BAB I-5 acidi alkalimetri undip
-
Upload
susilowati117 -
Category
Documents
-
view
424 -
download
30
description
Transcript of BAB I-5 acidi alkalimetri undip
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Asam basa merupakan parameter lingkungan yang sangat vital dalam
kehidupan sehari-hari kita. Air, tanah, limbah, maupun zat makanan seperti buah dan
sayur dapat mengandung zat asam maupun basa. Zat-zat tersebut dapat dinyatakan
dalam derajat keasaman (pH) atau derajat kebasaannya (pOH). Analisis mengenai
kandungan atau yang lazim disebut konsentrasi asam maupun basa dalam kimia
analisa dapat dilakukan dengan titrasi secara cross check. Zat asam dapat diketahui
kadarnya dengan menggunakan zat basa sebagai titrannya maupun sebaliknya zat
basa dapat dinilai menggunakan zat asam sebagai titran. Hal ini dapat dipelajari
dalam materi acidi-alkalimetri atau kesetimbangan asam basa.
I.2. Tujuan Percobaan
a. Menganalisa kadar/konsentrasi suatu sampel (% berat, % volume, % R/V, %
M, % N)
b. Menganalisa kadar aciditas, alkalinity dari suatu sampel
I.3. Manfaat Percobaan
a. Mengetahui adanya kadar/konsentrasi (% berat, % volume, % R/V, % M, %
N) suatu zat dalam sampel
-
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian
Titrasi adalah penentuan kadar suatu zat secara volumetri menggunakan
larutan lain yang telah diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi antara asam dan basa
H+
+ OH- H2O
Acidi alkalimetri merupakan salah satu bentuk titrasi berdasarkan reaksi
netralisasi antara zat titran dan zat yang akan dititrasi.
Acidimetri : penentuan kadar basa dalam suatu larutan dengan menggunakan
larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran.
Natrium hidroksida lazim tercemar dengan natrium karbonat. Hal ini
disebabkan NaOH dapat menyerap CO2 yang terdapat dalam udara dan bereaksi
sebagai berikut :
CO2 + 2OH- CO3 + H2O
Seringkali natrium karbonat dan natrium bikarbonat terdapat bersama-sama.
Dimungkinkan untuk menganalisis campuran senyawa ini dengan titrasi dengan
asam standart.
II.2. Titrasi Karbonat
Ion karbonat dititrasi dengan asam kuat sebagai titran, reaksi yang terjadi :
CO + HO+ HCO + HO (1)
HCO + HO+ HCO + HO (2)
Ka1 = 4,6 . 10 pKa = 6,34
Ka2 = 4,4 . 10 pKa = 10,36
PP digunakan sebagai indikator untuk reaksi pertama (TAT pertama) dan MO
digunakan sebagai indikator pada reaksi yang kedua (TAT kedua).
II.3. Hubungan Volume dalam Titrasi Karbonat
-
3
Dalam suatu larutan zat NaOH, Na2CO3, maupun NaHCO3 keberadaannya
dapat sebagai zat tunggal. Namun sering kali terdapat bersama-sama misalnya,
NaOH tercampur dengan Na2CO3 atau NaHCO3 dan Na2CO3 terdapat bersama-
sama. Hal ini dapat teridentifikasi setelah senyawa tersebut dititrasi dengan HCl.
Zat Hubungan u/ identifikasi
kualitatif
Milimol zat yang ada
NaOH y = 0 M x x
Na2CO3 x = y M x x
NaHCO3 x = 0 M x y
NaOH + Na2CO3 x > y M x (x-y)
NaHCO3 + Na2CO3 x < y M x (y-x)
Tabel II.1. Identifikasi Campuran Bikarbonat
Keterangan :
M = molaritas
x = volume yang dibutuhkan untuk mencapai TAT I menggunakan indikator PP
y = volume yang dibutuhkan untuk mencapai TAT II menggunakan indikator MO
Diagram titrasi Na2CO3 dan NaHCO3
Na2CO3 .. PP ditambahkan x ml
x ml HCl
NaHCO3 .. PP berubah warna, MO ditambahkan
x ml HCl
y ml NaCl NaHCO3
y-x ml HCl
NaCl ... MO berubah warna
Keterangan
: dititrasi
: jumlah volume titran
-
4
Alkalimetri : penentuan kadar asam dalam sutau larutan dengan menggunakan
larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Atom hidrogen
(H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti dalam asam
asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4. (wapedia)
Vitamin C merupakan nama lain dari ascorbic acid yang tidak lain adalah sejenis
asam.Vitamin C larut dalam air dan dapat ditemukan buah jeruk, tomat, dan sayuran
hijau dengan konsentrasi tinggi. Vitamin C merupakan vitamin yang tidak stabil
karena mudah teroksidasi dan dapat hilang selama proses memasak. Peran utama
vitamin C dalam tubuh adalah sebagai penghasil kolagen, sejenis protein penting
daalm jaringan alat gerak.Vitamin C juga berperan penting dalam sintesa hemoglobin
dan metabolisme asam amino. Selain itu, vitamin C juga mampu menangkal nitrit
penyebab kanker. Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat
seriawan, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi
mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat
lelah, otot lemah dan depresi.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) merupakan buah yang mengandung
banyak air dan vitamin C yang cukup tinggi. Daun, buah, dan bunganya mengandung
minyak terbang. Jeruk nipis mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin),
minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat,
linali-lasetat, aktilaldehid, nnildehid) damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,
fosfor, besi, belerang, vitamin B1 danC.
Dari kandungan berbagai minyak dan zat di dalamnya, jeruk nipis dimanfaatkan
untuk mengatasi disentri, sembelit, ambeien, haid tak teratur, difteri, jerawat, kepala
pusing atau vertigo, suara serak, batuk, bau badan, menambah nafsu makan,
-
5
mencegah rambut rontok, ketombe, flu, demam, terlalu gemuk, amandel, penyakit
anyang-anyangan (kencing terasa sakit), mimisan, dan radang hidung.
Dari beberapa penelitian terakhir menunjukkan, jeruk nipis juga mempunyai manfaat
mencegah kekambuhan batu ginjal, khususnya batu ginjal kalsium idiopatik.
Menurut laporan tersebut, mengonsumsi jeruk nipis bisa mencegah timbulnya batu
ginjal.
Pada suatu penelitian diketahui bahwa jeruk nipis mengandung sitrat yang tinggi.
Dinyatakan bahwa kandungan sitrat jeruk nipis lokal (Citrus aurantifolia Swingle
yang bulat) 10 kali lebih besar dibanding kandungan sitrat pada jeruk keprok, atau
enam kali jeruk manis. Kandungan sitratnya mencapai 55,6 gram per kilogram.
II.4. Indikator
Indikator merupakan suatu zat yang digunakan untuk menentukan kapan titik
akhir titrasi (TAT) tercapai dengan indikasi perubahan warna.
Pada saat TAT tercapai maka jumlah mol equivalen zat dititrasi sama dengan
jumlah mol equivalen zat titran.
Indikator yang akan digunakan dalam titrasi acidi alkaimetri adalah :
a. PP (phenolphthalein)
Asam dipotrik tidak berwarna, dengan trayek pH 8-9.6
b. MO (Methyl Orange)
Suatu basa berwarna kuning dalam bentuk molekulnya, dengan trayek pH
3,1-4,4
II.5. Kurva Titrasi
Titrasi asam basa dapat dinyatakan dalam bentuk kurva titrasi antara pH
(pOH) versus mililiter titran. Kurva semacam ini membantu mempertimbangkan
kelayakan suatu titrasi dalam memilih indikator yang tepat. Akan diperiksa dua
kasus, titrasi asam kuat dengan basa kuat dan titrasi asam lemah dengan basa kuat.
a. Titrasi Asam Kuat dan Basa kuat
Asam kuat dan basa kuat terhidrolisa dengan lengkap dalam larutan air.
Jadi pH sama di berbagai titik selama titrasi. Dapat dihitung langsung dari
kuantitas stokiometri asam dan basa yang telah dibiarkan bereaksi. Pada titik
kesetaraan, pH ditetapkan oleh jauhnya air terdisiosiasi pada 250 C, pH air
-
6
murni adalah 7.00
b. Titrasi Asam Lemah dan Basa kuat
Pada kurva titrasi ini, kurva untuk suatu asam lemah mulai meningkat
dengan cepat, ketika mula-mula ditambahkan basa. Laju pertambahan
mengecil dengan bertambahnya konsentrasi B-. Larutan ini disebut terbuffer
dalam daerah dimana peningkatan pH tersebut lambat.
Perhatikan bahwa bila asam itu dinetralkan [HB-] [B-]
pH = pKa log
pKa
Setelah titik separuh jalan, pH naik lagi dengan lambat sampai terjadi
perubahan besar pada titik kesetaraan
II.6. Fisis dan Chemist Reagen
1. Hidrogen asetat (HAc) atau Asam cuka(CH3COOH)
a. Fisis
BM : 60.05 g/mol
Densitas dan fase : 1.049 g cm3, cairan : 1.266 g cm3, padatan
TL = 16.5 C
TD = 118.1 C
Penampilan = cairan tak berwarna atau Kristal
Keasaman pKa = 4.76 pada 25C
b. Chemist
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti
besi,magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam
asetat (disebut logam asetat). Aluminium merupakan logam yang tahan
terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan aluminium oksida yang
melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut
dengan tangkitangki aluminium.
2. HCl
a. Fisis
BM = 36,47 gr/mol
-
7
BJ = 1,268 gr/cc
TD = 850C
TL = -1100C
Kelarutan dalam 100 bagian air 00C = 82,3
Kelarutan dalam 100 bagian air 1000C = 56,3
b. Chemist
- Bereaksi dengan Hg2+ membentuk endapan putih Hg2Cl2 yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tapi larut dalam amoniak encer,
larutan KCN serta thoisulfat.
2HCl + Hg2+2 H+ + Hg2Cl2
Hg2Cl2 + 2 NH3 Hg (NH4)Cl + Hg + NH4Cl.
- Bereaksi dengan Pb2+ membentuk endapan putih PbCl2,2 HCl +
Pb2+ PbCl2 + 2 H+
- Mudah menguap apalagi bila dipanaskan
- Konsentrasi tidak mudah berubah karena cahaya atau udara
- Merupakan asam kuat karena derajat disosiasinya tinggi
3. NaOH
a. Fisis
- BM = 40 gr/mol
- BJ= 2,13 gr/cc
- TD= 13900C
- TL= 318,40C
- Kelarutan dalam 100 bagian air 00C = 82,3
- Kelarutan dalam 100 bagian air 1000C = 56,3
b. Chemist
- Dengan Pb(NO3) membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam
reagen exess
Pb(NO)3 + NaOH Pb(OH)2+ NaNO3
Pb(OH)2 + 2 NaOH Na2PbO2 + 2 H2O
- Dengan Hg2(NO3)2 membentuk endapan hitam Hg2O yang larut
dalam reagen exess
- Merupakan basa yang cukup kuat
- Mudah larut dalam air dan higroskopis
-
8
- Mudah menyerap CO2 sehingga membentuk karbonat
4. Na2B4O7. 10H2O ( Boraks )
a. Fisis
- BM= 381,43 gr/mol
- BJ= 1,73 gr/ml
- TD= 2000C
- TL= 750C
- Kelarutan dalam 100 bagian air dingin ( 0,50C ) = 1,3
b. Chemist
- Jika ditambah H2SO4 menjadi asam boraks
Na2B4O7 + H2SO4 + 5 H2O4 H3BO3 + Na2NO3
- Jika ditambah AgNO3 menjadi endapan putih perak mutu boraks
Na2B4O7 + AgNO3 + 3H2OAgBO2 + H3BO3 +NaNO3
- Jika ditambahkan BaCl2 menjadi endapan putih Ba mutu boraks
5. H2SO4
a. Fisis
- BM= 98,08 gr/mol
- BJ= 1,83 gr/cc
- TD= 3400C
- TL= 10,440C
- Kelarutan dalam 100 bagian air dingin = 80
- Air Panas = 59
b. Chemist
- Merupakan asam kuat
- Jika ditambah basa membentuk garam dan air
- Dengan Pb2+ membentuk PbSO4
Pb2+ + SO42-PbSO4
- Dengan Ba2+ membentuk BaSO
Ba2+ + SO42-BaSO4
6. Phenolphtalein ( C20H16O4 )
a. Fisis :
-
9
- BM= 318,31 gr/mol
- BJ= 1,299 gr/cc
- TD= 2610C
- pH 8,0 9,6
- Kelarutan dalam 100 bagian air = 8,22
b. Chemist :
- Merupakan asam diprotik dan tidak berwarna
- Mula-mula berdisiosiasi menjadi bentuk tidak berwarna kemudian
kehilangan H+ menjadi ion dengan sistem terkonjugasi maka
dihasilkan warna merah.
Satuan Konsentrasi
1. Molaritas (M)
Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan.
M =
2. Molalitas (m)
Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.
Molalitas tidak tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam bidang
kimia, fisika, teristimewa dalam sifat koligatif.
Molalitas (m) =
3. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terarut dalam tiap liter larutan.
Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu,
karena satuan ini dipakai dalam penyetara zat dalam reaksi.
Normalitas (N) =
Normalitas (N) = molaritas x valensi
4. Fraksi mol (X)
Bilangan yang menyatakan rasio jumlah mol zat terlarut dan pelarut dalam
sebuah larutan. Secara umum jika terdapat larutan AB dimana A mol zat
terlarut dan B mol zat pelarut, maka fraksi mol A (XA) adalah
XA =
-
10
Fraksi mol zat B (XB) adalah
XB =
Untuk jumlah kedua fraksi
XA + XB = 1
-
11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III. 1. Alat dan Bahan
III. 1. 1. Bahan :
1. 10 ml Boraks 0,1 N
2. 10 ml NaOH 0,12 N
3. 2 ml Asam asetat /
asam cuka
4. 50 ml Asam laktat /
yoghurt
5. HCl 0,21 N
6. Phenolphtalein
III. 1. 2. Alat :
1. Buret, Statif, Klem
2. Erlenmeyer
3. Corong
4. Pipet volume
5. Pipet ukur
6. Pengaduk
7. Beaker Glass
8. Pipet tetes
9. Labu takar
10. Gelas ukur
III. 2. Gambar Alat dan Keterangan
Gambar 3.1. rangkaian alat
buret, statif, klem,
erlenmeyer
Gambar 3.2.corong
Gambar 3.3. pengaduk
-
12
Gambar 3.4. pipet ukur
Gambar 3.5.pipet volume
Gambar 3.6.beaker glass
Gambar 3.7. gelas ukur
Gambar 3.8.Pipet tetes
Gambar 3.9. Labu takar
-
13
KETERANGAN ALAT :
1. Buret : Untuk tempat titrasi
2. Klem : Penjepit buret
3. Satif : Tempat klem dan buret
4. Erlenmeyer : Tempat melakukan titrasi
5. Pipet volume : Untuk mengambil larutan
6. Pengaduk : Untuk mengaduk
7. Beaker glass : Tempat larutan
8. Pipet tetes : Untuk meneteskan larutan
9. Labu takar : Tempat pengenceran larutan
10. Gelas ukur : Untuk mengukur larutan
III. 3 . Cara Kerja
a. Standarisasi HCl dengan Boraks 0,1 N
1. Ambil 10 ml boraks 0,1 N masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna berubah menjadi merah
orange
4. Catat kebutuhan titran
N HCl = ( )
b. Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi
1. Ambil 10 ml NaOH, masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah orange
4. Catat volume HCl
N NaOH = ( )
c. Mencari kadar Na2CO3 dan atau NaHCO3
1. Ambil 10 ml larutan sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator PP
3. Titrasi dengan HCl sampai warna merah hampir hilang
-
14
4. Catat kebutuhan HCl pada TAT 1 = x ml
5. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
6. Titrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah orange
7. Catat kebutuhan HCl untuk Na2CO3 = y ml
Kadar Na2CO3 = 2x x N HCl x
x
ppm
Kadar NaHCO3 = (y-x) x N HCl x BM NaHCO3 x
ppm
d. Mencari kadar asam asetat dalam cuka
1. Ambil 2 ml cuka, encerkan sampai 100 ml dengan aquadest
2. Ambil 10 ml larutan sampel tersebut, masukkan ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan indikator PP beberapa tetes (3 tetes)
4. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir hilang
5. Catat kebutuhan NaOH
6. Menghitung normalitas asam asetat
N asam = ( )
x faktor pengenceran
e. Mencari kadar asam laktat dalam yoghurt
1. Ambil 50 ml yoghurt, encerkan sampai 100 ml dengan aquadest
2. Ambil 10 ml larutan sampel tersebut, masukkan ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan indikator PP beberapa tetes (3 tetes)
4. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir hilang
5. Catat kebutuhan NaOH
N asam = ( )
x faktor pengenceran
-
15
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil Percobaan
Tabel IV.1. standarisasi HCl dan NaOH
Zat yang distandarisasi Zat yang
menstandarisasi
V titran Normalitas
HCl 0,21 N Boraks 0,1 N 6,5 ml 0,153 N
NaOH 0,12 N HCl 7,5 ml 0,144 N
Tabel IV.2. standarisasi sampel 1 dan sampel 2
Sampel zat Kadar yang
ditemukan
Kadar asli % error
I Na2CO3 6000,66 ppm 7615,5 ppm 21,23 %
NaHCO3 3898,44 ppm 6037,50 ppm 35,42 %
II Na2CO3 3892,32 ppm 6095 ppm 36,13 %
NaHCO3 3041,64 ppm 4830 ppm 37,02 %
Tabel IV.3. standarisasi asam cuka dan yoghurt
Sampel Volume titran Normalitas
Asam cuka 6,7 ml 3,819 N
Yoghurt 3 ml 0,0684 N
IV. 2. Pembahasan
IV. 2. 1. Kadar Na2CO3 yang ditemukan lebih kecil daripada kadar aslinya
Kadar Na2CO3 yang kami temukan lebih kecil dari kadar aslinya. Hal ini
dikarenakan Na2CO3 berasal dari natrium hidroksida yang bereaksi dengan
CO2 di udara. Natrium hidroksida selalu terkontaminasi oleh sejumlah kecil
pengotor yang paling serius diantaranya natrium karbonat. Ketika CO2
diserap oleh larutan NaOH, reaksinya :
CO2 + 2OH- CO3
2- + H2O
-
16
Ion karbonat adalah basa, tetapi ion ini bergabung dengan ion hidrogen
dalam 2 tahap:
CO32-
+ H3O+ HCO3
- + H2O
HCO3- + H3O
+ H2CO3 + H2O
Hal ini terjadi karena Na2CO3 dititrasi dengan HCl maka titik akhir titrasi
menggunakan PP akan lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan
indikator metil jingga, karena untuk pertama Na2CO3 hanya mengambil ion
H+ untuk setiap molekul karbonat, sedangkan untuk titrasi kedua diperlukan
2 ion H+. Selisih kedua titik akan semakin kecil jika kandungan Na2CO3
semakin kecil pula. Akibat lainnya apabila larutan baku basa telah bereaksi
dengan CO2 dan udara, maka kenormalannya lebih rendah bila
distandarisasi dengan menggunakan indikator PP.
(underwood 154, 169)
IV. 2. 2. Kadar NaHCO3 yang ditemukan pada sampel 1 dan sampel 2 lebih kecil dari
kadar aslinya
Kadar NaHCO3 yang kami temukan pada kedua sampel lebih rendah dari
kadar aslinya. Hal ini dikarenakan saat terjadi perubahan warna indikator,
titrasi dihentikan dengan asumsi telah mencapai TAT. TAT seharusnya
sama dengan Titik Ekivalen (TE). Dalam prakteknya TE sulit diamati
karena merupakan titik akhir teoritis dan dapat diketahui melalui
perhitungan :
Sampel 1 :
Kadar Na2CO3 = (2x) . N HCl .
.
ppm
7615,5 = 2 (x) . 0,21 . 106/2 .
X = 3,42 ml
Kadar NaHCO3 = (y-x) . N HCl . BM NaHCO3 .
6037,5 = (y-3,42) . 0,21 . 84 .
Y = 6,84 ml
-
17
Sampel 2 :
Kadar Na2CO3 = (2x) . N HCl .
.
ppm
6095 = 2 (x) . 0,21 . 106/2 .
X = 2,73 ml
Kadar NaHCO3 = (y-x) . N HCl . BM NaHCO3 .
4830 = (y-2,73) . 0,21 . 84 .
Y = 5,46 ml
Dari percobaan yang kami temukan volume titran untuk sampel 1 adalah 6,7
ml dan volume titran untuk sampel 2 adalah 4,7 ml. Pada saat melakukan
percobaan, kami hanya dapat menentukan TAT yaitu saat terjadi perubahan
warna, karena semakin jauh TE dan TAT maka kesalahan titrasi semakin
besar sehingga N HCl yang dibutuhkan lebih kecil dari seharusnya. Faktor
penyebab TE dan TAT jauh salah satunya dikarenakan kesalahan dalam
pembacaan volume titran atau kesalahan pada saat melakukan titrasi
sehingga mengakibatkan perbedaan yang besar antara TE dan TAT. Dan
untuk memperkecil kesalahan diusahakan agar TAT jatuh sedekat mungkin
dengan TE sehingga perlu pemilihan indikator yang tepat. Titrasi saat
penentuan kadar Na2CO3 dan NaHCO3 saling berpengaruh. Campuran
tersebut (karbonat dan bikarbonat) dapat dititrasi dengan HCl standar.
NaOH ternetralisasi secara lengkap pada titik akhir titrasi PP. Na2CO3
ternetralisasi setengah dari HCO3- belum bereaksi sama sekali. Dan titik
akhir PP saat menentukan kadar Na2CO3 telah terlewati, maka HCO3- telah
bereaksi sehingga penambahan titran untuk mencapai titik akhir yang kedua
tidak akurat.
(underwood 192)
-
18
IV. 2. 3. Uji asam laktat pada Yoghurt
Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi. Yoghurt
mempunyai ciri tekstur diantara minuman beralkohol dan keju lembut.
Yoghurt dibuat dari susu utuh menunjukan susunan kimia yang sama
dengan asalnya.
Bakteri asam laktat (BAL) menyebabkan keasaman pada susu. Secara
umum BAL didefinisikan sebagai susu kelompok bakteri gram positif, tidak
menghasilkan spora, berbentuk bulat yang memproduksi asam laktat sebagai
produk aktif metabolik utama selama fermentasi karbohidrat hasil analisi
mikrobiologis beberapa jenis BAL meliputi genus Lactobacillus,
streptococcus, Lactococcus.
Pembuatan yoghurt dilakukan dengan proses fermentasi, dengan
proses fermentasi ini maka yoghurt akan menjadi asam, karena adanya
laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut.
Standar mutu yoghurt berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
dalam uji asam laktat adalah 0,5 2,0 %. Dalam titrasi standarisasi NaOH
dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap
perubahan reaksi. Jumlah asam laktat pada yoghurt sebanding dengan
jumlah NaOH yang digunakan dalam titrasi. Reaksi ini berlangsung
menurut persamaan berikut :
C3H6O3 + NaOH NaC3H5O3 + H2O
Asam laktat terdapat secara alami pada susu dalam jumlah yang
terbatas. Adanya aktifitas bakteri asam laktat selama proses fermentasi susu
memungkinkan kandungan asamnya meningkat.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan, kadar rata-rata yoghurt yang
kami peroleh sebesar 0,622 % sedangkan dalam standar mutu yoghurt
berdasarkan SNI dalam uji asam laktat adalah 0,5 2,0 %. Ini menunjukkan
bahwa yoghurt yang kami gunakan saat percobaan memenuhi standar mutu.
Besarnya jumlah asam laktat dipengaruhi beberapa faktor antara lain
volume NaOH, Normalitas NaOH dan BE asam laktat.
(http://noviarakhma.blogspot.com)
-
19
IV. 2. 4. Uji asam asetat pada cuka
Cuka pada dasarnya adalah larutan asam asetat, CH3COOH dalam air.
Asam asetat adalah contoh dari asam karboksilat. Asam asetat bereaksi
dengan Natrium hidroksida basa menurut reaksi :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam cuka atau asam asetat adalah senyawa kimia organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, selain itu
dapat berfungsi juga sebagai pengawet makanan. Asam cuka encer
merupakan golongan asam lemah yang paling aman bagi tubuh. Selain itu,
digunakan juga dalam cuka makanan berdasarkan standar mutu yaitu
minimal 4 %.
Pada percobaan yang kami lakukan dalam uji asam asetat dalam cuka
makan, kami memperoleh kadar asam asetat sebesar 22,002 % sedangkan
dalam standar mutu, kadar asam asetat antara 4 25 %. Ini menunjukan
bahwa cuka yang kami gunakan dalam percobaan memenuhi standar mutu.
(http://ambarsari3.blogspot.com)
IV. 2. 5. Grafik
0
2
4
6
8
10
12
14
0 2 4 6 8
pC
l
V HCl ml
IV.2.5 Kurva Hubungan V HCl vs pCl Sampel 1
kadar asli
kadar praktis
-
20
Gambar IV.2.5 menunjukkan kurva hubungan volume HCl vs pCl pada
sampel 1. Semakin banyak volume titran (HCl) yang ditambahkan pada
sampel, maka pH akan semakin kecil (asam).
Gambar IV.2.6 menunjukkan kurva hubungan volume HCl vs pCl pada
sampel 2. Semakin banyak volume titran (HCl) yang ditambahkan pada
sampel, maka pH akan semakin kecil (asam).
IV. 2. 7. Keasaman dan alkalinitas di drainase tambang teoritis consideration Carl S
Kirby and Charles A Cravotta
- Abstrak : keasaman berkaitan erat dengan metode titrasi yang paling
standar yang digunakan untuk drainase tambang dengan pH titik akhir
8,3. Komponen pokok dan bagaimana menetapkan kontribusi
keasaman untuk solusi spesies termasuk kompleks berair, umumnya
ditemukan di drainase tambang. Keasaman dalam drainase tambang
didasar spesies berair pada pH sampel dan kemampuan spesies
tersebut untuk menjalani hidrolisis pada pH 8,3.
- Pengenalan : definisi verbal alkalinitas dan keasaman dalam sistem
H2O CO2 menurut Stumm dan Morgan sebagai jumlah setara
dengan basis yang titratable dengan asam kuat untuk alkalinitan dan
jumlah setara dengan asam yang dititrasi dengan basa kuat. Di dalam
prakteknya pH 4,5 dan 11 TAT harus disesuaikan agar sesuai dengan
pH titik kesetaraan.
0
5
10
15
0 2 4 6
pC
l
V HCl ml
IV.2.6 Kurva Hubungan V HCl vs pCl Sampel 2
kadar asli
kadar praktis
-
21
- Definisi laboratorium : metode laboratorium untuk alkalinitas dan
pengukuran keasaman menujukkan kapasitas solusi untuk menetralisir
asam dan basa. Titrasi alkalinitas menggunakan titrasi dengan asam
sulfat (H2SO4) ke end point pH 4,5. Titrasi alkalinitas menghasilkan
hasil yang konsisten dan mudah dijabarkan. Metode standar untuk
pengukuran keasaman menggunakan titrasi dengan NaOH ke end
point pH 8,2 atau 8,3. Untuk sampel yang mengandung logam
terhidrolisis, gas CO2 mendidih sehingga CO2 yang diturunkan
keasamannya sengaja tidak diukur. Tujuannya adalah untuk mengukur
keasaman non-CO2 yang berhubungan dengan H+ dan logam
dilarutkan dalam larutan. Untuk titrasi sampel pH lebih kecil 4,0
dengan H2SO4 standar, sebuah aliquot H2O2 ditambahkan, sampel
dipanaskan sampai mendidih, didinginkan dan kemudian dititrasi
dengan NaOH standar untuk end point
- Metode : standar PHREEQC database termodinamika digunakan
dalam simulasi PHREEQC dan menarik spesies diagram distribusi.
CO2 adalah gas dengan memungkinkan solusi untuk mencapai
kesetimbangan sehubungan dengan p CO2 atmosfir. pH meningkat
dari nilai awal dengan menambahkan aliquot natrium hidroksida.
Biaya kesetimbangan didirikan sebelum simulasi dan kemudian
penyesuaian dibuat menggunakan konsentrasi H+.
(www.asmr.us/publication/conferenceproceedings/2004/1076-kirbyPA.pdf)
-
22
BAB V
PENUTUP
V. 1. KESIMPULAN
1. Kadar Na2CO3 yang ditemukan pada sampel 1 dan 2 lebih kecil dari kadar
aslinya karena titrasi dihentikan sebelum TE tercapai dan disebabkan karena
Na2CO3 berasal dari NaOH yang bereaksi dengan CO2 dan udara.
a. Sampel 1
Na2CO3 yang ditemukan : 6000,66 ppm
Kadar asli : 7615,5 ppm
% error : 21,33 %
b. Sampel 2
Na2CO3 yang ditemukan : 3892,32 ppm
Kadar asli : 6095 ppm
% error : 36,13 %
2. Kadar NaHCO3 yang ditemukan pada sampel 1 dan 2 lebih kecil dari kadar
aslinya karena pengaruh ion karbonat yang menghasilkan gas CO2 dan
disebabkan karena titrasi dihentikan sebelum TE tercapai.
a. Sampel 1
NaHCO3 yang ditemukan : 3898,44 ppm
Kadar asli : 6037,5 ppm
%error : 35,42 %
b. Sampel 2
NaHCO3 yang ditemukan : 3041,64 ppm
Kadar asli : 4830 ppm
% error : 37,02 %
3. Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi karena adanya laktosa
menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri. Standar mutu yoghurt yaitu antara
0,5 2,0 %
4. Asam cuka adalah senyawa organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam
dan aroma dalam makanan dan pengawet makanan. Standar mutu asam cuka
yaitu antara 4 25 %.
-
23
V. 2. SARAN
1. Lebih teliti dalam membaca volume titran yang digunakan
2. Lebih cermat dan teliti dalam mengamati perubahan warna saat titrasi
3. Dalam penimbangan NaOH usahakan sesuai kadar yang ditentukan
4. Pada saat pengenceran harus tepat di garis labu ukur supaya konsentrasi
larutan tidak berubah
5. Lebih efisien dalam penggunaan waktu saat titrasi, buret dibuka lebar pada
awal titrasi dan saat akan mencapai TAT buret dibuka sempit hingga titran
keluar tetes demi tetes.
-
24
DAFTAR PUSTAKA
A.L.Kemppainen.2002. Determining Ascorbic Acid in Vitamin C Tablets. Finlandia
University of Alberta
Ambarsari.2012. Penentuan Kadar Cuka Metode Alkalimetri.
http://ambarsari3.blogspot.com/ diakses pada 18 November 2013
pukul 11.30 WIB
Analysis of Vitamin C, General Chemistry Laboratories University of Alberta
Buku Petunjuk Praktikum Teknik Kimia I.2005.Laboratorium Teknologi Proses
Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro : Semarang
Day, R.A and Underwood, A.L.1986. Analisa Kimia Kuantitatif, ed 5. Erlangga :
Jakarta
Kirby, Carl.S and Cravotta, Charles A.2004. Acidity and Alkalinity in Mine
Drainage : Theoritical Consideration
Maruf, Amar.2012. Yoghurt. http://samapahu.blogspot.com/2012/12/yoghurt-
definisi- proses-pembuatan.html. diakses pada 18 November 2013 pukul 13.01 WIB
Perry, R.H, and Green.1984.Perrys Chemical Engineering Hand Book, 6th edition,
Mc Graw Hill Book Co.Singapore
Rahma, Novia.2012.ALKALIMETRI.http://noviarakhma.blogspot.com/ diakses pada
18 November 2013 pukul 14.35 WIB