BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepribadian seseorang akan dilihat dari bahasa yang digunakan. Bahasa dapat mengungkapkan kepribadian seseorang melalui tindak tutur, baik verbal maupun nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata- kata dalam bentuk ujaran atau tulisan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan dalam bentuk mimik, gerak tubuh, sikap, atau perilaku yang mendukung pengungkapan kepribadian seseorang (Pranowo, 2012: 3). Kesantunan dalam berbahasa merupakan salah satu bagian dari kepribadian seseorang yang baik maka perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesantunan menurut Fraser (dalam Dwipayana, 2007:22) adalah terpenuhinya sebuah kontrak percakapan (conversational contract). Kontrak percakapan itu ditentukan oleh hak dan kewajiban peserta tutur yang terlibat di dalam kegiatan bertutur itu. Selain itu, kontrak percakapan juga ditentukan oleh peserta pertuturan terhadap faktor-faktor kontekstual yang relevan. Menurut Simpen (2008a:1) kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam komunikasi penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian seseorang akan dilihat dari bahasa yang digunakan. Bahasa

dapat mengungkapkan kepribadian seseorang melalui tindak tutur, baik verbal

maupun nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata-

kata dalam bentuk ujaran atau tulisan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa

yang diungkapkan dalam bentuk mimik, gerak tubuh, sikap, atau perilaku yang

mendukung pengungkapan kepribadian seseorang (Pranowo, 2012: 3).

Kesantunan dalam berbahasa merupakan salah satu bagian dari

kepribadian seseorang yang baik maka perlu dikembangkan dalam kehidupan

sehari-hari. Kesantunan menurut Fraser (dalam Dwipayana, 2007:22) adalah

terpenuhinya sebuah kontrak percakapan (conversational contract). Kontrak

percakapan itu ditentukan oleh hak dan kewajiban peserta tutur yang terlibat di

dalam kegiatan bertutur itu. Selain itu, kontrak percakapan juga ditentukan oleh

peserta pertuturan terhadap faktor-faktor kontekstual yang relevan.

Menurut Simpen (2008a:1) kesantunan berbahasa merupakan salah satu

aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya

karena di dalam komunikasi penutur dan petutur tidak hanya dituntut

menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga

keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

2

terjaga apabila kepribadian masing-masing penutur dengan petutur berbudi luhur

dan tidak saling mempermalukan.

Perngembangan kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

media komunikasi. Media tersebut misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi,

dan film (layar lebar). Media-media tersebut memengaruhi kepribadian seseorang,

khususnya dalam berbahasa. Media komunikasi yang masih tetap digemari oleh

masyarakat sampai saat ini salah satunya adalah film.

Film merupakan produk budaya yang di dalamnya terdapat banyak nilai

yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Nilai-nilai tersebut di antaranya

adalah nilai edukasi, estetika, etika, dan ideologi yang mengandung ajaran-ajaran

luhur (Mona, 2009: 2). Itulah sebabnya perlu mempelajari atau memahami norma-

norma budaya dan mempelajari bahasa. Tatacara berbahasa yang mengikuti

norma-norma budaya akan menghasilkan kesantunan berbahasa. Selain budaya,

faktor-faktor sosial, seperti status sosial, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan hubungan kekerabatan juga memengaruhi pembentukan kesantunan

berbahasa.

Film Habibie & Ainun adalah drama Indonesia yang dirilis pada 20

Desember 2012 berdurasi 2 jam 1 menit, dan digarap oleh sutradara Faozan Rizal.

Film ini diperankan oleh Reza Rahardian sebagai Habibie, Bunga Citra Lestari

sebagai Ainun, Esa Sigit sebagai Habibie muda, Marsha Natika sebagai Ainun

muda, Tio Pakusadewo sebagai Presiden Soeharto, Mike Lucock sebagai Ilham

Akbar Habibie, Christoffer Nelwan sebagai Ilham Akbar Habibie kecil, Radytia

Argoebie sebagai Thareq Kemal Habibie, Ratna Riantiarno sebagai R.A. Tuti

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

3

Marini Puspowardojo (Ibu Habibie), dan Bayu Oktara sebagai Fanny Habibie

(adik Habibie). Film ini diangkat dari sebuah buku berjudul Habibie & Ainun

yang ditulis tahun 2012. Buku tersebut Habibie persembahkan kepada istrinya

yang sudah meninggal dunia, akibat menderita kanker ganas. Penulis buku

tersebut adalah Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia tidak menyangka bahwa bukunya

menjadi salah satu buku terlaris. Buku tersebut diangkat ke dalam sebuah film

layar lebar dengan judul yang sama.

Penelitian ini mengkaji bahasa yang digunakan pada film Habibie &

Ainun. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah bahasa dan penggunaannya, maka

kajian ini termasuk dalam kajian makrolinguistik, yaitu pada bidang ilmu

pragmatik. Hal itu karena bahasa yang diamati adalah cara penggunaannya

sehingga dapat menghasilkan tuturan yang santun.

Pemakaian bahasa yang santun dalam berkomunikasi erat kaitannya

dengan ilmu pragmatik. Leech (1993:16) membagi pragmatik menjadi dua, yaitu

pragmatik linguistik dan sosiopragmatik. Penelitian ini menggunakan kajian

sosiopragmatik. Penelitian mengenai kesantunan khususnya dalam perfilman dari

segi sosiopragmatik, masih perlu dilakukan karena dapat berdampak positif bagi

masyarakat yang menonton.

Kesantunan pada film Habibie & Ainun dapat dilihat dari tuturan yang

digunakan. Salah satu contoh tuturan santun pada film ini adalah sebagai berikut.

H : Maaf Ainun kalo saya mau ngajak kamu jalan-jalan boleh? Ya, untuk

saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan.

A : (tersenyum)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

4

Cara bertutur dengan meminta maaf merupakan hal yang santun dalam setiap

budaya bahasa. Strategi dengan meminta maaf merupakan strategi kesantunan

yang paling penting. Strategi memohon maaf dilakukan dengan cara

menyampaikan keseganan penutur atau rasa maafnya kepada petutur. Maksud

tuturan ini adalah penutur (Habibie) ingin mengajak petutur (Ainun) untuk jalan-

jalan tanpa pemaksaan. Dengan bertutur meminta maaf, lawan tutur akan merasa

dihargai dan dihormati.

Dalam film Habibie & Ainun hubungan antara penutur dan petutur yang

asimetris, yaitu dilihat dari segi status, umur, dan jenis kelamin. Karena memiliki

hubungan asimetris, maka adanya tingkat bahasa dalam film Habibie & Ainun,

yaitu salah satunya kesantunan berbahasa. Film Habibie & Ainun merupakan

salah satu film yang menceritakan kisah orang ternama di Indonesia, yaitu

Presiden ke-3 Indonesia bernama Bacharuddin Jusuf Habibie maka bahasa yang

digunakan dalam film tegolong santun. Film Habibie & Ainun menarik diteliti

tidak hanya dari kesantunan berbahasanya, tetapi menampilkan tuturan berupa

dialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan

pada film Habibie & Ainun belum pernah dikaji.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terdapat dua rumusan masalah dalam

penelitian ini. Adapun masalah tersebut, yaitu sebagai berikut.

1) Strategi kesantunan berbahasa apakah yang digunakan dalam film Habibie &

Ainun?

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

5

2) Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi terjadinya kesantunan berbahasa

dalam film Habibie & Ainun?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas ada dua jenis tujuan yang hendak

dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesantunan apa

yang terkandung dalam film Habibie & Ainun. Hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi mengenai pemakaian bahasa yang diindikasi pada

kesantunan berbahasa dalam perfilman. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan

untuk memberikan pemahamaan berbahasa santun dalam perfilman.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Untuk mengetahui strategi kesantunan berbahasa dalam film Habibie &

Ainun.

b) Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kesantunan

berbahasa dalam film Habibie & Ainun.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para

pembaca, baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya adalah

sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

memperkaya kajian linguistik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

menunjang perkembangan penelitian yang sejenis dalam bidang bahasa terutama

pada bidang pragmatik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

informasi tentang kesantunan berbahasa dari segi fungsi dan maknanya. Penelitian

ini diharapkan dapat menjadi acuan kesantunan berbahasa untuk menjaga

hubungan sosial setiap penutur bahasa.

1.5 Kajian Pustaka, Konsep, dan Landasan Teori

1.5.1 Kajian Pustaka

Penelitian mengenai kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun

ini menggunakan beberapa pustaka atau penelitian terdahulu yang terkait sebagai

acuan. Beberapa pustaka atau penelitian yang menyangkut kesantunan berbahasa,

yaitu sebagai berikut.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

7

Penelitian Dwipayana (2007) dalam skripsinya yang berjudul

“Kesantunan Tuturan dalam Wacana Strip Komik Benny & Mice pada Harian

Kompas” mengkaji jenis kesantunan tuturan dan pelanggaran prinsip kesantunan

dalam wacana strip komik Benny & Mice. Teori yang digunakan, yaitu teori

kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Lakoff (1973), teori kesantunan

Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), dan Leech (1983). Tuturan dalam

wacana strip komik Benny & Mice. Jenis kesantunan yang dipakai adalah

kesantunan positif dan kesantunan negatif. Selain itu, dalam wacana strip komik

Benny & Mice ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yaitu maksim

kebijaksanaan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim

penghargaan (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim),

maksim kecocokan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympahty

maxim). Tulisan ini relevan dengan penelitian ini karena sama-sama meneliti

kesantunan. Perbedaannya adalah bahwa Dwipayana (2007) mengkaji tuturan

Wacana Strip Komik Benny & Mice pada Harian Kompas, sedangkan penelitian

ini mengkaji tuturan film Habibie & Ainun.

Simpen (2008b) dalam disertasinya yang berjudul “Kesantunan Berbahasa

pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur” menyatakan bahwa tujuan

melakukan kajian terhadap kesantunan berbahasa adalah untuk menemukan,

mendeskripsikan, dan menganalisis satuan verbal yang digunakan sebagai

kesantunan, makna kesantunan, dan unsur suprasegmental yang memengaruhi

kesantunan. Landasan teorinya beranjak dari teori linguistik kebudayaan dan teori

sosiopragmatik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesantunan bahasa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

8

dipengaruhi oleh faktor status, jenis kelamin, usia, dan hubungan kekerabatan.

Tulisan ini relevan dengan penelitian ini karena sama-sama meneliti kesantunan.

Perbedaannya adalah bahwa penelitian Simpen (2008) mengkaji pertuturan

bahasa Kambera di Sumba Timur, sedangkan penelitian ini mengkaji tuturan

dalam film Habibie & Ainun.

Sosiowati (2013) dalam disertasinya yang berjudul “Kesantunan Bahasa

Politisi dalam Talk Show di Metro TV” membahas ciri-ciri satuan verbal, faktor-

faktor yang melatarbelakangi pelanggaran dan ketaatan kesantunan, serta ideologi

yang tersirat di balik perilaku berbahasa mereka. Landasan teori yang digunakan

untuk menganalisis kesantunan bahasa adalah sosiopragmatik karena ilmu ini

mempelajari bagaimana bahasa, termasuk kesantunan, diaplikasikan secara

berbeda dalam situasi yang berbeda. Selain itu, teori pragmatik juga digunakan

dalam penelitian ini karena teori tersebut mendukung unsur pengancaman muka,

prinsip kerja sama, prinsip kesantunan, implikatur percakapan, dan paradoks

kesantunan. Tulisan ini relevan dengan penelitian ini karena sama-sama meneliti

kesantunan. Perbedaannya adalah bahwa Sosiowati (2013) meneliti bahasa yang

digunakan oleh politisi dalam Talk Show di Metro TV.

1.5.2 Konsep

1.5.2.1 Kesantunan

Kesantunan berbahasa menurut Crystal (dalam Simpen, 2008a:16)

merupakan bagian pragmatik, yaitu kajian yang berkaitan dengan faktor-faktor

yang mengendalikan pilihan bahasa dalam interaksi sosial. Di dalamnya juga

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

9

tercakup dampak pilihan pemakaian bahasa, baik bagi pembicara maupun

pendengar.

Kata kesantunan berasal dari bentuk dasar santun, yang berarti halus dan

baik budi bahasanya. Kata santun sering bergabung dengan bentuk sopan dalam

sopan santun. Bentuk kesantunan berkaitan dengan segala hal yang berhubungan

dengan penggunaan bahasa yang baik atau budi bahasa yang baik, sedangkan

sopan lebih memengaruhi perilaku/tindakan secara fisik dan nonfisik. Itu artinya,

sopan atau kesopanan dapat berupa tindakan/perilaku verba atau tindakan

nonverba, sedangkan santun atau kesantunan lebih menitikberatkan pada perilaku

verba (kebahasaan) (Simpen, 2008a:17 ).

Kesantunan menurut Fraser (dalam Dwipayana, 2011: 22) merupakan

tindakan untuk memenuhi persyaratan sebuah kontrak percakapan. Kontrak

percakapan itu ditentukan oleh hak dan kewajiban peserta tutur yang terlibat di

dalam kegiatan bertutur itu. Selain itu, kontrak percakapan juga ditentukan

penilaian peserta pertuturan terhadap faktor-faktor kontekstual yang relevan.

Singkatnya, bertindak santun itu sejajar dengan bertutur penuh pertimbangan etika

berbahasa.

Berkenaan dengan etika berbahasa, kesantunan dalam kaitannya dengan

bahasa merupakan hal yang berhubungan dengan bagaimana bahasa tersebut

digunakan dalam komunikasi. Etika berbahasa lebih berkenaan dengan perilaku

atau atau tingkah laku di dalam bertutur. Menurut Greertz (dalam Chaer, 2010:6),

sistem tingkah laku berbahasa yang berkenaan dengan norma-norma budaya

bersangkutan disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

10

1.5.2.2 Berbahasa

Kajian kesantunan berbahasa termasuk kajian dalam ranah fungsional

karena melihat apa yang dapat dilakukan oleh penutur dengan menggunakan

bahasa. Kesantunan berbahasa termasuk bidang penggunaan bahasa, yaitu tindak

tutur (speech acts) (Simpen, 2008b:18 ).

1.5.2.3 Faktor

Perilaku kesantunan berbahasa mencerminkan pula sikap penutur yang

ingin memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap seseorang yang

dianggap layak dihormati. Penghormatan itu diwujudkan dengan menggunakan

satuan verba yang khas atau lazim disebut honorifik (bentuk-bentuk hormat). Di

samping itu, kesantunan berbahasa menurut pandangan Hymes (dalam Simpen,

2008b:223—224) menyatakan tindak tutur (perilaku berbahasa) harus

mencerminkan kemampuan berbahasa seseorang secara pragmatik.

Salah satu kemampuan berbahasa seseorang secara pragmatis adalah

mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi tindakan itu. Kesantunan

berbahasa pada penutur film Habibie & Ainun dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor yang dimaksud mencakup status, umur, dan jenis kelamin.

1.5.2.4 Film

Film merupakan salah satu media komunikasi yang mengandung banyak

nilai yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sebagai media komunikasi,

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

11

film memiliki peran strategis dalam peningkatan ketahanan budaya bangsa

(Mona, 2009: 2).

Film merupakan sistem tanda, artinya ada pesan-pesan yang termuat

dalam film tersebut, pemirsa tidak hanya sekadar menyaksikan adegan atau

kejadian secara mentah seperti apa adanya, tetapi juga perlu memperhatikan pesan

yang terkandung dari adegan film dan kejadian tersebut. Khalayak diharapkan

dapat membaca tanda atau simbol serta dapat menginterprestasikannya. Film

dapat dipakai sebagai sarana dialog untuk pembuat film dengan penontonnya,

yang paling berperan dalam dialog ini adalah bahasa. Peranan bahasa sebagai alat

ekspresi dan representasi seolah-olah diabdikan kepada peranannya sebagai alat

komunikasi. Film yang dibuat hanya sebagai ekspresi diri dan representasi tanpa

bermaksud menyampaikan apa yang diekspresikan kepada orang lain sangat

jarang terjadi. Melalui film, pembuat film mengajak penontonnya menerima data,

fakta, dan gagasan, pandangan pikiran, cita-citanya, dan saling berbicara

tentangnya (Shahab, 2010:6).

1.5.3 Landasan Teori

Dalam suatu penelitian, teori merupakan tumpuan dan pembimbing dalam

pengkajian objek. Teori berperan sebagai unsur pokok penelitian untuk

merumuskan dan menjawab masalah. Penelitian ini menggunakan teori

sosiopragmatik sebagai tumpuan dalam menganalisis data. Teori sosiopragmatik

adalah ilmu yang mempelajari di antaranya pragmatik, kesantunan berbahasa, dan

konteks situasi.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

12

1.5.3.1 Pragmatik

Pragmatik menurut Leech (1993:8) merupakan studi tentang makna dalam

hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-

unsur penutur dan petutur, konteks, tujuan, tuturan, tindak ilokusi, waktu dan

tempat. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan di dalam

komunikasi (Wijana, 1996:1).

Yule (dalam Putri, 2013: 29) menyebutkan empat definisi pragmatik.

Kutipan beberapa definisi pragmatik tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. bidang yang mengkaji makna penutur;

b. bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;

c. bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna

yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan

d. bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi

participant yang terlibat dalam percakapan tertentu.

1.5.3.2 Kesantunan Berbahasa

Kesantunan berbahasa dalam penelitian ini dilihat berdasarkan teori

kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (dalam Chaer,

2010:49—52). Menurut Brown dan Levinson teori tentang kesantunan berbahasa

itu berkisar atas nosi muka atau (face), yaitu “citra diri/harga diri” yang bersifat

umum dan selalu ingin dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Muka itu harus

dijaga, dipelihara, dan dihargai. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa Indonesia

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

13

seperti „kehilangan muka‟, „menyembunyikan muka‟, dan „menyelamatkan

muka‟, merupakan hal yang berkaitan dan tentunya dapat menjelaskan konsep

muka dalam kesantunan berbahasa.

Muka ini meliputi dua aspek yang saling berkaitan, yaitu muka positif

dan muka negatif. Muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang

berkeinginan agar apa yang dilakukan dan dimilikinya atau apa yang merupakan

nilai-nilai yang diyakini, sebagai maksud apa yang dilakukan dan dimilikinya itu,

diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai.

Misalnya orang memiliki mobil BMW (salah satu mobil mahal) yang baru

bertemu dengan temannya. Temannya berkata „Ah, baru BMW, belum Rolls

Royce‟. Orang tersebut dapat saja merasa bahwa apa yang dimilikinya itu (yang

tidak semua orang mampu memilikinya) tidak dihargai orang. Muka positif

terancam jatuh. Tindak tutur mengkritik dapat juga mengancam muka seseorang.

Hal ini terjadi karena dengan mengkritik kita tidak menghargai atau tidak

mengakui apa yang telah dilakukan orang yang kita kritik itu sebagai sesuatu yang

baik, benar, yang patut dihargai, dan sebagainya (Chaer, 2010:51).

Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan

agar dihargai dengan jalan membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan

sesuatu. Bila tindak tutur bersifat direktif (misalnya perintah atau permintaan)

yang terancam adalah muka negatif. Hal ini terjadi karena dengan memerintah

atau meminta seseorang melakukan sesuatu, kita sebenarnya telah menghalangi

kebebasannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan. Misalnya, ada

seseorang yang sedang duduk-duduk asyik membaca koran terus seseorang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

14

menyuruh untuk mengerjakan sesuatu. Ini sama artinya dengan tidak

membiarkannya melakukan dan menikmati kegiatannya itu (Chaer, 2010:49—51).

Brown dan Levinson (1987) (dalam Chaer, 2010:51—52) menyatakan

bahwa konsep tentang muka ini bersifat universal. Namun, secara alamiah

terdapat juga berbagai macam tuturan yang cendrung merupakan tindakan yang

tidak menyenangkan disebut Face Theatening Acts (FTA) yang berarti tindakan

yang mengancam muka. Cara mengurangi ancaman FTA dalam berkomunikasi

kita perlu menggunakan sopan santun itu. Ada dua sisi muka yang terancam, yaitu

muka positif dan muka negatif, kesantunan pun dibagi menjadi dua, yaitu

kesantunan positif untuk menjaga muka positif dan kesantunan negatif untuk

menjaga muka negatif. Kesantunan ini dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk

menghindari konflik antara penutur dan petutur di dalam proses komunikasi.

Sebenarnya tidak hanya petutur yang dapat terancam mukanya, tetapi

penutur juga terancam mukanya. Misalnya seorang pemuda (sebagai penutur)

dapat melindungi mukanya dari ancaman itu dengan menggunakan tindak tutur

tidak langsung. Jadi penggunaan tuturan “Malam Minggu punya acara apa?”

daripada menggunakan tindak tutur langsung “Mari nonton film malam Minggu

ini” (misalnya dituturkan oleh seorang pemuda kepada gadis yang ditaksirnya)

dapat ditafsirkan sebagai strategi untuk melindungi muka. Kalau ajakan itu ditolak

si pemuda dapat menyelamatkan mukanya (apalagi kalau di tempat umum)

dengan bertutur “Siapa yang mengajak nonton? saya kan hanya bertanya apakah

kamu punya acara”. Dengan demikian, ancaman terhadap muka penutur dapat

terhindarkan (Chaer, 2010:52).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

15

Brown dan Levinson (1987) (dalam Chaer, 2010:52) juga mengusulkan

untuk menghindarkan ancaman terhadap muka itu, caranya penutur harus

“memperhitungkan” derajat keterancaman sebuah tindak tutur (yang akan

dituturkan) dengan mempertimbangkan di dalam situasi yang biasa, faktor-faktor

tersebut, yaitu (1) jarak sosial di antara penutur dan petutur; (2) besarnya

perbedaan kekuasaan atau dominasi di antara keduanya; (3) status relatif tindak

tutur dalam kebudayaan yang bersangkutan (artinya, ada tindak tutur yang di

dalam suatu kebudayaan dianggap tidak terlalu mengancam muka dan

sebagainya). Berdasarkan perkiraan itu, si penutur memilih strategi.

Bentuk strategi itu, tergantung pada jenis kesantunannya, yaitu kesantunan

positif (afirmatif) atau kesantunan negatif (deferensial). Kesantunan positif

menurut Brown dan Levinson (1987) dalam Chaer (2010:52—55), yaitu sebagai

berikut:

a. memberi perhatian pada petutur dengan memperhatikan kesukaan, keinginan,

dan kebutuhan petutur;

b. membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur;

c. mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan

fakta;

d. menggunakan penanda identitas kelompok seperti bentuk sapaan, dialek,

jargon atau slank;

e. mencari dan mengusahakan persetujuan dengan topik yang umum atau

mengulang sebagian atau seluruh ujaran lawan tutur;

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

16

f. menghindarkan ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, persetujuan yang

semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white lies), atau pemagaran

opini (hedging opinion);

g. menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi

(small talk) dan pranggapan (presuppasition);

h. menggunakan lelucon;

i. menyatakan paham atau mengerti akan keinginan petutur;

j. membuat tawaran atau janji dengan tujuan memuaskan muka positif petutur;

k. menunjukkan rasa optimis, beranggapan bahwa petutur menginginkan atau

membantu penutur mencapai keinginan penutur;

l. berusaha melibatkan penutur dan petutur dalam suatu kegiatan tertentu dengan

penggunaan kata „kita‟ atau „ayo‟;

m. memberikan pertanyaan atau meminta alasan dengan melibatkan petutur

dalam suatu kegiatan yang dikehendaki penutur;

n. mengharapkan atau menuntut timbal balik; dan

o. memberikan hadiah atau penghargaan (barang, simpati, perhatian, kerja sama)

kepada petutur.

Strategi-strategi untuk kesantunan negatif yang diangkat menurut Brown

dan Levinson (1987) dalam Chaer (2010:52—53, yaitu sebagai berikut:

a. menggunakan tuturan tidak langsung untuk menghindari gangguan terhadap

muka;

b. menggunakan pagar (hedge);

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

17

c. tunjukkan sikap pesimis dengan cara bersikap hati-hati dan jangan terlalu

optimis;

d. meminimalkan paksaan terhadap petutur dengan mengurangi daya ancam

terhadap muka petutur;

e. memberikan rasa hormat;

f. menggunakan permohonan maaf;

g. pakailah bentuk impersonal, yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan

petutur; dan

h. ujarkan tindak tutur itu sebagai kesantunan yang bersifat umum.

1.5.3.3 Konteks Situasi

Penelitian ini menelaah kesantunan berbahasa dalam sebuah film.

Kesantunan berbahasa tersebut tentunya tidak terlepas dari konteks sosial di mana

bahasa digunakan. Terjadinya komunikasi (berbahasa) menurut Hymes (dalam

Sulatra, 2012:27) ditentukan oleh beberapa unsur yang disingkat menjadi akronim

SPEAKING, yaitu sebagai berikut.

1) Setting and scene (latar dan suasana). Latar dan suasana mengacu pada waktu,

tempat, dan suasana terjadinya komunikasi.

2) Participant (peserta tutur). Peserta wicara adalah individu-individu yang

terlibat dalam komunikasi. Peserta wicara memegang peranan penting dalam

komunukasi.

3) Ends (tujuan). Tujuan mengacu pada hasil akhir yang diharapkan oleh peserta

wicara.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

18

4) Act sequence (amanat). Amanat adalah pesan sebuah pembicaraan.

5) Keys (cara). Makna sebuah tuturan dapat ditentukan dari cara bagaimana

seseorang menyampaikan tuturannya. Apakah dengan cara serius, santai,

keras, lembut, hormat, tidak hormat, langsung, dan tidak langsung.

6) Instrumental (media).bagian ini mengacu pada media yang digunakan dalam

penyampaian pesan tuturan, misalnya secara lisan atau tulisan.

7) Norms (norma). Norma merupakan kaidah yang dipakai dalam berkomunikasi.

Unsur ini menyangkut perilaku khas dan sopan santun yang mengikat suatu

guyub tuturan tertentu.

8) Genre, mengacu pada kategori bentuk tuturan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya difokuskan pada kesantunan tuturan dalam film

Habibie & Ainun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kesantunan

berbahasa dalam film Habibie & Ainun dan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi terjadinya kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun.

1.7 Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang diteliti.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai sumber yang jelas dan

pasti. Sumber data ini berupa film Habibie & Ainun yang diunduh dari youtube 23

Oktober 2014.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

19

1.8 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.

Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang biasanya menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis, peristiwa, perilaku orang yang dapat diamati

(Bogdan dan Taylor dalam Raharjo, 2012: 34)

Penelitian ini bersifat deskriptif karena bertujuan untuk memaparkan atau

memberikan gambaran mengenai tuturan dan kesantunan pada film Habibie &

Ainun. Menurut Gay (dalam Raharjo, 2012:17) deskriptif adalah kegiatan yang

meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab

pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari

pokok suatu penelitian atau bisa dikatakan bahwa deskriptif adalah penelitian

yang menggambarkan atau menguraikan apapun objeknya sejelas mungkin sesuai

dengan sifat alamiah data itu sendiri.

Metode dan teknik merupakan dua konsep yang berhubungan dan tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Sudaryanto (1993: 9), metode dan

teknik digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda, tetapi

berhubungan langsung satu dengan yang lainnya. Metode adalah cara yang harus

dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode.

Penelitian ini menggunakan tiga metode dan teknik untuk memperoleh

hasil penelitian, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik

analisis data, metode dan teknik penyajian analisis data. Ketiga metode tersebut

dijelaskan di bawah ini.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

20

1.8.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam

film. Untuk mendapatkan data tersebut digunakan metode simak, yaitu menyimak

penggunaan bahasa pada film tersebut. Metode simak bisa disejajarkan dengan

metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial (Sudaryanto, 1993: 133).

Metode ini dilakukan dengan cara menonton dan menyimak tuturan yang

diucapkan oleh penutur yang ada dalam film Habibie & Ainun.

Metode simak selanjutnya dilengkapi dengan teknik pencatatan dan

pemilahan. Film Habibie & Ainun yang sudah diunduh kemudian ditranskripsikan

ke dalam bentuk tulisan (ortografis). Setelah sumber data dialihkan ke dalam

bentuk tulis, naskah film ini dijadikan sumber data yang kemudian dibaca secara

saksama dan mendetail.

1.8.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai dengan kriterianya,

selanjutnya data dianalisis. Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini dilakukan dengan

cara mendeskripsikan fakta-fakta tuturan dan kesantunan kemudian disusul

dengan analisis.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode heuristik,

yaitu jenis tugas pemecahan masalah yang dihadapi penutur dalam

menginterprestasi sebuah tuturan atau ujaran (Leech, 1993:61). Analisis yang

dilakukan dalam penelitian ini berupa identifikasi strategi kesantunan berbahasa

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdialog yang tentunya relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah

21

dan faktor-faktor terjadinya kesantunan dengan mengujinya berdasarkan data-data

yang tersedia. Apabila proses analisis hipotesis tidak teruji, dibuat hipotesis yang

baru. Seluruh proses ini, terus menerus berulang sampai akhirnya tercapai suatu

pmecahan masalah, yaitu berupa hipotesis yang teruji kebenarannya dan tidak

bertentangan dengan bukti yang ada.

1.8.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data merupakan langkah terakhir yang harus

dilakukan dalam sebuah penelitian sesudah menyelesaikan analisis data. Metode

formal dan informal yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data untuk

penelitian ini. Penyajian secara formal dengan merumuskan hasil melalui

pemakaian tanda, angka, dan lambang-lambang, sebaliknya secara informal

dilakukan melalui perumusan analisis dengan deskripsi (Sudaryanto, 1993:145).