BAB I - addy1571.files.wordpress.com€¦ · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Gerakan Nasional...
Transcript of BAB I - addy1571.files.wordpress.com€¦ · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Gerakan Nasional...
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan Nasional peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI)
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak. Upaya penting ini, keberhasilannya perlu di dukung
dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Para ibu, sebagai
pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut menyadari dan
meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini
(Winkjosostro,1999).
Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu
mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk
mempraktekkan bagaimana menyusui bayi yang baik dan benar, setiap ibu
perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan
melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang ke-2 dan
seterusnya. Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri. Dengan
demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini, agar
dapar berhasil dalam menyusui. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi
sejak dini dan dukungan serta bimbingan yang optimal dari keluarga,
lingkungan dan tenaga kesehatan yang merawat ibu selama hamil, bersalin
dan masa nifas (Ziemeretal,1999).
Dengan mengikuti dan mempelajari segala pengetahuan mengenai
1
laktasi, diharapkan setiap ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat
memberikan ASI secara optimal, sehingga bagi dapat tumbuh kembang
normal sebagai calon sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
(Winkjosostro,1999).
Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat
menakjubkan, perubahan hidup karena kehadiran buah hatipun terjadi.
Prioritas pertama saat itu adalah memberikan ASI sebagai makanan bagi
bayinya. Masa-masa menyusui tersebut sering kali membuat ibu mengalami
pengerasan payudara hingga berakibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi
bila ibu memberikan ASI-nya dengan cara yang benar (Winkjosostro,1999)
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susupun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering
terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting
dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik
menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan
untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang
baik pada payudaranya (Sally I, 2003).
Selalu pastikan tindakan menyusui dengan posisi dan sikap yang
benar. Kesalahan sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan
duktus. Pengurutan sebelum laktasi adalah salah satu tindakan yang sangat
efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Menggunakan
penyangga bantal saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi
menyusui menjadi lebih baik (Henderson Christine, 2005).
2
Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan resiko
mastitis yaitu teknik menyusui yang buruk mengakibatkan pengeluaran ASI
yang tidak efisien, pekerjaan diluar rumah yang menyebabkan interval
menyusui yang panjang sehingga kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI
yang adekuat dan trauma pada payudara karena penyebab apapun yang
dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu sehingga dapat
menyebabkan mastitis (Sally I, 2003).
Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan
241.240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24.600 orang dan di
Australia sebanyak 14.791 orang.
Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis mastitis adalah
berjumlah 876.665 orang dan di Sumatera Utara berkisar 40-60% wanita
terdiagnostik mastitis (http://www.kompas.online.com/2008).
Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita
mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-
Desember) sebanyak 30 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih
rendahnya pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam
teknik menyusui yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Mastitis di Klinik
Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2009”.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk
mengnagkat permasalahan tentang “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan
Ibu Post Partum Tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora
Periode Tahun 2009?”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum
Tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode
Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang
Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun
2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang
Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun
2009 berdasarkan pendidikan
3. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang
Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun
2009 berdasarkan pekerjaan.
4
4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu post partum Tentang
Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun
2009 berdasarkan informasi.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang
selanjutnya tentang mastitis dan dapat dijadikan bahan bacaan yang
bermanfaat bagi mahasiswa/i Akbid/Akper Nauli Husada Sibolga.
D.2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi ibu post partum untuk meningkatkan
pemahaman tentang pencegahan dan pengobatan mastitis.
D.3. Bagi Petugas Kesehatan
Masukan bagi petugas kesehatan di tempat penelitian untuk dapat
meningkatkan pelayanan kepada penderita mastitis di Klinik Bidan
Elfrida Fitri Simamora.
D.4. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengolahan penulis
dalam hal melakukan suatu penelitian khususnya dalam masalah
pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di Klinik Bidan Elfrida
Fitri Simamora.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan
umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra
manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) dalam diri orang tersebut
menjadi proses berurutan, yakni :
1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap atau objek tersebut, disini sikap subjek
sudah mulai timbul .
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
6
4. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
5. Adoption (beradaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
A.2. Domain Kognitif
Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
2. Memahami (Comprehesion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi-
kan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
7
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
B. Variabel yang Mempengaruhi Pengetahuan
B.1. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini
dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola
kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin
banyak seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
8
Hurlock (2002), umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan. Hurlock juga mengatakan bahwa seseorang
mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir dan
pekerjaannya.
B.2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan
teknologi yang baru (Arikunto, 2002).
Hurlock (2002), bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
menentukan pola pikir dan wawasan, selain itu tingkat pendidikan juga
merupakan bagian dari pengalaman kerja. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka diharapkan stok modal manusianya (pengetahuan dan
keterampilan) akan semakin meningkat. Pendidikan memiliki peranan penting
dalam menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan, manusia dianggap
akan memperoleh pengetahuan dan semakin tinggi pendidikan akan semakin
berkualitas.
Notoatmodjo (2003), lewat pendidikan manusia akan dianggap
memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan
dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi
9
pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita
berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam
memperhatikan kesehatannya.
B.3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Jenis pekerjaan
dapat diketagorikan adalah Ibu rumah tangga, wiraswasta, pegawai negeri.
Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial
dan hubungan dengan orang. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam
menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara
informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk
memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah
kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
B.4. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka
seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
(Notoatmodjo, 2003).
Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi,merangsang pikiran dan kemampuan. Semakin
sering orang mendengar informasi tentang Artritis Rheumatoid, maka akan
semakin mengerti dengan keadaanya (Halim Andreas, 1999).
10
C. Mastitis
C.1. Defenisi
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini
dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat. Abses
payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang menyebabkan beban
penyakit bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003).
C.2. Etiologi
Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi stasis ASI
biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang
menuju infeksi. Dan organisme penyebab infeksi adalah Staphylococcus
Aureus. Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis
bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa
pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia
menyatakan bahwa infeksi bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh
stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri.
11
Thomsen dan kawan-kawan pada tahun 1984 menghasilkan bukti
tambahan mengenai tanda klinis mastitis dengan mengajukan klasifikasi
sebagai berikut :
1. Stasis ASI
2. Inflamasi non infeksiosa (Mastitis non infeksiosa)
3. Mastitis Infeksiosa.
Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus menyusui, mastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui, dan
mastitis infeksiosa hanya dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotik
sistemik. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa sering
berkembang menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi
pembentukan abses.
C.3. Patofisiologi
Mastitis adalah suatu inflamasi atau infeksi jaringan payudara dan
terjadi paling umum. Pada payudara wanita yang menyusui,meskipun halini
dapat terjadi pada wanita yang tidak menyusui. Infeksi dapat terjadi akibat
perpindahan mikroorganisme ke payudara oleh tangan pasien atau tangan
pemberi perawatan atau dari bayi menyusui yang mengalami infeksi oral,
mata atau kulit. Mastitis dapat juga disebabkan oleh organisme yang
ditularkan melalui darah. Sejalan berkembangnya inflamasi, terjadi infeksi
pada duktus, sehingga menyebabkan stagnasi ASI pada satu lobus atau
lebih. Tekstur payudara menjadi keras atau memadat, dan pasien
12
mengeluarkan nyeri pekak pada regio yang terkena. Puting susu yang
mengeluarkan rabas material purulen, serum atau darah harus diperiksakan.
C.4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mastitis antara lain :
1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan
dangat nyeri.
2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang
menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala
demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
C.5. Pencegahan
Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegah, bila menyusui
dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkat
statis ASI, dan bila tanda dini seperti bendungan, sumbatan saluran payudara
dan nyeri puting susu diobati dengan cepat. Ibu atau siapa saja yang
merawat mereka perlu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui yang
efektif, pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan
kesehatan payudara.
Ada beberapa praktek yang harus dilakukan secara rutin untuk
mencegah terjadinya statis ASI dan mastitis, antara lain :
13
1. Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya, dan mulai menyusui
segera setelah tampak tanda-tanda kesiapan, biasanya dalam jam
pertama atau lebih.
2. Bayi harus tidur ditempat tidur yang sama dengan ibunya, atau didekatkan
pada kamar yang sama.
3. Semua itu harus mendapat bantuan dan dukungan yang terlatih dalam
teknik menyusui, baik sudah maupun belum pernah menyusui
sebelumnya, untuk menjamin kenyutan yang baik pada payudara,
pengisapan yang efektif dan pengeluaran ASI yang efisien.
4. Setiap ibu harus didorong untuk menyusui on demand, kapan saja bayi
menunjukkan tanda-tanda siap menyusui, seperti membuka mulut dan
mencari payudara.
5. Stiap ibu harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan
eksklusif.
6. Ibu harus menerima bantuan yang terlatih untuk mempertahankan laktasi
bila bayinya terlalu kecil atau lemah untuk menghisap dengan efektif.
7. Bila ibu dirawat di rumah sakit, ia memerlukan bantuan yang terlatih saat
menyusui pertama kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat
menyusui berikutnya.
8. Bila ibu berada di rumah, ibu memerlukan bantuan yang terlatih selama
hari pertama setelah persalinan, beberapa waktu selama dua minggu
pertama, dan selanjutnya seperti yang dibutuhkan sampai ibu menyusui
dengan efektif dan percaya diri.
14
Ada beberapa hal yang harus dihindari karena dapat mengganggu
membatasi atau mengurangi jumlah isapan dalam proses menyusui dan juga
meningkatkan resiko stasis ASI antara lain :
1. Penggunaan dot
2. Pemberian makanan dan minuman lain pada bayi pada bulan-bulan
pertama terutama dari botol susu.
3. Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk
menghisap payudara yang lain.
4. Beban kerja yang berat atau penuh tekanan.
5. Kealpaan menyusui, termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam.
6. Trauma pada payudara, karena kekerasan atau penyebab lain.
Hal-hal tersebut harus dihindari atau sedapat mungkin ibu dilindungi
darinya; tetapi bila tidak terhindarkan, ibu dapat mencegah mastitis bila ia
melakukan perawatan ekstra pada payudara.
C.6. Penanganan
Penanganan yang dilakukan untuk penderita mastitis antara lain :
1. Beristirahat di tempat tidur bila mungkin.
2. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
3. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam air hangat
atau pancuran hangat.
4. Meminjat dengan lembut daerah benjolan saat bayi menyusui untuk
membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
5. Pemberian antibiotik dan analgetik :
15
a. Amoxicillin 250-500 mg setiap 2 jam
b. Paracetamol 500 mg setiap 8 jam.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka monsep dalam penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu :
a. Variabel independen (bebas) yang tidak terikat, umur, pendidikan,
pekerjaan.
b. Variabel dependen (terikat) yaitu pengetahuan ibu post partum tentang
mastitis
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Defenisi Operasional
B.1. Pengetahuan
16
1. Umur2. Pendidikan3. Pekerjaan 4. Sumber Informasi
Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Mastitis
Pengetahuan adalah kemampuan responden yaitu ibu post partum
untuk menjawab pertanyaan tentang mastitis. Diukur dengan
menggunakan kategori (Arikunto, 2002).
a. Baik : bila skor yang diperoleh 76-100% dari totoal jawaban
benar 16-20 soal.
b. Cukup : Bila total skor yang diperoleh 60-75% dari total
jawaban benar 12-15 soal
c. Kurang : Bila total skor <55% dari total jawaban benar 0-11 soal
Skala ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
B.2. Umur
Umur adalah suatu batasan yang menunjukkan lamanya kehidupan
seseorang yang dihitung sejak lahir (Hurlock,2002). Dengan kategori
a. 21-25 tahun
b. 26-30 tahun
c. 31-35 tahun
d. 36-40 tahun
Skala ukur : Interval
Alat ukur : Kuesioner
B.3. Pendidikan
Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang pernah diselesaikan
responden (Hurlock, 2002), dengan kategori :
a. Pendidikan Dasar : SD, SMP
17
b. Pendidikan Menengah : SMA
c. Pendidikan Tinggi : D-III, S-1
Skala ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
B.4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari (Notoatmodjo,
2003), dengan kategori :
a. Ibu Rumah Tangga
b. Wiraswasta
Skala ukur : Nominal
Alat ukur : Kuesioner
B.5. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah sumber pengetahuan yang didapat
responden, sumber informasi itu berasal dari :
a. Petugas kesehatan
b. Media cetak/massa
c. Media elektronbik
Skala ukur : Nominal
Alat Ukur : Kuesioner
18
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu
menggambarkan tingkat pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di
Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Tahun 2009.
D. Lokasi Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan di klinik Saudik yaitu Bidan Elfrida Fitri
Simamora, dengan alasan : jarak antara tempat tinggal peneliti dengan lokasi
yang diteliti tidak terlalu jauh, mudah dijangkau, biaya hemat dan sampelnya
mencukupi.
D.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April – Agustus tahun 2009
dengan kegiatan antara lain : pengajuan judul, ACC judul, Penyusunan BAB
I, Penyusunan BAB II, Penyusunan BAB III, Membuat Kuesioner, Perispan
Ujian Proposal, Ujian Proposal, Penelitian, Penyusunan BAB IV dan BAB V,
Konsul BAB IV dan BAB V, Ujian KTI
E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
19
Populasi adalah seluruh ibu post partum di Klinik Bidan Elfrida Fitri
Simamora yaitu sebanyak 30 orang.
E.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh populasi yang dapat mewakili
populasi yang akan diteliti. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan cara total populasi sebanyak 30 orang.
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan data primer yang diperoleh dari responden
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Terlebih dahulu diberi
penjelasan tentang tujuan penelitian dan penjelasan tentang kuesioner, cara
pengisiannya dan ditanyakan kepada responden bila ada hal yang tidak
dimengerti.
G. Pengolahan dan Analisa Data
G.1. Pengolahan Data
1. Editing
Dilakukan dengan memeriksa kuesioner yang telah terisi. Bila
terdapat kesalahan atau kekurangan dalampengumpulan data akan
dilakukan pengecekan ulang. Dengan tujuan agar data yang masuk
dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data dapat
20
memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti,
kemudian data dikelompokkan dengan aspek pengukuran.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode sesuai dengan
petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan memberikan score terhadap soal-soal yang
diberikan kepada responden.
G.2. Analisa Data
Analisa Data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase
data. Data yang terkumpul disajikan dalambentuk tabel distribusi frekuensi,
analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan
menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
21