BAB I · Web viewSetelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu: Menjelaskan tentang pandangan...
Transcript of BAB I · Web viewSetelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu: Menjelaskan tentang pandangan...
PERMINTAAN UANG
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang pandangan kaum kalsik terhadap teori permintaan
uang
2. Menjelaskan tentang pandangan Keynes tentang teori permintaan uang
3. Menggambar kurva IS-LM
4. Menjelaskan tentang teori permintaan uang dalam Islam
Deskripsi Singkat:
Paba bab 4: Perkembangan Teori Moneter, membahas tentang berbagai
perkembangan teori moneter mulai dari teori moneter klasik, teori moneter
keynes, dan sintesis IS-LM yang merupakan gabungan dari klasik dan
keynes. Ketiga teori tersebut dibedakan dari cara pandang ketiganya
terhadap masalah-masalah khususnya tentang teori permintaan uang,
serta kebijakan moneter. Selain itu dijelaskan juga tentang teori
permintaan menurut pandangan Islam.
Bab 4: Permintaan Uang 2
BAB 4
4.1. Teori Moneter Klasik4.1.1. Pendahuluan
Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving
Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa
penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand).
Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau
underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat
mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full
employment).
Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan
banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin
tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat
dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi
lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui
bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible
hand.
Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu
akan menurunkan upah yang dikehendakinya sampai ada pengusaha yang mau
mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat
menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai
terjual habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu
terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai
hasil saling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip
laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)
Tetapi Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa
meskipun produksi barang dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam
jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namun tidak dapat dipastikan
bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa
tersebut. Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, namun belum
menciptakan pengeluaran dengan jumlah yang sama. Misalnya jika masyarakat
menabung terlalu banyak dari pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan
keinginan perusahaan untuk melakukan investasi), maka ada sebagian produksi
yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume produksi,
sehngga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi
Bab 4: Permintaan Uang 2
produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan
akan menjadi lebih rendah daripada semula.
Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut
tidak berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha
untuk membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya,
sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan
keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya
kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat=investasi
meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat
bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan sama dengan
keinginan menabung masyarakat.
4.1.2. Teori Kuantitas Uang4.1.2.1. Teori Irving Fisher
Prinsip dasar teori ini adalah falsafah Say, bahwa ekomi akan selalu berada
dalam keadaan Full Employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan
teorinya dengan suatu persamaan.
Dimana M : Jumlah Uang
V : Tingkat Perputaran Uang (velocity)
P : Harga (price)
T : Volume barang yang menjadi obyek transaksi
Persamaan di atas merupakan suatu identitas (identity), yang
menggambarkan total pengeluaran (MV) sama dengan barang yang dibeli (PT), dan
belum menyentuh tentang kuantitas uang.
4.1.2.2. Cambridge/Marshall Equation
Marshal lebih menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu
periode malainkan pada bagian dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam
uang kas. Secara matematika sederhana, teori Marshall dapat ditulis sebagai
berikut :
Bab 4: Permintaan Uang 3
M.V = P.T
M = k.P.Y
Dimana M : Jumlah Uang
k : Bagian dari GNP yang diwujudkan uang kas, k = 1/v
P : Harga (price)
Y : GNP riil
1. Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur
jumlah output, tetapi diganti dengan Y. T lebih besar dari Y, karena Y tidak
termasuk barang setengah jadi.
2. Persamaan Marshall sudah menunjukkan adanya permintaan uang dimana
masyarakat menghendaki bagian tertentu dari pendpatannya diwujudkan
dalam bentuk uang kas, yang ditunjukan dengan nilai k. (teori kuntitas uang)
3. Menurut teori kuantitas uang, perubahan JUB mengakibatkan perubahan
harga secara proporsional. Kalau JUB naik 2 kali, harga juga akan naik 2
kali.
4. Pandangan di atas didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :
a. Persamaan MV = PT, T dianggap tetap karena selalu dalam keadaan
full employment (Say)
b. V juga dianggap tetap, karena perubahan cara pembayaran akan
terjadi dalam waktu yang lama, sehingga k = 1/v juga tetap.
5. Kongklusi : JUB hanya mempengaruhi harga secara proporsional. Uang
tidak mempengaruhi output riil (Y). Y hanya dipengaruhi oleh jumlah dan
kualitas faktor produksi.
4.2. Teori Moneter Keynes4.2.1. Pendahuluan
Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment,
Interest and Money”, 1936 melakukan kritik terhadap teori Klasik. Menurut keynes,
mekanisme pasar tidak secara otomatis menciptakan Full Employment dalam
perekonomian. Oleh karena itu membutuhkan campur tangan pemerintah (investasi
yang besar) sebagaimana disampaikan dalam kumpulan kuliahnya di Oxford
University yang diterbikan ahun 1926 dengan judul ”The End of Laissez Faire”,
dalam bukunya dinyatakan ;
“I believe that some coordinate act of intelligent judgement is required as to the scale on which it is desirable that the community as a whole should save, to scale on which these savings should go abroad in the form of foreign investments, and whether the present organization ot the investment market distributes savings along the most nationally productive channels. I do not
Bab 4: Permintaan Uang 3
think that these matter should be left entirely to the chances of private judgement and privat profits, as they are at present”
A Tract on Monetary Reform merupakan buku Keynes yang menegaskan
pentingnya kebijakan stabilitas harga. Instabilitas harga memiliki dampak yang
berbeda terhadap tiga golongan masyarakat.
1. Investor, dirugikan pada saat terjadi inflasi (kenaikan harga)
2. Pengusaha, dirugikan saat terjadi deflasi
3. Penerima Upah, dirugikan saat terjadi deflasi
Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan tentang Stabilitas Harga oleh
pemrintah, karena stabilisasi tidak dapat dilakukan dalam sistim moneter saat itu
(standar emas)
4.2.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keynes membantah Klasik dimana S = I dalam keadan full employment.
Menurut Keynes, dalam kenyataan S ≠ I, dan keseimbangan pendapatan dapat
tercapai sebelum full employment.
Contoh Kasus :
Output Perusahaan (FE) Rp. 1.000,- juta (Y) dengan kasus sebagai berikut ;
1. Perusahaan Menjual 800 Persediaan 200
Keinginan perusahaan tepat sama dengan keinginan Rumah
Tangga2. Konsumen / RT
Membeli 800 Tabungan 200
3. Konsumen / RT
Membeli 700 Tabungan 300
Keinginan tidak sama, bagaimana ?
Terhadap kasus no 3 di atas Klasik dan Keynes memiliki pendapat dan penyelesaian
yang berbeda ;
KLASIK KEYNESKeinginan menabung > investasi Output tdk terjual harga turun sampai terjual habis Upah turun karena produksi berkurang dan buruh tidak beredia menganggur Bunga turun karena S > I Tabungan turun & konsumsi naik S = I dalam keadaan FE
Keinginan menabung > investasi Perusahaan mengurangi produksi Output akan turun selama S>I, dan berhenti saat S=I Tercipta keseimbangan baru dimana Yeq baru < Yeq lama
4.2.3. Konsumsi dan Penentuan Pendapatan Nasional (GNP)
Bab 4: Permintaan Uang 3
Secara lebih detil dapat diamati dalam gambar pengeluaran, dan
Pendapatan Nasional di bawah ini.
Gambar 4.1Pengeluaran (C+I) dan Pendapatan Nasional
1. C = a + bY b (marginal propencity to consume) (C/Y) nilai b < 1
2. Misalkan b = 0,6, maka setiap kenaikan Pendapatan Rp.1000,- akan menambah
konsumsi sebesar Rp.600,-, yang berarti pula tambahan untuk tabungan
sebesar Rp. 400,-
3. a = konstantan yaitu besarnya konsumsi saat pendapatan (Y) = 0, dan faktor
yang mempengaruhi C selain Y, dimana kenaikan a akan menggeser kurva C.
4. Sudut 45o menunjukkan adanya keseimbangan antara pengeluaran (E) =
Pendapatan Nasional (Y)
5. Pengeluaran terdiri atas Konsumsi dan Investasi (autonomous, besarnya tidak
tergantung pada pendapatan)
Bab 4: Permintaan Uang 3
C, IE = Y
Z E = C + I
C = a + bY
I
Y eq
Pendapatan45 o
1b
a
Gambar 4.2Tabungan (S) dan Investasi (I)
1. Yeq diperoleh apabila E=Y. Ditunjukkan dari perpotongan antara garis E = C + I
dengan garis pembantu Y=E
2. S = Y- C
S = Y – (a + bY) Y – a – bY
S = - a + (1 – b)Y
3. (1-b) marginal propencity to saving (MPS) (S/Y)
4. Pada Yeq, keinginan RT untuk menbung sama dengan keinginan perusahaan
untuk investasi, sehingga di atas Yeq keinginan menabung RT lebih besar dari
keinginan investasi perusahaan.
Perubahan Pendapatan Nasional (GNP)
PERTANYAAN JAWABANApakah Yeq akan bertahan lama ? Ya, apabila tidak terjadi perubahan
fungsi C, S dan IKalau Yeq bertahan lama, apakah hal itu baik ?
Ya, apabila Yeq tersebut berada dalam keadaan Full EmploymentKeynes : menolak anggapan ini, karena I bersifat tidak stabil sehingga sering naik-turun, sehingga pendapatan nasional juga naik turun.
Bab 4: Permintaan Uang 3
S, IS = - a + (1-b)Y
ZI
Y eq
Pendapatan
- a
Gambar 4.3Penurunan Pengeluaran Investasi
1. Turunnya investasi dari Io ke I1, menggeser keseimbangan dari Z ke N dan
pendapatan nasional turun dari Yo ke Y1 (penurunan Y sebesar Y=NM=ZM)
2. Besar penurunan investasi = ZP, dimana ZP<ZM (atau penurunan investasi
yang kecil mengakibatkan penurunan Y yang lebih besar
3. Penjelasan : Investasi turun Pendapatan turun Konsumsi turun sebesar bY
pendapatan turun lagi dan seterusnya. Turunnya pendapatan sebesar angka
pengganda dikalikan besar penurunan investasi.
4. Besarnya angka pengganda dapat dijelaskan secara matematis sebagai berikut;
Y = C + I
C = bY
Y - C = I
Y - bC = I, kedua ruas dibagi (1-b), sehingga
Y = I (1/(1-b), dimana 1/(1-b) adalah angka pengganda (multiplier)
5. Perubahan pengeluaran di atas bersifat Autonomous (independen/tidak
tergantung GNP), tetapi pada proses multiplier, perubahan pengeluaran
outonomous ini mengakibatkan perubahan pengeluaran induced. Misalnya
makin besar MPC, makin besar pula perubahan GNP.
Bab 4: Permintaan Uang 3
C, I E = Y
Z
E = C + I1
C = a + bYM
Y 1
Pendapatan45 o
NI
a
Y o
P
E = C + Io
Y
6. Keynes : Pengeluaran konsumsi bersifat induced (tergantung pendapatan),
sedangkan pengeluaran investasi adalah autonomous (tidak tergantung
pendapatan, tetapi tergantung tingkat bunga dan keuntungan)
7. Keynes : masalah utama makro ekonomi adalah perubahan engeluaran
autonomous akan mengakibatkan fluktuasi dalam kegiatan ekonomi melalui
proses multiplier.
Perubahan GNP akan mengakibatkan UNEMPLOYMENT apabila pengeluaran autonomous turun di bawah Full Employment GNP. Sebaliknya, akan terjadi
inflasi apabila pengeluaran autonomous naik sedangkan GNP sudah ada pada keadaan Full Employment. APA YANG HARUS DILAKUKAN ???
SOLUSI KLASIK SOLUSI KEYNESTidak berbuat apa-apa (do nothing-laissez faire), dalam jangka panjang akan terjadi FE dan equilibrium
Do something, melalui Peran Pemerintah, karena dalam jangka panjang kita semua akan mati. Oleh karena itu, teori Keynes lebih menitikberatkan pada analisis jangka pendek
4.2.5. Peranan PemerintahApabila investasi swasta tidak mencukupi untuk mendorong kenaikan GNP,
maka diperlukan intevensi pemerintah, baik melalui pajak maupun pengeluaran
pemerintah (G). Selanjutnya adalah memasukkan intervensi pemerinth ke dalam
model matematika.
Bab 4: Permintaan Uang 3
Y = C + I + G
Gambar 4.4Pengeluaran C + I + G dan Pendapatan Nasional
Gambar 4.5Pajak dan Pendapatan Nasional
Bab 4: Permintaan Uang 3
C, I, G E = Y
Z
E = C + I
C = a + bYM
Y o Pendapatan Nasional (Y)
45 o
I
G
a
Y 1
P
E = C + I + G
C, I, G E = Y
CT = a + bY
C = a + bY
Y eq Pendapatan Nasional (Y)
45 o
- bT
a
Y eq
E = C + I + G
CT = a + bY + BT
(Tanpa Pajak)(Dengan Pajak)
1. Gambar 5.4, bila Yo keadaan Full Emploiment, maka adanya G akan
menimbulkan inflasi (infltionry gap), oleh karena itu biasanya G dibiayai melalui
perpajakan.
2. Pajak tidak langsung mempengarui I atau G, tetapi mempengaruhi pendapatan
yang siap dibelanjakan (disposable income), yaitu pendapatan setelah dikurangi
pajak.
atau
Sehingga mamtematika sederhana besarta multiplier G dan T dapat ditunjukkan
sebagai berikut ;
a. Keadaan keseimbangan :
Y = C + I + G
b. Fungsi Konsumsi :
C = a + bYd, Yd adalah disposable income yang besarnya = Y – T
c. Fungsi Pajak :
T = To + tY, dimana To adalah Pajak tetap, dan t adalah tarif pajak
d. Investasi (I) dan Pengeluaran Pemerintah (G) dianggap tetap (autonomous)
e. Dengan substitusi diperoleh :
C = a + bYd
C = a + b(Y – T)
C = a + b(Y – To – tY)
C = a – bTo + b(1-t)Y
f. Perubahan To akan menggesar garis C, sedang perubahan t akan mengubah
lereng C
g. Selanjutnya memasukkan persamaan terakhir ini ke dalam persamaan ’a’,
diperoleh ;
Y = C + I + G
Y = a – bTo + b(1-t)Y + I + G
{1-b(1-t)}Y = a – bTo + I + G
Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa G mempunyai multiplier seperti I
dan a (konsumsi autonomous) sebesar ;
Multiplier G, I atau a =
Demikian pula dapat diketahui pula besarnya multiplier pajak (T) yaitu sebesar ;
Bab 4: Permintaan Uang 3
C = a + b(Y – T) C = a + bY – bT
Multiplier
Berdasarkan analisi multiplier ini, Keynes yakin bahwa turunnya investasi
swasta tidak akan memiliki efek terhadap GNP manakala diimbangi dengan
kenaikan pengeluaran pemerintah dalam jumlah yang sama atau penerimaan
pajak (kebijakan fiskal)
Pasar Uang dan Tingkat BungaMenurut Klasik, tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara Tabungan
dan Invstasi. Tetapi Keynes memiliki pandangan yang berbeda. Tingkat bunga
ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang (pada pasar uang). Uang
merupakan alat portopolio yang bisa diwujudkan dalam bentuk UANG KAS dan
SURAT BERHARGA.
Resiko dan gain surat berharga ditentukan oleh tingkat bunga ”rata-rata” dari
segala macam surat berharga yang beredar di masyarakat. Permintaan uang oleh
Keynes disebut sebagai Liquidity Preference tergantung dari tingkat bunga.
Gambar 4.6Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga
Teori tingkat bunga Keynes memiliki hubungan yang negatif antara Tingkat
Bunga Vs. Jumlah Uang.
1. Terjadi spekulasi dalam fluktuasi tingkat bunga
2. Naiknya tingkat bunga cost memegang uang kas naik hasrat memegang
uang kas turun demikian pula sebaliknya.
Bab 4: Permintaan Uang 3
Tingkat Bunga (%)
G
Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0
req
Liquidity Preference
Jumlah Uang
J1J2
E
Fr 1
r 2 Menjual Surat Berharga
Membeli Surat Berharga
3. Pada tingkat bunga keseimbangan (req), keinginan memegang uang kas
sama dengan Jumlah uang.
4. Bila tingkat bunga di bawah keseimbangan (r1), masyarakat menginginkan
uang kas lebih banyak dengan menjual surat berharga, pada koordinat F.
Penjual surat berharga ini mendorong harga ’surat berharga’ turun, sampai
keadaan keseimbangan dimana keinginan memegang uang kas sama
dengan JUB. Dan demikian pula sebaliknya.
4.2.6. Kebijakan MoneterTingkat bunga akan berubah apabila terdapat perubahan dalam permintaan
dan penawaran uang. Diasumsikan bahwa permintaan uang tidak berubah, untuk
menganalisis bagaimana pengaruh penawaran uang terhadap tingkat bunga dan
kegiatan ekonomi (diukur dengan GNP)
Gambar 4.7Efek Perubahan Jumlah Uang Terhadap Tingkat Bunga
1. Penambahan JUB sebanyak Rp. 1 T mengakibatkan JUB dari Rp.6 T menjadi
Rp.7 T, dan akhirnya suku bunga turun dari r6 menjadi r7, dan setrusnya
2. Pengaruh penambahan JUB terhadap GNP dapat dijelaskan dengan tingkat
bunga. Turunnya bunga mengakibatkan investasi naik, ceteris paribus, kurva
investasi bergesar naik dan GNP naik melalui proses multiplier (gambar 5.3).
Bab 4: Permintaan Uang 4
Tingkat Bunga (%)
G
Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0
R6
Liquidity Preference
Rp.5 T
J1J2
E
Fr 7
r 5
Rp.7 TRp.6 T
Gambar 4.8Liquidity Trap
1. Pada tingkat bunga yang sangat rendah, masyarakat berkeyakinan akan terjadi
kenaikan hingga ke tingkat yang wajar di masa yang akan datang. Pada saat ini
harga surat berharga sangat tinggi sehingga meskipun terjadi kenaikan jumlah
uang berdar, masyarakat memilih menyimpan dalam bentuk uang kas. Inilah
yang disebut sebagai ”Liquidity Trap”, bagian yang horizontal dari kurva
permintaan uang.
2. Pada keadaan ini, kebijakan moneter tidak efektif sama sekali, karena setiap
penambahan JUB tidak akan digunakan untuk membeli surat berharga, tetapi
disimpan dalam bentuk uang kas
Bab 4: Permintaan Uang 4
Tingkat Bunga (%)
G
Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0
Liquidity Preference
Rp.5 T
J1J2
E
Fr 6,7
r 5
Rp.7 TRp.6 T
Gambar 4.9Kebijakana Moneter dan Lereng Kurva Permintaan Uang
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dijelaskan ;
1. Semakin datar kurva permintaan uang, kebijaksanaan moneter makin tidak
efektif, karena perubahan tingkat bunga yang ditimbulkan kecil sehingga
perubahn terhadap GNP juga kecil
2. Penambahan JUB dari Rp 5 T ke Rp 6 T akan menurunkan tingkat bunga.
Pada kurva permintaan uang datar, penurunan tingkat bunga yang kecil saja
mampu mendorong jumlah yang diminta naik dengan presentasi yang lebih
besar.
3. Efektifitas kebijakan moneter tidak hanya ditentukan oleh lereng kurva
permintaan uang, tetapi oleh elastisitas kurva pengeluaran investasi
terhadap tingkat bunga. Semakin elastis kurva investasi, penurunan tingkat
bunga yang kecil saja akan mendorong naiknya investasi yang cukup besar,
sehingga GNP turut naik dengan jumlah yang besar pula.
Bab 4: Permintaan Uang 4
Tingkat Bunga (%)
Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0
Liquidity Preference Datar
Rp.5 T
J1J2
r 6, datar
r 5
Rp.6 T
Liquidity Preference Tegak
r 6, tegak
4.2.7. Permintaan Uang untuk TransaksiKenaikan GNP mendorong permintaan uang untuk transaksi naik, dengan
JUB yang tetap, maka tingkat bunga akan berubah.
Gambar 4.10Kebijakan Moneter dan Lereng Kurva Permintaan Uang
1. Kenaikan GNP mengakibatkan kurva LP0 bergerak ke LP1, apabila JUB tetap
maka bunga akan naik dari ro ke r1. Sebab pada saat itu mesyarakat
mengalami kelebihan permintaan uang kas sebesar D.
2. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, usaha yang dilakukan adalah dengan
menjual surat berharga, sehingga sampai terjadi keseimbangan hingga r1
Model Keynes belum dapat menjelaskan tentang efek kebijakan (fiskal dan
moneter) terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional. Akhirnya ahli ekonomi
A. Hansen dan J. Hicks mengembangkan teori Keynes edngan suatu kurva yang
disebut IS dan LM.
4.3. Sintesis IS-LM4.3.1. Kurva IS
Alat analisi ini disusun dari ekonomi Keynes yang berupa uatu
keseimbangan dalam pasar barang (sektor riil). Berdasarkan pada persamaan Y =
C + I + G dan S + T = I + G, maka proses penurunan kurva IS sebagai berikut ;
Penurunan Kurva IS Secara Matematis :(1) C = a + b(Y-T) S = -a + (-b)Y-bT : Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Bab 4: Permintaan Uang 4
Tingkat Bunga (%)
Jumlah Uang dan Permintaan Uang
DLiquidity Preference 1
Rp.5 T
r 1
Rp.6 T
Liquidity Preference o
r o
(2) I = d – n(r) : Fungsi Investasi
(3) T = e + t(Y) : Fungsi Pajak
(4) G = Ğ : Pengeluaran Pemrintah tetap
(5) Y = C + I + Ğ atau S + T = I + G : Keadaan keseimbangan
Dengan cara memasukkan persamaan (1) sampai dengan (2) ke persamaan (5),
maka diperoleh persamaan berikut ;
Y = C + I + G
Y = a + b(Y – e – t(Y)) + d – n(r) = Ğ
Y = a + bY – bt(Y) - eb + d – n(r) = Ğ
(1 – b + bt)Y = a – eb + d – n(r) + Ğ
(6) FUNGSI IS
1. Fungsi IS menunjukkan berbagai kombinasi antara tingkat pendapatan (Y)
dengan tingkat bunga (r) dalam keadaan keseimbangan (S + T = I + G)
2. Hubungan Y dengan r negatif, karena pada tingkat bunga yang lebih tinggi
inveatasi akan turun, dan demikian pulasebaliknya.
Penurunan Kurva IS Secara Grafis :
Gambar 4.11Penurunan Kurva IS
Bab 4: Permintaan Uang 4
Y
r
ro
r1
Yo Y1
IS
S=f(Y, T)(S+T)1
(S+T)o
S+TS+T=I+G
Keseimbangan
I+G(I+G)0(I+G)1
P
Q
Kuadran A: Pada tingkat pendapatan Yo diperoleh (S+T)o melalui fungsi
Tabungan. Pada keadaan keseimbangan (kuadran B) pada (S+T)o diperoleh
(I+G)o. Tingkat bunga yang sesuai untuk (I+G)o adalah ro pada kuadran C,
sehingga diperoleh titik P (koordinat antara Y dan r) di kuadran D. Dengan cara
yang sama yang dimulai dari Y1, akhirnya diperoleh koordinat kedia antara Y dan r,
yaitu titi Q. Apabila titik P dan Q dihubungkan, maka terbentuklah kurva IS
4.3.2. Kurva LM
Kurva LM menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang
(permintaan uang sama dengan JUB). Secara matematis dapat dijelakan dengan
model sebagai berikut ;
(7) MD = f – h (R) + k (Y) : Liquidity Preference atau permintaan uang kas
(8) M = M* : Penawaran uang (tetap, ditentukan Bank Sentral)
(9) Md = M*
Dengan menyelesaikan persamaan (7) samapai (9), maka diperoleh persamaan
sebagai berikut ;
M = f – h(r) + k(Y)
(10) FUNGSI KURVA LM
Kurva LM berbentuk positif, hal ini disebabkan karena pada tingkat
pendapatan yang lebih tinggi permintaan uang kas naik. Oleh karena itu, tingkat
bunga juga harus naikuntuk menurunkan permintaan uang kas anagr seimbang
dengan JUB yang relatif tetap.
Bab 4: Permintaan Uang 4
Secara grafis kurva LM dapat diturunkan dengan cara sebagai berikut :
Gambar 4.12Penurunan Kurva LM
Pada kuadran A, dimulai pada titik Yo diperoleh permintaan uang kas untuk
transaksi MTo. Dari kuadran B diketahui besar permintaan uang kas untuk spekulasi
sebesar Mspo, yaitu selisih antara JUB dikurangi MT. Tingkat bunga yang sesuai
untuk Mspo adalah r0 (kuadran C, sehingga dihasilkan koordinat antara Y dan r di
titik P (kuadran D. Dengan cara yang sama yang dimulai pada Y1, akhirnya
diperoleh titik Q, dapabila P dan Q dihubungkan terbentuklah kurva LM.
Kebijakan fiskal dalam hal ini tidak mempengaruhi lereng maupun pergeseran
kurva LM. Karena variabel G tidak terdapat dalam kurva LM, kebijakan moneter
(misal penambahan M) akan menggeser kurva LM ke kanan bawah.
4.3.3. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang
Keseimbangan pendapatan (Y) dan tingkat bunga (r) haruslah memenuhi
pula adanya keseimbangan baik dalam pasar barang (S+T = I+G) maupun dalam
pasar uang (Ms = Md). Hal ini ditunjukkan dengan perpotongan antara kurva IS
dengan LM.
Hanya pada titik E dapat diperoleh dengan menyelesaikan bersama
persamaan (6) dan (10), dan hasilnya sebagai berikut ;
Bab 4: Permintaan Uang 4
Y
r
ro
r1
Yo Y1
LM
MT=f(Y)MT1
MTo
MT
MSpMSp1MSp0
Q
P
(11)
(12)
Gambar 4.13Keseimbangan Pasar Uang dan Pasar Barang
4.3.4. Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal
Efektivitas kebijakan moneter dan fiskal diukur dengan besarnya kenaikan
pendapatan sebagai akibat kebijaksanaan tersebut. Semakin besar kenaikan
pendapatan sebagai akibat misalnya kenaikan uang maka kebijakan moneter makin
efektif.
4.3.4.1. Kebijakan Moneter
Efektivitas kebijakan moneter ditentukan oleh ;
a. Lereng dan Kurva IS, yakni elastisitas investasi terhadap tingkat bunga. Makin
datar kurva IS (makin elastis I terhadap r) kebijakan moneter makin efektif.
Sebab turunnya r akibat penambahan JUB mengakibatkan naiknya I yang cukup
besar. Sebaliknya makin tegak kurva IS, maka elastisitas I terhadap r makin
kecil dan kebijakan moneter makin kurang efektif.
Bab 4: Permintaan Uang 4
E
A C
B
D
Md = MsI + G < S + T
Md = MsI + G > S + T
I + G = S + TMd > Ms
I + G = S + TMd < Ms
Y
r
LM
IS
Gambar 4.14Kebijakan Moneter Makin Efektif pada Kurva IS Datar
Misal dengan Kebijakan Moneter ekspansif (menambah JUB), LM0 bergeser ke
LM1. efek terhadap Y tergantung kurva IS-nya. Untuk IS datar, Y naik dari Y0 ke
Y2, sedang untuk IS tegak, kenaikan Y lebih kecil (Y0 ke Y1). Jadi makin datar
kurva IS, kebijakan moneter makin efektif.
b. Lereng Kurva LM. Yakni elastisita permintaan uang terhadap tingkat bunga.
Makin datar kurva LM (makin elastis), kebijkan moneter makin tidak efektif, dan
sebaliknya.
Gambar 4.15Kebijakan Moneter Makin Kurang Efektif pada LM datar
Kebijakan moneter yang ekspansif menggerakan LM ke kanan.
Perbedaannya adalah, kurva LM yang tegak memiliki pengaruh yang jauh lebih
Bab 4: Permintaan Uang 4
Y
r
LM1
IS datar
IS tegak
LM0
Y1 Y2Y0
Y
r LMT1
IS
LMT0
Y1 Y2Y0
LMD0
LMD1
A
B
besar (Y0-Y2) terhadap perubahan Y dibandingkan dengan kurva LM yang datar (Y0-
Y1), atau (Y0-Y2) > (Y0-Y1). Dengan demikian makin datar LM, maka kebijakan
moneter makin tidak efektif.
4.3.4.2. Kebijakan Fiskala. Lereng Kurva IS, Makin tegak kurva IS, kebijakan fiskal makin efektif, dan
sebaliknya
Gambar 4.16Kebijakan Fiskal Makin Efektif pada IS Tegak
Kebijakan fiskal (misal dengan menambah G), mengakibatkan seluruh kurva IS
bergeser ke kanan. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kebijakan Fiskal
makin efektif pada Kurva IS yang tegak.
b. Lereng Kurva LM, Makin datar kurv LM, kebijakan fiskal semakin efektif.
Gambar 4.17Kebijakan Fiskal Makin Efektif pada LM Datar
Bab 4: Permintaan Uang 4
Y
r IST1IST0
Y1 Y2Y0
ISD0
ISD1
LM
Y
r
LMD
LMT
Y1 Y2Y0
IS0 IS1
Berdasarkan simulasi di atas akhirnya dapat diketahui bahwa yang
menentukan efektivitas kebijakan moneter maupun fiskal adalah sebagai berikut ;
Kebijakan Kurva Moneter (efektif) Fiskal (efektif)
IS Datar TegakLM Tegak Datar
Teori Permintaan Uang dalam IslamDalam Islam hanya dikenal dua motif permintaan akan uang, yaitu motif
transaksi dan motif berjaga-jaga. Karena Islam melarang tindakan spekulasi,
instrumen moneter tidak menggunakan variabel yang mengarah kepada motif
spekulasi. Penggunanan instrumenpengganti tingkat bunga dimaksudkan untuk
mencapai tujuan yang penting dan mendesak serta mendorong investasi yang
produktif dan efisien.
Permintaan Uang Mazhab IqtishadunaPermintaan uang ditujukan hanya untuk memenuhi dua tujuan pokok, yaitu
untuk transaksi atau berjaga-jaga. Secara matematis, dapat diformulasiukan
sebagai berikut:
Md = Md trans + MdPrec
Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi tingkat pendapatan
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan, permintaan uang untuk
memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga meningkat. Atau dapat diformulasikan
sebagai berikut:
Md trans = f (Y)
Md prec = f(Y, Pt/Po)
Dimana:
Y = Pendapatan
Pt = Harga Kredit
Po = Harga Tunai
Dalam grafik dapat digambarkan sebagai berikut:
Bab 4: Permintaan Uang 5
Gambar 4. 17Kurva Permintaan Uang Mazhab Iqtishaduna
Permintaan Uang Mazhab MainstreamStrategi utama mazhab mainstream adalah pengenaan pajak terhadap aset
produktif yang menganggur dengan tujuan mengalokasikan sumber dana pada
kegiatan usaha produktif. Kebijakan ini berdampak pada pola permiontaan akan
uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset
produktif yang dianggurkan, permintaan terhadap aset ini akan berkuurang.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Md = Md trans + Md prec
Md trans = f (Y)
Md prec & inv = f(Y, )
Aset yang menganggur diwakili oleh nilai . Semakin tinggi nilai , semakin
kecil permintaan uang untuk motif berjag-jaga karena biaya resiko untuk membayar
pajak terhadap uang tunai tersebut menjadi naik. Secara alamiah, dalam kondisi
seperti ini orang akan berusaha memperkecil jumlah pajak kepada pemerintah
dengan mengurangi kekayaan yang menganggur.
Permintaan Uang Mazhab AlternatifPermintaan uang dalam mazhab ini erat kaitannya dengan konsep
endogenous uang dalam Islam. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ”
keberadaan uang pada hakekatnya adalah representatif volume transaksi yang ada
Bab 4: Permintaan Uang
Pt/Po
MdMd1
Md2
5
dalam sektor riil”. Teori ini kemudian mernjembatani pertumbuhan uang di sektor
moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah uang tidak dapat
didasarkan semata-mata pada perubahan waktu, melainkan melalui
pemanfaatan uang tersebut secara ekonomis. Artinya, nilai uang tidak harus
selalu bertambah seiring dengan pertambahan waktu, tetapi pertambahan nilai
itu tergantung pada usaha yang dilakukan.
Soal-Soal:1. Jelaskan tentang pandangan kaum klasik tentang permintaan uang!
2. Jelaskan perbedaan pandangan kaum klasik dan keynes tenteng teori
permintaan uang
3. Jelaskan bagaimana pandangan kaum klasik dan kaum keynes tentang
permintaan uang disatukan dalam sebuah kajian baru, yaitu IS-LM
4. Sebutkan dan jelaskan tiga mazhab dalam Islam yang membahas tentang
permintaan uang!
Daftar Pustaka1. Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.
2. Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and Financial
Markets, Pearson - Addison Weasley
3. Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta
4. Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi Makro, The
International Institute of Islamic Thought (IIIT), Jakarta.
Bab 4: Permintaan Uang 5