Bab i1 Hemofilia (1)

69
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemofilia telah ditemukan sejak lama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki- laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan. Selain itu, seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad ke-12 menulis tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil. Pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada pria. Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama 1

description

hemofilia

Transcript of Bab i1 Hemofilia (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemofilia telah ditemukan sejak lama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan

para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-

laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat

dikhitan. Selain itu, seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad

ke-12 menulis tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal

setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil.

Pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia

menulis sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga

tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada

pria.

Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh

Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica,

istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter

berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun

1928.

Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya

hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita

hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari

Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan

darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam

darah.

1

Biologi molekuler adalah bidang ilmu yang mempelajari organisme pada

tingkat molekul. Paradigma yang dianut dalam biologi molekuler adalah bahwa

setiap organisme terdiri dari sel, dan sel terdiri dari sejumlah besar molekul,

sehingga baik struktur maupun fungsinya yang ditunjukkan oleh suatu

organisme, termasuk fungsi-fungsi yang menunjukkan bahwa organisme

ditentukan oleh molekul-molekul tersebut. Oleh karena itu, dewasa ini para

dokter dituntut untuk dapat mendalami suatu penyakit sampai pada tingkat

molekuler. Dengan menganut biologi molekuler, kita dapat mengetahui

penyakit yang pada dasarnya terjadi karena adanya perubahan dalam molekul-

molekul yang terdapat dalam tubuh kita. Begitu pula dalam kasus hemofilia.

Walaupun Hemofilia telah dikenal lama di ilmu dunia kedokteran, namun

baru pada tahun 1965, diagnosis melalui laboratorium baru diperkenalkan oleh

Kho Lien Kheng. Diagnosis laboratorium yang diperkenalkannya menggunakan

Thromboplastin Generation Test (TGT), selain pemeriksaan waktu perdarahan

dan masa waktu pembekuan darah. Pada saat itu pemberian darah lengkap segar

merupakan satu-satunya cara pengobatan yang tersedia di rumah sakit. Produksi

Cryopresipitate yang dipakai sebagai terapi utama hemofilia

diJakartadiperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Apakah definisi hemofilia?

2. Bagaimanakah etiologi hemofilia?

3. Apasajakahmanifestasi klinis hemofilia?

4. Bagaimanakah patofisiologi hemofilia?

5. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang hemofilia?

6. Bagaimanakah penatalaksaan dan pencegahan hemofilia?

7. Bagaimanakah pengkajian pada pasien hemophilia?

2

8. Apasajakah diagnosa keperawatan pada pasien hemophilia?

9. Apasajakah intervensi pada pasien hemophilia?

10. Bagaimanakah implementasi pada pasien hemophilia?

11. Bagaimanakah evaluasi pada pasien hemophilia?

12. Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan pada pasien hemophilia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan

keperawatan padapasien hemophilia.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasisiwa memahami tentang definisi hemofilia.

b. Mahasiswa memahami tentang etiologi hemofilia.

c. Mahasiswa memahami tentangmanifestasi klinis hemofilia.

d. Mahasiswa memahami tentang patofisiologi hemofilia.

e. Mahasiswa memahami tentang pemeriksaan penunjang hemofilia.

f. Mahasiswa memahami tentang penatalaksaan dan pencegahan

hemofilia.

g. Mahasiswa memahami tentang pengkajian pada pasien hemophilia.

h. Mahasiswa memahami tentang diagnosa keperawatan pada pasien

hemophilia.

i. Mahasiswa memahami tentangintervensi pada pasien hemophilia.

j. Mahasiswa memahami tentangimplementasi pada pasien hemophilia.

k. Mahasiswa memahami tentangevaluasi pada pasien hemophilia.

l. Mahasiswa memahami tentangcontoh asuhan keperawatan pada pasien

hemophilia.

3

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR HEMOFILIA

2.1.1 Definisi

Hemofilia adalah kelompok gangguan perdarahan yang diturunkan dengan

karakteristik defisiensi faktor pembekuan darah. Dengan kata lain, Hemofilia

adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang

diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh) atau

dari pihak ibu. Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan

secara six-linked recessive yaitu :

1. Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi faktor

pembekuan VIII (F VIIIc)

2. Hemofilia B (penyakit Christmas) akibat defisiensi atau disfungsi

faktor F IX (factor Christmas)

Bentuk klasik paling banyak ditemukan. Sedangkan hemofilia C

merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan factor XI yang diturunkan

secara autosomal recessive pada kromosom 4q32q35. Hemofilia

diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau berat, bergantung pada tingkat

faktor yang dihasilkan tubuh.

Faktor VIII dan IX adalah protein plasma yang merupakan komponen

yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan

untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemophilia

berat terjadi jika konsentrasi faktor VIII dan IX plasma kurang dari 1%.

Hemophilia sedang terjadi bila konsentrasi plasma antara 1% sampai 5%, dan

hemophilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara 5% sampai 25% dari

kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya

5

defisiensi faktor VIII dan IX. Hemophilia berat ditandai perdarahan kambuhan,

timbul spontan atau setelah trauma yang relative ringan. Tempat perdarahan

paling umum adalah di dalam persendian lutut , siku, pergelangan kaki bahu,

dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena adalah fleksor lengan bawah,

dan gastroknemius. Karena kemajuan dalam bidang pengobatan, hamper semua

pasien hemophilia diperkirakan dapat hidup normal.

2.1.2 Etiologi

1. Hemofilia adalah gangguan resesif terkait gen-X, yang diturunkan

oleh perempuan dan ditemukan secara dominan pada laki-laki.

2. Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen.

3. Faktor congenital

Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis

faktor pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul

kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan atau perdarahan yang

berlebihan setelah suatu trauma.

Pengobatan : dengan memberikan plasma normal atau konsetrat faktor

yang kurang atau bila perlu diberikan transfusi darah.

4. Faktor didapat.

Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor II ( protombin ) yang

terdapat pada keadaan berikut :

Neonatus, karena fungsi hati belum sempurna sehingga pembekuan

faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan.

Pengobatan : umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan atau dapat

diberikan.

Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi gen yang melibatkan

kode untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala

perdarahan timbul karena pembekuan darah terganggu.

6

Proses pembekuan darah melibatkan serangkaian mekanisme yang

kompleks, biasanya melibatkan 13 protein yang berbeda disebut I dengan XIII

dan ditulis dengan angka Romawi. Jika lapisan pembuluh darah menjadi rusak,

trombosit direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug awal. Bahan kimia ini

rilis diaktifkan platelet yang memulai kaskade pembekuan darah, mengaktifkan

serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai faktor pembekuan. Pada akhirnya,

terbentuk fibrin, protein yang crosslinks dengan dirinya sendiri untuk

membentuk sebuah mesh yang membentuk bekuan darah terakhir.

Hemofilia A disebabkan oleh gen yang defek yang terdapat pada

kromosom X. Hemofilia B (juga disebut Penyakit Natal ) hasil dari kekurangan

faktor IX karena mutasi pada gen yang sesuai. Hemofilia C adalah hemofilia

yang disebabkan  karena kekurangan faktor XI diwariskan sebagai penyakit

resesif autosom tidak lengkap yang mengenai pria dan wanita. Kondisi ini lebih

jarang daripada hemofilia A dan B dan biasanya menyebabkan gejala ringan.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Masa Bayi (untuk Didiagnosis)

1. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi

2. Ekimosis subkutan di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4

bulan)

3. Hematoma besar setelah infeksi

4. Perdarahan dari mukosa oral

5. Perdarahan jaringan lunak

Episode Perdarahan (selama Rentang Hidup)

1 Gejala awal – nyeri

2 Setelah nyeri-bengkak , hangat dan penurunan mobilitas

7

3 Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-

biruan (pendarahan dibawah kulit)

4 Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat

berhenti.

5 Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku

tangan maupun lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang

hebat.

6 Perdarahan di kepala. Tanda-tandanya: sakit kepala hebat, muntah

berulang kali, mengantuk terus, bingung, tak dapat mengenali orang

atau benda di sekitarnya, penglihatannya kabur atau ganda, keluar

cairan dari hidung atau telinga, terasa lemah pada tangan, kaki, dan

wajah.

7 Perdarahan di tenggorokan. Tanda-tanda: sulit bernapas atau menelan,

bengkak.

8 Perdarahan di perut. Tanda-tanda: muntah darah, terdapat darah pada

feses, sakit perut tak kunjung sembuh, penderita tampak pucat dan

lemah.

9 Perdarahan di paha. Tanda-tanda: nyeri di daerah paha atau agak ke

bawahnya, mati rasa di daerah paha atau tidak mampu mengangkat

kaki.

Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera

melakukan tes darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya.

Pengobatan penderita hemofilia berupa Recombinant Factor VIII (Hemofilia

A)yang diberikan kepada pasien hemofili berupa suntikan maupun tranfusi.

Hemofilia adalah penyakit yang tidak populer dan tidak mudah

didiagnosis. Karena itulah para penderita hemofilia diharapkan mengenakan

gelang atau kalung penanda hemofilia dan selalu membawa keterangan medis

dirinya. Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika penderita hemofilia

8

terpaksa harus menjalani perawatan di rumah sakit atau mengalami kecelakaan.

Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan

kedalam otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan.

2.1.4 Patofisiologi

Penyakit Hemofilia merupakan penyakit yang bersifat herediter.Pada

penyakit ini terjadi gangguan pada gen yang mengeksplesikanfactor pembekuan

darah,sehingga bila terjadi luka,luka tersebut sukar menutup.

Pada orang normal, proses pembekuan darah dapat melalui 4 cara yaitu:

1. Spasme pembuluh darah

2. Pembentukan sumbat dari trombosit atau pratelet

3. Pembekuan darah

4. Terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk

menutup lubang pada pembuluh darah secara permanen.

Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen

resesif x-linked dari pihak ibu. Faktor VIII (Hemofilia A) dan faktor IX

(Hemofilia B) adalah protein plasma yang merupakan komponen yang

diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk

pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cidera.

Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX

plasma kurang dari 1 %. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1 % - 5 %.

Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal.

Manifestasi klinis yang muncul tergantung pada umur anak dan deficiensi

faktor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai dengan perdarahan kambuhan,

timbul spontan atau setelah trauma yang relatif ringan.Tempat perdarahan yang

paling umum di dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan

9

pangkal paha. Otot yang tersering terkena adalah flexar lengan bawah, gastrak

nemius, & iliopsoas.

1. Pada hemofilia A, terdapat defisiensi atau defek pada faktor VIII

(faktor antihemofilik [AHF, antihemophilic faktor]), yang penting

untuk pembentukan tromboplastin.

2. Pada hemofilia B, terdapat defek atau defisiensi fsktor IX.

3. Malfungsi faktor pembekuan menyebabkan perdarahan abnormal

akibat ketidakmampuan membentuk bekuan fibrin.

10

(PATHWAY)

11

Kerusakan darah atau berkontrak dengan kolagen

XII

HMW Kinogen, prekalikren

XI

Hemofilia

Tanpa IX IX tidak teraktivasi

Tanpa VIII

Ca++

Trombin tidak terbentukFasfolipid Trombosit

perdarahan

Jaringan dan sendi

XII teraktivasi

XI teraktivasi

Sintesa energi terganggu

Mobilitas terganggu

Risiko cedera

Nyeri

Resiko Syok

Ketidakmampuan Koping Keluarga

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Uji Laboratorium dan Diagnostik

1. Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)

a. Jumlah trombosit (normal).

b. Masa protrombin (normal).

c. Masa trompoplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan

faktor koagulasi intrinsik).

d. Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan

trombosit dalam kapiler).

e. Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan

diagnostik).

f. Masa pembekuan trompin.

2. Biapsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan

untuk pemeriksaan patologi dan kultur

3. Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)

2.1.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan Hemofilia menganjurkan pemberian infus profilaktik yang

dimulai pada usia 1 hingga 2 tahun. Pada anak-anak yang mengalami

defisiensi berat untuk mencegah penyakit sendi kronis.

b. Pemberian DDAVP ( 1-deamino 8-D- arginin vasopressin) secara

intravena (IV) dapat memproduksi peningkatan tingkat aktivitas faktor

VIII tiga sampai enam kali lipat

c. Asam amino Karpuoat. Obat ini dapat memperlambat bekuan darah

yang sedang terbentuk dan dapat digunakan setelah pembedahan mulut

pasien dewasa hemophilia.

12

2. Penatalaksanaa Keperawatan

a. Sekarang sudah tersedia konsentrasi di semua bagian darah, Kosentrat

diberikan apabila pasien mengalami perdarahan aktif atau sebagai

upaya pencegahan sebelum pembuatan gigi/ pembedahan pasien. Dan

kekurangan harus diajarkan bagaimana memberikan konsentrat di

rumah, setiap kali ada tanda perdarahan.

b. Tatalaksana umum yang perlu dihindari adalah trauma, Keluarga dapat

mengawasi anak dengan ketat saat belajar berjalan, saat anak semakin

besar, perkenalan dengan aktivitas fisik yang tidak beresiko, trauma

c. Kebersihan mulut sangat penting sebagai upaya pencegahan karena

pencabutan gigi akan sangat membahayakan

d. Bidai dan alat ortopedi lamanya sangat berguna bagi pasien yang

mengalami perdarahan otot dan sendi.

Penatalaksanaan bagi penderita hemofilia meliputi berbagai macam

hal,hal yang harus dihindari misalnya:aspirin,obat anti radang nonsteroid,obat

pengencer darah,asetaminophen.Pemberian tranfusi rutin berupa kriopresipitat-

AHF(anti hemofili factor) untuk hemofilia A dan plasma beku segaruntuk

penderita hemofilia B. Selain itu yang harus diperhatikan adalah menjaga bobot

tubuh tetap sehat ,mencegah olahraga seperti sepak bola,bela diri, tinju, gulat,

balap motor dan basket.

Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun

transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa

pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang mampu bertahan hingga

usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita hemofilia meninggal dunia

pada usia kanak-kanak atau balita.

Hindari Gerakan Penuh Benturan. Meski sebaiknya tidak mengalami luka

berdarah, bukan berarti anak hemofilia harus berdiam diri. Banyak hal bisa

13

mereka lakukan. Yang penting, mereka juga menjaga diri, antara lain dengan

kiat-kiat berikut:

1. Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang

2. Rutin berolahraga, tapi pilih yang bermanfaat untuk menguatkan otot dan

melindungi persendian. Anak Anda boleh berenang, jalan kaki, atau

bersepeda santai. Jangan memilihkan olahraga keras dan penuh benturan

3. Sikat gigi dengan sikat yang lembut, setiap kali usai makan

4. Periksakan gigi dan gusi tiap 6 bulan atau setahun sekali ke dokter

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HEMOFILIA

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas Klien, meliputi : nama, umur (, jenis kelamin (biasanya pada anak

laki-laki dan wanita sebagai carier), agama, suku/bangsa, alamat, tgl. MRS,

dan penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Tanyakan keluhan pasien masuk rumah sakit. Nyeri pada sendi,

adanya oedem pada sendi, sendi terasa hangat, akibat perdarahan

jaringan lunak dan hemoragi pada sendi.

b. Riwayat penyakit sekarang

1) Kaji anak terhadap perilaku verbal dan non verbal yang

mengindikasi nyeri.

2) Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya perdarahan dan luasnya

kerusakan sensoris, saraf, dan motoris

3) Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan

c. Riwayat penyakit dahulu

14

Tanyakan apakah klien pernah mengalami perdarahan yang tidak

henti-hentinya serta apakah klien mempunyai penyakit menular atau

menurun seperti, hipertensi, TBC.

d. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah ada kerabat yang menderita penyakit yang

sama dengan pasien. Biasanya Keluarga klien ada yang menderita

hemofili pada laki-laki atau carrier pada wanita.

e. Activity Daily Life (ADL)

1) Pola Nutrisi : Anoreksia

2) Pola Eliminasi : Hematuria, feses hitam

3) Pola personal hygiene : Kurangnya kemampuan untuk melakukan

aktivitas perawatan dini.

4) Pola aktivitas : Kelemahan dan adanya pengawasan ketat

dalam beraktivitas

5) Pola istirahat tidur : Kebutuhan untuk tidur terganggu karena nyeri.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : lemah

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda vital

1) Suhu : normal (36,5oC – 37,5oC)

2) Nadi : takikardi (>110x/menit)

3) RR : normal/meningkat (>28x/menit)

4) TD : normal (120/80 mmHg)

d. Head to toe

1) Wajah : wajah mengekspresikan nyeri

2) Rambut : hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata

3) Mata : gangguan penglihatan, ketidaksamaan pupil

4) Mulut : mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut

15

5) Hidung : epitaksis

6) Thorak/ dada :

a) Jantung

Inspeksi : adanya tarikan intercostanalis

Palpasi :adanya pembesaran jantung (kardiomegali)

Perkusi : suara jantung pekak paru sonor.

Auskultasi : tidak ada BJ tambahan.

b) Abdomen:

Inspeksi : adanya distensi abdomen

Palpasi : terdapat hepatomegali

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus meningkat

c) Anus dan genetalia : hematuria, eliminasi urin menurun,

feses berwarna hitam

d) Ekstremitas : hemartrosis memar khususnya pada

ekstremitas bawah

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kekurangan cairan b.d factor resiko kehilangan cairan melalui rute

abnormal (perdarahan)

2. Resiko cedera b.d perdarahan dan factor trauma

3. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi

4. Hambatan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan

lain

5. Ketidakmampuan koping keluarga b.d anak menderita penyakit serius

6. Kelelahan berhubungan dengan anemia ditandai dengan lelah, kurang

energi atau tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik sesuai tingkat

biasanya, dan peningkatan kebutuhan istirahat

16

2.2.3 Intervensi

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Resiko kekurangan cairan

b.d factor resiko

kehilangan cairan melalui

rute abnormal

(perdarahan)

NOC:

Fluid balance

Hydration

Nutritional Status :

Food and Fluid

Intake

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama….. defisit

volume cairan teratasi

dengan kriteria hasil:

Mempertahankan

urine output sesuai

dengan usia dan BB,

BJ urine normal,

Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam

batas normal

Tidak ada tanda

tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor

kulit baik, membran

mukosa lembab,

tidak ada rasa haus

NIC :

Pertahankan catatan

intake dan output yang

akurat

Monitor status hidrasi

(kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah

ortostatik ), jika

diperlukan

Monitor hasil lab yang

sesuai dengan retensi

cairan (BUN , Hmt ,

osmolalitas urin,

albumin, total protein )

Monitor vital sign setiap

15menit – 1 jam

Kolaborasi pemberian

cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan oral

Berikan penggantian

nasogatrik sesuai output

(50 – 100cc/jam)

17

yang berlebihan

Orientasi terhadap

waktu dan tempat

baik

Jumlah dan irama

pernapasan dalam

batas normal

Elektrolit, Hb, Hmt

dalam batas normal

pH urin dalam batas

normal

Intake oral dan

intravena adekuat

Dorong keluarga untuk

membantu pasien

makan

Kolaborasi dokter jika

tanda cairan berlebih

muncul meburuk

Atur kemungkinan

tranfusi

Persiapan untuk tranfusi

Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin

output setiap 8 jam

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Resiko cedera b.d

perdarahan dan factor

trauma

NOC :

Risk Kontrol

Immune status

Safety Behavior

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama…. Klien tidak

mengalami injury dengan

kriterian hasil:

Klien terbebas dari

NIC : Environment

Management (Manajemen

lingkungan)

Sediakan lingkungan

yang aman untuk pasien

Identifikasi kebutuhan

keamanan pasien, sesuai

dengan kondisi fisik dan

fungsi kognitif  pasien

dan riwayat penyakit

18

cedera

Klien mampu

menjelaskan

cara/metode

untukmencegah

injury/cedera

Klien mampu

menjelaskan factor

risiko dari

lingkungan/perilaku

personal

Mampu

memodifikasi gaya

hidup untuk

mencegah injury

Menggunakan

fasilitas kesehatan

yang ada

Mampu mengenali

perubahan status

kesehatan

terdahulu pasien

Menghindarkan

lingkungan yang

berbahaya (misalnya

memindahkan

perabotan)

Memasang side rail

tempat tidur

Menyediakan tempat

tidur yang nyaman dan

bersih

Menempatkan saklar

lampu ditempat yang

mudah dijangkau pasien.

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan

yang cukup

Menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien.

Mengontrol lingkungan

dari kebisingan

Memindahkan barang-

barang yang dapat

membahayakan

Berikan penjelasan pada

pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya

perubahan status

kesehatan dan penyebab

19

penyakit.

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah

Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut b.d

perdarahan

dalam jaringan

dan sendi

NOC :

Pain Level,

pain control,

comfort level

Setelah dilakukan tinfakan

keperawatan selama ….

Pasien tidak mengalami

nyeri, dengan kriteria hasil:

Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri

Mampu mengenali

nyeri (skala, intensitas,

NIC :

Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal

dari ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga

untuk mencari dan

menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

Kurangi faktor presipitasi

nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan

20

frekuensi dan tanda

nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

Tanda vital dalam

rentang normal

Tidak mengalami

gangguan tidur

intervensi

Dorong penggunaan

keterampilan manajemen

nyeri (misalnya: teknik

relaksasi, visualisasi,

bimbingan imajinasi),

tertawa, musik, dan

sentuhan terapeutik.

Ajarkan tentang teknik non

farmakologi: napas dala,

relaksasi, distraksi,

kompres hangat/ dingin

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri: ……...

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang

nyeri seperti penyebab

nyeri, berapa lama nyeri

akan berkurang dan

antisipasi ketidaknyamanan

dari prosedur

Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

Diagnosa

Keperawatan/

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

21

Masalah KolaborasiGangguan mobilitas

fisik b.d efek

perdarahan pada

sendi dan jaringan

lain

NOC :

Joint Movement : Active

Mobility Level

Self care : ADLs

Transfer performance

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama….gangguan mobilitas

fisik teratasi dengan kriteria

hasil:

Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas

Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

Memperagakan penggunaan

alat Bantu untuk mobilisasi

(walker)

NIC :

Exercise therapy :

ambulation

Monitoring vital sign

sebelm/sesudah

latihan dan lihat

respon pasien saat

latihan

Konsultasikan dengan

terapi fisik tentang

rencana ambulasi

sesuai dengan

kebutuhan

Bantu klien untuk

menggunakan tongkat

saat berjalan dan

cegah terhadap cedera

Ajarkan pasien atau

tenaga kesehatan lain

tentang teknik

ambulasi

Kaji kemampuan

pasien dalam

mobilisasi

Latih pasien dalam

pemenuhan kebutuhan

ADLs secara mandiri

22

sesuai kemampuan

Dampingi dan Bantu

pasien saat mobilisasi

dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs ps.

Berikan alat Bantu

jika klien

memerlukan.

Ajarkan pasien

bagaimana merubah

posisi dan berikan

bantuan jika

diperlukan

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakmampuan

koping keluarga b.d

anak menderita

penyakit serius

NOC

a. Family Coping, Disable

b. Parenting, Impaired

c. Therapeutic Regimen

Management, Ineffective

d. Violence : Other Directed,

Risk for

Kriteria hasil :

a. Hubungan pemberi Asuhan

pasien : interaksi dan

NIC

Coping Enhanchement

a. Bantu keluarga dalam

mengenal masalah

(misalnya

penatalaksanaan

konflik kekerasan,

kekerasan seksual)

b. Dorong partisipasi

keluarga dalam semua

23

hubungan yang positif

antara pemberi dan

penerima asuhan

b. Performa pemberi asuhan

perawatan

langsung :penyediaan

perawatan kesehatan dan

perawatan personal yang

tepat kepada anggota

keluarga oleh pemberi

perawatan keluarga

c. Kesejahteraan pemberi

asuhan : derajat persepsi

positif mengenai status

kesehatan dan kondisi

kehidupan pemberi

perawatan primer

d. Potensial ketahanan

Pemberi Asuhan : faktor

yang meningkatkan

kontinuitas perawatan oleh

pemberi perawatan

keluaarga dalam periode

waktu yang lama

e. Koping keluarga : tindakan

keluarga untuk mengelola

stressor yang membebani

sumber-sumber keluarga

f. Normalisasi keluarga :

pertemuan kelompok

c. Dorong keluarga

untuk memperlihatkan

kekhawatiran dan

untuk membantu

merencanakan

perawatan

pascahospitalisas

d. Bantu memotivasi

keluarga untuk

berubah membantu

pasien beradaptasi

dengan persepsi

stressor,perubahan,

atau ancaman yang

mengganggu

pemenuhan tuntutan

dan peran hidup

e. Dukungan emosi :

memberikan

penenangan,

penerimaan, dan

dorongan selama

periode stress

b. Memfasilitasi

partisipasi keluarga

dalam perawatan

emosi dan fisik pasien

c. Dukungan keluarga :

24

kapasitas system keluarga

dalam mempertahankan

rutinitas dan

mengembangkan strategi

untuk mengoptimalkan

fungsi jika ada anggota

keluarga yang sakit kronis

atau mengalami

ketunandayaan

g. Mampu mengatasi masalah

keluarga

h. Mencari bantuan keluarga

jika perlu

i. Mencapai stabilitas

finansial untuk memenuhi

kebutuhan anggota

keluarga

j. Mampu menyelesaikan

konflik tanpa kekerasan

k. Memperlihatkan

fleksibilitas peran

l. Mengungkapkan

peningkatan kemampuan

untuk melakukan koping

terhadap perubahan dalam

struktur dan dinamika

keluarga

m. Mengungkapkan perasaan

yang tidak terselesaikan

meningkatkan nilai,

minat dan tujuan

keluarga

d. Panduan Sistem

Kesehatan :

memfasilitasi lokal

pasien dan penggunaan

pelayanan kesehatan

yang sesuai

e. Mendorong pasien ikut

dalam aktivitas social

dan komunitas

f. Mendorong pasien

mencari dorongan

spiritual, jika

diperlukan

g. Bantu anggota

keluarga dalam

mengklarifikasi apa

yang mereka harapkan

dan butuhkan satu

sama lain

Caregiver Support

h. Menyediakan

informasi penting,

advokasi, dan

dukungan yang

dibutuhkan untuk

memfasilitasi

25

n. Identifikasi gaya koping

yang bertentangan

o. Partisipasi dalam

pengembangan dan

implementasi rencana

perawatan.

perawatan primer

pasien selain dari

professional kesehatan

Family Support

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Kelelahan berhubungan

dengan anemia ditandai

dengan lelah, kurang

energi atau tidak mampu

mempertahankan aktivitas

fisik sesuai tingkat

biasanya, dan peningkatan

kebutuhan istirahat.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan kelelahan

pasien dapat diatasi,

dengan kriteria hasil:

NOC Label: Activity

Tolerance

Pasien tidak merasa

lelah

Pasien mampu

beraktivitas secara

normal seperti

biasanya

Kebutuhan istirahat

normal

NIC Label: Energy

Management

1. Kaji pola tidur dan catat

perubahan dalam prose

berpikir/perilaku.

2. Rencanakan perawatan

untuk menyediakan fase

istirahat. Atur aktivitas

pada waktu pasien sangat

berenergi. Ikutsertakan

pasien/orang terdekat

pada saat penyusunan

rencana.

3. Bantu memenuhi

26

kebutuhan perawatan

pribadi, pertahankan

tempat tidur dalam posisi

rendah dan tempat lalu

lalang bebas dari

perabotan; bantu dengan

ambulansi.

4. Pantau respon psikologis

terhadap aktivitas,

misalnya perubahan TD,

frekuensi pernapasan atau

jantung.

5. Dorong masukan nutrisi.

6. Kolaborasi pemberian O2

tambahan sesuai petunjuk.

Rujuk pada terapi

fisik/okupasi

2.2.4 Implementasi

Dalam pembuatan asuhan keperawatan, implementasi merujuk kepada

intervensi

2.2.5 Evaluasi

Dalam pebuatan asuhan keperawatan, evaluasi merujuk kepada intervensi

2.3 CONTOH KASUSASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HEMOFILIA

27

Asuhan Keperawatan pada Klien An. “R” dengan Hemofilia A di Ruang Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya

1. Pengkajian ( 20 Agustus 2006, pukul 08.00 WIB )

a. Biodata klien

Nama: An. “R”, umur: 12 th, jenis kelamin: Laki-laki, agama: Islam, suku/

bangsa: Jawa/ Indonesia, alamat: Desa Ganggang – Balopanggang -

Gresik, tanggal MRS: 18 Agustus 2006 pukul 12.30 WIB, ruang: Anak,

no. reg: 10630470, dx medis: Hemofilia A Pro Sirkumsisi

b. Biodata penanggung jawab

Nama: Ny. “S”,umur: 36 th, jenis kelamin: perempuan, pendidikan: SD

(tamat), pekerjaan: -, penghasilan: -, alamat: Desa Ganggang –

Balopanggang - Gresik, agama: Islam, suku/ bangsa: Jawa/ Indonesia,

hubungan dengan klien: Ibu kandung.

c. Keluhan utama

Nyeri.

d. Riwayat penyakit sekarang

Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari

yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri

bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat

e. Riwayat penyakit dahulu

Ibu klien mengatakan klien sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit

saat berumur 5 tahun selama 13 hari karena penyakit yang sama. saat itu

klien habis cabut gigi, perdarahan terus-menerus tidak berhenti. klien di

diagnosa Hemofilia sejak umur 2 tahun.

f. Riwayat penyakit keluarga

Ibu klien mengatakan tidak tahu apakah bapaknya menderita hemofilia.

dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit menular

28

seperti TBC dan Hepatitis, penyakit menahun seperti Hipertensi dan

Diabetes.

g. Riwayat antenatal, natal, post natal

1) Riwayat antenatal

Selama hamil, ibu sehat,periksa ke bidan desa mendapat pil penambah

darah,ibu minum jamu.

2) Riwayat natal

Ibu klien mengatakan bahwa klien lahir spontan di tolong bidan,

langsung menangis, umur kehamilan 9 bulan, BB : 3900 gram, PB :

lupa.AS : 8-9.

3) Riwayat post natal

Ibu klien mengatakan tidak terjadi perdarahan berlebih, tidak terdapat

tanda-tanda infeksi, tidak sesak dan tidak biru.

4) Riwayat tumbang

Sekarang An. “R” berumur 12 th tidak sekolah sejak umur 11,5

tahun(saat kelas V SD), sehari-harinya dia bermain dengan teman-

temannya di sekitar rumahnya.

5) Riwayat imunisasi

Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi: BCG 1x, Polio

3x, DPT 3x, Campak 1x, TT 1x.

h. Riwayat psiko, sosial, spiritual

1) Psiko      : klien  mengatakan tidak takut kalau nanti dikhitan.

2) Sosial      : selama masuk Rumah Sakit klien ditunggu ibunya.

3) Spiritual  : klien berkeyakinan dan berdo’a bahwa penyakitnya bisa

disembuhkan.

i. ADL ( Activity daily life )

1) Pola nutrisi

Sebelum MRS :

29

Klien makan 3x sehari habis 1 piring sedang dengan komposisi nasi,

lauk, sayur, dan minum air putih + 8 gelas.

Selama MRS   :

Klien makan 3x sehari diet nasi TKTP habis ¾ porsi dengan

komposisi nasi, lauk, sayur dan pepaya dan minum air putih

aqua + 1500 ml/hr minum susu 3x 200 cc /hr.

2) Pola aktivitas

Sebelum MRS : klien dirumah tinggal bersama ibunya kadang-kadang

bermain disekitar rumah dengan pengawasan.ibunya takut klien

terluka waktu bermain.

Selama MRS   : klien istirahat di tempat tidur, kadang-kadang duduk,

turun dari tempat tidur hanya saat BAB/ BAK. jalan pincang.sebagian

kebutuhannya dibantuibunya

3) Pola istirahat tidur

Sebelum MRS : klien tidur pukul 21.00-05.00 dan tidur siang+ 2 jam

pukul 13.00-15.00.

Selama MRS   : klien tidur pukul 22.00-05.00 dan tidur siang+ 1 jam

pukul 11.00-12.00.

4) Pola eliminasi

Sebelum MRS : klien BAK + 4x /hari, jernih, bau khas dan BAB 1x

sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning tengguli, bau khas.

Selama MRS   : klien BAK + 4x /hari, + 1200 cc,warna kuning jernih,

bau khas dan BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, sedikit,

warna kuning tengguli, bau khas.

5) Pola personal hygiene

Sebelum MRS : klien dimandi 3x sehari menggunakan sabun mandi

dan sikat gigi, memekai shampoo 3 hari sekali, ganti baju 1x sehari

sore hari setelah mandi.

30

Selama sakit    : klien mandi 2x sehari pagi dan sore, menggunakan

sabun mandi dan sikat gigi, ganti baju sore hari.

j. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan keadaan umum

Kesadaran: compos mentis, GCS: 4-5-6, TD  : 110/60 mmHg, nadi: 96

x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu : 37 0C/ axila, BB sebelum sakit: 40 kg.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Rambut  : hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata, tidak rontok.

b) Wajah     : simetris, tidak ada finger print maupun kelainan kulit,

menyeringai menahan nyeri.

c) Mata       : konjungtiva merah muda,sklera putih, terdapat gambaran

halus pembuluh darah.

d) Hidung   : pernafasan spontan, tidak ada polip maupun sekret.

e) Mulut     : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada carries.

f) Telinga   : bersih tidak terdapat serumen.

g) Leher

Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid maupun

bendungan vena jugularis.

h) Thorax

I     : tidak terdapat kelainan kulit, gerakan dada simetris, bentuk

dada bulat datar.tidak terdapat tarikan intra costae.

P    : vokal fremitus sama kanan dan kiri.

P    : suara jantung pekak, suara paru sonor.

A   : suara nafas lapang paru vesikular, tidak terdengar suara nafas

tambahan, suara jantung lup dup S1 S2 tunggal.

i) Abdomen

I     : tidak terdapat kelainan kulit,  bulat datar.

A   : peristaltik usus + 16 x/mnt.

31

P    : hepar tidak teraba, tidak terdapat pembesaran Lien

P    : suara abdomen timpani.

j) Ekstremitas

Atas: kanan: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem.

         kiri  : pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem,

                  terpasang fenflon

Bawah: kanan: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem,

                        Nyeri pada lutut, lutut tidak bis ditekuk sejak 2

                        tahun yang lalu

             kiri    : pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem

k) Genetalia

Tidak dikaji.

3) Pemeriksaan penunjang

a)  Pemeriksaan laboratorium (18 – 08 – 2006)

PT  : 11,4      kontrol 11,9  14-18 detik (perbedaan kontrol=2 detik)

APTT: 31,3 kontrol 32,5   27-39 detik (perbedaan kontrol=2 detik)

b) Pemeriksaan laboratorium (21 – 08 – 2006)

DL:      Hb                   : 14,4 g/dl

Hct                  : 37,1 %

Plt                    : 3,3 x 103 /µL

WBC               : 5,9 x 103 /µL

RBC                : 4,95 x 106 /µL

c) Pemeriksaan laboratorium (22 – 08 – 2006)

PT  : 18,9     kontrol 18,5   14-18 detik (perbedaan kontrol=2 detik)

APTT: 32,7 kontrol 32,2   27-39 detik (perbedaan kontrol=2 detik)

·    DL:      Hb                   : 13,9 g/dl

                Hct                  : 37,1 %

                GDA               : 100%

32

                Eritrosit           : 3.400/000

                Leokosit          : 8600

                Glukosa acak   : 72 mg/dl        (<120 mg/dl)

                Urea N                        : 8,2 mg/dl       (10-20 mg/dl)

d)  Pemeriksaan laboratorium (24 – 08 – 2006)

                HB                  : 14,0 g/dl

                Leokosit          : 8600

k. Terapi (oloeh : dr. Luca.P tanggal: 20/08/2006)

1) KOATE 3 vial/ hari/ IV

2) Diet TKTP      Nasi 3x sehari

Susu3x 200 cc

2. Analisa Data

Nama   : An “R”                                                                      No. Reg  : 10630470

Umur   : 12 th.                                                                         Ruang     : Anak

NO Tanda dan gejala Penyebab Masalah Ttd.

1 2 3 4 5

1. S : Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat

O: -  wajah menyeringai menahan nyeri

 -  jalan pincang

Reflek spasme otot sekunder kontraktur

Rasa nyaman

( nyeri )

33

3. Diagnosa Keperawatan

Nama   : An “A”                                                                            No. Reg  :105180040Umur   : 12 th.                                                                        Ruang     : Menular Anak

NO Dx KEPERAWATANTGL

DITEMUKAN

TGL

TERATASITTD

1. Nyeri b/d Reflek spasme otot sekunder kontraktur ditandai dengan:

Ds : Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat

Do: -  wajah menyeringai menahan nyeri

 -  jalan pincang

20-08-2006 21-08-06

4. Intervensi

Nama   :An“A”                                                        No Reg : 105180040

Umur : 12 tahun Ruang : Menular Anak

34

35

NO TGL/JAM Dx. KEP. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. 20-09-05

07.30

Nyeri b/d inflamsi dari tulang vertebrae (Dx I)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang/ hilang dengan kriteria:

          Klien mengungkapkan kembali penyebab nyeri dan cara mengatasinya.

          Klien bersedia tidak menekan daerah yang nyeri.

          Klien tidak menekan daerah yang nyeri.

          Klien mengatakan benjolan di punggungnya tidak nyeri lagi.

RR: < 24 x/mnt

N : < 94 x/mnt

-      Jelaskan pada klien penyebab nyeri dan cara mengatasi.

-      Ajarkan teknik distraksi.

-      Anjurkan anak untuk tidak menekan benjolan.

-      Pantau TTV tiap 8 jam

-      Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik bila perlu.

-      Informasi yang adekuat meningkatkan kooperatif klien dan keluarga terhadap tindakan medis dan keperawatan.

-      Mengurangi benjolan dapat menekan syaraf sehingga timbul nyeri.

-      Penekanan benjolan dapat menekan syaraf sehingga timbul nyeri.

-      Deteksi dini perkembangan keadaan umum klien

-      Analgesik  menekan syaraf nyeri.

2. 26-09-05

07.30

Konstipasi b/d penurunan peristaltik sekunder

(Dx II)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan konstipasi teratasi dengan kriteria:

          Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab konstipasi dan cara mengatasi.

          Klien bersedia minum air minimal 2 lt /hr

          Klien minum air minimal 2 lt /hr.

          Klien mengatakan sudah BAB

-      Jelaskan pada klien penyebab konstipasi dan cara mengatasi.

-      Anjurkan klien minum air minimal 2 lt /hr.

-      Anjurkan klien tidak dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama.

-      Anjurkan klien banyak makan sayur dan buah.

-      Pantau peristaltik

-      Informasi adekuat meningkatkan kooperatif klien terhadap tindakan medis keperawatan.

-      Cairan dapat melunakkan feces sehingga mudah dikeluarkan.

-      Imobilisasi dapat menurunkan peristaltik.

-      Sayur dan buah mengandung serat sehingga feces mudah dikeluarkan.

-      Deteksi dini adanya penurunan peristaltik.

5. Implementasi

Nama   : An “A”                                                                          No. Reg  : 105180040Umur   : 12 th.                                                                        Ruang     : Menular AnakNo No Dx Jam / Tgl Implementasi TTD

36

1.

2.

Nyeri

(Dx I)

Konstipasi

(Dx II)

20-09-05

07.45

07.50

07.55

12.00

07.40

07.45

07.50

Menjelaskan pada klien bahwa nyeri terasa jika benjolan ditekan dan diatasi dengan menjaganya agar tidak terkena sentuhan.

-       Anak mendengar dan mengangguk.

Mengajarkan klien untuk teknik distraksi.

-        Anak banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game.

Menganjurkan anak untuk tidak menekan benjolan.

          Anak mengatakan “ya” dan akan berusaha tidak menekannya.

Memantau TTV.

          N : 100 x/mnt

          RR: 20 x/mnt

          S : 365 0C/ axila

Menjelaskan pada anak penyebab konstipasi dan diatasi dengan banyak minum (minimal 2lt / hr)

          Anak mengatakan bersedia minum minimal 2 lt /hr.

Menganjurkan anak banyak makan sayur dan buah.

-        Sayur dan buah selalu dihabiskan.

Menganjurkan anak tidak dalam posisi yang sama dalam waktu lama.

-   Anak mengatakan sering bergerak kadang miring/ duduk.

Memantau peristaltik usus

37

3. Resiko gangguan mobilitas fisik

(Dx III)

08.00

08.05

08.10

08.15

09.00

-        Peristaltik usus + 10 x/mnt.

Menjelaskan pada klien terhadap penyebab gangguan mobilitas fisik dan cara mengatasi

          Anak mendengar dan menganggukkan kepala

Menganjurkan anak untuk menjaga benjolan agar tidak terkena trauma.

          Anak mengatakan nyaman dengan posisi terlentang dan kadang-kadang miring.

Menganjurkan anak tidur dalam posisi yang nyaman atau terserah pada anak asalkan anak tidak merasakan sakit pada benjolannya.

          Terdapat benjolan dari VT12 - VL1.

Melaksanakan program terapi dengan pemberian:

Streptomycyin 500 mg IM

INH 250 mg po

VH B6 10 mg po

Rifampisin 250 mg po

PZA 500 mg po

          Obat masuk dan tidak ada reaksi

6. Evaluasi

Nama   : An “A”                                                                    No. Reg  : 105180040Umur   : 12 th.                                                                   Ruang     : Menular Anak

38

No Dx Kep. Jam/Tgl Catatan Perkembangan Ttd 1

2

Nyeri

(Dx I)

Konstipasi

(Dx II)

21-09-05

07.00

27-09-05

08.00

S : Klien bersedia tidak menekan daerah yang nyeri.

O: Klien tidak menekan daerah yang nyeri.

Klien mengatakan benjolan di punggungnya tidak nyeri lagi.

Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab nyeri dan cara mengatasi.

RR    : 90 x/mnt

Nadi : 100 x/mnt

A :Tujuan tercapai.

P :Hentikan intervensi.

S : Klien bersedia minum air minimal 2 lt/ hr.

-  O : Klien minum air minimal 2 lt /hr.

Klien telah menghabiskan semua buah dan sayur yang diberikan.

Klien BAB 1x /hr lembek, berbentuk.

Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab konstipasi dan cara mengatasi.

Tidak teraba skubala.

Peristaltik usus + 10 x/mnt.

39

A :Tujuan tercapai.

P :Hentikan intervensi.

3 Resiko gangguan mobilitas fisik

(Dx III)

29-09-05

07.00

S : Klien bersedia melindungi benjolannya dari trauma.

O :Klien mengatakan melindungi benjolannya dari trauma.

Klien mampu mengungkapkan kembali penyebab gangguan mobilitas fisik dan cara mengatasi.

Benjolan tidak membesar.

A :Tujuan tercapai, gangguan mobilitas fisik tidak terjadi.

P : Pertahankan intervensi sesuai advis dokter.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

40

Hemofilia adalah kelompok gangguan perdarahan yang diturunkan dengan

karakteristik defisiensi faktor pembekuan darah. Dengan kata lain, Hemofilia

adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang

diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh) atau

dari pihak ibu. Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan

secara six-linked recessive yaitu :Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat

defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan VIII (F VIIIc). Hemofilia B

(penyakit Christmas) akibat defisiensi atau disfungsi faktor F IX (factor

Christmas)

Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi gen yang melibatkan

kode untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala

perdarahan timbul karena pembekuan darah terganggu. Jika lapisan pembuluh

darah menjadi rusak, trombosit direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug

awal. Bahan kimia ini rilis diaktifkan platelet yang memulai kaskade

pembekuan darah, mengaktifkan serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai

faktor pembekuan. Pada akhirnya, terbentuk fibrin, protein yang crosslinks

dengan dirinya sendiri untuk membentuk sebuah mesh yang membentuk bekuan

darah terakhir.

Manifestasi klinisnya, perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.

Ekimosis subkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur 3 – 4

bulan).Hematoma besara setelah infeksi.Perdarahan dari mukosa

oral.Perdarahan jaringan lunak.Gejala awal, yaitu nyeri.Setelah nyeri, yaitu

bengkak, hangat dan penurunan mobilitas. Sekuela jangka panjang. Perdarahan

berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.

Pemeriksaan penunjang untuk penderita hemophilia antara lain Uji

Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah). Biapsi hati (kadang-kadang)

digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.

Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin). Penatalaksanaan bagi

41

penderita hemofilia meliputi berbagai macam hal,hal yang harus dihindari

misalnya: aspirin,obat anti radang nonsteroid,obat pengencer

darah,asetaminophen.Pemberian tranfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF(anti

hemofili factor) untuk hemofilia A dan plasma beku segaruntuk penderita

hemofilia B. Selain itu yang harus diperhatikan adalah menjaga bobot tubuh

tetap sehat ,mencegah olahraga seperti sepak bola,bela diri, tinju, gulat, balap

motor dan basket.

Untuk askep pada pasien hemophilia pengkajian dapat dilakukan secara

anamnesa. Diagnosa yang sering muncul anatara lainresiko kekurangan cairan

b.d factor resiko kehilangan cairan melalui rute abnormal (perdarahan). Resiko

cedera b.d perdarahan dan factor trauma. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan

dan sendi. Hambatan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan

jaringan lain. Ketidakmampuan koping keluarga b.d anak menderita penyakit

serius. Kelelahan berhubungan dengan anemia ditandai dengan lelah, kurang

energi atau tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik sesuai tingkat

biasanya, dan peningkatan kebutuhan istirahat. Perencanaan, implementasi dan

evaluasi dapat disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang dirumuskan

pada bayi baru lahir.

3.2 Saran

Hendaknya para tenaga kesehatan khususnya perawat dapat mengerti maupun

memahami tentang penyakit hemofilia sehingga selain mampu untuk melakukan

tindakan keperawatan kepada pasien, juga mampu mengerti mengenai asuhan

keperawatan pada anak dengan hemofilia.

DAFTAR PUSTAKA

42

Apiliana, Gita dkk.2013.MAKALAH SISTEM IMUN & HEMATOLOGI II: Konsep

Asuhan Keperawatan Pada Klien denganHemofilia. Available:

https://www.scribd.com/doc/246724887/Konsep-Asuhan-Keperawatan-Pada-

Pasien-Dengan-Hemofilia. Diakses pada 7 Oktober 2015 pukul 14.00 WITA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). In Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Gangguan Sistem Hematologi (p. 119). Jakarta: Salemba Medika.

Herlin, Elsa. 2015. ASKEP HEMOFILIA.

http://elsaherlindanrs.blogspot.co.id/2015/03/askep-hemofilia.html. Diakses

pada Kamis, 1 Oktober 2015 pukul 17.00 WITA.

Hillary, Jenica. 2012. BAB I PENDAHULUAN.

https://www.academia.edu/7006766/BAB_I_PENDAHULUAN. Diakses

pada Kamis, 1 Oktober 2015 pukul 17.00 WITA.

Huda, Amin.2013.Aplikasi Asuha Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC.Yogyakara:MediAction

Saputra, Hendra. 2014.LPHEMOFILIA.

https://www.academia.edu/13294261/LP_HEMOFILIA. Diakses pada Sabtu,

3 Oktober 2015 pukul 08.00 WITA.

Sirait, Khaidir Fadli. 2014. ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA PADA ANAK .

http://khaidirfadlisirait.blogspot.co.id/p/blog-page_67.html. Diakses pada

Sabtu, 3 Oktober 2015 pukul 08.00 WITA.

43