BAB I1 (2)

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Obat adalah unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organic atau biosintesis (Ansel, 1989). Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat di katakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat secara obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991). Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi

description

laporan praktikum farmakologi

Transcript of BAB I1 (2)

Page 1: BAB I1 (2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis, pencegahan,

pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat

berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau

dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organic atau biosintesis (Ansel, 1989).

Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang

menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat di katakan bahwa obat dapat

bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat secara

obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu

yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang

berlebihan, maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak

akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika

umum) (Tjay, 2007).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan

(ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya

emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula

menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif

pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk

suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC. Oleh karena itu, pentingnya diadakan

praktikum ini adalah untuk mengamati respon nyeri pada mencit yang ditimbulkan oleh

bahan kimia.

Page 2: BAB I1 (2)

2

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan ini adalah

1. Bagaimana cara mengetahui respon nyeri pada mencit yang ditimbulkan oleh bahan

kimia?

2. Bagaimana cara mengetahui respon menjilat kaki depan atau meloncat (merupakan

respon nyeri mencit) yang ditimbulkan reaksi termis?

3. Bagaimana cara membandingkan hambatan respon nyeri yang timbul setelah

pemberian obat analgesic?

4. Bagaimana cara menjelaskan mekanisme kerja obat analgesic?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pembuatan laporan ini adalah

1. Untuk mengamati respon nyeri pada mencit yang ditimbulkan oleh bahan kimia.

2. Untuk mengamati cara mengetahui respon menjilat kakai depan atau meloncat

(merupakan respon nyeri mencit ) yang ditimbulkan reaksi termis.

3. Untuk membandingkan hambatan respon nyeri yang timbul setelah pemberian obat

analgesic.

4. Untuk menjelaskan mekanisme kerja obat analgesic.

Page 3: BAB I1 (2)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Tinjauan Pustaka

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri

dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah

perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman

kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan,

rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007)..

Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit,

otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras,

yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat

dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003).

Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriene, dan

prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit,

mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan

kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh,

terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat

dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-

lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di

otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007).

Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan

dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Rangsangan Mekanik

Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan

jarum,irisan pisau dan lain-lain.

2. Rangsangan Termal

Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu. Rata-rata manusia akan merasakan

nyeri jika menerima panas diatas 45oC, dimana mulai pada suhu tersebut jaringan

akan mengalami kerusakan.

3. Rangsangan Kimia

Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di sebut

mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain: bradikinin, serotonin,

Page 4: BAB I1 (2)

4

histamin, asetilkolin danprostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling

berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang

berperan (ion K positif).

Proses Terjadinya Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan

hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP)

melalui dua sistem serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus

bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri

dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran

0,5-2 m/detik. Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan

menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajamdan terlokalisasi, sedangkan serabut C

menghantarkan "nyeri lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal, dan

perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir

pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui

traktus ini ke nukleus posteromida ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini

impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

Klasifikasi Nyeri 

Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:

a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu dibagi menjadi dua, yaitu

1. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat.

Contoh nyeri akut adalah trauma.

2. Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama Contoh nyeri

kronis adalah kanker.

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan tempat terjadinya dibagi menjadi 3, yaitu

1. Nyeri somatik adalah nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya

kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani.

Contohnya adalah nyeri karena tertusuk.

2. Nyeri visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam.

Contohnya adalah nyeri karena trauma di hati atau paru-paru.

3. Nyeri Reperred adalah nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri. Contohnya

adalah nyeri angina.

Page 5: BAB I1 (2)

5

c. Klasifikasi nyeri berdasarkan persepsi nyeri dibagi menjadi 2, yaitu

1. Nyeri Nosiseptis adalah nyeri yang kerusakan jaringannya jelas.

2. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. Contohnya

adalah nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.

d. Klasifikasi nyeri berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu

1. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)

Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal,

diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan non

salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat (Gilang, 2010).

2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti

opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau

menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan

adiksi/ketergantungan. Ada 3 golongan obat ini yaitu(Medicastore,2006) :

1) Obat yang berasal dari opium-morfin

2) Senyawa semisintetik morfin

3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Mekanisme Kerja Obat Analgesik

1. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim

siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya

adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok

pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang

terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya

tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum

dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan

hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh

penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).

2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase

dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek

sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek

Page 6: BAB I1 (2)

6

analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral.

Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu

pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah

pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu

1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya

makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan

dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk

golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin

sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam

mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).

Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko besar

terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat

ini hanya dibenarkan untuk pengobatan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat,

patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal). Tanpa indikasi

kuat, tidak dibenarkan penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi

nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena

dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan sebagai

pramedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat anestesi umum sehingga

mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi.(anonim,2010)

Mekanisme kerja Paracetamol :

Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat

menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara

berbeda (Wilmana, 1995).

Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah

yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada

pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada

siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986).

Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa

nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan

efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa

prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).

MONOGRAFI

Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit

Page 7: BAB I1 (2)

7

Kelarutan : larut dalam air mendidih , mudah larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya

(Anonim,1995).

Khasiat : Analgetik, antipiretik

Dosis : 500 – 2000 mg per hari (Anonim, 1979).

2.2. Metode

2.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

1. Spet

2. Stopwatch

3. Kandang mencit

4. Penutup kandang yang kasar (kawat)

5. Lampu senter

6. Handchoen

7. Masker

2.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

1. Suspensi paracetamol 0,5 ml

2. Suspense asam asetat 0,2 ml

3. Mencit (Mus musculus) 2 ekor sebagai hewan coba

4. Koran

5. Tissue

6. Alcohol 70%

Page 8: BAB I1 (2)

8

2.2.3 Prosedur Kerja

Disimpulkan

Dihitung presentase daya analgesiknya% daya analgesik = 100- ( x 100)

Dimana, P= Jumlah komulatif liukan mencit control positiveK = Jumlah liukan mencit control negative

Dibandingkan hasilnya dari mencit 1 dan mencit 2

Dilakukan pengamatan liuakan setiap 5 menit selama 20 menit

Ditunggu sampai 5 menit, diamati, dan dicatat jumlah respon nyeri yang ditimbukan pada kedua mencit tersebut (control positive dan control negative)

Dituggu sampai 20 menit, diinjeksikan masing-masing mencit (control positve dan control negative) secara intraperitoneal dengan larutan asam asetat 1%

Dinjeksikan suspensi paracetamol 0,5 ml pada mencit 1 sebagai contol positive secara subkutan

Dibagi mencit menjadi 2 kelompok (control positive dan control negative)

Page 9: BAB I1 (2)

9

BAB III

HASIL PERCOBAAN

3.1. Tabel Penelitian

KETERANGANWaktu (menit)

5 10 15 20

Mencit A (kontrol positif) 3 8 17 29

Mencit B (kontrol negatif) 11 21 43 62

3.2. Data Perhitungan

% Daya Analgesik = 100 – (PK x 100 )

= 100 – (2962 x 100)

= 100 – 46,77

= 53,23%

Page 10: BAB I1 (2)

10

BAB IV

PEMBAHASAN

Percobaan yang telah dilakukan adalah analgetik pada mencit yang bertujuan untuk

mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan daya analgetika dari obat parasetamol

berdasarkan perbedaan jumlah dosis pemberian menggunakan metode rangsang kimia.

Percobaan ini dilakukan terhadap hewan percobaan, yaitu mencit (Mus muscullus), dimana

mencit A sebagai control positif dan mencit B sebagai control negative. Metode rangsang

kimia digunakan berdasarkan atas rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang

digunakan untuk penetapan daya analgetik. Pada percobaan ini digunakan metode Witkin (

Writhing Tes Metode Geliat ), dengan prinsip yaitu memberikan asam asetat 1% (indikator

nyeri) kepada mencit yang akan menimbulkan geliat (Writhing), sehingga dapat diamati

respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki

ke belakang, dan membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik

(paracetamol) akan mengurangi respon tersebut.

Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara subkutan pada mencit A

sebagai kontrol positif dan secara intra peritoneal pada mencit B sebagai kontrol negatif. Pada

mencit A telah diberikan paracetamol 0,5 ml secara subkutan sedangkan pada mencit B tidak

diberikan perlakuan apapun. Setelah 2 menit masing- masing menit di berikan asam asetat 1

% melalui intraperitonial. Larutan asam asetat diberikan setelah 2 menit, ini bertujuan agar

obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa

nyeri. Pada masing masing mencit di berikan asam asetat 1 % melalui intra peritoneal karena

memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek,

mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak

jaringan tubuh jika pada organ tertentu. Misalnya apabila asam asetat 1% diberikan per oral,

akan merusak saluran pencernaan, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan

terhadap asam. Baik kontrol positif maupun negatif mencit diberikan asam asetat 1 %

dengan cara intraperitonial tujuannya diberikan secara intraperitonial yaitu untuk mencegah

penguraian steril asam asetat saat melewati jaringan fisiologi pada organ tertentu. Dan larutan

steril asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain

misalnya per oral karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap

pengaruh asam . Larutan asam asetat diberikan setelah 5 menit karena diketahui bahwa obat

yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi, untuk meredakan rasa nyeri

Page 11: BAB I1 (2)

11

selama beberapa menit kemudian setelah diberikan asam asetat 1% pada masing₋masing

mencit menunjukkan efek obat mulai beraksi dengan ditandai kaki di tekuk kebelakang,

kejang perut.

Berdasarkan percobaan pada pemberian obat tersebut yang diamati setiap 5 menit

sekali selama 20 menit, didapatkan hasil reaksi geliatan pada mencit A sebanyak 29 kali dan

pada mencit B sebanyak 62 kali. Dari hasil tersebut didapat persentase daya analgesik yaitu

53,23%. Hal ini sesuai dengan teorinya, yaitu pada mencit B (control negative) yang diinjeksi

dengan asam asetat 1% saja memberikan hasil geliatan lebih banyak daripada mencit A yang

diinjeksi dengan parasetamol dan asam setat 1% karena parasetamol dapat meringankan rasa

nyeri pada mencit dengan menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat

menjadi prostaglandin terganggu. Selain itu karena asam asetat merupakan asam lemah yang

tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap hewan percobaan akan

merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan

atau inflamasi. Prostaglandin menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi

mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia,

kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan

menimbulkan nyeri yang nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki belakang saat efek

dari penginduksi ini bekerja.

Page 12: BAB I1 (2)

12

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil praktikum analgetika pada mencit adalah

1. Respon nyeri pada mencit yang ditimbulkan dengan adanya penambahan suspensi

asam asetat 1% adalah reaksi geliatan pada mencit.

2. Respon geliatan (respon nyeri mencit) pada mencit A sebagai control positif

(parasetamol dan asam asetat 1%) lebih sedikit daripada pada mencit B sebagai

control negative (asam asetat 1%).

3. Berdasarkan aksinya obat analgesic dibagi menjadi 2, yaitu opioid dan nonopioid.

4. Mekanisme kerja obat opioid adalah terikatnya opioid pada reseptor mengakibatkan

hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion kalium ke dalam sel dan

menghasilkan pengurangan masuknya ion kalsium ke dalam sel sehingga ion kalsium

berkurangb dan menyebabkan terjadinya pengurangan terlepasnya mediator inflamasi.

Sedangkan mekanisme kerja obat nonopioid adalah mengeblok pembentukan

prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX (siklooksigenase) pada daerah

yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari praktikum analgetika pada mencit adalah

1. Lebih berhati-hati dalam penanganan hewan percobaan dan dalam pemberian obat

anlgesik pada mencit secara subkutan dan secara intraperitonial agar tidak mengalami

kerusakan pada jaringan kulit saat penyuntikan.

2. Usahakan seluruh bahan obat dalam spuit masuk kedalam daerah yang diingikan

dengan tepat agar dapat memberi efek farmakologi.

Page 13: BAB I1 (2)

13

DAFTAR PUSTAKA

Green. 2009. Analgetika, (online), (http://greenhati.blogspot.com/2009/05/obat-analgetikdan

farmakodinamikanya.html), diakses tanggal 31 Maret 2015.

Katzung, BG. 1997.Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. Jakarta: EGC.

Medicastore. 2006. Obat Analgesik Antipiretik, (online), (http://medicastore.com/apotik-

online/obat-saraf-otot/obat-nyeri.htm), diakses pada tanggal 31 Maret 2015.

Saleh, S. Danu, R., 2001. Penggunaan Obat Secara Rasional : Upaya Untuk Mengatasi

Ketidakrasionalan Pemberian Obat. Majalah Kesehatan Indonesia, 11, 737 -

739.

Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Gramedia.

Tanu, Ian. 1976. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 1964. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta: PT.

Gramedia.

Tim laboratorium farmakologi, 2015. Petunjuk Pratikum Farmakologi . Institut Ilmu

Kesehatan Kediri: Kediri

Page 14: BAB I1 (2)

14

LAMPIRAN

Pemberian suspensi paracetamol 0,5 ml secara subkutan pada mencit A (kontrol positif)

Page 15: BAB I1 (2)

15

Pemberian larutan asam asetat 1% secara intraperitoneal pada mencit A (kontrol positif)

Kondisi mencit A setelah diinjeksi suspensi paracetamol dan larutan asam asetat 1%

Pemberian larutan asam asetan 1% secara intraperitoneal pada mencit B (kontrol negatif)

Page 16: BAB I1 (2)

16

Kondisi mencit B setelah diinjeksi suspensi asam asetat 1%

PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan analgesic?

Analgesic adalah senyawa atau adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan

rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita

2. Bagaimana proses terjadinya rasa nyeri?

Adanya rangsangan-rangsangan mekanisme/kimiawi (kalor/listrik) yang dapat

menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang

disebut mediator-mediator nyeri. Mediator-mediator nyeri itu adalah histamine,

serotonin, plasmakinin-plasmakini, prostaglandin-prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat

ini merangsang reseptor nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lender, dan

jaringan. Lalu dialirkan melalui saraf sensoris ke sistem saraf pusat (SSP) melalui

sumsum tulang belakang ke thalamus dan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls

dirasakan sebagai nyeri.

3. Rangsangan rusak (naksus) apa saja yang dapat menimbulkan nyeri?

Rangsangan rusak (naksus) yang dapat menimbulkan nyeri antara lain rangsangan

mekanisme/kimiawi atau fisis.

Page 17: BAB I1 (2)

17

a. Rangsangan Mekanik, nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum,irisan pisau dan lain-lain.

b. Rangsangan Termal, nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu. Rata-rata manusia akan merasakannyeri jika menerima panas diatas 45 C, dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan.

c. Rangsangan Kimia, jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang disebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin danprostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, dan ion kalium.

4. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetik secara umum?

a. Mekanisme kerja obat opioid adalah terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan

pengurangan masuknya ion kalsium ke dalam sel, selain itu mengakibatkan

hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion kalium ke dalam sel. Hasil dari

berkurangnya ion kalsium dalam sel adalah terjadinya pengurangan terlepasnya

dopamine, serotonin, dan peptide penghantar nyeri, contohnya seperti substansi P,

dan mengakibatkan transmisi rangsangan nyeri terhebat.

b. Mekanisme kerja obat nonopioid adalah mengeblok pembentukan prostaglandin

dengan jalan menginhibisi enzim COX (siklooksigenase) pada daerah yang terluka

dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri.

5. Sebutkan kegunaan khusus masing-masing obat, efek samping, cara kerja, dan

kontraindikasinya?

a. Obat  Analgesik Non-opioid

1. Salicylates

Contoh Obatnya: Aspirin, mempunyai kemampuan menghambat biosintesis

prostaglandin.

Kerjanya: menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis

yang tepat,obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun

tromboksan A2

Efek sampingnya: gangguan lambung (intoleransi). Efek ini dapat diperkecil

dengan penyangga yang cocok (minum aspirin bersama makanan yang diikuti

oleh segelas air atau antasid).

Kontraindikasi: ulkus peptikum, asma, alergi.

Page 18: BAB I1 (2)

18

2. p-Aminophenol Derivatives

Contoh Obatnya: Acetaminophen (Tylenol) adalah metabolit dari fenasetin.

Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan

tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk

nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca

persalinan dan keadaan lain.

Efek samping: kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati. Pada

dosis besar dapat menimbulkan pusing,mudah terangsang, dan disorientasi.

3. Indoles and Related Compounds

Contoh Obatnya : Indomethacin (Indocin), obat ini lebih efektif daripada

aspirin, merupakan obat penghambat prostaglandin terkuat.

Efek samping: menimbulkan efek terhadap saluran cerna seperti nyeri

abdomen, diare, pendarahan saluran cerna,dan pancreatitis, serta menimbulkan

nyeri kepala, dan jarang terjadi kelainan hati.

4. Fenamates

Contoh Obatnya: Meclofenamate (Meclomen) merupakan turunan asam

fenamat, mempunyai waktu paruh pendek.

Efek samping: serupa dengan obat-obat AINS baru yang lain dan tak ada

keuntungan lain yang melebihinya. Obat ini meningkatkan efek antikoagulan

oral.

Kontraindikasi: pada kehamilan.

5. Arylpropionic Acid Derivatives

Contoh Obatnya : Ibuprofen (Advil)

Tersedia bebas dalam dosis rendah dengan berbagai nama dagang.

Kontraindikasi : pada mereka yang menderita polip hidung, angioedema, dan

reaktivitas bronkospastik terhadap aspirin.

Efek samping : gejala saluran cerna.

6. Pyrazolone Derivatives

Contoh Obatnya : Phenylbutazone (Butazolidin)

Untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.obat ini

mempunya efek anti-inflamasi yang kuat. tetapi memiliki efek samping yang

serius sepert agranulositosis, anemia aplastik,anemia hemolitik,dan nekrosis

tubulus ginjal.

Page 19: BAB I1 (2)

19

7. Oxicam Derivatives

Contoh Obatnya : Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan struktur baru.

Waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai

kelainan otot rangka.

Efek samping : tinitus, nyeri kepala, dan rash.

8. Acetic Acid Derivatives

Contoh Obatnya : Diclofenac (Voltaren)

Penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgetik,

dan antipiretik. waktu parunya pendek, dianjurkan untuk pengobatan artristis

rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.

Efek sampingnya distres saluran cerna, perdarahan saluran cerna,dan tukak

lambung.

9. Miscellaneous Agents

Contoh Obatnya : Oxaprozin (Daypro)

Obat ini mempunyai waktu paruh yang panjang. Obat ini memiliki beberapa

keuntungan dan resiko yang berkaitan dengan obat AINS lain.

b. Obat Analgesic Opioid

1. Morfin dan Alkaloid Opium

Indikasi: meredakan atau  menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati

dengan dengan analgesic non-opioid, mengurangi atau menghilangkan sesak

napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri, mengehentikan

diare.

Kontraindikasi: Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem,

kifoskoliosis, korpulmonarale kronik dan obesitas yang ekstrim.

2. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain

Indikasi: untuk menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat praanestetik.

Kontraindikasi: pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus

dikurangi karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis

meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama antisipkosis, hipnotif sedative

dan obat-obat lain penekanSSP. Pada pasien yang sedang mendapat MAO

inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksitasi

dan demam.