BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Dalam penelitian ini ... · 1 BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG...
Transcript of BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Dalam penelitian ini ... · 1 BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG...
1
BAB 5
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Analisa Hasil Survey
Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan melakukan survey lapangan terhadap empat tempat yang dipilih yaitu
Kampung Mode, Jakarta Creative Hub, Sewing Space, dan Go Work. serta survey
melalui website untuk Fashion Creative Space yang berada diluar negeri sebagai
pembanding yakni 360 Creative Hub dan Fashion Work Space. Survey mencakup
pengambilan data-data berupa foto-foto fasilitas, kurikulum pembelajaran dan data
lain-lainnya.
A. Lokasi
Dari ke-empat survey lapangan yang penulis lakukan, tiga diantaranya
berada dalam kawasan bisnis atau kawasan ramai, sibuk dan padat yang dikelilingi
gedung-gedung dan ruko-ruko. Kecuali Kampung Mode yang terletak disuatu
kawasan perkampungan di kota Tangerang yang jauh dari keramaian, dikarenakan
tempat tersebut adalah sebuah usaha yang baru saja dibangun dan menggunakan
bagian dari rumah pemilik sebagai tempat untuk memulai usaha.
B. Jam Operasional
Sebagian besar dari tempat yang penulis survey memiliki jam operasional
pada hari kerja yaitu hari Senin sampai Jumat, namun dengan waktu yang beragam.
Beberapa diantaranya, seperti Go Work dan Jakarta Creative Hub, hanya
beroperasi dari pagi hingga sore hari yaitu sekitar pukul 09.00 – 18.00. Lokasi
lainnya, seperti Kampung Mode dan Sewing Space, beroperasi dari pagi hingga
malam hari yaitu sekitar pukul 09.00 - 21.00. Untuk Sewing Space dan Jakarta
Creative Hub juga beroperasi pada akhir pekan namun dengan jam operasi yang
lebih cepat dibandingkan dengan hari kerja. Namun jam operasional diatas dapat
berubah sesuai dengan kondisi tertentu, seperti Kampung Mode dan Jakarta
Creative Hub yang memiliki fasilitas co-working dan co-office, memberikan layanan
untuk para anggotanya untuk menggunakan fasilitas mereka di jam dan hari tertentu.
Kemudian Sewing Space yang dapat berubah dikarenakan adanya layanan kelas
2
workshop belajar yang dapat menyesuaikan dengan narasumber dan juga adanya
“weekend project” pada setiap akhir pekan dengan jam yang beragam pula.
C. Aktivitas dan Fasilitas
Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis ajukan pada Tugas Akhir ini,
salah satunya yaitu “Bagaimana perencanaan dan perancangan suatu area baru
agar dapat menarik lebih banyak pengunjung?”, penulis mencoba mengambil dan
memasukkan beberapa aktivitas dan fasilitas dari survey lapangan yang dilakukan
ke dalam Women Fashion Creative Space ini. Beberapa di antaranya seperti fasilitas
Co-working Space yang terdapat dalam Kampung Mode dan Go Work sebagai
tempat para pengunjung yang membutuhkan tempat untuk bekerja dan menemukan
relasi baru. Co-office yang terdapat dalam Jakarta Creative Hub untuk para
pengusaha start-up yang memerlukan ruang kantor untuk merintis usaha mereka.
Co-sewing space yang terdapat dalam Kampung Mode, Sewing Space, dan Jakarta
Creative Hub untuk para anggota co-working space dan co-office yang ingin
memproduksi sebuah prototype dari desain mode mereka yang terbaru sebelum
produksi dalam jumlah yang besar. Dan masih banyak lagi aktivitas dan fasilitas
lain yang penulis ambil dan gabungkan sehingga dapat menghasilkan sebuah
Women Fashion Creative Space yang sesuai dengan kebutuhan hingga mencapai
tujuan dari Tugas Akhir ini.
D. Klasifikasi Elemen Interior
Hampir keseluruhan elemen interior yang digunakan dalam survey lapangan
ini memiliki bentuk yang sederhana dengan banyak digunakannya bentuk geometris
yang jelas dan rapi mengingat tempat-tempat tersebut digunakan untuk berbagai
aktivitas yang formal. Elemen lantai yang diaplikasikan pada tempat-tempat tersebut
antara lain seperti parquet dengan pola vertikal dan warna coklat kayu alami seperti
yang terdapat pada Sewing Space dan Go Work, kemudian exposed concrete pada
Jakarta Creative Hub, dan keramik dengan warna abu tanpa motif pada Kampung
Mode. Elemen dinding yang diaplikasikan juga sederhana antara lain seperti
exposed brick dan exposed concrete pada Kampung Mode dan Jakarta Creative Hub,
kemudian HPL dengan motif kayu pada Go Work, serta dinding plaster dengan
finishing cat pada semua lokasi survey lapangan. Elemen ceiling yang diaplikasikan
3
sebagian besar menggunakan plafon gypsum dengan finishing cat, kemudian
exposed ceiling.
5.2 Program Ruang
5.2.1 Analisa Makro
Gambar 5.1 Peta Gedung
Gambar 5.2 Site Plan
Denah yang digunakan : Chaze Plaza
Lokasi : Jl. Jend. Sudirman No.kav 21 RT.10 /RW.1,
Kuningan, Karet Setia Budi, Kota Jakarta
4
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12920
Luas Bangunan : 38.286 m²
Luas area yang di desain : 1.257 m²
Jumlah lantai yang di desain : 1 lantai (15th floor)
Struktur Kompleks : Terdiri dari 3 bangunan yang saling terhubung,
bangunan 27 lantai, bangunan podium terdiri
dari 7 lantai dan bangunan parkir terdiri dari 6
lantai dan 2 lantai di bawah tanah yang
mampu menampung 802 mobil dan 200 motor.
Total tinggi bangunan : 113 m²
Tinggi floor to floor : 4,10 – 6,00 m
Konsep Arsitektur : cubical, bangunan gaya tahun 80an
Material Bangunan : beton
Diantara rentetan gedung perkantoran menarik di kawasan Sudirman,
gedung Chase Plaza berdiri kokoh dan megah di titik lokasi yang strategis, di
mana Anda dapat mengarah ke utara maupun selatan pusat kota melalui jalur
yang mudah. Meskipun gedung ini telah lama berdiri, namun kondisi dan
tampilannya masih sangat baik dan nyaman untuk menjadi area bekerja.
Chase Plaza terdiri dari dua tipe bangunan yang bersebelahan, yakni Chase
Plaza Podium dan Chase Plaza Rise yang siap dijadikan pilihan area
perkantoran pelaku bisnis.
Chase Plaza Podium merupakan bangunan perkantoran grade B yang
ideal untuk para pelaku bisnis berkonsep value for money. Gedung ini
memiliki luas bangunan sekitar 8.800 meter persegi, serta luas per lantai
1.257 meter persegi. Kemudian fasilitas yang tersedia begitu memadai,
seperti 3 lift penumpang, 1 service lift, ATM, restaurant, bank, mini market,
café, dan lahan parkir yang cukup luas untuk 150 unit kendaraan.
5
Sebagai kawasan emas ibu kota, gedung ini tentunya memiliki
sejumlah sarana kebutuhan hidup yang berada di sekitar area, seperti hotel
berbintang (5 menit berjalan kaki menuju Fraser Place Sudirman), aneka
residence, apartemen (4 menit menuju The Peak at Sudirman, 3 menit menuju
Apartemen Tamansari Sudirman), sarana olahraga, area tempat makan, dan
masih banyak lagi.
Terdapat pula pilihan transportasi yang akan memudahkan para
pekerja, diantaranya angkutan umum (Kopaja, PPD, Metro Mini, Mayasari
Bakti, Bianglala AC), TransJakarta (Halte Setiabudi persis di seberang
gedung), taksi, dan transportasi online.
Gambar 5.3 Tampak Arsitektur Gedung
5.2.2 Analisa Mikro
Denah yang penulis gunakan dalam “Perancangan Pusat
Kreatif Busana Wanita di Jakarta” ini adalah denah Lantai 15 dari gedung
Chase Plaza Rise. Berikut beberapa analisa dari denah tersebut :
6
1. Building Core
Beberapa area yang ada building core antara lain adalah akses masuk
berupa 5 buah lift penumpang, 1 lift barang dan 2 tangga darurat, toilet,
storage, coffee room, fan room. Buiding core terdapat di tengah tenant space
dan terdapat 4 sirkulasi coridor ke empat sisi sehingga mudah untuk diakses
oleh pengguna.
Gambar 5.4 Building Core
2. Jendela
Pencahayaan pada lantai 15 gedung Chase Plaza Rise ini sangat baik
karena terdapat banyak jendela yang merupakan façade dari bangunan
mengelilingi area tenant space. Sehingga dapat memperkecil pemakaian
listrik untuk penggunaan cahaya lampu.
7
Gambar 5.5 Jendela Bangunan
5.3 Fasilitas pada Women Fashion Creative Space
Tidak hanya untuk mendesain suatu fashion ada beberapa kegiatan lainnya
yang dapat dilakukan dalam women fashion creative space ini, tersedianya fasilitas
yang dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung seperti pada creative space
lainnya yang sudah disebutkan diatas. Berikut beberapa fasilitas yang sediakan dalam
perancangan ini dengan perencanaan ruang berdasarkan buku Human Dimension
( Julius, Panero. 1979) dan Neufert Architects’ Data ( Ernst, Neufert. 2012) :
1. Area Lobby
Area lobby adalah suatu area yang terletak di dekat pintu masuk yang
merupakan akses utama bagi pengunjung untuk memasuki area lainnya. Area
yang terletak di zona public ini merupakan tempat bagi receptionist dan juga
terdapat waiting area. Meja receptionist adalah tempat dimana receptionist
bekerja untuk menyambut pengunjung yang datang, memberi informasi
kepada pengunjung, tempat registrasi komunitas yang ingin mengadakan
event, seminar dan workshop, registrasi member co-working, dan tempat para
member untuk booking ruangan.
8
Gambar 5.6 Receptionist’s workstation dimension
2. Coffee Shop
Merupakan salah satu area yang terdapat dalam zona public, coffee
shop adalah area tempat para pengunjung dan para member untuk bersantai,
menikmati kopi dan minuman lainnya, dan juga untuk makan. selain itu
fasilitas ini disediakan untuk para pengguna yang ingin melakukan diskusi
namun dengan suasana lebih santai dibandingkan dalam meeting room. Dan
juga mengingat salah satu fungsi creative space yaitu berperan dalam
mengembangkan relasi, fasilitas ini dapat digunakan sebagai tempat untuk
saling berbagi pengalaman baik antar individu maupun antar komunitas.
Gambar 5.7 Coffeshop area plan
3. Area Co-working Space
Area co-working space sesuai dengan namanya adalah salah satu
fasilitas yang disediakan untuk para pengguna yang membutuhkan tempat
bekerja khusus. Salah satu area yang terdapat dalam zona semi public ini
9
dapat digunakan apabila calon pengguna sudah melakukan registrasi terlebih
dahulu sebagai member co-working. Area ini memiliki kapasitas untuk 35
orang, yang terbagi menjadi dua bagian yaitu 28 kursi Hot Desk dan 7 kursi
Private Desk.
Gambar 5.8 Co-working area plan
4. Guest Locker
Guest locker adalah salah satu fasilitas yang disediakan untuk para
pengguna area co-working untuk menyimpan barang pribadi mereka sehingga
lebih aman. Fasilitas yang disediakan yaitu lemari locker dengan kapasitas 48
pintu.
Gambar 5.9 Locker dimension
10
5. Library
Library atau perpustakaan adalah salah satu fasilitas yang disediakan
untuk pengguna yang ingin membaca dan meminjam buku. Tersedia rak buku
yang akan diisi oleh buku-buku pengetahuan baik dalam bidang fashion
maupun umum. Terdapat juga fasilitas kursi dan meja untuk para pengguna.
Gambar 5.10 Library minimum spacing
6. Mini Theater
Fasilitas ini disediakan untuk para komunitas yang ingin mengadakan
event dengan suasana yang lebih santai. Untuk event yang mengadakan
kegiatan seperti games dapat menggunakan area ini. Terdapat fasilitas
projector, dan sofa untuk para narasumber dan pembawa acara. Area ini
memiliki kapasitas untuk 20 orang peserta event.
11
Gambar 5.11 Theater section
7. Class Room
Fasilitas ini disediakan untuk mengadakan event seminar maupun
workshop yang diadakan untuk jumlah peserta yang banyak. Terdapat
fasilitas meja peserta (120x60cm) untuk 2 orang, kursi peserta, meja
narasumber (100x60cm), kursi narasumber, interactive display/ digital board
(panjang 560cm tinggi 150cm) dan juga ruang storage untuk menyimpan alat-
alat yang dibutuhkan untuk event seperti sound system dan lainnya. Area ini
memiliki kapasitas untuk 48 orang peserta.
Gambar 5.12 Class room plan
5.3.1 Fasilitas Lainnya
Terdapat fasilitas khusus lainnya yang dapat ditemukan dalam Women
Fashion Creative Space ini. Antara lain sebagai berikut:
1. Fashion Maker Space
Fashion maker space adalah fasilitas yang dapat digunakan untuk para
fashion design start up yang ingin membuat prototype desain fashion mereka
sebelum melakukan produksi. Dalam Fashion Maker Space ini, kita bisa
membuat bermacam bentuk desain fashion dari bahan tekstil. Area ini juga
dapat digunakan oleh para komunitas untuk mengadakan event/ fashion
workshop yang membutuhkan fasilitas fashion maker space yang
menyediakan meja pola (240x80 cm), mesin jahit, mannequin, meja dan kursi
narasumber, mesin gerber, layar projector.
2. Make up Maker Space
12
Make up maker space adalah fasilitas yang dapat digunakan untuk
para fashion design start up yang ingin membuat prototype atau contoh
produk make up yang ingin diproduksi sendiri. Maker space ini juga bisa
digunakan untuk kegiatan workshop bagi para peserta yang ingin tahu cara
membuat produk make up sendiri. Fasilitas yang disediakan dalam maker
space ini antara lain berupa alat untuk baking produk make up tipe baked
product, timbangan, mesin pencetak, penggiling warna lip coloring product.
5.4 Konsep Perancangan
Konsep perancangan interior yang akan digunakan adalah “Andalasia
Fashion” adalah sebuah nama fashion retail yang terdapat dalam sebuah karya film
yang berjudul “Enchanted”. Enchanted adalah film animasi keluarga komedi musikal
Amerika Serikat tahun 2007 produksi Walt Disney Pictures yang menceritakan kisah
seorang gadis berasal dari dunia dongeng “Andalasia” yang memasuki dunia nyata.
Gadis ini dapat membuat bahan-bahan kain yang ada di rumah tempat ia tinggal
seperti tirai jendela, rugs, dan lainnya menjadi sebuah baju cantik seperti dari dunia
dongeng. Yang kemudian pada akhir cerita ia mendirikan sebuah fashion retail agar
karya-karya nya dapat digunakan banyak wanita di dunia nyata dan membuktikan
siapapun bisa menjadi putri dunia dongeng dengan pakaian yang dikenakan.
Konsep ini mengambil beberapa elemen interior fashion retail yang terdapat
dalam scene terakhir dalam film tersebut seperti gaya interior kontemporer dan
dekorasi akar-akar tumbuhan artificial yang menghiasi ruangan sehingga
menghidupkan suasana dunia dongeng. Kemudian dapat menciptakan suasana
mewah dan seru sehingga para tamu yang datang akan merasa anggun dan juga
merasa seperti dibawa ke dunia dongeng yang memiliki cerita menarik diluar
imajinasi dan dapat menghasilkan ide-ide kreatif.
Berdasarkan buku Crane Diana (1999) yang menceritakan bagaimana
pengaruh penilaian orang lain tentang kelas sosial seseorang sesuai dengan fashion
atau mode yang digunakan. Dengan ini penulis ingin mendesain sebuah interior yang
diharapkan dapat menaikkan kelas sosial para pengunjung yang datang, konsep yang
mengusung “setiap wanita dapat menjadi seorang putri dengan mode yang mereka
13
kenakan” dimana seorang putri merupakan seseorang dengan kelas sosial yang tinggi
dapat mewujudkannya.
Gambar 5.13 Moodboard
5.4.1 Konsep Warna
Warna-warna yang digunakan dalam perancangan ini adalah warna
merah muda yang merupakan warna feminine, kemudian dipadukan dengan
warna biru yang menciptakan suasana fresh. Ditambah lagi dengan warna emas
yang menciptakan suasana mewah. Terdapat juga warna coklat dari material
kayu yang menciptakan suasana seperti di hutan dunia dongeng.
Gambar 5.14 Color Scheme
14
5.4.2 Konsep Material
1. Kayu
Material kayu digunakan sebagai pendukung konsep yang
menceritakan dunia dongeng sehingga menciptakan suasana seperti rumah
pohon dan hutan indah yang ada di dalam dunia dongeng. Material kayu
digunakan dalam perancangan adalah solid wood, plywood untuk dinding
panel dan material dasar furniture. Kemudian menggunakan parquet untuk
treatment lantai.
Gambar 5.15 Material Kayu
2. Metal Gold
Material metal gold digunakan sebagai pendukung untuk menciptakan
suasana mewah pada interior mengingat perancangan ini terletak dalam
sebuah gedung tinggi yang terletak pada kawasan yang elite.
Gambar 5.16 Material Metal Gold
3. Marble
15
Material marble digunakan untuk mendukung konsep seperti istana di
dunia dongeng yang juga dapat menciptakan suasana interior menjadi mewah
dan anggun. Marble yang digunakan adalah marble dengan pattern calacatta
yang dapat menciptakan gaya kontemporer.
Gambar 5.17 Material Marble
4. Kaca
Material kaca bening digunakan pada dinding sewing needs dan
creative retail untuk menarik para pengunjung untuk mengunjungi hasil karya
para fashion start up dan para peserta workshop. Juga agar mempermudah
akses pencahayaan alami mengingat bangunan yang digunakan terdapat
banyak bukaan jendela.
Gambar 5.18 Material Kaca
5. High Pressure Laminate (HPL)
16
Material HPL banyak digunakan untuk material finishing dari
furniture, trearment dinding dan lantai. Motif-motif yang digunakan pun
beragam seperti motif kayu, warna plain maupun marble.
Gambar 5.19 Material HPL
6. Gypsum
Material Gypsum digunakan untuk material plafon ceiling yang
kemudian diberi finishing cat putih dan juga untuk material dinding partisi
yang membatasi ruangan satu dan lainnya.
Gambar 5.20 Material Gypsum
5.4.3 Konsep Pencahayaan
Digunakan pencahayaan alami untuk siang hari karena bangunan
memiliki banyak bukaan dari kaca bening yang memungkinkan banyak
cahaya yang masuk ke dalam. Sedangkan pencahayaan buatan digunakan
untuk area yang tidak banyak mendapatkan sinar matahari. Pencahayaan
buatan yang digunakan yakni lampu Downlight warmwhite, Spotlight dan
LED Strip sebagai lampu aksen.
17
Gambar 5.21 Konsep Pencahayaan
5.4.4 Kosep Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan adalah sistem udara buatan dari
AC central sehingga ruangan tetap sejuk dan mudah untuk mengntrol suhu
dari satu titik. Terdapat juga grill udara untuk menyaring udara.
Gambar 5.22 Konsep Penghawaan
5.4.5 Konsep Bentuk Elemen Interior
1. Ceiling
Kebanyakan bentuk ceiling yang digunakan bentuk geometris dapat
dilihat dari bentuk down ceiling dengan bentuk persegi dengan finishing cat
putih polos. Namun pada area coffee shop terdapat ceiling dengan finishing
HPL dengan motif kayu.
Gambar 5.23 Konsep Ceiling
2. Wall
18
Konsep bentuk dinding yang digunakan adalah panel dinding dengan
panel moulding untuk menambah gaya komtemporer ke dalam interior.
Molding dengan bentuk geometris tanpa motif.
Gambar 5.24 Kosep Dinding
3. Floor
Konsep bentuk lantai yang digunakan yaitu tetap dengan bentuk
geometris dimana terjadi perpaduan antara motif marble dan motif kayu yang
dibatasi dengan border material metal gold sebagai frame.
Gambar 5.25 Konsep Lantai
4. Furniture
Beberapa konsep bentuk furniture yang digunakan tetap menggunakan
bentuk geometris dipadukan dengan bentuk bulat untuk beberapa furniture
agar tidak terkesan terlalu kaku dan untuk mendukung konsep feminim sesuai
dengan target pengguna yaitu kaum wanita.
19
Gambar 5.26 Konsep Furniture
5.5 Pengaplikasian Eco-Design
Beberapa pengaplikasian eco-design dalam perancangan interior Women
Fashion Creative Space ini adalah sebagai berikut:
1. Recycled Glass
Kaca 100% dapat didaur ulang dan dapat didaur ulang tanpa henti tanpa
kehilangan kualitas atau kemurniannya. Dengan menggunakan material kaca yang
sudah didaur ulang berarti kita sudah melakukan salah satu langkah dari 3R. Dalam
perancangan Women Fashion Creative Space ini banyak terdapat pengaplikasian
material kaca seperti pada dinding yang membatasi antar ruang, beberapa di
antaranya dapat kita lihat pada ruang khusus Lobby Area.
Gambar 5.27 Recycle Glass
2. SPC Flooring
SPC Flooring adalah istilah yang digunakan untuk menyebut lantai vinyl
dengan komponen kalsium karbonat (biasanya dari batu kapur), bubuk PVC, serta
stabilizer. SPC sendiri adalah singkatan dari Stone Plastic Composite. Pelapis lantai
SPC ini merupakan pengembangan dari versi luxury vinyl tiles (LVT). Kelebihan
20
dari SPC Flooring antara lain yaitu tidak mengandung bahan beracun, kokoh dan
tahan lama, terbuat dari bahan buatan sehingga dapat mengurangi penebangan hutan.
Gambar 5.28 SPC Flooring
3. LED Light
LED Light adalah salah satu produk ramah lingkungan dimana dengan
menggunakan lampu ini sebagai pencahayaan interior dapat mengurangi pemakaian
listrik dan merupakan lampu yang tahan lama.
Gambar 5.29 LED Light