BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu hukum mempunyai hakitat interdisipliner.1 Hakikat ini kita
ketahui dari digunakannya berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk
membantu menerangkan berbagai aspek yang berhubungan dengan
kehadiran hukum dimasyarakat. Berbagai aspek dari hukum yang ingin
kita ketahui ternyata tidak dapat dijelaskan dengan baik tanpa
memanfaatkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan seperti politik,
antropologi, ekonomi, kedokteran dan lain-lain.
Secara sosiologis, kejahatan merupakan suatu perilaku manusia
yang diciptakan oleh masyarakat.2 Walaupun masyarakat memiliki
berbagai macam perilaku yang berbeda-beda, akan tetapi ada didalamnya
bagian-bagian tertentu yang memiliki pola yang sama. Keadaan ini
dimungkinkan oleh karena adanya sistem kaedah dalam masyarakat.
Dalam kasus-kasus kematian yang merupakan kasus kejahatan,
yakni kasus pembunuhan, kasus penganiayaan yang mengakibatkan
kematian dan kasus kematian yang disebabkan oleh perbuatan kelalaian,
masalah kematian merupakan masalah yang paling utama untuk
diungkapkan, oleh karena kasus-kasus tersebut baru terjadi apabila
korbannya mengalami kematian, selain daripada itu, pengungkapan
1Satjipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni. Hal. 7.
2Topo Santoso dan Eva Achjani Z. 2008. Kriminologi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 15.
2
masalah-masalah yang bertalian dengan kematian tersebut merupakan
dasar bagi penyelesaian perkara pidana yang bersangkutan, baik
penyidikan maupun penuntutan dan peradilannya.3
Seperti halnya dalam kasus yang terjadi di blitar tahun 2016.
Dalam kasus tersebut pihak penyidik melakukan visum dikarenakan
menurutnya kematian dari Nurhadi itu tidak wajar. Pembongkaran mayat
bapak satu anak itu dilakukan Polres Blitar, untuk kepentingan otopsi.Sebab,
kakak kandung korban, Sutrisno (65), tak terima kematian adiknya dan
menduga tidak wajar. Pembongkaran mayat korban itu, mengundang
perhatian warga. Apalagi, lokasi makam itu dekat Pasar Ngentak, sehingga
ratusan warga langsung membanjiri makam. Bahkan, petugas kewalahan
menghalau warga agar tak mendekat ke makam. Proses pembongkaran
berlangsung sekitar 2,5 jam dan berakhir sekitar pukul 12.30 WIB. Karena
salah satu keluarga korban tidak memperbolehkan untuk dilakukannya
visum sehingga pihak penyidik minta keluarganya membuat surat
pernyataan keberatan. Tujuannya, bila suatu saat ada keluarganya yang
mempersoalkan kematian korban, petugas tak disalahkan.4
Kasus-kasus kejahatan tersebut tidak selalu dimana terdapat saksi
hidup yang menyaksikannya. Perkembangan teknologi membawa
pengaruh terhadap cara-cara penjahat melakukan perbuatannya. Para
penjahat dalam melakukan suatu kejahatan berusaha sedemikian rupa agar
3Musa Perdanakusuma. 1984. Bab-bab tentang Kedokteran Forensik. Cet. Pertama. Jakarta:
Ghalia Indonesia. Hal. 151.
4Surya Malang, 2016, Enam Hari Dikubur, Mayat Bagong Dibongkar, Hasilnya Ada yang
Tidak Lumrahhttp://suryamalang.tribunnews.com
3
tidak meninggalkan bukti-bukti, dengan harapan para penyidik tidak dapat
menangkapnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencari kebenaran materil
suatu perkara pidana dimaksudkan untuk menghindari adanya kekeliruan
dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang, hal ini sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman pasal 6 ayat 2 yang menyatakan: “Tidak
seorangpun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena
alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan
bahwa seseorang yang dianggap bertanggungjawab, telah bersalah atas
perbuatan yang didakwakan atas dirinya”. Dengan adanya kekuatan
perundang-undangan diatas, maka dalam proses penyelesaian perkara
pidana penegak hukum wajib mengusahakan bukti maupun fakta mengenai
perkara pidana yang ditandani dengan selengkap mungkin.
Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat penting
diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil selengkap-
lengkapnya bagi para penegak hukum tersebut. Aparat hukum berusaha
keras mengungkap tiap kejahatan yang ada. Dalam rangka
mengungkapkan kejahatan tersebut, maka penentuan mengenai kematian
dan saat kematian yang tepat, akan menjadi landasan bagi si penyidik
untuk menyelesaikan perkara pidana tersebut dengan tepat pula.
Kekeliruan dalam penentuan tersebut, dapat mengakibatkan terjadinya
salah tangkap, salah tahan, salah tuntut dan salah putus. Bukanlah suatu
4
hal yang mustahil, jika karena kesalahan tersebut seseorang yang tidak
melakukan pembunuhan, dijatuhi hukuman penjara atau bahkan hukuman
mati sekalipun.
Tentunya sumbangan pemikiran dan hasil temuan dari ilmu
kedokteran sangat membantu peradilan dalam usaha memperuleh
kebenaran materiil. Sehingga diharapkan, dengan bantuan tersebut hakim
dapat menjatuhkan putusan yang mendekati keadilan, bahkan kalau
mungkin mampu memenuhi rasa keadilan. Menurut ketentuan hukum
acara pidana di Indonesia, mengenai permintaan bantuan tenaga ahli diatur
dan disebutkan didalam KUHAP. Untuk permintaan bantuan tenaga ahli
pada tahap penyidikan disebutkan pada pasal 120 ayat (1), yang
menyatakan: “Dalam hal ini penyidik menganggap perlu, ia dapat
meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus”.
Terkait dengan bantuan keterangan ahli yang diperlukan dalam
proses pemeriksaan suatu perkara pidana, maka bantuan ini pada tahap
penyidikan juga mempunyai peran yang cukup penting untuk membantu
penyidik mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dalam usahanya
menemukan kebenaran materiil suatu perkara pidana. Dalam kasus-kasu
tertentu, bahkan penyidik sangat bergantung terhadap keterangan ahli
untuk mengungkap lebih jauh suatu peristiwa pidana yang sedang
ditanganinya. Kasus-kasus tindak pidana seperti pembunuhan,
penganiayaan dan perkosaan merupakan contoh kasus dimana penyidik
membutuhkan bantuan tenaga ahli seperti dokter ahli forensik atau dokter
5
ahli lainnya, untuk memberikan keterangan medis tentang kondisi korban
yang selanjutnya cukup berpengaruh bagi tindakan penyidik dalam
mengungkap lebih lanjut kasus tersebut.
Suatu kasus yang dapat menunjukkan bahwa pihak Kepolisian
selaku aparat penyidik membutuhkan keterangan ahli dalam tindak
penyidikan yang dilakukannya yaitu pada pengungkap kasus pembunuhan.
Keterangan ahli yang dimaksut ini yaitu keterangan dari dokter yang dapat
membantu penyidik dalam memberikan bukti berupa keterangan medis
yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai korban, yang dalam
hal ini sering disebut “Visum et Repertum”, yaitu yang dikenal dalam
bidang ilmu kedokteran forensik. Dalam hal ini visum dapat dijadikan
sebagai alat bukti trtulis yang memberikan dasar rasional untuk bisa
mempengaruhi keyakinan hakim dalam mengungkap suatu perkara pidana
dalam sidang pengadilan.
Salah satu jenis visum yang akan dibahas oleh penulis adalah
Visum et Repertum penggalian jenazah. Pada umumnya penggalian
jenazah dilakukan oleh karena tertangkapnya seorang penjahat. Pengaturan
tentang penggalian jenazah ini diatur dalam palas 135 KUHAP dengan
bunyi sebagai berikut “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut kentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 (1) ini”.
Visum terhadap jenazah ini digunakan oleh penyidik ketika ada
kasus pembunuhan yang membutuhkan penyidikan lebih lanjut. Hal ini
6
sesuai dengan kasus-kasus yang diperoleh dari hasil pra survei mengenai
kasus pembuhunan yang membutuhkan visum di Rumah Sakit Umum
Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, yaitu antara lain:
a. Korban meninggal akibat pengeroyokan massa, visum dilakukan untuk
mengetahui benar atau tidaknya terjadi pengeroyokan terhadap korban.
b. Penemuan mayat yang diduga hasil dari tindak pembunuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa peranan visum terhadap jenazah dalam penyidikan tindak pidana
pembunuhan?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh penyidik dalam rangka visum
terhadap jenazah pada tindak pidana pembunuhan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan visum dalam mengungkap kasus tindak
pidana pembunuhan.
2. Untuk mengetahui Kendala-kendala visum dalam mengungkap kasus
tindak pidana pembunuhan.
7
D. Manfaat Penelitian
Adapun peneliti melakukan kegiatan penelitian ini agar memiliki
manfaat sebagi berikut:
1. Manfaat Teoritis
a) Sebagai wacana bagi masyarakat terkait dengan peranan visum
terhadap penyidikan tindak pidana pembunuhan.
b) Sebagai sumbangan perbendaharaan pustaka dalam ilmu
pengetahuan hukum pidana.
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi Mahasiswa
Sebagai penambah pengetahuan kepada Mahasiswa mengenai
peranan visum et repertum penggalian jenazah terhadap penyidikan
tindak pidana pembunuhan.
b) Manfaat bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang
ilmu hukum pidana yang berkaitan dengan visum penggalian
jenazah terhadap penyidikan tindak pidana pembunuhan.
c) Manfaat bagi Penyidik
Sebagai sumber pengetahuan mengenai peranan visum penggalian
jenazah, agar dapat lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya dalam penyidikan tindak pidana pembuhunan.
8
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penulis melakukan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Agar dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai peranan
visum.
b. Agar dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
mengenai realiatas penerapan ilmu hokum khususnya hukum pidan
dangan bidang ilmu lainnya yaitu ilmu kedokteran.
c. Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat berguna bagi para
pihak yang memerlukan.
F. Metode Penelitian
Istilah metodologi berasal dari kata metode yang berarti jalan ke;
namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan
kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :5
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melakukan suatu prosedur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian sendiri bertujuan
untuk memperoleh data yang telah teruji secara ilmiah.
1. Metode Pendekatan
Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau
penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan
5Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.
9
sehingga mencapai tujuan penelitian atau penulisan.6 Penulisan ini
menggunakan pendekatan yuridis sosiologis (Socio Legal
Research).Socio Legal Research diartikan sebagai penelitian dengan
menempatkan hukum sebagai gejala sosial yang memandang hukum
dari segi luarnya. Penelitian ini dikaitkan dengan masalah sosial yang
menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya
dengan hukum.Pendekatan ini berpedoman kepada fenomena sosial
sehingga dapat dianalisis dengan faktor – faktor yang mendorong
terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan yang mendasari
terjadinya proses tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan Di Polres Blitar. Pemilihan lokasi
ini diambil dengan alasan yaitu kasus penggalian jenazah merupakan
kasus yang jarang terjadi, dan tidak semua Rumah Sakit di setiap kota
menangani tentang kasus Penggalian Jenazah. Sedangkan di wilayah
kabupaten Blitar prosentase kasus penggalian jenazah terbilang cuku
lumayan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah kasus pembunuhan yang
menggunakan visum penggalian jenazah di wilayah Polres Blitar dari
tahun 2014 hingga tahun 2016 adalah berjumlah 2 kasus.
6Abdul kadir, Muhammad. 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti,
Hal. 112.
10
3. Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder.
a. Data Primer :
Data yang hendak diperoleh berupa hasil wawancara, dokumentasi,
serta pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang
berkaitan dengan permasalahan. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah peran dan kendala visum terhadap jenazah dalam
penyidikan tindak pidana pembunuhan.
b. Data sekunder :
Data sekunder adalah data yang diambil dengan studi pustaka yang
meliputi perundang-undangan, yurisprudensi, dan buku literatur
hukum atau bahan hukum tertulis lainnya. Data sekunder yang
digunakan penulis antara lain meliputi dokumen-dokumen resmi,
buku-buku (literatur), hasil penelitian yang berwujud laporan,
penelusuran internet.
c. Data Tersier
Jenis data yang memberikan petunjuk atau keterangan data primer
dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Kamus Hukum dan lain-lain
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara atau interview yaitu proses tanya jawab secara lisan
dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dalama
11
proses interview terdapat dua pihak yang menempati kedudukan
yang berbeda, satu pihak berfungsi sebagai pencari informasi atau
penanya, sedang pihak lain berfungsi sebagai pemberi informasi.
b. Studi kepustakaan yaitu mendapatkan data melalui bahan-bahan
kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan
mempelajari peraturan perundang-undangan, teori-teori atau
tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku-buku literatur, catatan
kuliah, surat kabar, dan bahan-bahan bacaan ilmiah yang
mempunyai hubungan dengan permasalahaan yang diangkat.
5. Analisis Data
Analisis data menggunakan metode analisis deskripsi kualitatif.
Dimana data yang ada akan digambarkan sesuai fakta yang nantinya
dianalisa dan diinterprestasikan dengan memberi kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam sitematika penulisan hukum ini, penulis akan menyajikan
empat bab yang terdiri dari sub bab yang bertujuan untuk mempermudah
penulis dalam penulisannya. Sistematika penulisan ini juga akan
menyesuaikan dengan buku panduan penulisan skripsi yang terdiri dari:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, perumusan masalaah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
12
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang tinjauan-tinjauan teoritis mengenai Visum et
Repertum, Penyidik dan Penyidikan, dan Tindak Pidana.
3. Bab III Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil yang diperoleh dari masalah yang telah
dibahas yaitu mengenai Perana dan Kendala yang dihadapi oleh
Visum Penggalian Jenazah dalam Penyidikan Tindak Pidana
Pembunuhan.
4. Bab IV Penutup
Kesimpulan dan saran yang memuat uraian tentang kesimpulan umum
dan saran yang berdasarkan pembahasan dari permasalahan yang telah
ada.