BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

35
BAB 1 ETIKA RIGHT Materi ajar dari buku Kode Etik Psikologi dan Aplikasinya di Indonesia Oleh: Karel Karsten Himawan, Wiwit Puspitasari Dewi, Kartika Shanti Sitorus, Eunike Mutiara Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Transcript of BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

Page 1: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

BAB 1

ETIKA

RIGHT

Materi ajar dari buku

Kode Etik Psikologi dan Aplikasinya di Indonesia

Oleh: Karel Karsten Himawan, Wiwit Puspitasari Dewi, Kartika Shanti Sitorus, Eunike Mutiara

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 2: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

1. Apa standar tertinggi yang membedakan benar

dan salah? Mengapa?

2. Apakah etika berasal dari dalam diri seseorang

atau merupakan bagian dari pembelajaran

lingkungan?

3. Sampai batas apa etika diperlukan? Adakah

kondisi ketika etika tidak lagi diperlukan?

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 3: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

ETIKA

• Berasal dari kata Yunani: ἠθικός atau ἦθος, yang berarti

kebiasaan atau tata cara.

• Etika = moral philosophy

• Etika menentukan perilaku yang dianggap “benar” dan “salah”.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 4: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

ETIKA

• 2 realita menurut Plato: physis (fakta) dan nomos (nilai).

• Etika berada dalam dunia nomos.

IMPLIKASI: argumen dalam etika merupakan hal retoris yang

menekankan pada bagaimana mengajak orang menganut nilai

tersebut daripada membuktikan kebenaran nilai itu.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 5: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 6: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

RELATIVISME ETIKA

Etika bersifat subjektif dan relatif karena (Graham, 2010):

1. Pendapat moral sekelompok orang berbeda, bahkan berkonflik,

dengan orang lainnya,

2. Tidak ada bukti yang mendukung salah satu pandangan lebih baik

daripada lainnya,

3. Tidak ada pembuktian empiris karena tidak ada “fakta” moral yang

dapat diobservasi.

Relativisme etika: penilaiannya bergantung pada siapa yang

menilainya.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 7: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

CONTOH

Nilai-nilai kaum gay : mencintai sesama jenis

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 8: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

PENDATANG VS

PRIBUMI

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 9: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MENEMUKAN

KESEPAKATAN

Menyusun kesepakatan :

Diperlukan sesuatu yang objektif

Dapat dilihat dan dinilai secara empiris menurut

keberadaannya yang nyata

meng”Objektifkan” moral

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 10: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MENEMUKAN

KESEPAKATAN ETIKA

REALISME MORAL

Teori yang mengungkapkan bahwa nilai-nilai moral merupakan

karakteristik yang dimiliki manusia, namun wujud nyata dari nilai itu

merupakan karakteristik dari objek fisik (Graham, 2010).

Piaget (dalam Slavin, 2008): “moralitas paksaan” / “moralitas heteronom”

• Dihukum tanpa tahu sebabnya apa.

• Aturan merupakan kesepakatan mutlak, dan keadilan merupakan

sesuatu yang otomatis.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 11: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MENEMUKAN

KESEPAKATAN ETIKA

REALISME MORAL

3 sanggahan:

1. Ada karakteristik fisik yang tidak dapat ditelusuri nilai moralnya,

seperti: terang – gelap, manis – pahit, dll.

2. Karakteristik moral tidak pernah bisa diobservasi, hanya ‘kondisi

psikologis’ yang dapat diobservasi, karena tidak ada “fakta moral”.

3. Karakteristik fisik merupakan proses pasif, sedangkan esensi dari

etika ialah suatu aksi.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 12: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MENEMUKAN

KESEPAKATAN ETIKA

RASIONALISME MORAL

Berfokus untuk menemukan kebenaran logis dari moral.

2 metode operasi penjelasan logis:

• Kenyataan faktual : 15 + 15 = 30

• Relasi antar ide :

1. Anda berjanji akan membayar hutang.

2. Janji wajib ditepati.

3. Anda berkewajiban membayar hutang.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 13: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MENEMUKAN

KESEPAKATAN ETIKA

RASIONALISME MORAL - OBJEKTIVISME

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Hard subjectivism

TIDAK ADA jawaban benar atas

SEGALA pernyataan moral.

Soft subjectivism

TIDAK ADA jawaban benar atas

BEBERAPA pernyataan moral.

Hard objectivism

Selalu ADA jawaban benar atas

SEGALA pernyataan moral.

Soft objectivism

Selalu ADA jawaban benar atas

BEBERAPA pernyataan moral.

Page 14: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

MANA PERNYATAAN OBJEKTIVISME YANG PALING

TEPAT MENGGAMBARKAN POSISI ETIKA

SEHARUSNYA?

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 15: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

Hasan (2009) mengklasifikasikan beberapa teori etika:

• Etika deskriptif – “what do people think is right?”, cth: relativisme

etika

• Etika normatif – “how should people act?”, cth: virtual theory,

utilitarianisme

• Metaetika – “what does ‘right’ even mean?”, cth: relativisme personal

dan budaya, egoisme, altruisme

• Etika terapan – masalah khusus yang kontroversial, cth: aborsi, hak-

hak hewan eksperimen, homoseksualitas, korban kekerasan, dsb.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 16: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

RELATIVISME PERSONAL

“Benar atau salahnya perbuatan sepenuhnya merupakan penilaian

subjektif seseorang. Standar satu-satunya tentang penilaian moral ialah:

perasaan pelaku terhadap peristiwa itu.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KELEMAHAN:

• Kesulitan menemukan standar kode etik yang objektif

• Penilaian moral menjadi tidak konsisten, sangat bergantung pada

perasaan

• Meremehkan kapasitas berpikir rasional manusia.

Page 17: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

RELATIVISME BUDAYA

“Benar atau salahnya perbuatan ditentukan oleh kesepakatan

sekelompok orang di tempat yang sama. Perilaku yang benar ialah yang

dapat diterima oleh budaya itu.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Muncullah istilah:

ETIKET

Page 18: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

ETIKA / ETIKET?

Seorang psikolog membocorkan kepada orangtua

klien tentang keinginan klien untuk bunuh diri.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 19: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

ETIKA / ETIKET?

Seorang psikolog mempromosikan diri dengan membuat iklan:

“GARANSI PULIH SEMPURNA HANYA DALAM SATU

SESI.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 20: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

RELATIVISME BUDAYA

“Benar atau salahnya perbuatan ditentukan oleh kesepakatan

sekelompok orang di tempat yang sama. Perilaku yang benar ialah yang

dapat diterima oleh budaya itu.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

ETIKA ETIKET

Bersifat pasti, mutlak, absolut Bersifat situasional, relatif

Berlaku sekalipun tidak ada orang

lain (tidak ada saksi mata)

Hanya berlaku jika ada orang lain

(ada saksi mata)

Perilaku dipertahankan karena hati nurani.

Perilaku dipertahankan agar dapat tetap diterima lingkungan.

Page 21: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

RELATIVISME BUDAYA

“Benar atau salahnya perbuatan ditentukan oleh kesepakatan

sekelompok orang di tempat yang sama. Perilaku yang benar ialah yang

dapat diterima oleh budaya itu.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KELEMAHAN:

Lama-kelamaan, apa yang dianggap BENAR dan SALAH bukan didasari

pada pemahaman bagaimana benar / salahnya hal itu (etika), melainkan

pada apakah hal itu dapat / tidak dapat diterima (etiket).

Page 22: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

EGOISME

“Benar atau salahnya perbuatan merupakan jawaban atas pertanyaan:

apa yang ingin dicapai dalam hidup?.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

• 2 jawaban umum: UANG dan POPULARITAS.

• 2 jenis nilai: instrumental dan intrinsik.

• 2 jenis keinginan: hasrat (desire) dan minat (interest).

EGOISME - jawaban atas pertanyaan:

apa nilai intrinsik yang menjadi minat untuk dicapai dalam hidup?

Page 23: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

APA BEDA:

EGOISME – SUBJEKTIVISME – EGOSENTRIS?

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 24: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

EGOISME

“Benar atau salahnya perbuatan merupakan jawaban atas pertanyaan:

apa yang ingin dicapai dalam hidup?.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KELEMAHAN:

• Etika bersifat abstrak dan subjektif, sulit memformulasikan yang

benar dan salah.

• Sekalipun telah berkembang menjadi ‘hedonisme’, namun masih

gagal memformulasikan nilai benar dan salah suatu hal.

Page 25: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

NATURALISME DAN TEORI NILAI (VIRTUE THEORY)

“Benar atau salahnya perbuatan bukan merupakan sesuatu yang

independen dari manusia, relatif terhadap NATUR manusia serta NILAI-

NILAI yang dianggap baik.”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

• 2 jenis “baik”: sebagai ‘atribut’ dan ‘predikat’.

• “Hari ini hari yang baik!” --- ekspresi & preferensi

• “Aspirin adalah obat penahan sakit yang baik!” --- fakta

• Persoalan etika bukan tentang “apakah X orang yang baik?”, tetapi

“Bagaimana menjalani hidup yang baik bagi manusia?”

• Hidup yang baik: sesuai ‘virtue’

• Aristoteles - 4 ‘virtue’: kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan, keadilan.

Page 26: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KELEMAHAN:

• Sulit memunculkan satu cara hidup yang dianggap paling baik.

• Sulit menemukan batasan dari masing-masing virtue yang dianggap

‘paling baik’, seperti: PENGECUT -------------------------- BERANI

NATURALISME DAN TEORI NILAI (VIRTUE THEORY)

“Benar atau salahnya perbuatan bukan merupakan sesuatu yang

independen dari manusia, relatif terhadap NATUR manusia serta NILAI-

NILAI yang dianggap baik.”

Page 27: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

UTILITARIANISME

“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari dampak perilaku tersebut

terhadap orang lain, yang diukur dari pertimbangan akan kesenangan

dan rasa sakit yang dihasilkan dari tindakan itu”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

• Minat dan tujuan masyarakat lebih tinggi daripada kepentingan sendiri

maupun golongan.

• Kebahagiaan satu orang tidak lebih penting daripada orang lain.

• Keberpusatan pada kesenangan dan kepentingan diri justru membuat

seseorang tidak senang.

• Kesenangan sejati: senang melihat orang lain senang.

Page 28: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

APA BEDA:

UTILITARIANISME – RELATIVISME BUDAYA?

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 29: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KELEMAHAN:

• Waktu terbatas untuk mempertimbangkan pleasure-pain dari tindakan.

• Waktu senggang salah, karena tidak bermanfaat.

• Kekerasan, penyiksaan, perbudakan bisa benar jika bermanfaat.

• Tindakan yang tidak menyenangkan / menyakitkan tidak dilakukan.

UTILITARIANISME

“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari dampak perilaku tersebut

terhadap orang lain, yang diukur dari pertimbangan akan kesenangan

dan rasa sakit yang dihasilkan dari tindakan itu”

Page 30: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

UTILITARIANISME

Untuk mengatasi kelemahan:

• 2 jenis utilitarianisme: tindakan dan aturan.

• U. Tindakan: nilai moral pada konsekuensi dari tindakan.

• U. Aturan: nilai moral pada aturan, baik ada / tidak tindakan.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KETERBATASAN:

Kecenderungan terkait pada aturan yang sebetulnya tidak memiliki nilai

utilitas, bahkan merugikan orang lain.

Page 31: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

KANTIAN MODEL

“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari jawaban untuk mewujudkan

‘the worthiest life’, bukan ‘the happiest life’. ”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

• The worthiest life tidak bergantung pada melakukan hal baik, karena tidak

semua hal baik berdampak baik pada orang lain.

• Atribut ‘ceria’, ‘bersahabat’, dll. hanya atribut deskriptif yang sulit dikontrol.

• Akhir dari manusia: dirinya sendiri. ‘Keberhargaan’ merupakan nilai yang

diberikan manusia pada objek itu.

• Fokus: niat (will) dan motivasi yang mendasari perilaku.

• Kant: hanya keinginan bebas (free will) yang memiliki nilai intrinsik dan

hanya tindakan bebas (free action) yang disebut tindakan rasional.

Page 32: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TEORI ETIKA

KANTIAN MODEL

“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari jawaban untuk mewujudkan

‘the worthiest life’, bukan ‘the happiest life’. ”

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

KELEMAHAN:

Silakan diskusikan bersama!

Page 33: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MODEL PENGAMBILAN

KEPUTUSAN ETIKA

McDonald (2001)

• Identifikasi masalah,

• Menguraikan alternatif yang mungkin,

• Menggunakan sumber daya etika untuk mengidentifikasi berbagai faktor

pada masing-masing alternatif,

• Mengusulkan resolusi yang memungkinkan,

• Membuat pilihan.

Winter (2009): 13 tahap pertimbangan pengambilan keputusan etika.

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 34: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

MARI BERPIKIR!

COBA KALIAN RUMUSKAN MODEL

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIKA

YANG PALING SEDERHANA DAN

KOMPREHENSIF!

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)

Page 35: BAB 1 ETIKA - spada.uns.ac.id

TERIMA KASIH

Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)