang untuk Ibu Menyusui
Ruang Untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus
Ruang ini adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan
komersial yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang
kegiatan penyelenggaraan jasa angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini
meliputi:
a. Ruang Pertokoan,
b. Ruang Restoran,
c. Ruang Parkir Kendaraan,
51
d. Ruang Gudang,
e. Ruang Penitipan Barang,
f. Ruang Bongkar Muat Barang,
g. Ruang ATM,
h. Ruang Reservasi Hotel dan Travel.
Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun
Setiap ruang di stasiun memiliki ukuran tertentu sesuai dengan
aktifitas dan fasilitas pelayanan yang berada di dalamnya. Penentuan
ukuran ruang harus mempertimbangkan berbagai hal sehubungan
dengan kapasitas, utilitas, aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna ruangan. Sehubungan dengan kapasitas
ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat dihitung dengan
formulasi sebagai berikut:
L = 0,64 m2/orang x V x LF
L = luas ruang pelayanan dan publik (m2)
V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun
(orang)
LF = load factor (100%) = 1
Penentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang
dan jasa pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya
menyangkut jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap
memenuhi aspek-aspek aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan
52
kenyamanan. (Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api
Indonesia” , PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.17 Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di
Stasiun
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
53
Gambar II.18 Tipikal Ruang Kepala Stasiun
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.19 Ruang Wakil Kepala Stasiun
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
54
Gambar II.20 Tipikal Ruang PPKA
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.21 Tipikal Ruang PAP
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
55
Gambar II.22 Tipikal Ruang Keuangan
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.23 Tipikal Ruang Serbaguna
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
56
Gambar II.24 Tipikal Ruang Peralatan
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.25 Tipikal Ruang UPT kru KA
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
57
Gambar II.26 Ruang Istirahat Kru KA
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.27 Tipikal Ruang Petugas Keamanan
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
58
Gambar II.28 Tipikal Ruang Petugas Kebersihan
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.29Tipikal Ruang Hall
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
59
Gambar II.30 Tipikal Ruang Loket
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.31 Tipikal Ruang Informasi
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
60
Gambar II.32 Tipikial Ruang Tunggu VIP
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.33 Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
61
Gambar II.34 Tipikal Ruang Tunggu Umum
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.35 Tipikal Ruang Kesehatan
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
62
Gambar II.36 Tipikal Toilet
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.37Tipikal Mushola
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
63
Gambar II.38 Tipikal Ruang Ibu Menyusui / Laktasi
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun
penumpang kereta api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi,
peron sedang dan peron rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta
api (side platform) dan di antara dua jalur (island platform).
Gambar II.39 Ukuran Teknis Peron
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron
dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
64
b = 0,64 m2/orang x V x LF
l
Keterangan :
b = lebar peron (meter)
V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (80%)
l = panjang peron sesui dengan rangkaian terpanjang KA penumpang yang
beroperasi (meter)
Pembangunan peron baru harus menggunakan jenis peron tinggi
atau peron rendah. Peron sedang dipertimbangkan tidak memenuhi
aspek efisiensi utilitas karena operasionalnya masih harus
menggunakan tangga khusus(bancik) untuk naik turun penumpang.
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” , PT.
Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.40 Potongan Melintang Peron Tinggi
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
65
Gambar II.41 Melintang Peron Rendah
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
4. Sirkulasi Ruang
Sistem sirkulasi ruang terdapat lima macam, yaitu:
a. Sirkulasi Linier
Merupakan alur sirkulasi yang lurus, namun dapat
melengkung atau terdiri dari segmen-segmen,
memotong jalan lain, bercabang atau membentuk
kisaran (loop). Dicirikan dengan garis-garis gerakan
yang sinambung pada satu arah atau lebih.
b. Sirkulasi Grid
Mempunyai karakteristik yang dapat
memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah
yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar
yang berpotongan.
c. Sirkulasi Radial
66
Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu
titik pusat yang fungsional dan memudahkan
pencapaian sepanjang titik-titik tersebut yang
merupakan tujuan bagi pengunjung.
d. Sirkulasi Organik
Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak,
kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi
atau logic dari sistem tersebut dan penafsiran
yang mudah terhadapnya oleh pengguna.
e. Sirkulasi Network
Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa
jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam
ruangan.
Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun
Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar
pengaturan orang di stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan
berdampak langsung terhadap kenyamanan penumpang.
Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3 yaitu :
c. Zona penumpang bertiket atau Zona I
Merupakan temmpat steril yang khusus disediakan bagi
penumpang bertiket yang telah siap memasuki kereta api.
Tempat ini adalah area peron dan jenis peron tinggi
merupakan rekomendasi untuk standarisasi stasiun.
d. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
Merupakan tempat yang disediakan bagi calon penumpang
bertiket yang menunggu datangnya kereta yaiut ;
- Ruang tunggu ( umum, eksekutif dan VIP)
67
- Semua ruang dalam yang ada di stasiun setelah calon
penumpang melewati tempat pemeriksaan tiket / portir.
e. Zona Umum atau Zona III
Merupakan tempat dimana calon penumpang, pengantar dan
orang umum mendapatkan pelayanan sebelum masuk
kedalam zona II. Zona III dimaksud adalah zona calon
penumpang dan umum sebelum diperiksa tiketnya atau
sebelum masuk peron, yang termasuk zona I adalah ;
- Hall
- Tempat parkir
- Halaman Stasiun ; dan semua ruang yang dibatasi oleh
tempat pemeriksaan tiket / portir.
Dari pembagian zona diatas dapat di gambarkan alur sirkulasi
pada stasiun kereta api adalah
Gambar II.41 Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
68
Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Tidak terjadi perpotongan antara akses masuk dan akses keluar
penumpang , baik yang akan naik KA maupun turun dari KA.
Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun.
Kapasitas / Ukuran pintu masuk dan keluar penumpang sesuai
dengan volume penumpang yang ada.
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
Gambar II.42 Contoh penerapan alur sirkulasi pada Stasiun Bandung
(Sumber : “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia” ,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)2011)
69
5. Organisasi Ruang
Menurut Francis D.K Ching ada lima macam perorganisasian
ruang, yaitu:
a. Organisasi terpusat
Merupakan komposisi terpusat yang
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat
yang besar dan dominan. Organisasi terpusat
bersifat stabil.
Kelebihannya adalah:
1. Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan
efektivitas yang tinggi.
2. Menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang yang secara
geometris teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
Kelemahannya adalah:
Karena bentuknya teratur harus cukup ruang untuk
mengumpulkan sejumlah ruang sekunder di sekitarnya.
b. Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang
yang berhubungan langsung satu sama lain atau
dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda
dan terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang mirip
dalam hal ukuran, bentuk dan fungsinya.
Kelebihannya adalah dapat bertukar fungsi sebagai penunjuk arah
sekaligus menggambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena
karakternya yang memanjang.
Kelemahannya adalah bentuk ruangnya kurang variatif tapi dapat
memaksimalkan pencapaian ukuran luas.
70
c. Organisasi radial
Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini
terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana
sejumlah organisasi-organisasi linier berkembang
seperti bentuk jari-jarinya.
Organisasi radial adalah sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang
ke luar ruang lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini
dapat meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu
atau benda-benda lapangan lainnya. Kelebihannya adalah mudah
menyesuaikan kondisi lingkungan. Kelemahannya adalah
membutuhkan banyak ruang.
d. Organisasi cluster
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan
penempatan peletakan sebagai dasar untuk
menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya.
Sering kali penghubungnya terdiri dari sel-sel ruang
yang berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan memiliki
persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi. Suatu
organisasi cluster dapat juga menerima ruang-ruang yang berlainan
ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang
lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau
menurut sumbu.
Kelebihannya adalah:
1. Organisasi cluster dapat menerima ruang yang berlainan ukuran
bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lainnya
berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti semetri atau
menurut sumbunya.
2. Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan
langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak
berasal dari konsep geometri yang kaku.
71
Kelemahannya adalah:
Tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam pola
organisasi cluster signifikasi sebuah ruang harus ditegaskan pada
ukuran, bentuk atau orientasi di dalam polanya.
e. Organisasi grid
Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan
ruang-ruang dimana posi-posisinya dalam ruang
dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid
tiga dimensi atau dengan bidang.
Suatu grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik-
titik yang menentukan pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar.
Suatu organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama, walaupun
berbeda dalam ukuran, bentuk atau fungsi.
Kelebihannya adalah:
1. Organisasi grid ini dapat memiliki hubungan bersama walau
berbeda dalam hal ukuran, bentuk, fungsi.
2. Suatu grid dapat juga mengalami perubahan bentuk yang lain
dengan cara pengurangan, penambahan kepadatan atau dibuat
berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid tetap dipertahankan
oleh kemampuan mengorganisir ruang.
Kelemahannya adalah :
Dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang semua
diatur oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga sifatnya
tidak fleksibel. Musik center ini memakai pola sirkulasi ruang
terpusat, karena letaknya yang terpisah-pisah antara ruang yang
satu dengan yang lain dan efektivitas kegiatan yang tinggi sehingga
dipilih pola sirkulasi ini agar musik center ini juga tetap memiliki
pola yang terarah dan aktivitas yang ada di dalamnya dapat
berjalan dengan baik tanpa mengganggu aktivitas lainnya.
72
6. Komponen Pembentuk Ruang
Dalam setiap pembahasan desain interior tidak lepas dari
pengertian tentang ruang. Adapun yang dimaksud ruang adalah.
”Suatu wadah dari objek-objek yang adanya dirasakan secara subjektf
dapat dibatasi oleh elemen-elemen buatan sepeti garis, bidang, dan
lain-lain maupun elemen alam” (Pamudji Suptandar, 1982, hal. 34)
Yang termasuk unsur pembentuk ruang antara lain adalah:
b. Lantai
Batasan pengertian lantai, adalah :
1. Lantai merupakan bagian bangunan yang berada di bawah
dan diinjak.
2. Lantai permukaan bangunan di dalamn ruang dimana orang
berjalan.
3. Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas
dan ruang dimana aktivitas manusia dilakukan diatasnya dan
mempunyai sifat/fungsi ruang.
4. Sebagai pembagi ruang anatar tingkat satu dengan tingkat
berikutnya. (Sumber : P. Suptandar, 1982; 2-3)
Persyaratan lantai adalah :
1. Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.
2. Mudah dibersihkan dan tahan terhadap kelembaban,
3. Kedap suara dan memberikan rasa hangat pada kaki
(Sumber : P. Suptandar, 1982; 5-6)
c. Dinding
Dinding mempunyai pengertian dan fungsi yaitu :
1. Dinding berfungsi sebagai pemikul beban diatas.
2. Fungsi penutup atau pembatas ruangan, baik visual maupun
akustik.
3. Mengahadapi alam luar dan ruangan dalam :
a. Radiasi sinar cahaya dan sinar kalor matahari
b. Radiasi sumber –sumber kalor dari dalam
73
c. Isolasi atau pengahalang kalor yang dating dari luar
d. Pemeliharaan suhu yang diminta dalam ruangan
e. Pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembapan
f. Pengatur terhadapa arus angin luar
g. Pengaturan ventilasi di dalam ruangan
(Sumber : Y.B Mangun Wijaya, 2000:339)
d. Ceiling
Ceiling bersal dari kata “ceil” yang berarti melindungi dengan
suatu bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang. Secara umum
dapat dikatakan ceiling adalah sebuah bidang/permukaan yang terletak
diatas garis pandang normal manusia, berfungsi sebagai
pelindung/penutup lanatai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk
ruang dengan bidang yang ada dibawahnya. (P. Suptandar, 1982:56).
Dalam interior, ceiling didefinisikan sebagai bidang penutup
atau pembatas bagian atas sebuah dalam yang terbentuk dari bidang
alas dan dinding-dinding yang terletak pada keempat sisi. Fungsi
ceiling sendiri antara lain:
a. Sebagai pelindung kegiatan manusia
b. Sebagai pembentuk ruang bersama-sama dengan dindning dan
lantai membentuk suatu ruang dalam
c. Sebagai skylight yaitu meneruskan cahaya alamiah kedalam
bangunan
d. Sebagai penunjang unsur dekoratif ruang dalam
e. Sebagai perdam suara/akustik (Sumber : P. Suptandar, 1982; 75-
58)
7. Elemen Pengisi Ruang
Pengunaan perabot selalu menunjuk pada kegiatan pemakainya
dan kegiatan disini merupakan titik awal perencanaan interior,
hal ini menunjukkan bahwa pengisi ruang yang utama adalah
perabot/ furniture, sedang pelengkap lainnya hanya sebagai
tambahan pengisi ruang.
74
a. Pengertian perabot
Kata perabot berasal dari bahasa jawa yang berarti alat
atau perkakas, bila dihibungkan dengan rumah maka perabot
adalah meja, kursi, almari, dan lain sebagainya. ( W.J.S
Poerwodarminto, 1976 , hal.34 ).
Semua perabot harus fungsional, nyaman dipakai
memiliki ketahanan yang baik, memiliki sifat dan skala
yang tetap sesuai dengan keadaan tertentu, tetapi situasi-
situasi tertentu mempunyai perbedaan yang lain, sehingga
pemilihan objek yang terbaik untuk situasi tertentu menjadi
hal yang harus dicari jalan keluarnya. Pelengkap pada elemen
pengisi ruang interior merupakan faktor pelengkap atau
factor yang tidak terlalu vital pada perancangan interior,
seperti aksesoris interior ataupun penghias. Pelengkap
jugabisa berupa alat pembantu untuk pemakai ruangan,
seperti jam dinding, layar informasi, juga yang bersifat
menghias seperti lukisan,karya seni patung, dan karya seni
lainnya.
8. Sistem Interior
Untuk menciptakan ruang yang diinginkan, maka diperlukan
unsur-unsur sistem. Sebuah teori mengatakan bahwa interior sistem
adalah “tata cahaya, tata hawa, dan tata suara yang masing-masing
bertujauan untuk mencapai kenikmatan bagi para pemakai ruang
(Arnold Freidman, Forest Wilson dan Jhon F pile, 1977, hal. 230)
a. Pencahayaan
Cahaya memiliki fungsi yang sangat vital karena
menjadi syarat dalam penglihatan manusia. Meski demikian,
cahaya berlebihan akan memberi dampak kesilauan,
sehingga untuk mencapai kesesuaian harus berdasarkan
kebutuhan yang dituntut untuk mendapatkan efektivitas dan
75
efisien tinggi. Sebagai tujuan adanya sumber cahaya
didalam ruang, dijelaskan sebagai berikut.
1. Cahaya memungkinkan penghuni bergerak dan
berjalan secara mudah dan aman.
2. Cahaya menciptakan lingkungan yang memungkinkan
penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan
visual secara mudah dan tepat .
3. Cahaya menciptakan lingkungan visual yang nyaman
dan berpengaruh baik terhadap prestasi.(Kusudiarjo
Hadinoto , 1978, hal. 37)
Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan buatan.
Untuk pencahayaan alami, diperoleh langsung dari sinar matahari
dengan memberi lubang cahaya atau dengan cara dipantulkan pada
bidang sekitarnya. Untuk pencahayaan buatan, yaitu pencahayaan
dengan memanfaatkan energi listrik melalui media lampu sebagai
sumber penerangan (Prasasto Satwiko, 2004, hal.93).
Berdasarkan sumbernya, adapun jenis pencahayaan yaitu:
a. Pencahayaan Alam (Natural lighting)
Yang dimaksud penerangan alami disini adalah pencahayaan
yang berasal dari alam seperti, sinar matahari, sinar bulan,
sinar api dan sumber lain dari alam (fosfor, dan sebagainya).
Namun pada umumnya sumber cahaya alami yang biasa
digunakan dalam pencahayaan ruang adalah sinar matahari.
Cahaya alam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Pencahayaan langsung
Pencahayaan langsung yaitu pencahayaan yang
berasal dari sinar matahari secara langsung melalui atap,
jendela, genting kaca dan lain-lain.
2. Pencahayaan tidak langsung
Pencahayaan tidak langsung adalah cahaya yang
diperoleh dari sinar matahari secara tidak langsung, sistem
76
pencahayaan tersebut di biaskan melalui skylight, permainan
bidang kaca dan lain-lain.
3. Pencahayaan buatan (Artificial lighting)
Pencahayaan buatan ialah penerangan yang berasal
dari cahaya buatan manusia, seperti cahaya lampu
(J.Pamudji Suptandar , 1999, hal. 225).
Pada umumnya sumber cahaya buatan yang kita gunakan
dalam perencanaan interior adalah pencahayaan lampu listrik.
Seperti dijelaskan dalam Human Faktor Design Hand book
bahwa, “Cahaya buatan dipakai apabila tidak cukup cahaya alami
untuk dapat digunakan melihat pekerjaan yang diinginkan dan
atau apabila untuk mengendalikan warna cahaya pada suatu
ruangan tertentu”. (Wesly E woodson, 1981, hal. 149).
Pencahayaan lampu tersebut dapat digunakan sebagai
sumber cahaya bagi kegiatan sehari-hari dan menciptakan unsur
keindahan dalam desain suatu ruangan. Kita banyak menggunakan
cahaya buatan pada perancangan interior suatu bangunan untuk
menciptakan suatu kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan
kebutuhan dan fungci ruangan tersebut, agar menimbulkan
kenyamanan bagi penghuninya. Contoh sumber cahaya buatan antara
lain adalah:
a. Lampu Pijar (incandescent)
Lampu pijar terdiri dari tiga pokok yaitu basis, filamen
(benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya (fluks
cahaya) yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang
menyala tergantung pada suhu filamennya. Dengan
memperbesar input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi
bergeser ke arah gelombang cahaya lebih pendek an lebih
banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar
sebagai sumber cahaya umumnya dengan melapisi bola lampu
dengan maksud mendifusikan cahaya.
77
Gambar II.43 lampu Pijar (incandescent)
(Sumber : iniunic.blogspot.com . Senin 17 Juni 2013. Jam
02.18 WIB)
b. Lampu Fluorescent
Bentuk lampu ini dapat berupa tabung (tube lamp)
maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu lampu
pelepas listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah.
Lampu fluorescent generasi terbaru penggunaan listriknya
semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi
speltralnya mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi
penyimpangan warna.
Gambar II.44 Lampu Fluorescent
( Sumber : elektronika-dasar.web.id . Senin 17 Juni 2013.
Jam 02.19 WIB)
c. Lampu HID (High-Intensity Discharge Lamps)
Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat
logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan
listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri
bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40 – 60 lm/watt.
Dibutuhkan waktu antara 3 – 8 menit (untuk menguapkan
merkuri) sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena itu
78
disebut lampu metal-halida. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal dalam pencahayaan, dipakai beberapa type lampu
antara lain yaitu:
1. Flood Light, lampu yang menghasilkan sudut pencahayaan
sebesar 100o – 180o
2. Sot Light, lampu dengan hasil cahaya yang menyebar,
sehingga tidak banyak menimbulkan bayangan.
3. Special Flood Light, lampu dengan sudut kasus kurang dari
100o
4. Reflector Spotlight, merupakan reflektor yang sederhana
dan mudah menyesuaikan dengan sudut pencahayaan dan
pengoperasian.
5. Sealed Beam Lamp, lampu dengan reflektor bervariasi
6. Lens Spotlight, terdiri dari lensa sederhana dengan atau
tanpa reflector.
7. Profile Spotlight, lampu yang menghasilkan sudut
pencahayaan yang kuat dan dapat disesuaikan silhuette yang
dikehendaki
8. Effects Spotlight, untuk menghasilkan proyeksi yang sama
dengan Obyeknya.
9. Bifocal Spotlight, efek spotlight yang dilengkapi dengan dua
saklar atau lebih, sehingga dapat digunakan sebagai lampu
dengan sudut pencahayaan yang kuat dan lemah serta
kombinasinya.
79
Gambar II.45 Lampu HID (High-Intensity Discharge Lamps)
(sumber : www.tokopedia.com . senin 17 Juni 2013 . Jam
02.21 WIB)
Berdasarkan pendistribusian cahaya terdapat 5 sistem
penerangan (iluminasi) yang masing-masing berbeda sifat,
karakter dan pengaruh distribusi cahayanya. Lima sistem tersebut
meliputi :
a. Sistem pencahayaan langsung ( direct lighting )
Sistem iluminasi ini 90% hingga 100% cahaya
mengarah langsung ke obyek yang diterangi. Oleh karena itu
sistem ini mengakibatkan ; penyinaran efektif, menimbulkan
kontras dan bayangan, terjadi silau, baik langsung dari sumber
cahaya maupun akibat cahaya pantulan.
b. Sistem pencahayaan setengah langsung ( semi direct lighting )
Pada sistem iluminasi ini, 60% sampai 90% cahaya
mengarah pada obyek yang diterangi dan cahaya selebihnya
menerangi langit-langit dan dinding yang juga memantulkan
cahaya karena obyek tersebut.
c. Sistem iluminasi difus ( general diffuse lighting )
Sistem iluminasi difus jika 40% sampai 60% cahaya
diarahkan pada obyek dan sisanya menyinari langit-langit dan
dinding, yang juga memantulkan cahaya kearah obyek tersebut.
d. Sistem pencahyaan setengah tak langsung
Pada prinsipnya sistem ini merupakan kebalikan dari sistem
setengah langsung. Sistem setengah tak langsung 60% hingga
80
90% cahaya diarahkan pada langit-langit dan dinding, sisanya
diarahkan langsung ke obyek. Karena sebagian besar cahaya
mengenai bidang kerja, berasal dari pantulan langit-langit dan
dinding. Maka dapat dikatakan cahaya yang datang berasal dari
segala arah, sehingga bayangan relatif tidak tampak dan silau
dapat diperkecil.
e. Sistem iluminasi tidak langsung ( indirect lighting )
Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding. Oleh karena keseluruhan cahaya yang
menyinari obyek pada bidang kerja merupakan cahaya pantulan
segala arah dari langit-langit dan dinding, maka mengakibatkan:
penyinaran tidak efektif, tidak ada kontras dan relatif tidak
menimbulkan.Ditinjau dari sistem perletakannya, perletakan
sumber cahaya dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara
lain:
1. Cornice adalah suatu sistem pencahayaan umum, yang
pemasangannya pada dinding bagian atas atau pertemuan
antara ceiling dan dinding. Sumber cahaya dihasilkan dari
flourescent tube (sebagai sumber cahaya pantul).
2. Recessed in ceiling adalah suatu sumber pencahayaan yang
difungsikan sebagai penerangan pada panel, built in dan
sebagainya, yang pemasangannya pada ceiling. Sumber cahaya
dihasilkan dari incandescen lamp.
3. Attached to ceiling adalah penempatan lampu pada
permukaan ceiling sebagai penerangan umum.
4. Hanging lighting adalah penempatan lampu dengan cara
digantung berfungsi sbagai penerangan umum.
5. Luminous ceiling adalah penempatan lampu yang ditutup
dengan screeb jernih dan sumber cahaya dari flourescent lamp.
81
6. Soffit adalah suatu pencahayaan yang dipakai sebagai
penerangan pada lekukan dinding yang penerangannya dari
flourescent lamp.
7. Cove lighting merupakan suatu pencahayaan yang dipakai
sebagai efek, sumber cahaya dipasang pada dinding yang
diarahkan ke permukaan ceiling.
8. Valance lighting adalah suatu pencahayaan yang
pemasangannya pada dinding yang penyinarannya diarahkan ke
permukaan ceiling secara langsung. Sumber cahaya jenis
flourescent lamp yang disembunyikan dibalik frame.
9. Wall bracket lighting adalah suatu pencahayaan yang dipasang
pada dinding dengan memakai lampu cahaya atau dekorasi.
b. Penghawaan
Penghawaan mempunyai peranan penting pada kebutuhan udara
yang optimal dalam ruangan termasuk kelembaban udara dalam
ruang. Seperti dijelaskan bahwa “Penanganan sistem ventilasi harus
memperhatikan faktor-faktor kelambapan agar memenuhi unsur
kenyamanan dalam ruang “. (Pamudji Suptandar , 1982, hal. 62 ).
a. Penghawaan alami dengan ventilasi
Yang dimaksud dengan ventilasi adalah suatu usaha
pembaharuan udara dalam suatu bangunan atau ruang dengan
jalan memasukkan sejumlah udara segar/ bersih dari luar untuk
menggantikan udara yang kotor di dalam ruangan dengan
menggantikan faktor-faktor kelembapan agar dapat memenuhi
unsur kenyamanan bagi si pemakai. (Pamudji Suptandar,1982,
hal. 62).
Sedang pengaruh ventilasi terhadap interior antara lain:
1. Peletakan ventilasi akan mempengaruhi bentuk interior,
misalnya letak jendela.
2. Letak ventilasi yang mempengaruhi udara langsung pada
susunan interior yaitu ketinggian, lebar, dan, posisi.
82
3. Ventilasi mempengaruhi suasana, pencahayaan dan akustik di
dalam termasuk hubungan ruang dengan alam sekitarnya.
4. Sistim ventilasi harus mempehatikan fungsi ruang.
5. Jenis ventilasi mempengaruhi akan ketinggian tiap ruangan.
( P amudji Suptandar,1982, hal. 63 )
Gambar II.46 : mungkinan yang terjadi pada sistem ventilasi
silang)
(Sumber : Ir. Setyo Soetiadji S, Anatomi Utilitas, Djambatan,1986
: 41)
b. Penghawaan buatan atau ventilasi buatan
Pengertian dari ventilasi buatan yaitu “penghawaan yang
diperoleh secara buatan atau mengalami proses mekanisme”
(Pamudji Suptandar, 1982, hal. 83)
Ventilasi buatan ini terdiri dari dua macam, sepeti dijelaskan
Pamudji Suptandar di bawah ini .
1. Exhoust yaitu mekanisme dari kipas angin dengan sisitim
menggerakkan udara denagan tidak mengurangi kelembapan
udara alam.
2. A.C. yaitu sisitim mekanisme memasukkan udara segar
dengan termperatur maupun kelembapan tertentu. A.C.
dipakai apabila ventilasi alam tidak memenuhi persyaratan;
polusi udara, polus suara, dan apabila ingin mendapatkan
kelembapan udara yang konstan.
83
3. Selanjutnya dijelaskan pengertian jenis A.C tersebut oleh
Pamudji Suptandar dalam bukunya interior desain yang
menyebutkan .
4. Window unit, yaitu jenis AC yang dipergunakan pada
ruang-ruang kecil dimana sistim mekaniknya terdapat pada satu
unit yang kompak. pemasangan unit tersebut bisa pada
jendela bagian atas maupun bawah pada dinding sebagai
ornamen hiasan.
5. Split unit, yaitu jenis AC yang dipergunakan untuk satu atau
beberapa ruang, sedangkan perlengkapan untuk evaporator
terpisah pada tiap ruang. Unit ini berdiri sendiri pada lantai
dengan bentuknya yang indah sepadan denga furniture lain
yang merupakan ornamen.
6. Package Unit yaitu Jenis AC yang dipergunakan dalam
satu ruang yang cukup luas seperti restoran, super market
dan sebagainya. Perlengkapan evaporator dan condensor
terpisah dan tersendiri. Unit ini bisa berdiri sendiri atau
built-in, sehingga dapat menambah keserasian dalam ruangan.
7. Central Unit yaitu, jenis yang dipergunakan untuk ruang
yang luas sekali seperti restoran pekantoran, gedung teater,
shopping center. Perlengkapan keseluruhan terletak di luar
ruangan kemudian didistribusikan ke masing-masing ruang
melalui ducting dan berahkir dengan diffuser. (Pamudji
Suptandar, 1982, hal. 83)
9. Akustik
Sistem akustik ruang yang baik adalah ruang yang mampu
menjawab kebutuhan dari salah satu faktornya yaitu mengenai
gangguan seperti bising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan
gangguan yang terjadi dalam ruang menjadikan perlunya kualitas
akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi masalah
84
teknis yang berhubungan langsung dengan tata suara pada
bangunan interior, antara lain tingkat bunyi yang berlebihan,
perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan dengan
latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan
situasi tertentu. (John F. Pile, 1980, hal. 421)
Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyI
yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata
suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan,
serta menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-
ruang khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik.
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang
terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu bunyi langsung,
bunyi pantul dan bunyi serap.
1. Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara
yang berjalan langsung mencapai pendengaran.
2. Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara
yang dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih
dahulu mengenai bidang pantul.
3. Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena
material absorbsi.(Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
10. Warna
Intensitas cahaya yang terpantul akan melengkapi dasar
penglihatan serta mempengaruhi kesan tentang gelap terang,
sehingga kita dapat membedakan objek penglihatan dan merasakan
pengaruh warna. Penggunaan warna dalam interior dapat
membedakan bagian objek, memperkuat perhatian atau mengurangi
kelelahan mata. Sehingga dapat dikatakan bahwa paduan dan
pemilihan warna tergantung pada fungsi ruang, misalnya untuk
rumah sakit, restoran, hotel dan lain sebagainya.
85
Warna sebenarnya merupakan seberkas cahaya yang
dipantulkan sebuah benda ke mata kita, warna apabila digabungkan
dengan penerangan akan merupakan persekutuan yang kuat dalam
pendekorasian.
a. Pengertian Warna
Warna biasanya dikaitkan dengan kenikmatan mata, pada
kenyataannya kebutuhan manusia akan manfaat warna sangatlah
besar. Ini dikarenakan masing-masing warna mempunyai
karakter tersendiri yang sanggup mempengaruhi rasa atau selera,
kesan, ingatan, dan keinginan-keinginan. Dalam desain elementer
disebutkan bahwa warna menurut ilmu fisika adalah kesan yang
ditimbulkan oleh cahaya pada mata manusia.
b. Fungsi Warna
Fungsi warna mengandung sesuatu yang sifatnya
mengarahkan, memberikan perintah, peringatan dengan tanda-tanda
warna tertentu. Fungsi warna disebutkan dalam “Desain Warna
Susunan Dan Fungsi” adalah, warna dengan fungsi praktis yaitu
instruksi terarah dan pelayanan pada umumnya. Warna sebagai
fungsi artistik yaitu ungkapan pribadi seniman. Warna sebagai
fungsi simbolik yaitu alam magis, adat, agama, dan metafisis.
c. Sifat Khusus Warna
Dari masing-masing warna, masing-masing mempunyai
sifat seperti yang dijelaskan oleh William Brushwell dalam
Painting and Decorations adalah sebagai berikut :
1. warna panas; yaitu kuning, kuning orange, orange merah,
merah violet.
2. warna dingin; yaitu violet, violet biru, biru, hijau, hijau kuning.
86
3. warna ringan; yaitu putih, merah, merah orange, orange
kuning, kuning hijau.
4. warna ringan ; yaitu hitam, merah violet, violet,violet biru,
hijau.
5. warna jauh ; yaitu violet, violet biru, hijau, putih.
d. Pengaruh psikologis warna
Secara psikologis warna memiliki pengaruh terhadap
perasaan manusia. Seperti dijelaskan dalam The Use Colour In
Interior adalah:
1. Warna biru
Pada umumnya dinamakan warna menjauh sebab
mereka terlihat seakan menjauh dari pengamat, dapat
mengurangi sifat, dapat dirangsang. Dan oleh sebab itu
membantu seseorang berkonsentrasi. Warna biru bersifat
baik, dingin dan tenang, akan tetapi tidak dapat dipandang
secara pandang lalu, karena terlalu banyak warna biru akan
mengakibatkan sifat melankolis.
2. Warna hijau
Memberikan pengaruh menyejukkan serta dapat
mengurangi ketegangan hidup. Apabila dikombinasikan
dengan warna dingin menimbulkan kesegaran, dan apabila
dikombinasikan dengan warna panas akan lebih menarik.
3. Warna kuning
Adalah warna yang merangsang dan menarik perhatian,
kunig adalah warna yang paling bercahaya. Hari-hari akan
membosankan apabila tanpa kehadiran warna kuning dari sinar
matahari.
4. Warna merah
Menyenangkan dan merangsang otak. Warna merah
ini sering dinamakan warna mendekat, karena mereka
87
sepetinya mendekati Si pengamat. Selain itu warna merah
menimbulkan sifat agresif dan memberikan kesan kemewahan
dan keebahagiaan.
5. Warna abu-abu
Dapat memberikan efek dingin seperti warna coklat.
Apabila digunakan sendiri akan menimbulkan depresi.
Dalam penggunaan sebaiknya dikombinasikan dengan warna
hidup.
6. Warna orange
Memiliki efek merangsang dan bisanya digunakan dalam
jumlah yang sedikit. Dapat menimbulkan rasa sakit dan
kejenuhan.
7. Warna coklat
Warna ini akan memberikan pengaruh segar, tenang
dan hangat. Tetapi dalam pemakaian harus dikombinasikan
dengan warna orange, kuning atau warna emas.
8. Warna putih
Warna ini dapat mematikan semangat jika tidak
dikombinasikan dengan warna-warna emas.
9. Warna hitam
Cenderung memberi pengaruh seperti menekan.
Apabila digunakan dengan warna lain akan berfungsi
menunjang intensitas warna tersebut.
11. Sistem Keamanan
Keamanan yang dimaksud adalah keamanan fisik manusia,
fisik bangunan, serta lingkungan, untuk sistem ini diperlukan :
a. Satuan pengamanan atau biasa disebut Satpam
b. Keamanan terhadap bahaya kebakaran
c. Tanda petunjuk arah (exis signs)
d. Alat pengunci (hardware locking)
88
e. Tanda bahaya (alarm)
Adapun bentuk-bentuk penganmanan antara lain :
1. Pengamanan umum
Pengamanan ini dilakukan melalui tata kerja dan tata
ruang. Untuk menjamin seluruh keamanan di dalam ruang
khususnya dampak kejahatan, maka perlu adanya pembagian
tugas dan kewajiban yang tegas diantara para petugas. Adapun
tugas tersebut yaitu :
a. pemerikasaan ruang-ruang secara rutin dan berkala.
b. membuat peraturan yang diperlukan.
c. menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh
fasilitas ruang yang ada.
2. Pengamanan terhadap tangan-tangan jahil, yaitu dengan :
a. Sistem perlindungan sekitar (perimeter protection system)
Bertujuan untuk melindungi bangunan terhadap bahaya
dari luar. Penekanan pengamanan terutama ditujukan pada
jendela, pintu, atap, lubang ventilasi, dan dinding yang
mudah tembus.
b. Sistem perlindungan dalam (interior protection system)
Sistem ini sangat bermanfaat dalm pengaman gedung,
apabila perimeter gagal berfungsi, misalnya pencuri
berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam
gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Kedua
system di atas ada yang bekerja secara mekanis ataupun
elektris,yaitu:
- saklar magnetic (magnetic control switch)
- pita kertas logam (metal foil tape)
- sensor pemberitahuan atau pencegah bila kaca pecah (glass
breaking sensor)- kamera pemantau (photoelectronic eyes)
- pendeteksi getaran (vibration detector)
89
- pemberitahuan/perimgatan getaran (internal vibration
sensor)
- alat pemasuk data (acces control by remote door control)
- pengubahan sinar infra merah (passive infra - red)
3. Pengaman terhadap kebakaran
Beberapa syarat untuk mencegah bahaya kebakaran pada
bangunan, yaitu :
a. mempunyai bahan stuktur utama dan finishing yang tahan api.
b. mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di
sebelahnya atau terhadap lingkungan.
c. melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan
persyaratan-persyaratannya
d. mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal
e. mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir
f. mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem
pengkondisian udara
g. mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem
automatic smoke dan head ventilating
h. mempunyai alat kontrol terhadap lif untuk mendeteksi dan
mengatasi adanya kebakaran diperlukan alat seperti :
1. Fire damper
Alat ini untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan
udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana.
Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran
akan segera menutup pipa-pipa tersebut
2. Smoke dan head ventilating
Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan
udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera
dapat mengalir ke luar, sehingga para petugas pemadam
kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
90
3. Vent dan Exhaust
Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi
mengisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan
dibuka pintunya. Atau dapat juga dipasang di dalam tangga,
secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga.
4. Hidran kebakaran
Hidran kebakaran adalah alat untuk memadamkan
kebakaran yang sudah terjadi dengan memakai alat bantu
air.
5. Sprinkler
Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan
standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap
sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m2 dengan
ketinggian ruang 3 m. Ada beberapa cara pemasangan
kepala sprinkler, seperti dipasang di bawah plafon/langit-
langit, di atas plafon atau ditempel di tembok.
6. Halon
halon Pada daerah yang penanggulangan pemadam
kebakarannya tidak diperbolehkan menggunakan air, seperti
pada ruang yang penuh peralatan-peralatan elektronik atau
ruang arsip, ruang tersebut harus dilengkapi dengan sistem
pemadam kebakaran halon.