BAB I - II - III Pascakualifikasi
-
Upload
sulaim-al-kautsar -
Category
Documents
-
view
245 -
download
2
description
Transcript of BAB I - II - III Pascakualifikasi
BAB I
SPESIFIKASI UMUM
PASAL 1
GAMBARAN UMUM PROYEK
Peserta harus mempelajari seluruh gambar-gambar serta Rencana Kerja dan Syarat-
syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar isi dokumen tersebut secara
keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika
gugatan itu disebabkan peserta tidak atau kurang memahami setiap isi dokumen ini.
1.1 KETERANGAN UMUM
1. Nama Proyek : PROYEK PEMBANGUNAN
JALAN KOLEKTOR PRIMER di KAB.BOGOR,
JAWA BARAT
2. Alamat Proyek : Desa Ciujung – Sentul 2, Kab. Bogor
3. Lingkup Pekerjaan : 1. Pekerjaan pembuatan jalan
2. Pekerjaan drainase
3. Pekerjaan elektrikal
4. Pemasangan Rambu dan Marka jalan
4. Pemberi Tugas : DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI JAWA BARAT
5. Konsultan Perencana : PT. RKM Consultant Jaya
6. Alamat : Jl. Dharma 3 No. 16
Cijantung, Jakarta Timur
7. Konsultan Pengawas : PT. Watch Consultant Prima
8. Alamat : Jl. Kitarung No.01
Rangkasbitung, Banten
1.2 Data Teknis Proyek
1. Klasifikasi Jalan : Jalan perkotaan, Jalan Kolektor Primer
2. Kualifikasi : Kelas I, Jalan 4 lajur 2 arah terbagi
3. Kecepatan rencana : 80 km/jam
4. Panjang Jalan : 2008,54 m
5. Jenis Konstruksi : Perkerasan Lentur
a.Lapisan Permukaan, asphalt 7,5 cm
b. Lapisan Pondasi Atas, batu pecah 20 cm
c.Lapisan Pondasi Bawah, sirtu 11,45 cm
6. Lebar perkerasan : (4 x 3,5) m
a.Jalur Lalu Lintas : 3,5 m / lajur
b. Kemiringan melintang : 2 %
7. Lebar Median : 2,5 m
8. Lebar Tepian : 0,2 m
9. Lebar Bahu Jalan : 2,0 m
Proyek tersebut merupakan jalan arteri yang terletak di Kabupaten Bogor.
Direncanakan untuk dapat dilewati kendaraan umum dengan kecepatan 80 Km/jam, dengan
asumsi volume kendaraan yang padat jalan ini mampu memikul beban yang sangat tinggi
terhadap volume kendaraan tersebut.
Dengan dibuatnya jalan arteri ini diharapkan kemacetan dapat berkurang. Pembuatan
jalan ini juga bertujuan guna memaksimalkan arus pendistribusian barang dimana pada daerah
sekitar tersebut banyak dijumpai serta terdapat pabrikasi baik makanan, minuman, dan masih
banyak lainnya. Pembuatan jalan kolektor ini memiliki lebar 6 m terdiri dari 2 lajur, memiliki
lebar bahu jalan 2,0 m. Jalan ini juga di rencanakan agar dapat dilewati kendaraan hingga 20
tahun kedepan.
PASAL 2
PENGERTIAN DAN ISTILAH
1. Proyek
Suatu pekerjaan yang memiliki jangka waktu tertentu yang dikehendaki
oleh pemberi tugas untuk direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak lain atau
wakilnya yang ditunjuk.
2. Pengguna Jasa
Adalah orang atau badan hukum yang memiliki proyek dan memberikan
pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa
dan yang membayar biaya pekerjaan yang dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan,
badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta Dalam hal ini pemberi
tugas adalah Pemerintah Kalimantan Timur yang diwakili oleh Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Kalimantan Timur.
3. Pengguna Anggaran (PA) :
Pengguna Anggaran adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat
yang disamakan pada Institusi lain Pengguna APBD.
(1) PA memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling
kurang di website Dinas Pekerjaan Umum Tangerang;
c. menetapkan PPK;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran;
g. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
h. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat
Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan
j. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa.
(2) Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam hal diperlukan, PA dapat:
a. menetapkan tim teknis ; dan/atau
b. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui
Sayembara/Kontes.
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) :
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk
menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan
APBD.
5. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) :
Adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran/Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI)/Pemimpin Badan Hukum
Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai Pemilik
Pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang
meliputi:
1) Spesifikasi teknis Barang/Jasa;
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
3) Rancangan Kontrak.
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. menandatangani Kontrak;
d. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
e. mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
f. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan
Barang/Jasa kepada PA/KPA;
g. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada
PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan;
h. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran
dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan;
dan
i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa.
6. Pokja ULP
Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan yang berfungsi
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Jawa Barat yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada
unit yang sudah ada.
7. Konsultan Perencana
Merupakan orang atau badan hukum yang ditunjuk untuk membuat
perencanaan bangunan secara lengkap dalam perencanaan pembuatan jalan
kolektor ,dapat berupa perseorangan/ perseorangan berbadan hukum/ badan
hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan. Dalam
proyek ini ditunjuklah sebagai konsultan perencana adalah PT. RKM
Consultant Jaya (Persero).
8. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pengguna
jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan
mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut, yang ditugaskan
kepada PT. Watch Consultant Prima.
9. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan
dalam pembanguna jalan arteri Serpong. Kontraktornya yang ditunjuk adalah
yang ditetapkan sebagai pemenang dalam lelang nantinya.
10. Sub Kontrktor
Merupakan pihak yang diberikan tugas oleh Kontraktor untuk
melaksanakan sebagian dari pekerjaan yang mana tugas ini diberikan oleh
Kontraktor utama dengan sepengetahuan dan persetujuan dari Pemberi Tugas.
Pihak sub kontraktor wajib mendapatkan persetujuan dari pihak kontraktor
utama untuk melakukan suatu pekerjaan.
11. Panitia Pelelangan
Panitia pelelangan merupakan badan hukum atau perseorangan yang
mempunyai tugas untuk menyelenggarakannya lelang tersebut, dalam hal ini
merupakan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bekasi yang menjadi panitia lelang.
Adapun Pembentukan, persyaratan, tugas pokok dan keanggotaan
Panitia/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa :
a. Anggota Panitia berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri
maupun instansi teknis lainnya.
b. Panitia harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas;
Memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;
Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/
pejabat pengadaan yang bersangkutan;
Memahami isi dokumen pengadaan/metoda dan prosedur
pengadaan berdasarkan Keputusan Presiden ini;
Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang
mengangkat dan menetapkannya sebagai panitia/pejabat
pengadaan;
Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.
c. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab panitia/pejabat pengadaan
meliputi sebagai berikut :
Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi
pengadaan;
Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);
Menyiapkan dokumen pengadaan;
Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetak dan
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika
memungkinkan melalui media elektronik;
Menilai kualifikasi penyedia melaui pascakualifikasi atau
prakualifikasi;
Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
Mengusulkan calon pemenang;
Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada
pengguna barang/jasa;
Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dimulai.
d. Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang yang memahami tata cara pengadaan, substansi
pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan,
baik dari unsur-unsur di dalam maupun di luar instansi yang
bersangkutan.
e. Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahami tata cara
pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang
lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar
instansi yang bersangkutan.
f. Dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan :
Pengguna barang/jasa dan bendaharawan;
Pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP)/Inspektorat Jenderal Departemen/lnspektorat Utama
Lembaga Pemerintah Non Departemen/Badan Pengawas
Daerah Propjnsj/ Kabupaten/Kota, Pengawasan Internal BI/
BHMN/BUMN/BUMD kecualj menjadi panitia/pejabat
pengadaan untuk pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan
instansinya.
12. Peserta Lelang
Badan Hukum atau Perusahaan yang masuk dalam Daftar Rekanan
Terseleksi yang diundang oleh Pemberi Tugas untuk mengikuti pelelangan
pekerjaan proyek ini.
a. Persyaratan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan
sebagai berikut :
Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa;
Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan
manajerial untuk menyediakan barang/jasa;
Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan
usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam
menjalani sanksi pidana;
Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;
Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan
tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti
tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak
Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran
Pajak (SSP) PPh Pasal 29;
Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernh memperoleh
pekerjaan menyediakan barang/jasa baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak,
kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3
(tiga) tahun;
Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas
lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;
Tidak masuk dalam daftar hitam;
Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan
pos;
b. Tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam melaksanakan pekerjaan jasa
konsultasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti
penyelesaian kewajiban pajak;
Ulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi oleh instansi yang berwenang atau yang
lulus ujian negara, atau perguruan tinggi luar negeri yang
ijasahnya telah disahkan/diakui oleh instansi pemerintah yang
berwenang di bidang pendidikan tinggi;
Mempunyai pengalaman di bidangnya.
c. Pegawai negeri, pegawai BI, pegawai BHMN/BUMN/BUMD dilarang
menjadi penyedia barang/jasa, kecuali yang bersangkutan mengambil
cuti di luar tanggungan Negara/BI/BHMN/BUMN/ BUMD.
d. Penyedia barang/jasa yang keikutsertaannya menimbulkan
pertentangan kepentingan di larang menjadi penyedia barang/jasa.
e. Terpenuhinya persyaratan penyedia barang/jasa dinilai melalui proses
pascakualifikasi oleh panitia/pejabat pengadaan.
13. Dokumen Pelelangan
Berkas-berkas yang dikeluarkan oleh panitia pelelangan yang akan
digunakan untuk mengajukan penawaran, dan terdiri atas:
a. Seluruh gambar-gambar rencana pelaksanaan
b. Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS) lengkap dengan lampiran-
lampiran serta keterangan lainnya.
c. Daftar volume pekerjaan (Bill of Quantity / BQ)
d. Risalah berita Acara Penjelasan berikut beserta Addendum.
14. Dokumen Kontrak
Kumpulan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak yang
sekurang-kurangnya berisi (PP No.29 / 2000 pasal 22), yaitu:
a. Surat Perjanjian
b. Dokumen Tender (spesifikasi, gambar-gambar, dll)
c. Penawaran (rincian pekerjaan dan harga)
d. Surat Penunjukan
e. Syarat-syarat perjanjian (surat pernyataan penggunaan jasa dan
penyedia jasa)
f. Dokumen Lain (berita acara, klasifikasi, prebid meeting, data
penyediaan tanah, dll).
15. Addendum
Semua penjelasan, perubahan serta perbaikan atas apa yang tercantum
dalam dokumen kontrak yang dikeluarkan secara tertulis oleh pemberi Tugas
sebelum atau selama pelaksanaan berlangsung.
16. Penyerahan Pertama
Penyerahan pekerjaan untuk pertama kali yang dilaksanakan oleh
kontraktor kepada Pemberi Tugas setelah seluruh pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak selesai dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawasan dan
dinyatakan dalam berita acara Serah Terima Pertama.
17. Penyerahan Kedua
Penyerahan pekerjaan untuk kedua kalinya yang dilaksanakan oleh
Kontraktor kepada Pemberi Tugas setelah masa pemiliharaan berakhir, dan
setelah seluruh cacat atau kekurangan sempurnaan serta kekurangan-
kekurangan lainnya.
18. Kontrak
Ikatan persetujuan dengan pasal-pasal tertentu antara pemberi tugas dan
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan, yang didalamnya terdapat dokumen
kontrak serta segala sesuatu yang merupakan kelengkapan.
19. Harga Kontrak
Jumlah biaya proyek secara keseluruhan yang tersebut dalam Surat
Penawaran dan yang disetujui serta ditetapkan oleh pemberian Tugas dalam
Surat Perintah Mulai Kerja dan disahkan dalam kontrak.
20. Pekerjaan Sementara
Semua pekerjaan atau fasilitas yang dibangun sementara untuk
menunjang pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan.
21. Hari kerja
Seluruh hari dalam kerja kecuali hari minggu, hari besar ataupun hari-
hari libur lainnya.
22. Jam Kerja
Waktu kerja efektif dalam sehari yang dipakai untuk bekerja biasanya
delapan jam (jam 8:00 s/d jam 17:00). Diluar delapan jam itu disebut lembur.
23. Rencana Kerja dan Syarat
Pedoman dasar dan persyaratan mengenai segala pekerjaan yang akan
dilaksanakan, yang termasuk dan menjadi satu kesatuan dengan Dokumen
Surat Perjanjian. Dan selanjutnya dapat disingkat RKS.
24. Gambar rencana
Gambar dasar mengenai segala pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang
termasuk dan menjadi satu kesatuan dengan Dokumen Surat Perjanjian
Pekerjaan Pemborongan.
25. Gambar Jadi
Gambar yang betul-betul sesuai dengan keadaan yang telah dibangun di
lapangan. Semua perubahan dan perbaikan dari gambar kerja di
dokumentasikan dalam gambar akhir yang di sebut As Built Drawing .
26. LPSE
Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah unit kerja
yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
27. Aplikasi SPSEAplikasi perangkat lunak Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
berbasis web yang terpasang di server LPSE yang dapat diakses melalui website LPSE.
PASAL 3
DOKUMEN KUALIFIKASI
1. Dalam pengisian dokumen kualifikasi peserta harus melengkapi dokumen
kualifikasi yang disyaratkan. Sesuai dengan PERPRES No.54 tahun 2010
metode yang digunakan dalam proses pelelangan ini dengan metode “Pasca
kualifikasi”
Kelengkapan dokumen kualifikasi terdiri dari:
a. Surat pernyataan minat untuk mengikuti pekerjaan
b. Fakta intergrasi
c. Formulir isian penilaian kualifikasi
d. Lampiran sertifikat dasar
e. Lampiran bukti pajak
2. PascaKualifikasi adalah proses penilaian kompetisi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainya dari penyedia barang/jasa setelah
memasukan penawaran.
3. Dalam proses kualifikasi panita/pejabat pengadaan dilarang menambah
persyartan pasca kualifikasi diluar yang telah ditetapkan dalam ketentuan
Keputusan Presiden.
4. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani surat persyaratan di atas materai
bahwa semua informasi yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi
adalah benar, dan apabila diketemukan penipuan/pemalsuan atas informasi
yang disampaikan terhadap yang bersangkutan dikenakan sanksi pembatalan
sekurang-kurangnya 2 ( dua ) tahun berikut serta diancam/dituntut secara
perdata dan pidana.
5. Proses pascakualifikasi secara umum meliputi pemasukan dokumen kualifikasi
besamaan dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan
untuk jadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi dokumen
kualifikasinya.
PASAL 4
TATA CARA PELELANGAN
Pelelangan berpedoman kepada PERPRES No. 54 Tahun 2010 dengan memilih tata
cara pemasukan dokumen penawaran sistem satu sampul.
4.1 SAMPUL
1. Sampul disiapkan oleh Pemberi Tugas dan akan didistribusikan kepada
pemborong (kontraktor) pada saat penjelasan pekerjaan (anwizing).
2. Sampul direkatkan dengan lem, disebelah belakang dilak pada 5 (lima) tempat.
Satu tempat di tengah dan empat tempat masing-masing di sudut simpul.
3. Pada sampul tidak boleh terdapat tulisan-tulisan atau symbol-simbol yang
menandakan identitas peserta, kecuali alamat penawaran disebelah kanan,
keterangan isi disebelah depan kiri atas 5 lak di sebelah belakang.
4. Dokumen penawaran sebelum dimasukan ke dalam sampul panitia, terlebih
dahulu dimasukan ke dalam sampul yang disediakan oleh Pemborong
(Kontraktor) sendiri dengan ukuran bebas, tetapi dapat dimasukan dalam sampul
panitia, terbuat dari kertas Samson warna coklat harus tidak tembus baca.
5. Sampul dalam tidak diijinkan terdapat tanda-tanda atau tulisan apapun terkecuali
nama dan alamat Pemborong (Kontraktor) disebelah kanan, Kemudian
direkatkan dengan lem.
Sampul BelakangSampul Depan
Alamat Panitia Lelang
Isi Dokumen Lak
4.2 CONTOH PENAMPILAN SAMPUL PENUTUP
4.3 SYARAT-SYARAT PESERTA LELANG
1. Surat Kuasa menghadiri Lelang bagi Direktur yang berhalangan hadir.
2. Dokumen Penawaran
a. Dibuat dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari 1 (satu) asli dan 4 (empat)
rekaman (rekaman).
b. Diberi tulisan asli atau rekaman sesuai dengan dokumen yang dimaksud
c. Masing-masing dokumen dijilid dalam bentuk buku. Syarat-syarat
Adminstratif dan teknis yang tidak lengkap atau tidak memenuhi syarat,
menyebabkan dokumen penawaran yang bersangkutan langsung
dinyatakan tidak lengkap.
d. Syarat-syarat administratif/teknis yang harus dipenuhi meliputi sebagai
berikut:
1) Surat penawaran dibuat diatas Kop Perusahaan, bertanggal, bermeterai
Rp. 6000,00 (enam ribu rupiah), Cap perusahaan dan tanda tangan
Direktur dengan nama jelas.
2) Surat penawaran dilengkapi dengan Daftar RAB, Daftar Harga Satuan
Upah, Bahan, Analisa Satuan Pekerjaan.
3) Syarat Administratif yang harus dilengkapkan adalah sebagai berikut :
Neraca perusahaan terakhir ( Dilegalisir )
Susunan pemilik modal
Susunan pengurus
Akte pendirian
SIUJK / Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi ( Dilegalisir )
Pengalaman
Referensi Bank
Daftar Peralatan
NPWP / Nomor Pokok Wajib Pajak atau PKP / Perusahaan
Kena Pajak ( Dilegalisir )
Jaminan penawaran
Tidak lengkapnya syarat-syarat administratif di atas dapat
mengugurkan peserta lelang
4) Kelengakapan lain yang harus dilampirkan adalah sebagai berikut :
Asli brosur-brosur bahan/peralatan yang ditawarkan dengan
membubuhkan tanda tangan yang jelas (misalnya : pembubuhan
stampel) sesuai yang disyaratkan dalam RKS.
Asli Surat Pernyataan Tenaga Ahli yang Akan ditugasi untuk
melaksanakan proyek ini sebagai kepala proyek dan staf ahli
proyek lainnya sesuai dengan diagram organisasi proyek
lainnya sesuai dengan diagram organisasi proyek yang
diusulkan serta Surat Pernyataan Pemborong (lihat lampiran).
Dibuat diatas Kop perusahaan peserta, dibubuhi tanggal, tanda
tangan dan nama jelas, cap perusahaan serta bermaterai sebesar
Rp. 6000,00 (enam ribu rupiah). Dilampirkan dengan Daftar
pengalama tenaga kerja ahli yang bersangkutan.
Asli judul waktu pelaksanaan proyek dalam bentuk diagaram
panah serta barchart lengkap dengan S-Curve. Dibuat diatas
kertas bebas dibubuhi tanggal, tanda tangan dan nama jelas
Pimpinan Perusahaan Peserta serta Cap Perusahaan.
Asli diagram Organisasi dan susunan Personalia untuk
melaksanakan poyek ini. Dibuat di atas Kop Perusahaan
Peserta, dibubuhi tanggal, tanda tangan, nama jelas Pemimpin
perusahaan serta Cap Perusahaan
Metode pelaksanaan dibuat di atas Kop Perusaaan.
PASAL 5
PENJELASAN PEKERJAAN (ANWIZING)
1. Untuk memperjelas dokumen pengadaan barang / jasa, Pokja ULP / pejabat pengadaan mengadakan pemberian penjelasan.
2. Pokja ULP / pejabat pengadaan dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan.
3. Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam berita acara pemberian penjelasan yang ditandatangani oleh Pokja ULP / pejabat pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadir.
4. Pokja ULP memberikan salinan berita acara pemberian penjelasan dan addendum dokumen pengadaan kepada seluruh peserta,baik yang menghadiri atau tidak menghadiri pemberian penjelasan.
5. Apabila tidak ada peserta yang hadir atau yang bersedia menandatangani berita acara pemberian penjelasan,maka berita acara pemberian penjelasan cukup ditandatangani oleh anggota Pokja ULP yang hadir.
6. Perubahan rancangan kontrak atau spesifikasi teknis atau gambar atau nilai HPS, haru mendapat persetujuaan PPK sebelum dituangkan dalam addendum dokumen pengadaan.
7. Dalam hal PPK tidak menyetujui usulan perubahan sebagaimana dimaksud pada poin 6,maka :a. Pokja ULP menyampaikan keberatan PPK kepada PA / KPA untuk Jika PA /
KPA sependapat dengan PPK,tidak dilakukan perubahan; ataub. Jika PA / KPA sependapat dengan Pokja ULP, PA / KPA memutuskan
perubahan dan bersifat final, serta memerintahkan Pokja ULP untuk membuat dan mengesahkan adendum dokumen pengadaan.
8. Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak / mengugurkan penawaran.
PASAL 6
HARGA SATUAN PEKERJAAN DAN PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Harga Satuan Pekerjaan adalah harga selesainya suatu pekerjaan dimana didalamnya
sudah termasuk harga bahan, upah, peralatan, pengangkutan, resiko, bea materai, pajak,
asuransi, serta biaya-biaya umum lainnya. Harga satuan pekerjaan tersebut sudah
termasuk keuntungan Kontraktor, biaya perijinan serta PPN 10% yang dimuat pada
rekapitulasi.
2. Harga satuan pekerjaan tersebut mengikut dan harus digunakan sebagai dasar perhitungan
harga penawaran pekerjaan, termasuk menetukan harga pekerjaan tambah atau kurang,
yang diperintahkan oleh konsultan pengawas dan disetujui oleh Pemberi Tugas, kecuali
apabila harga satuan pekerjaan tersebut dinilai tidak wajar maka harga satuan pekerjaan
ditetapkan bersama dengan konsultan pengawasan dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
3. Di dalam penawaran tidak ada pehitungan kembali harga satuan pekerjaan akibat adanya
fluktuasi harga bahan, upah dan peralatan.
PASAL 7
PERUBAHAN PEKERJAAN DAN PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Pekerjaan tambah maupun kurang akan diperhitungkan apabila jelas menyangkut
pekerjaan tambah/kurang dan jelas bukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.
2. Untuk menentukan besarnya tambah kurang ditentukan dari harga satuan penawaran
kontrak terdahulu.
3. Nilai dari perubahan pekerjaan tambah kurang tersebut diperhitungkan setelah pekerjaan
mencapai 100% dan dibayar bersamaan pekerjaan tersebut.
PASAL 8
DAFTAR VOLUME PEKERJAAN (BILL OF QUANTITY)
1. Daftar volume pekerjaan (BQ) yang dibuat oleh konsultan perencanaan merupakan
pedoman saja. Peserta harus tetap menghitung item dan volume pekerjaan sesuai dengan
gambaran rencana, RKS, serta berita acara penjelasan pekerjaan. Khususnya untuk
volume pekerjaan (terlampir) agar dihitung kembali oleh peserta lelang yang selanjutnya
akan dievaluasi bersama.
2. Bila terdapat ketidaksesuaian antara perhitungan peserta dengan daftar volume pekerjaan
(BQ) yang dibuat oleh Konsultan Perencanaan, maka kekurangan atau kelebihan
pekerjaan dan volume yang dimaksud akan disesuaikan dan disepakati bersama pada
waktu rapat penjelasan pekerjaan dan bersifat mengikat.
3. Pengertian mengikat disini yakni bahwa Pemborong (Kontraktor) harus melaksanakan
pekerjaan sesuain gambar rencana, RKS, berita acara penjelasan Pekerjaan (Anwizing)
serta daftar volume pekerjaan yang telah disepakati bersama antara Pemborong
(Kontraktor) dan Pemberi Tugas. Apabila kenyataan di lapangan volume pekerjaan lebih
besar dibandingkan penawaran pemborong, maka pemborong wajib melaksanakan
pekerjaan tersebut hingga selesai sempurna tanpa tambahan biaya dan perpanjangan
waktu. Dalam hal ini dianggap resiko Pemborong (Kontraktor).
4. Tidak ada perhitungan kembali atas item pekerjaan maupun volume pekerjaan di luar
butir 2 ( dua ) pada ayat ini, yang dapat dijadikan dasar perhitungan pekerjaan tambahan
PASAL 9
PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN
1. penyedia barang / jasa memasukkan dokumen penawaran dalam jangka waktu dan sesuai
persyaratan sebagaiamana ditetapkan dalam dokumen pemilihan.
2. Dokumen penawaran yang disampaikan melampaui batas akhir pemasukan tidak dapat
diterima oleh ULP / pejabat pengadaan .
3. Penyedia baran / jasa dapat mengubah, menambah dan mengganti dokumen penawaran
sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
PASAL 10
JAMINAN PENAWARAN
1. Jaminan Penwaran diterbitkan oleh Bank pemerintah atau Lembaga Keuangan yang
disahkan sesuai Surat Keputusan Mentri Keuanagn RI No. 558 / KMK – 0114 / 1999,
dengan masa berlaku sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penyeahan
Dokumen Penawaran dan dapat diperpanjang jika diperlukan.
2. Nilai Jaminan Penawaran sebesar 3 % ( tiga persen ) dari harga penawaran.
3. Jaminan Penawaran untuk keperluan Pelelangan Pekerjaan, ditunjukan
Kepada Yth :
PANITIA PENGADAAN / PEMBELIAN BARANG DAN JASA PROYEK
JEMBATAN RANGKA BAJA DAN GIREDER BETON, KOTA BEKASI
Bagi peserta yang dinyatakan kalah, jaminan Penawaran akan dikembalikan segera
setelah penunjukan pemenang dan berakhir masa sanggah.
4. Jaminan Penawaran dari pemenang akan dikembalikan pada saat Penandatangan Surat
Perjanjian Kontrak dan yang bersangkutan telah menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.
PASAL 11
EVALUASI PENAWARAN
1. Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP / pejabat harus berpedoman pada tata cara / criteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan;
2. Dalam evaluasi penawaran, ULP / pejabat pengadaan dan penyedia barang / jasa dilarang melakukan tindakan post bidding.
PASAL 12
PENARIKAN DIRI
1. Penarikan diri sebagai pelelangan hanya dapat dilakukan sebelum pembukaan Dokumen
Penawaran.
2. Penarikan diri setelah pembukaan Dokumen Penawaran mengakibatkan Jaminan
Penwaran yang telah diserahkan, dicairkan dan menjadi milik Pengguna jasa ( owner ).
PASAL 13
PENETAPAN PEMENANG
1. Penialian penawaran adminstratif dilakukan oleh panitia Pelelangan berdasarkan evaluasi
teknis dan biaya, berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam PERPRES No. 54
Tahun 2010.
2. Peserta yang dinyatkan sebagai pemenang pelelangan dan diberikan Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK), wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang tercantum dalam
SPMK.
3. Jika pemenang I (pertama) mengundurkan diri, maka pemenang II (kedua) dapat ditunjuk
untuk melaksanakan pemborongan sesuai dengan harga penawaran pemenang I
(pertama).
4. Jika pemenang kedua tidak bersedia untuk ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan maka
dapat ditunjuk pemenang III (ketiga) untuk melaksanakan sesuai dengan penawaran
pemenang pertama.
5. Jika ketiga pemenang tersebut tidak bersedia ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan,
selanjutnya diadakan pelelangan ulang.
6. Bagi peserta yang tidak setuju atas Penetapan Pemenang Pelelangan diberikan
kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya dalam
waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang.
7. Sanggahan hanya dapat diajukan terhadap pelaksaan prosedur pelelangan. Jawaban
terhadap sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 4 (empat)
hari kerja setelah diterimanya sanggahan tersebut.
PASAL 14SANGGAHAN PESERTA LELANG
1. Peserta pemilihan penyedia barang / jasa yang merasa dirugikan,baik secara sendiri
maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan sanggahan secara
tertulis apabila menemukan :
1) Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatue dalamperaturan presiden
ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan barang / jasa;
2) Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat; atau
3) Adanya penyalagunaan wewenang oleh ULP / pejabat yang berwenang.
2. Surat sanggahn disampaikan kepada ULP dan ditembuskan kepada PPK, PA / KPA dan
APIP yang bersangkutan paling lambat 5 (lima) harikerja setelah pengumuman
pemenang.
3. ULP wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah surat sanggahan pemenang.
4. Penyedia barang / jasa yang tidak puas dengan jawaban sanggahan dari ULP dapat
mengajukan sanggahan banding kepada menteri / pimpinan lembaga / kepala daerah /
pimpinan institusi paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanyajawaban
sanggahan.
5. Penyedia barang / jasa yang mengajukan sanggahan banding wajib menyerahkan jaminan
sanggahan banding yang berlaku 20 (dua puluh) hari kerja setelah diterimanya sanggahan
banding.
6. Jaminan sanggahan banding ditetapkan sebesar 2 o/oo (dua perseribu) dari nilai total HPS
atau paling tinggi sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
7. Sanggahan banding menghentikan proses pelelangan / seleksi.
8. LKPP dapat memberikan saran, pendapat, dan rekomendasi untuk penyelesaian
sanggahan banding atas permintaan menteri / pimpinan lembaga / kepala daerah /
pimpinan institusi.
9. menteri / pimpinan lembaga / kepala daerah / pimpinan institusi memberikan jawaban
atas semua sanggahan banding kepada penyanggah banding paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja setelah surat sanggahan banding diterima.
10. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, menteri / pimpinan lembaga / kepala
daerah / pimpinan institusi memrintahkan ULP / pejabat pengadaan melakukan evaluasi
ulang atau pengadaan banding diterima.
11. Dalam hal sanggahan salah, menteri / pimpinan lembaga / kepala daerah / pimpinan
institusi memerintahkan agar ULP / pejabat melanjutkan proses pengadaan barang / jasa
ulang.
12. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, jaminan sanggahan banding
dikembalikan kepada penyanggah.
13. Dalam hal sanggahan banding salah, jaminan sanggahan banding disita dan disetorka ke
kas Negara / daaerah.
PASAL 15
PELAKSANAAN DAN PENGUMUMAN PEMILIHAN PEMENANG
a. ULP mengumumkan peaksanaan pengadaan barang / jasa secara luas kepada
masyarakat pada saat :
1) Rencana kerja dan anggaran telah disetujui oleh DPRD;
2) Daftar isian pelaksana anggaran (DIPA) / dokumen pelaksanaan anggaran (DPA)
telah disahkan.
b. Dalam hal ULP akan melakukan pelelangan / seleksi setelah rencana kerja dan anggaran
disetujui DPRD tetapi DIPA / DPA belum disahkan, pengumuman dilakukan dengan
mencantumkan kondisi DIPA / DPA belum disahkan.
c. Pelaksanaa pelelangan / seleksi diumumkan secra terbuka dengan mengumumkan
secara luas sekurang-kurangnya melalui:
1) Website
2) Papan pengumuman resmi untuk masyarakat; dan portal pengadaan nasional
melalui LPSE.
d. Pengumuman atas penetapan penyedia barang / jasa diumumkan secara terbuka dengan
mengumumkan secara luas pada :
1) Website
2) Papan pengumuman resmi untuk masyarakat.
e. Dalam hal pengumuman untuk pelelangan terbatas, ULP harus mencantumkan nama
calon penyedia barang / jasa yang dianggap mampu;
f. Dalam hal menggunkaan surat kabar untuk mengumumkan pengadaan barang / jasa,
pemilihannya harus berdasarkan daftar surat kabar yang beroplah besar dan memiliki
peredaran luas.
PASAL 16
PELELANGAN GAGAL
a. ULP menyatakan pelelangan / pemilihan langsung gagal apabila :
1) Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses pascakualifikasi kurang dari 3
(tiga) peserta;
2) Jumlah peserta yang memasukkan dokumen penawaran untuk pengadaan barang /
pekerjaan konstruksi / jasa lainnya kurang dari 3 (tiga) peserta;
3) Sanggahan dari peserta terhadap hasil pascakualifikasi ternyata benar;
4) Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran;
5) Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti / indikasi terjadi persaingan tidak
sehat;
6) Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak lump
sum dan haraga satuan lebih tinggi dari HPS.
7) Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lump sum diatas HPS;
8) Sanggahan hasil pelelangan dari peserta ternyata benar; atau
9) Calon pemenang dan calon pemennag cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan evaluasi
dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan pembuktian kualifikasi.
b. ULP menyatakan seleksi gagal apabila :
1) Peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 5 (lima) untuk
seleksi umum atau kurang dari 3 (tiga) untkseleksi sederhana;
2) Sanggahan dari peserta terhadap hasil kualifikasi dinyatakan benar;
3) Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan dalam evaluasi penawaran;
4) Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti / indikasi terjadi persaingan tidak
sehat;
5) Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2,tidak hadir dalam
klarifikasi dan negosiasi dengan alasan yang tidak dapat diterima;
6) Tidak ada peserta yang menyetujui / menyepakati hasil negosiasi teknis dan harga;
7) Sanggahan hasil seleksi dari peserta ternyata benar;
8) Penawaran biaya terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak
gabungan lump sum dan harga satuan lebih tinggi dari pagu anggaran; atau
9) Seluruh penawaran biaya yang masuk untuk kontrak lump sum diatas pagu
anggaran.
c. PA / KPA menyatakan pelelangan / seleksi / pemilihan langsung gaga apabila :
1) PA / KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani SPPBJ
karena proses pelelangan / seleksi / pemilihan langsung tidak sesuai dengan
peraturan presiden ni;
2) Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP / PPK ternyata
benar;
3) Dugaan KKN / pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan peleangan /
seleksi emilihan langsung dinyatakan benar oleh pihak berwenang.
4) Sanggahana dari penyedia barang / jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum
dalam dokumen pengadaan penyedia barang / jasa ternyata benar;
5) Dokumen pengadaan tidak sesuai dengan peratuan presiden ini;
6) Pelaksanaan pelelangan / seleksi / pemilihan langsung tidak sesuai atau
menyimpang dari dokumen pengadaan;
7) Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 mengundurkan diri; atau
8) Pelaksanaan pelelangan / seleksi / pemilihan langsung melanggar peraturan
presiden ini.
d. PA / KPA / PPK / ULP dilarang memberikan ganti rugi kepada peserta pelelangan /
seleksi / pemilihan langsung bila penawarannya ditolak atau pelelangan / seleksi /
pemilihan langsung dinyatakan gagal;
e. Menteri / pimpinan lembaga / pimpinan institusi / menyatakan pelelangan ./ seleksi /
pemilihan langsung gagal apabila :
1) Sanggahan banding dari peserta ternyata benar; atau
2) Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan KPA ternyata benar.
f. Kepala daerah menyatakan pelelangan / seleksi / pemilihan langsung gagal apabila:
1) Sanggahan banding dari peserta ternyata benar; atau
2) Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan PA / KPA ternyata
benar.
PASAL 17
PELELANGAN ULANG
Panitia pelelangan dapat mengambil keputusan untuk mengadakan pelelangan ulang
karena adanya satu dan lain hal yang berkenaan dengan persyaratan Kontraktor tidak
memenuhi ketentuan yang diatur dalam PEPRES No. 54 Tahun 2010.
(1) Dalam hal Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung dinyatakan gagal, maka
ULP segera melakukan:
a. evaluasi ulang;
b. penyampaian ulang Dokumen Penawaran;
c. Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang; atau
d. penghentian proses Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung.
(2) Dalam hal Pelelangan/Seleksiulang jumlah Penyedia Barang/Jasa yang lulus
prakualifikasi hanya 2 (dua) peserta, proses Pelelangan/Seleksi
dilanjutkan.Dalam hal Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung dinyatakan
gagal, maka ULP segera melakukan:
a. evaluasi ulang;
b. penyampaian ulang Dokumen Penawaran;
c. Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang; atau
d. penghentian proses Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung.
(3) Dalam hal Pelelangan/Seleksi ulang jumlah Penyedia Barang/Jasa yang lulus
prakualifikasi hanya 2 (dua) peserta, proses Pelelangan/Seleksi dilanjutkan.
Dalam hal Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang jumlah Penyedia
Barang/Jasa yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) peserta, proses
Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung dilanjutkan.
(4) Dalam hal Pelelangan/Seleksi ulang jumlah Penyedia Barang/ Jasa yang lulus
prakualifikasi hanya 1 (satu) peserta, Pelelangan/ Seleksi ulang dilakukan seperti
proses Penunjukan Langsung.
(5) Dalam hal Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang jumlah Penyedia
Barang/Jasa yang memasukkan penawaran hanya 1 (satu) peserta,
Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang dilakukan seperti halnya proses
Penunjukan Langsung.
PASAL 18
PENUNJUKAN PEMENANG PENGADAAN
a. PPK menerbitkan SPPBJ dengan ketentuan:1) Tidak ada sanggahan dari peserta ;2) Sanggahan / sanggahan banding terbukti tidak benar;atau3) Masa sanggah / sanggah banding berakhir’
b. Dalam penyediaan barang / jasa yang telah menerima Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) mengundurkan diri dan masa penawaran masih berlaku, pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alas an yang dapat diterima secara objectif oleh PPK.
c. Pengunduran diri sebagaimana dimaksud poin b, dilakukan dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada kas Daerah.
d. Dalam hal penyedia barang / jasa yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa masih berlaku,maka:1) Jaminan penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada kas Daerah;
dan2) Penyedia barang / jasa dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti
kegiatan pengadaan barang / jasa di instansi pemerintah selama 2 (dua) tahun.e. Dalam hal yang tidak terdapat sanggahan, Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ) harus diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang segera disampaikan kepada pemenang yang bersangkutan.
f. Dalam hal terdapat sanggahan / sanggahan banding, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah semua sanggahan / sanggahan banding dijawab, serta segera disampaikan kepada pemenang.
PASAL 19
PERUBAHAN KONTRAK
a. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan
gambar atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, PPK bersama
penyedia barang / jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi:
1) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tecantum dalam kontrak;
2) Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan;
3) Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan ; dan
4) Mengubah jadawal pelaksanaan.
b. pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud poin a, dilaksanakan dengan ketentuan:
1) tidak melebih 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam kontrak
awal; dan
2) tersedianya anggaran.
c. penyedia barang / jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan
kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan
utama kepada penyedia barang / jasa spesialis;
d. pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud poin c, penyedia barang / jasa
dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak;
e. Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang
disepakati kedua belah pihak.
PASAL 20
PENANDATANGANAN KONTRAK
a. PPK menyempurnakan rancangan kontrak pengadaan barang . jasa untuk
ditandatangani.
b. Penandatanganan kontrak pengadaan barang / jasa dilakukan setelah DIPA / DPA
disahkan.
c. Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia barang . jasa menyerahkan
jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
diterbitkan SPPBJ.
d. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak pengadaan barang / jasa atas nama
penyedia barang / jasa adalah direksi yang disebutkan namanya dalam akta pendirian /
anggaran dasar penyedia barang / jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pihak lain yang bukan direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam akta pendirian /
anggran dasar sebagaimana dimaksud pada poin d, dapat menandatangani kontrak pengadaan
barang / jasa, sepanjang mendapat kuasa / pendelegasian wewenang yang sah dari direksi atau
pihak yang sah berdasarkan akta pendirian / anggarandasar untuk menandatangani kontrak
pengadaan barang / jasa.
PASAL 21
PEMUTUSAN KONTRAK
a. PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila:
1) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia barang
/jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak;
2) Penyedia barang / jasa lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
3) Penyedia barang / jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan atau pemalsuan
dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansiyang berwenang; atau
4) Pengaduan tentang prosedur, dugaan KKN atau pelanggaran persaingan sehat
dalam pelaksanaan pengadaan barang . jasa dinyatakan benar oleh instansi yang
berwenang.
b. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia barang / jasa:
1) Jaminan pelaksanaan dicairkan;
2) Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang / jasa atau jaminan uang
muka dicairkan;
3) Penyedia barang / jasa membayar denda; atau
Penyedia barang / jasa dimasukkan dalam daftar hitam.
PASAL 22
PEMBERIAN PEMBORONG PEKERJAAN
1. Peserta yang ditunjuk sebagai Pemborong (Kontaktor) tidak diperbolehkan menyerahkan
atau memberikan pekerjaannya baik sebagaian atau kesekuruhan kepada pihak lain tanpa
adanya persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atas rekomendasi Konsultan pengawas.
Ketentuan ini akan diterapkan dengan seksama dan ketat, Pelanggaran terhadap ketentuan
ini dapat mengakibatkan penunjukkan terhadap Kontraktor dibatalkan dan Jaminan
Pelaksanaan yang diserahkan, dicairkan menjadi milik Pemberi Tugas ( owner ).
2. Untuk Pemberi Pekerjaan ini akan dibuat Surat Perjanjian Kerja. Sambil menunggu
penyelesaian Surat Perjanjian Kerja, akan dibuat Surat Perintah Mulai Kerja yang harus
dikeluarkan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah penunjukan pemenang dan jika
ada sanggahan.
3. Penunjukan Pemborong (Kontaktor) bawahan harus mengutamakan pengusaha dari
golongan ekonomi lemah yang permodalannya milik orang Indonesia asli.
PASAL 23
AWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Untuk dapat memulai pekerjaan pemborongan, Pemborong (kontraktor) akan menerima
Surat Penyerahan Lapangan dari Pemberi Tugas.
2. Setelah pemborong (Kontraktor) menerima Surat Perintah Mulai Kerja dan Surat
Penyerahan Lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender Kontraktor wajib
menyerahkan pengembangan rencana kerja, metode kerja yang diusulkan dan tata cara
pelaksanaan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas. Kontaktor wajib memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi
Tugas pada waktu akan memulai pekerjaan dan Pemancanagn pondasi untuk diperiksa
bersama. Kelalaian Pemborong (Kontraktor) dalam hal ini, penunjukan sebagai
Pemborong (Kontraktor) dibatalkan dan Jaminan Pelaksanaan akan dicairkan dan
menjadi milik Pemberi Tugas (owner).
3. Pemborong (Kontraktor) wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang telah
disetujui tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja kepada Konsultan
Pengawas, yang menunjukan : kapan pekerjaan dilaksanakan, kapan peralatan import
akan sampai di lokasi pekerjaan, yang secara keseluruhan harus dibuatkan Time Schedule
dalam bentuk balok ( Barchart ) dilengkapi dengan Kurva S dan Jaringan kerja (Net
Working Planning). Time schedule akan disahkan oleh pengelola teknis Dinas Pekerjaan
Umum Bekasi Jl. Lapangan Bekasi Tengah No.2,Margahayu, Kota Bekasi.Kota Bekasi,
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
PASAL 24
JAMINAN PELAKSANAAN
1. Pemborong (Kontraktor) harus memberikan jaminan pelaksaaan sebesar 5 % ( lima
persen ) dari nilai kontrak, yang ditertibkan oleh Perusahan Bank yang disetujui oleh
Pemberi Tugas.
2. Jaminan Pelaksanaan harus diserahkan kepada pemberi tugas paling lambat 7 ( tujuh )
hari setelah SPMK dikeluarkan.
3. Jaminan pelaksanaan tersebut akan menjadi milik pihak Pemberi Tugas apabila :
a. Rekanan Kontraktor mengundurkan diri setelah penandatanganan perjanjian
pemborong
b. Terjadi pemutusan perjanjian oleh pemberi tugas yang disebabkan oleh kelalaian dan
kesalahan Kontraktor.
PASAL 25
SERAH TERIMA PEKERJAAN
a. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam kontrak, penyedia barang / jasa mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PA / KPA melalui PPK untuk menyerahkan pekerjaan.
b. PA / PPK menunjuk panitia / pejabat penerima hasil pekerjaan untuk melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
c. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaan sebagaimana dimaksu pada poin b,
panitia / pejabat penerima hasil pekerjaan melalui PPK memrintahkan penyedia barang /
jasa untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan sebagaimana yang disyratkan dalam
kontrak.
d. Panitia / pejabat penerima hasil pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah
seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak;
e. Khusus pekerjaan konstruksi / jasa lainnya:
1) Penyedia pekerjaan konstruksi / jasa lainnya melakukan pemeliharaan atas
hasilpekerjaan selama masa yang yang ditetapkan dalam kontra, sehingga kondisinya
tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaa;
2) Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan,
sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selam 3(tiga) bulan; dan
3) Masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran.
f. Setlah masa pemeliharaan sebagimana dimaksud poin e berakhir, PPK mengembalikan
jaminan pemeliharaan / uang retensi kepada penyedia barang / jasa.
g. Khusus pengadaan barang. Masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para pihak
dalam kontrak.
h. Penyedia barang / jasa menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan pada
saat proses serah terima akhir (final hang over)
i. Penyedia barang / jasa yang tidak menandatangani berita acara serah terima akhir
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada poin h, dimasukkan dalam daftar hitam.
PASAL 26
UANG MUKA DAN PEMBAYARAN PRESTASI KERJA
a. Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang / jasa untuk:
1) Mobilisasi alat dan tenaga kerja
2) Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang / material; dan
3) Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan barang /jasa.
b. Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang / jasa dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Untuk usaha kecil paling tinggi 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai kontrak
pengadaan barang / jasa; atau
2) Untuk usaha nono kecil paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai kontrak
pengadaan barang / jasa.
c. Besarnya uang muka untuk kontrak tahun jamak dalah nilai yang paling kecil antara 2
(dua) pilihan,yaitu:
1) 20% (dua puluh perseratus) dari kontrak tahun pertama; atau
2) 15% (lima belas persen) dari nilai kontrak.
d. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi secara pencapaian prestasi
pekerjaan;
e. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:
1) Pembayaran bulanan;
2) Pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan; atau
3) Pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
f. Pembayaran prestasi kerja diberikan kepada penyedia barang / jasa setelah dikurangi
angsuran pngembalian uang muka dan denda apabila ada, serta pajak;
g. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk kontrak yang mnggunakan
subkontraktor,harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai
dengan perkembangan pekerjaannya;
h. Pembayaran bulanan / termin untuk pekerjaan konstruksi dilakukan senilai pekerjaan
yang telah terpasang;
i. PPK dapat menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi
jaminan pemeliharaan pekerjaan konstruksi.
BAB II
SPESIFIKASI ADMINISTRASI
PASAL 1
SURAT PERJANJIAN KONTRAK DAN DOKUMEN KONTRAK
.
1. Kontrak dibuat rangkap 10 (sepuluh) terdiri dari :
a. Rangkap satu asli materai ada di pihak Pimpinan Proyek.
b. Rangkap 2 s/d 7 materai ada di pihak Kontraktor
c. Rangkap 8 s/d 10 rekaman tanpa materai
2. Isi dari Surat Perjanjian kontraktor (Kontrak), sebagai berikut :
a. Pemberi Tugas dan Kontraktor.
b. Kewajiban Pemberi Tugas dan Kontraktor.
c. Lingkup Pekerjaaan
d. Dasar Pelaksanaan
e. Bagan Kemajuan Pekerjaan
f. Jangka Waktu Pelaksanaan
g. Jaminan Pelaksanaan
h. Harga Kontrak
i. Cara Pembayaran
j. Pelaksanaan Pekerjaan
k. Personalia Pemborong (Kontraktor)
l. Bahan Bangunan, Barang-barang dan Pekerjaan
m. Penyerahan Pekerjaaan
n. Jangka Waktu Pemeliharaan
o. Laporan-laporan Proyek
p. Sub-Kontraktor
q. Keamanan dan Ketertiban
r. Pekerjaan Tambah Kurang
s. Denda Keterlambatan
t. Tuntutan dan Force Majeure
u. Pemutusan Perjanjian
v. Perselisihan
w. Pajak dan Bea Materai
x. Pembatalan Kontrak
y. Asuransi
z. Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam perjanjian.
3. Kontrak tersebut dilampirkan :
a. Surat Perjanjian Kerja
b. Surat Perintah Mulai Kerja
c. Berita Acara Penelitian Kontraktor (DRT)
d. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
e. Berita Acara Pembukaan Penawaran
f. Berita Acara Negosiasi
g. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) lengkap
h. Surat Penewaran Harga Lengkap
i. Jadwal Rencana Pelaksanaan
j. Gambar-gambar
PASAL 2
KEWAJIBAN PEMBERI TUGAS DAN KONTAKTOR
1. Pemberi Tugas memberi tugas kepada Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
pemborongan seperti diuraikan dalam pasal-pasal RKS ini, sesuai gambar-gambar
rencana,berita acara penjelasan, pekerjaan maupun Berita Acara Kualifikasi menurut
syarat-syarat teknis hingga pekerjaan selesai seluruhnya dengan baik
2. Pemberi Tugas harus memberikan keterangan kepada Pembororng (Kontraktor)
mengenai pekerjaan seperti dimaksud dibutir (1) pasal ini dengan sejelas-jelasnya, dan
harus menyediakan segala gambar rencana dan RKS yang diperlukan untuk pelaksanaan.
3. Bila Pemborong (Kontraktor) menemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan antara
gambar rencana dengan KRS, ia harus segera memberitahukan kepada Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas secara tertulis, menguraikan ketidaksesuaian atau
penyimpangan itu, dan Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas harus mengeluarkan
petunjuk mengenai hal ini.
4. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang tertera di dalam
gambar rencana dan RKS serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan sehingga dalam segala
hal Pemberi Tugas merasa puas.
PASAL 3
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pemborong melaksanakan pekerjaan sesuai yang disyaratkan dalam RKS ini yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Pemborongan.
2. Hal-hal lain yang tidak dituliskan dalam RKS, berlaku peraturan-peraturan umum yang
berlaku di Indonesia sesuai yang dimaksud pada BAB III, Spesifikasi Teknis Pelaksanaan
penyelesaian Pekerjaan.
PASAL 4
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
1. Mulai pelaksanaan pekerjaan
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Kerja ditanda tangani pemborong
harus mulai melaksanakan pekerjaan dalam arti nyata. SPK harus sudah ditandatangani
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebagai tanda bukti sejak diterimanya SPK tersebut oleh
pemborong.
2. Penguasaan lapangan
Sebagaimana dijelaskan dalam kontrak, pemberi tugas dengan perintah tertulis melalui MK
memberikan kekuasaan kepada pemborong dari waktu ke waktu untuk menggunakan
lapangan (site) sehubungan dengan persyaratan kontrak agar memudahkan pengendalian
dan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaannya sesuai dengan programnya. Dan harus menjaga
kelancaran sehubungan dengan pemborong-pemborong paket lain. Apabila pemborong
mengalami kelambatan dan atau kerugian biaya karena kelalaian pemberi tugas dan
pemborong dapat memberikan perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan dan
persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan tersebut akan dituangkan secara tertulis
dalam bentuk adendum kontrak yang ditanda tangani bersama oleh Pemberi Tugas dan
Pemborong.
3. Jalan orang lain
Pemborong harus membayar sendiri segala biaya yang diperlukan untuk melalui milik
orang lain sehubungan dengan jalan masuk ketempat pekerjaan. Pemborong juga harus
menyiapkan jalan masuk ketempat pekerjaan. Pemborong juga harus menyiapkan atas
biayanya sendiri segala akomodasi diluar sehubungan dengan pekerjaan.
4. Waktu penyelesaian
Seluruh pekerjaan dan bagian-bagian pekerjaan yang disebutkan dalam kontrak harus
diselesaikan dalam waktu sesuai dengan jadwal, dalam hal ini yaitu 150 hari kerja.
5. Kemajuan pekerjaan
Agar pekerjaan terlaksana dengan baik, memenuhi waktu yang telah ditetapkan dalam
kontrak pemborong harus menyerahkan kepada MK suatu program yang menguraikan
metode kerja, tingkat kemajuan dari uraian mengenai personil yang akan digunakan. Jika
pada setiap saat kemajuan yang sesungguhnya dari pekerjaan ternyata menurut MK tidak
sesuai, MK akan menegur dan meminta agar pemborong mengambil langkah-langkah yang
akan disetujui, yang diperlukan untuk menjamin penyelesaian pekerjaan dalam waktu
penyelesaian yang ditetapkan. Diantaranya melengkapi personil tambahan, perlengkapan
dan melaksanakan kerja lembur sebagaimana yang diarahkan oleh MK tanpa menjadi
beban biaya bagi Pemberi tugas dan MK.
PASAL 5
BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RAPAT KOORDINASI
1. Pemborong (Kontraktor) harus melaporkan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan
Pengawas tentang kemajuan pekerjaan yang dicapai dan langkah-langkah yang
berikutnya dalam rapat yang diselenggarakan sekali dalam sebulan.
2. Kelalaian dalam memasukan laporan yang dimaksud dalam butir 1 dapat menyebabkan
pekerjaan dihentikan sementara. Akibat dari penghentian sementara ini menjadi
tanggung jawab Pemborong (kontraktor).
PASAL 6
JAMINAN PELAKSANAAN
1. Bagi penawar yang ditunjuk sebagai Pemenang, selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari kalender setelah menerima Surat Penunjukan Pemenang / Surat Perintah
Mulai Kerja harus mengganti Jaminan Penawaran dengan Jaminan Pelaksanaan yang
berjangka waktu selama masa pelaksanaan sesuai yang tercantum dalam Kontrak.
2. Jaminan Pelaksanaan akan dikembalikan setelah pekerjaan telah diselesaikan dengan
sempurna dan diserahkan pada saat Serah Terima Pertama Pekerjaan.
3. Besarnya Jaminan pelaksanaan ditentukan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai Kontrak,
berupa Jaminan Bank dan Bank Pemerintah atau Lembaga Keuangan yang berhak,
berlaku selama masa pelaksanaan sesuai Surat Perjanjian.
4. Jaminan pelaksanaan tersebut akan menjadi milik Pihak Pemberi Tugas apabila :
a. Rekanan kontraktor mengundurkan diri setelah penandatanganan Perjanjian
Pemborongan
b. Terjadi pemutusan Perjanjian oleh Pemberi Tugas yang disebabkan oleh kelalaian dan
kesalahan Kontraktor.
PASAL 7
JANGKA WAKTU DAN JAMINAN PEMELIHARAAN
1. Waktu pemeliharaan untuk bangunan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari kerja.
2. Waktu pemeliharaan untuk peralatan adalah 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari
kalender. Besarnya jaminan Pemeliharaan adalah 5 % (lima persen) dari nilai kontrak.
3. Apabila dalam waktu pemeliharaan dilampaui dengan memuaskan, selanjutnya Pemberi
Tugas atas dasar rekomendasi dari Konsultan Pengawas Menyatakan secara tertulis
kepada kontraktor untuk dilakukan penyerahan kedua.
PASAL 8
PERPANJANGAN WAKTU
1. Bila sudah jelas bahwa kemajuan pekerjaan mengalami hambatan, Kontraktor harus
segera memberikan laporan secara tertulis penyebab dari hambatan tersebut.
2. Pada 2 (dua) minggu terakhir, sebelum tanggal penyerahan pertama, Pemborong
(Kontraktor) diperbolehkan mengajukan permohonan tertulis kepada Pemberi Tugas,
Untuk perpanjang waktu lengkap dengan alasan-alasannya.
3. Dengan pertimbangan bersama antara Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas, terhadap
alasan Pemborong (Kontraktor), maka perpanjangan waktu yang adil dan layak untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat disetujui dan diberikan secara tertulis.
4. Alasan yang diajukan Pemborong (Kontraktor) karena kelalaian dalam melaksanakan
pekerjaan tambah, memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan Pemborong
(Kontraktor), tidak dapat dijadikan alasan untuk perpanjang waktu.
5. Apabila terjadi keadaan Memaksa / Force Majeure, maka Pemborong (Kontraktor)
dibebaskan dari tangungan atas kerugian dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang
telah ditetapkan.
6. Alasan-alasan yang menyebabkan suatu proyek diperpanjang :
a. Terlambatnya Surat Penyerahan Lahan (SPL). Hal ini dapat menyebabkan Kontraktor
tidak dapat memulai pekerjaan.
b. Force majeure (keadaan memaksa), seperti:
Bencana Alam yang dinyatakan oleh Gubernur / Kepala Daerah Tingkat I : Gempa
Bumi, Angin topan, Banjir, Tanah longsor, Kebakaran.
Peperangan, Pemberontakan
c. Peraturan Pemerintah di bidang moneter yang pelaksanaannya sesuai Keputusan
Pemerintah.
d. Pemogokan buruh yang bukan disebabkan kesalahan Kontraktor.
PASAL 9
KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RAPAT KOORDINASI
1. Pemborong (Kontraktor) harus melaporkan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan
Pengawas tentang kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dan langkah-langkah yang
diambil untuk melakukan percepatan kerja.
2. Pemborong (Kontraktor) harus melaporkan kemajuan pekerjaan dalam rapat koordinasi
proyek yang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.
3. Pemborong (Kontraktor) tidak diperbolehkan untuk menambah biaya tambahan atas
pekerjaan percepatan ini, karena bukan merupakan perubahan pekerjaan, kecuali untuk
kerja lembur.
4. Kelalaian dalam memasukan laporan yang dimaksud pada butir 1 (satu) dapat
menyebabkan perkerjaan dihentikan sementara. Dan ini menjadi tanggungjawab
Pemborong (Kontraktor).
PASAL 10
HARGA KONTRAK
1. Biaya yang ada hubungannya dengan penyediaan dan pemakaian barang dan atau proses
yang mempunyai hak paten dalam pelaksanaan sesuai dengan RKS dianggap telah masuk
dalam daftar kontrak
2. Tuntutan yang mungkin terjadi dikarenakan Pemborong (Kontraktor) melanggar hak
paten seperti tersebut pada butir 1 (satu) sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong
(Kontraktor).
PASAL 11
RESIKO UPAH DAN HARGA
Didalam pelaksanaan pekerjaan ini Fluktuasi besarnya upah dan harga bahan yang
terjadi selama masa pembangunan menjadi resiko Pemborong (Kontraktor).
PASAL 12
SISTEM PEMBAYARAN
1. Menurut Sistem Pembayarannya, kontrak yang digunakan adalah kontrak Lump Sum
dimana kontrak Lump Sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap,
dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya
ditanggung oleh penyedia barang/jasa (Keputusan Presiden No. 54 tahun 2010).
2. Uang Muka.
a. Uang Muka dibayar untuk membiayai mobilisaisi peralatan, personil, dan pengeluaran
bulan pertama. Besaran uang muka ditentukan sebesar 20% dari Harga Kontrak dan
dibayar setelah penyedia jasa menyerahkan jaminan uang muka sekurang-kurangnya
sama dengan besarnya uang muka;
b. Penyedia jasa mengajukan permohonan pembayaran uang muka secara tertulis kepada
Penjabat Pembuat Komitmen disertai dengan rencana pengguanaan uang muka;
c. Penjabat Pembuat Komitmen mengajukan surat permintaan pembayaran untuk
permohonan tersebut pada butir 2)., paling lambat 7 (tujuh) hari setelah jaminan uang
muka diterima;
d. Jaminan Uang muka harus diterbitkan oleh bank umum atau perusahaan asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) yang harus direasuransikan
sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan;
e. Pengembalian uang muka diperhitungkan berangsur-angsur secara proposional pada
setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling lambat harus lunas pada saat
pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus persen);
f. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi sesuai dengan pencapaian
prestasi pekerjaan.
3. Angsuran / termin
a. Penyedia jasa harus mengajukan perhitungan tagihan pembayaran secara angsuran
selama jangka waktu pelaksanaan kontrak. Selang waktu angsuran sesuai dengan
ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak;
b. Perhitungan tagihan didasarkan pada hasil/pelaporan (laporan pendahuluan, laporan
antara, laporan akhir/final) yang telah disetujui penjabat pembuat komitmen disertai
dengan tanda bukti telah diterimanya penyerahan hasil/pelaporan;
c. Penjabat Pembuat Komitmen mengajukan surat permintaan pembayaran paling lambat
7 (tujuh) hari setelah penyedia jasa mengajukan permohonan pembayaran yang telah
disetujui oleh Penjabat Pembuat Komitmen;
d. Pembayaran tagihan angsuran harus dilaksanakan dalam waktu sebagaimana
ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak;
e. Pembayaran angsuran terakhir hanya dilakukan setelah penyerahan dan persetujuan
laporan akhir.
4. Pembayaran dilakukan dengan cara angsuran (termijn) dengan urutan rincian sebagai
berikut :
Tahap Angsuran Prestasi
Pekerjaan
Jumlah Angsuran
Uang Muka untuk mobilisasi
personil, peralatan, dan
pengeluaran bulan pertama,
setinggi-tingginya 20% (dua
puluh per seratus)
0% 20% Harga
Kontrak
Termijn I 25 % 17,5 % harga
kontrak
Termijn II 50 % 17,5% harga
kontrak
Termijn III 75 % 17,5 % harga
kontrak
Termijn IV 100 % 17,5 % harga
kontrak
Masa Pemeliharaan Selesai masa
pemeliharaan
5% harga kontrak
(retensi)
PASAL 13
PERSONALIA PEMBORONG ( KONTRAKTOR )
1. Pemborong (Kontraktor) tidak diperkenankan memberi pekerjaan lain diluar proyek ini
kepada para wakil atau pelaksananya.
2. Selama jam-jam kerja, wakil atau para pelaksana Pemborong (Kontraktor) harus berada
ditengah-tengah perkerjaan, bila berhalangan atau sakit, Pemborong (Kontraktor) segera
menunjuk / menempatkan penggantinya dan segera memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas.
3. Sebagai pimpinan sehari-hari ditempat pekerjaan, Pemborong (Kontraktor) harus
menempatkan seorang tenaga ahli pelaksanaan atas persetujuan Konsultan Pengawas.
4. Pemborong (Kontraktor) wajib memperkerjakan tenaga kerja lapangan (mandor, tukang ,
danl lain-lain) yang benar-benar mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing.
5. Konsultan Pengawas sewaktu-waktu berhak meminta kepada Pemborong (Kontraktor)
untuk menganti pelaksana maupun tenaga pekerja lapangan, bila ternyata mereka
dianggap tidak cakap atau kurang menpunyai keahlian dalam bidang pekerjaannya.
PASAL 14
PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Penyerahan pertama pekerjaan dilakukan oleh Pemborong (Kontraktor) setelah prestasi
fisik pekerjaan selesai seluruhnya (100%).
2. Bila terdapat kekurangan, cacat atau kesalahan yang tidak sesuai dengan gambar rencana
dan RKS, Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas harus segera menyerahkan daftar
perbaikan kepada Pemborong (Kontraktor), selanjutnya Pemborong (Kontraktor) segera
melaksanakan perbaikan tersebut dengan penuh tanggung jawab.
3. Penyerahan kedua pekerjaan dilakukan setelah berakhirnya Masa Pemeliharaan
4. Tiap penyerahan pekerjaan dibuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
PASAL 15
LAPORAN PEMBORONG ( KONTRAKTOR )
1. Pemborong (Kontraktor) wajib menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjuk
perintah dan detail pekerjaan dan menyerahkan laporan tersebut secara berkala kepada
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
2. Setiap laporan harus diperiksa dan disetujui kebenarannya oleh Konsultan Pengawas.
Perselisihan mengenai ini mengakibatkan pekerjaan dihentikan sementara untuk diadakan
pemeriksaan.
3. Penugasan dan perintah Konsultan Pengawas baru dianggap berlaku dan mengikat
apabila dibuat secara tertulis dan dicatat dalam buku / laporan harian. Selanjutnya laporan
harian dibuat laporan bulanan, yang berisi antara lain:
a. Jumlah pegawai yang dipekerjakan bulan ini
b. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan
c. Rencana pekerjaan bulan berikutnya
d. Bahan dan perlengkapan yang telah masuk
e. Hambatan pekerjaan yang dialami
f. Kunjungan-kunjungan tamu
g. Jumlah/jenis peralatan yang digunakan.
h. Kejadian-kejadian khusus lainnya
i. Dan lain-lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan
Laporan tersebut ditandatangani oleh Pemborong (Kontraktor) dan Konsultan
Pengawas sebagai tanda bukti bahwa setuju atas laporan tersebut.
4. Pemborong (Kontraktor) harus mengambil foto berwarna ukuran minimal kartu pos untuk
dokumentasi dalam keadaan-keadaan :
a. Daerah sebelum pekerjaan dimulai
b. Pada saat dan setelah pelaksanaan pondasi
c. Setiap tahap pekerjaan sesuai dengan tahap pembayaran
d. Saat Force majeure.
e. Serah terima pertama.
f. Serah terima kedua.
5. Laporan bulanan tersebut hendaknya dikirimkan kepada :
a. Pemberi Tugas : 1 (satu) asli dan 1 (satu) copy
b. Konsultan Pengawas : 3 (tiga) eksemplar copy dan 1 (satu) asli
foto album berwarna
PASAL 16
PERINTAH PEMBERI TUGAS DAN KONSULTAN PENGAWAS
1. Segala perintah yang diberikan oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas dibuat secara
tertulis.
2. Jika Pemborong (Kontraktor) tidak menerima / menyetujui pendapat atau perintah
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas, maka Pemborong (Kontraktor) harus mengajukan
keberatan secara tertulis dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.
PASAL 17
PENUGASAN DAN PENGOPERASIAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan hanya dapat diserahkan kepada Kontraktor lain bila ada persetujuan tertulis
dari Pemberi Tugas berdasarkan rekomendasi Konsultan Pengawas
2. Jika Kontraktor Utama berhenti atau diberhentikan, Kontraktor bawahannya juga harus
berhenti.
3. Apabila Kontraktor utama tidak sanggup melaksanakan pekerjaan tanpa alasan yang
jelas, maka Pemberi Tugas akan menunjuk Kontraktor lain dengan biaya dari Kontraktor
Utama.
PASAL 18
BENGKEL KERJA PEMBORONG ( KONTRAKTOR )
Pemberian Tugas atau Konsultan Pengawas mempunyai wewenang untuk memasuki
bengkel kerja atau tempat lainnya dimana Pemborong (Kontraktor) dan Sub-Kontraktor
mempersiapkan dan melaksanakan pekerjaan.
PASAL 19
KEAMANAN DAN KETERTIBAN
1. Pemborong (Kontraktor) bertanggung jawab atas kebersihan dan keamanan terhadap
bangunan-bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan bahan bangunan selama
pekerjaan berlangsung.
2. Pemborong (Kontraktor) bertanggung jawab atas keselamatan para pekerja, Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas dan tamu-tamu selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Segala tuntutan dan persoalan Sub Kontraktor menjadi beban dan tanggung jawab
Pemborong (Kontraktor) sepenuhnya.
PASAL 20
DENDA KETERLAMBATAN DAN SANKSI
1. Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia
barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda
keterlambatan sekurang-kurangnya 1o/ooo (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak
(PERPRES No.54 Tahun 2010 pasal 37).
2. Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran karena sematamata kesalahan atau
kelalaian pengguna barang/jasa, maka pengguna barang/jasa membayar kerugian yang
ditanggung penyedia barang/jasa akibat keterlambatan dimaksud, yang besarannya
ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku
(PERPRES No.54 tahun 2010 pasal 37).
3. Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian pengguna
barang/jasa dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan
beban biaya dari konsultan yang bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi. (PERPRES
No.54 tahun 2010 pasal 37).
4. Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi administratif dan/atau pidana
atas pelanggaran Undang-undang ini (Undang-Undang Jasa Konstruksi No.18 Tahun
1999 pasal 41)
5. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 Undang-Undang Jasa
Konstruksi No.18 Tahun 1999 yang dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. Pembekuan izin usaha dan/atau profesi;
e. Pencabutan izin usaha dan/atau profesi.
6. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 Undang-Undang Jasa
Konstruksi No.18 Tahun 1999 yang dapat dikenakan kepada pengguna jasa berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi;
e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
PASAL 21
RENCANA KERJA DAN PERINGATAN
1. Pemborong (Kontraktor) harus menyerahkan Rencana Kerja yang terperinci
2. Pelaksanaan kemajuan pekerjaan yang terlambat dibanding dengan Rencana Kerja,
Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas akan memberi saran / petunjuk secara tertukis
untuk mempercepat pelaksanaan.
3. Apabila terjadi penyimpangan (baik mengenai lokasi, jenis pekerjaan, kualitas dan
kuantitas maupun jadwal) terhadap rencana dan gambar, maka segera pada saat diketahui
adanya penyimpangan, Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas memberi teguran /
peringatan.
4. Teguran / Peringatan tersebut pada butir 3 (tiga) pasal ini oleh Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas kepada Pemborong (Kontraktor) dilakukan dengan lisan dan tertulis secara
bertahap sebagai berikut :
a. Teguran Lisan
Segera pada saat diketahui adanya penyimpangan
b. Teguran I tertulis
Dikeluarkan 1 (satu) hari setelah teguran lisan dan menyebutkan dengan jenis lokasi,
jenis pekerjaan, kuantitas pekerjaan maupun jadwal yang dianggap tidak sesuai
dengan RKS dan gambar Kerja.
c. Teguran II tertulis
Dikeluarkan bila Pemborong (Kontraktor) ternyata tidak melaksanakan isi surat
teguran I tertulis
d. Peringatan I tertulis
Dikeluarkan selambat-lambatnya dalam 3 (tiga) hari kerja setelah Surat Teguran II
tertulis disampaikan kepada Pemborong (Kontraktor).
e. Peringatan II tertulis
Dikeluarkan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja Pemborong
(Kontraktor) masih belum melaksanakan isi Surat Peringatan I, maka Surat Peringatan
II tertulis.
5. Setelah Pemborong (Kontraktor) menerima surat teguran I, teguran II, peringatan I,
peringatan II dan peringatan III, Pemborong (Kontraktor) wajib melaksanakan isi surat
tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja.
PASAL 22
PERSELISIHAN
1. Jika masing-masing pihak yang tersebut dalam kontrak menderita kerugian dan
kerusakan terhadap orang atau benda yang disebabkan oleh kelalaian pihak lain atau
pegawainya, maka tuntutan harus diajukan secara tertulis kepada pihak lainnya dalam
jangka waktu yang cukup setelah mengetahui adanya kerugian
2. Jika terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah maka
penyelesaian selanjutnya diserahkan kepada suatu Tim Arbitrasi terdiri dari 3 (tiga) orang
wakil :
a. 1 (satu) orang Pemberi Tugas.
b. 1 (satu) orang Pemborong (Kontraktor)
c. 1 (satu) orang atas persetujuan kedua belah pihak.
3. Dan jika Tim Abitrasi ini tidak dapat mengambil keputusan, maka masalah ini akan
diputusakan ke Pengadilan Negeri setempat. Dalam hal ini kedua belah pihak harus
memiliki tempat tinggal (domisili) tetap.
PASAL 23
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pemberi tugas dapat memutus hubungan kerja, jika Pemborong (Kontraktor) melakukan
kelalaian mengenai satu atau beberapa hal dibawah ini :
a. Jika Pemborong (Kontraktor) tanpa adanya alasan yang tepat menagguhkan atau
menunda pelaksanaan pekerjaan yang belum selesai.
b. Jika Pemborong (Kontraktor) tidak dapat melanjutkan pelaksanaan pekerjaan secara
profesional (kesungguh-sunguhan).
c. Pemborong (Kontraktor) tidak menghiraukan / mengabaikan Surat Peringatan yang
diberikan oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas sehingga berdampak buruk begi
pekerjaan.
d. Dan hal lainnya yang diatur dalam surat kontrak.
PASAL 24
TUNTUTAN DAN FORCE MAJEURE
1. Kenaikan harga bahan dan upah setelah kontrak ditandatangani, tidak dapat dijadikan
alasan Pemborong (Kontraktor) untuk mengajukan Klaim.
2. Yang dikatakan sebagai force majeure yakni segala sesuatu kejadian yang terjadi diluar
kekuasaaan Pemborong (Kontraktor), antara lain bencana alam ( gempa, angin topan,
banjir), huru-hara, perang, keputusan Pemerintah di bidang moneter (devaluasi)
3. Kejadian yang terjadi pada butir 2 (dua) pasal ini timbul selama proyek berlangsung, dan
Pemborong (Kontraktor) harus melaporkan kepada Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas
paling lambat 3 x 24 jam.
4. Force majeure dibidang moneter (devaluasi) hanya disetujui apabila ada keputusan dari
pihak Pemerintah.
PASAL 25
ASURANSI
Pemborong (Kontraktor) diwajibkan menutup pertanggungan (Asuransi).
a. Asuransi Jiwa :
Pemborong (Kontraktor) harus mengasuransikan jiwa seluruh personil dari Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas dengan jangka waktu pelaksanaan proyek
berlangsung.
Asuransi ini dibuat pada perusahaan asuransi dengan kredibilitas yang tinggi
dengan nilai asuransi sesuai dengan aturan.
b. Asuransi Pekerjaan :
Pemborong (Kontraktor) wajib mengasuransikan proyek yang dikerjakan dari kerugian
akibat Force mejeure, dari nilai harga kontrak seluruhnya.
PASAL 26
TEMPAT PERADILAN
Jika terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan melalui jalan musyawarah maka
dapat dilanjutkan penyelesaiannya selajutnya diserahkan kepada Tim Arbitrasi yang terdiri
atas tiga orang wakil:
a. 1 (satu) orang Pemberi Tugas.
b. 1 (satu) orang Pemborong (Kontraktor)
c. 1 (satu) orang atas persetujuan kedua belah pihak.
PASAL 27
HAK PATEN
1. Biaya yang ada hubungannya dengan penyediaan dan pemakaian barang yang
mempunyai hak paten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RKS ini dianggap
telah masuk harga kontrak
2. Tuntutan yang mungkin terjadi disebabkan karena Pemborong (Kontraktor) melanggar
hak paten seperti yang tersebut dalam butir 1 (satu) menjadi tanggungjawab Pemborong
(Kontraktor).
PASAL 28
KEWAJIBAN MEMENUHI UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN-PERATURAN
1. Pemborong akan mematuhi semua Undang-Undang Republik Indonesia, dan membayar
semua biaya, lisensi, pajak dan sebagainya berkenaan dengan pekerjaan itu.
2. Kontrak akan ditafsirkan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia, setiap
persyaratan di dalam ini yang bertentangan dengan undang-undang Republik Indonesia
tidak dianggap bagian dari kontrak ini.
PASAL 29
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Segala ketentuan-ketentuan sehubungan dengan kontrak yang belum tercakup dalam
syarat administrasi ini akan ditentukan dan diatur kemudian oleh pemberi tugas.
BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PASAL 32
JENIS PEKERJAAN
Jenis pekerjaan dalam RKS ini adalah Pekerjaan Jalan Arteri Primer Siliwangi (Narogong),
Bekasi Timur.
GAMBARAN UMUM TENTANG PROYEK
Nama Proyek : Pekerjaan Jalan Arteri Primer Siliwangi
Alamat Proyek : Kec. Narogong, Kab. Bekasi Timur
Panjang Jalan : 2400 m
Fungsi Jalan : Sebagai jalan utama
Instalasi Listrik : PLN
Instalasi Air : PAM
Instalasi Telepon : Telkom
Pasal 33
DAFTAR VOLUME PEKERJAAN (BILL OF QUANTITY / BQ)
1. Daftar volume pekerjaan (BQ) yang dibuat oleh Konsultan Perencana merupakan suatu
pedoman saja. Peserta harus tetap menghitung item dan volume pekerjaan sesuai dengan
gambar rencana, RKS, serta berita acara-berita acara Penjelasan Pekerjaan. Khususnya
untuk volume pekerjaan terlampir agar dihitung kembali oleh peserta lelang yang
selanjutnya akan dievaluasi bersama.
2. Bila adanya ketidaksesuaian antara perhitungan peserta dengan daftar volume pekerjaan
yang akan dibuat oleh Konsultan Perencana, maka kekurangan atau kelebihan jenis
pekerjaan dan volume yang dimaksud akan disesuaikan dan disepakati bersama pada
waktu rapat penjelasan pekerjaan dan bersifat mengikat.
3. Pengertian mengikat disini yakni bahwa Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai
gambar rencana, RKS, berita acara Penjelasan Pekerjaaan serta daftar volume pekerjaan
yang telah disepakati bersama antara Kontraktor dan Pemberi Tugas. Dalam hal ini
dianggap sebgai risiko Kontraktor.
4. Tidak ada perhitungan kembali atas item pekerjaan maupun volume pekerjaan diluar butir
(2) pada ayat ini, yang dapat dijadikan dasar perhitungan pekerjaan tambah dan kurang.
Pasal 34
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan, yang secara umum meliputi:
1. Pengadaan barang dan perlengkapannya.
2. Pengadaan tenaga kerja
3. Pemasangan
4. Pengetesan bahan
5. Pembuatan gambar pelaksanaan (shop drawing)
6. Pengetesan instalansi
7. Pembuatan gambar instalansi (as build drawing)
8. Memberikan buku petunjuk serta pelatihan maintenance dan operasi dari peralatan
terpasang kepada personil yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas.
9. Dan lain-lain pekerjaan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan proyek ini.
Pasal 35
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan ini meliputi:
1.1 Pekerjaan Pembersihan Lokasi
a) Pada umumnya tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan, penebasan harus
dilaksanakan terhadap semua-semua semak, sampah yang tertanam serta material
lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, harus
dihilangkan, ditimbun kemudian dibakar atau dibuang dengan cara-cara yang
disetujui oleh direksi/Konsultan Pengawas.
b) Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dan sebagainya harus
dihilangkan sampai kedalaman 0,5 m dibawah tanah dasar.
1.2 Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan Pengukuran
a) Kontraktor harus memulai pekerjaan dari garis-garis yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran
yang dibuatnya Kontraktor harus menyediakan semua bahan peralatan dan tenaga
kerja, termasuk juru-juru ukur (surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan
pengukuran dan pematokan untuk setiap pekerjaan yang memerlukannya.
b) Kontraktor diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama
selama masa pembangunan.
c) Kontraktor diwajibkan melakukan penggambaran kembali lokasi pembangunan
dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, lantai,
letak batas-batas dengan alat-alat yang sudah diterapkan kebenarannya.
d) Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk
dimintakan keputusannya.
e) Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
f) Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggung jawab Kontraktor,
dengan biaya sesuai kontrak.
1.3 Pekerjaan Pembuatan Bedeng
Barak pakerja disesuaikan dengan jumlah pekerja yang ada dan bahan-bahannya sama
pada pembuatan direksi keet.
1.4 Pekerjaan Direksi Keet
a) Direksi keet seluas sesuai dengan gambar, dengan ketinggian 3 meter untuk 1 lantai
terdiri dari ruang rapat, ruang Konsultan Pengawas, gudang, KM/WC, ruang kerja
merupakan bangunan sementara dengan lantai rabat beton diplester, konstruksi
rangka baja sistem knock down, dinding multipleks sebanyak 2 lapis, dinding
penyekat ruangan plywood, penutup atap asbes semen gelombang, diberi pintu dan
jendela secukupnya. Pada WC perlu dibuatkan instalasi air kotor dengan membuat
tangki septic dan rembesannya. Letak kantor akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas. Perlengkapan kantor :
- 2 (dua) meja rapat ukuran 2 x 4 M, serta 15 buah kursi lipat dengan penutup mejanya.
- 5 (lima) meja kerja dengan 5 (lima) buah kursi putar dan 5 (lima) kursi biasa.
- 1 (satu) unit lemari kayu dari multipleks 50 x 200 cm disesuaikan kebutuhan untuk
penyimpanan contoh bahan/material dan peralatan.
- 1 (satu) buah white board 2,4 x 1,2 M.
- 1 (satu) unit meja gambar ukuran A1 dari kayu yang dapat dilipat, dengan kursi putar.
- 1 (satu) buah lampu petromax atau lampu bateray.
- 1 (satu) unit instalasi penerangan dengan lampu-lampu TL.
- Saluran telepon yang dihubungkan pararel, dengan pesawat telpon 2 buah.
- 4 (empat) unit komputer.
- 1 (satu) buah filling cabinet dengan 3 (tiga) rak.
- 6 (enam) buah helm proyek.
- 6 (enam) pasang sepatu lapangan.
- 12 (dua belas) jas hujan.
- 3 buah AC Window 1,5 PK.
- Saluran air bersih dengan sumber air tanah yang dipompa dengan mesin.
Kantor Direksi bersifat bangunan sementara, sedangkan perlengkapannya bersifat sewa,
digunakan sampai dengan selesainya pembangunan. Seluruh biaya perawatan dan
operasionalnya menjadi tanggungan Kontraktor sampai dengan Serah Terima Pertama
Pekerjaan. Segera setelah Serah Terima Pertama Pekerjaan, fasilitas ini harus dibongkar dan
diangkut keluar.
Kontraktor harus menyelenggarakan berfungsinya Direksi Keet berupa :
o Penyediaan alat telekomunikasi (telepon)
o Kebersihan Keet
o Memelihara AC dan instalasinya.
1.5 Pekerjaan Penyediaan Air Bersih dan Penerangan
a) Sumber air adalah dari sumur dangkal dan PAM, pembuatan sumur dangkal
lengkap dengan pompa beserta peralatannya.
b) Pengadaan dan pengurusan penyambungan daya listrik dari PLN, di gunakan
sesuai dengan kebutuhan yang ada dan dapat dilakukan pemasangan setelah
mendapat persetujuan konsultan pengawas.
c) Pengadaan dan pemasangan panel-panel, peralatan serta instalasi pengkabelannya
untuk seluruh beban-beban listrik yang ada di gunakan sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
1.6 Pekerjaan MCK
Pemborong wajib membuat fasilitas untuk para pekerja berupa tempat madi dan WC.
1.7 Pekerjaan Pagar Proyek Sementara
a) Pemborong wajib memasang pagar disekeliling lokasi proyek.
b) Pemagaran dilakukan saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut kembali
sebelum penyerahan pertama setelah ada perintah dari Konsultan Pengawas
c) Pagar proyek dibuat dari lembaran seng gelombang dengan kayu ditanam diatas
pondasi batu kali setempat, bentuk dan ukuran pagar proyek direncanakan oleh
pemborong dan diusulkan ke Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan
d) Bahan-bahan yang digunakan adalah :
o Rangka : Kaso ukuran 5/7, jenis kayu meranti atau sejenisnya.
o Penutup : Lembaran Seng
o Finishing : Cat merk Glotex.
o Paku dan perlengkapan lainnya.
e) Tinggi pagar adalah 2 meter diukur dari dasar tanah.. Pemagaran dilakukan pada
sekeliling batas tanah. Pemagaran dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan
proyek dan dicabut kembali sebelum penyerahan pertama setelah ada perintah dari
Konsultan Pengawas.
1.8 Pekerjaan Pembuatan Gudang
a) Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material harus terlindung, seperti;
pasir, koral, besi beton dan lain-lain dibuat secukupnya.
b) Gudang semen agar lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30 cm
diatas permukaan lantai plesteran.
1.9 Pekerjaan Papan Nama Proyek
(a) Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Tiang : Pipa besi GIP 2½" kelas light
Papan/rangka : BJLS 32
Ukuran : 1,5 x 1 m
Finishing : BJLS dengan cat dasar biru muda
Isi tulisan : Minimal menyebutkan; nama proyek, pemborong,
konsultan perencana, konsultan pengawas dan lain-lain
yang berkenaan dengan proyek ini.
Bentuk tulisan : Tulisan dengan huruf kapital warna hitam.
Tinggi : Huruf 8 cm, tebal 1 cm untuk nama proyek, pemborong,
konsultan perencana, konsultan pengawas. Sedangkan
huruf yang lain disesuaikan.
b) Pelaksanaan :
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat oleh umum
dengan ketinggian ± 3 m.
Huruf harus jelas serta memperhatikan nilai keindahan.
Pemasangannya harus tegak dan kokoh.
Pembuatan papan nama proyek harus mendapat persetujuan perencana sebelum
dilaksanakan.
1.10 Pekerjaan Mobilisasi & Demobilisasi
Mobilisasi dilakukan ketika Surat Penyerahan Lahan serta Surat Perintah Kerja
turun dan diterima oleh sikontraktor maka hal tersebut dapat dilakukan sedangkan
demobilisasi jika pekerjaan telah dianggap selesai.
Untuk mobilisasi alat-alat yang diturunkan adalah :
Dump truck
Buldozer
Grader
Scraper
Wheel Loader
Pneumatic roller
Molen
Mobile crane
Back Hoe
Shovel
Tandem Roller
Alat Angkut
Hammer
Vibrator
PASAL 36
PEKERJAAN SIPIL
1. Pekerjaan penyelesaian tanah
a) Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan Tanah
(1) Pada sta tertentu terdapat tanah yang harus di gali dikarenakan kontur tanah yang
terlalu curam atau tidak sesuai dengan kedataran jalan yang direncanakan, tanah
yang dihasilkan dari pekerjaan galian ini biasanya dapat digunakan pada
pekerjaan urugan tanah. Pada pekerjaan ini digunakan alat berat berupa Back Hoe
untuk menggali tanah dan menggunakan Dump Truck untuk mengangkut tanah.
(2) Material untuk timbunan sebelum dipergunakan, terlebih dahulu harus diperiksa
kualitasnya oleh laboratorium bahan yang telah diakui oleh direksi dan dapat
dikirim kelokasi pekerjaan pekerjaan. Jika laboratorium bahan telah menyatakan
bahwa material tersebut dapat digunakan untuk bahan timbunan sub grade dengan
dilampirkan sertifikasi hasil pemeriksaan, material itu harus dipadatkan sampai
dengan 100% dari maksimum kepadatan (kering) yang didapat dari percobaan
AASHTO I –99. Pada pekerjaan ini digunakan alat berat Shovel dan Tandem
Roller.
b) Pekerjaan Penggalian Saluran Drainase
Pekerjaan saluran biasa dilakukan dilokasi pekerjaan saluran. Tanah digali
menggunakan Excavator, dengan posisi Excavator dibelakang tanah yang digali.
Kemudian tanah dimasukkan ke dalam Dump Truck yang berada disisi kiri/kanan dari
Excavator. Tanah kemudian dibuang ke disposal area yang telah disetujui Direksi
dengan menggunakan Dump Truck. Selama proses penggalian berlangsung akan
diberikan tanda-tanda peringatan di sekeliling galian berupa pengamanan yang baik.
c) Pekerjaan Pengupasan (Stripping)
(1) Sebelum memulai pekerjaan, lokasi yang akan dikerjakan harus terlebih dahulu
dibersihkan (stripping) dari tanah humus yang ada dilokasi setebal 30 cm. Tanah
dikupas menggunakan bulldozer dikumpulkan dan diloading dengan Excavator ke
atas Dump Truck untuk diangkut/dibuang. Hasil kupasan tersebut dibuang ke
lokasi pembuangan dengan menggunakan Dump Truck menuju ke tempat lokasi
pembuangan yang telah ditentukan. Pekerjaan Stripping dilakukan di lokasi
pekerjaan trase jalan. Dibuang sejauh 10 Km dari lokasi proyek pada daerah yang
tandus.
(2) Tanah yang tidak dipergunakan harus diangkut ke tempat yang telah ditentukan
oleh direksi. Pengangkutan tanah menggunakan alat berat.
2 Pekerjaan Perkerasan
1.1 Pemadatan Lapisan Tanah Dasar
(1) Perataan tanah dilakukan perlapis setiap 30 cm, dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah dipadatkan dengan
menggunakan Tandem Roller.
(2) Pada kedalaman lebih dari 30 cm, material sub grade harus dipadatkan sampai 90% dari maksimum kepadatan (kering) yang
didapat dari percobaan AASHTO I –99.
(3) Tebal padat lapisan material (tanah) yang dipadatkan jangan lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan alat pemadat sesuai atas
petunjuk direksi.
(4) Baik sub grade pada tanah galian maupun timbunan harus memenuhi persyaratan CBR minimum 6%. Untuk pekerjaan test
kepadatan (CBR lapangan dan CBR laboratorium) pembayarannya termasuk dalam harga penawaran untuk mata pembiayaan
yang sesuai.
(5) Tiap pekerjaan sub grade yang telah diselesaikan harus dilindungi agar tidak mengering, pecah - pecah. Jika terjadi kerusakan
karena kurangnya perawatan dari kontraktor, maka harus diperbaiki tanpa adanya biaya tambahan.
1.2 Penghamparan tanah kepasiran
1.3 Penghamparan batu pecah
1.4 Penghamparan laston
Persyaratan Bahan
a) Persyaratan Agregat
(1) Umum
Bahan harus terdiri dari atas agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup
(hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal.
Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar
fraksi agregat dan harus bersih, kuat, awet, bebas dari debu dan tanah liat dan benda-
benda yang tidak dihendaki.
(2) Agregat Pokok, Pengunci dan Penutup
Agregat pokok dan pengunci harus mmenuhi keten tuan SNI 03-6751-2002 dan
memenuhi persyaratan indeks kepipihan dan kelonjongan maksimum 10% dengan
metode pengujian RSNI T-01-2005.
(3) Gradasi Agregat Pokok. Pengunci, dan Penutup
Gradasi Agregat pokok dan pengunci bila diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990
harus memenuhi gradasi sesuai SNI 03-6751-2002.
b) Persyaratan Aspal
Aspal haruslah salah satu dari jenis berikut:
(1) Aspal keras Pen.80 atau Pen.60 yang memenuhi ketentuan dalam RSNI S-01-2003.
(2) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998 atau
RSI atau RS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-6832-2002.
(3) Aspal cair jenis RC 250 atau RC 800 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998,
atau aspal cair jenbis MC 250 atau MC 800 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4799-
1998.
Kuantitas agregat dan aspal untuk lapis pondasi atau lapis perata dan lapis permukaan
Laston, harus sesuai dengan tebal lapisan rencana dan sebelum pekerjaan dimulai harus
disetujui terkebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Penyesuaian takaran ini mungkin
diperlukan selama kontrak dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh
mutu pekerjan yang disyaratkan.
Persyaratan Peralatan
Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :
a) Penumpukan bahan
(1) Dump Truck
(2) Loader.
b) Di Lapangan
(1) Mekanis
(a) Penggilas Tendem 6 ton sampai 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 ton sampai 8
ton.
(b) Penggilas beroda karet 10 ton sampai 12 ton (jika diperlukan).
(c) Alat aspal distributor atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan dalam Butir (b).
(d) Truk Penyebar Agregat.
(2) Manual
(a) Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan
peralatan kecil lainnya.
(b) Ketel aspal.
(c) Penggilas seperti cara mekanis diatas.
Persyaratan Kerja
a) Kondisi Cuaca Yang Diizinkan
Lapis permukaan laston tidak boleh dilaksanakan pada permukaan yang basah, selama
hujan atau hujan akan turun. Apabila menggunakan aspal emulsi atau aspal cair maka
tidak boleh dikerjakan disemprotkan menjelang malam hari. Jika digunakan aspal keras
maka temperatur perkerasan saat aspal disemprotkan tidak boleh kurang dari 25N℃ .
b) Ketentuan Lalu Lintas
Tempat kerja harus ditutup untuk lalulintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung dan
selanjutnya smpai waktu yang ditentukan atau dimana Direksi teknis menyetujui
Permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas .
Pelaksanaan
1. Penghamparan Lapangan
Permukaan yang akan diperbaiki harus disiapkan seperti di bawah ini:
(1) Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potongan
melintang dan memanjang.
(2) Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu dan
bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki.
(3) Apabila laston akan dihampar di atas lapis pondasi harus diberikan lapis resap ikat
atau apabila di atas permukaan beraspal lama harus diberikan lapis perekat sesuai
spesifikasi atau yang diperintahkan Direksi Teknis.
2. Penghamparan dan Pemadatan
(1) Umum
Khusus untuk pekerjaan dengan cara manual, agregat dan aspal harus tersedia di
lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga untuk
menjamin bahwa bahan bersih dan siap digunakan.
Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permukaan harus
dipelihara. Apabila permukaan yang telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus
digaruk dan dibuang atau agregat ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan
kembali.
(2) Metode Mekanis
Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok
Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan yang sedemikian rupa
hingga kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan
yang rata.
Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 – 8 ton yang bergerak dengan
kecepatan tidak lebih dari 5 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang,
dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju sumbu jalan. Lintasan
penggilasan harus tumpang tindih paling sedikit setengah lebar alat pemadat.
Pemadat harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil (min
6 lintasan).
Penyemprotan Aspal
Temperatur aspal dalam alat aspal distributor harus sesuai dengan temperatur yang
disyaratkan untuk setiap jenis aspal yang digunakan. Temperatur penyemprotan
harus disetujui oleh Direksi Teknis sebelum pelaksanaan dimulai dan harus
memenuhi rentang yang disyaratkan.
Penebaran dan pemadatan Agregat Pengunci
Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan sesuai
takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian rupa hingga tak ada
roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup agregat pengunci. Takaran
penebaran harus sedemikian hingga setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan
dalam agregat pokok terisi dan masih tampak.
Pemadatan agregat pengunci harus dimulai segera setelah penebaran agregat
pengunci. Jika diperlukan, tambahan agregat pengunci dapat dilakukan dalam
jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan selama pemadatan. Pemadatan harus
dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di
dalamnya.
(3) Metode manual
Penghamparan dan pemadatan agregat pokok.
Dilaksanakan seperti metode mekanis.
Penyemprotan aspal
Dikerjakan dengan menggunakan penyemprot tangan dengan temperatur yang
disyaratkan.
Penyemprotan Aspal
Dilaksanakan seperti metode mekanis.
3. Pemeliharaan Agregat Pengunci
Khusus untuk penetrasi macadam sebagai lapis pondasi atau lapis perata, maka Penyedia
Jasa harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik sampai lapis
berikutnya dihampar.
Pengendalian Mutu
(1) Penerimaan Bahan
(a) Penyimpanan bahan harus sesuai ketentuan. Penyimpanan aspal dalam drum harus
dengan cara tertentu agar tidak terjadi kebocoran atau kemasukan air.
(b) Contoh aspal dan data hasil ujinya harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke
lapangan.
(c) Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari pemasok aspal, masing-
masing pada saat penyemprotan dan pada saat akhir penyemprotan.
(d) Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu sumber
bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian sesuai spesifikasi dengan
minimum 3 (tiga) contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih
sedemikian sehingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari
sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat penutup,
selanjutnya pengujian ini haris diulang lagi, sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis,
apabila menurut hasil pengamatan terdapat perubahan mutu pada bahan atau
sumbernya.
(e) Alat aspal disstributor harus dieriksa dan diuji sebagai berikut:
Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan.
Setiap 6 (enam) bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150000
liter, dipilih yang mana dulu tercapai.
Apabila alat aspal distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu
diadakan pemeriksaan ulang terhadap alat tersebut.
(f) Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat harus dilakukan pada setiap
tumbukan persediaan bahan sebelum setiap bahan dipakai. Minimum 1 (satu) contoh
setiap fraksi agregat harus diambil dan diuji untuk setiap 75 m3 agregat di dalam
timbunan persediaan bahan.
(g) Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk
pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang
tercapai harus dibuat dalam formulir standar seperti gambar rencana.
(2) Kualitas pekerjaan
(a) Temperatur pemanasan aspal harus sesuai yang disyaratkan.
(b) Tebal padat untuk lapisan penetrasi makadam harus berada di dalam toleransi 1 cm.
Penentuan tebal lapisan harus dilakukan dengan lubang uji.
(c) Pemeriksaan kadar aspal untuk ketebalan lapis penetrasi macadam total harus
dilakukan dengan contoh yang diambil lubang uji. Cara uji sesuai dengan RSNI M-05-
2004.
(d) Kerataan permukaan sewaktu pemadatan.
(e) Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus ditambah
apabila pada tempat-tempat tertentu terjadi penurunan.
(f) Kerataan pemadatan agregat pokok.
(g) Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar perata yang panjangnya 3 m.
Apabila ditemukan adanya permukaan jalan yang ambles maka disyaratkan tidak
melebihi 8 mm.
(h) Sanbungab memanjang dan melintang harus diperiksa dengan cermat.
(3) Pemeliharaan Hasil Pekerjaan
Lalu lintas dapat diizinkan melintasi permukaan yang telah selesai beberapa jam setelah
pekerjaan selesai atau sesuai persetujuan Direksi Teknis. Periode tipikal ini antara 2-4
jam. Apabila lalu lintas diizinkan melintasi lapisan agregat pengunci ini, perhatian khusus
harus diberikan untuk memelihara kebersihan lapisan ini sebelum lapisan berikutnya
dihampar. Pengaturan lalu lintas harus memenuhi ketentuan spesifikasi.
3 Pekerjaan Saluran Drainase
1.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini mencakup pemasangan pipa gorong-gorong, selokan berbentuk U, dan
fasilitas drainase lainnya sesuai dengan spesifikasi ini dan spesifikasi lain yang terkait,
dan harus sesuai dengan garis, ketinggian dan ukuran yang tercantum dalam gambar atau
diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas.
(2) Ketentuan yang bisa diterapkan harus dijadikan bagian dari pasal ini biaya pekerjaan
yang berhubung dengan air tanah yang ditemukan selama pelaksanaan pekerjaan yang
termasuk bab ini, akan dianggap tercakup dalam Harga Satuan untuk butir pembayaran
atas pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
(3) Konsultan Pengawas berhak melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap semua jenis
beton pracetak, sebelum dikirim ke lokasi pekerjaan dan pada setiap waktu sebelum atau
sedang pelaksanaan pekerjaan.
1.2 Umum
Tipe dan karakteristik pipa drainase dan struktur drainase lainnya sebagaimana tampak
dalam gambar, dan perkiraan jumlahnya seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
tidak merupakan Nilai yang pasti. Untuk membantu Konsultan Pengawas dalam mempelajari
gambar-gambar dalam Kontrak, harus melakukan sesuatu survey lokasi untuk memastikan
lokasi, ukuran pipa atau saluran, invert level, dan perkiraan besarnya volume air banjir atau
air kotor yang memasuki lokasi. Berdasarkan hasil survey ini, akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas, tipe, letak, karakteristik dan kuantitas yang pasti dari pekerjaan drainase, yang
kemudian akan diberitahukan kepada Kontraktor secara tertulis dalam batas waktu sesuai
dengan Jadwal Kerja yang telah disetujui. Tanggung jawab mengenai ketetapan lokasi segala
macam aliran yang ada berada pada pihak Kontraktor dan biaya survey ini dianggap termasuk
dalam Harga Satuan Pembayaran.
1.3 Urutan Pekerjaan
Kontraktor harus membuat Jadwal Pelaksanaan drainase sedemikian rupa sehingga
pembuangan air permukaan dari air hujan atau sumber lainnya, selama dan setelah
pelaksanaan dapat terjamin dengan baik. Untuk menghindari kerusakan hasil pekerjaannya
selama masa pelaksanaan, Kontraktor harus mempersiapkan alat-alat perlidungan yang
memadai, termasuk selokan pembuangan sementara, dam atau saluran pengalih sementara.
Gorong-gorong atau pekerjaan drainase lainnya untuk membuang air permukaan selam dan
setelah masa pelaksanaan, tidak boleh dilaksanaan dulu sebelum diselesaikan pembuatan
saluran pemasukan dan pembuangannya, dan saluran tersebut harus dibersihkan dari segala
macam rintangan agar tidak menghalangi aliran air. Semua gorong-gorong, selokan dan
pekerjaan drainase lainnya harus sudah beroperasi sebelum pekerjaan pelaksanaan persiapan
tanah dasar, lapis pondasi agregat atau bahu jalan dimulai. Keharusan-keharusan tersebut
harus dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan dan segala biaya untuk itu harus termasuk
dalam mata pembayaran.
Saluran-U, Inlet, Headwall, Dan Joint Box, Dll
(1) Uraian
Pasal ini mencakup segala pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan selokan, inlet
atau bak pemasukan, headwall pipa atau joint box sepanjang tepi bahu jalan, jalan
setapak dan tempat-tempat sebagaimana tampak pada gambar atau sesuai instruksi
Konsultan Pengawas.
Semua pekerjaan ini harus dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan sesuai dengan
garis, elevasi, kelandaian dan ukuran yang ditujukan dalam gambar atau sesuai
instruksi Konsultan Pengawas.
(2) Material
Material yang dipergunakan harus yang sebagaimana tampak pada gambar dan sesuai
dengan pasal-pasal yang relevan dalam spesifikasi ini. Informasi mengenai bagian
yang harus dilengkapi dengan penulangan akan ditunjukan dalam gambar.
(3) Pelaksanaan Pekerjaan
(a) Penggalian
Penggalian harus dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan yang relevan.
(b) Pondasi
Pondasi harus dipersiapkan disesuaikan sesuai dengan syarat yang telah
ditetapkan. Bila pada gambar atau instruksi Konsultan Pengawas ditunjukan
tentang beton kelas E, maka pekerjaan ini harus sesuai dengan spesifikasi ini.
(c) Layout (denah)
Pelaksanakan saluran U, inlet, headwall pipa dan joint box harus dilakukan dengan
hati-hati karena permukaan atasnya harus tepat dengan tepian jalan. Konsultan
Pengawas dapat menolak jenis pekerjaan yang diatur dengan pasal ini, jika
permukaan atas tidak sesuai dengan toleransi kedududkan kerb dan trotoar yang
ditentukan menurut spesifikasi ini.
Permukaan dasar dari selokan-selokan ini harus dikerjakan dengan halus dan licin.
Bila Konsultan Pengawas menilai bahwa selokan, inlet, atau manhole dapat
menyangkutkan kotoran/sampah, maka dibuattkan lekukan beton kelas D
berbentuk bangku. Segala rincian bentuk bangku dan metoda pembuatannya harus
sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas. Kecuali ditentukan lain,
sambungan blok precast harus dibuat secara cermat dengan mortar semen dengan
campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir agar mencegah kebocoran. Cantelan
selokan-U sepanjang lekukan tajamnya harus dibuat sedemikian rupa untuk
menghindari kondisi licin, dengan menggali tanah mengikuti bentuk lekukan dan
dengan menempatkan beton tanpa mengganggu tanah disekitarnya.
Beton cetak ditempat yang akan digunakan untuk saluran air, selokan drainase,
joint box, lubang got, headwall pipa, inlet dan saluran keluar air harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan spesifikasi ini. Struktur-struktur tersebut
harus tepat, cermat dan rapih sebagaimana tampak pada Gambar dan petunjuk
Konsultan Pengawas.
Untuk menjaga keseragaman alinyemen horisontal dan vertikal dengan tepi jalan,
Konsultan Pengawas dapat merintahkan agar pekerjaan pada bagian atas inlet,
manhole dan selokan-U, dilaksanakan segera menjelang dan sambil pengerjaantepi
jalan yang berdekatan.
Setiap pengeluaran tambahan dalam upaya melaksanakan instruksi ini akan
dianggap sudah termasuk ke dalam harga pekerjaan ini.
(d) Pengurugan Lubang Bekas Galian
Pengurugan harus dikerjakan sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini.
Pengurugan harus dikerjakan secara hati-hati untuk mencapai daya dukung yang
sama dengan subgrade yang berdekatan. Dalam upaya memadatkan bagian dasar
dan subgrade yang berhubungan dengan struktur drainase, pemadat kecil harus
digunakan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada struktur lain yang
berdekatan. Pengurugan harus dilaksanakan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya erosi akibat perlimpahan air atau aliran air hujan.
Bila pengurugan sudah selesai, daerah yang digali harus dipulihkan kembali ke
keadaan semula, tetapi Konsultan Pengawas dapat meniadakan atau merubah
ketenteun bila daerah ini akan ditangani menurut pasal lain dari kontrak ini.
(4) Metode Pengukuran
Kuantitas selokan, manhole, inlet, headwall pipa dan joint box yang telah diselesaikan
dan dinilai telah sesuai dengan gambar, persyaratan dan petunjuk Konsultan
Pengawas, akan diukur sebagai berikut :
(a) Kuantitas setiap tipe selokan yang akan dibayar merupakan jumlah meter liner
yang diukur sepanjang garis pusat selokan yang sudah selesai dibuat. Panjangnya
akan diukur ke arah sisi bagian luar dari inlet atau manhole.
(b) Jumlah manhole, inlet dan outlet, yang akan dibayar, merupakan jumlah bulat
dari masing-masing struktur ynag dipasang selengkapnya, selesai ditempatnya
dan diakui sesuai dengan gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas.
Pengukuran headwall pipa dan pasangan batu mortar (mortared rubble)termasuk
dalam pembayaran inlet atau outlet.
(c) Pengukuran untuk selokan, inlet dan manhole tidak ditentukan oleh
kedalamannya dan harga satuannya berlaku untuk segala kedalaman sebatas
kedalaman yang ditunjukan pada gambar. Bila selokan-U dibentuk dengan
dinding dengan berbagai ukuran tinggi, maka untuk keperluan pengukuran tinggi
dinding seluruhnya akan diperbandingkan dengan jumlah tinggi dinding selokan-
U standar sebagaimana tampak pada gambar. Untuk sambungan antara inlet dan
manhole dan selokan atau pipa drainase tidak akan diadakan pengukuran
tambahan. Biaya tambahan untuk berbagai tipe drainase, akan dianggap sudah
termasuk pada harga satuan untuk mata pembayaran masing-masing.
(5) Dasar Pembayaran
Selokan-U, inlet, outlet, manhole yang diukur dengan cara di atas akan dibayar dengan
harga satuan kontrak untuk setiap mata pembayaran sebagaimana dijelaskan dibawah
ini. Harga satuan dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk semua
pekerjaan yang sesuai dengan gambar, sepesifikasi dan instruksi Konsultan Pengawas,
dan termasuk untuk penggalian, pembuatan pondasi dan pengurugan. Tidak ada
pembayaran tersendiri untuk penutup baja atau beton, besi tangga, penyambungan,
benching atau pekerjaan serupa lainnya yang tampak dalam gambar atau yang
diuraikan dalam spesifikasi ini. Bila konsultan pengawas menginstruksikan agar
daerah galian dipulihkan sepenuhnya atau sebagian, pekerjaan ini akan diukur dan
dibayar menurut pasal-pasal dalam spesifikasi ini. Segala macam biaya ekstra akibat
dari pekerjaan pada tempat yang sempit dianggap termasuk dalam mata pembayaran
dibawah ini.
4 Pekerjaan Finishing
a) Pemasangan Utilitas
b) Pembuatan Marka Jalan
(a) Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan serta penerapan marka jalan, berupa garis putus-
putus berwarna putih, garis lurus berwarna kuning untuk bahu dalam dan garis lurus
berwarna putih.
(b) Bahan - Bahan
1) Penyimpanan
- Cat harus disimpan sesuai dengan petunjuk – petunjuk dari pabrik yang
bersangkutan.
- Cat harus digunakan berurutan berdasarkan tanggal umur kemasannya.
2) Cat jalan
Cat jalan harus berupa bahan termoplastis putih. Diterapkan panas sesuai dengan
AASHTO M 249 dan harus dicampurkan dengan butiran kaca.
(c) Pelaksanaan Pengecatan
Sebelum marka jalan dipasang atau lapisan cat digunakan, kontraktor harus
menjamin bahwa permukaan perkerasan jalan yang akan diberikan marka jalan
sudah dibersihkan, kering dan bebas dari tambalan – tambalan yang berminyak dan
berdebu.
(d) Pengukuran
Semua patok kilometer dan penuntun harus mempunyai satu lapis cat dasar ( primer
), satu lapis akhir dari cat penutup yang permukaannya harus diarahkan sesuai
dengan gambar.
(e) Pembayaran
Kuantitasnya diukur sesuai dengan yang ditentukan diatas, dibayar menurut harga
penawaran persatuan pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan pada
Daftar Penawaran.
c) Pembuatan Median
1. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan tanah, penanaman rumput sesuai dengan yang
diarahkan Pimpro.
2. Bahan - Bahan
- Tanah
Tanah dasar dengan ketebalan 25 cm.
- Rumput
3. Pelaksanaan
Tanah yang didatangkan untuk pekerjaan median harus sesuai dengan kebutuhan.
Tanah tersebut digemburkan dengan ketebalan 25 cm dan ditanam oleh rumput.
Pada sisi kanan dan kiri diberi kanstin yang terjamin kekokohannya.
4. Pengukuran
Kuantitas yang dibayar merupakan jumlah yang sebenarnya dari tanah, rumput
dan kanstin yang dikerjakan dan diterima sesuai dengan gambar.
5. Pembayaran
Kuantitasnya diukur sesuai dengan yang ditentukan diatas, dibayar menurut
haraga penawaran persatuan pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan
pada Daftar Penawaran.
d) Pembuatan Rambu
(a) Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan serta pemasangan rambu berupa rambu
peringatan, rambu larangan dan rambu perintah.
(b) Bahan – Bahan
Rambu- rambu tersebut terbuat dari bahan seng, yang di cat sesuai ketentuan yang
berlaku dan berisikan informasi-informasi sesuai dengan fungsi masing-masing
rambu tersebut. Tiang rambu terbuat dari pipa besi dengan tinggi sesuai
ketentuan.
(c) Pembayaran
Kuantitasnya diukur sesuai dengan yang ditentukan diatas, dibayar menurut harga
penawaran persatuan pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan pada
Daftar Penawaran.
Dalam pekerjaan bahu jalan sisi tepinya ditanami rumput dan pohon-pohon rindang di
sepanjang bahu jalan tersebut.
PASAL 37
PEMASANGAN PENERANGAN JALAN
1. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, perakitan dan pemasangan penerangan jalan pada
lokasi – lokasi yang diarahkan Pimpro. Lampu berupa PJU yang berjumlah 161 buah yang
dipasang di median jalan setiap jarak 50 m sepanjang jalan, dengan tinggi tiang 30 m.
2. Pelaksanaan
Jumlah, jenis, dan lokasi setiap penerangan jalan harus dikerjakan sesuai dengan instruksi
Pimpro. Semua penerangan harus diadakan secara tepat di lokasi dan dengan ketinggian
yang disyaratkan dan dengan cara sedemikian sehingga menjamin penerangan tersebut
berada pada tempatnya dengan kokoh.
3. Pengukuran
Kuantitas yang dibayar merupakan jumlah yang sebenarnya dari yang dipasang dan
diterima sesuai dengan gambar.
4. Pembayaran
Kuantitasnya diukur sesuai dengan yang ditentukan diatas, dibayar menurut harga
penawaran persatuan pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan pada Daftar
Penawaran.
PASAL 38
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1. Pekerjaan instalansi listrik
2. Pekerjaan instalansi telepon
3. Dan lain-lain pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan elektrikal.
PASAL 39
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pelaksanaan, Pemborong wajib mempelajari dengan seksama gambar-
gambar dan RKS Pelaksanaan beserta Berita Acara penjelasan pekerjaan.
2. Pemborong wajib melaporkan kepada KP setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-
gambar dan RKS untuk mendapatkan Keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali
Pemborong memperbaiki sendiri perbedaan tersebut. Akibat dari kelalaian Pemborong
dalam hal ini menjadi tanggung jawab Pemborong.
3. Daerah Kerja (Construction Area) akan diserahkan kepada Pemborong (selama
pelaksanaan) dan dianggap bahwa Pemborong telah mengetahui benar-benar seluruh
lingkup pekerjaan.
4. Pemborong wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu
membuat, memasang, memasang, dan menyediakan bahan-bahan, alat kerja,
pengangkutan, membayar upah kerja, dan lain-lain yang bersangkutan dengan
pelaksanaan.
5. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar dan RKS di
tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Pemberi Tugas / KR.
6. Atas perintah KP kepada Pemborong dapat dimintakan membuat gambar-gambar
penjelasan dan perincian bagian-bagian khusus, semuanya atas beban Pemborong.
Gambar tersebut setelah disetujui oleh Pemberi Tugas / KID secara tertulis akhirnya
menjadi gambar pelengkap dari gambar-gambar pelaksanaan.
7. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan,
Pemborong diwajibkan berhubungan dengan KP untuk ikut menyaksika sejauh tidak
ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/persetujuannya.
8. Setiap usul perubahan dari Pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari KP dianggap
berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan tertulis.
9. Pengawasan terhadap pelaksanaan penyelesaian harus dilakukan oleh tenaga-tenaga dari
pihak Pemborong yang benar-benar ahli.
10. Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat
teknis dan dapat dipertanggungjawabkan.
PASAL 40
JADWAL
Paling lambat 1 (satu) minggu setelah mendapatkan SPMK, Pemborong diwajibkan
mengajukan:
1. Jadwal Waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan secara
diagram.
2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja
3. Jadwal Pengadaan Bahan
Bagan-bagan yang disebutkan di atas harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas/Perencana sebagai dasar/patokan Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan
Pemborong wajib mengikutinya. Kelalaian dalam memasukkan bagan-bagan yang tersebut di
atas dapat menyebabkan pekerjaan dihentikan sementara. Akibat dari penghentian sementara
ini menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
PASAL 41
PEMAKAIAN UKURAN
1. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menempati semua ketentuan yang tercantum
dalam RKS dan gambar-gambar berikut tambahan dan perubahannya.
2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagian-
bagiannya dan memberitahukan KP tentang setiap perbedaan yang ditemukannya dalam
RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan, Pemborong baru diijinkan
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya seteleah ada persetujuan tertulis
dari KP.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Pemborong. Oleh karena itu, sebelumnya kepadanya diwajibkan
mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.
PASAL 42
LAPANGAN KERJA
1. Pemborong harus membuat Direksi Keet termasuk perlengkapannya.
2. Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang dianggap perlu Pemborong harus
membuat gudang
3. Penggunaan bangunan yang ada di lapangan, hanya dilakukan dengan izin dari Pemberi
Tugas/KP.
4. Uraian lengkap mengenai Direksi Keet dapat dilihat pada syarat teknik khusus.
PASAL 43
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
1. Selama berlangsungnya pembangunan pelaksanaan fisik proyek, kebersihan lapangan dan
lingkungan terutama jalan-jalan di sekitar proyek, kantor, gudang dan bagian proyek yang
dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah, dan lain-
lain. Khusus kebersihan lingkungan terutama jalan-jalan di sekitar proyek yang harus
dibersihkan adalah adanya kotoran yang diakibatkan keluar masuknya kendaraan proyek.
Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan Pemberi Tugas/KP memberi perintah
penghentian seluruh pekerjaan. Akibat dari hal ini seluruhnya menjadi tanggung jawab
Pemborong.
2. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di
halaman bebas harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganngu kelancaran dan
keamanan pekerjaan umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan
penelitian bahan-bahan oleh KP maupun pemberi tugas.
3. Pemborong wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja.
4. Tidak diperkenankan :
Pekerja menginap di tempat pekerjaan kecuali dengan izin KP.
Memasak di tempat pekerjaan kecuali dengan izin KP.
Membawa masuk penjual makanan, minuman, rokok dan sebagainya ke tempat
pekerjaan.
Keluar masuk dengan bebas.
5. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh KP pada waktu pelaksanaan.
PASAL 44
ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU
1. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien.
2. Bila pekerjaan telah selesai, Pemborong diwajibkan segera menyingkirkan alat-alat
tersebut.
3. Di samping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan dimaksud pada butir (1),
Pemborong harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada konisi apapun,
seperti tenda untuk bekerja pada waktu hujan.
PASAL 45
PEMBANGKIT LISTRIK DAN SUMBER AIR
1. Setiap pembangkit listrik sementara untuk penerangan pekerjaan harus diadakan oleh
Pemborong, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan
serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan telah selesai adalah beban
Pemborong.
2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan sumber
air yang sudah ada di lokasi pekerjaan tersebut. Pemborong harus memasang pipa-pipa
dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu
pekerjaan selesai. Biaya untuk pekerjaan pengadaan air sementara adalah beban
Pemborong.
3. Pemborong tidak diperkenankan menyambung dan menghisap air dari saluran induk dan
sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari Pemberi Tugas/KP.
PASAL 47
IKLAN
Pemborong tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lapangan kerja atau di
tanah yang berdekatan tanpai izin dari Pemberi Tugas/KP.
PASAL 48
JALAN MASUK DAN KELUAR
1. Pemasangan jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak Pemborong
dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.
2. Pemborong diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan
memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi tanggung jawab
Pemborong.
PASAL 49
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN MILIK UMUM
1. Selama masa pekerjaan, Pemborong bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan
akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran,
dan lain-lain yang ada di lapangan pekerjaan dan di lingkungan dimana hal tersebut di atas
tidak termasuk di dalam pekerjaan.
2. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
kelengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan
oleh operasi Pemborong. Segala biaya untuk pemasangan kembali beserta perbaikan-
perbaikan adalah menjadi beban Pemborong.
PASAL 50
KECELAKAAN DAN KESEHATAN
1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban
Pemborong.
2. Pemborong diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi menurut kebutuhan, lengkap
dengan seorang petugas yang terlatih dalam hal menangani pertolongan pertama.
3. Terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam segala perongkosannya
menjadi beban Pemborong.
4. Pemborong diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
5. Pemborong wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran.
Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, Pemborong harus mengikuti semua ketentuan umum
lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi CQ Undang-Undang keselamatan kerja dan
lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahan yang hingga kini tetap berlaku.
PASAL 51
PENGAMANAN
1. Pemborong bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya ialah
mengenai:
Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang disengaja
maupun yang tidak.
Penggunaan sesuatu yang salah/keliru.
Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
2. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut di atas, Pemborong harus melaporkan
kepada Pemberi Tugas/KP dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan
diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
3. Untuk mencegah kegiatan-kegiatan tersebut di atas, Pemborong harus mengadakan
pengamanan antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara dan
sebagainya.
PASAL 52
PENGAWASAN
1. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan KP
menjadi tanggung jawab Pemborong, jika ternyata ada kesalahan. Oleh karenanya, setiap
pekerjaan yang dilaksanakan harus atas persetujuan KP.
2. Jika pemborong perlu melaksanakan pekerjaan di luar pengawasan KP maka segala biaya
untuk itu menjadi beban Pemborong. Permohonan oleh Pemborong untuk mengadakan
pemeriksanaan tersebut harus dengan surat disampaikannya kepada KP.
3. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada di tangan petugas KP adalah
terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum/dimasukkan di dalam gambar-gambar dan
RKS serta risalah penjelasan. Penyimpangan dari padanya harus seizin Pemberi Tugas.
PASAL 53
KUALITAS, CONTOH-CONTOH, PROSEDUR PENGAJUAN BAHAN DAN BARANG
1. Semua bahan dab barang utuk proyek ini harus memenuhi standar/mutu yang disebut
dalam gambar rencana dan RKS.
2. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dan suatu bahan dan barang,
maka ini dimaksudkan menunjukkan standar minimal mutu/kualitas bahan dan barang
yang digunakan.
3. Bila Pemberi Tugas/Perencana meragukan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka
Pemberi Tugas dapat mengeluarkan perintah untuk mengadakan pengujian melalui tes
laboratorium atas biaya Pemborong.
4. Setiap barang dan bahan yang akan digunakan harus disampaikan kepada KP. Oleh
Pemborong untuk mendapatkan persetujuan perencana dan Pemberi Tugas. Waktu
penyampaiannya dilaksanakannya jauh sebelum pekerjaannya dimulai.
5. Setiap usulan penggunaan nama oleh pabrik dan pembuatan dari suatu bahan dan barang
harus mendapatkan rekomendasi dari KP berdasarkan petunjuk dalam RKS serta gambar-
gambar dan risalah penjelesan untuk selanjutnya usulan tersebut diteruskan untuk
mendapatkan persetujuan dari perencana dan Pemberi Tugas.
6. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan atas
biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Pemberi Tugas/Perencana, maka bahan dan
barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
7. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Pemberi Tugas dan KP untuk dijadikan
dasar penolakan bila ternyata bahan dan barangyang dipakai tidak sesuai dengan contoh,
baik kualitas maupun sifatnya.
8. Dalam pengajuan barang penawaran, Pemborong harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah
tersebut, Pemborong teteap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan
barang yang tidak memenuhi syarat atas Pemberi Tugas dan KP.
9. Pada waktu pengajuan penawaran, rekanan harus menyertakan/melampirkan “Daftar
Material” yang lebih terperinci dari semua bahan yang akan dipasang pada proyek dan
harus disebutkan nama pabrik, merk, spesifikasi teknis lengkap dengan brosur/katalog.
Daftar material yang diajukan pada waktu penawaran ini adalah mengikat, dan harus
diajukan lengkap, tidak boleh sebagian, daftar harus dibuat dalam rangkap 4 (empat).
10. Pemberi Tugas dan KP akan mengeluarkan perintah untuk menyingkirkan bahan/barang
yang tidak disetujui dalam tempo 1x24 jam keluar lapangan pekerjaan, atas biaya
Pemborong.
PASAL 54
PENGGANTIAN BARANG
1. Produk yang disebutkan namanya.
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam RKS,
Pemborong harus melengkapi produk yang disebutkan di RKS. Jika produk yang
dimaksudkan tidak terdapat di pasaran, Pemborong dapat mengajukan produk pengganti
yang setaraf, disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan
Perencana/Pemberi Tugas sebelum pemesanan.
2. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya.
Materual, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk yang tidak disebutkan nama
pabriknya di dalam RKS, Pemborong harus mengajuka secara tertulis nama negara dari
pabrik yang menghasilkannya, katalog dan selanjutnya menguraikan data yang
menunjukkan secara benar bahwa produk yang digunakan adalah sesuai dengan RKS
kondisi proyek.
PASAL 55
RKS SERTA GAMBAR KERJA
1. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS ini.
2. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS, Pemborong diwajibkan
mengajukan pertanyaan tertulis kepada KP dan Pemborong diwajibkan pula mentaati dan
mengikuti keputusan KP.
3. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku,
dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti clan pada ukuran dari skal gambar-
gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus mengambil dari pekerjaan yang sudah selesai.
4. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar, atau untuk memungkinkan
Pemborong melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka
Pemborong harus dapat membuat gambar tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap gambar,
atas biaya Pemborong.
5. Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS, atau dokumen
kontrak lainnya yang berlainan dan atau penjelesan-penjelasannya bertentangan, maka ini
harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain, tetapi untuk lebih
menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini maka yang diambil sebagai patokan adalah
yang mempunyai BOBOT TEKNIS dan atau yang mempunyai BOBOT BIAYA YANG
TINGGI.
6. RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ), gambar serta Berita Acara penjelasan pekerjaan
adalah bagian yang saling melengkapi satu sama lain dan sesuatu yang termuat di
dalamnya bersifat mengikat.
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR
Bila ada perbedaan ukuran dan atau penjelasan-penjelasan atau tidak sesuai antara gamabr
berlainan beda jenisnya, maka dapat dipakai pedoman sebagai berikut:
Gambar kerja arsitektur, dengan gambar struktur/mekanikal/elektrikal yang dipakai sebagai
pegangan fungsional adalah gambar arsitektur, sedang mengenai jenis dan kualitas bahan
yang dipakai adalah gambar struktur/mekanikal/elektrikal.
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
1. Pemborong harus membuat shop drawing guna pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
berdasarkan gambar rencana dan disampaikan kepada KO untuk mendapatkan
persetujuan.
2. Shop drawing dibuat secara jelas, detail-detail, ukuran-ukuran, bahan yang digunakan,
perlengkapannya, pertemuan diantara bahan yang berlainan jenisnya dan lain-lain yang
harus dijelaskan. Termasuk dalam hal ini adalah shop drawing untuk seluruh pekerjaan
M/E.
3. Pekerjaan Pemborong belum dapat dimulai sebelum shop drawing tersebut disetujui KP.
4. KP harus mempunyai waktu yang cukup untuk meneliti shop drawing yang diusulkan oleh
Pemborong.
5. Persetujuan terhadap shop drawing bukan berarti menghilangkan tanggung jawab pihak
Pemborong terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Kelambatan atas proses ini tidak
berarti Pemborong mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan.
6. Gambar tersebut di atas harus dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya dan semua biaya
pembuatannya ditanggung oleh Pemborong.
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
1. Gambar rencana dapat berubah dengan perintah tertulis Pemberi Tugas berdasarkan
pertimbangan KP dan Perencana.
2. Perubahan rancangan ini harus digambar sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar rencana dan gambar
perubahan rancangan.
3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli).
4. Gambar listrik menunjukkan kapasitas, jumlah, serta persyaratan instalansi. Pemborong
wajib memeriksa kemungkina kesalahan/ketidakcocokkan dari segi kapasitas, dimensi dan
lain-lain. Apabila ada ketidaksesuaian kapasitas maupun dimensi, Pemborong harus dapat
menyampaikan secara tertulis sekurang-kurangnya anaka 7 (tujuh) hari sebelum
dilaksanakan.
5. Gambar perubahan rancangan yang disetujui oleh Pemberi Tugas / KP kemudian
dilampirkan dalam berita acara pekerjaan tambah kurang.
PASAL 56
PENYERAHAN
Penyerahan pekerjaan ini dilakukan dua kali:
1. Penyerahan pertama
Penyerahan pertama ini dilakukan apabila:
Setelah pekerjaan selesai 100% sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak,
penyedia barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada pengguna
barang/jasa untuk penyerahan pekerjaan.
Semua bangunan sementara beserta perlengkapan dibongkar, setelah diperintahan
oleh KP.
Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih, utuh tanpa cacat.
Seluruh peralatan yang bergerak harus dapat beroperasi dengan baik.
Semua anak kunci harus dikumpulkan dan diberi tempat yang baik dengan gambar
dan diberi tanda.
Pemborong diwajibkan menyerahkan kpeada Pemberi Tugas / KP. Berupa:
o 3 (tiga) set gambar “as built drawing” dan seluruh pekerjaan yang
dilaksanakannya termasuk gambar-gambar perubahan dari rencana yang
disetujui KIP.
o Gambar tersebut harus diserahkan berikut kalkirnya (gambar asli) dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Pemborong.
o 3 (tiga) foto album color.
Seluruh lokasi harus keliatan bersih.
2. Penyerahan kedua
Penyerahan kedua dilakukan setelah Pemborong selesai menunaikan kewajiban-kewajiban
dalam masa pemeliharaan dan telah mendapat persetujuan pengawas lapangan bahwa
kewajiban-kewajiban tersebut dilaksanakan dengan sempurna termasuk penggambaran-
penggambaran kembali (as built drawing) dari bagian-bagian pekerjaan serta penyerahan
kembali dalam bentuk mikro film. Pengawas lapangan akan memeriksa gambar-gambar
tersebut untuk menyetujui atau mensyaratkan perbaikan. Pengawas lapangan tidak akan
mengeluarkan berita acara penyerahan kedua jika kewajiban-kewajiban tersebut belum
dilaksanakan dengan sempurna.