Bab 14.Sistem Kemih
Transcript of Bab 14.Sistem Kemih
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
1/51
SEKILAS ISI
PENDAHULUAN
I Fungsi
ginjal
I
Gambaran anatomi
I Proses-proses
dasar di
ginjal
FILTRASI
GLOMERULUS
l.
Sifat membran
glomerulus
I
Gaya-gaya
yang
berperan dalam filtrasi
glomerulus
I Besar
dan regulasi
LFG
I
Aliran
darah
ginjal;
fraksi filtrasl
REABSORPSI
TUBULUS
I
Transpor
transepitel
I Reabsorpsi
aktif versus
pasif
I Proses
dan kontrol reabsorpsi
aktif
Na.
I Reabsorpsi
aktif sekunder
glukosa
dan asam amino
I
Maksimum
tubulus;
ambang
ginjal
I Regulasi
reabsorpsi POol
dan Caz*
I Reabsorpsi
pasif
Cl. HrO,
dan urea
SEKRESI
TUBULUS
I
Sekresi ion hidrogen
I Sekresi
ion kalium
I
Sekresi ion
organik
EKSKRESI
URIN DAN BERSIHAN
PLASMA
I Laju
ekskresi urin
I Bersihan
plasma
I Ekskresi
urin dengan konsentrasi
bervariasi;
sistem
countercurrent
medula
I
Reabsorpsi
HrO
yang
dikontrol oleh vasopresin
I Gagal
ginjal
I
Berkemih
-
I
PENDAHULUAN
Pertukaran
anrara
sel
dan
CES dapat
sangat
meng-
ubah komposisi
lingkungan
cairan
internal
yang
terbatas
jika
tidak
terdapat
mekanisme
yang
men-
jaganya
stabil.
I
Ginjal
melakukan
berbagai
fungsi
yang
ditujukan
untuk mempertahankan
homeostasis.
Ginjal, bekerja
sama
dengan masukan
hormonal
dan
sarafyang
mengontrol
fungsinya,
adalah
organ
yang
terutama
berperan
dalam
mempertahankan
stabilitas
volume,
komposisi
elektrolit,
dan osmolaritas (kon-
sentrasi
zat
rerlarut)
CES. Dengan
menyesuaikan
jumlah
air
dan
berbagai
konstituen
plasma yang
dipertahankan
di
tubuh
atau
dikeluarkan
di urin,
ginjal dapat
memperrahankan
keseimbangan
air
dan
elektrolit
dalam
kisaran
yang sangar
sempit
yang
memungkinkan
kehidupan,
meskipun
pemasukan
dan
pengeluaran konstituen-konstituen
ini
melalui
saluran
lain
sangat
bervariasi.
Ginjal
tidak hanya
melakukan
penyesuaian
terhadap
beragam
asupan
air
(HrO),
garam, dan elektrolit
lain
tetapi
juga
me-
nyesuaikan
pengeluaran
konstituen-konstituen
CES
ini
melalui
urin untuk mengompensasi
kemung-
kinan
pengeluaran
abnormal
melalui
keringat
berle-
bihan,
muntah,
diare, atau
perdarahan.
Karena
ginjal
melakukan
tugasnya mempertahankan
homeostasis
maka
komposisi
urin dapat sangat
bervariasi.
Ketika
CES mengalami
kelebihan
air
atau
elek-
trolit
tertentu
misalnya
garam
(NaCl)
maka
ginjal
dapat mengeluarkan
kelebihan
rersebur
melalui
urin.
Jika
terjadi
defisit maka
ginjal tidak
dapat menam-
bahkan
konstituen
yang kurang
tersebut
tetapi
dapat
membatasi
pengeluarannya
sehingga
terjadi
peng-
hematan
konstituen
tersebut
sampai
yang
bersang-
kutan
dapat memasukkan
bahan
yang kurang
terse-
but
ke
dalam
tubuhnya.
Karena
itu,
ginjal
lebih
efisien
melakukan
kompensasi
terhadap
kelebihan
Sistem Kemih
553
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
2/51
daripada kekurangan. Pada
kenyataannya, pada sebagian hal
ginjal
tidak
dapat
secara
sempurna menghentikan terbuang-
nya suatu bahan
yang bermanfaat melalui
urin,
meskipun
tubuh mungkin
kekurangan bahan tersebut.
Contoh utama
adalah kasus
defisit HrO.
Bahkan
jika
seseorang tidak
mengonsumsi HrO
apapun,
ginjal
tetap harus mengeluarkan
sekitar setengah
liter
HrO
melalui
urin
setiap
hari
untuk
melaksanakan tugas
besar
lain
sebagai
pembersih
tubuh.
Selain peran regulatorik
penting ginjal dalam
memper-
tahankan keseimbangan
cairan
dan
elektrolit,
ginjal
juga
merupakan
rute
utama
untuk
mengeluarkan
bahan-bahan
sisa metabolik yang berpotensi
toksik dan senyawa asing dari
tubuh. Bahan
sisa
ini
tidak dapat dikeluarkan sebagai zat
padat: bahan-bahan
tersebut harus
dikeluarkan dalam bentuk
larutan sehingga
ginjal wajib menghasilkan paling sedikit
500
ml urin berisi
bahan sisa per harinya. Karena HrO yang
di-
keluarkan
sebagai urin berasal dari plasma maka orang
yang
tidak mendapat
sama sekali
HrO
akan
"kencing
sampai
mati":
volume
plasma
turun
ke tingkat fatal karena
HrO
terus-menerus
keluar
untuk
menyertai
bahan-bahan
sisa.
GAMBARAN
SINGKAT
FUNGSI
GINJAL
Ginjal
melakukan fungsi-fungsi
spesifik berikut, yatg
sebagian
besar membantu mempertahankan
stabilitas
lingkungan
cairan internal
1. Mempertahankan
keseimbangan HrO
di tubuh
(Bab
15).
2.
Mempertahankan
osmolaritas
cairan tubah
yang
sesuai,
terutama
melalui regulasi keseimbangan 11rO. Fungsi ini
penting
untuk
mencegah fluks-fluks
osmotik
masuk
atau keiuar sel, yang masing-masing
dapat menyebabkan
pembengkakkan atau
penciutan sel yang merugikan
(Bab
15).
3.
Mengatur
jumlah
dan konsentrasi sebagian besar ion
CES,
termasuk
natrium
(Na.),
klorida
(Cl),
kalium
(K.),
kalsium
(Ca2-),
ion hidrogen
(H-),
bikarbonat
(HCO,
),
fosfat
(POr3),
sulfat
(SO4'),
dan magnesium
(Mg'-).
Bahkan
fluktuasi kecil konsentrasi
sebagian elektrolit
ini
dalam CES
dapat berpengaruh besar. Sebagai contoh,
perubahan konsentrasi
K.
CES dapat menyebabkan
disfungsi
jantung
yang
mematikan
(lihat
h.339).
4.
Mempertahankan
uolume plasma
lang
tepat, yang pen-
ting
dalam pengaturan
jangka
panjang tekanan
darah
arteri. Fungsi
ini
dilaksanakan
melalui
peran
regulatorik
ginjal
dalam
keseimbangan
garam
(Nat
dan
Cl-)
dan
H,O
(Bab
15).
5.
Membantu mempertahankan
keseimbangan asam-basa
tubuh
yang tepat
dengan
menyesuaikan
pengeluaran
H.
dan
HCOr-
di urin
(Bab
15).
Mengeluarhan
(mengeksbraiban)
produk-produk
akhir
(sisa)
metabolisme tubuh, misalnya
urea, asam
urat, dan
kreatinin.
Jika
dibiarkan menumpuk
maka
bahan-bahan
sisa
ini
menjadi racun, terutama bagi
otak.
Mengeluarkan
banyak senyawa asing, misalnya obat, adi-
tif
makanan,
pestisida,
dan
bahan eksogen non-nutritif
lain
yang masuk ke tubuh.
Menghasilban
erinopoietin, suatu hormon yang merang-
sang
produksi sel darah merah
(Bab
I I
).
g
Menghasilhan
renin, l;rtatu hormon
enzim
yang memicu
suatu reaksi
berantai yang
penting
dalam penghematan
garam oieh
ginjal.
Mengubah
uitamin
D
menjadi bentuk
ahtifnya
(Bab
19).
f
Ginjal membentuk
urin; sistem kemih
sisanya
membawa
urin
keluar tubuh,
Sistem kemih
terdiri
dari organ pembentuk
urin-ginjal-dan
struktur-struktur
yang membawa
urin
dari
ginjal
ke
luar
untuk dieliminasi
dari tubuh
(Gambar
l4-la).
Ginjal adalah
sepasang
organ berbentuk
kacang yang
terletak
di
belakang
rongga
abdomen,
satu
di
masing-masing
sisi
kolumna
vertebralis, sedikit
di atas
garis pinggang.
Setiap
ginjal men-
dapat satu arteri renalis
dan
satu
vena renalis,
yang masing-
masing
masuk
dan keluar
ginjal
di
indentasi
(cekungan)
medial
ginjal yang
menyebabkan
organ
ini
berbentuk
seperti
kacang.
Ginjal bekerja
pada plasma yang
mengalir
melalui-
nya
untuk
menghasilkan
urin,
menghemat
bahan-bahan
yang akan
dipertahankan
di dalam tubuh
dan mengeluarkan
bahan-bahan
yang
tidak
diinginkan melalui
urin.
Setelah
terbentuk,
urin
mengalir
ke
suatu rongga
pengumpul
sentral,
pelvis
ginjal.
yang terletak
di bagian
tengah medial
masing-masing
ginjal
(Gambar
14-1b).
Dari
sini urin
disalurkan ke
dalam
ureter, suaru saluran
berdinding
otot polos yang keluar
di
batas medial
dekat
dengan arteri
dan vena renalis.
Terdapat
dua ureter, satu
mengangkut
urin
dari masing-masing
ginjal
ke
sebuah
kandung
kemih.
Kandung
kemih,
yang menampung
urin secara
tem-
porer, adalah
suatu
kantung
berongga
berdinding
otot polos
yang dapat teregang.
Secara
periodik, urin
dikosongkan
dari
kandung kemih ke luar melalui
saluran
lain,
ure*a,
akibat
kontraksi kandung
kemih.
Uretra
pada wanira
berukuran
pendek
dan lurus,
berjaian langsung
dari leher
kandung
ke-
mih ke luar
(Gambar
l4-2;llhatjuga
Gambar
20-2,h.8I4).
Pada pria
uretra
jauh
lebih
panjang
dan berjalan
melengkung
dari
kandung
kemih ke luar,
melewati
kelenjar
prosrat
dan
penis
(Gambar
14-la
dan
74-2b;
lihat
juga
Gambar
20-1, h.
813). Uretra
pria memiliki fungsi
ganda
yaitu menjadi
saluran
untuk
mengeluarkan
urin
dari
kandung
kemih
dan saluran
untuk semen
dari organ-organ reproduksi.
Kelenjar
prosrar
terletak
di
bawah
leher
kandung
kemih
dan melingkari
uretra
secara
penuh.
CATAIAN
KLINIS.
Pembesaran
prosrar,
yang
sering
terjadi pada
usia pertengahan
sampai lanjut,
dapat menyum-
bat uretra secara
parsial
atau total, menghambat
aliran urin.
Bagian-bagian
sistem kemih
setelah
ginjal hanya
ber-
fungsi sebagai
saluran
untuk
mengangkut
urin
ke
luar.
Sete-
lah
terbentuk
di
ginjal,
urin tidak
mengalami
perubahan
komposisi
atau
volume
sewaktu mengalir
ke hilir
melalui
sistem kemih
sisanya.
I
Nefron
adalah
unit fungsional
ginjal.
10.
6.
7.
8.
Setiap
ginjal terdiri
dari
mikroskopik yang
dikenal
sekitar 1
juta
unit
fungsional
sebagai
nefron,
yang
disatukan
554 Bab
14
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
3/51
Piramid
ginjal
Korteks
ginjal
Medula
ginjal
Pelvis
ginjal
Ureter
Vena
Arteri
renalis
Ginjal
Aorta
Ureter
renalis
Vena
kava inferior
Kandung
kemih
(a)
Gambar
14-1
Sistem kemih.
(a)
Komponen
sistem
kemih.
Sepasang
ginjal
membentuk
urin,
yang
dibawa
oleh ureter
ke kandung
kemih.
Urin
disimpan di kandung kemih
dan secara berkala dikeluarkan
melalui uretra.
(b)
Potongan
loigitudinat
sebuah
ginjal.
Ginjal
terdiri dari korteks
ginjal
di sebelah luaryang
tampak
granular
dan medula
ginjal
di sebelah
dalam
yang
tampak
bergaris-garis.
Pelvis
ginjal
di inti
bagian dalam medial
ginjal
mengumpulkan
urin
yang
telah
terbentuk.
(Sumber:
Bagian(b)diadaptasi
dari AnnStalheim-SmithdanGregK.Fitch,
UnderstandingHumanAnatomyandPhysiotogy,Gbr.
23.4,
h.888. Hak
cipta @ 1993 West Publishing
Company).
(b)
oleh
jaringan
ikat.
Ingatlah bahwa
unit fungsional adalah
unit
terkecil
di
dalam suatu organ yang
mampu
melaksana-
kan
semua
fungsi organ
tersebut. Karena fungsi
utama ginjal
adalah menghasilkan
urin dan, dalam pelaksanaannyar
mem-
pertahankan
stabilitas komposisi
CES,
maka nefron
adalah
unit terkecil
yang mampu membentuk
urin.
Susunan
nefron
di
dalam ginjal adalah sedemikian
se-
hingga
dihasilkan
dua
regio
berbeda-regio luar
yang disebut
korteks
ginjal
dan tampak granular
dan
regio
dalam, medu-
la
ginjal,
yang
tersusun
oleh
segitiga-segitiga
bergaris,
piramid
ginjal
(Gambar
l4-lb).
Untuk
memahami
perbedaan antara regio korteks
dan
medula
ginjal dan, yang lebih
penting,
untuk
memahami
fungsi
ginjal
diperlukan
pengetahuan
tentang
susunan
struk-
tural masing-masing
nefron.
Setiap
nefron
terdiri
dari kom-
ponen uaskular dan
leomponen
tubular,
dan keduanya
berkait-
an erat
secara struktural
dan
fungsional
(Gambar
14-3).
KOM PON
EN VASKULAR
N
EFRON
Bagian
dominan komponen
vaskular
nefron
adalah
glome-
rulus,
suatu
kuntum
kapiler berbentuk
bola tempat
filtrasi
sebagian
air
dan zat terlarut
dari
darah yang
melewatinya.
Cairan
yang telah
disaring ini, yang komposisinya
hampir
identik
dengan
plasma,
kemudian
mengalir
melewati
kom-
ponen
tubular
nefron,
tempat
berbagai
proses rranspor
meng-
ubahnya menjadi
urin.
Ketika
masuk ke
ginjal, arteri renalis
bercabang-cabang
hingga
akhirnya membentuk
banyak
pembuluh
halus yang
\
"*fIF
f
d
"'"''
5F:",
,-,
-l:::,,"""
':;i'.:,i;i
l;;::,.:',
Sistem Kemih
555
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
4/51
Gambar
14-2
Perbandingan
uretra
pada
wanita dan
pria.
(a) Pada
wanita,
uretra lurus
dan
pendek.
(b)
Pada
pria,
uretra
jauh
lebih
panjang,
berjalan melalui kelenjar
prostat
dan
penis.
dikenal sebagai
arteriol aferen. Setiap nefrqn mendapat
satu
arteriol
aferen ini. Arteriol aferen mengalirkan
darah ke
glo-
merulus. Kapiler-kapiler
giomerulus
kembali menyatu
untuk
membentuk
arteriol lain,
arteriol
eferen, yang dilalui oleh
darah
yang
tidak terfiltrasi
untuk
meninggalkan
glomerulus
menuju komponen
tubular
(
Gambar
l4-3
dan
74-4).
Arte-
riol eferen
adaiah satu-satunya arteriol
di
tubuh yang meng-
alirkan
darah
dari kapiler.
Biasanya
arteriol
bercabang-cabang
menjadi
kapiler-kapiler yang kemudian
kembali menyaru
membentuk
venula.
Di
kapiler
glomerulus,
tidak terjadi
ekstraksi
O, atau nutrien
dari darah
untuk
digunakan oleh
jaringan
ginjal serta tidak terjadi penyerapan produk sisa
dari
jaringan
sekitar. Karena itu,
darah arteri masuk ke kapiler
glomerulus melalui arteriol
aferen, dan darah arteri mening-
galkan glomerulus melalui arteriol
eferen.
Arteriol
eferen segera bercabang-cabang menjadi
set
kapiier kedua,
kapiler peritubulus, yang memasok
darah ke
jaringan
ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem
tubulus
dan
darah
sewaktu
perubahan
cairan
fiitrasi menjadi
urin.
Kapiler peritubulus
ini,
sesuai
yang diisyaratkan oleh
namanya,
melilit
di sekitar sistem
tubulus
(peri
artinya
"di
sekitar"). Kapiler-kapiler
peritubulus menyatu mernbentuk
venula yang
akhirnya mengaiirkan isinya ke
vena renalis,
yaitu
saluran
bagi darah
untuk
meninggalkan
ginjal.
KOMPONEN TUBULAR
NEFRON
Komponen
tubular nefron
adalah
suatu tabung
berongga
berisi
cairan yang
dibentuk
oleh
satu
iapisan
sel
epitel.
Meskipun komponen
ini
adalah saluran
kontinyrr
dari
pangkalnya dekat
glomerulus
hingga
ke
ujungnya di
pelvis
ginjal,
namun komponen
ini dibagi menjadi berbagai segmen
berdasarkan
perbedaan.,struktur
dan
fungsinya
(Gambar
14-3
dan
l4-5)
. Komponen tubulus berawal
dari
kapsul
Bowman,
556
Bab
14
suatu
invaginasi
berdinding
rangkap
yang
melingkupi
glomerulus
untuk mengumpulkan
cairan
dari
kapiler
glomeruius.
Dari
kapsul
Bowman,
cairan yang
difiltrasi mengalir
ke
dalam
tubulus
proksimal,
yang seluruhnya
terletak
di
dalam
korteks
dan membentuk
gulungan-gulungan rapat
sepanjang
perjalanannya.
Segmen berikutnya,
ansa
Henle
(lengkung
Henle), membentuk lengkung berbentuk
U
tajam atat bair-
pin
yang masuk
ke
dalam
medula
giryal.
Pars
desendens
ansa
Henle
masuk
dari korteks ke
dalam medula;
pars
asendens
berjalan balik
ke kortela. Pars
asendens
kembali
ke regio
glomerulus nefronnya
sendiri, rempat
saluran
ini
berjalan
melewati
garpu yang
dibentuk oleh
arteriol aferen
dan
eferen.
Sel-sel tubulus
dan vaskular
di
titik
ini mengalami
spesialisasi
untuk
membentuk
aparatus
jukstaglomerulus,
suatu
struktur yang
terletak
di
samping
glomerulus (fuksta
artinya
"di
samping").
Regio khusus
ini
berperan
penting
dalam
mengatur
fungsi
ginjal. Setelah aparatus
jukstaglomerulus,
tubulus kembali
membeptuk
kumparan
erat menjadi
tubulus
distal,
yang
juga seluruhnya
berada
di
dalam korteks.
Tirbulus
distal mengalirkan
isinya
ke
dalam
duktus
atau
tubulus
koligentes,
dengan masing-masing
duktus
menerima
cairan
dari
hingga
delapan nefron berbeda.
Setiap
duktus koligentes
berjalan ke
dalam medula
untuk mengosongkan
cairan isinya
(sekarang
berubah menjadi
urin) ke
dalam
pelvis
ginjal.
NEFRON
KORTEKS
DAN
JUKSTAMEDULA
Dua
jenis
nefron-nefon
korteks
dan nefon
jukstamedula-
dibedakan oleh
letak
dan panjang
dari sebagian
strukturnya
(Gambar
14-5).
Semua nefron
berasal
dari korteks,
tetapi
glomerulus
pada
nefron
kortels
terletak
di
lapisan
luar
korteks,
sedangkan
glomerulus
pada
nefron
jukstamedula
terletak
di
lapisan
dalam korteks,
di samping
medula.
(Perhatikan
perbedaan antara nefron
juhstamedula
dan
aparatus
jukstaghmerulzs).
Keberadaan
semua
glomerulus
dan
kapsul
Bowman
terkaitnya
di korteks menjadi
penyebab
bagian
ini
tampak
granular. Kedua
tipe nefron
ini
paling
berbeda
di
bagian ansa
Henle. Lengkung
tajam
di nefron-
nefron
korteks
hanya
sedikit masuk ke
medula.
Sebaliknya,
lengkung
nefron
jukstarnedula
masuk ke
seiuruh kedalaman
medula.
Selain itu,
kapiler
peritubulus nefron
jukstarnedula
membentuk
lengkung
vaskular yang
dikenal
sebagai
vasa
rekta
('pembuluh
lurus"),
yang berjalan
merapat ke lengkung
panjang
Henle.
Di
nefron
korteks, kapiler
peritubulus tidak
membentuk
vasa rekra
tetapi melingkari
lengkung
pendek
Henle nefron
tersebut.
Sewaktu
berjalan rnelalui
medula,
duktus koligentes
nefron korteks
dan
nefron
jukstameduia
berjalan sejajar
dengan
pars asendens
dan desendens
iengkung
panjang Henle
nefron
jukstamedula
dan vasa rekta.
Susunan
paralel
tubulus
dan
pembuluh
di
medula
menciptakan
daerah-daerah
dengan
gambaran bergaris-garis.
Yang
lebih
penting, seperti
yang anda
akan
lihat,
susunan ini-disertai
oleh
karakteristik
permeabilitas
dan
transpor
lengkung
panjang Henle
dan vasa rekta-berperan
kunci
dalam
kemampuan
ginjal
menghasilkan
urin
dengan
konsentrasi
beragam,
bergantung
pada
kebutuhan
tubuh.
Sekitar
807o
dari nefron
pada manusia adalah
tipe korteks.
Spesies
dengan
Ureter
-.
Otot
polos
kandung
kemih
Lubang
ureter
Sfingter
internal
Diafragma
pelvis
Sfingter
eksternal
Kelenjar
prostat
(suatu kelenjar
seks
tambahan)
Kelenjar
bulbouretra
(kelenjar
seks
tambahan)
Uretra
(a)
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
5/51
Tubulus
distal
Duktus
koligentes
Gambar
14-3
Nefron.
Gambaran
skematik
sebuah
nefron korteks,
yaitu
jenis
nefron
yang
paling
banyak
pada
manusia.
Tubulus
proksimal
Aparatus
ju
kstag
lomeru lus
Arteriol
eferen
Arteriol
aferen
Arteri
Vena
Kapiler
peritubulus
Komponen vaskular
.
Arteriol
aferen-membawa
darah ke
glomerulus
.
Glomerulus-suatu
kuntum kapiler
yang
menyaring
plasma
bebas
protein
ke
dalam komponen
tubulus
.
Arteriol
eferen-membawa
darah
dari
glomerulus
.
Kapiler
peritubulus-mendarahi jaringan
ginjal;
terlibat
dalam
pertukaran
dengan
cairan di lumen
tubulus
Komponen kombinasi
vaskular/tubular
.
Aparatus
jukstaglomerulus-
menghasilkan
bahan-bahan
yang
berperan dalam kontrol
fungsi
ginjal.
Ansa
Henle
I
Ke
pelvis
ginjal
Komponen
tubular
.
Kapsul
Bowman-mengumpulkan
filtrat
glomerulus
.
Tubulus
proksimal-reabsorpsi
dan sekresi tak
terkontrol
bahan-bahan
tertentu
terjadi
di sini
.
Ansa
Henle-membentuk
gradien
osmotik
di
medula
ginjal
yang penting
bagi
kemampuan
ginjal
untuk
menghasilkan
urin
dengan
konsentrasi
beragam
.
Tubulus
distal
dan duktus
koligentes-reabsorpsi
terkontrol
baragam Na.
dan HrO
serta
sekresi
K' dan H.
terjadi
di sini; cairan
yang
meninggalkan
duktus
koligentes
adalah
urin,
yang
masuk
ke
pelvis
ginjal.
Kapsul
Bowman
Glomerulus
___[g["I:___
Medula
I
I
I
+
Gambaran
singkat
Fungsi
Bagian-bagian
Nefron
Sistem
Kemih
557
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
6/51
Cabang
halus
arteri
renalis Kapiler
peritubulus
Gambar
14-4
Mikrograf elektron memperlihatkan
sebuah
glomerulus
dan
arteriol-arteriol terkaitnya.
kemampuan
memekatkan
urin
manusia,
misalnya
tikus
gurun,
jukstamedula
yang lebih
banyak.
yang lebih
besar
daripada
memiliki
proporsi nefron
I
Tiga
proses
dasar di
ginjal
adalah
filtrasi
glomerulus,
reabsorpsi
tubulus,
dan
sekresi
tubulus.
Tiga
proses
dasar yang terlibat
dalam pembentukan
urin:
fltrasi
g/omerulus, reabsorpsi tubulus,
dan seleresi
tubulus.
Untuk mempermudah
visualisasi tentang hubungan
antara
proses-proses
di
ginjal
ini,
ada baiknya nefron
"diuraikan'
secara skematis, seperti
di Gambar 14-6.
FILTRASI
GLOMERULUS
Sewaktu darah mengalifmelalui
glomerulus, plasma
bebas-
protein
tersaring
melalui
kapiler
glomerulus ke
dalam kapsul
Bowman.
Dalam
keadaan normal,
2070
plasma yang masuk
ke glomerulus
tersaring.
Proses
ini,
dikenal
sebagai
ffltrasi
Gambar
14-5
Perbandingan
nefron
jukstamedula
dan
nefron korteks.
Glomerulus
nefron
korteks
terletak di korteks bagian
luar; sedangkan
glomerulus
nefron
jukstamedula
terletak di bagian
dalam korteks
di samping medula.
Lengkung Henle nefron korteks
hanya sedikit masuk ke medula,
tetapi nefron
jukstamedula
memiliki
lengkung
panjang
Henle
yang
masuk
jauh
ke dalam medula.
Kapiler
peritubulus
nefron
jukstamedula
membentuk
lengkung
tajam
yang
dikenal sebagai vasa
rekta
Nefron
jukstamedula:
nefron
dengan lengkung
panjang yang
penting
dalam menciptakan
gradien
osmotik vertikal
medula
(tipe
ini 20%)
Nefron korteks:
tipe nefron
yang paling
banyak
(tipe
ini
80%)
Tubulus
proksimal
Tubulus
distal
Jr_tgulus
Glomerulus
distal
Kapsul
Bowman
Untuk mempermudah visualisasi,
ukuran nefron sangat
diperbesar,
dan
kapiler
peritubulus
dihilangkan,
kecuali vasa
rekta.
sr
I
F#:j
Ke
pelvis
ginjal
558 Bab
14
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
7/51
glomerulus,
adalah
langkah
pertama dalam
pembentukan
urin.
Secara rerata,
725
ml filtrat
glomerulus
(cairan
yang
difiltrasi) terbentuk
secara
kolektif
dari seluruh
glomerulus
setiap menit.
Jumlah
ini
sama dengan 180 liter
(sekitar
47,5
galon)
setiap hari.
Dengan memperrimbangkan
bahwa
volume
rerara
plasma pada orang
dewasa adalah 2,75 liter,
maka
ha1
ini
berarti bahwa
ginjal
menyaring
keseluruhan
volume
plasma sekitar 65
kali
sehari.
Jika
semua
yang
difiltrasi
keluar sebagai
urin,
semua plasma
akan menjadi
urin
dalam
waktu kurang
dari setengah
jam
Namun, hal ini
tidak terjadi
karena
tubulus
ginjal dan
kapiler
peritubulus berhubungan
erat
di
seluruh
panjangnya, sehingga
bahan-bahan
dapat
dipertukarkan
anrara
cairan
di
dalam tubulus dan
darah di
dalam kapiler
peritubulus.
REABSORPSI
TUBULUS
Sewaktu
filtrat mengalir
melaiui tubulus,
bahan-bahan
yang
bermanfaat
bagi tubuh
dikembalikan ke
plasma kapiler
peritubulus.
Perpindahan
selektif bahan-bahan
dari bagian
dalam
tubulus (lumen tubulus) ke
dalam darah
ini
disebut
reabsorpsi
tubulus.
Bahan-bahan yang
direabsorpsi
tidak
keluar
dari tubuh melalui
urin
tetapi
dibawa oleh kapiler
peritubulus
ke sistem vena
dan kemudian ke
jantung
untuk
diresirkulasi.
Dari
180
liter
plasma yang
disaring per hari,
sekitar 178,5 liter
direabsorpsi.
Sisa 1,5 iiter
di tubulus meng-
alir ke
dalam
pelvis ginjal untuk
dikeluarkan
sebagai
urin.
Secara
umum, bahan-bahan
yang
perlu
dihemat oleh
tubuh
secara
selektif
direabsorpsi,
sementara bahan-bahan
yang
ti-
dak
dibutuhkan
dan
harus
dikeluarkan
tetap berada
di urin.
SEKRESI
TUBULUS
Proses
ginjal
ketiga, sekresi
tubulus,
adalah pemindahan
selektif bahan-bahan
dari
kapilel
peritubulus ke
dalam lumen
tubulus. Proses
ini
merupakan
rute kedua
bagi masuknya
bahan ke
dalam tubulus
ginjal dari darah, sedangkan
yang
pertama
adalah melalui filtrasi
glomerulus. Hanya
sekitar
20o/o
dari
plasma yang mengalir melaiui
kapiler
glomerulus
difiltrasi
ke
dalam
kapsul
Bowman;
sisa 8070 mengalir melalui
arteriol
eferen ke
dalam kapiler
peritubulus. Sekresi
tubulus
merupakan
mekanisme
untuk mengeluarkan
bahan
dari plas-
ma
secara
cepat
dengan mengekstraksi
sejumlah tertentu
bahan
dari 80%
plasma yang
ddak terfiltrasi
di
kapiler
peri-
tubulus
dan memindahkannya
ke bahan
yang sudah
ada di
tubulus
sebagai
hasil
filrrasi.
EKSKRESI
URIN
Ekskresi
urin adalah
pengeluaran bahan-bahan dari
tu-
buh ke
dalam
urin.
Ini
bukan merupakan
proses terpisah
tetapi merupakan
hasil
dari tiga
proses perrama
di atas.
Semua
konstituen
plasma
yang terfiltrasi atau
disekresikan
tetapi
tidak
direabsorpsi akan
tetap
di
tubulus
dan meng-
alir
ke
pelvis
ginjal
untuk
diekskresikan sebagai
urin
dan
dikeluarkan
dari tubuh
(Gambar
14-5).
(Jangan
menga-
caukan
ekskresi
dengan sekresi). Perhatikan
bahwa
semua
yang
difiltrasi
dan kemudian
direabsorpsi,
arau
tidak
difiltrasi
sama
sekali, masuk
ke
darah vena
dari
kapiler
Kapsul
Bowman
20%
plasma
yang
masuk
ke
glomerulus
difitrasi
Kapiler
peritubulus
Tubulus
ginjal
(panjang
keseluruhan,
keadaan
terurai)
Ekskresi
urin
(dikeluarkan
dari tubuh)
@
=
filtrasi
glomerulus-filtrasi
nondiskriminatif
plasma
bebas
protein
dari
glomerulus
ke
dalam kapsul
Bowman
@
= reabsorpsi
tubulus-perpindahan
selektif
bahan-bahan
yang
terfiltrasi
dari lumen
tubulus
ke dalam
kapiler
peritubulus.
@
=
set
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
8/51
yang,
ddak diinginkan dibiarkan
tertinggal
di
cairan
tubulus
untuk
diekskresikan sebagai
urin.
Filtrasi
glome-
rulus
dapat dianggap sebagai pemindahan
sebagian
dari
plasma, dengan semua komponen esensial dan
komponen
yang
perlu dikeluarkan dari
tubuh,
masuk ke
"ban
ber-
jalan"
tubulus yang berakhir di pelvis
ginjal,
yang me-
rupakan
titik pengumpulan
untuk urin
di dalam ginjal.
Semua
konstituen
plasma
yang
masuk ke
ban berjalan
ini
dan kemudian tidak
dikembalikan
ke
plasma di ujung ban
akan
dikeluarkan dari ginjal
sebagai urin. Sistem
tubulus
lah
yang menentukan bagaimana menyelamatkan bahan-
bahan filtrasi yang
perlu dipertahankan
di
dalam
tubuh
melalui
proses
reabsorpsi
sementara
membiarkan bahan-
bahan yang harus diekskresi tetap dalam ban berjalan ter-
sebut. Selain
itu,
sebagian bahan tidak saja difiltrasi tetapi
juga
disekresikan ke dalam ban berjalan tubulus, sehingga
jumlah
bahan-bahan tersebut yang diekskresikan dalam
urin lebih
besar daripada
jumlah
yang
diffltrasi. Untuk
banyak bahan,
proses-proses ginjal
ini berada
di
bawah
kontrol
fisiologik.
Karena
itu,
ginjal
menangani
setiap
konstituen
plasma dengan cara rerrenru yaitu
kombinasi
ffltrasi,
reabsorpsi,
dan sekresi.
Ginjal hanya bekerja
pada plasma
namun CES terdiri
dari
plasma dan
cairan interstisium. Cairan interstisium
adalah lingkungan cairan internal sejati
di
tubuh
karena
merupakan
satu-satunya
komponen
CES
yang berkontak
langsung
dengan sel. Namun, karena terjadi pertukaran be-
bas antara
plasma dan
cairan interstisium melalui dinding
kapiler
(kecuali
protein
plasma)
maka komposisi cairan
interstisium
mencerminkan komposisi plasma. Karena itu,
dengan melakukan
peran
regulatorik dan ekskretorik
pada
plasma,
ginjal
mempertahankan
lingkungan
cairan
internal
yang
sesuai
agar
fungsi
sel
optimal.
Sebagian besar
dari
isi
bab
ini
selanjutnya akan ditujukan
kepada
pembahasan
ten-
tang bagaimana proses-proses dasar
ginjal
dilakukan dan
mekanisme
pengaturannya untuk
membantu mempertahan-
kan homeostasis.
babkannya 100 kali
lebih
permeabel terhadap
HrO
dan zat
terlarut
daripada kapiler
di
bagian lain
tubuh.
Membran
basal adalah lapisan
gelatinosa aselular
(tidak
mengandung
sel) yang
terbentuk dari kolagen
dan
glikopro-
tein yang tersisip
di antara
glomerulus dan kapsul Bowman.
Kolagen menghasilkan
kekuatan
struktural, dan
glikoprotein
menghambat
filtrasi protein
plasma yang kecil. Protein
plas-
ma
yang
lebih
besar
tidak
dapat
difiltrasi
karena
tidak
dapat
melewati pori kapiler,
tetapi pori
ini
masih
dapat melewatkan
albumin, protein
plasma terkecil. Namun, karena
bermuatan
negatif maka
glikoprotein menolak albumin
dan
protein
plasma lain, yang
juga
bermuatan negatif.
Karena itu,
protein
plasma
hampir
tidak terdapat
di dalam filtrat,
dengan kurang
dari
lo/o
molekul albumin
berhasil lolos ke
dalam kapsul
Bowman-
:l:.
CATAIAN
KLINIS.
Sebagian
penyakit
ginjal yang
ditan-
dai
oleh
adanya albumin
berlebihan
di dalam urin
(albuminuria)
disebabkan oleh
gangguan pada muatan negatif
di membran
ba-
sal,
yang menyebabkan
membran
glomerulus lebih
permeabel
terhadap
albumin
meskipun ukuran
pori
kapiler
tidak
berubah.
Lapisan
terakhir
membran
glomerulus adalah lapisan
dalam hapsul
Botuman. Lapisan
ini
terdiri
dari podosit,
sel
mirip
gurita yang mengelilingi
glomerulus.
Setiap podosit
memiliki
banyak
foot
process
Qtodo
artinya
"kaki",
prosesus
adalah tonjolan
atau apendiks) memanjang
yang saling
men-
jalin
dengan
foot
process
podosit sekitar, seperti
anda men-
jalinkan jari-jari
rangan anda ketika anda
memegang
bola
dengan kedua
tangan
(Gambar
14-8).
Celah sempit
di antara
foot
process
yang
berdampingan, yang
dikenal sebagai
celah
ffltrasi,
membentuk
jalur
tempat cairan
meninggalkan kapi-
ler
glomerulus menuju
lumen kapsul Bowman.
Karena
itu,
rute
yang dilalui oleh
bahan terfiltrasi me-
lewati
membran glomerulus seluruhnya
berada
di
luar
sel
-
pertama
melalui
pori
kapilea
kemudian melalui
membran
basal aselular,
dan akhirnya melewati celah
filtrasi kapsuler
(Gambar
14-7).
FILTRASI GLOMERULUS
Cairan yang
difiltrasi dari
glomerulus
ke
dalam kapsul
Bowman harus
melewati tiga
lapisan berikut yang mem-
bentuk membran
glomerulus
(Gambar
l4-7):
(l)
din-
ding
kapiler
glomerulus,
(2)
membran
basal,
dan
(3)
lapisan
dalam kapsul
Bowman.
Secara
kolektif, lapisan-
l"pisatr ini
berfungsi sebagai saringan
molekuler
halus
yang menahan
sel darah dan protein
plasma tetapi mem-
bolehkan HrO
dan
zat
terlarut
dengan ukuran molekul
kecil lewat.
Marilah
kita
bahas
masing-masing lapisan
secara lebih detil.
I
Membran
glomerulus
jauh
lebih
permeabel
daripada kapiler di tempat lain,
Dinding bapiler
glomeruhr
terdiri dari satu lapis sel endotel
gepeng.
Lapisan
ini memiliki
banyak
pori
besar
yang
menye-
560
Bab
14
I Tekanan
darah kapiler
glomerulus
adalah
gaya
utama
yang
menginduksi
filtrasi
glomerulus,
Untuk
melaksanakan
filtrasi
glomerulus, harus terdapat
gaya
yang mendorong
sebagian
dari plasma
di glomerulus me-
nembus lubang-lubang
di
membran
glomerulus.
Tidak ter-
dapat mekanisme
transpor aktif atau
pengeluaran
energi lokal
yang berperan
dalam memindahkan
cairan
dari plasma me-
nembus membran
glomerulus menuju kapsul
Bowman.
Filtrasi
glomerulus dilakukan oleh
gaya-gaya fisik
pasif
yang
serupa dengan yang
bekerja
di
kapiler
di tempat lain.
Karena
glomerulus adalah
suatu
kuntum
kapiler
maka
prinsip-prinsip dinamika cairan
yang
menyebabkan
ultrafil-
trasi di kapiler lain
juga
berlaku
di
sini
(lihat
h.393), kecuali
untuk dua
perbedaan penting:
(1)
Kapiler
glomerulus
jauh
lebih
permeabel
daripada
kapiler
di
tempat lain,
sehingga le-
bih
banyak cairan
difiltrasi
pada
tekanan
filtrasi yang
sama;
dan
(2)
keseimbangan
gaya-gaya menembus membran
glo-
merulus adalah sedemikian
sehingga filtrasi
terjadi
di
keselu-
ruhan
panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan
gaya-gaya
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
9/51
Arteriol
aferen Arteriol eferen
Glomerulus
Kapsul
Bowman
Lumen
kapsul
Lumen
kapiler
glomerulus
Sel endotel
Membran
basal
[\,lembran
basal
Sel endotel
Foot
proce6
podosit
Bowman
Lapisan
luar
kapsul Bowman
Lapisan dalam
Foot
process
podosit
Celah filtrasi
apsul Bowman
(podosit)
Tubulus
kontortus
proksimal
i
Membran
basal
Pori kapiler
Agar dapat
terfiltrasi,
suatu bahan harus melewati
O
Oor'
antara
sel-sel endotel kapiler
glomerulus
@
membran
basal aselular
@
celah filtrasi
di antara foot
process podosit
lapisan
datam kapsul Bowman
Gambar
14-7
Lapisan-lapisan
di
membran
glomerulus.
v
di kapiler lain
bergeser sedemikian
sehingga filtrasi
terjadi
di
bagian awal
pembuluh tetapi
di ujung
pembuluh terjadi
reabsorpsi
(lihat
Gambar 10-23, h.
394).
GAYA-GAYA
YANG BERPERAN
DALAM
FILTRASI
GLOMERULUS
Tiga
gaya
fisik
terlibat daiam filtrasi
glomerulus
(Thbel
14-1):
tekanan
darah kapiler
glomerulus, tekanan
osmotik koloid
plasma,
dan tekanan hidrostatik
kapsul
Bowman. Marilah
kira lihar
peran masing-masing.
1.
Tekanan
darah kapiler
glomerulus adalah
tekanan cairan
yang
ditimbulkan
oleh darah
di dalam kapiler
glomeru-
lus. Tekanan
ini
pada akhirnya bergantung
pada
kon-
traksi
jantung
(sumber
energi
yang menghasilkan
filtrasi
glomerulus)
dan
resistensi
terhadap aliran
darah yang
ditimbulkan oleh arteriol
aferen
dan eferen. Tekanan
darah kapiler
glomerulus, dengan nilai rerata
diperkira-
kan
55
mm Hg,
lebih
tinggi daripada tekanan
darah
kapiler
di tempat lain. Penyebab lebih
tingginya
tekanan
di
kapiler
glomerulus adalah
garis tengah arteriol
aferen
yang lebih
besar
dibandingkan dengan
arteriol
eferen.
Karena
darah dapat iebih mudah masuk
ke
glomerulus
melalui
arteriol
aferen yang lebar
daripada keluar melalui
arteriol
eferen
yang
lebih
sempit
maka tekanan
darah
Badan
sel
podosit
E
l
.9.
6
5
o
3
o
I
3
c
o
o
c
a
I
o
Foot
process
Celah filtrasi
Gambar
14-8
Podosit
kapsul
Bowman
dengan
foot
process
dan
celah
filtrasi. Perhatikan
celah
filtrasi
anlata foot
process
yang
berdekatan
pada
foto
mikroskop ini.
Podosit
dan foot
processnya
mengelilingi
kapiler
glomerulus.
Sistem
Kemih
561
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
10/51
Ta:bel 14-1
::
::
Gaya-gaya
yang
Berperan dalam Filtrasi Glomerulus
55
-
(30
+ 15)
=
10
kapiler
glomerulus tetap
tinggi akibat
terbendungnya
darah di kapiler glomerulus. Selain
itu, karena
tingginya
resistensi
yang dihasilkan
oleh
arteriol eferen maka
tekanan
darah
tidak memiliki kecenderungan
untuk
tu-
run
di
sepanjang kapiler
glomerulus
seperti
di
kapiler
lain.
Tekanan darah
glomerulus
yang tinggi dan tidak
menurun
ini
cenderung mendorong cairan keluar
glo-
merulus
menuju
kapsul Bowman
di
seluruh panjang
kapiier
glomerulus,
dan merupak^n
gaya
utama yang
menghasilkan
filtrasi
glomerulus.
Sementara tekanan darah kapiler
glomelulus
men-
dorong frftrasl dua
gaya
lain yang bekerja menembus
membran
glomerulus
(tekanan
osmotik koloid plasma
dan
tekanan hidrostatik kapsul Bowman) melawan fii-
trasi.
2.
Tbkanan
osmotik koloid
plasma
ditimbulkan oleh distri-
busi tak seimbang protein-protein
plasma di
kedua
sisi
membran
glomerulus.
Karena tidak
dapat
difiltrasi
maka
protein
plasma
terdapat
di
kapiler
glomerulus tetapi
tidak
di
kapsul Bowman. Karena itu, konsentrasi HrO
lebih tinggi
di
kapsul Bowman daripada
di
kapiler
glo-
merulus.
Timbul kecenderungan
HrO
untuk berpindah
melalui
osmosis menuruni
gradien
konsentrasinya sen-
diri
dari kapsul Bowman
ke
dalam glomerulus
melawan
562
Bab 14
filtrasi
glomerulus. Gaya osmotik
oposan
ini
rata-rata
30
mm Hg,
yaitu sedikit lebih
tinggi
daripada
di
kapiler
lain. Tekanan
ini lebih tinggi
karena
HrO
yang difiltrasi
keluar
darah
glomerulus
jauh
lebih
banyak sehingga
konsentrasi
protein
plasma
lebih
tinggi
daripada di
tempat lain.
3.
Tbhanan
hidrostatih kapsul Bouman,
tekanan
yang di-
timbulkan
oleh
cairan
di
bagian awal
tubulus
ini,
diper-
kirakan
sekitar 15
mm Hg. Tekanan ini,
yang cenderung
mendorong
cairan
keluar kapsul Bowman,
melawan fiI,
trasi cairan
dari
glomerulus menuju kapsul
Bowman.
LAJU FILTRASI
GLOMERULUS
Seperti dapat
dilihat di Tabel
I4-1,
gaya-gayayang
bekerja
menembus
membran
glomerulus tidak
berada
dalam kese-
imbangan.
Gaya total yang mendorong
filtrasi
adalah
te-
kanan darah kapiler
glomerulus yaitt
55
mm
Hg.
Jumlah
dua
gaya yang melawan
filtrasi
adalah 45 mm
Hg. Perbedaan
netto
yang mendorong
filtrasi
(10
mm
Hg)
disebut tekan-
an
ffltrasi
netto.
Tekanan yang
ringan
ini
mendorong
cair-
an
dalam
jumlah
besar
dari
darah menembus
membran
glomerulus yang sangar
permeabel.
Laju
filtrasi
yang
se-
benarnya,
laju
ffltasi
glomerulus
(LFG),
berganrung
ti-
dak
saja
pada tekanan filtrasi
netto tetapi
juga
pada
seberapa
luas
permukaan
glomerulus yang tersedia
untuk
penetrasi
dan seberapa
permeabel membran
glomerulus
(yaitu,
se-
berapa
"bocor"
lapisan
ini).
Sifat-sifar membran
glomerulus
ini secara
kolektif
disebut sebagai koeffsien
ffltrasi
(Ko).
Karena
itu,
LFG
=
Kr
x
tekanan filtrasi
netto
Dalam
keadaan
normal,
sekitar
20%
plasma
yang ma-
suk ke
glomerulus
disaring pada tekanan filtrasi
netto 10
mm
Hg,
melalui
seluruh
glomerulus secara kolektif
dihasilkan
180 liter
filtrat
glomerulus setiap
hari untuk LFG
rerata
125
ml/mnt
pada pria
(150
liter filtrat
per hari
pada LFG rerata
115 ml/mnt
pada wanita).
I Perubahan
pada
LFG terutama
disebabkan
oleh
perubahan
tekanan darah kapiler
glomerulus.
Karena tekanan
filtrasi netto
yang menyebabkan
filtrasi
glo-
merulus hanyalah
disebabkan
oleh ketidakseimbangan
gaya-
gaya
fisik
yang
saling berlawanan
anrara plasma
kapiler
glo-
merulus
dan cairan
kapsul Bowman,
maka
perubahan
di
salah satu
dari
gaya-gaya
fisik ini
dapat mempengaruhi
LFG.
Kita
akan membahas
efek
perubahan masing-masing
gaya
fisik ini
pada LFG.
FAKTOR
YANG TIDAK
DIATUR PADA
LFG
Tekanan
osmotik
koloid
plasma
dan
tekanan hidrostatik
kapsul
Bowman
tidak berada
di bawah regulasi
dan,
pada
keadaan normal,
tidak
banyak.berubah.
CATAIAN
KLINIS.
Akan tetapi,
keduanya
dapat ber-
ubah pada
keadaan
patologis
dan
karenanya
mempengaruhi
GAYA EFEK KEKUATAN
(mm
Hg)
Tekananosmotik Melawan
koloid
plasma
filtrasi
Tekanan
Melawan
hidrostatik filtrasi
kapsul Bowman
Tekanan
darah
kapiler
glomerulus
Tekanan filtrasi
netto
(Perbedaan
antara
gaya
yang
mendorong
filtrasi dan
gaya
yang
melawan
filtrasi)
Mendorong
fi ltrasi
Mendorong
fi ltrasi
{r
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
11/51
LFC, Karena
tekanan
osmodk koloid
plasma melawan
filtrasi,
maka
penurunan konsentrasi
protein plasma sehingga
menu-
runkan
tekanan
ini,
menyebabkan
peningkatan LFG.
Penu-
runan
tak terkendali
konsentrasi
protein
plasma dapat terjadi,
sebagai
contoh,
pada
pasien luka bakar luas
yang kehilangan
banyak
cairan kaya
protein yang
berasal dari
plasma melalui
permukaan
kulit
yang terbakar.
Sebaliknya,
pada situasi di
mana tekanan
osmotik
koloid
plasma
meningkat,
misalnya
pada kasus
diare dengan
dehidrasi, LFG berkurang.
Gkanan
hidrostatik kapsul
Bowman
dapat meningkat
tak terkendali
dan filtrasi
dapat menurun
akibat obstruksi
saluran
kemih,
misalnya
batu
ginjal
atau
pembesaran
prosrar.
Terbendungnya
cairan
di
belakang
obstruksi menyebabkan
tekanan hidrostatik
kapsul
meningkat.
PENYESUAIAN
TERKONTROL
LFG
Tidak
seperti
tekanan osmorik
koloid
plasma dan tekanan
hidrostatik
kapsul Bowman-yang
mungkin
tidak
terkendali
pada
berbagai
keadaan
penyakit
dan karenanya
mengubah
LFG
tanpa dikehendaki-tekanan
darah
kapiler
glomerulus
dapat
dikontrol
untuk menyesuaikan
LFG
agar memenuhi
kebutuhan
tubuh. Asalkan
semua faktor
lain konstan
maka
jika
tekanan
darah
kapiler
glomerulus naik maka
tekanan
fil-
trasi
netto
akan naik
dan LFG
juga
meningkat.
Besar
tekanan
darah kapiler
glomerulus bergantung
pada iaju
aliran
darah
di
dalam masing-masing
glomerulus.
Jumlah
darah
yang
mengalir
ke
dalam sebuah
glomerulus
per
menit
ditentukan
terutama
oleh
besar tekanan
darah
arteri sistemik
rara-rara
dan resistensi
yang ditimbulkan
oleh arteriol
aferen.
Jika
re-
sistensi
di arteriol
aferen meningkat
maka
darah yang meng-
alir
ke
glomerulus
lebih
sedikit sehingga
LFG
berkurang.
Sebaliknya,
jika
resistensi
arteriol
aferen berkurang
maka
lebih
banyak
darah mengalir
ke
dalam glomerulus
dan LFG
meningkat.
Terdapat
dua mekanisme kontrol
yang
mengarur
LFC,
keduanya
diarahkan
untuk menyesuaikan
aliran
darah
glomerulus
dengan mengarur
jari-jari
dan, karenanya,
resis-
tensi
arteriol
aferen. Kedua
mekanisme
ini
adalah
(1)
otore-
gulasi, yang
ditujukan
untuk mencegah
perubahan
sponran
LFG;
dan
(2)
kontrol
simpatis
ekstrinsik,
yang ditujukan
untuk regulasi
jangka
panjang tekanan
darah arteri.
MEKANISME
PENYEBAB
OTOREGULASI
LFG
Karena
tekanan
darah arteri
adalah
gaya urama
yang
men-
dorong
darah masuk
ke
dalam
glomerulus
maka tekanan
darah
kapiler
glomerulus,
dan LFG,
akan meningkat
berbanding
lurus
jika
tekanan
arteri
meningkat
bila
faktor
lain
tidak
berubah
(Gambar
14-9).
Demikian
juga,
penurunan
tekanan
darah arteri
akan menyebabkan
penurunan
LFG.
Perubahan
spontan
tak
sengaja LFG
seperti
ini
umumnya
dicegah oleh
mekanisme
regulasi
intrinsik
yang
dilakukan
oieh
ginjal sen-
diri,
suatu
proses
yang
dikenal sebagai
otoregulasi
(oto
aftinya
"sendiri").
Ginjal,
dalam batas-batas
terrenru,
dapat
memper-
tahankan
aliran
darah
ke
dalam
kapiler
glomerulus
(dan
karenanya
tekanan
darah
kapiler
glomerulus
konstan
dan LFG
stabil) meskipun
terjadi
perubahan
tekanan
darah arteri.
Gin-
jal
melakukannya
dengan mengubah-ubah
kaliber
arteriol
afe-
ren
sehingga
resistensi
terhadap
aliran melalui
pembuluh
ini
dapat disesuaikan.
Sebagai
contoh,
jika
LFG
meningkat
akibat
peningkatan
tekanan
darah arteri
maka
tekanan
filtrasi
netto
dan
LFG
dapat
dikurangi ke
normal
oleh
konstriksi
arteriol
aferen,
yang menurunkan
aliran
darah ke dalam glomerulus
(Gambar
14-10a).
Penyesuaian
lokal
ini
menurunkan
tekanan
darah
glomerulus
dan LFG ke
normal.
Sebaliknya,
jika
LFG
turun
akibat
penurunan
tekanan
arteri maka
tekanan
glomerulus
dapat
ditingkatkan
ke nor-
mal oleh
vasodilatasi
arreriol
aferen,
yang
memungkinkan
lebih
banyak
darah
masuk meskipun
tekanan
pendorong
ber-
kurang
(Gambar
14-10b).
Peningkatan
volume
darah
glome-
rulus
meningkatkan
tekanan
darah
glomerulus,
yang
pada
gilirannya membawa
LFG kembali
ke normal.
Dua
mekanisme
intrarenal
berperan
dalam
otoregulasi:
(1)
mekanisme
miogenik,
yang berespons
terhadap
perubahan
tekanan
di
daiam komponen
vaskular
nefron;
dan
(2)
meka-
nisme
umpan
balik
tubuloglomerulus,
yang mendeteksi
per-
ubahan kadar
garam
di
cairan
yang
mengalir
melalui
kom-
ponen tubular
nefron.
I
Mekanisme
miogenik
adalah
sifat
umum
otot
polos
vaskular
(miogenik
arrinya
"dihasilkan
oleh otot").
Otot
polos
vaskular
arteriol
berkontraksi
secara
inheren
sebagai
respons
terhadap
peregangan
yang menyertai
peningkatan
tekanan
di
Glomerulus
I
lre
Arteriol
aferen
1
Arterial
blood
pressure
(increases
blood flow
into
the
glomerulus)
Gambar
14-9
Efek langsung
tekanan
darah
arteri terhadap
laju
filtrasi
glomerulus
(LFG).
Arteriol
eferen
Sistem
Kemih
553
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
12/51
Glomerulus
J
LFG
(a)
Glomerulus
1
LFG
(b)
Gambar
14-10
Penyesuaian kaliber arteriol
aferen untuk mengubah
LFG.
(a)
Vasokonstriksi arteriol
mengurangi LFG.
(b)
Vasodilatasi
arteriol meningkatkan
LFG.
dalam pembuluh
(lihat
h.
383).
Karena
itu,
arteriol aferen
secara
otomatis berkonstriksi sendiri
ketika teregang akibat
peningkatan tekanan darah
arteri.
Respons
ini membantu
membatasi aliran darah
ke
dalam glomerulus
dalam
jumlah
normal meskipun tekanan arteri
meningkat. Sebaliknya,
re-
laksasi inheren arteriol aferen yang
tidak
teregang ketika
tekanan di
dalam
pembuluh berkurang
meningkatkan aliran
darah
ke
dalam glomerulus
meskipun
tekanan arteri turun.
I Mekanisme umpan
balik
tubuloglomerulus
(tubulo-
glomerular
feedback
mechanism,
TGF)
melibatkan aparatus
juhstaglomerulus,
yaiu kombinasi
khusus sel tubular dan vas-
kular
di
mana tubulus, setelah
memutar balik, berjalan
me-
lewati sudut yang dibentuk oleh arteriol
aferen
dan
eferen
sewaktu keduanya menyatu dengan glomerulus
(Gambar
l4-3
dan
14-11).
Sel-sel
otot
polos
di dinding
arteriol aferen
di
bagian
ini
secara
khusus
membentuk sel granular, di-
namai demikian karena sel-sel
ini
memiliki
banyak granula
sekretorik. Sel
tubulus khusus di
regio ini secara kolektif di-
namai makula densa. Sel-sel
makula densa mendeteksi per-
ubahan
kadar
garam
cairan tubulus yang
melewatinya.
Jika
LFG meningkat akibat peningkatan
tekanan arteri
maka cairan yang
difiltrasi
dan
mengalir melalui tubulus
distal
lebih
besar daripada
normal.
Sebagai
respons terhadap
peningkatan
penyaluran
garam
ke
tubulus
distal, sel-sel
ma-
kula
densa
mengeluarkan
adenosin,
yang bekerja secara para-
554
Bab
14
krin lokai
pada arteriol aferen sekitar untuk menyebabkannya
berkonstriksi sehingga aliran
darah glomerulus berkurang
dan
LFG
kembali ke normal. Dalam keadaan sebaliknya, ke-
tika penyaluran
garam
ke
tubulus distal berkurang karena
penurunan spontan
LFG
akibat penurunan tekanan
darah
arteri,
maka adenosin
yang
dikeluarkan
oleh makula
densa
juga
berkurang. Hal
ini
menyebabkan
vasodilatasi arteriol
aferen sehingga
aliran darah
tubulus
meningkat dan LFG
kembali
normal.
Karena
itu,
melalui mekanisme TGF, tubu-
lus suatu nefron mampu memantau
kadar garam
di
cairan
yang mengalir melaluinya
dan mengatur laju filtrasi melalui
glomerulusnya
sendiri agar cairan di awai tubulus
distal dan
penyaluran
garam
konstan.
PENTI
NGNYA
OTOREGULASI LFG
Mekanisme
umpan
balik
tubuloglomerulus
dan
miogenik
bekerja sama
untuk
melakukan otoregulasi terhadap LFG
dalam
kisaran
tekanan
darah
arteri re rata 80 sampai 180
,mm
Hg. Di
dalam
rentang yang luas ini,
penyesuaian otoregulato-
rik
intrinsik
resistensi
arteriol
aferen dapat
mengompensasi
perubahan tekanan arteri sehingga
fluktuasi LFG
yang
tidak
diinginkan
dapat dicegah,
meskipun
tekanan
glomerulus
cenderung mengikuti
perubahan tekanan arteri. Tekanan
arteri
rerata
normal
adalah
93
mm Hg,
sehingga kisaran ini
mencakup
perubahan transien tekanan darah yang menyerrai
aktivitas sehari-hari
yang tidak berkaitan dengan kebutuhan
untuk ginjal mengatur ekskresi HrO dan
garam,
misalnya
pe-
ningkatan normal tekanan
darah
saat
olahraga. Otoregulasi
penting
karena
pergeseran LFG yang tidak
diinginkan dapat
menyebabkan
ketidakseimbangan cairan, elektrclit,
dan zat
sisa.
Karena
paling tidak sebagian
dari
cairan
yang difiltrasi
selalu
diekskresikan maka
jumlah
cairan yang
diekskresikan
di
urin
secara
otomatis meningkat
jika
LFG
meningkat.
Jika
otoregulasi
tidak ada maka
LFG
akan meningkat
dan
HrO
serta
zat
terlarut akan terbuang sia-sia akibat
meningkatnya
tekanan darah arteri saat olahraga berat.
Jika,
sebaliknya,
LFG terlalu rendah
maka ginjal kurang mampu mengeluar-
kan zat sisa, kelebihan
elektrolit, dan bahan lain yang harus
diekskresikan. Karena itu
otoregulasi
meredam
efek langsung
perubahan tekanan arteri pada LFG serta ekskresi
HrO,
zat
terlarut, dan zat sisa.
Jika
terjadi
perubahan tekanan arteri rerata
di
luar
kisaran otoregulasi, maka mekanisme
ini
tidak bisa meng-
kompensasi.
Kaarena itu,
penurunan dramatis tekanan arteri
rerata
(180
mmHg)
menyebabkan
tekanan
kapiler
glomerulus dan
LGF menurun
atau meningkat sesuai
perubahan tekanan arteri tersebut.
PENTI NGNYA KONTROL SIMPATIS
EKSTRI
NSIK
PADA LFG
Selain
mekanisme
otoregulasi
intrinsik
yang
dirancang untuk
menjaga
LFG
konstan meskipun
terjadi fluktuasi
tekanan
darah
arteri, LFG
dapat diubah dengan sengaja-bahkan ketika
tekanan darah arteri berada
dalam
kisaran
otoregulasi-oleh
mekanisme
kontrol
ekstrinsik yang mengalahkan respons
otoregulasi. Kontrol
ekstrinsik LFG, yang
diperantarai oleh
sinyal sistem
saraf simpatis ke arteriol aferen,
ditujukan un-
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
13/51
Arteriol
eferen
Tubulus
distal
Sel
endotel
Lumen
kapsul
Bowman
Arteriol
eferen
Sel otot
polos
ju
kstag lomeru
lus
Kapiler
glomerulus
Sel
granular
$l
Arteriol
aferen
Gambar l4-11
Aparatus
jukstaglomerulus.
Aparatus
jukstaglomerulusterdiri
dari sel-sel vaskular
khusus
(sel
granLtlar)
dan
sel-sel
tubular
khusus
(makula
densa) di titik
tempat tubulus distal menembus
garpu/cagak
yang
dibentuk
oleh
arteriol aferen
dan
arteriol
eferen nefron
yang
sama.
tuk mengatur
tekanan darah arteri.
Sistem saraf parasimpatis
tidak memiliki
pengaruh apapun
pada ginjal.
Jika
volume
plasma berkurang-sebagai
contoh,
akibat
perdarahan-maka
penurunan tekanan
darah arteri yang
rer-
jadi
dideteksi
oleh baroresepror
arkus aorra dan sinus
karotis,
yang memicu
refleks saraf
untuk
meningkatkan tekanan
da-
rah ke
arah
normal
(lihat
h.
404). Respons refleks
ini
dikoor-
dinasikan oleh
pusat
kontrol
kardiovaskular
di
batang otak
dan terutama
diperantarai
oleh peningkatan aktivitas
simpa-
tis
ke
jantung
dan pembuluh
darah. Meskipun
peningkatan
curah
jantung
dan
resistensi
perifer
total
yang terjadi mem-
bantu meningkatkan
tekanan
darah menuju normal namun
volume
plasma
tetap
kurang.
Dalam
jangka
panjang, volume
plasma harus
dipulihkan ke normal.
Salah satu kompensasi
untuk berkurangnya
volume
plasma adalah
penurunan
pengeluaran
urin sehingga lebih banyak
cairan
yang
ditahan
di
tubuh.
Pengeluaran
urin
berkurang
sebagian
karena
pe-
nurunan
LFG;
jika
cairan
yang
difiltrasi
berkurang
maka
yang
tersedia
untuk
diekskresikan
juga
berkurang.
PERAN
REFLEKS BARORESEPTOR
PADA KONTROL
EKSTRINSIK
LFG
Tidak
ada mekanisme
baru
yang diperlukan
unruk menurun-
kan
LFG. LFG
diturunkan oleh respons refleks
baroreseptor
terhadap
penurunan
tekanan
darah
(Gambar
14-12).
Selama
refleks
ini,
terjadi vasokonstriksi
akibat
pengaruh simpatis
di
sebagian
besar
arteriol
di
seiuruh
tubuh
(termasuk
arteriol
aferen)
sebagai
mekanisme kompensasi
untuk meningkatkan
resistensi
perifer total.
Arteriol
aferen disarafi
oleh
serat vaso-
konstriktor
simpatis
jauh
lebih
banyak
dibandingkan
dengan
arteriol
eferen.
Ketika
arteriol aferen
yang membawa
darah
ke
glomerulus berkonstriksi
akibat
peningkatar.r
aktivitas
simpa-
tis, darah
yang mengalir
ke
dalam glomerulus
akan lebih
sedi-
kit
daripada
normal
sehingga
tekanan
darah kapiler
glomeru-
lus menurun
(Gambar
14-10a).
Penurunan
LFG
yang
terjadi,
pada gilirannya,
mengurangi
volume
urin.
Dengan
cara ini,
sebagian
H,O
dan
garam yang
seharusnya keluar
meialui
urin
dapat dipertahankan
di dalam
tubuh,
dalam
jangka
panjang
membantu
memulihkan
volume
plasma ke normal
sehingga
penyesuaian-penyesuaian
kardiovaskular
jangka
pendek
yang
telah terjadi
tidak
lagi
dibutuhkan.
Mekanisme
lain,
misalnya
meningkatnya
reabsorpsi
HrO
dan
garam oleh
tubulus
serta
meningkatnya
rasa
haus
(dijelaskan
lebih
rinci
di bagian
lain),
juga
ikut
berperan
dalam pemeliharaan
tekanan
darah
jangka
panjang,
meskipun
volume
darah berkurang,
dengan
mem-
bantu memulihkan volume
plasma.
Sebaliknya,
jika
tekanan
darah meningkat
(misalnya
akibat ekspansi
volume
plasma setelah
ingesti
cairan
ber-
lebihan),
respons
sebaliknya
yang
terjadi. Ketika
baroreseptor
mendeteksi
peningkatan
tekanan
darah maka
aktivitas
vaso-
konstriktor
simpatis
ke arteriol,
termasuk
arteriol
aferen
ginjal, menurun
secara
refleks
sehingga
terjadi
vasodilatasi
arteriol
aferen.
Karena
darah
yang masuk
ke
glomerulus
melalui
arteriol
aferen
yang melebar
meningkat
maka
tekanan
darah
kapiler
glomerulus bertambah
sehingga
LFG
mening-
kat
(Gambar
14-10b).
Karena
cairan
yang
difiltrasi mening-
kat maka
jumlah
yang
tersedia
untuk dieliminasi
melalui
urin
juga meningkat.
Yang
juga
berperan meningkatkan volume
Sistem Kemih
555
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
14/51
m;-l
I
iuntuns
|
-.-
j
lekanan
darah arteri
Deteksi
oleh
baroreseptor arkus aorta
dan sinus karotis
J
Aktivitas simpatis
Vasokonstriksi arteriol
generalisata
Vasokonstriksi
arteriol aferen
J
Tekanan darah
kapiler
glomerulus
I
LFG
J
Volume urin
I
Konservasi
cairan
clan
Gambar
14-12
Refleks
baroreseptor mempengaruhi LFG dalam regulasi
jangka
panjang
tekanan darah
arteri.
urin adalah
penurunan
reabsorpsi HrO
dan garam di
tubulus
oleh
pengaruh
hormon.
Kedua mekanisme
ginjal ini
-
peningkatan
filtrasi
glomerulus
dan
penurunan
reabsorpsi
HrO
dan
garam
oleh tubulus
-
meningkatkan volume urin
dan
mengeluarkan
kelebihan cairan dari tubuh. Penurunan
rasa
haus
dan asupan
cairan
juga
mernbantu memulihkan
tekanan
darah yang
meningkat ke normal.
I LFG dapat
dipengaruhi oleh
perubahan
dalam
koefisien
filtrasi.
Sejauh ini
kita
telah
membahas
perubahan
LFG
sebagai
akibat
perubahan dalam tekanan filtrasi netto. Namun, laju
filtrasi
glomerulus
juga
bergantung
pada
koefisien filtrasi
(K,)
selain tekanan
ftltrasi netto.
Selama
bertahun-tahun K"
di-
566 Bab
14
anggap
sebagai suatu konstanta,
kecuali
pada keadaan
penya-
kit
di mana membran
giomerulus menjadi lebih
bocor
dari-
pada biasa. Riset-riset
baru menunjukkan
bahwa
\
dapat
mengalami
perubahan di bawah kontrol
fisiologik.
Dua
fak-
tor
yang
mempengaruhi
K;luas
permukaan
dan permeabili-
tas membran
glomerulus-dapat
dimodifikasi oleh
aktivitas
kontraktil
di dalam membran.
Luas
permukaan
yang tersedia
untuk filtrasi
di
dalam
glomerulus diwakili oleh
permukaan
dalam kapiler
glome-
rulus
yang
berkontak
dengan darah. Setiap
kuntum kapiler
glomerulus
disatukan
oleh
sel mesangium.
Sel-sel ini
mengandung
elemen kontraktil
(yaitu,
filamen
mirip
aktin).
Kontraksi
sel-sel mesangium
ini menutup
sebagian
kapiler
filtrasi,
mengurangi
luas
permukaan yang
tersedia untuk
fil-
trasi
di
dalam
kuntum
giomerulus. Ketika
tekanan filtrasi
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
15/51
netto tidak
berubah maka
penurunan
\
ini menurunkan
LFG. Stimulasi
simpatis menyebabkan
sel mesangium
ber-
kontraksi
dan merupakan mekanisme
kedua
(selain
men-
dorong
vasokonstriksi
arteriol aferen) yang
digunakan oleh
sistem saraf simpatis
untuk menurunkan
LFG.
Podosit
juga
memiliki filamen kontraktil
mirip
aktin,
yang kontraksi
atau relaksasinya masing-masing
dapat menu-
runkan
atau
meningkatkan
jumlah
celah
filtrasi
yang
terbuka
di membran
dalam
kapsul
Bowman dengan mengubah
ben-
tuk
dan
kedekatanpo
t process
(Gambar
14-13) .
Jumlah
celah
adalah
penentu
permeabilitas; semakin banyak
celah yang
terbuka,
semakin
besar permeabilitas. Aktivitas
kontraktil
podosit, yang
selanjutnya mempengaruhi
permeabilitas
dan
K,, berada
di bawah kontrol ftsiologik
oleh mekanisme
yang
belum sepenuhnya
dipahami.
Sebelum
mengalihkan
perhatian
ke
proses reabsorpsi
tubulus,
marilah
kita teliti
persentase curah
jantung
yang
mengalir
ke
ginjal.
Hal
ini
akan
lebih
memperkuat konsep
berapa
banyak
darah yang
mengalir melaiui
ginjal dan berapa
banyak cairan yang
terfiltrasi
serta
diproses
oleh tubulus.
Lumen
kapiler
glomerulus
I
Ginjal
secara
normal menerima
20%
sampai
25%
curah
jantung.
Pada K,
dan tekanan
filtrasi netto
rerata, 20o/o
plasma yang
masuk ke
ginjal diubah menjadi
filtrat
glomerulus.
Hal ini
berarti
bahwa
pada
LFG
rerata
125 ml/mnt,
aliran
plasma
ginjai
total
harus
sekitar
625 mllmnt.
Karena
55% dari
darah
keseluruhan
terdiri
dari plasma
(yaitu,
hematokrit
=
45;
lihat
h,421), maka
aliran
darah
total meialui
ginjal rata-rata
adalah
1140
ml/mnt.
Jumlah
ini
adalah
sekiar 22o/o
dari
curah
jantung
total yang
besarnya
5
liter
(5000
ml)
per menit,
meskipun
ginjal
membentuk
kurang
dari 1o/o
berat badan
total.
Ginjal
perlu menerima
proporsi
curah
jantung
yang
sedemikian
besar
karena
organ
ini
harus
terus-menerus
me-
lakukan
fungsi regulatorik
dan ekskretorik
terhadap
darah
dalam
jumlah
besar yang
dialirkan kepadanya
untuk
mem-
pertahankan
stabilitas
lingkungan
cairan
internal.
Sebagian
besar darah
mengalir
ke
ginjal
bukan untuk
mendarahi
jaringan
ginjal tetapi
untuk disesuaikan
dan
dimurnikan
oleh
ginjal.
Secara rerara, 207o
sampai
25o/o
dari
darah yang
dipompa keluar
oleh
jantung
setiap
menit
"mengalir
ke
pem,
bersih"
dan bukan
melaksanakan
tugas normalnya
bertukar
bahan dengan
jaringan.
Hanya
dengan
pemrosesan
rerus-
menerus
darah
dalam
jr-rmlah
besar tersebut
barulah
ginjal
dapat dengan
tepar mengarur volume
dan komposisi
elektro,
lit lingkungan
internal
dan secara adekuat
mengeluarkan
pro-
duk sisa metabolik
dalam
jumlah
besar
yang terus-menerus
diproduksi.
REABSORPSI
TUBULUS
Semua konstituen
plasma kecuali
protein,
tanpa
pandang
bulu difitrasi
bersama
melalui
kapiler
glonrerulus.
Selain
zat
sisa
dan kelebihan
bahan
yang harus
dikeluarkan
oleh
tubuh,
cairan
filtrasi
juga
mengandung
nutrien,
elektrolit,
dan bahan
lain
yang
dibutuhkan
oleh tubuh.
Memang,
melalui
filtrasi
glomerulus yang
terus-menerus,
jumlah
dari
bahan-bahan
yang terfiltrasi
per hari
ini
bahkan
lebih
besar
daripada
yang
ada
di
tubuh.
Bahan-bahan
esensial
yang terfiltrasi
dikem-
balikan ke
tubuh
melalui
reabsorpsi
tubulus,
rrarrsfer
diskret
bahan-bahan
dari
lumen
tubulus
ke
dalam kapiler
peritubu-
lus.
I Reabsorpsi
tubulus
adalah
proses
yang
luar
biasa,
sangat
selektif,
dan
bervariasi.
Reabsorpsi
tubulus
adalah
suatu
proses
yang sangat
selektif.
Semua konstituen
kecuali
protein
plasma memiliki
konsen,
trasi yang
sama
di
filtrat
giomerulus dar.r
di plasma.
Pada
sebagian besar
kasus,
jumlah
setiap
bahan
yang diserap
ada-
lah
jumlah
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan
kom-
posisi dan volume
lingkungan
cairan internai
yang
sesuai.
Secara
umum,
tubulus
memiliki
kapasitas
reabsorpsi
yang
besar
untuk
bahan-bahan
yang dibutuhkan
oleh tubuh
dan
Membran
basal
glomerulus
Foot
process
podosit
(a)
Lengkung
kapiler
glomerulus
Celah
filtrasi
\
arr"n
kapsul
Bowman
F.4TA\
dqiTIX..in;"Ttr.T
(,{nr\iirliXl}\mn'\dfiil-Iill\
,linq
Gambar
14-13
(b)
Perubahan
jumlah
celah filtrasi
yang
terbuka akibat relaksasi
dan kontraksi
podosit.
(a)
Relaksasi
podosit
memperkecil
bagian
basal foot
process,
meningkatkan
jumlah
celah f iltrasi
yang
terbuka
penuh
di daerah tersebut.
(b)
Kontraksi
podosit
mendatarkan
foot
process
sehingga
jumlah
celah filtrasi
di
antaranya
berkurang
(Sumber:
Diadaptasi dari Federation
Proceedings,
vol.42, h.
3046-3052, 1983, Dicetak
ulang
dengan ijin).
Sistem
Kemih
567
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
16/51
Tabel
14-2
Nasib Berbagai
Bahan
yang
Tersaring
oleh
Ginjal
Dari
125
ml/mnt
cairan yang terfiltrasi,
biasanya 124
ml/mnt
direabsorpsi. Dengan melihat
besarnya filtrasi
glome-
rulus maka
besar reabsorpsi tubulus adalah luar
biasa:
TLbu-
lus biasanya
mereabsorpsi
99o/o
dari HrO yang
terfiltrasi
(47
gallhari), 100%
gula yang
terfiltrasi
(2,5
lb/hari)
,
dan99,5o/o
garam
yang
terfiltrasi
(0,36
lb/hari).
PERSENTASE PERSENTASE
RERATA RERATA
REABSORPSI EKSKRESI
BAHANYANG
BAHANYANG
TERFILTRASI
TERFILTRASI
AHAN
Air
Natrium
Glukosa
Urea
(suatu
produk
sisa)
Fenol
(suatu
produk
sisa)
kecil
atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak berman-
faat
(Tabel
14-2). Karena
itu,
hanya sedikit, kalaupun ada,
konstituen
plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat bagi tubuh
terdapat
di urin
karena sebagian
besar
telah
direabsorpsi dan
dikembalikan
ke
darah.
Hanya
bahan esensial, misalnya elek-
trolit
yang berlebihan yang
dieksreksikan
di
urin.
Untuk
konstituen
plasma esensial yang
diatur
oleh
ginjal,
kapasitas
reabsorpsi
dapat bervariasi bergantung pada
kebutuhan
tu-
buh. Sebaliknya,
sebagian produk sisa yang terfiltrasi terdapat
di urin.
Bahan
sisa
ini,
yang tidak bermanfaat
dan
bahkan
berpotensi merugikan tubuh
jika
dibiarkan menumpuk, sama
sekali tidak
direabsorpsi.
Zat-zar
ini
menetap
di
tubulus
un-
tuk
dikeluarkan
di
urin. Sewaktu
HrO
dan
bahan penting
lain
direabsorpsi,
produk-produk
sisa yang tertinggal
di
cairan tubulus menjadi sangat pekat.
I
Reabsorpsi tubulus melibatkan
transpor
transepitel.
Di
seluruh
panjangnya,
dinding tubulus memiliki
ketebalan
satu
sel
dan terletak
dekat dengan kapiler
peritubulus yang
mengelilinginya
(Gambar
l4-14).
Sel-sel tubulus
yang
berdekatan
tidak
berkontak satu sama lain kecuali
di
tempat
mereka
disatukan
oleh taut erat
(taut
kedap,
tight
junctiln;
lihat
h.
65)
di tepi-tepi Iateral
dekar membran luminalnya,
yang menghadap
ke lumen
tubulus.
Cairan interstisium
terletak
di celah
antara sel-sel
yang
berdekatan-ruang
lateral*serta
di
antara
tubulus
dan
kapiler.
Membran
basolateral menghadap
cairan interstisium
di
bagian basal
dan
tepi lateral
sel. Taut
erat umumnya menghambat
bahan
mengalir
di
antara sel
sehingga bahan harus
menembus
sel
untuk
meninggalkan
lumen
tubulus dan
masuk
ke darah.
TAHAP-TAHAP
TRANSPOR
TRANSEPITEL
Untuk
dapat direabsorpsi, suatu
bahan harus melewari
lima
sawar
terpisah
(Gambar
14-14):
I Tahap
i
Bahan harus meninggalkan
cairan
tubulus
dengan
melewati
membran luminal
sel tubulus
99
99,5
100
50
1
0,5
0
50
100
Lumen
tubulus
Filtrat
Membran
luminal
Sel epitel
tubulus
Cairan
interstisium
o
-...-....>
Dinding
kapiler
Kapiler
peritubulus
Membran
basolateral
Agar dapat direabsorpsi
(berpindah
dari filtrat ke
plasma),
suatu
bahan harus melewati lima
sawar berbeda:
Q
membran luminal sel
@
membran basolateral
sel
@
sitosol
@
cairan interstisium
Gannbar
14-14
Tahap-tahap
transpor transepitel.
568
Bab 14
Ruang lateral
oo
@
dinding tapiter
-
8/16/2019 Bab 14.Sistem Kemih
17/51
|
'
Tahap
?
Bahan harus
melewati sitosol
dari
satu sisi
sel