BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00442-TI...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00442-TI...
25
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran waktu metoda (Methods-Time Measurement)
Pengukuran waktu metoda – yang dalam istilah asingnya lebih dikenal
sebagai Metods-Time Measurement (MTM) – adalah suatu sistem penetepan awal
waktu baku (predetermined time standard) yangdikembangkan berdasarkan studi
gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film.
Sistem ini didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau
metoda kerja (manual operation) kedalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan
untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan standard waktu dari
masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi
kerja masing-masing yang ada.
Pengukuran waktu metoda membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-
elemen gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn),
memegang (grasp), mengarahkan (position), melepas (release), lepas rakit (dis-
assemble), gerakan mata (eye movement), dan beberapa gerakan anggota badan
lainnya. Waktu untuk stiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi
yang disebut ”kelas-kelas”. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-keadaan
perhentian, keadaan objek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya mengangani
obyek atau kondisi-kondisi lainnya.
26
Diawali sekitar tahun 1963 untuk pertama kalinya diintroduksikan ”anggota”
dari sistem Pengukuran Waktu Metoda (methods-Time Measurement MTM) yang
disebut dengan General Purpose Data (MTM-GPD) dan pada saat yang bersamaan
MTM-1 dipakai untuk merencanakan sistem dasar dari MTM. Belakangan ini
perkembangan sistem/metoda MTM-GPD, MTM-2, MTM-3, MTM-V, MTM-M,
MTM-C, DAN 4M DATA. Tabel-tabel yan g menunukkan data waktu gerakan untuk
setiap elemen-elemen dasar gerakan akan dilampirkan pada lampiran. Unit waktu
yang digunkan dalam tabel-tabel ini adalah sebesar perkalian 0.00001 jam dan unit
satuan ini dikenal sebagai TMU (Time Measurement Unit). Di sini 1 TMU adalah
sama dengan 0.00001 jam atau 0.0006 menit. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p251)
2.2 Gerakan-gerakan Dasar Pada Pengukuran Waktu Metoda
Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah elemlen gerakan dasar yang digunakan bila maksud
utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan
tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan menjangkau ini bervariasi dan
tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan/kondisi tujuan, panjang gerakan dan
macam gerak jangkauan yang dilakukan.
Disini ada lima macam kelas menjangkau yang mana waktu untuk
melaksanakan masing-masing gerakan menjangkau tersebut akan dipengaruhi oleh
27
keadaan obyek yang akan dijangkau. Kelima kelas menjangkau tersebut adalah
sebagai berikut :
Menjangkau kelas A : adalah gerakan menjangkau ke arah suatu tempat yang
pasti, atau kesuatu objek ditangan lain.
Menjangkau kelas B : adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang
tempatnay berada pada jarak ”kira-kira” tapi tertentu dan diketahui lokasinya.
Menjangkau kelas C : adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang
bercampur aduk dengan banyak obyek lain.
Menjangkau kelas D : adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang kecil
sehingga diperlukan suatu alat pemegang khusus.
Menjangkau kelasa E : adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang
tempatnya tidak pasti. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p251)
Mengangkut (Move)
Mengangkut adalah elemlen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud
utama untuk membawa suatu obyek dari satu lokasi ke lokasi tujuan tertentu. Di sini
ada tiga kelas mengangkut, yaitu :
Mengangkut kelas A : adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan
obyek dari satu tangan ke tangan yang lain tau berhenti karena suatu sebab.
Mengangkut kelas B : adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan
obyek ke suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau mendekati.
28
Mengangkut kelas C : adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan
obyek ke suatu sasaran yang letaknya sudah tertentu/tetap.
Disini waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut dipengaruhi oleh variabel-
veriabel seperti kondisi sasaran yang dituju, jarak yang harus ditempuh, jenis atau
tipe pengangkutan, dan faktor-faktor berat, dinamika atau statika objek. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut juga dipengaruhi oleh panjangnya gerakan (seperti
halnya dengan elemen menjangkau). Pengaruh berat pada waktu gerak – terjadi bila
berat lebih besar dari 2.5 pounds – ditambahkan pada waktu yang diperoleh dari tabel
mengangkut. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p252)
Memutar (Turn)
Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik dalam
keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan di sini berputar pada tangan,
pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan yang ada. Waktu yang
dibutuhkan untuk memutar akan tergantung pada dua variabel yaitu derajat putaran
dan faktor berat yang harus dipikul. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p253)
Menekan (Apply Pressure)
Dapat mengetahui nilai waktu gerakan dasar menekan. Di sini memberikan
siklus waktu penuh dari komponen-komponen yang berkaitan dengan gerakan-
gerakan yang lain. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p253)
Memegang (Grasp)
29
Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk menguasai/mengontrol sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari-jari
maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Di
antara hal-hal yang mempengaruhi lamanya gerakan ini adalah mudah/sulitnya objek
dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lain, bentuk obyek dan lain-lain.
(Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p253)
Mengarahkan (Position)
Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk
menggabungkan, mengarahkan atau memasangkan satu obyek dengan obyek lainnya.
Gerakan yang ada di sini cukup sederhana sehingga tidak diklasifikasikan seperti
elemen-elemen gerakan dasar yang lain. Waktu untuk gerakan mengarahkan
dipengaruhi oleh derajat kesesuaian, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani
(handling). (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p253)
Melepas (Release)
Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas suatu
obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan melepas ialah gerakan
melepas normal (normal release) yaitu secara sederhana jari-jari tangan bergerak
membuka dan yang kedua adalah gerakan melepas sentuhan (contact release) yaitu
dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau (reach) dimulai
tanpa ada waktu idle sesaatpun. Biasanya gerakan melepas tidak membutuhkan waktu
30
untuk melaksanakannya terkecuali bila gerakannya terpisah dengan gerakan lainnya.
(Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p258)
Melepas Rakit (Disassemble atau Disengange)
Lepas rakit adalah elemen gerakan dasar yang digunakan untuk memisahkan
kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini termasuk gerakan memaksa
yang dipengaruhi oleh mudahnya atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit
dilaksanakan atau mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit dilaksanakan atu
mudah sulitnya obyek dipegang. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan lepas rakit
akan dipengaruhi oleh 3 variabel seperti tingkat hubungan/sambungan dari obyek-
obyek yang akan dipisahkan, kemudian di dalam proses handling, faktor kehati-
hatian yang perlu dipertimbangkan. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p259)
Gerakan Mata (Eye Times)
Pada bagian besar aktifitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk
menggerakkan dan memfokuskan mata bukanlah merupakan faktor-faktor yang
menghambat sehingga konsekwensinay hal ini tidak akan mempengaruhi waktu
untuk melaksanakan operasi kerja itu sendiri, terkecuali gerakan-gerakan mata yaitu
eye focus time dan eye travel time. Eye focus time (gerakan mata untuk focus) akan
memerlukan waktu untuk melakukan gerakan fokus pada suatu obyek dan melihatnya
untuk waktu yang cukup lama guna menentukan karakteristik-karakteristik dari
obyek tersebut (obyek dilihat tanpa mengangkat mata). Selanjutnya eye travel time
31
(gerak perpindahan mata) dipengaruhi oleh jarak di antara obyek-obyek yang harus
dilihat dengan jalan menggerakkan mata. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p259)
Gerakan Anggota Badan, Kaki dan Telapak Kaki (Body, Leg, Foot)
Gerakan-gerakan anggota badan lainnya adalah gerakan kaki, telapak kaki
serta bagian-bagian tubuh lainnya seperti lutut, pinggang, dan lain-lain.
Di dalam operasi-operasi kerja di industri, seringkali dijumpai bahwa gerakan
kerja harus dilakukan oleh lebih dari satu anggota tubuh pada saat yang sama.
Biasanya metoda yang paling efektif untuk melaksanakan suatu operasi kerja
dilakukan oleh dua atau lebih anggota tubuh yang bergerak pada saat bersamaan.
Apabila dua atau lebih gerakan dikombinasikan (atau overlaping) maka hal ini akan
bisa menghemat waktu penyelesaian kerja dan membatasi gerakan-gerakan kerja.
Apabila dua gerakan dilaksanakan dalam waktu bersamaan hal ini akan disebut
kombinasi gerakan (gerakan dilakukan oleh anggota tubuh yang sama), sedangkan
bila gerakan-gerakan tersebut dilakukan oleh anggota tubuh yang berbeda dikenal
sebagai gerakan-gerakan simultan (simultaneous motions). (Sritomo Wignjosoebroto,
2000, p259)
2.3 Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan
manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Tujuan dari
pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
32
melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan
jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam sehari, pada kondisi kerja yang biasa,
dan bekerja dalam kecepatan normal. Tehnik pengukuran kerja ada 2 yaitu :
2.3.1 Pengukuran Kerja Langsung
Pada pengukuran kerja secara langsung dilakukan secara langsung
yaitu ditempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Pengukuran kerja ini
menggunakan teknik perhitungan fisik waktu actual yang dibutuhkan untuk
melakukan sebuah pekerjaan dengan menggunakan jam atau peralatan
penghitung lainnya. Hasil dari perhitungan langsung tadi dimodifikasi dengan
memperhatikan kecepatan operator yang melakukan pekerjaan dan
ditambahkan dengan kelonggaran untuk mengetahui seberapa cepat seorang
pekerja melakukan sebuah pekerjaan. Cara melakukan pengukuran kerja
langsung adalah dengan menggunakan jam henti (Stopwatch) dan sampling
kerja (Work Sampling).
2.3.2 Pengukuran Kerja Tidak Langsung
Pengukuran kerja secara tidak langsung melakukan perhitungan waktu
kerja tanpa si pengamat harus ditempat kerja yang diukur. Disini pengukuran
dilakukan dengan melihat data-data atau tabel-tabel waktu yang sudah ada
atau ketentuan-ketentuan yang ada sehingga untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang akan diulangi sudah dapat diketahui waktu yang pantas untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut, pada pengukuran secara tidak langsung
33
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan pengukuran secara
langsung terutama dalam segi kecepatan dan ongkos yang dikeluarkan. Cara
melakukan pengukuran kerja tidak langsung adalah dengan menggunakan
aktivitas data waktu baku (Standard data) dan data waktu gerakan
(Predetermined time system).
2.4 Data Waktu
Data waktu adalah pengukuran waktu yang dilakukan untuk mendapatkan
waktu pengerjaan dari suatu produk. Pengukuran dibagi menjadi 2, yaitu :
pengukuran data waktu baku dan pengukuran data waktu gerakan
2.4.1 Data Waktu Baku
Data waktu baku adalah pengukuran waktu yang dilakukan secara
tidak langsung dengan cara membakukan waktunya dalam bentuk
grafik/rumus berdasarkan pengukuran waktu yang sudah ada.
Pada data waktu baku terdapat beberapa faktor yang menguntungkan
yaitu:
1. Waktu yang dihabiskan oleh peneliti relatif lebih sedikit karena hanya
mencari data-data yang sudah ada.
2. Tidak memerlukan jumlah peneliti yang banyak.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk / penjadwalan
tersusun rapi ( tepat waktu).
34
4. Yang melakukan penelitian tidak perlu ada di tempat kerja karena
pengukurannya tidak secara langsung.
Pada data waktu baku data yang dibutuhkan adalah data dari setiap
elemen gerakan oleh karena itu disini diperlukan kemampuan untuk
memisahkan elemen gerakan, untuk melakukan pemisahan yang berpengaruh
terhadap waktu baku maka dapat dilakukan dengan :
1. Analisa Variansi
Yaitu membentuk suatu rumus berdasarkan faktor yang berpengaruh atau
dengan membuang faktor-faktor yang tidak berpengaruh terlebih dahulu
kemudian baru menggabungkannya.
2. Test Korelasi
Menggabungkan semua faktor yang ada didalam pekerjaan tersebut
kemudian melihat seberapa besar pengaruh dan kemudian membuang
faktor yang tidak berpengaruh.
2.4.2 Data Waktu Gerakan
Data waktu gerakan merupakan suatu cara pengukuran yang dibuat
oleh Gilbreth atau nama gerakan yang sering dikenal sebagai gerakan
Therblig, gerakan ini diciptakan untuk mempermudah dalam mengukur suatu
pekerjaan yaitu dengan cara menguraikan semua elemen-elemen gerakan yang
dipakai dalam suatu pekerjaan
35
Data waktu gerakan itu sendiri adalah pengukuran waktu yang
dilakukan secara tidak langsung berdasarkan tabel-tabel yang sudah ada, Mis :
Tabel MTM, tabel Work Factor . Pada data waktu baku terdapat beberapa
kegunaan/kelebihan yaitu :
1. Karena setiap elemen gerakan diketahui waktunya dari tabel, maka waktu
penyelesaian suatu pekerjaan dapat diketahui sebelum pekerjaan itu
dijalankan
2. Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentuken dalam waktu yang
singkat karena hanya menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen
gerakannya.
3. Biaya yang dibutuhkan dengan menggunakan cara ini sangat murah
4. Untuk membantu proses perancangan produk, apabila kondisi fisik suatu
produk memberi pengaruh buruk maka dapat diusahakan perbaikannya.
5. Untuk mengembangkan metoda yang ada. Disini dievaluasi waktu dari
metoda lama untuk dikembangkan metoda baru
2.5 Peta Kerja
2.5.1 Pengertian Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan suatu kegiatan kerja
secara sistematis dan jelas. Dengan peta kerja kita bisa melihat semua
langkah-langkah atau kejadian pada suatu proses benda kerja dari mulai
36
masuk ke pabrik sampai keluar pabrik; kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti : transportasi, operasi mesin, pemeriksaan,
dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi.
2.5.2 Peta-peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja keseluruhan adalah suatu alat yang menggambarkan
sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat suatu
produk yang bersangkutan.Yang termasuk didalam peta kerja keseluruhan
adalah :
1. Peta Proses Operasi ( Operation Process Chart / OPC )
Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan
operasi dan pemeriksaan
2. Peta Aliran Proses ( Flow Process Chart )
Adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi,
pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi
selama suatu proses atau prosedur berlangsung serta didalamnya memuat
pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu
yang dibutuhkan dan jarak perpindahan.
3. Peta Proses Produk Banyak ( Multi Product Process Chart )
37
Merupakan peta yang digunakan dimana sebuah pabrik harus
mengerjakan sejumlah besar produk melalui proses yang menggunakan
mesin ataupun fasilitas produksi yang sama.
4. Diagram Aliran ( Flow Diagram )
Merupakan suatu peta yang memuat informasi-informasi relatif
lengkap sehubungan dengan proses dalam pabrik atau kantor.
2.5.3 Peta Kerja Setempat
Suatu peta yang menggambarkan suatu kegiatan kerja yang dilakukan
dalam suatu stasiun dan melibatkan orang serta fasilitas dalam jumlah
terbatas. Yang termasuk di dalam peta kerja setempat adalah :
1. Peta Pekerja dan Mesin ( Man and Machine Process Chart )
Suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja
dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin, oleh
karena itu peta ini sangat bagus untuk mengurangi waktu menganggur
sehingga efektivitas penggunaan pekerja dan mesin dapat seimbang.
2. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri ( Left and Right Process Chart )
Merupakan suatu peta untuk menemukan gerakan-gerakan yang
efisien dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pada peta ini
menggambarkan semua gerakan-gerakan pada saat bekerja dan
menganggur juga menunjukkan perbandingan antara tangan kanan dan
38
tangan kiri ketika melakukan pekerjaan sehingga dapat mengefisiensikan
penggunaan tangan.
2.6 Peta Perakitan (Assembly Chart)
Sebuah peta perakitan atau diagram struktur produk adalah sebuah diagram
skematis yang menunjukkan hubungan dari setiap bagian komponen dengan induk
perakitannya. Peta perakitan menunjukkan bagaimana cara merakit sebuah produk.
(Russel, Roberta S. And Bernard W. Taylor III, 2000, p247)
Assembly Chart disebut juga sebagai peta rakitan. Peta rakitan adalah
gambaran grafis dari urutan aliran komponen dan rakitan-rakitan ke dalam rakitan
suatu produk. Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan bagian tidak selalu
harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan
orang, tetapi benar-benar hanya menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan.
Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan
oleh tiap operator. Tujuan utama dari pembuatan assembly chart adalah untuk
menunjukkan keterkaitan antara komponen. Dengan adanya peta ini maka pekerja
dapat mengetahui urutan pengerjaan suatu produk (khususnya bagi pekerja baru yang
belum mengetahui proses perakitannya).
39
2.7 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stopwatch Time Study)
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka
akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana
waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. (Sritomo
Wignjosoebroto, 2000, p171)
Berdasarkan langkah-langkah terlihat bahwa pengukuran kerja dengan jam
henti ini merupakan cara pengukuran yang objektif karena disini waktu ditetapkan
berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak Cuma sekedar diestimasi secara subyektif.
Asumsi-asumsi yang telah dinyatakan perlu sekali dibuat karena untuk beberapa
kondisi secara nyata akan sulit sekali untuk disamakan seperti halnya dengan tingkat
keterampilan atau kemampuan dari para pekerja. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000,
p173)
40
Gambar 2.1 Langkah-langkah Sistematis dalam Stopwatch Time Study
41
Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) – kadang-
kadang disebut sebagai snap-back-method – disini jarum penunjuk stopwatch akan
selalu dikembalikan (snap-back) lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja
yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu diukur kemudian tombol ditekan lagi
dan segera jarum penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya.
Demikian seterusnya sampai akhir dari elemen tombol ditekan lagi untuk
mengembalikan jarum ke nol. Dengan cara yang demikian maka data waktu untuk
setiap elemen kerja yang diukur akan dapat dicatat secara langsung tanpa ada
pekerjaan tambahan untuk pengurangan seperti yang dijumpai dalam metoda
pengukuran secara terus-menerus. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p181)
Dengan melihat data waktu setiap elemen secara langsung maka pengamat
akan bisa segera bisa mengetahui variasi data waktu selama proses kerja berlangsung
untuk setiap elemen kerja. Variasi yang terlalu besar dari data waktu yang bisa
diakibatkan oleh kesalahan membaca atau menggunakan stopwatch ataupun bisa pula
karena penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja. (Sritomo
Wignjosoebroto, 2000, p182)
2.8 Uji Kecukupan Data
Dengan menggunakan teori statistik tentang sampling data diperoleh
formulasi untuk mengetahui berapa jumlah pengamatan atau pengukuran yang
sebaiknya digunakan yaitu sebagai berikut :
42
222
)(
)()('
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡ −=
∑∑ ∑
t
ttnsk
N
Dimana :
t = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing
siklus yang diukur.
k = angka deviasi standard untuk yang besarnya tergantung pada tingkat
keyakinan (confidence level) yang diambil dimana :
- 90% confidence level : k = 1.65
- 95% confidence level : k = 2.00
- 99% confidence level : k = 3.00
S = derajat ketelitian dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan
maksimum prosentase penyimpangan yang bisa diterima dari nilai t
yang sebenarnya. Nilai k/s dikenal sebagai “Confidence-Precision
Ratio” dari time study yang dilaksanakan.
n = jumlah siklus pengamatan atau pengukuran awal yang telah
dilakukan untuk elemen kegiatan tertentu yang dipilih.
N = jumlah siklus pengamatan atau pengukuran yang seharusnya
dilaksanakan agar dapat diperoleh prosentase kesalahan (error)
minimum dalam mengestimasikan t yaitu sebesar S.
(Sritomo Wignjosoebroto, 2003, p134)
43
2.9 Uji Keseragaman Data
Selain kecukupan data harus dipenuhi dalam pelaksanaan time study maka
tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang diperoleh haruslah juga seragam. Test
keseragaman data perlu kita lakukan terlebih dahulu sebelum kita menggunakan data
yang diperoleh guna menetapkan waktu standard. Test keseragaman data bisa
dilaksanakan dengan cara visual atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart).
Test keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan
cepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasi data yang terlalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data ekstrim
disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend
rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak
dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.
Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang tepat guna dalam
mengetest keseragaman data dan atau keajegan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p194)
Langkah-langkah yang digunakan untuk menguji keseragaman data adalah
sebagai berikut :
Kelompokan data yang telah dikumpulkan ke dalam sub group-sub group.
Hitung nilai rata-rata dari masing-masing sub group.
nxxx
x n+++=
...21_
44
Dimana : _x = rata-rata dari sub group ke i
xj = hasil pengukuran ke j
n = banyaknya data dalam 1 sub group
Hitung nilai rata-rata dari harga rata-rata sub group dengan rumus :
kxi
x ∑==
Dimana : =
x = rata-rata dari rata-rata sub group
xi = rata-rata dari sub group ke i
k = banyaknya sub group yang terbentuk
Hitung standard deviasi dengan rumus :
1)( 2
−
−= ∑
=
nxxj
σ
Dimana : σ = standar deviasi
xj = hasil pengukuran ke j
=
x = rata-rata dari rata-rata sub group
n = banyaknya data pengukuran
Hitung standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group dengan rumus :
nx σσ =_
Dimana : _xσ = standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group
45
σ = standar deviasi
n = besarnya sub group
Tentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB) dengan
rumus :
_
_
3
3
xxBKB
xxBKA
σ
σ
−=
+==
=
Dimana : BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
=
x = rata-rata dari rata-rata sub group
_xσ = standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group
Buat peta kontrol (control chart) untuk melihat keseragaman data.
2.10 Uji Kenormalan Data (Test For Normality) dengan Minitab
Beberapa prosedur statistik mengasumsikan bahwa populasi sampel
memiliki sebaran distribusi normal. Jika tidak memenuhi kondisi normal, mungkin
sebuah prosedur non parametrik lebih sesuai untuk menganalisa data. Minitab
memiliki sebuah pengujian untuk membedakan apakah sebuah rangkaian data yang
dipilih secara acak memiliki distribusi normal. (Meyer Ruth and David Krueger,
2001, p 201)
Alternatif hipotesa untuk sebuah uji kenormalan data adalah :
46
H0 = Populasi memiliki distribusi data normal.
H1 = Populasi tidak memiliki distribusi data normal.
Langkah-langkah uji kenormalan data dengan menggunakan software Minitab
adalah :
1. Masukkan data pada kolom C1.
2. Pilih menu stat – basic statistic – normality test.
3. Select C1 di variable
4. Pilih OK.
Jika nilai P-value ≥ (α = 0.05) maka populasi data tersebut memiliki
sebaran data normal. Tetapi apabila nilai P-value ≤ (α = 0.05) maka populasi data
tersebut tidak memiliki sebaran data normal. (Meyer Ruth and David Krueger, 2001,
p 202)
2.11 Waktu Normal, Waktu Pengamatan dan Waktu Standard
Waktu normal (normal time) waktu yang diperlukan untuk seorang operator
yang terlatih dan memiliki ketrampilan rata-rata untuk melaksanakan suatu aktivitas
dibawah kondisi dan tempo kerja normal. Waktu normal disini tidak termasuk waktu
longgar yang diperlukan untuk melepas lelah (fatigue), personal needs ataupun delay
yang diperlukan bilamana kegiatan kerja tersebut harus dilaksanakan dalam waktu
sehari penuh (8 jam/hari). (Sritomo Wignjosoebroto, 2003, p130)
Rumus waktu normal :
47
Dimana : Wn = waktu normal
Ws = waktu siklus atau waktu pengamatan
Waktu pengamatan (actual time) adalah waktu pengamatan yang diperoleh
dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan seorang operator
untuk menyelesaikan sebuah aktivitas atau elemen kerja. (Sritomo Wignjosoebroto,
2003, p131)
Waktu standard secara definitif dinyatakan sebagai waktu yagn dibutuhkan
oleh seorang pekerja yang meimiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standard tersebut sudah mencakup
kelonggaran waktu (allowance time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi yang harus diselesaikan. (Sritomo Wignjosoebroto, 2003, p131)
Rumus waktu standard atau waktu baku :
kWW nb %%100
%100−
+=
Dimana : Wb = waktu baku
Wn = waktu normal
k = kelonggaran
48
2.12 Kelonggaran
Kelonggaran waktu (allowance time) merupakan sejumlah waktu yang harus
ditambahkan dalam waktu normal (normal time) untuk mengantisipasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan waktu guna melepaskan lelah (fatigue), kebutuhan-kebutuhan
yang bersifat pribadi (personal needs) dan kondisi-kondisi menunggu atau
menganggur baik yang bisa dihindarkan ataupun yang tidak bisa dihindarkan
(avoidable or unavoidable delays). (Sritomo Wignjosoebroto, 2003, p131)
Kelonggaran adalah waktu ekstra yang ditambahkan dengan waktu normal
untuk menghasilkan waktu standard. Tipe dari kelonggaran ada 3 yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (Personal Allowances)
Personal allowances adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk kebutuhan
pribadi seperti :
Berbicara dengan teman hal-hal diluar pekerjaan.
Waktu untuk ke kamar mandi.
Minum.
Alasan-alasan lain yang tidak terkontrol yang dijadikan alasan untuk tidak
bekerja.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (Fatigue Allowances)
Fatigue allowances adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk penyembuhan
dari kelelahan. Kelonggaran ini diberikan kepada pekerja dalam bentuk waktu
istirahat. Istirahat terjadi pada interval waktu yang bervariasi dan waktu yang
49
bervariasi pula, tetapi setiap waktu istirahat dirancang untuk memperbolehkan
pekerja untuk menyembuhkan dirinya dari kelelahan yang diakibatkan oleh
bekerja.
3. Kelonggaran untuk keterlambatan (Delay Allowances)
Delay allowances disebut sebagai kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan
karena di luar kendali dari operator. Sesuatu terjadi dan akan menghalangi kerja
dari operator. Contoh dari kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan adalah :
Menunggu instruksi atau penugasan.
Menunggu datangnya bahan baku atau perlengkapan material handling.
Kerusakan mesin atau perawatan.
Training pekerja baru.
Mengikuti rapat, jika ada.
Menunggu setup. Setiap operator harus men-setup mesin mereka masing-
masing.
Kecelakaan atau memberikan bantuan pertolongan pertama.
Penggabungan pekerjaan.
Pengerjaan ulang karena masalah kualitas (bukan kesalahan operator).
Pekerjaan yang tidak standard – kesalahan mesin atau masalah lainnya.
Pekerjaan baru yang belum ada waktu standard-nya. (Meyers, Fred E. And
James R. Stewart, 2002, p196)
50
2.13 Penyesuaian Waktu dengan Westinghouse
Bagian yang paling penting tetapi justru yang paling sulit di dalam
pelaksanaan pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja
operator pada saat pengukuran kerja berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo ataupun
performans kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan gerakan operator pada saat
bekerja. Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini
dikenal sebagai “rating performance”.
Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa
“dinormalkan” kembali. Ketidak normalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh
operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan
yang tidak sebagaimana mestinya. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p196)
Untuk ini westing house telah berhasil membuat suatu tabel performans rating
yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-
masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan
dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dnegna jumlah
keempat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performans yang ditunjukkan oleh
operator. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000, p197)
51
Tabel 2.1 Performance Rating Dengan Sistem Westinghouse
SKILL EFFORT +0.15 A1 Superskill +0.13 A1 Superskill +0.13 A2 +0.12 A2 +0.11 B1 Excellent +0.10 B1 Excellent +0.08 B2 +0.08 B2 +0.06 C1 Good +0.05 C1 Good +0.03 C2 +0.02 C2
0.00 D Average 0.00 D Average -0.05 E1 Fair -0.04 E1 Fair -0.10 E2 -0.08 E2 -0.16 F1 Poor -0.12 F1 Poor -0.22 F2 -0.17 F2
CONDITION CONSISTENCY +0.06 A Ideal +0.04 A Ideal +0.04 B Excellent +0.03 B Excellent +0.02 C Good +0.01 C Good
0.00 D Average 0.00 D Average -0.03 E Fair -0.02 E Fair -0.07 F Poor -0.04 F Poor
Keterangan untuk tabel 2.1 :
Penyesuaian untuk keterampilan :
SUPER SKILL :
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengans sempurna.
3. Tampak seperti terlatih dengan sangat baik.
4. Gerakanya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
52
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau
terlihat karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang
dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8. Secara umum dapat dikatakn bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja
yang baik.
EXCELLENT SKILL :
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau
pemeriksaan-pemeriksaan.
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
53
GOOD SKILL :
1. Kwalitas hasil baik.
2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja yang lain yang keterampilannya
lebih rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tidak ada keragu-raguan.
7. Bekerjanya stabil.
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakan-gerakannya cepat.
AVERAGE SKILL :
1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
3. terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan.
6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.
8. Bekerja cukup teliti.
54
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
FAIR SKILL :
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidk cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan
dipekerjaan itu sejak lama.
6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu
yakin.
7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
8. Jika tidak bekerja sunguh-sunguh output nya akan sangat rendah.
9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
POOR SKILL :
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakan-gerakannya kaku.
3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urut-urutan gerakan.
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
55
6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Penyesuaian untuk Usaha :
EXCESSIVE EFFORT :
1. Kecepatannya sangat berlebihan.
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
EXCELENT EFFORT :
1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2. Gerakan-gerakan lebih “ekonomis” daripada operator-operator biasa.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran-saran.
5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
56
10. Bekerjanya sistematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.
GOOD EFFORT :
1. Bekerja berirama.
2. Saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Senang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.
8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapih.
10. Menggunakan alat yang tepat dengan baik
11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan
AVERAGE EFFORT :
1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2. Bekerja dengan stabil.
3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Set up dilaksanakan dengan baik.
57
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
FAIR EFFORT :
1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditunjukkan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
8. Terlampau hati-hati.
9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
10. Gerakan-gerakannya tidak terencana.
POOR EFFORT :
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperlihatkan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan
bahan-bahan.
58
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapih.
7. Tidak perduli pada cocok atau baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.
Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition pada cara westinghouse
adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan
kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima
apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan merubahnya.
Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi (consistency). Faktor ini
perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa setiap pengukuran waktu angka-angka
yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan
pekerja selalu berubah-ubah dari siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan
dari hari ke hari. (Sutalaksana, Iftikar Z., p144)