BAB 1-5 fix banget.docx
-
Upload
hafodhotusadiah -
Category
Documents
-
view
55 -
download
17
Transcript of BAB 1-5 fix banget.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu cara agar anak-anak indonesia dapat menjadi penerus
bangsa yang baik adalah dengan mendapatkan pendidikan yang baik sejak
dini.1 Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar.
Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan
makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak
benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada
banyak organ – organ dan sistem tubuh anak.2
Anak yang sehat menunjukkan gejala dan pertumbuhan dan
perkembangan yang memuaskan. Salah satu faktor lingkungan fisik yang
amat penting agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara
optimal adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-
hari.1
Sarapan atau makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting
dilakukan sebelum melakukan aktivitas belajar mengajar. Sarapan pagi
termasuk kedalam salah satu dari tiga belas pesan dasar gizi seimbang
yaitu membiasakan melakukan sarapan pagi. Menu makanan pertama yang
di konsumsi seseorang, biasanya makan malam sekitar pukul 19:00 dan
2
makan kembali di pagi hari sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-
12 jam mereka puasa. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemeteran,
pusing, dan daya konsentrasi juga akan berkurang, karena pertumbuhan
dan pasokan nutrisi yang dibutuhkan untuk otak tidak optimal, yang
berakibat kadar glukosa dibawah normal sehingga terganggunya
konsentrasi pada proses belajar.3
Studi mengenai sarapan yang dilakukan di IPB oleh Faridi,
Madonijah dan Latifah pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 46,3% anak
di beberapa SD di Duren Sawit Jakarta Timur selalu sarapan. 41,3%
kadang – kadang sarapan dan sisanya 12,4% tidak pernah sarapan.
Presentasi anak hipoglikemi di ukur pada pukul 09:00 relatif rendah (55%)
dibandingkan anak yang tidak sarapan (73%).3
Menurut penelitian Andry Arjinto pada tahun 2008 di SDN pranti
kecamatan sedati kabupaten sidoarjo dengan judul hubungan antara
kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada siswa kelas VI SDN
Pranti menunjukkan bahwa sebesar 58% siswa yang memiliki kebiasaan
sarapan pagi memiliki prestasi diatas rata - rata, dan sebanyak 16% siswa
yang tidak sarapan pagi memiliki prestasi di bawah rata – rata. Hal ini
membuktikan bahwa sarapan pagi meningkatkan daya ingat dan
konsentrasi belajar.
Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang umum terjadi. Baik
di negara maju maupun di negara berkembang. Secara klasik defisiensi di
kaitkan dengan anemia gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak
3
bukti menujukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap
kemampuan belajar dan produktivitas kerja, pengaruh defisiensi Fe
terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan
alat transport O2 yang di perlukan banyak reaksi metabolik tubuh.
Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar
tampak menurun.
Hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru – paru ke jaringan perifer
dan mengangkut karbondioksida dari jaringan perifer ke paru – paru.
Seseorang yang mempunyai kadar Hb di dalam darah lebih rendah dari
nilai normal, menyebabkan gangguan pada proses belajar, baik karena
menurunnya daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi. Untuk bisa
mempertahankan daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi di
perlukan energi yang tersedia dalam tubuh.4
Menurut penelitian Erwin Sinaga pada tahun 2005 dengan judul
hubungan kadar Hb dengan prestasi belajar pada murid SD Negeri
Lobutua Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar.
Dari latar belakang tersebut, saya sebagai peneliti berminat untuk
melakukan penelitian untuk mengkaji hubungan kebiasaan sarapan pagi
dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswi
program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati bandar
lampung.
4
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang di kemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
kebiasaan sarapan pagi dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi
belajar pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014
universitas malahayati bandar lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
Dari penelitian ini dapat diketahui hubungan kebiasaan sarapan
pagi dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar dengan
menggunakan tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) pada
mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014 universitas
malahayati bandar lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Mengetahui distribusi frekuensi mahasiswi program studi kedokteran
angkatan 2014 universitas malahayati bandar lampung yang sarapan
pagi
2. Mengetahui distribusi frekuensi konsentrasi belajar pada mahasiswi
program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati
bandar lampung
3. Mengetahui distribusi frekuensi kadar hemoglobin pada mahasiswi
program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati
bandar lampung
5
4. Mengetahui hubungan kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi belajar
5. Mengetahui hubungan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk menerapkan ilmu
kedokteran yang dimiliki dan didapat selama pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai kebiasaan
sarapan pagi, kadar hemoglobin dan konsentrasi belajar.
3. Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.ked.
1.4.2 Bagi Mahasiswi Program Studi Kedokteran Angkatan 2014 Universitas
Malahayati Bandar Lampung
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pribadi dalam
melaksanakan perilaku hidup sehat dan memberikan masukan untuk
memperbaiki makan, khususnya kebiasaan sarapan pagi.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk menulis berikutnya dalam penelitian
lanjutan tentang hubungan kebiasaan sarapan pagi dan kadar hemoglobin
terhadap konsentrasi belajar.
6
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi, sebagai bahan kepustakaan
bagi akademisi dalam kegiatan proses belajar.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup yang diteliti
sebagai berikut :
1. Judul Penelitian :
Judul penelitian yang diambil adalah hubungan kebiasaan sarapan pagi
dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswi
program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati
bandar lampung.
2. Jenis penelitian :
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional, data kadar hemoglobin dikumpulkan
dengan mengambil darah mengguanakan alat portable
hemoglobinometer (easy touch GHB), data konsentrasi belajar di lihat
dari tes Wechsler Adult Intelligence Scale ( WAIS).
3. Ruang Lingkup tempat :
Penelitian ini bertempat di kampus universitas malahayati bandar
lampung.
4. Ruang Lingkup waktu :
Bulan Februari - Maret 2015.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sarapan Pagi
2.1.1 Definisi
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum
melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya
mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar
telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan
amunisi yang lengkap.5
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh
dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan.7
Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan
aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi
yang banyak karena pada pagi hari seseorang banyak melakukan aktivitas.
Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar
dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi
diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam
pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan
menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk
melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari
8
ditubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga
untuk menggerakan jantung, paru-paru, dan otot tubuh lainnya.8
Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat
karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrien dalam otak yang dapat
meghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar
membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan
peneyerapan pelajaran.8
2.1.2 Manfaat Sarapan Pagi
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang
dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitaas kerja. Bagi
anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar lebih
baik.5
Menurut khomsan ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang
melakukan sarapan pagi, antara lain :
1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah yang
terjamin normal, maka cairan dan konsentrasi kerja bisa lebih baik
sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas.
2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan
beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin,
dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya
proses fisiologis dalam tubuh.
9
Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada
dalam keadaaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal
ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan
mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan
lemaklah yang diambil.8
Sarapan pagi termasuk dalam pedoman ilmu gizi seimbang dalam
pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan
memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan
meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi
akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih
ditingkatkan.9
2.1.3 Dampak Tidak Sarapan Pagi
Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan
kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya.
Ketika tidur di dalam tubuh tetap berlangsung oksidasi untuk
menghasilkan tenaga yang di perlukan untuk menggerakkan jantung, paru-
paru, dan alat tubuh lainnya. Oksidasi ini akan mempengaruhi kadar
glukosa dalam darah sehingga ketika bangun di pagi hari kadar glukosa
darah sudah berkurang. Untuk menaikkan kadar glukosa darah, maka
tubuh akan mengambil cadangan hidrat arang dan bila cadangan tersebut
habis, maka tubuh akan mengambil dari cadangan lemak. Dalam keadaan
seperti ini tubuh tidak akan melakukan pekerjaan dengan baik sehingga
sarapan sangat dianjurkan.6
10
Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi
belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga
kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi sangat menurun.
Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun.5
Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan
mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang
sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang
anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan
berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah
menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu.5
2.1.4 Kebiasaan Makan Pada Pelajar
Mahasiswa/i sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan
khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku
hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa/i
sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya
sehari-hari seperti makan yang tidak teratur, tidak sarapan pagi atau
bahkan tidak makan siang serta sering mengkonsumsi jajanan.10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom tentang
hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di
asrama putra kampus Universitas Airlangga, diperoleh bahwa meskipun
sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada
yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.10
11
2.1.5 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia
yaitu, faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor
intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia).11
1. Faktor Ekstrinsik Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Adapun faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan, antara
lain:
a. Lingkungan Alam
Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya
diwarnai oleh jenis-jenis bahan yang umum dan dapat diproduksi
setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan
merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat dihasilkan
sendiri.11
Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan
makan. Selain itu, jenis/macam alat dapur, bahan bakar untuk
memasak, waktu yang tersedia bagi ibu untuk bekerja di dalam dan di
luar rumah, jarak antara rumah dan tempat bahan makanan dapat juga
mempengaruhi kebiasaan makan.11
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang
perbedaan-perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku
mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan
kebudayaan yang telah dianut turun-temurun.11
12
Di dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering
ditemukan adanya perbedaan antara suami dan isteri, orang tua dan
anak, tua dan muda. Suami/ayah sebagai kepala rumah tangga harus
diistimewakan dalam hal makanannya terhadap anggota keluarga yang
lain, kemudian baru anak-anak dan prioritas terakhir adalah ibu.11
c. Lingkungan Ekonomi
Distribusi pangan banyak ditemukan oleh kelompok-kelompok
masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat
ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung beras,
dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya
golongan masyarakat ekonomi rendah, yang justru pada umumnya
produsen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang
memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.11
2. Faktor Intrinsik Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
a. Asosiasi emosional
Seorang ibu akan memberikan ASI dan makan kepada anak-
anaknya dengan penuh cinta kasih agar anak-anaknya memiliki
tumbuh kembang jasmani dan rohani yang baik. Kenangan manis
dalam bentuk cara pemberian makanan oleh si ibu akan mendasari
kebiasaan makan anak dalam kehidupan selanjutnya.
b. Keadaan Jasmani
13
Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan
makan. Bosan, lelah, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan
yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya dapat
berkurangnya nafsu makan sebagai tempat pelarian.11
c. Penilaian Yang Lebih Terhadap Mutu Pangan
Pola pangan yang sudah turun-temurun mempunyai ikatan kuat
dengan tradisi kehidupan masyarakat. Dari segi gizi kebiasaan makan
yang baik yaitu yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi,
sedangkan kebiasaan makan yang jelek antara lain seperti anak-anak
dilarang makan daging/ikan dengan alasan takut kecacingan.11
2.2 Hemoglobin
2.2.1 Definisi
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan
lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat
gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.12
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui
fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.12
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah
merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml
14
darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada
darah.
Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang
berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung
satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme
adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara
kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin.
2.2.2 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-
butiran darah merah.13 Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah
kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut
“100 persen”.12 Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar
ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku
bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin.14
Tabel 2.2.2 Nilai Normal Hemoglobin Setiap Umur Menurut WHO
Usia Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)Bayi Baru Lahir 15.2– 23.6
Anak Usia 1-3 Tahun 10.8 – 12.8Anak Usia 4 – 5 Tahun 10.7 – 14.7Anak Usia 6 – 10 Tahun 10.8 – 15.6
Laki – laki 14.0 – 18.0Perempuan 12.0 – 16.0
15
2.2.3 Struktur Hemoglobin (Hb)
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal
dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan
situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme.
Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin, globin
sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein
mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan
banyak dipelajari.12
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan
beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural
dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang
lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi
64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme,
sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat
molekul oksigen.13
2.2.4 Pembentukan Hemoglobin (Hb)
Mula – mula, suksinil – KoA, yang dibentuk dalam siklus kreb
berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat
pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian
bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap
molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yaitu globin
yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang
16
disebut rantai hemoglobin. Tiap – tiap rantai mempunyai berat molekul
kira – kira 16.000. Empat rantai ini selanjutnya akan berikatan longgar
satu sama lain untuk membentuk hemoglobin yang lengkap.15
Terdapat beberapa variasi kecil di berbagai rantai subunit
hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino di bagian
polipeptidanya. Tipe – tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai
gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada
orang dewasa yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai
alfa dan dua rantai beta. Hemoglobin A mempunyai berat molekul
64.458.15
Karena setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah gugus
prostetik heme yang mengandung satu atom besi, dan karena adanya
empat rantai hemoglobin di setiap molekul hemoglobin, kita dapat
menemukan adanya empat atom besi di setiap molekul hemoglobin. Setiap
atom ini dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigen, sehingga
empat molekul oksigen (atau delapan atom oksigen) dapat diangkut oleh
setiap molekul hemoglobin.15
2.2.5 Fungsi Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh
sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai
reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam
17
sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam
hemoglobin.16
Menurut Depkes RI adapun fungsi hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia.
2.2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
1. Metode Sahli
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi
globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara
dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl
membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan
dengan warna standar. Untuk memudahkan perbandingan, warna
standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang
terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
18
Karena yang membandingkan adalah dengan secara langsung, maka
subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain,
misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi
hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah
yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di
lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya
telat terlatih hasilnya dapat diandalkan.17
2. Metode Cyanmethemoglobin
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan
yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih
adalah metode cyanmethemoglobin.
Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida
menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida
membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas
warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar.
Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih
objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga
belum semua laboratorium memilikinya.
Prinsipnya adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin
dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium
ferisianida. Absorbensi larutan diukur pada panjang gelombang 540
nm. Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah hemoglobin,
oxyhemoglobin, methemoglobin, dan karboxymoglobin menjadi
19
cyanmethemoglobin, sedangkan sulfhemoglobin tidak berubah karena
tidak diukur. Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat
dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena
standar cyanmethemoglobin yang ditanggungkan kadarnya stabil dan
dapat dibeli. Larutan drabkin teridri atas natrium bikarbonat 1 gram,
kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200 mg, aqudest 100 ml.17
3. Metode Tallquist
Prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala
warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai
warna merah tua.
Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja,
sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml
darah. Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai
dari merah muda 10% di tengah-tengah ada lowong dimana darah
dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara
langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-
50%.17
4. Metode sulfat
Cara ini dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor
yang diperlukan untuk transfuse darah. Hasil dari metode ini adalah
persen dari hemoglobin. Perlu diketahui bahwa kadar hemoglobin
cukup kira-kira 80% hemoglobin. Kadar minuman ini ditentukan
20
dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan kufrisulfat dengan
berat jenis.17
2.2.8 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
1. Reagen
Reagen adalah bahan pereaksi yang harus selalu baik kualitasnya
mulai dari saat penerimaan, semua reagen yang dibeli harus harus
diperhatikan nomor lisensi kadaluarsanya, keutuhan wadah atau botol
atau cara transportasinya.
2. Metode
Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang mengikuti
perkembangan metode pemeriksaan dengan pertimbangan
kemampuan laboratorium tersebut dan biaya pemeriksaannya. Petugas
laboratorium harus senantiasa bekerja dan mengacu pada metode yang
digunakan.
3. Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan meliputi ; cara pengambilan specimen,
pengiriman specimen, penyimpanan specimen, dan persiapan sampel.
Lingkungan dalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya,
suhu kamar, kebisingan, luas dan tata ruang.
4. Tenaga labratorium.
Dalam hal ini yang diharapkan adalah petugas laboratorium harus
mengusai alat dan teknik dibidang laboratorium.
5. Sampel
21
Kekeruhan dalam suatu sampel darah dapat mengganggu dalam
fotokolorimeter dan menghasilkan absorbensi dan kadar Hb yang
lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat
disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia, dan adanya globulin
abnormal seperti pada macro iobulinemia.18
2.3 Konsentrasi Belajar
2.3.1 Definisi Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pemikiran, atau terpusatnya
perhatian terhadap informasi atau kepada bahan pelajaran yang sedang di
pelajari.19
2.3.2 Penyebab Timbulnya Konsentrasi Belajar
1. Lemahnya Minat Dan Motivasi Pada Pelajaran
Jika seseorang kurang berminat dan tidak ada motivasi untuk
belajar, maka akan mudah terpengaruh pada hal – hal lain yang lebih
menarik perhatian ketika proses belajar berlangsung. Hal lain tersebut,
tentunya masalah yang tidak ada hubungannya dengan apa yang di
pelajari, terutama dengan hal – hal yang bersifat menyenangkan,
sehingga pada akhirnya seseorang tidak mengerti isi pelajaran yang
seharusnya di perhatikan secara intensif.19
2. Timbulnya Perasaan Negatif Seperti Gelisah, Tertekan, Marah, Khawatir,
Takut, Benci, Dan Dendam
22
Perasaan tidak enak yang di timbulkan oleh adanya konflik dengan
pihak lain atau rasa khawatir karena suatu hal sehingga menyita sebagian
besar perhatian seseorang. Perhatian yang terpecah ini tentu menyulitkan
seseorang mengikuti pelajaran dengan baik. Dengan kata lain, seseorang
akan mudah kehilangan konsentrasi belajar dengan baik.19
3. Suasan Belajar Yang Berisik Dan Berantakan
Suara hiruk – pikuk kendaran, suara musik yang keras, suara TV,
suara orang yang sedang bertengkar, dapat mempengaruhi seseorang
dalam konsentrasi belajar.19
2.3.3 Aspek Konsentrasi Belajar
1. Pemusatan Pikiran
Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, nyaman,
perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran yang di hadapi.
2. Motivasi
Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.
3. Rasa Khawatir
Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal
dalam melakukan pekerjaannya.
4. Perasaan Tertekan
Perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan
dorongan/tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
23
5. Gangguan Pemikiran
Hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun
maupun orang sekitar sendiri : misalnya masalah ekonomi keluarga,
masalah pribadi individu.
6. Gangguan Kepanikan
Hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk was – was akan
menunggu hasil yang akan di lakukan maupun yang sudah di lakukan
oleh seseorang tersebut.
7. Kesiapan Belajar
Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran,
sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang di milikinya.
8. Kebiasaan sarapan pagi
Sarapan pagi merupakan indikator status gizi yang sangat berperan
untuk menunjang proses belajar. Bagi para pelajar untuk bisa
mempertahankan kemampuan konsentrasi belajar, diperlukan energi
yang cukup dalam tubuh dan otak. Energi tersebut terutama berasal
dari glukosa dan oksigen yang di trasnportasikan oleh aliran darah.
Glukosa dan oksigen sangat penting bagi perkembangan dan aktivitas
sel – sel otak. Tanpa suplai yang cukup dari kedua substansi tersebut,
sel – sel otak tidak dapat berkembang, bertahan, dan melakukan
aktivitas secara optimal. Glukosa dan oksigen tersebut dapat diperoleh
dari makanan yang masuk ke dalam tubuh melalui serangkaian proses
metabolisme salah satunya dengan melakukan sarapan pagi.
24
2.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Banyak hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan
belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor – faktor yang
menyebabkan kesulitan untuk konsentrasi dapat di golongkan menjadi dua
faktor.20
1. Faktor Intern
a. Faktor Biologis
Faktor biologis adalah faktor yang berhubungan dengan jasmaniah
seseorang. Faktor ini misalnya :
1) Kesehatan
Kesehatan adalah faktor penting dalam belajar. Pelajar yang
tidak sehat dan asupan gizi tidak seimbang tentu tidak dapat
belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu dan
pelajaran sukar masuk. Begitu juga dengan anak yang
badannya lemah, sering pusing dan sebagainya tidak akan
tahan dalam belajar dan akan lekas capai.20
2) Cacat Badan
Cacat badan dapat juga menghambat belajar dan yang
termasuk cacat badan misalnya setengah buta, setengah tuli,
gangguan bicara, dan sebagainya. Siswa yang mengalami cacat
badan alangkah lebih baik jika dimasukkan dalam pendidikan
khusus atau pendidikan luar biasa.20
b. Faktor Psikologis
25
Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan
rohaniah. Termasuk dalam faktor ini adalah intelegensi, perhatian,
minat, bakat, emosi.20
1) Intelegensi
Faktor intelegensi adalah faktor intern yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Jika pembawaan
intelegensi seseorang memang rendah, maka akan sukar
mencapai hasil belajar yang baik. Selain faktor intelegensi atau
kecerdasan, ada pula faktor lain yaitu cacat - cacat mental dan
cacat yang di bawa sejak lahir. Termasuk cacat ini adalah
idiosi, embisilitas dan debilitas.20
2) Perhatian
Perhatian juga merupakan faktor penting dalam usaha
belajar. Untuk dapat menjamin belajar yang baik, harus ada
perhatian terhadap bahan yang di pelajari. Apabila bahan
pelajaran itu tidak menarik, maka timbulah rasa bosan, malas
dan belajarnya harus di kejar – kejar sehingga prestasi
belajarnya menurun. Untuk itu maka pendidikan harus
mengusahakan agar bahan pelajaran yang diberikan dapat
menarik perhatian.20
3) Minat
Pelajaran yang menarik minat atau keinginan akan dapat
dipelajari dengan sebaik – baiknya. Sebaliknya bahan yang
26
tidak sesuai dengan minat atau keinginan pasti tidak dapat di
pelajari dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Minat sering timbul bila ada perhatian.20
4) Bakat
Bagi yang memiliki bakat, ia selalu baik dalam belajarnya,
sehingga ia merasa senang dan selalu berusaha lebih giat lagi.
Bagi yang selalu gagal, maka kesenangan belajarnya akan
makin berkurang dan mengalami kesukaran – kesukaran. Oleh
karena itu, pengertian tentang bakat adalah hal yamg juga
menentukan dalam suksesnya belajar.20
5) Emosi
Dalam keadaan emosi yang mendalam ini tentu belajarnya
mengalami hambatan – hambatan. Ini membutuhkan situasi
yang cukup tenang dan penuh pengertian agar belajarnya dapat
lancar.20
2. Faktor Ekstern
a. Suasana lingkungan fisik yang meliputi : kondisi ruang dalam
kelas, kebersihan kelas, ventilasi kelas, pengaturan ruangan kelas,
panjang kelas, dan lain – lain.20
27
b. Suasana lingkungan sosial, yaitu suasana lingkungan yang
berhubungan pola interaksi antar personil yang ada di lingkungan
kelas. Misal interaksi antara guru atau dosen dengan mahasiswa,
dan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya dll.20
2.3.5 Kiat Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Ada beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar, antara lain :
1. Kenali Karakter Sendiri
Gaya belajar setiap orang berbeda – beda, tidak setiap individu
mempunya gaya belajar yang sama. Kembar identikpun mempunyai
perbedaan sifat atau karakter. Gaya belajar tiap individu bermacam –
macam, ada yang baru bisa belajar dalam keadaan yang benar – benar
sunyi atau sepi tetapi ada juga yang belajar sambil mendengarkan
musik dan mengemil (memakan-makanan ringan).20
2. Mengubah Kebiasaan Belajar
Belajar tidak harus di dalam kamar. Tidak ada salahnya apabila sekali
– kali belajar di luar rumah. Bahkan bila perlu belajar di tempat
makan (cafe) ataupun tempat yang menyenangkan lainnya.yang
penting dapat melakukan belajar dengan baik. Hal ini juga dapat
mengurangi ketegangan serta kejenuhan dalam belajar.20
3. Persiapan Sarana Prasaran Yang Lengkap
Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung belajar dapat pula
meningkatkan konsentrasi belajar. Posisikan mungkin tempat belajar
jauh dari televisi. Karena godaan terbesar dalam memperoleh
28
konsentrasi belajar keinginan hati untuk menyaksikan acara – acara
televisi. Dengan meletakkan semua kebutuhan selama proses belajar
dekat dengan dengan posisi seseorang yang sedang belajar, di
harapkan tidak perlu meninggalkan posisi belajarnya hanya sekedar
untuk mengambil beberapa kebutuhan perlengkapan belajar. Dengan
demikian, konsentrasi tidak akan terpecah. baik, memilih cara belajar
yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.20
2.3.6 Cara Mengukur Konsentrasi
Pengukuran konsentrasi belajar menggunakan tes Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS) adalah tes yang standar untuk mengukur
potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 tahun sampai 75 tahun atau
lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa menyajikan tes
WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-
petunjuk dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.21
Ruangan tempat testing harus bebas dari suara dan gangguan yang
mengacaukan. Ruangan itu harus diberikan penerangan dan ventilasi udara
yang secukupnya. Meja kursi harus diatur sedemikian rupa sehingga
subyek dan tester merasa senang, subyek dapat mengerjakan bahan-bahan
dengan bebas, tester dapat menyajikan bahan-bahan, mengamati pekerjaan
subyek, dan mencatat jawaban subyek.21
Aspek yang dinilai:
a. Arithmatic (Hitungan)
29
Berupa soal perhitungan matematika sederhana yang diberikan
secara audiotori atau dibacakan untuk mengukur fokus dan
konsentrasi.
b. Digit Span (Rentangan Angka)
Meminta peserta menyebutkan deret angka yang dibacakan tester,
mengukur short trem memory, fleksibilitas, atensi dan konsentrasi.
c. Digit Symbol (Simbol Angka) – Symbol/Coding
Nantinya skor ke 2 subtes akan diratakan sehingga diperoleh rentang
1-18, dengan klasifikasi :
a. Rendah 1-4
b. Kurang 5-8
c. Cukup 9-11
d. Baik 12-15
e.Tinggi 16-18
Penyajiannya secara individual, untuk bisa menyajikan tes WAIS
dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-petunjuk
dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.21
2.4 Kerangka Teori
Tidak Sarapan Pagi
kebutuhan energi dan kalori berkurang
Hb rendah < 12 gr/dl
Anemia
30
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi Belajar.
Keterangan : : Di Teliti : Tidak Di Teliti
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, maka kerangka konsep penelitian mengenai Hubungan
Kebiasaan sarapan Pagi dan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi
Belajar Pada Mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Malahayati
Bandar Lampung Angkatan 2014 dapat di gambarkan sebagai berikut :
Variabel Independent (X) Variabel Dependent (Y)
Konsentrasi Belajar menurun
Penurunan kemampuan
kognitif
Gangguan penurunan fungsi
neurologis
Gangguan Mielinisasi, neurotransmiter dan fungsi hipocampus
Penurunan kemampuan kognitif
Daya konsentrasi menurun
konsentrasi menurun
Kebiasaan Sarapan Pagi
31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi Belajar
2.6 Hipotesa
1. Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan
konsentrasi belajar
Ha : Ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi
belajar
2. Ho : Tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan konsentrasi
belajar
Ha : Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan konsentrasi
belajar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Kadar Hemoglobin Perempuan
12.00 gr/dl – 16.00 gr/dl
Konsentrasi Belajar
32
Jenis penelitian adalah survey analitik dengan cross sectional study,
dimana peneliti menjalankan pengumpulan data satu kali berdasarkan
survey dari kuesioner dan pengukuran kadar hemoglobin.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Universitas Malahayati Bandar Lampung.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada bulan Februari - Maret 2015.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan
pendekatan cross sectional study, yaitu melakukan tinjauan terhadap
tindakan kebiasaan sarapan pagi, kadar hemoglobin, dan konsentrasi
belajar pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014
universitas malahayati bandar lampung.
3.4 Subyek Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Pemilihan populasi
dan sampel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil atau
tidaknya suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
mahasiswi program studi kedokteran universitas malahayati bandar
lampung angkatan 2014.
3.4.2 Sampel
33
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian objek yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi dan
metode pengambilan sampel secara total sampling.
Penentuan besarnya sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
Slovin, yaitu :25
n = N
1+N (d2)
n = 149
1+149(0,052)
n = 149
1,372
n = 108,6 108
Jadi, besarnya sampel minimum pada penelitian ini adalah 108 responden.
3.4.3 Kriteria Inklusi
a) Seluruh mahasiswi angkatan 2014 Program Studi Kedokteran
Universitas Malahayati Bandar Lampung
b) Mahasiswi yang bersedia mengikuti penelitian
3.4.4 Kriteria Eksklusi
a) Mahasiswi yang sedang sakit / begadang (waktu tidur < 8 jam)
b) Mahasiswi yang sedang menstruasi
c) Mahasiswi yang tidak bersedia mengikuti penelitian
Dimana :
n = Jumlah sampel minimumN = Jumlah populasid = nilai presisi 0,05 (5%)
34
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsentrasi belajar.
3.5.2 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan sarapan pagi dan
kadar hemoglobin.
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala1 Dependent
(Konsentrasi Belajar)
Kemampuan fokus
kuesioner Wechsler Adult Intelligence Scale
1= Rendah (1-4)2= Kurang (5-8)
Ordinal
35
mahasiswi untuk mengerjakan test yang akan di berikan pada saat penelitian
(WAIS) 3=Cukup (9-11)4=Baik(12-15)5=Tinggi(16-17)
2 Independent
( kebiasaan Sarapan Pagi)
(Kadar Hemoglobin)
Sarapan pagi adalah kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu.
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah
Kuesioner
Portabel Hb (Easy Touch Strip Nesco GHB)
Angket
Observasoinal pemeriksaan kadar hemoglobin
1= Tidak Sarapan2=Sarapan
1= Normal ( 12.00 – 16.00 gr/dl )2 = Rendah ( <12.00 gr/dl )3 = Tinggi (> 16.00 gr/dl)
Ordinal
Ordinal
3.7 Cara Ukur
Penelitian dijalankan dengan menganalisis kuesioner (data primer), dan
pengukuran kadar hemoglobin menggunakan cara hemoglobinometer pada
mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati
bandar lampung.
3.8 Bahan Dan Alat
1. Instrumen Penelitian
Alat ukur yaitu satu set alat pengukuran cek Hb digital yaitu alat test darah
portable Hb digital adalah alat untuk mengukur kadar hemoglobin (Hb)
36
darah portable yang praktis. Agar memudahkan analisa Hb darah jika
seandainya responden tidak ingin di ambil darah. Adapun fitur yang di
tawarkan :
o Sampel darah ≥ 2.6 ul
o Testing time : 6 detik
o Sampel type : finger capillary whole blood
o Power : 1,5V (AAA) x 2
o Meter dimendion HxWxD (mm) : 88 x 64 x 22
o Display : LCD Display (35 x 45 mm)
o Weight : 59 grams, without batteries
o Life of battery : more than 1000 times
o Technology : Electrode – based biosensor
o Measuring range : 7-26 g/dl (4,3-16,1 mmo/L)
o Sudah termasuk 5 strip Hemoglobin
o Calibrasi : Plasma equivalent
o Memory capacity : 100 test relts
o Operating condition temperatur humidity : 57,2 – 1040F (14-400C)
≤ 85% Relative Humigity
o Meter storage condition (Transportation condition) temperature
humidity : 14-1400F (-10-600C) ≤ 95% Relative Humigity
o Hematocrits range : 30-55%
Kelengkapan isi item dalam kotak :
37
o Puncturer (lancing device)
o Code Key Slot
o Lancets (3)
o Log Book
o Check Strip
o 2 baterai AAA
Alat lain untuk mendukung cek Hb digital di perlukan :
o Auto Lancet (pena lancet)
o Jarum Lancet
o Hb Test Strips
o Kapas Alkohol
o Baterai Baru AAA
2. Prosedur Penelitian
Prosedur pengambilan darah
o Siapkan pena lancet dan jarum lancet
o Masukkan jarum lancet ke dalam pena lancet dan tutup sampai
terdengar “klik”
o Atur kedalaman jarum angka 0 – 4 (gunakan kedalaman 4 untuk
mendapatkan darah yang di perlukan)
o Siapkan kapas alkohol, sterilkan jari telunjuk kemudian tempelkan
ujung pena lancet
38
o Tekan ujung sebaliknya dari pena lancet sampai bunyi “klik”
o Tekan jari telunjuk sampai terlihat darah lalu tempelkan jari yang
berisi darah ke strip Hb
Prosedur cek kadar Hb
o Cek terlebih dahulu alat digital cek Hb dalam kondisi baik
o Cek baterai yang akan di gunakan masih dalam keadaan baik
o Hidupkan power, seting data dan waktu, masukkan code key slot
Hb lihat tulisan “CODE” dilayar masukkan code key slot Hb
o Masukkan test strip HB (warna pink)
o Tempelkan darah di ujung strip
o Tunggu 6 detik maka hasil kadar Hb sudah dapat dilihat
3. Informed Concent Kuesioner
o Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang
penelitian dan gambaran kuesioner.
o Bila responden bersedia, maka responden di minta untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed Concent)
o Responden yang bersedia, diberikan pengarahan dan diminta untuk
mengisi kuesioner
o Mengkoreksi kuesioner yang sesuai dengan kriteria inklusi
3.9 Alat Ukur
Menggunakan tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) tes ini
meliputi kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi. Kuesioner kebiasaan
39
sarapan pagi yang dibagikan kepada mahasiswi, serta pengukuran kadar
hemoglobin dengan menggunakan portable hemoglobinometer atau easy
touch GHB pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014
universitas malahayati bandar lampung.
3.10 Metode Pengumpulan Data
Pengukuran data di peroleh dari data primer yaitu kuesioner, dan
pengukuran kadar hemoglobin pada mahasiswa. Kemudian hal-hal yang
diperlukan akan dicatat dan ditabulasikan sesuai dengan variabel. Data
yang dicatat meliputi :
1. Kebiasaan Sarapan pagi
2. Nilai kadar hemoglobin
3. Konsentrasi belajar
3.11 Pengolahan Data
Data yang telah diporeh akan diubah kedalam bentuk tabel, kemudian data
diolah dengan menggunakan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) pada komputer. Kemudian proses pengolahan data
menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :
1. Editing, bertujuan untuk meneliti kelengkapan dan konsistensi
jawaban dari lembaran observasi yang telah di isi oleh peneliti.
2. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama
penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
3. Data entery, entry data di lakukan dengan memasukkan kode atau
koding pada program komputer.
Pengumpulan Sampel
Pembagian Angket
Mahasiswi Program Studi Kedokteran Universitas Malahayati Bandar
Lampung Angkatan 2014 Sesuai Kriteria Inklusi Dan Eksklusi
40
4. Cleaning, cleaning data merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dientri, apakah ada kesalahan tersebut terjadi pada saat
kita mengentri ke komputer.
5. Tabulating, tabulasi data adalah kegiatan mengelompokkan atau
menyusun data ke dalam tabel yang di buat sesuai maksud dan tujuan.
3.12 Analisa Data
3.12.1 Univariat
Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk memperoleh
gambaran pada masing – masing variabel, kemudian di distribusikan
dalam tabel frekuensi.
3.12.2 Bivariat
Analisis yang di lakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independent (kebiasaan sarapan pagi, kadar hemoglobin),dan dependent
(konsentrasi belajar) dengan melakukan uji statistik Chi-square. Untuk
melihat derajat kemaknaan perbedaan menggunakan α = 0,05, dimana jika
P value <α, maka hasil perhitungan secara statistik bermakna dan jika P
value >α, maka hasil perhitungan secara statistik tidak bermakna.
3.13 Alur Penelitian
41
Gambar 3.1 Alur Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Karateristik Responden
42
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi fakultas
kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014. Jumlah populasi
dalam penelitian ini sebanyak 146 orang sesuai dengan kriteria inklusi
menggunakan teknik total sampling. Berikut gambaran karateristik
responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dan grafik 4.1.
Tabel 4.1 Gambaran karateristik responden berdasarkan usia pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.
Usia Jumlah(n) Persentase (%)
17 Tahun 17 11,6%
18 Tahun 90 61,6%
19 Tahun 30 20,5%
20 Tahun 8 5,5%
22 tahun 1 0,7%
Jumlah 146 100 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden dengan usia 18
tahun paling banyak yaitu 90 orang dengan persentase 61,6%, sedangkan
responden usia 17 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 11,6%, 19
tahun sebanyak 30 orang dengan presentase 20,5%, usia 20 tahun
sebanyak 8 orang dengan presentase 5,5% dan responden usia 22 tahun
hanya 1 orang dengan persentase 0,7%.
43
17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 22 Tahun0
10
20
30
40
50
60
7080
90
100
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Grafik 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.
4.1.2 Analisis Univariat
1. Sarapan Pagi
Dari hasil penelitian berdasarkan sarapan pagi pada masing-masing
responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarapan pagi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014.
Sarapan Pagi Jumlah (n) Persentase (%)
Sarapan pagiTidak sarapan pagi
5789
39,0%61,0%
Jumlah 146 100 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan sebagian besar mahasiswi
fakultas kedokteran Umum Universitas Malahayati Angkatan 2014 yang
tidak sarapan pagi sebanyak 89 orang dengan presentase 61,0% dan yang
sarapan pagi sebanyak 57 orang dengan presentase 39,0%.
17 orang
90 orang
30 orang
8 orang1 orang
44
Sarapan pagi Tidak sarapan pagi0
10
20
30
40
50
60
7080
90
100
Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi
Grafik 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarapan pagi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.
2. Kadar Hemoglobin
Dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran kadar hemoglobin pada
masing – masing responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin pada mahasiswi fakultas kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014.
Kadar Hemoglobin Jumlah (n) Persentase (%)
NormalRendahTinggi
62840
42,5%57,5%
0%
Jumlah 146 100 %
Berdasarkan tabel dan grafik diatas didapatkan sebagian besar
mahasiswi fakultas kedokteran Umum Universitas Malahayati Angkatan
2014 yang kadar hemoglobin rendah sebanyak 84 orang dengan presentase
57,5% dan yang kadar hemoglobin normal 62 orang dengan presentase
42,5%.
57 orang
89 orang
45
Normal Rendah0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin
Grafik 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.
3. Tingkat Konsentrasi Belajar
Dari hasil penelitian berdasarkan tingkat konsentrasi responden, dapat
dilihat pada tabel dan grafik 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat konsentrasi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014.
Tingkat Konsentrasi belajar
Jumlah (n) Persentase (%)
RendahKurangCukupBaik
Tinggi
78136220
4,8%55,5%24,7%15,1%
0
Jumlah 146 100%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas tingkat konsentrasi sabagian besar
responden, mempunyai tingkat konsentrasi kurang yaitu didapatkannya
sebesar 81 responden dengan persentase 55,5%. Kemudian, untuk tingkat
konsentrasi kategori cukup didapatkan sebesar 36 responden dengan
persentase 24,7%. Sedangkan, untuk tingkat konsentrasi kategori rendah
84 orang
62 orang
46
didapatkan sebesar 7 responden dengan persentase 4,8%, dan untuk tingkat
konsentrasi kategori baik hanya didapatkan sebanyak 22 responden dengan
persentase 15,1%.
rendah(0-4) kurang(5-8) cukup(9-11) baik(12-15)0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Konsentrasi Belajar
Grafikl 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat konsentrasi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.
4.1.3 Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat, digunakan Uji Chi-square sebagai alat analisis
dengan hasil analisis sebagai berikut:
7 orang
81 orang
36 orang
22 orang
47
1. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar
Tabel 4.5 Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar
Kebiasaan Sarapan
Pagi
Konsentrasi Belajar Total p value
Rendah Kurang Cukup Baik
N % N % N % N % N %
Tidak Sarapan
7 7,9% 80 89,9% 2 2,2% 0 0% 89,0 100%
0.000Sarapan 0 0% 1 1,8% 34 59,6% 22 38,6% 57,0 100%
Jumlah 7 4,.8% 81 55.5% 36 24.7% 22 15.1% 146 100%
*Uji Chi-square
Berdasarkan dari hasil penelitian di dapatkan responden yang tidak
melakukan sarapan pagi dengan konsentrasi rendah sebanyak 7 orang atau
7,9%, tidak sarapan pagi dengan konsentrasi kurang sebanyak 80 orang
atau 89,9%, tidak sarapan pagi dengan konsentrasi cukup sebanyak 2
orang atau 2,2%. Sedangkan responden yang melakukan sarapan pagi
dengan konsentrasi kurang sebanyak 1 orang atau 1,8%, melakukan
sarapan pagi dengan konsentrasi cukup sebanyak 34 orang atau 59,6%,dan
responden yang melakukan sarapan pagi dengan konsentrasi baik sebanyak
22 orang atau 38,6%. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji
Chi-square dengan p value 0.000 (p<0.05), menujukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kedua variabel, maka H0 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
sarapan pagi terhadap konsentrasi belajar.
48
2. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Konsentrasi Belajar
Tabel 4.6 Hubungan kadar hemoglobin dengan konsentrasi belajar
Kadar Hemoglo
bin
Konsentrasi Belajar Total p value
Rendah Kurang Cukup Baik
N % N % N % N % N %
Rendah 7 8.3% 60 71.4% 11 13.1% 6 7.1% 84 100%
0.000Normal 0 0% 21 33.9% 25 40.3% 16 25.8% 62 100%
Jumlah 7 4.8% 81 55.5% 36 24.7% 22 15.1% 146 100%
*Uji Chi-square
Berdasarkan penelitian didapatkan responden kadar hemoglobin
rendah dengan konsentrasi belajar rendah sebanyak 7 orang atau 8.3%,
responden dengan kadar hemoglobin rendah konsentrasi belajar kurang
sebanyak 60 orang atau 71.4%, responden dengan kadar hemoglobin
rendah konsentrasi belajar cukup sebanyak 11 orang atau 13.1%, dan
responden dengan kadar hemoglobin rendah konsentrasi baik sebanyak 16
orang atau 25.8%. Sedangkan responden dengan kadar hemoglobin normal
konsentrasi belajar kurang sebanyak 21 orang atau 33.9%, responden
dengan kadar hemoglobin normal konsentrasi belajar cukup sebanyak 25
orang atau 40.3%, dan responden dengan kadar hemoglobin normal
konsentrasi belajar baik sebanyak 16 orang atau 25.8%. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan Uji Chi-square dengan p value 0.000
(p<0.05), menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedua
variabel, maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin terhadap konsentrasi
belajar.
49
4.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswi fakultas
kedokteran umum periode 2014 universitas malahayati bandar lampung
dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini :
4.2.1 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Terhadap Konsentrasi Belajar
Berdasarkan Tabel 4.5 dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan sarapan pagi terhadap konsentrasi belajar. Dari
perhitungan yang terlampir, didapatkan nilai p-value sebesar 0.000 yang
artinya p-value < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
terdapat hubungan antara kedua variabel.
Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemeteran, pusing, dan daya
konsentrasi juga akan berkurang, karena pertumbuhan dan pasokan nutrisi
yang dibutuhkan untuk otak tidak optimal, yang berakibat kadar glukosa
dibawah normal sehingga terganggunya konsentrasi pada proses belajar.3
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Andry Arjinto pada tahun 2008 di SDN pranti kecamatan
sedati kabupaten sidoarjo dengan judul hubungan antara kebiasaan sarapan
pagi dengan prestasi belajar pada siswa kelas VI yang menunjukkan bahwa
sebesar 58% siswa yang memiliki kebiasaan sarapan pagi memiliki
prestasi diatas rata - rata, dan sebanyak 16% siswa yang tidak sarapan pagi
memiliki prestasi dibawah rata – rata dengan menghitung nilai p value
50
0.04 (p< 0.05), hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan antara
kebiasaan sarapan dengan konsentrasi dan prestasi belajar.22
Penelitian Adyana pada tahun 2004 tentang hubungan antara
sarapan pagi dengan konsentrasi belajar anak usia sekolah di SD Negeri 7
Kawan Kabupaten Bangli mengatakan bahwa anak yang melakukan
sarapan pagi yaitu sebesar 79,4% memiliki konsentrasi belajar dalam
kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan nilai p value sebesar 0.000
(p<0.05). sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup
kuat antara sarapan pagi dengan kosnentrasi belajar.23
4.2.2 Hubungan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi Belajar
Hasil uji Chi-square seperti pada Tabel 4.6 terlihat bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin terhadap konsentraasi
belajar dengan p value 0.000 (p<0.05), yang artinya terdapat hubungan
antara kedua variabel.
Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru – paru kejaringan perifer
dan mengangkut karbondioksida dari jaringan perifer ke paru – paru.
Seseorang yang mempunyai kadar hemoglobin di dalam darah lebih
rendah dari nilai normal, menyebabkan gangguan pada proses belajar, baik
karena menurunnya daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi. Untuk
bisa mempertahankan daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi di
perlukan energi yang tersedia dalam tubuh.4
51
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya, yang
dilakukan oleh Erwin Sinaga pada tahun 2005 dengan judul hubungan
kadar hemoglobin dengan prestasi belajar pada murid SDN 1 Lobutua
Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa jumlah
responden yang memiliki kadar hemoglobin normal sebanyak 15 orang
(30,00%) dan kebanyakan responden memiliki indeks prestasi belajar pada
kategori cukup, sedangkan yg memiliki kadar hemoglobin rendah
sebanyak 19 orang (38,00%) dengan konsentrasi kurang. Berdasarkan hasil
uji statistik didapatkan p value 0.001 (P<0.05) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan prestasi
belajar.24
4.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
penelitian ini hanya pada Fakultas Kedokteran umum saja dengan ruang
lingkup yang kecil. Penelitian ini juga hanya melihat kadar hemoglobin,
sarapan pagi dan tingkat konsentrasi belajar saja, tidak melihat parameter
lain seperti status gizi, pengetahuan gizi, besaran uang saku, status
ekonomi keluarga, serta riwayat penyakit. Selain itu, penelitian ini tidak
memperhatikan apakah responden pada keadaan psikis yang baik serta
minatnya terhadap penelitian ini.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
52
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarapan pagi di dapatkan
sebanyak 89 responden (61,0%) yang tidak melakukan sarapan pagi dan
57 responden (39,0%) yang melakukan sarapan pagi.
2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin di dapatkan
sebanyak 62 responden (42,5%) dengan kadar Hb normal, 84 responden
(57,5%) dengan kadar Hb rendah.
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsentrasi belajar di dapatkan
sebanyak 7 responden (4,8%) dengan konsentrasi belajar rendah, 81
responden (55,5%) dengan konsentrasi belajar kurang, 36 responden
(24,7%) dengan konsentrasi belajar cukup dan 22 responden (15,1%)
dengan konsentrasi baik.
4. Ada hubungan yang bermakna antara sarapan pagi terhadap konsentrasi
belajar pada mahasiswi program studi kedokteran universitas malahayati
bandar lampung angkatan 2014, dengan nilai p value 0.000 ( p<0.05)
dengan tingkat kepercayaan 95%.
5. Ada hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin terhadap
konsentrasi belajar pada mahasiswi program studi kedokteran universitas
malahayati bandar lampung angkatan 2014, dengan nilai p value 0.000
(p<0.05) dengan tingkat kepercayaan 95%.
53
5.2. Saran
Saran yang penulis berikan adalah :
1. Bagi mahasiswa/i
Bagi mahasiswi disarankan bahwa pentingnya sarapan pagi terhadap
konsentrasi belajar, selain itu penting untuk kegiatan sehari – hari
terutama pada saat menerima dan mengolah pelajaran yang diterima.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dengan
jumlah sampel yang lebih banyak dan ditambahkan variabel lain
seperti status gizi, dan indeks masa tubuh. Selain itu di sarankan untuk
meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan pada
rentang usia yang lebih luas dengan metodologi yang lebih tepat.