BAB 10 - LABKOM SMA 34 JAKARTA | Anda adalah apa ... · Web viewTeori nilai uang ini dapat dibagi...
Transcript of BAB 10 - LABKOM SMA 34 JAKARTA | Anda adalah apa ... · Web viewTeori nilai uang ini dapat dibagi...
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
(Triwahono)
A. TEORI NILAI UANG
Setiap benda yang dibutuhkan manusia mempunyai nilai. Nilai dari berbagai
benda itu berbeda-beda, tergantung pada banyak sedikitnya permintaan atas benda
tersebut. Semakin besar faedah benda semakin besar permintaan terhadap benda
tersebut dan tentu saja semakin tinggi nilainya. Bagaimana dengan uang?.
Uang sebenarnya sejenis benda juga yang mempunyai faedah memenuhi
kebutuhan manusia. Oleh karena itu uang juga mempunyai nilai yang tergantung pada
permintaan masyarakat. Perubahan nilai uang berhubungan erat dengan perubahan
permintaan terhadap uang dan akan berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi. Dari
gambaran di atas, masalah nilai uang selalu menjadi perhatian para ahli ekonomi
untuk mempelajari, yang kemudian memunculkan teori-teori tentang nilai uang.
Teori nilai uang ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: teori nilai uang
statis dan teori nilai uang dinamis.
1. Teori Uang Statis
Teori Uang Statis bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah sebenarnya
uang? Dan mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai beredar? Teori
ini disebut statis karena teori ini memandang uang dari segi sifat, keadaan dan
bentuk, tidak mempersoalkan perubahan nilai uang sebagai akibat perkembangan
ekonomi di masyarakat. Yang termasuk teori nilai uang statis ini adalah:
a. Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP. Uang bersifat seperti barang, nilainya
tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu,
contoh: uang emas dan uang perak.
b. Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari. Teori ini menyatakan
bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah
pertukaran.
c. Teori Nominalisme. Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.
d. Teori Negara. Uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa undang-
undang pembayaran yang disahkan.
2. Teori Nilai Uang Dinamis
Teori nilai uang dinamis adalah teori yang menjelaskan tentang perubahan nilai
uang. Teori ini menjelaskan perubahan nilai uang karena dipengaruhi oheh beberapa
faktor yang terjadi di masyarakat. Termasuk teori nilai uang dinamis ini adalah Teori
kuantitas, teori persediaan kas, dan teori ongkos produksi. Ketiga teori tersebut
menjelaskan tentang perubahan nilai uang dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
perubahan nilai uang.
a. Teori Kuantitas
Teori yang mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang.
Teori dinamis antara lain :
1) David Ricardo
Teori kuantitas David Ricardo adalah teori kuantitas sederhana. David
Ricardo mengatakan bahwa nilai uang tergantung dari jumlah uang yang beredar
di masyarakat yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
M : the quantity of money (jumlah uang yang beredar)
P : price (tingkat harga)
k : konstanta atau faktor tetap
Pernyataan yang dikemukakan oleh David Ricardo dikenal sebagai Teori
Kuantitas, dengan bunyi sebagai berikut:
Jumlah uang berbanding terbalik dengan nilai uang. Apabila jumlah uang
bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlahnya semula maka nilai uang
akan mengalami penurunan menjadi setengah dari nilai semula. Sebaliknya,
apabila jumlah uang berkurang menjadi setengah dari jumlah semula, maka
nilai uang akan mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat dari nilai semula
Harga barang berbanding lurus dengan banyaknya uang yang beredar.
Apabila jumlah uang ditambah dua kali lipat sedangkan jumlah barang yang
diperdagangkan tetap, maka harga barang tersebut akan cenderung
mengalami kenaikan sebesar dua kali lipat.
2) Irving Fisher
Irving Fisher memaparkan teori nilai uang yang disebut Transaction Velocity
Theory, melengkapi teori dari David Ricardo yang tidak memperhatikan faktor
kecepatan perputaran uang. Fisher berpendapat bahwa kecepatan uang beredar
serta kecepatan perputaran barang dan jasa adalah faktor yang sanga penting
dalam pengukuran nilai uang.
Teori kuantitas uang yang populer dikemukakan oleh Irving Fisher dalam
buku The Purchasing Power of Money, New York (1991). Fisher mengemukakan
bahwa untuk mengetahui hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat
harga umum yang berkaitan dengan daya beli uang, dapat dilihat dalam bentuk
formula sebagai berikut:
Keterangan:
M = Money (Jumlah uang yang beredar)
V = Transaction Velocity of Circulation (kecepatan peredaran uang)
P = Price (tingkat harga umum)
T = Volume of Trade (volume perdagangan)
Rumus pada Teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
o Seandainya (M) bertambah dua kali, sedangkan faktor (V) dan (T) tetap, maka
(P) akan cenderung naik dua kali lipat dan semula.
o Bila (V) bertambah dua kali lipat karena hasrat membeli dan masyarakat
meningkat, sedangkan (M) dan (T) tetap, maka (P) cenderung naik dua kali
lipat.
o Bila persediaan barang dalam perdagangan (T) bertambah dua kali lipat,
sendangkan (M) dan (V) tetap maka (P) akan cenderung turun menjadi
setengah dan semula.
Dan teori selanjutnya Irving Fisher membedakan jumlah uang yang
beredar (M), menjadi uang kartal (uang logam dan uang kertas) dan uang
giral, sehingga rumus persamaan menjadi:
Dimana M1 adalah uang giral dan V1 adalah kecepatan peredaran uang giral
Dari uraian dan rumus persamaan transaksi dapathah disimpulkan
bahwa nilai uang tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar,
tetapi dipengaruhi pula oleh kecepatan peredaran uang, danjumlah barang
yang diperdagangkan. M, V, dan T disebut faktor yang aktif yang
memengaruhi nilai uang. Faktor P merupakan faktor pasif (akibat pengaruh
faktor M, V, dan T)
Contoh :
1) Di suatu negara terdapat uang yang beredar sebanyak Rp.
50.000.000.000,00 dengan kecepatan peredaran 20 kali dan jumlah barang
yang diperdagangkan sebanyak 40.000.000 unit. Hitunglah tingkat harga
umum yang terjadi menurut Teori Kuantitas Irving Fisher !
Jawab :
Diketahui : M = Rp. 50.000.000.000,00
V = 20 kali
T = 40.000.000 unit
MV = Rp. 50.000.000.000,00 X 20
MV = PT
P = MV = Rp. 50.000.000.000,00 X 20
T 40.000.000
= 25.000
Jadi tingkat harga umum yang terjadi adalah Rp. 25.000,00
2) Misalkan jumlah uang beredar pada tahun 2010 sebesar 100 miliar,
kecepatan peredaran uang beredar 5 kali, dan barang yang terjual sebanyak
50 juta unit. Sedangkan pada tahun 2012 ketika jumlah uang beredar dan
jumlah barang yang terjual sama yaitu 100 miliar dan 50 juta unit serta
kecepatan peredaran bertambah 2 kali, maka Anda bisa mengetahui
perbedaan tingkat harga pada tahun 2010 dan tahun 2012 dengan
hubungan sebagai berikut :
Tahun 2010 :
M x V = P x T
100.000.000.000 x 5 = P x 50.000.000
P = 10.000
Tahun 2012 :
100.000.000.000 x 7 = P x 50.000.000
P = 14.000
Dari hitungan tersebut dapat diketahui pengaruh kecepatan peredaran uang
terhadap kenaikan harga, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kecepatan peredaran uang maka akan berpengaruh pada kenaikan harga
barang, dengan syarat jumlah uang dan volume perdagangan sama.
b. Teori persediaan kas
Teori persediaan kas menjelaskan bahwa nilai uang dapat dilihat dan jumlah uang
yang tidak dibelanjakan untuk membeli barang-barang. Teori persediaan kas (cash
balance theory) dikemukakan oleh Alfred Marshall, A.C. Pigou, D.H. Robertson, dan
J.M. Keynes. Teori dikemukakan dalain rumus:
1) Teori Kuantitas dari D.H. Roberston
Teori kuantitas dari Irving Fisher diformulasikan kembali oleh D.H. Robertson
menjadi M = k.PT.
Sebenarnya kedua teori ini sama, perbedaanya terletak pada
pendekatannya. Irving Fisher meninjau melaui transaction velocity (kecepatan
rata-rata transaksi uang) dimana MV=PT, sedangkan D.H. Robetson mendekati
melaui cash balance (lama rata-rata uang menganggur) dimana M = k.PT. Oleh
karena teori kuantitas dari Robetson ini disebut cash balance equaition.
Faktor V menurut Irving Fisher diganti dengan k dalam cash balance
approach D.H. Robertson. Jika V menunjukkan beberapa kali tiap-tiap rupiah
berpindah tangan dari yang satu ke yang lainnya dalam suatu jangka waktu
tertentu, maka k menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah menganggur
didalam kas selama jangka waktu tertentu, jadi K = 1/v, maka secara ilmu hitung
rumus MV = PT sama dengan rumus M = k.PT
1) Teori Kuantitas dari Marshall
Jika teori-teori kuantitas di muka lebih menitikberatkan perhatian pada
hubungan antara jumlah uang dengan harga, maka Marshall memperhatikan
hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional. Marshall yang
menyatakan bahwa nilai uang tergantung pada jumlah uang yang disimpan untuk
persediaan kas dari sebagian pendapatan masyarakat. Persediaan kas tergantung
pada jumlah pendapatan dan tingkat suku bunga di pasar. Secara matematis
dapat dirumuskan :
Keterangan:
M (mone ) = Jumlah uang yang beredar
k (koefisien) = Jumlah uang untuk persediaan kas
P (price) = Harga barang
Y (income) = Pendapatan
Teori Marshall merupakan awal dari teori permintaan akan uang. Teori ini
masih sangat sederhana, terkandung didalamnya beberapa kelemahan,
kemudian kelemahan-kelemahan ini disempurnakan oleh teori berikutnya.
c. Teori ongkos produksi
Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam
dan uang itu dapat dipandang sebagai barang. Uang merupakan barang yang
mempunyai nilai, sehingga nilai uang tergantung dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk membuat uang tersebut.
B. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
Permintaan terhadap uang berbeda dengan permintaan terhadap barang atau
jasa karena uang tidak memuaskan kita secara fisik dan secara langsung. Sementara
pada uang, Kita tidak dapat memakan uang dan kita jarang menggantungkan uang di
dinding sebagai hiasan dinding atau pajangan seni yang berkualitas. Uang dipegang
M = k . P . Y
karena uang melayani kita secara tidak langsung, untuk memudahkan kita alam
perdagangan atau pertukaran. Kebutuhan memegang uang adalah hakekat dari
permintaan uang. Sementara jumlah uang yang dicetak oleh pemerintah merupakan
hakekat dari penawaran uang. Permintaan dan penawaran uang secara bersama-sama
menentukan harga uang (suku bunga) dan akan mempengaruhi jumlah uang yang
beredar
1. Permintaan Uang (Demand of Money)
Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk melakukan transaksi dalam perdagangan atau tujuan tertentu.
Permintaan uang datang dari empat pihak, yaitu:
a. pihak perseorangan/konsumen,
b. pihak pengusaha/produsen,
c. pihak investor/penanam modal,
d. pihak pemerintah (dapat bertindak sebagai produsen, konsumen, dan pengatur).
Pembahasan kita mengenai permintaan uang akan menggunakan teori pilihan
likuiditas sebagaimana dikemukakan oleh J. M. Keynes. Keynes berpendapat bahwa
nilai uang tergantung pada pendapatan dan tingkat suku bunga uang di pasar.
Semakin tinggi pendapatan dan semakin rendah tingkat suku bunga, permintaan
terhadap uang akan semakin tinggi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga
barang.
Teori Keynes mengenai permintaan uang dikenal dengan nama Teori Pilihan
Likuiditas ( The Liquidity Preference Theory). Teori ini mengemukakan bahwa motif
manusia menyimpan uang ( liquidity preference) antara lain terdiri dari motif-motif
sebagai berikut.
a. Permintaan uang untuk tujuan transaksi (Transaction Motive), artinya uang
dibutuhkan untuk membayar pembelian-pembelian yang akan mereka lakukan.
Memegang uang untuk tujuan transaksi merupakan tujuan yang mendasar,
karena dengan pemilikan uang dapat dengan mudah melakukan pembelian
barang-barang yang diinginkan. Permintaan uang untuk tujuan transaksi
meningkat jika antara penerimaan dan pengeluaran tidak seimbang. Permintaan
untuk motif ini dianggap tergantung pada tingkat pendapatan, artinya semakin
tinggi tingkat pendapatan, semakin banyak uang yang diperlukan oleh
perusahaan atau perseorangan untuk tujuan transaksi atau sebaliknya.
b. Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga (Precautionary Motive), artinya
uang sebagai alat untuk menghadapi kesusahan yang mungkin timbul di masa
yang akan datang, karena setiap orang tidak dapat menduga kejadian-kejadian di
hari esok. Permintaan uang untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
masyarakat atau pendapatan nasional.
c. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi (Spekulative Motive), artinya uang
digunakan untuk kegiatan spekulasi (untung-untungan). Uang kas diinginkan
dengan tujuan dapat melakukan spekulasi pada tingkat bunga yang akan datang.
Hubungan antara permintaan uang untuk spekulasi dengan suku bunga adalah
negative. Artinya setiap adanya kenaikan suku bunga, maka permintaan uang
untuk spekulasi akan berkurang. Dan begitupun sebaliknya, apabila tingkat suku
bunga menurun, maka permintaan uang untuk spekulasi akan meningkat.
Dari tujuan menyimpan uang di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan
akan uang berbanding terbalik dengan tingkat keuntungan yang diberikan oleh
portofolio. Berdasarkan teori portofolio, dikatakan bahwa masyarakat cenderung
memegang investasi ketika keuntungan yang ditawarkan cukup tinggi. Dengan
kata lain, ketika suku bunga tinggi maka masyarakat cenderung untuk
menyimpan uangnya dalam bentuk portofolio dan mengurangi permintaan
uangnya. Sebaliknya, ketika suku bunga rendah maka masyarakat akan
cenderung mengurangi portofolio yang dimiliki dan menambah permintaan
uangnya. Hubungan antara suku bunga dan permintaan uang ini digambarkan
dalam Peraga berikut ini.
PERAGA 13. 1 Kuva permintaan uang
Terlihat pada Peraga bahwa kurva permintaan uang memiliki kemiringan
(slope) negatif dari kiri atas ke kanan bawah. Ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat bunga yang ditawarkan di pasar uang, maka semakin kecil
permintaan uang oleh masyarakat. Sebaliknya, ketika tingkat suku bunga yang
ada di pasar uang rendah, maka permintaan uang akan bertambah.
Hal lain yang dapat kita peroleh dari Peraga adalah kurva permintaan dapat
bergeser. Salah satu faktor yang mempengaruhi pergeseran permintaan uang
adalah pendapatan masyarakat. Ketika pendapatan masyarakat meningkat,
permintaan uang akan meningkat untuk memenuhi tambahan konsumsi
masyarakat. Bertambahnya permintaan uang karena bertambahnya pendapatan
masyarakat digambarkan dengan bergesernya kurva permintaan uang ke kanan,
dari D menjadi D’.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai berikut:
a. Adanya keinginan untuk memegang uang atau motif memegang uang.
b. Tingkat pendapatan riil, yaitu tingkat pendapatan yang benar-benar diterima
oleh masyarakat dan telah memperhitungkan unsur inflasi.
c. Tinggi rendahnya tingkat bunga.
d. Adanya investasi atau pengembangan usaha sehingga membutuhkan
dana/uang.
e. Tingkat harga yang berlaku di pasar.
2. Penawaran Uang (Supply of Money)
Penawaran uang adalah sejumlah uang tertentu yang disediakan oleh pemerintah
atau bank untuk dapat dimiliki oleh masyarakat. Penawaran uang dapat memengaruhi
tingkat harga, tingkat bunga, dan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Oleh karena
itu, kenaikan penawaran uang dalam perekonomian perlu dikendalikan. Tugas
tersebut dipegang oleh bank sentral.
Dalam mekanisme penciptaan Uang terdapat tiga pelaku penciptaan uang :
Otoritas Moneter, Bank Umum, Sektor Swasta Domestik. Ketiga pelaku tersebut saling
bersinergi sehingga Demand dan Suply berada pada keseimbangan yang diinginkan
dimana Otoritas moneter sebagai pencetak uang kartal, Bank umum sebagai pencipta
Uang giral dan kuasi, Sektor swasta domestik sebagai pengguna daripada uang yang di
ciptakan otoritas moneter dan bank umum.
Otoritas moneter dalam hal ini disebut dengan Bank sentral sebagai lembaga
independen mengatur peredaran uang yang dicetaknya, hanya pada bank sentral uang
kartal di ciptakan yang nantinya uang tersebut didistribusikan ke Bank umum dalam
bentuk uang kartal, oleh bank umum di ubah lagi bentuk uang kartal tersebut menajdi
uang giral yang berbentuk tabungan giro dan saving deposit, uang tersebut yang
nantinya akan di salurkan ke sektor swasta domestik.
Untuk memudahkan dalam menganalisa kegiatan ekonomi, para ekonom
membagi jenis uang ini kedalam 2 kelompok, yaitu: uang dalam arti sempit M1, dan
uang dalam arti luas (broad money) atau M2.
a. Uang dalam arti sempit (M1)
Jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (Money Supply, M1) adalah
pengertian uang dalam arti sempit. Jumlah uang yang beredar atau M1 ini terdiri atas
uang kartal dan uang giral. Jenis uang ini juga disebut uang transaksi karena
merupakan jenis uang yang sesungguhnya digunakan untuk transaksi, yaitu untuk
membeli dan menjual barang-barang.
1) Uang kartal (currency)
Uang kartal yaitu mata uang logam dan mata uang kertas yang beredar dalam
masyarakat (di luar perbankan).
2) Uang Giral (bank money)
Komponen jumlah uang yang beredar atau uang transaksi yang ketiga adalah
uang giral (bank money). Uang giral ini merupakan uang yang tersimpan pada sebuah
bank atau lembaga keuangan lainnya dalam bentuk rekening koran yang sewaktu-
waktu dapat diambil dengan menggunakan cek, bilyet giro atau perintah membayar.
Apabila kita memiliki uang Rp 5.000.000,00 dalam bentuk rekening koran pada bank,
maka simpanan ini dapat diperlakukan sebagai uang, sebab kita dapat membayar
transaksi pembeli, utang atau pembayaran ongkos-ongkos dengan sekedar menulis
pada lembaran cek yang kita pegang. Karena rekening giro memiliki ciri-ciri uang,
maka rekening giro bank inipun harus dihitung sebagai uang transaksi yaitu bagian dan
M1
b. Uang dalam arti luas (liquiditas perekonomian = M2)
Uang dalam arti luas (M2) atau dewasa ini disebut liquiditas perekonomian adalah
jumlah M2 (uang kartal dan uang gmral) ditambah uang kuasi (near money). Jumlah
uang inilah yang mencerminkan daya beli masyarakat.
Near money (uang kuasi ). Near money atau uang kuasi disebut juga time deposit
money yaitu simpanan pada sebuah bank atau lembaga keuangan lain yang mana
dalam waktu dekat akan menjadi uang, atau hampir menjadi uang. (Kuasi = seperti).
Termasuk near money atau uang kuasi ini adalah simpanan uang dalam bentuk
deposito berjangka (time deposit), tabungan pada bank, saldo rekening pada bank
dalam valuta asing.
Near Money (uang kuasi) ini tidak termasuk jenis uang beredar (M1), karena uang
tersebut dititipkan pada bank dan tidak dapat secara langsung digunakan untuk
melakukan pembayaran. Namun dalam keadaan ekonomi tidak stabil, terjadi
perubahan tingkat bunga atau adanya desas-desus akan adanya devaluasi jumlah uang
kuasi ini dapat dengan segera dicairkan menjadi uang tunai, sehingga menambah
jumlah uang yang beredar.
Tabel 13.1 Uang Beredar (Miliar Rupiah), Periode Januari – Maret 2013
Akhir Uang Uang Jumlah Uang Surat
BerhargaJumlah
M2 = Ml + Near Money
Periode Kartal Giral (M1) Kuasi Selain Saham (M2)
2013
Januari 326,885 461,031 787,916 2,467,124 10,829 3,265,869
Februari 321,541 465,065 786,606 2,479,959 10,861 3,277,426
Maret 331,226 478,886 810,112 2,497,223 12,132 3,319,468
Sumber : Bank Indonesia
Jumlah keseluruhan jumlah atau kuantitas uang yang beredar dalam
perekonomian – biasa disebut sebagai stok uang – sangat ditentukan oleh kebijakan
moneter yang diambil oleh bank sentral. Bila bank sentral memperbanyak jumlah uang
beredar, maka penawaran uang akan bertambah. Sebaliknya, bila bank sentral
mengurangi jumlah uang beredar, maka penawaran uang akan berkurang. Sebagai
akibatnya, penawaran uang diasumsikan tidak bergantung pada tingkat suku bunga,
sehingga kurva penawaran uang berbentuk vertikal sebagaimana terlihat pada Peraga
13.2.
PERAGA 13.2 Kuva penawaran uang
Peraga 13.2 memperlihatkan pada kita bahwa bentuk kurva penawaran uang
yang tegak lurus (inelastis sempurna). Artinya, penawaran uang tidak bergantung pada
tingkat suku bunga. Hal ini sejalan dengan konsep kita di awal bahwa penawaran uang
hanya dipengaruhi oleh otoritas moneter (bank sentral) dalam menentukan jumlah
uang beredar. Pada Peraga 13.2, penambahan jumlah uang beredar oleh bank sentral
akan menggeser kurva penawaran ke kanan, dari S menjadi S’.
3. Keseimbangan dalam Pasar Uang
Penawaran dan permintaan uang secara bersama-sama menentukan suku
bunga pasar di pasar uang. Pasar uang merupakan pasar di mana dana jangka
pendek dipinjamkan.
Peraga 13.3 menggambarkan jumlah seluruh uang yang ada (M) dalam
sumbu mendatar dan suku bunga nominal pada sumbu vertikal. Kurva penawaran
digambarkan sebagai garis tegak lurus dengan asumsi bahwa bank sentral
menggunakan instrumennya untuk menjaga jumlah uang yang beredar tetap
pada tingkat tertentu diperlihatkan oleh M’ dalam Peraga 13.3. Kurva permintaan
uang sendiri digambarkan dengan kurva DD yang memiliki kemiringan negatif
karena berhubungan terbalik dengan tingkat suku bunga. Posisi ekuilibrium
ditunjukkan pada tingkat bunga 4% dan uang beredar sebesar M’.
Dalam pasar uang pun, dapat terjadi pergeseran keseimbangan yang
diakibatkan oleh pergeseran kurva permintaan dan penawaran uang. Misalkan
bank sentral mengkhawatirkan inflasi dan memperketat kebijakan moneter
dengan menjual surat berharga dan mengurangi jumlah uang beredar. Pengaruh
mengetatnya kebijakan moneter ditunjukkan dengan adanya pergeseran ke kiri
kurva jumlah uang beredar. Selisih antara E dan N menunjukkan besarnya
kelebihan permintaan akan uang pada tingkat suku bunga yang lama. Masyarakat
PERAGA 13.3 (a dan b).
Perubahan suku bunga terhadap permintaan dan penawaran uang
mulai menjual sebagian dari aktivanya dan meningkatkan jumlah uang yang
dipegang. Suku bunga meningkat sampai ditemukan ekuilibrium baru, dengan
suku bunga baru yang lebih tinggi, yaitu E’ dengan suku bunga 6% per tahun.
Pengaruh lain bisa berasal dari kenaikan harga barang atau jasa di pasar barang.
Kita anggap jumlah uang yang beredar dipertahankan konstan. Akibat
peningkatan harga misalnya BBM, tingkat harga umum naik dan jumlah uang
yang diinginkan untuk membiayai transaksi menjadi meningkat tanpa terjadi
perubahan GNP riil. Dengan ini permintaan akan uang akan naik dan menggeser
kurva permintaan uang ke kanan yaitu dari DD ke D’D’ dan mengakibatkan
peningkatan suku bunga ekuilibrium (E’)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang yang Beredar
Pada keseimbangan pasar uang, kita melihat bahwa tingkat suku bunga
sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang. Berikut ini, kita
akan melihat bagaimana jumlah uang beredar berubah oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pendapatan. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat
dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi pendapatan masyarakat,
semakin besar pula uang yang beredar dalam masyarakat. Sebaliknya,
semakin rendah pendapatan masyarakat, semakin sedikit uang yang beredar
dalam masyarakat.
b. Tingkat Suku Bunga. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi jumlah uang
yang beredar. Bila tingkat suku bunga rendah, masyarakat akan enggan
menyimpan uang di bank. Oleh karena itu, jumlah uang yang beredar akan
meningkat. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga tinggi, jumlah uang yang
beredar menurun karena banyak orang yang menyimpan uangnya di bank.
c. Selera Masyarakat. Selera masyarakat akan mempengaruhi jumlah uang
yang beredar. Misalnya, peningkatan permintaan terhadap mode pakaian
baru akan mempengaruhi uang yang beredar.
d. Harga Barang. Harga barang mempengaruhi uang yang beredar. Misalnya,
jika harga barang naik, maka jumlah dan peredaran uang akan semakin
cepat.
e. Kemudahan dan Kepastian Mendapatkan Kredit. Fasilitas Kredit (cara
pembayaran) dengan menggunakan kartu kredit atau cara angsuran akan
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Misalnya, jika
seseorang melakukan pembelian dengan menggunakan kartu kredit, maka
permintaan uang tunai akan semakin menurun.
f. Kekayaan yang Dimiliki Masyarakat. Jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat semakin besar apabila ragam (variasi) bentuk kekayaan sedikit.
Sebaliknya, bila ragam bentuk kekayaan semakin banyak atau luas (misalnya
tabungan, surat berharga, dan lain-lain), maka jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat akan menurun.
C. STANDAR UANG
Standar uang atau yang lebih dikenal dengan standar moneter adalah standar
yang digunakan oleh otoritas moneter dalam hal ini bank sentral uang mengeluarkan
uang. Standar moneter yang digunakan dapat berupa logam dan kertas. Standar
moneter harus memperhatikan ukuran, ciri-ciri khusus, dan jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat agar memudahkan pemakaian uang itu dalam perekonomian.
Tanpa adanya standar moneter, maka uang yang beredar di masyarakat akan memiliki
nilai yang berbeda, bergantung pada preferensi masyarakat.
1. Standar Logam.
Standar Logam adalah penetapan logam tertentu untuk dijadikan mata uang
dalam perekonomian, misalnya standar emas atau standar perak. Negara yang
pertama kali menjalankan standar moneter emas adalah Inggris pada tahun 1816.
Amerika Serikat mengikutinya pada tahun 1873, diikuti oleh negara lain pada tahun
1900. Dengan beberapa pengecualian, standar moneter emas dijalankan hingga krisis
moneter pada tahun 1929 yang menyebabkan depresi ekonomi. Antara 1931 dan
1934, pemerintah berbagai negara merasa perlu untuk meninggalkan standar emas.
Kebijakan ini berlandaskan kepercayaan bahwa ekspor suatu negara dapat
ditingkatkan dengan mendevaluasi mata uangnya sebagai upaya perdagangan
internasional. Standar logam terbagi menjadi tiga bentuk sebagai berikut.
a. Standar Tunggal.
Standar tunggal berarti mata uang yang berlaku dalam perekonomian
menggunakan standar emas. Ada beberapa model penggunaan standar tunggal emas.
1) Standar emas penuh, artinya sistem keuangan menggunakan uang emas yang
beredar dalam masyarakat dan dijamin sepenuhnya oleh penguasa moneter.
2) Standar inti emas, artinya sistem keuangan menggunakan persediaan emas dalam
negeri yang dijadikan sebagai cadangan untuk pembayaran ke luar negeri dan
sebagai jaminan uang kertas yang dikeluarkan.
3) Standar wesel emas, artinya sistem keuangan (bank sentral) tidak menukar emas
dengan uang kertas yang dibawa kepadanya. Bank sentral menyimpan emas
untuk persediaan pembelian saham investasi luar negeri.
b. Standar Kembar.
Standar kembar atau Bimetallism, merupakan kebijakan standar moneter yang
berdasarkan pada dua logam, biasanya emas dan perak sebagai alat pembayaran yang
sah dapat dijadikan uang secara bebas ( free coinage), dan memiliki perbandingan
yang tetap berdasarkan undang-undang. Kebanyakan pakar menentang standar
kembar karena dapat merusak mata uang yang nilainya lebih tinggi, sebagaimana
dikemukakan Hukum Gresham yang berbunyi “bad money drives out good money”’,.
Artinya, uang yang nilainya turun akan mendesak uang yang nilainya naik.
Amerika Serikat pernah menjalankan standar kembar ini pada tahun 1792,
namun standar ini ditinggalkan pada tahun 1873. Selain Amerika Serikat, negara-
negara yang pernah menetapkan standar kembar adalah Belanda, Inggris, dan
Perancis.
c. Standar Pincang
Sama seperti pada standar kembar, mata uang yang beredar dalam
perekonomianpun menggunakan emas dan perak. Pemerintah menetapkan uang
emas sebagai standarnya, tetapi mata uang perak tetap beredar tanpa ada batasan
perbandingan yang jelas.
2. Standar Kertas
Sistem keuangan yang menggunakan uang kertas sebagai alat tukar dalam
perekonomian disebut standar kertas (standar kepercayaan). Uang kertas yang
beredar dalam masyarakat diterima dan digunakan karena masyarakat “percaya”
terhadap penguasa moneter. Tiap kesatuan uang tidak diukur dengan berat logam
tertentu, melainkan dengan nominalnya.
Kelebihan dan Kekurangan Standar Moneter
Setiap standar moneter memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang
dapat dilakukan oleh masing-masing negara adalah menentukan salah satu standar
monter paling sesuai dengan perekonomian yang akan dianut Berikut ini merupakan
daftar kelebihan dan kekurangan standar moneter yang ada.
Standar Emas
Kelebihan standar emas
a. Nilai mata uangnya lebih stabil, karena nilai nominal dan nilai intrinsiknya tidak
banyak berbeda.
b. Mudah melakukan konversi dengan mata uang lainnya.
c. Bernilai tinggi bagi orang yang menggunakannya.
d. Tidak ada uang palsu karena perbedaan nilai tadi.
e. Tidak mudah rusak (tahan lebih lama).
Kekurangan standar emas
a. Harga emas atau perak sama halnya dengan harga barang lainnya ditentukan
oleh jumlah yang tersedia. Misalkan pada standar emas ini ditetapkan
perbandingan resmi antara emas dan perak 1:17. Maksudnya 1 kg emas
setara dengan 17 kg perak. Apabila persediaan perak bertambah akan
mengakibatkan perbandingan yang telah ditetapkan berubah dari
perbandingan yang sesungguhnya (nyata). Perubahan ini akan dipergunakan
oleh pedagang dengan menjual emas di pasar bebas sebab dengan menjual
1 kg emas ia akan mendapatkan 17,5 kg perak, perak akan ditempa menjadi
uang perak 17 kg dan sisanya 0,5 kg merupakan keuntungan pedagang.
Mata uang emas akan menghilang dari peredaran karena habis terjual untuk
membeli emasperak sehingga akan mengakibatkan terjadinya kegoncangan
dalam sistem keuangan dan mengacaukan sistem perekonomian negara.
Mata uang yang baik akan hilang dari peredaran digantikan oleh mata uang
yang jelek. Inilah yang disebut sebagai Hukum Gresham, yaitu bad money
drives out good money.
b. Kesulitan untuk melakukan pengawasan jumlah uang yang beredar karena
ketika pemerintah mencetak uang emas dan perak, maka masyarakat akan
meleburnya jadi perhiasan.
c. Nilai uang tidak hanya ditentukan oleh nilai emas dan perak, tetapi juga oleh
faktor-faktor perekonomian pada umumnya. Nilai uang diukur dengan daya
beli uang. Daya beli uang ditentukan oleh jumlah barang yang dapat dibeli
dengan uang itu. Jika jumlah barang yang tersedia sedikit, maka harga akan
naik sehingga diperlukan emas dan perak yang lebih banyak untuk
membelinya. Ini mengakibatkan nilai emas merosot.
Standar Kembar
Kelebihan standar kembar
a. Masyarakat dapat memilih mata uang yang sesuai dengan seleranya.
b. Negara tidak akan kekurangan persediaan logam karena jika kekurangan
supply emas masih terdapat perak dan sebaliknya.
c. Adanya kerja sama ekonomi dengan negara lain yang sama-sama menganut
standar kembar kalau terjadi kelangkaan supply salah satu logam maka
masing-masing negara bisa saling menukar dan mencukupi persediaan.
Kekurangan standar kembar
a. Persediaan emas terbatas untuk menopang aktivitas perdagangan, baik
nasional maupun internasional.
b. Membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk menetapkan
nilai mata uang emas (mengukur kadar dan beratnya). • Emas sebagai high
value sulit dijangkau bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
c. Harga emas ditentukan oleh jumlah persediaan yang ada. Akibat dari
teknologi pertambangan yang tinggi, orang telah dapat menghasilkan emas
yang lebih banyak sehingga harganya semakin merosot. Pada zaman
merkantilisme, Spanyol dan Portugal menaklukkan bangsa-bangsa Indian
sehingga dibanjiri emas, tetapi kedua negara tersebut perekonomiannya
malah merosot karena memiliki terlalu banyak persediaan emas dan harga-
harga barang melonjak tinggi.
Standar Kertas
Kelebihan standar kertas
a. Uang dapat dicetak dalam jumlah yang banyak dan waktu yang relatif
singkat.
b. Biaya pembuatan uang relatif lebih murah.
c. Diterima oleh umum karena dijamin oleh pemerintah.
d. Mudah dibawa kemana-mana untuk pembayaran partai besar.
e. Risiko pengiriman uang lebih kecil.
f. Mudah dalam penyimpanan.
Kekurangan standar kertas
a. Mempunyai nilai intrinsik yang rendah dari nilai nominalnya.
b. Mudah dipalsukan karena perbedaan nilai tadi.
c. Jika pencetakan dan peredaran uang tidak terkontrol akan mengakibatkan
terjadinya gejala moneter, yakni inflasi dan deflasi.
d. Mudah rusak, robek atau terbakar.
CINTA EKONOMI
Robert A. Mundell
Robert A. Mundell (1932- ....), merupakan ekonom
sekaligus peme- nang Nobel tahun 1999 sebagai penghargaan
atas teorinya yang amat mempengaruhi perekonomian dunia
dan membantu lahirnya mata uang bersama bagi Eropa, yaitu
Euro.
Lahir di Kingston, Ontario, Mundell mendapatkan gelar sarjananya di University
of British Columbia in 1953. Ia mendapatkan menyelesaikan program paska sarjana di
the Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 1956. Kemudian ia
mengajar pada Stanford University dan Johns Hopkins Bologna Center of Advanced
International Studies sebelum akhirnya bergabung dengan International Monetary
Fund pada tahun 1961. Dari tahun 1966 to 1971, Murnell merupakan profesor
ekonomi pada University of Chicago. Mundell juga merupakan penasihat bagi PBB,
IMF, Bank Dunia, Departemen Keuangan Amerika Serikat, Pemerintah Kanada, dan
organisasi dunia lainnya.
Pemikiran Mundell yang ber- pengaruh dimulai pada tahun 1960 ketika ia mulai
mempertanyakan apakah ada keuntungan yang bisa dicapai bila negara-negara mele-
paskan mata uang mereka demi satu mata uang bersama. Pada awal tahun 60-an,
Mundell menerbitkan artikel yang menggarisbawahi keuntungan mata uang bersama
untuk menurunkan biaya perdagangan dan mengurangi ketidakpastian harga. Ia
memperkenalkan istilah “optimum currency area”, sebuah terminologi yang ia
gunakan untuk menjelaskan wilayah geografi dimana tenaga kerja dapat direlokasikan
bila wilayah lain mengalami guncangan ekonomi. Hasil kerjanya pada akhirnya
mendorong lahirnya Euro.
Pada tahun 1999, Mundell memperoleh Nobel. Penghargaan lain yang diterima
Mundell termasuk Guggenheim Prize pada tahun 1971, the Jacques Rueff Medal and
Prize pada tahun 1983, dan Distinguished Fellow Award dari American Economic
Association pada tahun 1997.
D. RANGKUMAN
1. Uang adalah segala sesuatu yang merupakan media pertukaran atau alat
pembayaran yang diterima secara umum
2. Syarat uang adalah dapat memuaskan keinginan orang yang memilikinya
(syarat psikologis). Selain itu uang juga harus memenuhi syarat tahan lama,
nilainya stabil, mudah dibawabawa, dapat dibagi-bagi, dan jumlahnya
mencukupi (syarat teknis)
3. Sejarah transaksi manusia berdasrkan alat yang digunakannya terdiri dari
barter, uang komoditi, uang kertas, dan uang giral/ uang bank.
4. Fungsi asli uang adalah sebagai alat pertukaran dan alat satuan hitung.
Fungsi turunan uang adalah alat penimbun kekayaan, alat pemindah
kekayaan, dan standar pembayaran yang ditangguhkan.
5. Jenis dapat dibedakan menurut Bahan (Material), Iembaga atau Badan
Pembuatnya, Nilainya, Kawasan/Daerah Berlakunya
6. Teori nilai uang meliputi Teori Uang Statis, Teori Nilai Uang Dinamis
7. Motif Permintaan Uang dipengaruhi Transaction Motive, Precautionary
Motive, Spekulative Motive
8. Penawaran uang hanya dipengaruhhi oleh otoritas moneter (bank sentral)
dalam menentukan jumlah uang beredar.
9. Permintaan dan penawaran uang secara bersama-sama menentukan suku
bunga pasar di pasar uang.
10. Fakor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar adalah pendapatan,
tingkat suku bunga, selera pasar, harga barang, kemudahan dan kepastian
mendapatkan kredit, serta kekayaan yang dimiliki masyarakat.
11. Standar moneter adalah benda pengukur atau patokan dijadikannya uang
dalam perekonomian suatu negara.
12. Standar logam adalah penetapan logam tertentu untuk dijadikan mata
uang dalam perekonomian, misalnya standar emas atau perak.
13. Standar kertas yang menetapkan uang kertas sebagai alat transaksi karena
masyarakat percaya terhadap penguasa moneter.